Anda di halaman 1dari 11

A.

Sejarah Keperawatan di Luar Indonesia

1. Zaman Purba

Pada zaman ini orang percaya bahwa sesuatu yang ada di bumi

mempunyai suatu kekuatan mistik yang dapat memengaruhi kehidupan

manusia. Kepercayaan ini biasa disebut animisme. Mereka meyakini

bahwa sakitnya seseorang disebabkan oleh kekuatan alam atau pengaruh

kekuatan gaib seperti batu besar, gunung tinggi, pohon besar, sungai besar. Jiwa yang baik membawa
kesehatan, jika yang jahat membawa kesakitan

dan kematian (Calor, taylor, Lilis & Lemone,1997). Peran tabib dan

perawat jelas berbeda, tabib adalah medicineman yang mengobati

penyakit dengan jalan melantunkan nyanyian, memberi semangat dari

ketakutan atau membuka otak untuk menghilangkan jiwa yang jahat

(Dolan, Fitzpatrick & Herman, 1983). Perawat biasanya berperan sebagai

ibu yang merawat familinya sewaktu sakit dengan memberikan perawatan


fisik dan memberikan obat dari tumbuh-tumbuhan. Peran ini diteruskan

sampai saat ini. 2. Zaman Keagamaan

Pada zaman ini, kuil menjadi pusat perawatan medis sebab orang

percaya bahwa penyakit disebabkan oleh dosa dan kutukan Tuhan. Pemimpin agama dijunjung tinggi
sebagai tabib, perawat dianggap sebagai

budak dan mendapat penghargaan yang rendah karena pekerjaannya

didasarkan perintah dari pempimpin agama yang berperan sebagai tabib.

3. Permulaan Masehi

Pada permulaan masehi, agama Kristen mulai berkembang. Pada

masa ini keperawatan mengalami kemajuan yang berarti seiring dengan

kepesatan perkembangan agama Kristen. Organisasi wanita pertama yang

dibentuk pada saat itu dinamakan Deaconesses, mengunjungi orang-orang

sakit dan anggota keagamaan laki-laki memberikan perawatan serta

mengubur orang mati. Pada perang salib perawat laki-laki dan perempuan
bertugas merawat orang-orang yang luka dalam peperangan tersebut. Kemajuan profesi keperawatan
pada masa ini juga terlihat jelas

dengan berdirinya rumah sakit terkenal di Roma yang bernama Monastik

hospital. Rumah sakit ini dilengkapi dengan fasilitas bangsal-bangsal

perawatan untuk merawat orang sakit serta bangsal-bangsal lain sebagai

tempat merawat orang cacat, miskin dan yatim piatu. Seperti halnya di Eropa, pada pertengahan abad VI
masehi

keperawatan juga berkembang di benua Asia. Tepatnya di timur tengah

seiring dengan perkembangan agama Islam. Tokoh keperawatan yang

terkenal di dunia Arab pada masa ini adalah Rafidah. 4. Permulaan Abad XVI

Struktur dan orientasi masyarakat berubah dari orientasi

keagamaan menjadi orientasi pada kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi

kekayaan alam, serta perkembangan pengetahuan. Akibatnya banyak

gereja dan tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh ordo- ordo keagamaan untuk
merawat orang sakit. Kondisi ini sangat
berpengaruh terhadap perkembangan keperawatan. Untuk memenuhi

kebutuhan perawat, wanita yang pernah melakukan kejahatan dan telah

berobat dapat diterima bekerja sebagai perawat. Akibat reputasi yang jelek

ini, perawat menerima gaji yang rendah dengan jam kerja lama pada

kondisi yang buruk (Taylor C.,dkk, 1989)

5. Masa Sebelum Perang Dunia II

Florence Nightingale (1820-1910) merupakan tokoh pembaharu

perawatan pada saat itu dan bahkan sering disebut Ibu Perawatan. Pada

waktu itu, Florence Nightingale sudah menyadari pentingnya suatu

sekolah untuk mendidik para calon perawat, agar dapat diberikan

pengetahuan, keterampilan dan pembinaan mental sehingga dihasilkan

tenaga perawatan yang berbudi luhur, berpengetahuan luas dan terampil

dalam melaksanakan perawatan. Beliau menetapkan struktur dasar sebagai


prasyarat dalam pendidikan perawat :

a. Mendirikan sekolah perawat

b. Menentukan tujuan pendidikan perawat

c. Menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki para calon sebagai dasar

perawatan

Di samping itu, Florence Nightingale telah berpendapat bahwa. a. Perlu persiapan pendidikan yang
berlainan bagi perawat pelaksana dan

perawat administrator atau supervisor. b. Perlu diperhatikan bahwa harus ada perubahan tentang jam
kerja

perawat yang waktu itu berlangsung 12 jam/hari dan 7 hari/minggu. c. Perlu diperhatikan peningkatan
pendapatan perawat setiap 6 bulan, mengingat beban dan tanggung jawab mereka. Namun, secara
menyeluruh perkembangan perawat dari zaman

Florence Nightingale sampai pecah perang dunia II dinilai sangat kecil

atau hampir tidak ada perubahan. Oleh Karena itu, masa ini sering disebut

sebagai masa pemeliharaan. 6. Masa Selama Perang Dunia II


Selama perang, banyak kejadian yang merupakan “tekanan” bagi

setiap bangsa di dunia. Tekanan perang ini mendorong manusia

mengadakan perubahan-perubahan. Kemajuan teknologi dimaksudkan

untuk berlomba menaklukan dunia. Penerapan teknologi modern dalam

bidang pelayanan orang sakit telah mulai diperkenalkan waktu itu sebagai

jawaban atas kebutuhan pelayanan kesehatan akibat penderitaan sakit

selama perang. Timbulnya penyakit akibat perang, menyebabkan

dibutuhkannya peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga medis

maupun perawat. Kemampuan satu bidang profesi tertentu tidak dapat

memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan waktu itu.

Inipun merupakan tantangan baru bagi perawat dalam memberikan

pelayanan kesehatan bersama dengan profesi lain. 7. Masa Pasca Perang Dunia II

Akibat Perang dunia II yang mengakibatkan banyaknya


penderitaan bagi penduduk dunia telah menggugah semua pihak untuk

memperbaiki keadaan dunia. Dasar pemikiran semula, “the nurse must

give total patient care” dalam arti sempit telah berkembang, dalam arti

luas perawat lebih menyadari atas makna totality of the individual client

dari sebelumnya. Oleh karena itu terjadi perubahan dari perawat bekerja

sendiri menjadi bekerja team. Dalam dekade ini telah dilancarkan perjuangan untuk pengakuan

keperawatan sebagai profesi. Lucille Brown (1948) menulis sebuah

laporan tentang pengakuan perawat sebagai profesi merupakan titik tolak

yang besar untuk kehidupan perawat dan profesi perawat. Ia

memperhatikan penghargaan pada perawat dalam kaitannya dengan

tanggung jawab sebagai penyelenggara pelayanan perawatan yang

bermutu. Untuk itu disadari perlunya suatu pengelolaan pelayanan

keperwatan yang baik untuk menjamin mutu dan sekaligus tersedia alat
evaluasi keperawatan tersebut. 8. Sejak Tahun 1950

Dalam mengacu proses profesionalisme, perlu pengembangan

pendidikan keperawatan. Sebenarnya pendidikan keperawatan di tingkat

universitas sudah ada sejak tahun 1909 di Universitas Minesota Amerika. Namun, pengakuan perawat
sebagai profesi, baru terjadi tahun 1950,

inipun baru pengakuan saja, belum memnuhi karakteristik profesi. Pendidikan perawat pada tingkat
“Bachelor” dimulai tahun 1919. Pada tahun 1977 telah terdapat 3830 orang lulusan master di bidang

keperawatan dan pada tahun 1972 terdapat 9 institusi yang melaksanakan

program Doktor di bidang keperawatan. Di Thailand pendidikan

keperawatan pada tingkat “Bachelor” dimulai tahun 1966, dan pada

tingkat “Master” dimulai tahun 1986.

Proses keperawatan yang dimulai tahun 1950 dianggap sebagai

stadium embrio. Pada saat itu proses keperawatan belum dipahami dan

juga belum bisa diterima, tetapi sudah dilakukan sehari-hari. Baru pada
tahun 1955 Lydia Hall memberikan presentasinya tentang “Perawatan

adalah suatu proses”. Pada hakikatnya keperawatan menyangkut empat hal

pokok yaitu :

a. Nursing at the patient

b. Nursing to the patient

c. Nursing for the patient

d. Nursing with the patient

Fase dalam proses keperawatn diidentifikasi oleh para dosen

keperawatan Universitas Katolik Amerika pada tahun 1967 meliputi :

pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Pengertian keperawatan menurut International


Council of Nurses

(ICN) pada tahun 1973 adalah, ”Fungsi yang unik dari perawat adalah

menolong sesorang yang sakit atau sehat dalam usaha-usaha menjaga

kesehatan atau penyembuhan atau untuk menghadapi sakaratul maut


dengan tenang, yaitu usaha yang dapat dilakukan oleh pasien sendiri

apabila dia cukup kuat, berkemampuan atau sadar dan melakukannya

sedemikian rupa sehingga si pasien dalam waktu singkat dapat mandiri”. Untuk memperoleh pengakuan
sebagai suatu profesi, menurut Taylor C, et

al. (1997) keperawatan harus memiliki:

a. Perumusan body of knowledge yang baik

b. Berorientasi pada pelayanan yang kuat

c. Pengakuan keahlian oleh sebuah kelompok profesional

d. Kode etik

e. Organisasi profesi yang menetapkan standar

f. Pengembangan diri secara terus menerus

g. Otonomi

Kusnanto,S.Kp, M.Kes. 2003.Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta : EGC


Priharjo, Robert. 2008. Konsep dan Perspektif Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai