Anda di halaman 1dari 120

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Skripsi Sarjana

2019

Formulasi dan Uji Efektivitas Anti-aging


Masker Gel Peel-off yang Mengandung
Ekstrak Kulit Buah Alpukat (Persea
americana Mill.)

Silitonga, Siska Widhia


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/20847
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING
MASKER GEL PEEL-OFF YANG MENGANDUNG EKSTRAK
KULIT BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:
SISKA WIDHIA SILITONGA
NIM 151501171

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING
MASKER GEL PEEL-OFF YANG MENGANDUNG EKSTRAK
KULIT BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:
SISKA WIDHIA SILITONGA
NIM 151501171

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


iii
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang

berjudul “Formulasi dan Uji Efektivitas Anti-aging Masker Gel Peel-off yang

Mengandung Ekstrak Kulit Buah Alpukat (Persea americana Mill.)”.

Kulit buah alpukat mengandung flavonoid dan tannin yang memiliki

kemampuan sebagai antioksidan untuk mencegah penuaan dini akibat radikal

bebas. Masker gel peel-off merupakan salah satu produk kosmetika yang mudah

digunakan dan mampu mencegah sel-sel kulit mati dan kotoran pori dengan cepat

dibandingkan tipe lain. Tujuan dari penelitian ini adalah pemanfaatan limbah kulit

buah alpukat untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan memformulasikan

serta mengevaluasi efektivitas masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat

(Persea americana Mill.) sebagai anti-aging. Hasil uji efektivitas anti-aging

sediaan masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat pada konsentrasi 7,5%

dapat meningkatkan kadar air dan kehalusan serta menurunkan besar pori,

melanin dan jumlah keriput pada kulit wajah sukarelawan lebih baik dibandingkan

dengan konsentrasi lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber

informasi bagi peneliti sebelumnya.

Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati, penulis tidak lupa

menyampaikan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberi fasilitas

selama perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Penulis juga

menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si.,

Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh

iv
Universitas Sumatera Utara
kesabaran selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis juga

berterimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Bapak

Drs. Surjanto, M.Si., Apt., sebagai tim penguji yang sangat banyak memberikan

masukkan dan saran atas skripsi ini, serta kepada Ibu Dr. Marline Nainggolan,

M.S., Apt. selaku dosen penasehat akademik, beserta seluruh dosen pengajar di

Fakultas Farmasi atas arahan, bimbingan, dan ilmu yang diberikan kepada penulis

selama duduk dibangku perkuliahan.

Terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orangtua, Ayahanda Janandong

Silitonga, S.H., Ibunda Lisbet Pangaribuan, S.Pd., Abang saya Ricci Handoko

Silitonga, S.P., serta Denny Lorita Silitonga serta seluruh keluarga yang selalu

memberikan doa dan dukungan penuh kepada penulis tanpa henti selama ini.

Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada KTB ADRIEL Aldo,

Boni, Cynthia, Richa, dan Tamelia, Kakak Rohani terkasih Kak Tiwi, Bang Tahi,

Kak Nulika, dan Kak Sera, TAPS Ayomi, dan Pani, Kak Hetty, asisten

Laboratorium Kosmetologi Tiara, Laras, Wilda, Via, dan Vincent, teman

seperdopingan Rut dan Dhani, sahabat-sahabat terkasih Travis, Dea, Erika dan

Parida, Kak Vitania, Bang Frank, teman-teman angkatan 2015, atas segala doa,

dukungan, canda dan tawa dalam proses pengerjaan skripsi ini,

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi

kita semua khususnya dibidang farmasi.

Medan, Juni 2019


Penulis,

Siska Widhia Silitonga


NIM 151501171

v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MASKER GEL
PEEL-OFF YANG MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH ALPUKAT
(Persea americana Mill.)

ABSTRAK
Latar Belakang: Kulit buah alpukat mengandung senyawa flavonoid, vitamin C
dan vitamin E yang bersifat sebagai antioksidan dan dapat mencegah terjadinya
penuaan pada kulit. Pada penelitian ini, pemanfaatan ekstrak kulit buah alpukat
diformulasikan dalam sediaan masker gel peel-off karena masker ini dapat
mengangkat sel kulit mati dan dapat merangsang pertumbuhan sel kulit baru.
Tujuan: Memformulasi serta mengevaluasi efektivitas masker gel peel-off dari
ekstrak kulit buah alpukat (Persea americana Mill.) sebagai anti-aging.
Metode: Kulit buah alpukat dikeringkan lalu dimaserasi dengan etanol 96%,
disaring dan larutan di evaporasi dengan rotary evaporator pada suhu 40°C dan
dipekatkan hingga didapat ekstrak kental. Pembuatan masker gel peel-off dimulai
dengan pencampuran basis masker gel peel-off terdiri dari PVA (Polivinil
Alkohol) dan PVP (Polivinil Pirolidon) kemudian ditambah ekstrak dengan
konsentrasi 2,5% (FI); 5% (F2); 7,5% (F3). Evaluasi sediaan masker gel peel-off
yang mengandung ekstrak kulit buah alpukat meliputi pengamatan stabilitas
selama 12 minggu penyimpanan yaitu organoleptis (bau dan warna) dan pH,
homogenitas, viskositas, waktu pengeringan sediaan, iritasi terhadap sukarelawan
dan evaluasi efektivitas anti-aging.
Hasil: Sediaan masker gel peel-off dengan konsentrasi ekstrak 2,5% (FI); 5% (F2)
dan 7,5% (F3) berwarna hijau muda hingga hijau tua, berbau khas, homogen, pH
stabil, waktu pengeringan 17-21 menit dan tidak mengiritasi kulit sukarelawan.
Hasil uji efektivitas anti-aging pada parameter kelembaban, hasil berbeda antara
F0 (blanko) dan formula dengan ekstrak. Formula blanko tidak terjadi perubahan
(dehidrasi) dalam 4 minggu, formula dengan ekstrak meningkat dari kondisi
dehidrasi menjadi normal: FI (minggu 2), F2 dan F3 (minggu 1). Pada parameter
kehalusan, hasil berbeda antara F0 (blanko) dan formula dengan ekstrak. Formula
blanko tidak terjadi perubahan (normal) dalam 4 minggu, formula dengan ekstrak
meningkat dari kondisi normal menjadi halus: FI (minggu 4), F2 dan F3 (minggu
3). Pada parameter ukuran pori, F0 (blanko) dan formula dengan ekstrak
menunjukan hasil yang sama (pori-pori sedang) dalam 4 minggu. Pada parameter
noda, F0 (blanko) dan formula dengan ekstrak menunjukan hasil yang sama
(jumlah noda sedang) dalam 4 minggu. Pada parameter keriput, menunjukkan
hasil yang berbeda antara F0 (blanko), F1, F2 dengan F3. F0 (blanko), F1, F2
tidak terjadi perubahan (berkeriput) dalam 4 minggu, sedangkan F3 terjadi
perubahan dari kondisi berkeriput menjadi tidak berkeriput (minggu 4).
Kesimpulan: Ekstrak kulit buah alpukat dapat diformulasikan sebagai sediaan
masker gel peel-off dan stabil pada penyimpanan 12 minggu, masker gel peel-off
ekstrak kulit buah alpukat F3 (7,5%) memiliki efektivitas anti-aging yang lebih
baik dibandingkan dengan formula lainnya pada parameter kelembaban,
kehalusan dan keriput wajah.

Kata kunci: Formulasi, Ekstrak kulit buah alpukat, Masker gel peel-off,
Anti-aging.

vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION AND ANTI-AGING EVALUATION OF PEEL-OFF GEL
MASK WITH AVOCADO FRUIT (Persea americana Mill.)
PEEL EXTRACT

ABSTRACT

Background: Avocado‟s peel contain flavonoid compound, vitamin C and


vitamin E which are useful as antioxidant and it can prevent aging of the skin. In
this research, the usage of avocado‟s peels extract were formulated in product of
peel-off gel mask because they can exfoliant dead skin cells and can stimulate the
regenerated of new skin cells.
Objective: Formulate and evaluate the effectiveness of peel-off gel mask from
avocado fruit (Persea americana Mill.) peel extract as anti-aging.
Methods: Dried avocado peel then maserated with ethanol 96%, filtered, and the
solution was evaporated in rotary evaporator at 40°C and concentrated until it
become viscous extract. The preparation of peel-off mask started from mixing the
peel-off gel mask base which consist PVA (Polyvinyl Alcohol) and PVP
(Polyvinyl Pyrrolidone) than at the extract with concentration of 2.5% (FI); 5%
(F2); 7.5% (F3). The peel-off gel mask evaluation test during the storage for 12
weeks include organoleptic observation (odor and color) and pH test,
homogeneity, viscosity test, dried time of the mask, irritation test to volunteers,
and evaluation test of anti-aging.
Results: Product of peel-off gel mask in the concentration of 2.5% (FI); 5% (F2)
and 7.5% (F3) showed the colour of light green to dark green, typical smell,
homogeneous, pH test was stable, dried time 17-21 minutes and there was no skin
irritation to volunteers. The results of the anti-aging effectiveness test on the
moisture parameter showed, it differ between F0 (blank) and extract formulas.
The blank formula did not change (dehydration) in 4 weeks, the extract formulas
increased from the condition of dehydration to normal: FI (second week), F2 and
F3 (first week). In evenness parameter, the results differ between F0 (blank) and
extract formulas. The blank formula did not change (normal) in 4 weeks, the
extract formulas increased from the condition of normal to smooth: FI (fourth
week), F2 and F3 (third week). In pore size parameter, F0 (blank) and extracts
formulas showed the same results (some large pores) in 4 weeks. In the spot
parameter, F0 (blank) and extract formulas showed the same results (some spot) in
4 weeks. In the wrinkle parameter, it showed differ results between F0 (blank),
F1, F2 and F3. F0 (blank), F1, F2 did not change (wrinkled) in 4 weeks, while F3
changed from the condition of wrinkled to non-wrinkled skin (fourth week).
Conclusion: Avocado fruit peel extract can be formulated as peel-off gel mask
product and stable during the storage for 12 weeks, the peel-off gel mask product
with avocado fruit peel extract with the concentratin of F3 (7.5%) have better
effectivity in anti-aging compared to the other formulas in the parameters of
moisture, evenness and wrinkle.

Keywords: Formulation, Avocado Fruit Peel Extract, Peel-off gel mask, Anti-
aging.

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


HALAMAN JUDUL............................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ...........................................................................................3
1.3 Hipotesis.............................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian ...............................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................4
1.6 Kerangka Penelitian ..........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5
2.1 Alpukat ..............................................................................................................5
2.1.1 Uraian Tumbuhan ...........................................................................................5
2.1.2 Daerah Tumbuh ..............................................................................................5
2.1.3 Morfologi Tumbuhan .....................................................................................6
2.1.4 Pengembangan Alpukat di Indonesia .............................................................7
2.1.5 Nama Daerah ..................................................................................................7
2.1.6 Nama Asing ....................................................................................................8
2.1.7 Sistematika Tumbuhan .................................................................................. 8
2.1.8 Kandungan Kimia ..........................................................................................9
2.1.9 Kegunaan ......................................................................................................11
2.2 Kulit ................................................................................................................12
2.2.1 Struktur Kulit ...............................................................................................12
2.2.1.1 Epidermis ..................................................................................................13
2.1.1.2 Dermis .......................................................................................................14
2.1.1.3 Keratinasi ..................................................................................................14
2.1.1.4 Mantel Asam Kulit ....................................................................................15
2.2.2 Fungsi Kulit ..................................................................................................16
2.2.3 Jenis Kulit Wajah .........................................................................................17
2.3 Penuaan Dini ...................................................................................................18
2.3.1 Pengertian Penuaan Dini ..............................................................................18
2.3.2 Tanda-Tanda Penuaan Dini ..........................................................................19
2.3.3 Faktor- Faktor Penyebab Penuaan Dini .......................................................20
2.3.4 Teori Terjadinya Penuaan sel ........................................................................22
2.3.5 Pengaruh Buruk Sinar Matahari Terhadap Kulit .........................................23
2.4 Radikal Bebas Dan Antioksidan .....................................................................24
2.4.1 Radikal Bebas ...............................................................................................24
2.4.2 Antioksidan ..................................................................................................24
2.5 Anti-aging .......................................................................................................26

ix
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Pengertian Anti-aging ..................................................................................26
2.5.2 Fungsi Produk Anti-aging ............................................................................26
2.6 Masker .............................................................................................................27
2.6.1 Jenis-jenis Masker ........................................................................................27
2.6.2 Fungsi dan Mamfaat Masker ........................................................................29
2.6.3 Mekanisme Kerja Masker Gel Peel-off Secara Umum ................................29
2.7 Skin Analyzer ..................................................................................................30
2.8 Komponen Bahan Masker ...............................................................................31
2.8.1 Polivinil Alkohol ..........................................................................................31
2.8.2 Polivinil Pirolidon ........................................................................................31
2.8.3 Gliserin .........................................................................................................32
2.8.4 Natrium Lauril Sulfat ...................................................................................33
2.8.5 Nipagin .........................................................................................................33
2.8.6 Etanol 96% ...................................................................................................34
2.8.7 Aquadest .......................................................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................35
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................35
3.1.1 Alat ...............................................................................................................35
3.1.2 Bahan ...........................................................................................................35
3.2 Sukarelawan ....................................................................................................36
3.3 Sampel Tumbuhan ..........................................................................................36
3.3.1 Pengambilan Bahan ......................................................................................36
3.3.2 Identifikasi Sampel .......................................................................................36
3.3.3 Pembuatan Simplisia Kulit Buah Alpukat ...................................................36
3.3.4 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Alpukat ......................................................37
3.4 Formulasi Sediaan Masker Gel Peel-off ..........................................................37
3.4.1 Formula Standar Masker Gel Peel-off ..........................................................37
3.4.2 Formulasi Modifikasi Masker Gel Peel-off ..................................................38
3.5 Prosedur Pembuatan Gel Masker Peel-off .....................................................39
3.6 Prosedur Pengujian Mutu Fisik Sediaan ........................................................39
3.6.1 Uji Homogenitas ..........................................................................................39
3.6.2 Uji pH ...........................................................................................................40
3.6.3 Uji Viskositas ...............................................................................................40
3.6.4 Pengujian Waktu Pengeringan Sediaan .......................................................40
3.7 Pengujian Iritasi Terhadap Sukarelawan ..........................................................41
3.8 Pengujian Efektivitas anti-aging ......................................................................41
3.10 Analisa Data ..................................................................................................42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................43
4.1 Hasil Pembuatan Simplisia Kulit Buah Alpukat ..............................................43
4.2 Hasil Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Alpukat .....................................43
4.3 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Gel Peel-off .............................................44
4.4 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker ....................................................44
4.4.1 Hasil Pemeriksaan Homogenitas ................................................................44
4.4.2 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan ..........................................................45
4.4.3 Hasil Pengujian Waktu Sediaan Mengering ...............................................47
4.4.4 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan ..........................................................48
4.5 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan .................................................49
4.6 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-aging .............................................................50
4.6.1 Kadar Air (moisture) ....................................................................................51

x
Universitas Sumatera Utara
4.6.2 Kehalusan (evenness) ...................................................................................54
4.6.3 Pori (pore) ....................................................................................................56
4.6.4 Noda (spot) ...................................................................................................59
4.6.5 Keriput (Wrinkle) .........................................................................................62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................66
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................66
5.2 Saran .................................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................67
LAMPIRAN ...........................................................................................................71

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

2.1 Pengembangan Alpukat di Indonesia ...............................................................7


2.2 Hasil Analisis Kualitatif Ekstrak Etanol Kulit Buah Alpukat
(Persea americana Mill.) ................................................................................10
2.3 Parameter Hasil Pengukuran dengan Skin Analyzer .......................................30
3.1 Formula Sediaan Masker Gel Peel-off ...........................................................38
4.1 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan Masker Gel Peel-off .............................45
4.2 Hasil Pengujian Waktu Sediaan Mengering ..................................................47
4.3 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan .............................................................49
4.4 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan .................................................50
4.5 Data Hasil Pengukuran Kadar Air (Moisture) pada Kulit Sukarelawan .........51
4.6 Data Hasil Pengukuran Kehalusan (Evenness) pada Kulit Wajah
Sukarelawan ....................................................................................................54
4.7 Data Hasil Pengukuran Ukuran Pori (Pore) pada Kulit Wajah
Sukarelawan ....................................................................................................57
4.8 Data Hasil Pengukuran Banyak Noda (Spot) pada Kulit Wajah
Sukarelawan ....................................................................................................60
4.9 Data Hasil Pengukuran Jumlah Keriput (Wrinkle) pada Kulit Wajah
Sukarelawan ....................................................................................................63

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

2.1 Rumus Struktur Polivinil Alkohol ..................................................................31


2.2 Rumus Struktur Polivinil Pirolidon.................................................................32
2.3 Rumus Struktur Gliserin ...............................................................................32
2.4 Rumus Struktur Natrium Lauril Sulfat ............................................................33
2.5 Rumus Struktur Nipagin ...............................................................................33
2.6 Rumus Struktur Etanol 96% ...........................................................................34
4.1 Hasil Uji Homogenitas Sediaan ......................................................................44
4.2 Grafik Hasil Pengukuran Kadar Air (Moisture) pada Kulit Wajah
Sukarelawan ....................................................................................................52
4.6 Grafik Hasil Pengukuran Kehalusan (Evenness) pada Kulit Wajah
Sukarelawan ....................................................................................................55
4.7 Grafik Hasil Pengukuran Ukuran Pori-Pori (Pore) pada Kulit Wajah
Sukarelawan ....................................................................................................58
4.8 Grafik Hasil Pengukuran Banyaknya Noda (Spot) pada Kulit Wajah
Sukarelawan ....................................................................................................60
4.9 Grafik Hasil Pengukuran Banyaknya Keriput (Wrinkle) pada Kulit Wajah
Sukarelawan ....................................................................................................64

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil Identifikasi Tumbuhan ............................................................................71


2. Hasil Persetujuan Surat Etical Clirance...........................................................72
3. Bagan Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Alpukat....................................73
4. Bagan Pembuatan Masker Gel Peel-off Ekstrak Kulit Buah Alpukat..............74
5. Contoh Surat Pernyataan Sukarelawan ............................................................75
6. Gambar Alat dan Bahan ...................................................................................76
7. Gambar Sediaan Masker Gel Peel-off dan Pengaplikasiannya ........................79
8. Gambar Hasil Pengukuran Menggunakan Alat Skin Analyzer ........................80
9. Hasil Data Uji SPSS .........................................................................................90
10. Perhitungan Persentase...................................................................................101

xiv
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit merupakan bagian tubuh terluar yang melapisi organ tubuh dan yang

berkontak langsung dengan lingkungan luar (Sutriningsih dan Astuti, 2017).

Menurut penelitian, paparan sinar matahari berlebihan merupakan salah satu

penyebab terbesar yang membuat kesegaran kulit anda memudar dan mengalami

penuaan kulit diusia dini (Fauzi dan Nurmalina, 2012). Pada lapisan epidermis

kulit, kerusakan mengarah kepada pembentukan keriput kulit wajah yang dini dan

timbulnya bintik-bintik hitam (Prianto, 2014).

Beragam cara diupayakan untuk mencegah ataupun memperbaiki dampak

penuaan, dimulai dari produk kosmetik yang diaplikasikan secara topikal hingga

obat-obatan yang dikonsumsi oral, dermabrasi, chemical peeling, laser peeling,

thread lifting. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering

dilakukan untuk mencegah penuaan (Suryani dkk., 2015).

Kulit buah alpukat mengandung senyawa flavonoid yang dapat digunakan

untuk melindungi kulit terhadap sinar UV atau mampu mengurangi kerusakan

kulit (Aminah dkk., 2017). Antioksidan sudah lama kita kenal bisa memperbaiki

sel kulit yang rusak diakibatkan radikal bebas. selain memperbaiki sel kulit yang

rusak, antioksidan juga dapat menangkal radikal bebas. Selain itu antioksidan

yang sering terdapat dalam bahan kosmetik akan memberikan efek melembabkan

dan mencerahkan kulit (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

1
Universitas Sumatera Utara
Produksi alpukat di Indonesia cukup tinggi, hal ini dapat dibuktikan

dengan data produksi buah alpukat di Indonesia pada tahun 2014 dari Badan Pusat

Statistik (BPS) yaitu mencapai 307.326 ton per tahun. Dari data BPS, produksi

alpukat di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Namun, kebanyakan orang

hanya memakan daging buahnya saja, sedangkan kulit buah alpukat dibuang dan

menjadi limbah begitu saja (Badan Pusat Statistika, 2014). Penggunaan produk

sampingan ini akan menguntungkan dari sudut pandang ekonomi dan teknologi

serta membantu dalam menangani pencemaran lingkungan.

Hendra dkk (2016) seperti yang dipaparkan oleh Vinha dkk (2013),

menjelaskan bahwa kandungan biji dan kulit buah alpukat hampir sama, berupa

flavonoid, karotenoid, vitamin C, dan vitamin E. Adanya kandungan flavonoid,

karotenoid, dan fenolik dapat mencegah kerusakan oksidatif sel . Pada penelitian

yang dilakukan oleh Hendra (Konsinska dkk., 2012; Rodriguez-Carpena dkk.,

2011) ditemukan bahwa limbah alpukat berupa biji dan kulit buah alpukat

menunjukkan aktivitas antioksidan yang besar dibandingkan daging buah.

Masker gel peel-off adalah jenis masker yang akan mengering lalu

membentuk lapisan film oklusif yang dapat dikelupas setelah digunakan. Masker

gel peel-off dapat meningkatkan kelembaban dikarenakan oklusifitas lapisan

polimer yang terbentuk (Priani dkk., 2015). Manfaat masker gel peel-off antara

lain dapat mengangkat kotoran dan sel kulit mati agar kulit bersih dan segar

(Basuki, 2003).

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

memformulasikan ekstrak kulit buah alpukat sebagai masker gel peel-off yang

berfungsi sebagai anti-aging.

2
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

a. Apakah ekstrak kulit buah alpukat dapat diformulasikan dan memiliki sifat

fisik dan stabilitas yang baik dalam sediaan masker gel peel-off ?

b. Apakah perbedaan konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat dalam masker gel

peel-off mempengaruhi efektivitas anti-aging pada kulit sukarelawan ?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

a. Ekstrak kulit buah alpukat dapat diformulasikan dan memiliki sifat fisik dan

stabilitas yang baik dalam sediaan masker gel peel-off .

b. Perbedaan konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat dalam masker gel peel-off

mempengaruhi efektivitas anti-aging pada kulit sukarelawan.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui apakah ekstrak kulit buah alpukat dapat diformulasikan

dan memiliki sifat fisik dan stabilitas yang baik dalam sediaan masker gel

peel-off .

b. Untuk mengetahui apakah perbedaan konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat

dalam masker gel peel-off mempengaruhi efektivitas anti-aging pada kulit

sukarelawan.

3
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai pemberdayaan kulit buah

alpukat untuk mengurangi polusi lingkungan, peningkatan kesejahteraan

pedagang alpukat dan sumber informasi tentang kegunaan ekstrak kulit buah

alpukat sebagai antioksidan sehingga dapat memberi kontribusi dalam mengatasi

penuaan dalam pemanfaatannya ekstrak kulit buah alpukat diformulasikan dalam

sediaan masker gel peel-off sehingga penggunaannya menjadi lebih mudah dan

praktis.

1.6 Kerangka Penelitiaan

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Uji Homogenitas

Uji Organoleptis

Mutu
Uji pH
Sediaan
Masker Gel
Uji Viskositas
peel-off
Konsentrasi
Uji waktu
Ekstrak Kulit
Buah pengeringan
Alpukat Sediaan

Uji Iritasi pada


Uji Sukarelawan
Efektivitas
Anti-aging Kadar Air
pada
Sukarelawan Kehalusan

Ukuran Pori

Jumlah Noda

Keriput

4
Universitas Sumatera Utara
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alpukat

2.1.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi daerah tumbuh, morfologi tumbuhan,

perkembangan alpukat di Indonesia, nama daerah, nama asing, sistematika

tumbuhan, kandungan kimia dan kegunaan dari tumbuhan.

2.1.2 Daerah Tumbuh

Tanaman alpukat bukan tanaman asli Indonesia. Lahan pusat

penyebarannya jauh dibelahan bumi sebelah barat, menyebar didataran rendah dan

tinggi Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Pada abad ke-14 dan ke-15 awal

pembudidayaan dan pengembangan tanaman ini telah dilakukan oleh dua suku

India kuno suku Aztek di Meksiko dan suku Inca di Peru (Kalie, 1997). Alpukat

(Persea americana Mill.) yang berkembang di Indonesia kebanyakan berasal dari

Amerika Tengah dan sedikit dari Guatemala. Buah itu masuk ke Indonesia sekitar

abad ke-18. Sebenarmya masih ada jenis lain yang masuk ke Indonesia, yaitu

alpukat Mexican. Namun karena jenis ini lebih sesuai untuk ditanam di daerah sub

tropis (dengan ketinggian daerah di atas 2.000 m dpl). Hal ini berbeda dengan

yang berasal dari Amerika Tengah dan Guatemala. Keduanya sesuai untuk daerah

tropis dan daerah intermediate antara subtropis dan tropis (ketinggian antara

1.000-2.000 m dpl) (Indriani dan Sumiarsih, 1992). Alpukat dapat ditanam di

dataran rendah sampai dataran tinggi. Alpukat Indian barat baik untuk ketinggian

0-600 m dpl; alpukat Meksiko baik untuk 1.000- 3.000 m dpl; alpukat Guatemala

baik untuk 600-2.000 m (Sunarjono, 1997).

5
Universitas Sumatera Utara
Di daerah yang beriklim agak kering dengan bulan basah 7-9 bulan dan

bulan kemarau (kering) 2-6 bulan, tanaman alpukat masih mampu hidup dan

berbuah asalkan keadaan air tanahnya dangkal (100-150 cm) dan pH tanah 5,5-

6,5. Pada kondisi yang sesuai, tanaman alpukat dapat berbuah 2-3 kali setahun

(Sunarjono, 1997). Tanaman ini dapat diperbanyak dengan menggunakan biji,

okulasi, dan menyambung. Biji yang akan digunakan untuk perbanyakan harus

dipilih dari buah yang masak dipohon, sehat dan kuat (Kemenkes RI, 2015).

2.1.3 Morfologi Tumbuhan

Tanaman alpukat memiliki lebih kurang 60 anggota kerabat. Wujud dan

bentuk pohonnya bermacam-macam, mulai dari pohon lurus dengan batang yang

kokoh kuat sampai pohon-pohon yang lebih kecil merimbun seperti semak.

Tanaman asal biji dapat mencapai ketinggian 15 m – 20 m, sedangkan tanaman

hasil mengenten dan mengokulasi lebih rendah (Kalie, 1997).

Bunganya berjenis kelamin dua, tumbuh tersusun dalam malai pada tunas

pucuk atau tunas terminal. Bunga inipun memiliki sifat unik: meskipun berjenis

kelamin dua, penyerbukan sendiri tidak pernah terjadi (Kalie, 1997). Di dataran

tinggi yang suhunya antara 5-15o C, sifat bunga mekar dua kali itu akan lenyap

dan hanya mekar sekali saja sehingga penyerbukan bunga lebih sempurna

(Sunarjono, 1997).

Buahnya berukuran kecil sampai besar, beratnya bervariasi antara 100 gr –

2.300 gr; berbentuk beragam, ada yang bulat, bulat lonjong, bulat agak meruncing

pada tangkai , atau bulat seperti bolam. Di kalangan pakar buah-buahan, buah

alpukat dinyatakan sebagai buah yang unik merupakan satu-satunya buah

berlemak dengan komposisi nutrisi dan energi buah yang tinggi (Kalie, 1997).

6
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Pengembangan Alpukat di Indonesia

Di tanah air sampai saat ini, tanaman alpukat masih merupakan tanaman

pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usaha tani. Pada tahun 1994

produksi alpukat Jawa Barat sebesar 43.975 ton dan Jawa Timur sebesar 22.322

ton. Enam provinsi pada tahun 1991 memiliki produksi antara 1.000 – 9.000 ton,

masing-masing Nusa Tenggara Timur 3.740 ton, Sulawesi Selatan 6.119 ton, Jawa

Tengah 3.889 ton, Sumatra Utara 3.451 ton, Sumatra Barat 2.526 ton, Jambi 2.211

ton, Sumatra Selatan 1.485 ton, Bengkulu 1.459 ton, Bali 1.345 ton, dan Lampung

1.246 ton. Provinsi-provinsi lainnya produksinya tergolong rendah, yakni berkisar

antara 1 - 900 ton (Kalie, 1997).

Tabel 2.1 Pengembangan alpukat di Indonesia


Tahun Produksi (Ton)
1984 58.097
1985 62.802
1986 72.234
1987 71.530
1988 62.250
1989 61.302
1990 84.592
1991 91.420
1992 93.267
1993 93.999
1994* 97.363
(Kalie, 1997).

2.1.5 Nama Daerah

Berbagai daerah di Indonesia menyebut buah ini dengan nama yang

berbeda. Sebagai contoh, di Jawa Barat disebut alpuket atau alpukat, Jawa Timur/

Jawa Tengah (alpokat), Batak (boah pokat, jamboo pokat), dan Lampung

7
Universitas Sumatera Utara
(advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat) (Indriani dan sumiarsih,

1992).

2.1.6 Nama Asing

Nama asing buah alpukat pun berbeda-beda. Di Inggris disebut Avocado,

Belanda (Advocaat), Spanyol (Ahuaca-te atau Aguacate), Perancis (Avokat,

Avocatier, Poire, d’avocat) dan Jerman (Abakate, Advogato-birne,

Agnacatebaum, Avocato-birne, Avogate-birne) (Indriani dan sumiarsih, 1992).

Nama inggris berasal dari kata Spanyol Abogado, sebuah adaptasi dari kata:

Ahuacatl. Ini menjadi Avocet dalam bahasa Prancis dan Advokaat dalam bahasa

Belanda (Samson, 1986).

Sinonim: Laurus persea L.; Persea americana var americana.; Persea

americana var drymifolia. (Cham. & Schltdl.) S.F. Blake.; Persea nubigena L.O

Williams.; Persea persea (L.) Cockerell. (Kemenkes RI, 2015).

2.1.7 Sistematika Tumbuhan

Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut (Risyad dkk.,

2016):

Divisi : Spermatophyta

Anak divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Bangsa : Ranales

Keluarga : Lauraceae

Marga : Persea

Varietas : Persea americana Mill.

8
Universitas Sumatera Utara
2.1.8 Kandungan Kimia

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ernawati dkk. (Foidl dkk., 2001)

melaporkan kulit buah alpukat berasa pahit karena kandungan alkaloid, saponin,

glukosida sianogen, dan glukosinolat, Selain itu daunnya juga mengandung

polifenol, dan buahnya mengandung tanin. Kulit buah alpukat mengandung

senyawa flavonoid yang dapat digunakan untuk melindungi kulit terhadap sinar

UV atau mampu mengurangi kerusakan kulit, karena senyawa ini bekerja sebagai

bahan aktif tabir surya (Aminah dkk., 2017).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hendra (Vinha dkk., 2013;

Rodriguez-Carpena dkk., 2011; Konsinska dkk., 2012) melaporkan limbah

alpukat berupa biji dan kulit buah alpukat menunjukkan aktivitas antioksidan yang

besar dibandingkan daging buah. Dan ekstrak kulit buah alpukat memiliki

kandungan senyawa fenolik total dan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi bila

dibandingkan dengan ekstrak biji. Kandungan biji dan kulit buah alpukat hampir

sama, berupa flavonoid, karotenoid, vitamin C, dan vitamin E. Adanya kandungan

flavonoid, karotenoid, dan fenolik dapat mencegah kerusakan oksidatif sel- sel.

Aminah dkk. (2017) seperti yang dipaparkan oleh Harborne (1987),

menjelaskan bahwa analisis kuantitatif senyawa flavonoid total dengan

menggunakan spektrofotometri UV-Vis dilakukan untuk mengetahui seberapa

besar kadar flavonoid total yang terkandung pada ekstrak etanol kulit buah

alpukat (Persea americana Mill.). Analisis flavonoid dilakukan dengan

menggunakan Spektrofotometri UV-Vis karena flavonoid mengandung sistem

aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah

spektrum sinar ultraviolet dan spektrum sinar tampak.

9
Universitas Sumatera Utara
Sehingga dari hasil penelitian ini diperoleh kadar flavonoid total ekstrak

etanol kulit buah alpukat (Persea americana Mill.) sebesar 4,0122 mgQE/g

ekstrak (Aminah dkk., 2017).

Aminah dkk. (2017) seperti yang dipaparkan oleh Harborne (1987),

menjelaskan bahwa analisis kualitatif dilakukan untuk mengetahui komponen

kimia pada tumbuhan dengan menggunakan reagen besi (III) klorida (FeCl 3).

Diamati perubahan warna yang terbentuk yaitu warna hijau. Hasil identifikasi

menunjukkan ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea americana Mill.) positif

mengandung flavonoid yang dapat dilihat pada Tabel 2. 2.

Tabel 2.2 Hasil analisis kualitatif ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea
americana Mill.)
Sampel Pereaksi Warna Ket.

Ekstrak etanol kulit


buah alpukat (Persea FeCl3 Hijau (+)
americana Mill.)

Aktivitas antioksidan dapat diketahui dengan nilai IC50, semakin rendah

nilai IC50 maka aktivitas antioksidannya semakin tinggi. Aktivitas antioksidan

pada umumnya diekstrak dengan pelarut air, etanol, methanol, eter, etil asetat,dan

butanol (Rahmi, 2017). Hasil penentuan aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi

kulit alpukat menggunakan uji DPPH, uji ABTS dan daya pereduksi. Di antara

ekstrak yang dievaluasi, ekstrak metanol memiliki aktivitas antiradik tertinggi

terhadap uji DPPH dan ABTS dengan nilai IC50 dari 9,467 ± 0,045 dan 1,122 ±

0,008 mg mL masing-masing. Ekstrak metanol juga mengungkapkan kekuatan

reduksi tertinggi, terhitung 742.863 ± 3,487 mg asam askorbat ekstrak. Oleh

karena itu ekstrak metanol difraksinasi lebih lanjut untuk mendapatkan fraksi

yang lebih aktif (Antasionasti dkk., 2017).

10
Universitas Sumatera Utara
2.1.9 Kegunaan

Buah alpukat matang enak dimakan segar. Daunnya dapat dimanfaatkan

untuk obat sakit pinggang. Batangnya baik untuk bahan bangunan (Sunarjono,

1997).

Beberapa usaha memanfaatkan buah alpukat yang bisa dilakukan

masyarakat Eropa adalah sebagai berikut (Kalie, 1997):

a. Sebagai Bahan Pangan

Daging buah alpukat sebagai bahan pangan digunakan dalam berbagai

masakan atau makanan sebagai berikut.

1) Sebuah alpukat dimakan bersama 4 atau 5 buah tortilla, sejenis

martabak tepung jagung, dan secangkir kopi.

2) Daging buah alpukat yang telah dihancurkan (pasta atau pure)

digunakan sebagai mentega dioleskan pada roti.

3) Sup krim alpukat (Avocado cream soup).

4) Selai alpukat (Avocado canapé).

b. Sebagai Bahan lain

Tanaman dan buah alpukat ternyata memiliki manfaat yang beraneka

ragam, antara lain sifat atau daya terapik berikut ini.

1) Air rebusan daun alpukat (daun tua) diminum sebagai teh bermanfaat

menghilangan rematik.

2) Daging buah alpukat memiliki daya antibakteri terhadap Staphylococus

3) Potongan kecil biji alpukat, bila disumpalkan ke dalam gigi berlubang

yang sakit, dapat menghilangkan rasa sakit tersebut.

4) Biji alpukat kering jika diperas menghasilkan minyak alpukat

11
Universitas Sumatera Utara
2.2 Kulit

Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat

kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ esensial dan vital serta

merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis

dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh

(Wasitaatmadja, 1997). Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan

tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam

gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah

mekanisme biologis seperti pembentukan lapisan tanduk yang terus menerus

(keratinisasi dan pelepasan sel sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu

tubuh (Tranggono dan Latifah, 2007).

Kulit mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan masa dan umurnya.

Pada saat baru lahir, kulit bayi sangat halus dan banyak ditumbuhi rambut-rambut

halus (lanugo). Beberapa saat kemudian kulit bayi menyesuaikan diri dengan

lingkungan luar, seperti udara dan cuaca sehingga permukaan kulit yang tadinya

basah menjadi relatif lebih kering. Pada usia pubertas, terjadi pembesaran kelenjar

sebacea yang disebabkan oleh pengaruh hormon, baik esterogen, progesteron

ataupun androgen yang berpotensi menjadi jerawat (Putro, 1998).

2.2.1 Struktur Kulit

Kulit merupakan bagian tubuh terluar yang melapisi organ tubuh dan

melapisi organ tubuh yang berkontak langsung dengan lingkungan luar

(Sutriningsih dan Astuti, 2017). Secara hispatologi kulit tersusun atas 3 lapisan

utama yaitu: 1) Lapisan epidermis atau kutikel ; 2) Lapisan dermis (korium, kutis

12
Universitas Sumatera Utara
vera, true skin); dan 3) Lapisan subkutis (hypodermis). Tidak ada garis tegas yang

memisahkan dermis dan subkutis. Subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat

longgar dan sel-sel yang membentuk jaringan lemak. Lapisan epidermis dan

dermis dibatasi oleh taut dermoepidrmal (dermo epidermal junction) yang

berbeda, iregular, dan cones, ridges, dan cord (Wasitaatmadja, 1997).

2.2.1.1 Epidermis

Lapisan ini terletak pada bagian paling luar atau paling atas, tipis (sekitar

0,001 inci) dan sebagian besar terdiri dari sel-sel mati (Putro, 1998). Epidermis

paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak

tangan, dan lapisan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada

kelopak mata, pipi, dahi dan perut (Tranggono dan Latifah, 2007).

Lapisan epidermis terdiri dari lima lapisan sel, yaitu

a. Lapisan tanduk (stratum korneum)

Terdiri atas beberapa lapis sel yang gepeng, mati, tidak memiliki inti, tidak

terdapat proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air.

Lapisan ini sebagian besar terdiri dari keratin, jenis protein yang tidak larut dalam

air dan sangat resisten terhadap bahan kimia (Tranggono dan Latifah, 2007).

b. Lapisan jernih (stratum lucidum)

Letanya tepat berada di stratum corneum, merupakan lapisan yang tipis,

jernih, mengandung eleidin, sangat jelas pada telapak tangan dan telapak kaki

(Tranggono dan Latifah, 2007).

c. lapisan berbutir-butir (stratum granolosum)

Lapisan ini terdiri dari satu atau dua lapisan sel-sel mati (sel gepeng),

memanjang secara horizontal dan mengandung substansi kecil (Putro, 1998).

13
Universitas Sumatera Utara
d. lapisan malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer)

Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan

oval, setiap sel berisi filament-filamen kecil yang terdiri dari serabut protein

(Tranggono dan Latifah, 2007).

e. Lapisan Basal (stratum germinativum atau membrane basalis)

Adalah lapisan terbawah dari epidermis. Lapisan basal menuju ke

permukaan kulit sehingga akhirnya menjadi sel-sel kulit yang mati, kering dan

gepeng dalam stratum corneum (Tranggono dan Latifah, 2007).

2.2.1.2 Dermis

Dermis adalah suatu lapisan yang terdiri dari jaringat ikat yang terletak

dibawah epidermis dan berfungsi sebagai penopang struktur dan nutrisi (makanan)

(Putro, 1998). Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh

jaringan elastik dan fibrosa padat dengan elemen seluler, kelenjar, dan rambut

sebagai adneksa kulit (Wasitaatmadja, 1997).

Yang menyusun lapisan ini adalah pembuluh darah, ujung syaraf, kelenjar

keringat, akar rambut, dan otot penegak rambut. Bagian atas yang menjorok

keatas (seperti jari-jari) disebut dermal papillae. Dari bagian ini nutrisi disalurkan

ke atas melalui pembuluh darah secara difusi. Dalam dermis ini terdapat

substansia dasar (mukopolisakarida), serabut-serabut otot, serabut kolagen (paling

banyak), serabut elastin (terdapat di antara serabut-serabut kolagen) (Putro, 1998).

2.2.1.3 Keratinasi

Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama:

keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang

kuboid, bermitosis keatas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum,

14
Universitas Sumatera Utara
terangkat lebih keatas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel

granolosum. Kemudian sel itu terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta

intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit

menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa

inti yang disebut sel tanduk (Wasitaatmadja, 1997). Proses pendewasaan dari

stratum germinativum sampai menjadi sel tanduk dalam stratum corneum

dinamakan keratinisasi yang lamanya 14-21 hari dan sering disebut juga sebagai

Cell Turn Over Time (Tranggono dan Latifah, 2007).

Proses ini berlangsung terus-menerus dan berguna untuk fungsi

rehabilitasi kulit agar selalu dapat melaksanakan fungsinya secara baik

(Wasitaatmadja, 1997).

2.2.1.4 Mantel Asam Kulit

Derajat keasaman (pH) kulit berkisar antara 4,0-5,6. Keasaman ini dapat

berasal dari keringat yang ber- pH 4-6,7 dan juga asam-asam lemak yang berasal

dari sebum. Pada bagian yang tidak mengalami seperti ditelapak kaki dan dibawah

payudara angka pH-nya lebih tinggi. Pada bayi yang baru lahir nilai pH mendekati

7, lalu beberapa minggu kemudian pH akan menurun (Putro, 1998). Meskipun pH

fisiologi kulit ini agak berbeda antara yang ditemukan oleh satu peneliti dengan

satu peneliti lainnya, antara pria dan wanita, dan antara satu bagian tubuh dengan

bagian tubuh yang lainnya, misalnya dibagian-bagian tubuh yang banyak terjadi

penguapan, pH-nya lebih rendah daripada di telapak kaki, payudara dan lipatan-

lipatan badan. Tetapi pada garis besarnya, pH fisiologis “mantel asam” kulit

berkisar antara 4,5-6,5 sehingga bersifat asam lemah (Tranggono dan Latifah,

2007).

15
Universitas Sumatera Utara
Mantel asam ini terbentuk dari kombinasi asam-asam karboksilat organik

(asam laktat, asam pirolidon karboksilik, asam urokanik, dan lain-lain). Dalam

suasana asam seperti ini, beberapa kuman patogen yang berbahaya tidak akan bisa

hidup. Penyucian kulit dengan sabun alkalis menyebabkan pH bergerak kearah

alkalis sehingga menyebabkan pembengkakan stratum corneum (Putro, 1998).

2.2.2 Fungsi Kulit

Fungsi kulit terbagi menjadi empat (Putro, 1998):

a. Sebagai pelindung dan filter tubuh

Kulit memiliki kemampuan untuk memilih bahan-bahan penting yang

diperlukan oleh tubuh, seperti mencegah bakteri/kuman penyakit dan zat

kimia yang masuk kedalam tubuh. Disamping itu, kulit juga dapat

melindungi tubuh dari bahaya lingkungan.

b. Mengatur suhu tubuh

Kulit berfungsi membantu menjaga agar suhu tubuh tetap optimal dengan

cara melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas, lalu keringat akan

menguap dan tubuh akan terasa dingin kembali.

c. Menjaga kelembaban tubuh

Kelembaban dijaga dengan cara mencegah keluarnya cairan dalam tubuh.

Lapisan kulit bersifat kenyal (padat dan kencang), terutama pada bagian

lapisan tanduknya sehingga air tidak mudah keluar dari dalam tubuh.

d. Kulit sebagai sistem syaraf yang sensitif

Kulit berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Kulit memiliki sistem syaraf

yang sangat peka terhadap pengaruh atau ancaman dari luar, seperti dingin,

panas, sentuhan, tekanan, dan sakit.

16
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Jenis Kulit Wajah

Pada umumnya, jenis kulit wajah dibagi menjadi 5 jenis (Suparni dan

Wulandari, 2013):

a. Kulit Berminyak

Jenis kulit ini sangat mudah dikenali. Ketika kita bangun tidur dan

mengusapkan tisu pada wajah, maka akan terdapat banyak 'minyak‟ yang

terlihat mengilap. Bagian mengilap ini terjadi karena adanya banyak minyak.

Bagian wajah yang cukup berminyak biasanya adalah dagu, hidung, dan dahi.

b. Kulit Kering

Saat kita bangun tidur dan mengusapkan tisu pada wajah, kertas tisu akan

tetap kering dan tidak terlihat adanya noda minyak seperti pada kulit

berminyak. Namun ciri yang mudah dikenali, setelah kita menyapukan kertas

c. Kulit Normal

Kulit normal adalah jenis kulit yang cantik dan ideal. Saat bangun tidur,

usapkan kertas tisu pada wajah. Tisu tersebut tidak akan meninggalkan bekas

minyak. Wajah juga tetap terasa elastis dan kenyal.

d. Kulit Sensitif

Kulit ini termasuk paling "sulit” perawatannya karena sangat rapuh. Pada saat

bangun tidur dan kita mengusapkan tisu pada wajah, kulit akan terasa kering

dan bahkan bisa iritasi (terasa seperti akan luka).

e. Kulit Kombinasi

Dibandingkan dengan kulit sensitif, kulit kombinasi ini memerlukan perhatian

yang lebih besar dan hati-hati. Kulit kombinasi pada dasarnya campuran kulit

berminyak dan kulit kering.

17
Universitas Sumatera Utara
2.3 Penuaan Dini

Proses penuaan merupakan proses fisiologi yang tak terhindarkan yang

pasti dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat irreversible yang meliputi

seluruh organ tubuh termasuk kulit. Ironisnya proses penuaan ini dipandang

sebagai hal yang menakutkan oleh kebanyakan orang, padahal proses ini akan

berjalan terus seiring dengan bertambahnya usia (Putro, 1998).

Kulit merupakan salah satu jaringan yang secara langsung akan

memperlihatkan proses penuaan tersebut. Walaupun sampai saat ini mekanisme

menua belum diketahui secara pasti. Berbagai faktor, baik faktor dalam maupun

faktor luar (teristimewa sinar matahari) dapat mempengaruhi kecepatan proses

menua pada kulit (Putro, 1998).

2.3.1 Pengertian Penuaan Dini

Umumnya semua sel jaringan atau organ dapat menangkal serangan

radikal bebas karena didalamnya terdapat sejenis enzim khusus yang mampu

melawannya. Karena manusia secara alami mengalami degradasi atau

kemunduran seiring dengan peningkatan usia akibat radikal bebas itu sendiri,

maka pemusnahan radikal bebas tidak pernah mencapai 100%, meskipun secara

teoritis dapat dilakukan oleh berbagai macam antioksidan. Belum lagi adanya

rangsangan untuk membentuk radikal bebas yang berasal dari lingkungan. Karena

itu, secara perlahan tetapi pasti terjadi kerusakan organ oleh radikal bebas yang

tidak dapat dihindari (Kosasih dkk., 2006).

Kerusakan organ secara perlahan merupakan proses terjadinya penuaan,

yang mencakup antara lain :

- hilangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit tampak kriput

18
Universitas Sumatera Utara
- terjadinya lipofuchsin atau bintik pigmen kecoklatan di kulit yang merupakan

timbunan sisa pembakaran dalam sel.

- rusaknya makromolekul pembentuk sel, yaitu protein, karbohidrat (polisakarida),

lemak dan DNA.

- sel-sel menjadi rusak, mati, atau bermutasi.

- kulit menjadi kering karena menurunnya fungsi kelenjar minyak kulit (kelenjar

sebasea).

- berkurangnya kadar air kulit dan mengeringnya serabut kolagen dan elastin

akibat menurunnya hormone-hormon kelamin.

- menurunnya kecepatan metabolisme sel basal dan melambatnya proses

keratinisasi, mengakibatkan regenerasi sel-sel epidermis menjadi lambat

(Tranggono dan Latifah, 2007).

2.3.2 Tanda-tanda Penuaan Dini

Struktur dan morfologi kulit menua (Putro, 1998) :

1. Kulit kering

Pada usia lanjut kulit akan terlihat kering, dan ini disebabkan beberapa faktor

berikut:

- Menurunnya pengaruh hormon androgen.

- Menurunnya aktivitas dan fungsi kelenjar sebacea yang membentuk lemak

untuk meminyaki kulit sehingga terjadi evaporasi (penguapan).

- Jumlah kelenjar ekrin yang menghasilkan keringat dan menjaga kelembaban

berkurang sampai 15% sehingga kulit menjadi kering.

2. Permukaan kulit kasar dan bersisik

Hal ini terjadi akibat beberapa hal berikut:

19
Universitas Sumatera Utara
- Kelainan pada proses keratinisasi disertai perubahan-perubahan ukuran dan

bentuk sel-sel epidermis yang bermacam-macam dan sebahagian sel

berkelompok.

- Lapisan stratum korneum mudah terlepas dan adanya kecenderungan sel-sel

kulit mati untuk saling melekat pada permukaan kulit.

- Faktor kekeringan kulit korneum karena berkurangnya lemak permukaan kulit

dari kandungan air di lapisan epidermis.

3. Kulit berkeriput dan mengendur serta garis-garis lipatan kulit lebih jelas.

4. Gangguan pigmentasi yang tidak merata pada kulit.

2.3.3 Faktor-faktor Penyebab Penuaan Dini

Banyak faktor yang ikut berpengaruh dalam proses penuaan dini, baik

faktor intrinsik (dari dalam tubuh sendiri) maupun faktor ekstrinsik (lingkungan).

Beberapa faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut (Putro, 1998) :

1. Ras

Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari daripada kulit berwarna

sehingga pada kulit putih lebih mudah terjadi gejala-gejala kulit menua secara

dini dan kelainan kulit lainnya dibandung dengan kulit berwarna.

2. Genetika

Para ahli yakin bahwa faktor genetika juga berpengaruh terhadap proses penuaan

dini. Menurut hasil penelitian di Jepang terhadap orang-orang kembar dibuktikan

bahwa kerutan muka dan timbunya uban dipengaruhi oleh faktor genetika.

3. Hormonal

Proses menua dini dipengaruhi oleh produksi hormon. Hal ini terlihat jelas pada

wanita. Bila terdapat gangguan ovarium (indung telur) atau menurunnya faal

20
Universitas Sumatera Utara
ovarium pada wanita yang menopause maka produksi esterogen akan menurun

sehingga menyebabkan atropi (pengecilan) sel epitel vagina, menurunnya

elastisitas kulit, dan atrofi kulit.

4. Sistem kekebalan tubuh

Beberapa penelitian mengatakan bahwa proses menua berhubungan erat dengan

sistem kekebalan. Terjadinya involusi (kemunduran) kelenjar timus

menyebabkan diferensiasi limfosit T yang diikuti disfungsi imunitas seluler

sehingga mudah terkena infeksi, keganasan dan penyakit auto imun.

5. Keadaan umum yang buruk

Keadaan umum dari tubuh yang buruk karena malnutrisi (kesalahan/kekurangan

makanan) protein dan vitamin akan menyebabkan proses biologik seluler

terganggu sehingga mempercepat proses menuanya kulit.

6. Penyakit sistemik

Penyakit-penyakit sistematik, seperti autoimun juga mempermudah terjadinya

penuaan dini.

7. Kontak dengan bahan-bahan kimia

Kontak dengan bahan kimia tertentu dalam waktu yang cukup lama dapat

mempercepat proses penuaan pada kulit, seperti pemakaian sabun/deterjen dan

pembersih yang mengandung alkohol berlebihan akan menghilangkan lemak

permukaan kulit sehingga menyebabkan kekeringan kulit.

8. Lingkungan

Faktor lingkungan seperti sinar matahari, kelembaban udara dan dan arus angina

yang merupakan faktor paling utama yang mempercepat proses menua dini pada

kulit.

21
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Teori Terjadinya Penuaan Sel

Cahaya yang berasal dari matahari terdiri dari: cahaya inframerah (56%,

panjang gelombang 780-5000 nm), cahaya tampak (39%, 400-780nm) dan cahaya

ultraviolet (UV) 5% (290-400 nm). Radiasi UV dibagi menjadi UV C (200-290

nm), UV B (290-320nm) dan UV A (320-400 nm). Ozon menyerap 100% UV C,

90% UV B, dan tidak ada UV A. Karena penyaringan atmosfer, rasio UV B: UV

A mencapai permukaan wajah adalah 20: 1. UV B sebagian besar diserap dalam

epidermis sedangkan UV A menembus lebih dalam dan juga dapat berinteraksi

dengan fibroblas. Kromopor dalam jaringan menyerap energi dan dapat

mengalami perubahan kimia, mentransfer energinya ke molekul lain atau

mengeluarkan energi tersebut sebagai cahaya atau panas. UV B adalah mutagen

karena diserap oleh DNA. Mutasi ini mungkin terkait secara klinis dengan

penuaan dini. UV B mengubah DNA melalui pembentukan spesies oksigen reaktif

(ROS) seperti anion superoksida, peroksida dan oksigen singlet. Metabolisme

oksidatif normal juga menghasilkan ROS. ROS mengoksidasi dan menghambat

protein-tirosin fosfatase yang menurunkan reseptor seperti EGF, IL-1 dan reseptor

TNF-a, sehingga reseptor ini diregulasi dalam keratinosit dan fibroblast. Regulasi

ini mengaktifkan jalur pensinyalan MAP kinase yang menghasilkan aktivasi

protein transkripsi. Faktor pengaktif yang menghasilkan aktivasi protein

transkripsi faktor pengaktif 1 (AP-1) dan faktor-kB nuklir (NF-kB). AP-1

merangsang transkripsi matrix metallopreteinases (MMPs) dalam FBs dan KCs

dan menghambat generasi procollagen tipe-I pada FBs. MMP mendegradasi

matriks ekstraseluler dan termasuk MMP-1 (collagenase) yang memecah kolagen

tipe I dan tipe III (Papanagiotou, 2009).

22
Universitas Sumatera Utara
Photoaging dan penuaan intrinsik terjadi pada kulit wajah, tetapi tingkat

perubahan penuaan yang berbeda jelas dari individu ke individu karena

photoaging dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti lamanya waktu terpapar sinar

matahari dan jenis perawatan harian pelindung kulit dan penuaan intrinsik

dipengarui oleh faktor genetik dan faktor internal lainnya (Mitsui, 1997).

2.3.5 Pengaruh Buruk Sinar Matahari Terhadap Kulit

Sinar matahari yang kita kenal sehari-hari terbagi atas berapa jenis. Jenis

sinar yang mempunyai efek terhadap kulit sering kita kenal sebagai sinar

ultraviolet A dan sinar ultraviolet B. Sinar ultraviolet B memberikan efek merah

dan terbakar pada kulit. Sinar ultraviolet A mempunyai energi yang kurang dari

sinar ultraviolet B sehingga tidak merusak permukaan kulit luar, tetapi

pancarannya tak hanya berhenti pada permukaan kulit luar melainkan ke jaringan

kulit lebih dalam. Akibatnya, sinar ultraviolet A ini dapat merusak serat elastin

dan serat kolagen pada bagian dermis kulit dan menyebabkan kerusakan dan

penuaan pada kulit secara cepat (Prianto, 2014).

Dalam bidang kulit dan kosmetik, paparan sinar matahari yang berlebihan

dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek yang merugikan pada lapisan

paling atas kulit (epidermis) dan lapisan lebih dalam (dermis). Pada lapisan

epidermis kulit, kerusakan mengarah kepada pembentukan keriput kulit wajah

yang dini dan timbulnya bintik-bintik hitam tidak teratur pada daerah wajah, leher

dan bagian atas dari telapak tangan akibat distribusi dari pigmen melanin yang

berlebihan (Prianto, 2014). Menurut penelitian, paparan sinar matahari berlebihan

merupakan salah satu penyebab terbesar yang membuat kesegaran kulit anda

memudar dan mengalami penuaan kulit diusia dini (Fauzi dan Nurmalina, 2012).

23
Universitas Sumatera Utara
2.4 Radikal Bebas dan Antioksidan

2.4.1 Pengertian Radikal Bebas

Oksidan merupakan kata lain dari radikal bebas berupa sebuah molekul

atau lebih yang telah kehilangan satu atau lebih elektron yang bermuatan listrik

yang mengorbit berpasangan. Untuk mengembalikan keseimbangannya radikal

tersebut secara mati-matian mengambil sebuah atau lebih elektron dari molekul di

dekatnya atau melepaskan satu atau lebih elektron yang tidak mempunyai

pasangan. Hal ini menyebabkan terjadinya kehancuran molekul, sambil

menyerempet kedalam protein, lemak-lemak, serta DNA genetik sel-sel itu, seraya

merusak dan mengauskannya. Bila sasarannya itu lemah, radikal itu dapat memicu

reaksi-reaksi berantai liar yang merusaknya membrane-membran, yang membuat

sel-sel itu hancur. Lama kelamaan, kerusakan radikal bebas itu memperlihatkan

korbankannya berupa tubuh yang menua dan berpenyakit (Putro, 1998).

2.4.2 Antioksidan

Secara sederhana dapat digambarkan bahwa sebuah anti-oksidan adalah

bahan kimia yang dapat memberikan sebutir elektron yang sangat diperlukan oleh

radikal bebas agar tidak menjadi berbahaya. Dengan demikian, bila sebuah anti-

oksidan berjumpa dengan sebuah radikal bebas akan menghentikan serangannya

terhadap sel serta penghancuran tubuh, yaitu degradasi lambat yang dikenal

dengan istilah menua (Putro, 1998).

Oleh karena anti-oksidan dapat menghentikan, menghambat, atau

memperbaiki serangan radikal bebas yang mempercepat penuaan maka sangat

masuk akal kalau tubuh kita perlu banyak mengkonsumsi anti-oksidan (Putro,

1998).

24
Universitas Sumatera Utara
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang

dapat memberikan elektron dengan cuma-cuma kepada molekul radikal bebas

tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutuskan reaksi berantai dari radikal

bebas. Antioksidan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu yang larut air seperti natrium

metabisulfit, asam sitrat dan vitamin C; dan larut lemak seperti BHT dan BHA

(Kumalaningsih, 2006).

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Aminah (kurniasari, 2006)

menyatakan bahwa sejumlah tanaman obat yang mengandung flavonoid telah

dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan, antibakteri, antivirus, antiradang,

antialergi dan antikanker. Pham (2008) menyatakan bahwa flavonoid merupakan

komponen polifenol yang ada pada tumbuhan. Flavonoid diklasifikasikan menjadi

flavanol, flavanon, flavon, isoflavon, katekin, antosianin, proantosianidin.

Flavonoid memiliki aktivitas antioksidan yang poten. Flavonoid dilaporkan

memiliki efek untuk mencegah atau menghambat terjadinya penyakit kronik dan

degenerative seperti kanker, penyakit kardiovaskuler, artritis, penuaan, katarak,

demensia, stroke, Alzheimer, inflamasi, dan infeksi.

Ratnasari dan Puspitasari (2018) seperti yang dipaparkan oleh Altuntaş &

Yener (2015), menjelaskan bahwa antioksidan alami berasal dari tanaman-

tanaman herbal. Penelitian-penelitian sebelumnya telah mengungkapkan bahwa

komponen-komponen yang ditemukan di tanaman-tanaman herbal dapat

mengurangi bahaya radikal bebas terutama radiasi UV dengan mekanisme

mengurangi inflamasi induksi sinar UV, mengeliminasi reactive oxygen species

(ROS) dan radikal bebas yang membahayakan kulit. Radikal bebas dapat diatasi

dengan penggunaan antioksidan baik sintetik maupun alami.

25
Universitas Sumatera Utara
2.5 Anti-aging

2.5.1 Pengertian Anti-aging

Anti-aging atau anti penuaan adalah produk kosmetik yang digunakan

secara topikal yang mampu mengobati/menghilangkan gejala yang disebabkan

oleh sinar UV atau disebut photoaging pada kulit atau produk yang dapat

mengurangi/memperlama timbulnya gejala-gejala photoaging (Barel dkk., 2009)

Segala bentuk produk yang menghambat atau lebih tepatnya

memperlambat proses penuaan dapat kita kategorikan sebagai antipenuaan (anti-

aging) (Prianto, 2014). Anti-aging atau antipenuaan adalah suatu usaha untuk

mencegah proses degenerative. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejala-

gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti keriput, kulit kasar, noda-noda gelap

(Fauzi dan Nurmalina, 2012). Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang

berfungsi menghambat proses kerusakan pada kulit (degeneratif), sehingga

mampu menghambat timbulnya tanda-tanda penuaan pada kulit (Muliyawan dan

Suriana, 2013).

2.5.2 Fungsi dan manfaat Produk Anti-aging

Fungsi dari produk anti-aging, yaitu:

a. Menyuplai antioksidan bagi jaringan kulit

b. Menstimulasi proses regenerasi sel-sel kulit

c. Menjaga kelembaban dan elastisitas kulit

d. Merangsang produksi kolagen dan elastin

Manfaatdari produk anti-aging, yaitu:

a. Mencegah kulit dari kerusakan degeneratif

b. Kulit tampak lebih sehat, cerah (Muliyawan dan Suriana, 2013).

26
Universitas Sumatera Utara
2.6 Masker

Masker merupakan salah satu jenis kosmetik perawatan yang cukup

dikenal danbanyak digunakan.masker bekerja dengan cara mengangkat sel-sel

tanduk yag sudah mati pada kulit. la digunakan setelah massage (pengurutan)

dengan cara dioleskan pada kulit wajah kecuali alis, mata, dan bibir (Muliyawan

dan Suriana, 2013). Masker adalah kosmetik yang dipergunakan pada tingkat

terakhir dalam perawatan kulit wajah tidak bermasalah. Penggunaannya dilakukan

setelah massage, dioleskan pada seluruh wajah kecuali alis, mata dan bibir

sehingga akan tampak memakai topeng wajah. Masker juga termasuk kosmetik

yang berkerja secara mendalam (deepth cleansing) karena dapat mengangkat sel-

sel tanduk yang sudah mati (Tresna, 2010).

2.6.1 Jenis-jenis masker

Banyak jenis masker yang saat ini beredar di pasaran, diantarany:

a. Masker tipe pasta

Masker tipe pasta memiliki warna buram dan mengandung resin vinil asetat. Cara

pengaplikasian masker tipe pasta sama dengan masker tipe gel. Masker dioleskan

pada wajah dan setelah kering dapat dibersihkan dengan dikelupas atau dicuci

(Basuki, 2003).

b. Masker bubuk

Masker tipe serbuk dibuat dari kaolin, talk, atau magnesium oksida. Cara

pengaplikasian masker tipe serbuk adalah serbuk masker di campur dengan air

dan diaduk hingga homogen (Basuki, 2003).

c. Masker topeng

Masker topeng berbentuk topeng wajah dan berlubang dibagian mata dan mulut.

27
Universitas Sumatera Utara
Tekstur masker topeng juga lentur sehingga dapat menyesuaikan dengan lekuk-

lekuk wajah (Basuki, 2003).

d. Masker krim

Masker krim adalah gabungan untuk perawatan tertentu seperti facial. Masker

krim baik untuk kulit kering, karena fungsi masker ini bisa mengang mati dan

melembabkan kulit (Basuki, 2003).

e. Masker kertas/ kain

Masker kertas biasanya berbentuk lembaran menyerupai wajah dengan beberapa

lubang di bagian mata, lubang hidung, dan mulut. Sedangkan masker kain

merupakan gulungan kecil yang harus diuraikan. Masker kertas maupun kain

harus dicelup atau dibasahi dengan cairan tertentu sesuai dengan kebutuhan kulit,

antara lain berupa minyak esensial, pelembab berbentuk cairan, dan serum khusus

untuk wajah (Basuki, 2003).

f. Masker clay

Masker clay dikenal sebagai produk perawatan wajah yang ampuh untuk

membersihkan pori-pori tersumbat. Masker ini cocok untuk kulit berminyak

karena kemampuannya menyerap kandungan minyak pada wajah (Tresna, 2010).

g. Masker gel

Masker tipe gel memiliki sifat fisik berwarna transparan atau bening. Masker tipe

gel mengandung polivinil alkohol, hidroksietil selulosa atau karboksivinil polimer

(Sadao, 1982). Masker ini biasa dikenal dengan masker gel peel-off. Manfaat

masker gel antara lain dapat mengangkat kotoran dan sel kulit mati agar kulit

bersih dan segar. Ketika dilepaskan, biasanya kotoran serta sel-sel kulit mati akan

ikut terangkat (Basuki, 2003).

28
Universitas Sumatera Utara
2.6.2 Fungsi dan Manfaat masker

Fungsi masker antara lain:

a. Memperbaiki dan merangsang aktivitas sel-sel kulit yang masih aktif

b. Mengikat kotoran dan sel-sel tanduk yang masih terdapat pada kulit

c. Memberi nutrisi, menghaluskan, melembutkan dan menjaga kelembaban

kulit

d. Mencegah, mengurangi dan menyamarkan kerusakan-kerusakan pada kulit

seperti gejala keriput dan hiperpigmentasi

e. Memperlancar aliran darah dan getah bening pada jaringan kulit

(Mulyawan dan Suriana, 2013).

2.6.3 Mekanisme kerja masker gel peel-off secara umum

Masker yang diaplikasikan pada wajah menyebabkan suhu meningkat

sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar dan pengantaran zat-zat gizi ke

lapisan permukaan kulit dipercepat, sehingga kulit muka terlihat lebih segar.

Karena terjadinya peningkatan suhu dan peredaran darah yang lebih lancar, maka

fungsi kelenjar kulit meningkat, kotoran dan sisa metabolisme dikeluarkan ke

permukaan kulit untuk kemudian diserap oleh lapisan masker yang mengering.

Cairan yang berasal dari masker dan zat aktif akan diserap oleh lapisan tanduk

(stratum corneum), Setelah masker mengering, lapisan tanduk akan tetap kenyal,

bahkan sifat ini menjadi lebih baik setelah masker diangkat, terlihat keriput kulit

berkurang, sehingga kulit muka tidak saja halus tetapi juga kencang. Setelah

masker diangkat, bagian cairan yang telah diserap oleh lapisan tanduk akan

menguap akibatnya terjadi penurunan suhu kulit sehingga menyegarkan kulit

(Gurning, 2018).

29
Universitas Sumatera Utara
2.7 Skin Analyzer

Perawatan kulit sedini mungkin dapat mencegah efek penuaan, pada

analisa konvensional diagnosis dilakukan dengan mengandalkan kemampuan

pengamatan semata. Pemeriksaan seperti kekurangan pada sisi analisis secara

klinis-instrumental dan tidak adanya rekaman hasil pemeriksaan yang mudah

dipahami (Aramo, 2012).

Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter

yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi

lebih dalam kulit, dengan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi

dengan rangkaian sensor kamera, alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan

akurat. Pengukuran yang dapat dilakukan menggunakan skin analyzer yaitu

moisture (kadar air), evenness (Kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle

(keriput), dan kedalam keriput.

Tabel 2.3 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer


Pengukuran Parameter
Moisture Dehidrasi Normal Hidrasi
( Kadar air ) ( % ) 0-29 30-50 51-100
Evenness Halus Normal Kasar
(Kehalusan) 0-31 32-51 52-100
Pore Kecil Besar Sangat besar
(Pori) 0-19 20-39 40-100
Spot Sedikit Banyak noda Sangat banyak noda
(Noda)
0-19 20-39 40-100
Wrinkle Tidak berkerut Berkerut Berkerut parah
(Kerutan) 0-19 20-52 53-100
(Aramo, 2012).

30
Universitas Sumatera Utara
2.8 Komponen Bahan Masker Gel Peel-off

2.8.1 Polivinil Alkohol

Polivinil alkohol adalah polimer sintetis yang larut dalam air dengan

rumus (C2H40)n. Nilai n untuk bahan yang tersedia secara komersial terletak di

antara 500 dan 5000, setara dengan rentang berat molekul sekitar 20.000-200.000.

Polivinil alkohol berupa bubuk granular berwarna putih hingga krem, dan tidak

berbau (Rowe dkk., 2009).

Gambar 2.1 Rumus Struktur Polivinil Alkohol ((Rowe dkk., 2009)

Polivinil alkohol (PVA) dengan rumus molekul - [CH2-CH(OH)-]n-

merupakan salah satu jenis polimer hidrofilik yang tidak toksis, tidak lamt dalam

air, dan larut dalam air panas > 80°C pada batas konsentrasi < 20% (b/ v). PVA

yang dipolimerisasi cara pemanasan, menghasilkan gel yang jika dikeringkan

pada suhu kamar menghasilkan film transparan. Namun demikian, film ini dapat

menggembung kembali dalam air berupa gel yang rapuh (Erizal dan Rahayu,

1998).

2.8.2 Polivinil Pirolidon

Rumus Empiris (C6H9NO)n dan Berat Molekul 2500-3.000.000. USP 32

menggambarkan povidone sebagai polimer sintetik yang pada dasarnya terdiri dari

gugus linier 1-vinil-2-pirolidon, derajat polimerisasi yang berbeda-beda yang

menghasilkan polimer dari berbagai berat molekul. Fungsinya sebagai

31
Universitas Sumatera Utara
disintegrant; penambah disolusi, zat pensuspensi; tablet binder (Rowe dkk., 2009).

Polivinil pirrolidon ditujukan sebagai pendispersi dan pengental gel (Lucida dkk.,

2017).

Gambar 2.2 Rumus Struktur Polivinil Pirolidon (Rowe dkk., 2009)

2.8.3 Gliserin

Gliserin dengan nama lain Croderol; glycon G-100; kemstrene; Optim;

Pricerine; 1,2,3-Propanetriol; trihidroksipropan glikol memiliki rumus empiris

C3H8O8, Fungsinya adalah sebagai antimikroba presertatif, emolien, humektan,

plastisizer, pelarut, sweetening agent, tonicity agent. Dalam formulasi dan

kosmetik farmasi topikal, gliserin digunakan terutama untuk humektan dan

emoliennya properti. Dalam larutan oral, gliserin digunakan sebagai pelarut,

pemanis agen, pengawet antimikroba, dan peningkatan viskositas agen. Ini juga

digunakan sebagai plasticizer dan lapisan film. Gliserin juga digunakan dalam

formulasi topikal seperti krim dan emulsi (Rowe dkk., 2009).

Gambar 2.3 Rumus Struktur Gliserin (Rowe dkk., 2009)

32
Universitas Sumatera Utara
2.8.4 Natrium Lauril Sulfat

Formula Empiris C12H25NaO4S dan Berat Molekul 288.38. Menurut

USP32-NF27 Sodium Lauril Sulfat sebagai campuran sodiam alkil sulfat yang

terutama terdiri dari sodium lauril sulfat [CH3(CH2)10CH2OSO3Na]. PhEur 6.0

menyatakan bahwa natrium lauril sulfat harus mengandung tidak kurang dari 85%

dari sodium alkil sulfat yang terkolerasi sebagai C12H25NaO4S. Sodium lauril

sulfat berwarna putih atau krem untuk kristal berwarna kuning pucat, serpih, atau

bubuk yang halus, rasa pahit, dan sedikit bau zat lemak (Rowe dkk., 2009).

Gambar 2.4 Rumus Struktur Natrium Lauril Sulfat (Rowe dkk., 2009)

2.8.5 Nipagin

Nipagin dengan nama kimia Methil-4-hidroksibenzoat dan rumus molekul

CsH8O3 memiliki bentuk Kristal atau bubuk Kristal, tidak berwarna atau putih,

berbau atau hampir tidak berbau, dan memiliki rasa terbakar sedikit. Nipagin

memiliki aktivitas antimikroba.

Gambar 2.5 Rumus Struktur Nipagin (Rowe dkk., 2009)

33
Universitas Sumatera Utara
Inkompatibilitas nipagin adalah dengan zat, seperti bentonit, magnesium

trisilikat, talk, tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropin

juga bereaksi dengan berbagai gula. Fungsinya sebagai Pengawet (antimikroba).

Biasanya digunakan kombinasi sebagai pengawet dengan perbandingan metal

paraben 0,185) dan propil paraben (0,02%) (Rowe dkk., 2009).

2.8.6 Etanol 96%

Etanol memiliki nama lain etil alkohol dengan rumus kimia C2H6O.

Memiliki bentuk cairan dengan warna jernih, tidak berwarna dengan bau khas,

dan rasa seperti terbakar pada lidah . Etanol 96% mudah menguap pada suhu

rendah, mendidih pada 78°C , dan mudah terbakar. Etanol 96% dapat bercampur

dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik. Etanol 96%

berfungsi sebagai pelarut (Rowe dkk., 2009).

Gambar 2.6 Rumus Struktur Etanol 96% (Rowe dkk., 2009)

2.8.7 Aquadest

Air Murni/aquades adalah air yang memenuhi persyaratan air minum,

yang dimurnikan dengan cara destilasi, penukar ion, osmosis balik atau proses

lain yang sesuai. Tidak mengandung zat tambahan lain. Catatan Air Murni

digunakan untuk pembuatan sediaan-sediaan. Bila digunakan untuk sediaan steril,

selain sediaan parenteral, air harus memenuhi persyaratan Uji Sterilitas <71>, atau

gunakan air murni steril yang dilindungi terhadap kontaminasi mikroba (Ditjen

POM, 1979).

34
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental. Proses penelitian ini

dilakukan di Laboratorium Fitokimia, Laboratorium Kosmetologi dan

Laboratorium Farmasi Fisik Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara,

Medan. Penelitian meliputi: pengumpulan bahan tumbuhan, identifikasi

tumbuhan, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak, pembuatan sediaan masker

gel peel-off sebagai anti-aging. Menggunakan ekstrak etanol kulit buah alpukat

sebanyak 2,5; 5; 7,5 dan blanko, penentuan mutu fisik sediaan (pengamatan

organoleptis, pengukuran pH), uji viskositas sediaan, uji waktu pengeringan

sediaan, uji iritasi dan pengujian efektivitas anti-aging sediaan.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas

laboratorium, cawan porselen, gelas objek, pipet tetes, pot plastik, botol kaca,

penangas air, batang pengaduk, sudip, spatula, kertas perkamen, kertas saring,

aluminium foil, penjepit tabung, plastic wrap, rotary evaporator, skin analyzer,

dan moisture checker (Aramo Huvis), pH meter (Hanna), neraca analitik (Boeco),

dan viskometer Brookfield.

3.1.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah alpukat.

Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol 96%, polivinil

alkohol (PVA), polivinil pirolidon (PVP), gliserin, natrium lauril sulfat, nipagin,

larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01), dan air suling.

35
Universitas Sumatera Utara
3.2 Sukarelawan

Sukarelawan adalah mahasiswi Fakultas Farmasi USU dan berusia sekitar

20-30 tahun dengan kriteria sebagai berikut (Ditjen POM, 1985):

1. Wanita berbadan sehat;

2. Usia antara 20-30 tahun;

3. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi;

4. Bersedia menjadi sukarelawan.

3.3 Sampel Tumbuhan

3.3.1 Pengambilan Bahan

Pengambilan bahan tumbuhan dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan tumbuhan

yang digunakan adalah kulit dari buah alpukat yang telah matang yang diperoleh

dari pedagang alpukat kocok “Pokat Kocok Simpang Glugur Buk Iyah”, Jalan KL

Yos Sudarso, Kota Madya Medan, Provinsi Sumatera Utara.

3.3.2 Identifikasi sampel

Identifikasi sampel dilakukan di Herbarium Medanese (MEDA),

Universitas Sumatera Utara, Medan. Hasil identifikasi dapat dilihat pada

Lampiran 1.

3.3.3 Pembuatan Simplisia Kulit Buah Alpukat

Kulit buah alpukat dibersihkan dari buahnya lalu dicuci bersih, ditiriskan

dipotong kecil-kecil dan ditimbang. Keringkan kulit buah alpukat dalam lemari

pengering dengan suhu 40-50oC. Setelah kering, kulit buah alpukat kemudian

diserbukkan dengan menggunakan blender dan ditimbang hingga diperoleh serbuk

simplisia kulit buah alpukat.

36
Universitas Sumatera Utara
3.3.4 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Alpukat

Pembuatan ekstrak kulit buah alpukat (Persea americana Mill.) dilakukan

secara maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96%. Menurut Farmakope

Indonesia Edisi III (1979) caranya adalah sebagai berikut:

Sebanyak 500 gram serbuk simplisia dimasukkan kedalam sebuah bejana,

dituangi dengan 75 bagian (3.750 ml) etanol 96%, ditutup, dibiarkan selama 5 hari

terlindungi dari cahaya sambil sesekali diaduk, diserkai, disaring. Ampas

dimaserasi lagi dengan 25 bagian (1.250 ml) etanol 96% pada bejana tertutup,

dibiarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari sambil sesekali

diaduk, diserkai, disaring. Filtrat digabungkan kemudian dipekatkan dengan alat

rotary evaporator pada suhu 40-50oC sampai diperoleh ekstrak kental (Ditjen

POM, 1979).

3.4 Formulasi Sediaan Masker Gel Peel-off

3.4.1 Formula Standar Masker Gel Peel-off

Formula standar (Rieger, 2000):

R/ Polivinil alkohol 5-10%

Humektan 2-10%

Surfaktan 2-5%

Alkohol 10-30%

pH buffer pH 4-7

Pengawet q.s

Parfum q.s

Pewarna q.s

Air suling ad 100

37
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Formula Modifikasi Masker Gel Peel-off

Formula modifikasi:

R/ Polivinil alkohol 5

Polivinil Pirolidon 7

Gliserin 4

Natrium Lauril Sulfat 2

Etanol 96% 20

Nipagin 0,2

Parfum q.s

Air suling ad 100

Konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat dalam formula masker gel peel-off

yang digunakan pada penelitian ini adalah: 2,5%, 5% dan 7,5% dalam 100 g.

Masing-masing formula dijelaskan dalam Tabel 3.1

Tabel 3.1 Formula Sediaan Masker Gel Peel-off


Konsentrasi (%)
Bahan F0 F1 F2 F3
Ekstrak kulit buah alpukat 0 2,5 5 7,5
Polivinil alkohol 5 5 5 5
Polivinil Pirolidon 7 7 7 7
Gliserin 4 4 4 4
Natrium lauril sulfat 2 2 2 2
Etanol 96% 20 20 20 20
Nipagin 0,2 0,2 0,2 0,2
Parfum 2 tetes 2 tetes 2 tetes 2 tetes
Air suling Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100

Keterangan: Formula Blanko: Basis masker gel peel-off tanpa ekstrak kulit buah
alpukat
Formula F1 : Konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat 2,5%
Formula F2 : Konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat 5%
Formula F3 : Konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat 7,5%

38
Universitas Sumatera Utara
3.5 Prosedur Pembuatan Masker Gel Peel-off Ekstrak Etanol Kulit Buah

Alpukat

Ditambahkan PVA dalam 20 ml air suling, kemudian dipanaskan pada

suhu 80ᵒC sambil diaduk konstan hingga membentuk gel. Dilarutkan PVP

dalam air suling sebanyak 20 ml kemudian dipanaskan pada suhu 80ᵒC.

dilarutkan nipagin dalam 10 ml aquadest panas. Ditambahkan massa PVP

kedalam massa PVA, lalu ditambahkan larutan nipagin, natrium lauril sulfat, dan

gliserin. Diaduk konstan hingga homogen lalu dibiarkan hingga dingin. Lalu

dilarutkan ekstrak kulit buah alpukat kedalam etanol 96% dan ditambahkan

sedikit demi sedikit kedalam basis hingga membentuk masker gel peel-off ekstrak

etanol kulit buah alpukat.

3.6 Prosedur Pengujian Mutu Fisik Sediaan

Penentuan mutu fisik sediaan dilakukan terhadap persediaan masker gel

peel-off meliputi uji homogenitas, uji pH, uji stabilitas sediaan (warna dan bau),

penentuan viskositas sediaan masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat, dan

uji waktu sediaan mengering.

3.6.1 Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan gelas objek.

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan

transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen

dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

39
Universitas Sumatera Utara
3.6.2 Uji pH

Pengujian pH pada sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter

dengan cara berikut:

Alat terlebih dulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar

netral (pH 7,0) dan larutan dapar pH asam (pH 4,0) hingga alat menunjukkan

harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan

dengan menggunakan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu

ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml.

Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat

menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter

merupakan pH sediaaan.

3.6.3 Pengukuran Viskositas

Penentuan viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer

Brookfield. Dengan cara menimbang 70 gram sediaan masker gel peel-off ekstrak

kulit buah alpukat kemudian diatur spindle 64 dan kecepatan yang digunakan dan

viskometer Brookfield dijalankan, kemudian viskositas dari masker gel peel-off

akan terbaca.

3.6.4 Pengujian Waktu Pengeringan Sediaan

Pengujian waktu kering dilakukan pada suhu kamar dengan cara

mengoleskan masker gel peel-off ke sebagian wajah area pipi secara merata dan

diamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat

mulai dioleskan masker gel peel-off hingga benar-benar terbentuk lapisan kering

dan dapat ditarik.

40
Universitas Sumatera Utara
3.7 Pengujian Iritasi Terhadap Sukarelawan

Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan masker gel peel-off etanol kulit

buah alpukat dengan maksud untuk mengetahui bahwa masker gel peel-off yang

dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak . iritasi dapat dibagi

menjadi dua kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah

terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya

baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit (Ditjen

POM, 1985).

Sukarelawan yang akan menggunakan masker gel peel-off dapat

dilakukan uji tempel preventif (patch test), yaitu dengan memakai masker tersebut

dibelakang daun telinga. Setelah dibiarkan selama 24 jam tidak terjadi reaksi kulit

yang diinginkan, maka kosmetik tersebut dapat digunakan (Wasitaatmadja, 1997).

3.8 Pengujian Efektivitas Anti-aging

Pengujian efektivitas anti-aging dilakukan terhadap sukarelawan

sebanyak 15 orang dan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu:

a) Kelompok I : 3 sukarelawan untuk basis masker gel (Basis)

b) Kelompok II : 3 sukarelawan untuk masker gel formula I (2,5%)

c) Kelompok III : 3 sukarelawan untuk masker gel formula II (5%)

d) Kelompok IV : 3 sukarelawan untuk masker gel formula III (7,5%)

Skin analyzer merupakan salah satu sebuah perangkat yang dirancang

untuk mendiagnosa keadaan pada kulit. skin analyzer dapat mendukung diagnosa

yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun juga memperlihatkan sisi

lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan metode pengukuran normal

41
Universitas Sumatera Utara
dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer

menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil cepat dan akurat (Aramo, 2012).

Semua sukarelawan diukur kondisi awal kulit pada area uji yang telah

dioleskan masker gel peel-off dan disebar diatas permukaan kulit wajah bagian

ujung mata hingga pelipis hingga membentuk lapisan tipis seragam. Pengujian

dilakukan meliputi:

1. kadar air (moisture), dengan menggunakan alat moisture checker yang

terdapat dalam perangkat skin analyzer.

2. Kehalusan kulit (evenness), menggunakan lensa pembesaran 60x (normal

lens) dengan sensor warna biru.

3. Pori wajah (pore), menggunakan lensa perbesaran 60x (normal lens)

dengan sensor warna biru,

4. Noda (spot), menggunakan lensa perbesaraan 60x (polarizing lens) dengan

sensor warna jingga.

5. Keriput (wrinkle), menggunakan lensa pembesaraan 10x (normal lens)

dengan sensor warna biru. dengan menggunakan skin analyzer.

Perawatan mulai dilakukan dengan mengaplikasikan masker gel peel-off

hingga merata pada wajah yang telah ditandai setiap satu minggu 1 kali

pemakaian, masker gel peel-off diaplikasikan berdasarkan kelompok yang telah

ditetapkan diatas. Perubahan kondisi kulit diukur setelah aplikasi masker gel

peel-off setiap 7, 14, 21 dan 28 hari dengan menggunakan skin analyzer.

3.9 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis menggunakan program SPSS (Statistical

Product and Service Solution) 22.

42
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pembuatan Simplisia Kulit Buah Alpukat

Pada pembuatan simplisia kulit buah alpukat didapat hasil berat simplisia

sebesar 700 gram dari 2.900 gram berat kulit buah alpukat basah yang telah

dikeringkan di lemari pengering selama 7 hari. Kulit buah alpukat mengalami

penyusutan sebanyak 2.200 gram. Simplisia merupakan bahan alami yang

digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan kecuali pengeringan.

Penyusutan merupakan salah satu perubahan fisik yang terjadi dalam pengeringan.

Penyusutan volume partikel bahan terjadi akibat adanya pembuangan air keluar

bahan dan perubahan struktur internal (Sagita, 2013).

4.2 Hasil Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Alpukat

Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi. Dimana menggunakan 500

gram simplisia yang telah dihaluskan lalu ditambahkan etanol 96% sebanyak 5 L

selama 7 hari dan didapatkan ekstrak sebanyak 90 gram, dengan bau khas dan

warna coklat tua.

Etanol 96% memiliki kemampuan menyari dengan polaritas yang lebar

mulai dari senyawa non polar sampai dengan polar. Pemilihan metode ekstraksi

maserasi karena mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan metode

ekstraksi lainnya. Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu prosedur

dan peralatan yang digunakan sederhana dan tidak dipanaskan sehingga bahan

alam tidak menjadi terurai (Puspitasari dan Proyogo, 2010).

43
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Gel Peel-off

Sediaan masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat sebagai anti-aging

dibuat dengan menggunakan formula standar masker gel peel-off (Rieger, 2000).

Formula standar ini dimodifikasi dimana sebahagian bahan digantikan dan

penambahan bahan dalam formula standar. Ekstrak etanol kulit buah alpukat yang

ditambahkan dalam sediaan masker gel peel-off sebagai anti-aging adalah dengan

konsentrasi 2,5%; 5% dan 7,5%. Sediaan masker yang diperoleh berupa masker

gel peel-off warna hijau muda sampai hijau tua dan berbau khas.

4.4 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker

4.4.1 Hasil Pemeriksaan Homogenitas

Hasil pemeriksaan homogenitas terhadap sediaan masker gel peel-off

ekstrak etanol kulit buah alpukat menunjukkan bahwa semua sediaan tidak

memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca

transparan (object glass). Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat

memiliki susunan yang homogen (Ditjen POM, 1979). Hasil homogenitas dapat

dilihat pada Gambar 4.1.

F0 FI FII FIII
Gambar 4.1 Hasil Uji Homogenitas Sediaan
Keterangan:
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%

44
Universitas Sumatera Utara
4.4.2 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan

Evaluasi stabilitas pada penelitian ini bertujuan untuk mengamati adanya

perubahan warna, bau dan perubahan pH pada sediaan masker wajah peel-off.

Evaluasi stabilitas sediaan dilakukan selama penyimpanan 12 minggu pada suhu

kamar dengan interval pengamatan setiap 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 minggu. Hasil

evaluasi stabilitas dari tiap parameter dapat dilihat dalam Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil pengamatan stabilitas sediaan masker gel peel-off


Waktu (Minggu)
Parameter Formula
2 4 6 8 10 12
F0 Bening Bening Bening Bening Bening Bening
FI HM HM HM HM HM HM
Warna
FII HT HT HT HT HT HT
FIII HT HT HT HT HT HT
F0 Khas Khas Khas Khas Khas Khas
FI Khas Khas Khas Khas Khas Khas
Bau
FII Khas Khas Khas Khas Khas Khas
FIII Khas Khas Khas Khas Khas Khas
F0 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5 6,5
FI 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2 6,2
pH
FII 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1 6,1
FIII 6,0 6,0 6,0 6,0 5,9 5,9
Keterangan:
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%
HM : Hijau Muda
HT : Hijau Tua

Hasil pengamatan warna sediaan masker gel peel-off ekstrak etanol kulit

buah alpukat pada formula 0 yang merupakan basis masker gel peel-off

memberikan warna bening, pada formula I memberikan warna hijau muda dan

pada formula II dan III menunjukan warna Hijau Tua. Hal tersebut dipengaruhi

oleh banyaknya ekstrak yang ditambahkan kedalam basis yang berwarna bening,

dimana ekstrak etanol kulit buah alpukat berwarna coklat tua. Semakin banyak

45
Universitas Sumatera Utara
ekstrak yang ditambahkan maka akan semakin pekat warnanya (Pratiwi dan

Wahdaningsih, 2018). Pada pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa

warna dan bau sediaan yang berasal dari parfum tidak mengalami perubahan

selama 12 minggu penyimpanan pada suhu kamar. Hal ini menunjukkan bahwa

sediaan masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat yang dibuat stabil.

Pada pemeriksaan pH sediaan masker gel peel-off, didapatkan hasil pH

antara 5,9-6,5. Perbedaan pH sediaan disebabkan oleh perbedaan penambahan

konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat dan keadaan pH ekstrak kulit buah alpukat

yang digunakan mempunyai pH asam. Setelah penyimpanan selama 12 minggu,

pH yang diperoleh sedikit menurun dibandingkan dengan pH setelah dibuat pada

formula 3. Meskipun terjadi penurunan pH, tetapi sediaan tersebut masih aman

digunakan. Dimana pH sediaan ini masih dalam pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5

(Tranggono dan Latifah, 2007). pH sediaan yang terlalu basa dapat menyebabkan

kulit menjadi kering dan pH sediaan yang terlalu asam akan menimbulkan iritasi.

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa semakin tinggi

konsentrasi ekstrak etanol kulit buah alpukat yang ditambahkan ke dalam masker

gel peel-off maka pH sediaan tersebut semakin menurun atau semakin asam. Hal

ini dapat disebabkan karena pH ekstrak etanol kulit buah alpukat yang asam yaitu

4,7. Namun walaupun pH ekstrak asam, setelah formulasi pH meningkat sehingga

masih memenuhi syarat pH fisiologis kulit yang ditentukan.

46
Universitas Sumatera Utara
4.4.3 Hasil Pengujian Waktu Sediaan Mengering

Evaluasi pengukuran waktu sediaan mengering dilakukan sebanyak 3 kali

pengulangan dengan sukarelawan yang berbeda-beda. Pengujian waktu sediaan

mengering dilakukan pada suhu kamar dengan mengamati waktu yang diperlukan

sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskan masker gel peel-

off pada kulit wajah sehingga terbentuk lapisan yang kering (Vieira, 2009).

Berdasarkan hasil pengukuran lama pengeringan sediaan masker, diperoleh waktu

berkisar 17-21 menit sampai masker dalam keadaan kering dan dapat ditarik. Dari

data yang diperoleh masker gel peel-off masih memenuhi waktu mengering yang

baik yaitu antara 15-30 menit (Mahyun dkk., 2018). Hasil pengujian waktu

sediaan mengering masker gel peel-off dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Waktu Sediaan Mengering

Waktu Sediaan Mengering (Menit)


F0 FI FII FIII
Setelah Pembuatan 21 20 18 17
22 20 19 17
21 21 19 18
Rata-rata 21,33 20,33 18,67 17,33
Keterangan:
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%

Pada Tabel 4.2 menunjukkan terdapat perbedaan waktu sediaan untuk

mengering pada masing-masing formula. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya

pengaruh penambahan ekstrak, ekstrak yang ditambahkan menyebabkan semakin

cepatnya proses evaporasi masker gel peel-off. Hal ini dikarenakan ekstrak kulit

buah alpukat yang ditambahkan memiliki kandungan gula dan pati dalam kulit

47
Universitas Sumatera Utara
buah alpukat (Liu, 1999). sehingga kekentalan dalam masker gel peel-off

berkurang pada saat ekstrak ditambahkan kedalam basis dan waktu mengering

sediaan menjadi lebih cepat. Hasil yang diperoleh juga menunjukan bahwa

semakin lama penyimpanan, maka waktu yang dibutuhkan sediaan masker gel

peel-off untuk mengering tidak berubah. Hal ini dapat disebabkan karena sediaan

masker gel peel-off mengandung gliserin yang bersifat higroskopis dengan afinitas

yang tinggi untuk menarik dan menahan molekul air dan menjaga kestabilan

dengan cara mengabsorbsi lembab dari lingkungan dengan mengurangi

penguapan air dari sediaan (Barel dkk., 2009).

4.4.4 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan

Hasil penentuan viskositas sediaan masker gel peel-off dilakukan

menggunakan viskometer Brookfield dengan spindel nomor 64 dengan kecepatan

12 pada formula blanko dan formula masker gel peel-off dengan konsentrasi

ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%, 5% dan 7,5%. Pengujian viskositas

merupakan faktor yang penting karena bertujuan untuk menentukan ketebalan gel.

Viskositas terkait dengan kemampuan bentuk sediaan untuk mengalir dan

mempengaruhi daya sebar. Jika viskositas meningkat maka dispersi akan

berkurang (Mahyun dkk., 2018).

Dari hasil uji viskositas masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat

diperoleh hubungan semakin tinggi penggunaan konsentrasi ekstrak kulit buah

alpukat dalam formula maka viskositas masker gel peel-off semakin meningkat.

Martin (1993) seperti yang dipaparkan oleh Phindo (2016), menjelaskan bahwa

peningkatan konsentrasi ekstrak dapat meningkatkan viskositas. Hasil pengamatan

viskositas sediaan masker gel peel-off selama penyimpanan 12 minggu

48
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa sediaan mengalami penurunan nilai viskositas. Hal ini dapat

disebabkan karena lama penyimpan, sehingga sediaan lama terpengaruh oleh

lingkungan seperti udara. Sediaan masker gel peel-off mengandung gliserin yang

bersifat higroskopis dengan afinitas yang tinggi untuk menarik dan menahan

molekul air dan menjaga kestabilan dengan cara mengabsorbsi lembab dari

lingkungan (Barel dkk., 2009). Hasil pengukuran viskositas dapat dilihat pada

Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan


Waktu (Minggu)
Formula
2 4 6 8 10 12
Viskositas F0 1500 1500 1500 1500 1500 1250
(cp) FI 2250 2250 2250 2250 2250 2000
FII 10750 10750 10750 10750 10750 10700
FIII 18500 18500 18500 18500 18250 18250
Keterangan:
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%

4.5 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 21 sukarelawan yang

dilakukan dengan cara menempelkan sediaan masker gel peel-off pada kulit

belakang telinga, menunjukkan bahwa semua sukarelawan memberikan hasil

negatif terhadap parameter reaksi iritasi. Parameter yang diamati yaitu adanya

kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritasi

tersebut yang disimpulkan bahwa sediaan masker gel peel-off yang dibuat aman

untuk digunakan (Tranggono dan Latifah, 2007).

Menurut Wasitaatmadja (1997), uji iritasi kulit yang dilakukan untuk

mengetahui efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika di bagian bawah

49
Universitas Sumatera Utara
lengan atau belakang telinga dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel 4.4, tidak

ada terlihat adanya efek samping berupa kemerahan, gatal-gatal, ataupun adanya

pembengkakan pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan masker gel peel-off).

Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan


Sukarelawan
Pengamatan F0 FI FII FIII
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Kemerahan - - - - - - - - - - - -
Gatal-gatal - - - - - - - - - - - -
Bengkak - - - - - - - - - - - -
Keterangan:
(-) : Tidak ada reaksi
(+) : Kulit kemerahan
(++) : Kulit gatal-gatal
(+++) : Kulit bengkak
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%

4.6 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-aging

Pengukuran efektivitas anti-aging dilakukan dengan mengukur kondisi

kulit sukarelawan yang meliputi kadar air (moisture), kehalusan (evenness),

ukuran pori-pori (pore), banyak noda (spot) dan jumlah kerutan (wrinkle) dengan

tujuan melihat seberapa besar pengaruh masker gel peel-off dari ekstrak etanol

kulit buah alpukat untuk mengatasi penuaan dini pada kulit, dilihat dari persen

pemulihan. Berdasarkan uji normalitas dengan Shapiro-Wilk test, diperoleh nilai

p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal, sehingga

dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis dilanjutkan dengan Uji Mann-

Whitney.

50
Universitas Sumatera Utara
4.6.1 Kadar Air (moisture)

Pengukuran efektivitas masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah

alpukat dalam peningkatan kadar air (moisture) dilakukan dengan menggunakan

alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil

pengukuran kadar air dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Data hasil pengukuran kadar air pada kulit sukarelawan
Kadar Air Kulit %
Formula Relawan Minggu Minggu Minggu Minggu Pemulihan
Sebelum kadar air
1 2 3 4
1 29 29 29 29 30 3,4
2 29 29 29 29 30 3,4
F0
3 28 28 28 29 29 3,6
Mean 28,67 28,67 28,67 29,00 29,67 3,5
1 28 28 29 31 31 10,7
2 28 29 30 30 31 10,7
FI
3 29 30 31 32 32 10,3
Mean 28,33 29,00 30,00 31,00 31,33 10,6
1 29 30 31 32 33 13,8
2 29 29 30 32 34 17,2
FII
3 29 30 32 33 34 17,2
Mean 29,00 29,67 31,00 32,33 33,67 16,1
1 28 30 32 35 36 28,6
2 29 32 33 34 35 20,7
FIII
3 29 30 33 34 36 24,1
Mean 28,67 30,67 32,67 34,33 35,67 24,4
Keterangan:
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%

Data pada Tabel 4.5 menunjukkan hasil peningkatan kadar air pada kulit

wajah sukarelawan selama empat minggu perawatan dengan pemberian sediaan

masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat dengan interval pemberian

seminggu sekali secara rutin, kelembaban pada kulit sukarelawan mengalami

51
Universitas Sumatera Utara
peningkatan terutama pada formula III dengan rata-rata persen pemulihan sebesar

24,4%, dan pada formula blanko juga mengalami sedikit peningkatan dengan rata-

rata persen pemulihan sebesar 3,5%, Formula blanko mengalami peningkatan

persen pemulihan dikarenakan basis masker gel peel-off mengandung gliserin

yang berperan sebagai humektan yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan

kelembaban kulit pada lapisan statum corneum (Astuti dkk., 2018).

Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh hubungan yaitu semakin tinggi

penggunaan konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat dalam formula masker gel

peel-off maka persen pemulihan kadar air (moisture) pada sukarelawan semakin

tinggi juga. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi pula

absorban yang di peroleh (Aminah dkk., 2017). Grafik pengaruh pemakaian

masker gel peel-off terhadap kelembaban kulit sukarelawan selama empat minggu

perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.2

39
37
35
Kadar Air

33 F0 (Blanko)

31 FI (2,5%)
FII (5%)
29
FIII (7,5%)
27
25
0 1 2 3 4
Waktu (Minggu)

Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah
Sukarelawan

52
Universitas Sumatera Utara
Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik

Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula terhadap kelembaban kulit

sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada penggunaan pada minggu 2, 3 dan

4 yang menunjukkan bahwa perubahan kelembaban pada kulit signifikan. Untuk

mengetahui perbedaan tiap konsentrasi formula mempengaruhi peningkatan

kelembaban pada kulit maka dilakukan uji Mann-Whitney. Dari hasil uji Mann-

Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kelembaban

kulit yang signifikan (p < 0,05) sebelum dan sesudah pemakaian antara semua

konsentrasi formula (termasuk blanko).

Membran sel mahluk hidup terdiri dari membran sel (PUFA/ HUFA) dan

fosfolipid. Polyunsaturated faty acid (PUFA) memiliki fungsi normalisasi

aktivitas metabolisme dan meningkatkan fluiditas membran sel. Radikal bebas

akan melakukan aktivitas fotooksidasi pada asam lemak tak jenuh sehingga

menurunkan fluiditas membran sel dan menyebabkan kulit kehilangan

kelembabannya. Antioksidan bekerja untuk menghambat reaksi fotooksidasi

sehingga meningkatkan kelembaban kulit (Bhagavan, 1992). Sediaan pada

kelompok perlakuan mengandung ekstrak yang bermanfaat sebagai scavenging

agen berperan dalam mengikat radikal bebas sehingga dapat mencegah perusakan

lipid interseluler dan menjaga pertahanan alami kulit berupa NMF (Natural

Moisturizing Factor) (Astuti dkk., 2018).

Kulit buah alpukat mengandung minyak alpukat sebanyak 9,1% (Pohan,

2005). Minyak alpukat memiliki sifat oklusif. Oklusif adalah mekanisme kerja

pelembab dengan membentuk lapisan film di permukaan kulit dengan tujuan

mencegah hilangnya air dari stratum corneum.

53
Universitas Sumatera Utara
4.6.2 Kehalusan (evenness)

Dari data hasil yang diperoleh dalam uji efektivitas masker gel peel-off

ekstrak etanol kulit buah alpukat dalam peningkatan kehalusan kulit dapat dilihat

bahwa kondisi awal kehalusan kulit sukarelawan berkisar antara 33-37 yaitu pada

kondisi normal. Setelah penggunaan masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah

alpukat, kelompok blanko menunjukkan peningkatan kehalusan kulit yang kecil

(4,0%), sedangkan pada F1, F2, dan F3 menunjukkan peningkatan kehalusan kulit

dari kondisi normal menjadi halus dengan persen pemulihan rata-rata 9,7%,

15,2%, dan 22,0%. Hasil pengukuran kehalusan kulit dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Data hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit wajah
sukarelawan
Tingkat Kehalusan %
Pemulihan
Formula Relawan Minggu Minggu Minggu Minggu kehalusan
Sebelum
1 2 3 4 kulit
1 33 33 33 33 32 3,0
2 34 34 34 34 32 5,9
F0
3 34 34 34 34 33 2,9
Mean 33,67 33,67 33,67 33,67 32,33 4,0
1 36 36 35 34 33 8,3
2 33 32 32 31 30 9,1
FI
3 34 33 32 31 30 11,8
Mean 34,33 33,67 33,00 32,00 31,00 9,7
1 35 34 33 31 30 14,3
2 34 32 32 30 29 14,7
FII
3 36 35 33 31 30 16,7
Mean 35,00 33,67 32,67 30,67 29,67 15,2
1 35 33 30 30 28 20,0
2 37 35 34 32 28 24,3
FIII
3 37 36 33 30 29 21,6
Mean 36,33 34,67 32,33 30,67 28,33 22,0
Keterangan: Halus 0-31; Normal 32-51; Kasar 52-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%

54
Universitas Sumatera Utara
Kemudian data yang diperoleh setelah perawatan selama empat minggu

dianalisis dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula

terhadap kahalusan kulit sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu

keempat yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula.

Untuk mengetahui formula mana yang berbeda, maka data selanjutnya diuji

menggunakan Mann-Whitney. Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedan peningkatan kehalusan kulit yang signifikan (p < 0,05)

pada konsentrasi formula 1, formula 2 dan formula 3. Grafik pengaruh pemakaian

masker gel peel-off terhadap peningkatan kehalusan kulit sukarelawan selama

empat minggu perawatan dapat dilihat pada Gambar 4.3.

39
37
35
Kehalusan

F0 (Blanko)
33
FI (2,5%)
31 FII (5%)
29 FIII (7,5%)

27
25
0 1 2 3 4
Waktu (Minggu)

Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit wajah
Sukarelawan

Kulit kering dan kasar merupakan tanda umum yang dialami saat kulit

mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar oleh sinar matahari,

kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak, sehingga sel-sel

mati yang bertumpuk pada stratum korneum menyebabkan permukaan kulit

55
Universitas Sumatera Utara
menjadi kurang halus, akibatnya kulit tampak lebih kasar. Selain itu, kulit juga

akan terasa kasar, kusam dan bersisik akibat menurunnya kemampuan kulit untuk

melepaskan sel kulit mati yang lama untuk diganti dengan sel kulit yang baru

(Wasitaatmadja, 1997). Perubahan pada struktur, mengurangi kekencangan,

kehalusan, dan penurunan kemampuan fungsi kulit adalah fenomena yang

menyertai penuaan pada kulit. Bertambahnya kekeringan dan kekerasan kulit

sekaligus kehilangan kekencangan dan warna kulit yang tidak merata juga tanda

bertambahnya penuaan kulit (Atmaja dkk., 2012).

Flavonoid mampu merangsang pembentukan dan meningkatkan produksi

kolagen kulit. Senyawa flavonoid menghasilkan peningkatan kolagen

ekstraseluler yang akan menjaga elastisitas, fleksibilitas, dan kehalusan kulit

(Reveny dkk., 2016). Antioksidan adalah senyawa yang melindungi sel terhadap

efek merusak melalui pembentukan radikal fenoksi yang bergabung dengan

spesies oksigen reaktif, seperti superoksida, radikal peroksil, radikal hidroksil, dan

menghentikan reaksi berantai radikal bebas yang tidak diinginkan dalam sel.

Flavonoid telah membangkitkan minat yang besar baru-baru ini karena efek

menguntungkan potensial pada kesehatan manusia khususnya efek antipenuaan.

Senyawa flavonoid menghasilkan peningkatan kolagen ekstraseluler yang akan

menjaga elastisitas, fleksibilitas, dan kehalusan kulit (Nazliniwaty dkk., 2016).

4.6.3 Pori (pore)

Dari data hasil yang diperoleh dalam uji efektivitas masker gel peel-off

ekstrak etanol kulit buah alpukat dalam penurunan ukuran pori (pore) dapat dilihat

bahwa pada kelompok F1, F2 dan F3 menunjukkan adanya pengecilan ukuran

pori-pori dimana masing-masing dengan rata-rata persen penurunan sebesar

56
Universitas Sumatera Utara
11,8%, 21,8% dan 29%. Sedangkan pada kelompok blanko (F0) tidak

menunjukkan pengecilan ukuran pori-pori sukarelawan yang signifikan yaitu

sebesar 3,4%. Hasil pengukuran besar pori semua kelompok sukarelawan selama

empat minggu dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Data hasil pengukuran ukuran pori (pore) pada kulit wajah
Sukarelawan
Ukuran Pori %
Pemulihan
Formula Relawan Minggu Minggu Minggu Minggu
Sebelum Ukuran
1 2 3 4 Pori-pori
1 33 33 33 32 32 3,0
2 51 51 50 50 50 2,0
F0
3 34 34 34 33 32 5,9
Mean 39,33 39,33 39,00 38,33 38,00 3,4
1 35 33 32 31 31 11,4
2 32 31 30 29 28 12,5
FI
3 35 34 32 32 31 11,4
Mean 34,00 32,67 31,33 30,67 30,00 11,8
1 36 34 31 30 29 19,4
2 30 28 27 26 23 23,3
FII
3 35 32 31 28 27 22,9
Mean 33,67 31,33 29,67 28,00 26,33 21,8
1 32 30 28 25 23 28,1
2 33 29 28 25 23 30,3
FIII
3 35 33 30 28 25 28,6
Mean 33,33 30,67 28,67 26,00 23,67 29,0
Keterangan:
Pori-pori berukuran kecil 0-19; Pori-pori berukuran sedang 20-39; Pori-pori
berukuran besar 40-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%

Kemudian data yang diperoleh setelah perawatan selama empat minggu

dianalisis dengan uji Kruskal Wallis untuk mengetahui efektivitas formula

terhadap ukuran pori kulit sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu

kedua, ketiga dan keempat yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan

57
Universitas Sumatera Utara
antar formula dalam mengecilkan ukuran pori kulit sukarelawan. Data selanjutnya

diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda.

Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara semua formula (p > 0,05).

48
44
Ukuran Pori-pori

40
F0 (Blanko)
36 FI (2,5%)
32 FII (5%)
28 FIII (7,5%)

24
20
0 1 2 3 4
Waktu (Minggu)

Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran ukuran pori-pori (pore) pada kulit wajah
Sukarelawan

Gambar 4.4 menunjukkan bahwa masker gel peel-off formula 3 lebih cepat

mengecilkan pori-pori kulit dari pada blanko. Namun, pada kelompok blanko

masih mengalami penurunan ukuran pori-pori sebesar 3,4%, hal ini dapat

disebabkan oleh kemampuan blanko masker gel peel-off untuk mengangkat

kotoran dan sel-sel kulit mati. Perawatan yang dilakukan menunjukkan adanya

efek pengecilan pori-pori kulit sukarelawan setelah pemakaian masker peel off.

Pengecilan ukuran pori-pori kulit terjadi karena masker gel peel-off dapat

mengangkat kotoran dan sel-sel kulit mati (Basuki, 2003). Penumpukan sel-sel

kulit mati membuat pori-pori kulit tampak lebih besar (Noormindhawati, 2013).

58
Universitas Sumatera Utara
Flavonoid sebagai antioksidan dapat menghambat reaksi peroksidasi lipid

dan senyawa pereduksi yang baik. Flavonoid berlaku sebagai penghambat yang

baik untuk radikal hidroksil dan superoksida yang dengan demikian melindungi

membran lipid. itu dapat menyebabkan berkurangnya ukuran pori-pori dan

meningkatkan tekstur kulit (Nazliniwaty dkk., 2016).

4.6.4 Noda (spot)

Pengukuran banyaknya noda dilakukan dengan perangkat skin analyzer

lensa perbesaran 60 kali dengan lampu sensor jingga. Dari data yang diperoleh

dalam uji efektivitas masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat dalam

penurunan jumlah noda (spot) menunjukkan bahwa hasil pengukuran kondisi

kulit sukarelawan pada kondisi awal, semua kelompok sukarelawan memiliki

noda yang masuk dalam kondisi noda sedang yaitu dalam rentang 25-33. Setelah

penggunaan masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat, dapat dilihat

bahwa formula blanko memberikan efek pengurangan jumlah noda dengan

persentase pemulihan yang tidak signifikan yaitu 4,8% . Pada FI, FII dan FIII

menunjukkan adanya efek pengurangan noda dengan persentase pemulihan

sebesar 14,9%, 22,1% dan 28,9%. Hasil pengukuran banyaknya noda semua

kelompok sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan grafik hasil penurunan

jumlah noda dilihat pada Gambar 4.5.

59
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran banyak noda (spot) pada kulit wajah
Sukarelawan
Jumlah Noda %
Pemulihan
Formula Relawan Minggu Minggu Minggu Minggu
Sebelum Jumlah
1 2 3 4 Noda
1 28 28 28 27 27 3,6
2 31 31 30 29 29 6,5
F0
3 25 25 25 25 24 4,0
Mean 28,00 28,00 27,67 27,00 26,67 4,8
1 33 32 31 30 29 12,1
2 34 31 30 29 28 17,6
FI
3 27 26 25 24 23 14,8
Mean 31,33 29,67 28,67 27,67 26,67 14,9
1 31 29 28 26 25 19,4
2 31 30 28 25 24 22,6
FII
3 33 31 30 27 25 24,2
Mean 31,67 30,00 28,67 26,00 24,67 22,1
1 29 28 26 23 21 27,6
2 31 28 27 24 22 29,0
FIII
3 30 28 26 24 21 30,0
Mean 30,00 28,00 26,33 23,67 21,33 28,9
Keterangan:
Jumlah noda sedikit 0-19; Jumlah noda sedang 20-39; Jumlah noda banyak 40-
100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%

34

32
Jumlah Noda

30
F0 (Blanko)
28
FI (2,5%)
26
FII (5%)
24 FIII (7,5%)
22

20
0 1 2 3 4
Waktu (Minggu)
Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran banyaknya noda (spot) pada Sukarelawan

60
Universitas Sumatera Utara
Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisa SPSS menggunakan uji

Kruskal Wallis dan diperoleh nilai p < 0,05 yang menunjukkan bahwa adanya

perbedaan yang signifikan antar formula dalam mengurangi bercak-bercak noda

pada kulit sukarelawan pada minggu ketiga dan minggu keempat. Kemudian data

diuji menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda.

Dari hasil uji Mann-whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan pada formula III dimana (p > 0,05).

Mulyawan dan Suriana (2013) menyebutkan bahwa bercak-bercak hitam

(hiperpigmentasi) bisa muncul pada kulit yang mulai menua maupun kulit yang

belum tua oleh berbagai penyebab. Paparan sinar matahari yang berlebihan dalam

jangka waktu lama dapat menimbulkan efek yang merugikan pada lapisan paling

atas kulit (epidermis). Penyebab lain hiperpigmentasi adalah usia seseorang. Hal

ini dikarenakan saat usia bertambah, kemampuan kulit untuk beregenerasi

berkurang. Bercak-bercak ini memiliki warna bervariasi mulai dari cokelat terang

hingga hitam. Flek berwarna coklat sampai berwarna hitam ini berkembang

karena sel-sel kulit memproduksi antioksidan dan mengeluarkan melanin berlebih

untuk mencegah kerusakan akibat polutan. Faktor genetik atau keturunan juga

sangat mempengaruhi jumlah melanin pada kulit (Fajarini, 2015).

Pigmentasi kulit disebabkan oleh berbagai tingkat melanin di kulit,

disintesis dalam melanosom dalam sel melanosit oleh aksi tyrosinase, enzim yang

menghidroksilasi asam amino tyrosine menjadi dihydroxyphenylalanine (DOPA)

dan mengkatalisis oksidasi menjadi DOPA quinone. Banyak produk yang

bertujuan untuk mengurangi pigmentasi kulit, menargetkan penghambatan

tirosinase, karena ini adalah salah satu langkah kunci dalam pembentukan pigmen

61
Universitas Sumatera Utara
dan dapat menghalangi jalur pembentukan pigmen lainnya. Aktivitas flavonoid

memiliki penghambat enzim tirosina (Nazliniwaty dkk., 2016). Golongan

senyawa yang diduga memiliki aktivitas sebagai antioksidan serta inhibitor

tirosinase adalah flavonoid. Nangka (Artocarpus sp.) memiliki potensi sebagai

inhibitor tirosinase karena mengandung senyawa fenol dari golongan flavonoid

yang lebih besar dibandingkan senyawa non fenol dari golongan triterpenoid dan

steroid. Flavonoid banyak tersebar pada bagian bunga, daun, biji, dan kulit kayu

suatu tanaman. Senyawa-senyawa yang termasuk dalam golongan flavonoid dan

berperan sebagai antioksidan serta penghambat tirosinase (Sari dkk., 2015).

4.6.5 Keriput (wrinkle)

Dari hasil yang diperoleh dalam pengujian jumlah keriput wajah (wrinkle)

menunjukkan bahwa kulit sukarelawan tidak memiliki jumlah keriput yang

terlalu banyak (23-27). Setelah penggunaan masker gel peel-off ekstrak etanol

kulit buah alpukat, dapat dilihat bahwa formula blanko memberikan efek dalam

pengurangan jumlah keriput dengan persentase pemulihan yang rendah yaitu

sebesar 4,2%. Pada kelompok FI, FII dan FIII menunjukkan adanya efek

pengurangan jumlah keriput dengan persentase pemulihan sebesar 12,9%, 20%

dan 28,8%. Dan terjadi perubahan jumlah keriput pada wajah sukarelawan dari

berkeriput (parameter berkeriput: 20-52) menjadi tidak berkeriput (parameter

tidak berkeriput: 0-19) pada formula III. Hasil pengukuran jumlah keriput dapat

dilihat pada Tabel 4.9.

62
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Data hasil pengukuran jumlah keriput (wrinkle) pada kulit wajah
Sukarelawan
Jumlah Keriput Kulit %
Pemulihan
Formula Relawan Minggu Minggu Minggu Minggu
Sebelum jumlah
1 2 3 4 Kerutan
1 25 25 25 25 24 4,0
2 24 24 24 23 23 4,2
F0
3 23 23 23 22 22 4,3
Mean 24,00 24,00 24,00 23,33 23,00 4,2
1 29 28 27 26 26 10,3
2 29 27 26 25 25 13,8
FI
3 27 26 25 24 23 14,8
Mean 28,33 27,00 26,00 25,00 24,67 12,9
1 26 25 25 23 20 23,1
2 24 24 23 22 20 16,7
FII
3 25 24 23 22 20 20,0
Mean 25,00 24,33 23,67 22,33 20,00 20,0
1 27 24 23 22 19 29,6
2 27 25 23 22 20 25,9
FIII
3 26 23 22 20 18 30,8
Mean 26,67 24,00 22,67 21,33 19,00 28,8
Keterangan:
Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%

Data yang diperoleh setelah perawatan selama empat minggu selanjutnya

dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dan diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu

keempat yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antar formula

dalam menurunkan jumlah keriput pada kulit sukarelawan. Data selanjutnya diuji

menggunakan Mann-Whitney untuk mengetahui formula mana yang berbeda. Dari

hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara semua formula (p > 0,05). Grafik penurunan jumlah keriput pada

63
Universitas Sumatera Utara
kulit wajah sukarelawan selama empat minggu perawatan dengan menggunakan

masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat dapat dilihat pada Gambar 4.6.

31
29
Jumlah Keriput

27
25 F0 (Blanko)
23 FI (2,5%)
21 FII (5%)
19 FIII (7,5%)

17
15
0 1 2 3 4
Waktu (Minggu)

Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran banyaknya keriput (wrinkle) pada kulit
wajah sukarelawan

Salah satu ciri terjadi penuaan adalah kerutan. Kerutan terjadi karena

berkurangnya kelenjar minyak sehingga kulit akan cenderung kering dan otot-otot

wajah mulai mengendur, dalam keadaan begitu kulit menjadi lebar kemudian

terjadilah lipatan-lipatan kulit. Timbulnya kerutan itu sendiri juga bisa disebabkan

oleh lingkungan seperti sinar matahari, nutrisi yang tidak seimbang, kelembaban

udara, dan radikal bebas akibat polusi udara (Supiani, 2009). Paparan sinar

matahari mengeringkan kulit. Namun kerusakan dari radiasi ultraviolet menembus

jauh melampaui lapisan atas kulit (epidermis). Kerusakan yang paling signifikan

terjadi jauh di dalam dermis, di mana serat kolagen dan elastin rusak,

menyebabkan kerutan yang dalam dan kulit kendur (Guenther dkk., 2011).

Flavonoid sebagai antioksidan dapat menghambat peningkatan kadar

MMP-1 (Matrix Metalloproteinase-1), yang akan menyebabkan peningkatan

64
Universitas Sumatera Utara
jumlah kolagen. Matrix metalloproteinase-1 adalah mediator utama yang

menurunkan kolagen pada kulit yang memiliki photoaging. Hambatan terhadap

MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan

sinar UV. Flavonoid menghambat dan mencegah kerusakan kulit oleh radikal

bebas yang disebabkan oleh paparan sinar ultra violet pada kulit, dengan cara

mengikat oksigen tunggal dan menghambat peroksidasi lipid. Dengan terjadinya

hambatan ini, sintesis MMP-1 akan berkurang dan proses degradasi kolagen

terhambat sehingga kulit terlindungi dari proses penuaan dari paparan ultra-violet

B (Reveny dkk., 2016). Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa ROS

(Reactive Oxygen Species) memainkan peran dasar dalam penuaan kulit dan

photoaging. Kulit dilengkapi dengan antioksidan alami yang mengikat radikal

bebas. Antioksidan ini berkurang pada penuaan intrinsik serta dalam penuaan dini.

Berbagai antioksidan yang berasal dari tumbuhan dan bahan kimia endogen telah

diuji memiliki kemampuan untuk mengurangi keriput. Sebagian besar antioksidan

digunakan secara topikal karena asupan oral tidak mencapai level tinggi di kulit

(Papanagiotou, 2009).

65
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Ekstrak kulit buah alpukat dapat diformulasikan dalam sediaan masker gel

peel-off dengan konsentrasi 2,5%, 5% dan 7,5% dan memiliki sifat fisik

dan stabilitas sediaan yang baik dalam penyimpanan selama 3 bulan pada

parameter homogenitas, organoleptis (warna tidak berubah, bau tidak

berubah dan pH yang memenuhi persyaratan pH kulit), viskositas dan

waktu sediaan mengering yang memenuhi syarat.

b. Perbedaan konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat dalam sediaan masker

gel peel-off mempengaruhi efek anti-anging dengan konsentrasi yang

paling banyak menunjukkan peningkatan yaitu 7,5% dimana pada

konsentrasi ini menunjukkan peningkatan kondisi kulit menjadi lebih baik,

meliputi kadar air kulit meningkat, kulit semakin halus, pori semakin

mengecil, berkurangnya jumlah noda serta penurunan jumlah kerutan yang

paling signifikan selama empat minggu perawatan. Sesuai dengan

penelitian kadar flavonoid sebesar 4,0122 mgQE/g ekstrak, dimana

semakin banyak konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi kandungan

flavonoidnya.

5.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat memformulasikan

basis masker gel peel-off agar dapat stabil pada konsentrasi ekstrak yang lebih

tinggi.

66
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Aminah., Tomayahu N., Abidin, Z. 2017. Penetapan Kadar Flavonoid Total


Ekstrak Etanol Kulit Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Dengan
Metode Spektrofotometri UV-VIS. Jurnal fitofarmaka Indonesia. 04(02):
226.
Antasionasti, I., Riyanto, S., Rohman, A. 2017. Research Article Antioxidant
Activities and Phenolics Contents of Avocado (Persea americana Mill.)
Peel in vitro. Research Journal of Medicinal Plants. 11(2): 55-61.
Aramo. 2012. Skin and Hair Diagnosis System. Sungnam: Aram Huvis Korea
L.td. Halaman 1-10.
Astuti, K.W., Wijayanti,N. P. A. D., Lestari,A. A. D., Artha, IG. A. P. Y.,
Pradnyani,IA. G., Ratnayanti, IG. A. D. 2018. Uji Pendahuluan Nilai
Kelembaban Kulit Manusia Pada Pemakaian Sediaan Masker Gel Peel
Off Kulitbuah Manggis. Jurnal Kimia. 12(1): 50-53.
Atmaja, N. S., Marwiyah., Setyowati, E. 2012. Pengaruh Kosmetika Anti Aging
Wajah Terhadap Hasil Perawatan Kulit Wajah. Journal of Beauty and
Beauty Health Education. 1(1): 6-9.
Badan Pusat Statistika. 2014. Badan Pusat Statistika Perkembangan Alpukat di
Indonesia. 2(1): 23.
Barel, A. O., Paye, M., Maibach, H. I. 2009. Cosmetic Science and Tecnology. 2nd
Ed. New York: John Willey and Son Inc. Halaman 626-629.
Basuki, K.S. 2013. Tampil Cantik dengan Perawatan Sendiri. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Halaman 28-32.
Bhagavan, N. V. 1992. Medical Biochemistry. Burlington: Jones and Barlett
Publisher. Halaman 179.
Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 8.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 22, 356.
Erizal., Rahayu, C. 1998. Karakterisasi Hidrogel Poli(Vinil Alkohol) (Pva) Hasil
Polimerisasi Radiasi. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Aplikasi
Isotop dan Radiasi. 2(1): 137.
Ernawati., Sari, K. 2015. Kandungan Senyawa Kimia Dan Aktivitas Antibakteri
Ekstrak Kulit Buah Alpukat (Persea Americana P.Mill) Terhadap Bakteri
Vibrio alginolyticus. Jurnal Kajian Veteriner. 3(2) : 203-211.
Fajarini, M. N. 2015. Pengaruh Masker Mentimun Terhadap Pengurangan
Hiperpigmentasi Pada Kulit Wajah. Jurnal sains dan Teknologi. 2(1): 9-
12.
Fauzi, A. R., Nurmalina, R. 2012. Merawat Kulit dan Wajah. Jakarta: PT Elex
Media Kompuntindo. Halaman 60.
Fisher, G. J., Kang, S., Varani, J. 2001. Mechanism of Photoaging and
Chronological Skin Aging. Arch Dermatol. Journal of Departement of
Dermatology, University of Michigan, Ann Arbor. (1)138: 1462-1470.
Guenther, L., Lynde, C.W., Andriessen, A., Barankin, B., Goldstein, E.,
Skotnicki-Grant, S.P., dkk. 2011. Pathway to Dry Skin Prevention and
Treatment. Journal of Cutaneous Medicine and Surgery. 15(0): 1-10.

67
Universitas Sumatera Utara
Gurning, V. R. 2018. Formulasi dan Uji Anti-Aging Dari Masker gel peel-off
yang Mengandung Ekstrak Kulit Buah Markisa Ungu (Passiflora edulis
Sims.). Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Harry, R.G. 1973. Harry’s Cosmetology Edisi Keenam. New York: Chemical
Publishing Co., Inc. Halaman 103-109.
Hendra, P., Liong, P., Putri, B.W.R., Fransiskus, A.S., Andriani, F., Putriati, A.,
dkk. 2016. Efek Proteksi Dekokta Kulit buah alpukat Pada Hepar Tikus
Terinduksi Karbon Tetraklorida. Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas.
13(02): 61-62.
Indriani, H., Sumiarsih, E. 1992. Alpukat. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 1-
14.
Kalie, M. B. 1997. Alpukat Budidaya & Pemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius. Halaman 13-26.
Kemenkes RI. 2015. Materia Kosmetika Bahan Alam Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. Halaman 690.
Kosasih, E.N., Setiabudhi, T., dan Heryanto, H. 2002. Peran Antioksidan Pada
Lanjut Usia. Kota tulis: Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia.
Halaman 19, 59.
Kumalaningsih. 2006. Antioksidan Alami. Surabaya: Trubus Agrisarana. Halaman
16.
Liu, X., Robinson, P. W., Madore, M. A., Witney, G.W., Arpaia, M.L. 1999.
„Hass‟ Avocado Carbohydrate Fluctuations. II. Fruit Growth and
Ripening. J. AMER. SOC. HORT. SCI. 124(6): 676–681.
Lucida, dkk. 2017. Formulasi Masker gel peel-off dari Ekstrak Etanol Kulit Buah
Asam Kandis (Garcinia cowa, Roxb) dan Uji Aktivitas Antioksidannya.
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 19(01): 34.
Mahyun, F., Kusuma, A, P., Tamhid, H. A. 2018. Formulation peel-off gel mask
of Impatiens balsamina l. as an antibactery against Staphylococcus
aureus. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. 9(3): 168-174.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science Edisi Pertama. Amsterdam: Elsevier
Science. Halaman 39.
Mulyawan, D., Suriana, N. 2013. A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: Elex Media
Komputindo. Halaman 16-17.
Nazaruddin., Muchlisah, F. 1994. Buah Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya.
Halaman 45.
Nazliniwaty., Arianto, A., Nasution, K. R. A. 2016. Formulation and Anti-Aging
Effect of Cream Containing Breadfruit (Artocarpus altilis (Parkinson)
Fosberg) Leaf Extract. International Journal of PharmTech Research.
9(12): 524-530.
Noormindhawati, L. 2013. Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta:
Kompas Gramedia. Halaman 2-5.
Papanagiotou, V. D. 2009. Skin aging and photoaging. Journal Riview. 4(1): 57-
65.
Pham-Huy, L. A., He, H., Pham-Huy, C. 2008. Free Radicals, Antioxidants in
Disease and Health. Int. Journal Biomed. Sci; 4(2): 89-95.
Phindo, L. 2016. Formulasi dan Evaluasi Fisik Masker Peel Off yang
Mengandung Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka (Artocarpus
heteropyllus. Lamk) Asam Glikolat dan Niasinamida. Skripsi.Fakultas

68
Universitas Sumatera Utara
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Pohan, H.G., Rosidi, B., Suherman, A.H. 2005. Pengaruh Daging Buah,
Campuran Daging Buah dan Kulit dan Cara Ekstraksi Terhadap
Karakteristik Minyak Alpukat (Persea americana Mill.). Juornal of agro-
based industry. 22(2):33-40.
Pratiwi, L., Wahdaningsih, S. 2018. Formulasi Dan Aktivitas Antioksidan Masker
Wajah Gel Peel Off Ekstrak Metanol Buah Pepaya (Carica papaya L.).
Pharmacy Medical Journal. 1(2): 59.
Priani S. E., Irawati, I., Darma, G. C. E. 2015. Formulasi Masker Gel Peel-Off
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana Linn.). IJPST. 02(03): 91.
Prianto, J. 2014. Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Halaman 56-57, 84-85, 116-119.
Puspitasari, A. D., Proyogo, L. S. 2010. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi
Dan Sokletasi Terhadap Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol Daun Kersen
(Muntingia calabura). Jurnal Ilmiah Cendikia Eksakta. 1(2): 1-8.
Putro, D.S. 1998. Agar Awet Muda. Ungaran: Trubus Agriwidya. Halaman 2-
6,16,17, 20-22.
Rahmi, H. 2017. Review : Aktivitas Antioksidan dari Berbagai Sumber Buah-
buahan di Indonesia. Jurnal Agrotek Indonesia. 2(1) : 34 – 3.
Ratnasari, D., Puspitasari, R. N., 2018. Optimasi Formula Sediaan Krim Anti-
Aging Dari Ekstrak Terong Ungu (Solanum melongena L.) Dan Tomat
(Solanum lycopersicum L.). Jurnal Riset Kesehatan. 7(2): 66 – 71.
Rawlins, E. A. 2003. Bentley’s Textbook of Pharamaceutics Edisi XVIII. London:
Bailierre Tindall. Halaman 22, 355.
Reveny, J., Nazliniwaty., Umayah, R. 2016. Formulation Of Peel-Off Mask
From Ethanol Extract Of Water Spinach Leaves As Anti Agin.
International Journal of PharmTech Research. 9(12): 554-559.
Rieger, M. M. 2000. Harry’s Cosmeticology Edisi VII. New York: Chemical
Publishing Co.Inc. Halaman 471-483.
Risyad, A., Permadani, R. L., Siswarni. 2016. Ekstraksi Minyak Dari Biji Alpukat
(Persea Americana Mill) Menggunakan Pelarut N-Heptana. Jurnal
Tehnik Kimia. 5(01): 34-35.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M. 2009. Handbook OF Pharmaceutical
Excipients. Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press. Halaman17-19,
283-285, 441-444, 581-583, 564-565, 651-653.
Sagita, A. 2013. Hubungan Penyusutan Dengan Karakteristik Pengeringan
Lapisan Tipis Simplisia Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Samson, J. A. 1986. Tropical Fruits. Second Edition. New York: Longman
Scientific & Technical. Halaman 235.
Sari, R. K., Utami, R., Batubar, I., Carolina, A., Febriany, S. 2015. Aktivitas
Antioksidan dan Inhibitor Tirosinase Ekstrak Metanol Mangium (Acacia
mangium) (Antioxidant and Tyrosinase Inhibitor Activities of Methanol
Extracts of Acacia mangium). J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis. 13(1): 88-97.
Septiani, S., Wathoni, N., Mita, S. R. 2013. Formulasi Sediaan Masker Gel
Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetun gnemon Linn.).
Pharmacy Medical Journal. 1(2): 8.

69
Universitas Sumatera Utara
Sunarjono, H. H. 1997. Prospek Berkebun Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Halaman 104-106.
Suparni dan Wulandari, A. 2013. Sehat & Cantik Natural dengan Bahan-bahan
Alami. Yogyakarta: Rapha Publishing. Halaman 2-5.
Supiani, T. 2009. Pengaruh Penggunaan Galvani Terhadap Hasil Pengurangan
Kerutan Pada Perawatan Kulit Wajah Menua Dengan Ekstrak Kacang
Kedelai. Jurnal teknik. 1(2): 21-25.
Suryani, Hamsidi, R., Ikawati, N. 2015. Uji Stabilitas Formula Sediaan Losio Dari
Ekstrak Metanol Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr).
Pharmacy Medical Journal. 1(2): 1.
Sutriningsih., Astuti, I. W. 2017. Uji Antioksidan Dan Formulasi Sediaan Masker
gel peel-off Dari Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.) Dengan
Perbedaan Konsentrasi PVA (Polivinil Alkohol). Indonesia Natural
Research Pharmaceutical Journal. 1(2): 68.
Tranggono, R.I., Latifah, F. 2014. Buku Pegangan Dasar Kosmetologi. Jakarta:
PT Gramedia Pusaka Utama. Halaman 9-11, 17-20, 30-31.
Tresna, P. 2010. Perawatan Kulit Wajah (Facial). Materi Kuliah: Pendidikan
Tata Busana. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Vieira, R. P. (2009). Physical and Physicochemical Stability Evaluation of
Cosmetic Formulations Containing Soybean Extract Fermented by
Bifidobacterium animal. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences.
45(3): 515-525.
Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas
Indonesia. Halaman 16-21.
Yahya, A., Sulistyowati. 2015. Aktivitas Anti Bakteri Biji Dan Kulit Buah
Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Aerobacter aerogenes Dan
Proteus mirabilis. Jurnal Teknik. 13(02): 1412-1867.

70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Hasil Persetujuan Surat Etical Clirance

72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagan Pembuatan ekstrak etanol kulit buah alpukat

Kulit buah alpukat

dicuci dengan air sampai bersih,

dipisahkan daging buah yang masih

tertinggal pada kulit buah

ditiriskan

dipotong menjadi lebih kecil

ditimbang berat basahnya (2.900 g)

dikeringkan dalam lemari pengering

Simplisia

ditimbang beratnya ( 700 g)

dihaluskan dengan blender

Serbuk Simplisia

Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit

Buah Alpukat

73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan Pembuatan masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat

PVA PVP Nipagin

Dilarutkan dengan Dilarutkan dengan Dilarutkan dengan

air suling kemudian air suling kemudian air suling kemudian

panaskan sambil panaskan sambil panaskan sambil

diaduk hingga diaduk hingga diaduk hingga larut

terbentuk masa terbentuk masa gel

Campurkan, aduk hingga homogen

Campurkan, aduk hingga homogen

Tambahkan gliserin dan Natrium Lauril Sulfat

Campurkan, aduk hingga homogen hingga

terbentuk masa masker gel peel-off

Tambahkan Ekstrak etanol kulit buah Masker gel peel-off

alpukat (2,5%,5%,7,5%) sedikit demi tanpa Ekstrak etanol

sedikit, digerus hingga terbentuk masker kulit buah alpukat

gel peel-off yang homogen

74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Contoh surat pernyataan sukarelawan

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI VOLUNTEER PENELITIAN

(Informed Consent)

Saya yang bertandatangan di bawah ini,

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Stambuk :

Alamat :

No.Telp/HP :

Telah mendapat penjelasan dari peneliti (Siska Widhia Silitonga) secara jelas
tentang penelitian “Formulasi dan Uji Efektivitas Anti-aging Masker Gel Peel-off
yang Mengandung Ekstrak Kulit buah alpukat (Persea americana Mill.)”, maka
dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia untuk
diikutsertakan dalam penelitian tersebut.

Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, Maret 2019

Volunteer

( )

75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Gambar alat dan bahan

Alat-alat gelas Timbangan analitik

Rotary Evaporator

76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (Lanjutan)

Skin analyzer Moisture Checker pH meter

Viskometer Brookfield Spindel Bahan-bahan blanko

77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (Lanjutan)

Kulit buah alpukat Sampel dalam lemari pengering

Kulit buah alpukat kering Ekstrak etanol kulit buah alpukat

78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Gambar sediaan masker gel peel-off dan pengaplikasiannya

Blanko
(F0) F1 F2 F3

Sediaan masker gel peel-off pada awal pembuatan

Blanko
(F0) F1 F2 F3

Sediaan masker gel peel-off setelah penyimpanan 12 minggu

Pengaplikasian masker gel peel-off pada volunteer

79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Gambar hasil pengukuran menggunakan alat skin analyzer

1. Kadar Air (Moisture)

Minggu pertama sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer blanko)

80
Universitas Sumatera Utara
Minggu pertama sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer konsentrasi ekstrak
7,5%)

81
Universitas Sumatera Utara
2. Kehalusan (Evenness)

Kondisi awal sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer blanko)

82
Universitas Sumatera Utara
Kondisi awal sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer konsentrasi ekstrak 7,5%)

83
Universitas Sumatera Utara
3. Pori (pore)

Kondisi awal sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer blanko)

84
Universitas Sumatera Utara
Kondisi awal sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer konsentrasi ekstrak 7,5%)

85
Universitas Sumatera Utara
4. Noda (Spot)

Kondisi awal sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer blanko)

86
Universitas Sumatera Utara
Kondisi awal sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer konsentrasi ekstrak 7,5%)

87
Universitas Sumatera Utara
5. Keriput (Wrinkle)

Kondisi awal sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer blanko)

88
Universitas Sumatera Utara
Kondisi awal sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer konsentrasi ekstrak 7,5%)

89
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Hasil data uji SPSS

Kadar Air (Moisture)

1. Uji Normalitas

Tests of Normalityb,c
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Formula O .385 3 . .750 3 .000
Sebelum Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula O .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .175 3 . 1.000 3 1.000
Minggu 1 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula O .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .175 3 . 1.000 3 1.000
Minggu 2 Formula 2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .175 3 . 1.000 3 1.000
Minggu 3 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula O .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 4 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
a. Lilliefors Significance Correction
b. Sebelum is constant when Formula = Formula 2. It has been omitted.
c. Minggu 3 is constant when Formula = Formula O. It has been omitted.

90
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Kruskal Wallis

Test Statisticsa,b
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 2.750 6.341 9.140 10.298 10.532
Df 3 3 3 3 3
Asymp. Sig. .432 .096 .027 .016 .015
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula

3. Uji Mann Whitney


a. F0 dengan F1

Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 3.000 3.500 1.000 .000 .000
Wilcoxon W 9.000 9.500 7.000 6.000 6.000
Z -.745 -.471 -1.623 -2.087 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .456 .637 .105 .037 .043
Exact Sig. [2*(1-tailed
.700b .700b .200b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b.Not corrected for ties

b. F0 dengan F2
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 3.000 1.000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 9.000 7.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.000 -1.650 -1.993 -2.121 -2.023
Asymp. Sig. (2-
.317 .099 .046 .034 .043
tailed)
Exact Sig. [2*(1-
.700b .200b .100b .100b .100b
tailed Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

91
Universitas Sumatera Utara
c. F0 dengan F3

Test Statisticsa

Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4


Mann-Whitney U 4.500 .000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 10.500 6.000 6.000 6.000 6.000
Z .000 -2.023 -2.023 -2.121 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000 .043 .043 .034 .043
Exact Sig. [2*(1-tailed
1.000b .100b .100b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
Kehalusan kulit (Evenness)

1. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Formula 0 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .253 3 . .964 3 .637
Sebelum Formula 2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .292 3 . .923 3 .463
Minggu 1 Formula 2 .253 3 . .964 3 .637
Formula 3 .253 3 . .964 3 .637
Formula 0 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 2 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .292 3 . .923 3 .463
Formula 0 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 3 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 4 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
a. Lilliefors Significance Correction

92
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Kruskal Wallis

Test Statisticsa,b
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 5.985 1.093 1.847 6.485 8.735
Df 3 3 3 3 3
Asymp.
.112 .779 .605 .090 .033
Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula

3. Uji Mann Whitney


a. F0 dengan F1
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 3.500 3.500 3.000 2.000 2.500
Wilcoxon W 9.500 9.500 9.000 8.000 8.500
Z -.471 -.449 -.674 -1.179 -.913
Asymp. Sig. (2-tailed) .637 .653 .500 .239 .361
Exact Sig. [2*(1-tailed
.700b .700b .700b .400b .400b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

b. F0 dengan F2

Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 1.000 4.000 1.000 .000 .000
Wilcoxon W 7.000 10.000 7.000 6.000 6.000
Z -1.623 -.232 -1.650 -2.023 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .105 .817 .099 .043 .043
Exact Sig. [2*(1-tailed
.200b 1.000b .200b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

93
Universitas Sumatera Utara
c. F0 dengan F3
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 2.500 2.500 .000 .000
Wilcoxon W 6.000 8.500 8.500 6.000 6.000
Z -2.023 -.899 -.943 -2.023 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .043 .369 .346 .043 .043
Exact Sig. [2*(1-tailed
.100b .400b .400b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
Ukuran pori-pori kulit (Pore)

1. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Formula 0 .368 3 . .792 3 .094
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Sebelum Formula 2 .328 3 . .871 3 .298
Formula 3 .253 3 . .964 3 .637
Formula 0 .368 3 . .792 3 .094
Formula 1 .253 3 . .964 3 .637
Minggu 1 Formula 2 .253 3 . .964 3 .637
Formula 3 .292 3 . .923 3 .463
Formula 0 .367 3 . .794 3 .100
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 2 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .368 3 . .792 3 .094
Formula 1 .253 3 . .964 3 .637
Minggu 3 Formula 2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 4 Formula 2 .253 3 . .964 3 .637
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
a. Lilliefors Significance Correction

94
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Kruskal Wallis

Test Statisticsa,b
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square .696 4.247 8.230 9.173 9.350
Df 3 3 3 3 3
Asymp.
.874 .236 .041 .027 .025
Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula

3. Uji Mann Whitney


a. F0 dengan F1
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 4.000 2.000 .000 .500 .000
Wilcoxon W 10.000 8.000 6.000 6.500 6.000
Z -.221 -1.124 -1.993 -1.771 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .825 .261 .046 .077 .043
Exact Sig. [2*(1-tailed
1.000b .400b .100b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

b. F0 dengan F2

Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 4.000 1.500 .000 .000 .000
Wilcoxon W 10.000 7.500 6.000 6.000 6.000
Z -.218 -1.328 -1.993 -1.964 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .827 .184 .046 .050 .046
Exact Sig. [2*(1-tailed
1.000b .200b .100b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

95
Universitas Sumatera Utara
c. F0 dengan F3

Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.500 .500 .000 .000 .000
Wilcoxon W 8.500 6.500 6.000 6.000 6.000
Z -.886 -1.771 -1.993 -1.993 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .376 .077 .046 .046 .043
Exact Sig. [2*(1-tailed
.400b .100b .100b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
Noda (Spot)
1. Uji Normalitas
Tests of Normalityb
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Formula 0 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 1 .337 3 . .855 3 .253
Sebelum Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 0 .175 3 . 1.000 3 1.000
Minggu 1 Formula 1 .328 3 . .871 3 .298
Formula 2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 0 .219 3 . .987 3 .780
Formula 1 .328 3 . .871 3 .298
Minggu 2 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 1 .328 3 . .871 3 .298
Minggu 3 Formula 2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .219 3 . .987 3 .780
Formula 1 .328 3 . .871 3 .298
Minggu 4 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
a. Lilliefors Significance Correction
b. Minggu 1 is constant when Formula = Formula 3. It has been omitted.

96
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Kruskal Wallis

Test Statisticsa,b
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 3.573 2.763 2.484 5.769 6.800
Df 3 3 3 3 3
Asymp.
.311 .430 .478 .123 .079
Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula

3. Uji Mann Whitney

a. F0 dengan F1

Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 2.500 3.000 3.500 4.500
Wilcoxon W 8.000 8.500 9.000 9.500 10.500
Z -1.091 -.886 -.674 -.443 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .275 .376 .500 .658 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed
.400b .400b .700b .700b 1.000b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

b. F0 dengan F2

Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 1.000 2.500 3.500 3.000 2.500
Wilcoxon W 7.000 8.500 9.500 9.000 8.500
Z -1.623 -.886 -.471 -.674 -.899
Asymp. Sig. (2-tailed) .105 .376 .637 .500 .369
Exact Sig. [2*(1-tailed
.200b .400b .700b .700b .400b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

97
Universitas Sumatera Utara
c. F0 dengan F3

Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.500 4.500 3.000 .000 .000
Wilcoxon W 8.500 10.500 9.000 6.000 6.000
Z -.886 .000 -.664 -1.993 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .376 1.000 .507 .046 .046
Exact Sig. [2*(1-tailed
.400b 1.000b .700b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

Jumlah keriput pada kulit


1. Uji Normalitas
Tests of Normalityb
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Formula 0 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Sebelum Formula 2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 1 .175 3 . 1.000 3 1.000
Minggu 1 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 0 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 1 .175 3 . 1.000 3 1.000
Minggu 2 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .253 3 . .964 3 .637
Formula 1 .175 3 . 1.000 3 1.000
Minggu 3 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .175 3 . 1.000 3 1.000
Minggu 4 Formula 1 .253 3 . .964 3 .637
Formula 3 .175 3 . 1.000 3 1.000
a. Lilliefors Significance Correction
b. Minggu 4 is constant when Formula = Formula 2. It has been omitted.

98
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Kruskal Wallis

Test Statisticsa,b
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 9.219 6.738 7.641 7.681 9.600
Df 3 3 3 3 3
Asymp.
.027 .041 .054 .053 .022
Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula

3. Uji Mann Whitney

a. F0 dengan F1

Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 .000 .500 1.500 1.500
Wilcoxon W 6.000 6.000 6.500 7.500 7.500
Z -1.993 -1.964 -1.771 -1.328 -1.328
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .050 .077 .184 .184
Exact Sig. [2*(1-tailed
.100b .100b .100b .200b .200b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
b. F0 dengan F2

Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 3.500 3.500 2.500 .000
Wilcoxon W 8.000 9.500 9.500 8.500 6.000
Z -1.124 -.471 -.471 -.943 -2.087
Asymp. Sig. (2-tailed) .261 .637 .637 .346 .037
Exact Sig. [2*(1-tailed
.400b .700b .700b .400b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

99
Universitas Sumatera Utara
c. F0 dengan F3

Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 4.500 1.000 1.000 .000
Wilcoxon W 6.000 10.500 7.000 7.000 6.000
Z -1.993 .000 -1.623 -1.623 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 1.000 .105 .105 .050
Exact Sig. [2*(1-tailed
.100b 1.000b .200b .200b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.

100
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Perhitungan persentase

Aktivitas antia-aging

 Penurunan Tingkat Kadar Air

- F0 - F2

1. x 100 = 3,4% 1. x 100 = 13,8%

2. x 100 = 3,4% 2. x 100 = 17,2%

3. x 100 = 3,6% 3. x 100 = 17,2%

Mean = × 100 ꞊ 3,5% Mean = × 100 ꞊ 16,1%

- F1 - F3

1. x 100 = 10,7% 1. x 100 = 28,6%

2. x 100 = 10,7% 2. x 100 = 20,7%

3. x 100 = 10,3% 3. x 100 = 24,1%

Mean = × 100 ꞊ 13,8% Mean = × 100꞊ 24,4%

101
Universitas Sumatera Utara
 Kenaikan Angka Kehalusan

- F0 - F2

1. x 100 = 3,0% 1. x 100 = 14,3%

2. x 100 = 5,9% 2. x 100 = 14,7%

3. x 100 = 2,9% 3. x 100 = 16,7%

Mean = × 100 ꞊ 4,0% Mean = × 100꞊ 15,2%

- F1 - F3

1. x 100 = 8,3% 1. x 100 = 20,0%

2. x 100 = 9,1% 2. x 100 = 24,3%

3. x 100 = 11,8% 3. x 100 = 21,6%

Mean = × 100 ꞊ 9,7% Mean = × 100꞊ 22,0%

102
Universitas Sumatera Utara
 Penurunan Ukuran Pori

- F0 - F2

1. x 100 = 3,0% 1. x 100 = 19,4%

2. x 100 = 2,0% 2. x 100 = 23,3%

3. x 100 = 5,9% 3. x 100 = 22,9%

Mean = × 100 ꞊ 3,4% Mean = × 100꞊ 21,8%

- F1 - F3

1. x 100 = 11,4% 1. x 100 = 28,1%

2. x 100 = 12,5% 2. x 100 = 30,3%

3. x 100 = 11,4% 3. x 100 = 28,6%

Mean = × 100 ꞊ 11,8% Mean = × 100 ꞊ 29%

103
Universitas Sumatera Utara
 Penurunan Jumlah Noda

- F0 - F2

1. x 100 = 3,6% 1. x 100 = 19,4%

2. x 100 = 6,5% 2. x 100 = 22,6%

3. x 100 = 4,0% 3. x 100 = 24,2%

Mean = × 100 ꞊ 4,8% Mean = × 100꞊ 22,1%

- F1 - F3

1. x 100 = 12,1% 1. x 100 = 27,6%

2. x 100 = 17,6% 2. x 100 = 29,0%

3. x 100 = 14,8% 3. x 100 = 30,0%

Mean = × 100 ꞊ 14,9% Mean = × 100꞊ 28,9%

104
Universitas Sumatera Utara
 Penurunan Jumlah Kerutan

- F0 - F2

1. x 100 = 4,0% 1. x 100 = 23,1%

2. x 100 = 4,2% 2. x 100 = 16,7%

3. x 100 = 4,3% 3. x 100 = 20,0%

Mean = × 100 ꞊ 4,2% Mean = × 100 ꞊ 20%

- F1 - F3

1. x 100 = 10,3% 1. x 100 = 29,6%

2. x 100 = 13,8% 2. x 100 = 25,9%

3. x 100 = 14,8% 3. x 100 = 30,8%

Mean = × 100 ꞊ 12,9% Mean = × 100꞊ 28,8%

105
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai