2019
http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/20847
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING
MASKER GEL PEEL-OFF YANG MENGANDUNG EKSTRAK
KULIT BUAH ALPUKAT (Persea americana Mill.)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
SISKA WIDHIA SILITONGA
NIM 151501171
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
SISKA WIDHIA SILITONGA
NIM 151501171
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan kasih-Nya,
berjudul “Formulasi dan Uji Efektivitas Anti-aging Masker Gel Peel-off yang
bebas. Masker gel peel-off merupakan salah satu produk kosmetika yang mudah
digunakan dan mampu mencegah sel-sel kulit mati dan kotoran pori dengan cepat
dibandingkan tipe lain. Tujuan dari penelitian ini adalah pemanfaatan limbah kulit
serta mengevaluasi efektivitas masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat
sediaan masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat pada konsentrasi 7,5%
dapat meningkatkan kadar air dan kehalusan serta menurunkan besar pori,
melanin dan jumlah keriput pada kulit wajah sukarelawan lebih baik dibandingkan
dengan konsentrasi lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber
menyampaikan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberi fasilitas
menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si.,
Apt., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh
iv
Universitas Sumatera Utara
kesabaran selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini. Penulis juga
berterimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Anayanti Arianto, M.Si., Apt., dan Bapak
Drs. Surjanto, M.Si., Apt., sebagai tim penguji yang sangat banyak memberikan
masukkan dan saran atas skripsi ini, serta kepada Ibu Dr. Marline Nainggolan,
M.S., Apt. selaku dosen penasehat akademik, beserta seluruh dosen pengajar di
Fakultas Farmasi atas arahan, bimbingan, dan ilmu yang diberikan kepada penulis
Silitonga, S.H., Ibunda Lisbet Pangaribuan, S.Pd., Abang saya Ricci Handoko
Silitonga, S.P., serta Denny Lorita Silitonga serta seluruh keluarga yang selalu
memberikan doa dan dukungan penuh kepada penulis tanpa henti selama ini.
Boni, Cynthia, Richa, dan Tamelia, Kakak Rohani terkasih Kak Tiwi, Bang Tahi,
Kak Nulika, dan Kak Sera, TAPS Ayomi, dan Pani, Kak Hetty, asisten
seperdopingan Rut dan Dhani, sahabat-sahabat terkasih Travis, Dea, Erika dan
Parida, Kak Vitania, Bang Frank, teman-teman angkatan 2015, atas segala doa,
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
v
Universitas Sumatera Utara
vi
Universitas Sumatera Utara
FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTI-AGING MASKER GEL
PEEL-OFF YANG MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH ALPUKAT
(Persea americana Mill.)
ABSTRAK
Latar Belakang: Kulit buah alpukat mengandung senyawa flavonoid, vitamin C
dan vitamin E yang bersifat sebagai antioksidan dan dapat mencegah terjadinya
penuaan pada kulit. Pada penelitian ini, pemanfaatan ekstrak kulit buah alpukat
diformulasikan dalam sediaan masker gel peel-off karena masker ini dapat
mengangkat sel kulit mati dan dapat merangsang pertumbuhan sel kulit baru.
Tujuan: Memformulasi serta mengevaluasi efektivitas masker gel peel-off dari
ekstrak kulit buah alpukat (Persea americana Mill.) sebagai anti-aging.
Metode: Kulit buah alpukat dikeringkan lalu dimaserasi dengan etanol 96%,
disaring dan larutan di evaporasi dengan rotary evaporator pada suhu 40°C dan
dipekatkan hingga didapat ekstrak kental. Pembuatan masker gel peel-off dimulai
dengan pencampuran basis masker gel peel-off terdiri dari PVA (Polivinil
Alkohol) dan PVP (Polivinil Pirolidon) kemudian ditambah ekstrak dengan
konsentrasi 2,5% (FI); 5% (F2); 7,5% (F3). Evaluasi sediaan masker gel peel-off
yang mengandung ekstrak kulit buah alpukat meliputi pengamatan stabilitas
selama 12 minggu penyimpanan yaitu organoleptis (bau dan warna) dan pH,
homogenitas, viskositas, waktu pengeringan sediaan, iritasi terhadap sukarelawan
dan evaluasi efektivitas anti-aging.
Hasil: Sediaan masker gel peel-off dengan konsentrasi ekstrak 2,5% (FI); 5% (F2)
dan 7,5% (F3) berwarna hijau muda hingga hijau tua, berbau khas, homogen, pH
stabil, waktu pengeringan 17-21 menit dan tidak mengiritasi kulit sukarelawan.
Hasil uji efektivitas anti-aging pada parameter kelembaban, hasil berbeda antara
F0 (blanko) dan formula dengan ekstrak. Formula blanko tidak terjadi perubahan
(dehidrasi) dalam 4 minggu, formula dengan ekstrak meningkat dari kondisi
dehidrasi menjadi normal: FI (minggu 2), F2 dan F3 (minggu 1). Pada parameter
kehalusan, hasil berbeda antara F0 (blanko) dan formula dengan ekstrak. Formula
blanko tidak terjadi perubahan (normal) dalam 4 minggu, formula dengan ekstrak
meningkat dari kondisi normal menjadi halus: FI (minggu 4), F2 dan F3 (minggu
3). Pada parameter ukuran pori, F0 (blanko) dan formula dengan ekstrak
menunjukan hasil yang sama (pori-pori sedang) dalam 4 minggu. Pada parameter
noda, F0 (blanko) dan formula dengan ekstrak menunjukan hasil yang sama
(jumlah noda sedang) dalam 4 minggu. Pada parameter keriput, menunjukkan
hasil yang berbeda antara F0 (blanko), F1, F2 dengan F3. F0 (blanko), F1, F2
tidak terjadi perubahan (berkeriput) dalam 4 minggu, sedangkan F3 terjadi
perubahan dari kondisi berkeriput menjadi tidak berkeriput (minggu 4).
Kesimpulan: Ekstrak kulit buah alpukat dapat diformulasikan sebagai sediaan
masker gel peel-off dan stabil pada penyimpanan 12 minggu, masker gel peel-off
ekstrak kulit buah alpukat F3 (7,5%) memiliki efektivitas anti-aging yang lebih
baik dibandingkan dengan formula lainnya pada parameter kelembaban,
kehalusan dan keriput wajah.
Kata kunci: Formulasi, Ekstrak kulit buah alpukat, Masker gel peel-off,
Anti-aging.
vii
Universitas Sumatera Utara
FORMULATION AND ANTI-AGING EVALUATION OF PEEL-OFF GEL
MASK WITH AVOCADO FRUIT (Persea americana Mill.)
PEEL EXTRACT
ABSTRACT
Keywords: Formulation, Avocado Fruit Peel Extract, Peel-off gel mask, Anti-
aging.
viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ix
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Pengertian Anti-aging ..................................................................................26
2.5.2 Fungsi Produk Anti-aging ............................................................................26
2.6 Masker .............................................................................................................27
2.6.1 Jenis-jenis Masker ........................................................................................27
2.6.2 Fungsi dan Mamfaat Masker ........................................................................29
2.6.3 Mekanisme Kerja Masker Gel Peel-off Secara Umum ................................29
2.7 Skin Analyzer ..................................................................................................30
2.8 Komponen Bahan Masker ...............................................................................31
2.8.1 Polivinil Alkohol ..........................................................................................31
2.8.2 Polivinil Pirolidon ........................................................................................31
2.8.3 Gliserin .........................................................................................................32
2.8.4 Natrium Lauril Sulfat ...................................................................................33
2.8.5 Nipagin .........................................................................................................33
2.8.6 Etanol 96% ...................................................................................................34
2.8.7 Aquadest .......................................................................................................34
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................35
3.1 Alat dan Bahan .................................................................................................35
3.1.1 Alat ...............................................................................................................35
3.1.2 Bahan ...........................................................................................................35
3.2 Sukarelawan ....................................................................................................36
3.3 Sampel Tumbuhan ..........................................................................................36
3.3.1 Pengambilan Bahan ......................................................................................36
3.3.2 Identifikasi Sampel .......................................................................................36
3.3.3 Pembuatan Simplisia Kulit Buah Alpukat ...................................................36
3.3.4 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Alpukat ......................................................37
3.4 Formulasi Sediaan Masker Gel Peel-off ..........................................................37
3.4.1 Formula Standar Masker Gel Peel-off ..........................................................37
3.4.2 Formulasi Modifikasi Masker Gel Peel-off ..................................................38
3.5 Prosedur Pembuatan Gel Masker Peel-off .....................................................39
3.6 Prosedur Pengujian Mutu Fisik Sediaan ........................................................39
3.6.1 Uji Homogenitas ..........................................................................................39
3.6.2 Uji pH ...........................................................................................................40
3.6.3 Uji Viskositas ...............................................................................................40
3.6.4 Pengujian Waktu Pengeringan Sediaan .......................................................40
3.7 Pengujian Iritasi Terhadap Sukarelawan ..........................................................41
3.8 Pengujian Efektivitas anti-aging ......................................................................41
3.10 Analisa Data ..................................................................................................42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...............................................................43
4.1 Hasil Pembuatan Simplisia Kulit Buah Alpukat ..............................................43
4.2 Hasil Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Buah Alpukat .....................................43
4.3 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Gel Peel-off .............................................44
4.4 Hasil Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Masker ....................................................44
4.4.1 Hasil Pemeriksaan Homogenitas ................................................................44
4.4.2 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan ..........................................................45
4.4.3 Hasil Pengujian Waktu Sediaan Mengering ...............................................47
4.4.4 Hasil Pengukuran Viskositas Sediaan ..........................................................48
4.5 Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan .................................................49
4.6 Hasil Pengujian Aktivitas Anti-aging .............................................................50
4.6.1 Kadar Air (moisture) ....................................................................................51
x
Universitas Sumatera Utara
4.6.2 Kehalusan (evenness) ...................................................................................54
4.6.3 Pori (pore) ....................................................................................................56
4.6.4 Noda (spot) ...................................................................................................59
4.6.5 Keriput (Wrinkle) .........................................................................................62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................66
5.1 Kesimpulan ......................................................................................................66
5.2 Saran .................................................................................................................66
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................67
LAMPIRAN ...........................................................................................................71
xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit merupakan bagian tubuh terluar yang melapisi organ tubuh dan yang
penyebab terbesar yang membuat kesegaran kulit anda memudar dan mengalami
penuaan kulit diusia dini (Fauzi dan Nurmalina, 2012). Pada lapisan epidermis
kulit, kerusakan mengarah kepada pembentukan keriput kulit wajah yang dini dan
penuaan, dimulai dari produk kosmetik yang diaplikasikan secara topikal hingga
thread lifting. Penggunaan antioksidan merupakan salah satu upaya yang sering
kulit (Aminah dkk., 2017). Antioksidan sudah lama kita kenal bisa memperbaiki
sel kulit yang rusak diakibatkan radikal bebas. selain memperbaiki sel kulit yang
rusak, antioksidan juga dapat menangkal radikal bebas. Selain itu antioksidan
yang sering terdapat dalam bahan kosmetik akan memberikan efek melembabkan
1
Universitas Sumatera Utara
Produksi alpukat di Indonesia cukup tinggi, hal ini dapat dibuktikan
dengan data produksi buah alpukat di Indonesia pada tahun 2014 dari Badan Pusat
Statistik (BPS) yaitu mencapai 307.326 ton per tahun. Dari data BPS, produksi
hanya memakan daging buahnya saja, sedangkan kulit buah alpukat dibuang dan
menjadi limbah begitu saja (Badan Pusat Statistika, 2014). Penggunaan produk
sampingan ini akan menguntungkan dari sudut pandang ekonomi dan teknologi
Hendra dkk (2016) seperti yang dipaparkan oleh Vinha dkk (2013),
menjelaskan bahwa kandungan biji dan kulit buah alpukat hampir sama, berupa
karotenoid, dan fenolik dapat mencegah kerusakan oksidatif sel . Pada penelitian
2011) ditemukan bahwa limbah alpukat berupa biji dan kulit buah alpukat
Masker gel peel-off adalah jenis masker yang akan mengering lalu
membentuk lapisan film oklusif yang dapat dikelupas setelah digunakan. Masker
polimer yang terbentuk (Priani dkk., 2015). Manfaat masker gel peel-off antara
lain dapat mengangkat kotoran dan sel kulit mati agar kulit bersih dan segar
(Basuki, 2003).
memformulasikan ekstrak kulit buah alpukat sebagai masker gel peel-off yang
2
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan Masalah
a. Apakah ekstrak kulit buah alpukat dapat diformulasikan dan memiliki sifat
fisik dan stabilitas yang baik dalam sediaan masker gel peel-off ?
b. Apakah perbedaan konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat dalam masker gel
1.3 Hipotesis
adalah:
a. Ekstrak kulit buah alpukat dapat diformulasikan dan memiliki sifat fisik dan
b. Perbedaan konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat dalam masker gel peel-off
dan memiliki sifat fisik dan stabilitas yang baik dalam sediaan masker gel
peel-off .
sukarelawan.
3
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
pedagang alpukat dan sumber informasi tentang kegunaan ekstrak kulit buah
sediaan masker gel peel-off sehingga penggunaannya menjadi lebih mudah dan
praktis.
Uji Homogenitas
Uji Organoleptis
Mutu
Uji pH
Sediaan
Masker Gel
Uji Viskositas
peel-off
Konsentrasi
Uji waktu
Ekstrak Kulit
Buah pengeringan
Alpukat Sediaan
Ukuran Pori
Jumlah Noda
Keriput
4
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alpukat
penyebarannya jauh dibelahan bumi sebelah barat, menyebar didataran rendah dan
tinggi Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Pada abad ke-14 dan ke-15 awal
pembudidayaan dan pengembangan tanaman ini telah dilakukan oleh dua suku
India kuno suku Aztek di Meksiko dan suku Inca di Peru (Kalie, 1997). Alpukat
Amerika Tengah dan sedikit dari Guatemala. Buah itu masuk ke Indonesia sekitar
abad ke-18. Sebenarmya masih ada jenis lain yang masuk ke Indonesia, yaitu
alpukat Mexican. Namun karena jenis ini lebih sesuai untuk ditanam di daerah sub
tropis (dengan ketinggian daerah di atas 2.000 m dpl). Hal ini berbeda dengan
yang berasal dari Amerika Tengah dan Guatemala. Keduanya sesuai untuk daerah
tropis dan daerah intermediate antara subtropis dan tropis (ketinggian antara
dataran rendah sampai dataran tinggi. Alpukat Indian barat baik untuk ketinggian
0-600 m dpl; alpukat Meksiko baik untuk 1.000- 3.000 m dpl; alpukat Guatemala
5
Universitas Sumatera Utara
Di daerah yang beriklim agak kering dengan bulan basah 7-9 bulan dan
bulan kemarau (kering) 2-6 bulan, tanaman alpukat masih mampu hidup dan
berbuah asalkan keadaan air tanahnya dangkal (100-150 cm) dan pH tanah 5,5-
6,5. Pada kondisi yang sesuai, tanaman alpukat dapat berbuah 2-3 kali setahun
okulasi, dan menyambung. Biji yang akan digunakan untuk perbanyakan harus
dipilih dari buah yang masak dipohon, sehat dan kuat (Kemenkes RI, 2015).
bentuk pohonnya bermacam-macam, mulai dari pohon lurus dengan batang yang
kokoh kuat sampai pohon-pohon yang lebih kecil merimbun seperti semak.
Bunganya berjenis kelamin dua, tumbuh tersusun dalam malai pada tunas
pucuk atau tunas terminal. Bunga inipun memiliki sifat unik: meskipun berjenis
kelamin dua, penyerbukan sendiri tidak pernah terjadi (Kalie, 1997). Di dataran
tinggi yang suhunya antara 5-15o C, sifat bunga mekar dua kali itu akan lenyap
dan hanya mekar sekali saja sehingga penyerbukan bunga lebih sempurna
(Sunarjono, 1997).
2.300 gr; berbentuk beragam, ada yang bulat, bulat lonjong, bulat agak meruncing
pada tangkai , atau bulat seperti bolam. Di kalangan pakar buah-buahan, buah
berlemak dengan komposisi nutrisi dan energi buah yang tinggi (Kalie, 1997).
6
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Pengembangan Alpukat di Indonesia
Di tanah air sampai saat ini, tanaman alpukat masih merupakan tanaman
pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usaha tani. Pada tahun 1994
produksi alpukat Jawa Barat sebesar 43.975 ton dan Jawa Timur sebesar 22.322
ton. Enam provinsi pada tahun 1991 memiliki produksi antara 1.000 – 9.000 ton,
masing-masing Nusa Tenggara Timur 3.740 ton, Sulawesi Selatan 6.119 ton, Jawa
Tengah 3.889 ton, Sumatra Utara 3.451 ton, Sumatra Barat 2.526 ton, Jambi 2.211
ton, Sumatra Selatan 1.485 ton, Bengkulu 1.459 ton, Bali 1.345 ton, dan Lampung
berbeda. Sebagai contoh, di Jawa Barat disebut alpuket atau alpukat, Jawa Timur/
Jawa Tengah (alpokat), Batak (boah pokat, jamboo pokat), dan Lampung
7
Universitas Sumatera Utara
(advokat, jamboo mentega, jamboo pooan, pookat) (Indriani dan sumiarsih,
1992).
Nama inggris berasal dari kata Spanyol Abogado, sebuah adaptasi dari kata:
Ahuacatl. Ini menjadi Avocet dalam bahasa Prancis dan Advokaat dalam bahasa
americana var drymifolia. (Cham. & Schltdl.) S.F. Blake.; Persea nubigena L.O
2016):
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
8
Universitas Sumatera Utara
2.1.8 Kandungan Kimia
Pada penelitian yang dilakukan oleh Ernawati dkk. (Foidl dkk., 2001)
melaporkan kulit buah alpukat berasa pahit karena kandungan alkaloid, saponin,
senyawa flavonoid yang dapat digunakan untuk melindungi kulit terhadap sinar
UV atau mampu mengurangi kerusakan kulit, karena senyawa ini bekerja sebagai
alpukat berupa biji dan kulit buah alpukat menunjukkan aktivitas antioksidan yang
besar dibandingkan daging buah. Dan ekstrak kulit buah alpukat memiliki
kandungan senyawa fenolik total dan aktivitas antioksidan yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan ekstrak biji. Kandungan biji dan kulit buah alpukat hampir
flavonoid, karotenoid, dan fenolik dapat mencegah kerusakan oksidatif sel- sel.
besar kadar flavonoid total yang terkandung pada ekstrak etanol kulit buah
aromatik yang terkonjugasi sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada daerah
9
Universitas Sumatera Utara
Sehingga dari hasil penelitian ini diperoleh kadar flavonoid total ekstrak
etanol kulit buah alpukat (Persea americana Mill.) sebesar 4,0122 mgQE/g
kimia pada tumbuhan dengan menggunakan reagen besi (III) klorida (FeCl 3).
Diamati perubahan warna yang terbentuk yaitu warna hijau. Hasil identifikasi
menunjukkan ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea americana Mill.) positif
Tabel 2.2 Hasil analisis kualitatif ekstrak etanol kulit buah alpukat (Persea
americana Mill.)
Sampel Pereaksi Warna Ket.
pada umumnya diekstrak dengan pelarut air, etanol, methanol, eter, etil asetat,dan
butanol (Rahmi, 2017). Hasil penentuan aktivitas antioksidan ekstrak dan fraksi
kulit alpukat menggunakan uji DPPH, uji ABTS dan daya pereduksi. Di antara
terhadap uji DPPH dan ABTS dengan nilai IC50 dari 9,467 ± 0,045 dan 1,122 ±
karena itu ekstrak metanol difraksinasi lebih lanjut untuk mendapatkan fraksi
10
Universitas Sumatera Utara
2.1.9 Kegunaan
untuk obat sakit pinggang. Batangnya baik untuk bahan bangunan (Sunarjono,
1997).
1) Air rebusan daun alpukat (daun tua) diminum sebagai teh bermanfaat
menghilangan rematik.
11
Universitas Sumatera Utara
2.2 Kulit
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa sekitar 1,5 m2 dengan berat
kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, serta bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan lokasi tubuh
tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam
gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah
(keratinisasi dan pelepasan sel sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu
Pada saat baru lahir, kulit bayi sangat halus dan banyak ditumbuhi rambut-rambut
halus (lanugo). Beberapa saat kemudian kulit bayi menyesuaikan diri dengan
lingkungan luar, seperti udara dan cuaca sehingga permukaan kulit yang tadinya
basah menjadi relatif lebih kering. Pada usia pubertas, terjadi pembesaran kelenjar
Kulit merupakan bagian tubuh terluar yang melapisi organ tubuh dan
(Sutriningsih dan Astuti, 2017). Secara hispatologi kulit tersusun atas 3 lapisan
utama yaitu: 1) Lapisan epidermis atau kutikel ; 2) Lapisan dermis (korium, kutis
12
Universitas Sumatera Utara
vera, true skin); dan 3) Lapisan subkutis (hypodermis). Tidak ada garis tegas yang
memisahkan dermis dan subkutis. Subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat
longgar dan sel-sel yang membentuk jaringan lemak. Lapisan epidermis dan
2.2.1.1 Epidermis
Lapisan ini terletak pada bagian paling luar atau paling atas, tipis (sekitar
0,001 inci) dan sebagian besar terdiri dari sel-sel mati (Putro, 1998). Epidermis
paling tebal berukuran 1 milimeter, misalnya pada telapak kaki dan telapak
tangan, dan lapisan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada
kelopak mata, pipi, dahi dan perut (Tranggono dan Latifah, 2007).
Terdiri atas beberapa lapis sel yang gepeng, mati, tidak memiliki inti, tidak
terdapat proses metabolisme, tidak berwarna, dan sangat sedikit mengandung air.
Lapisan ini sebagian besar terdiri dari keratin, jenis protein yang tidak larut dalam
air dan sangat resisten terhadap bahan kimia (Tranggono dan Latifah, 2007).
jernih, mengandung eleidin, sangat jelas pada telapak tangan dan telapak kaki
Lapisan ini terdiri dari satu atau dua lapisan sel-sel mati (sel gepeng),
13
Universitas Sumatera Utara
d. lapisan malphigi (stratum spinosum atau malphigi layer)
Memiliki sel yang berbentuk kubus dan seperti berduri. Intinya besar dan
oval, setiap sel berisi filament-filamen kecil yang terdiri dari serabut protein
permukaan kulit sehingga akhirnya menjadi sel-sel kulit yang mati, kering dan
2.2.1.2 Dermis
Dermis adalah suatu lapisan yang terdiri dari jaringat ikat yang terletak
dibawah epidermis dan berfungsi sebagai penopang struktur dan nutrisi (makanan)
(Putro, 1998). Lapisan ini jauh lebih tebal daripada epidermis, terbentuk oleh
jaringan elastik dan fibrosa padat dengan elemen seluler, kelenjar, dan rambut
Yang menyusun lapisan ini adalah pembuluh darah, ujung syaraf, kelenjar
keringat, akar rambut, dan otot penegak rambut. Bagian atas yang menjorok
keatas (seperti jari-jari) disebut dermal papillae. Dari bagian ini nutrisi disalurkan
ke atas melalui pembuluh darah secara difusi. Dalam dermis ini terdapat
2.2.1.3 Keratinasi
Lapisan epidermis kulit orang dewasa mempunyai tiga jenis sel utama:
keratinosit, melanosit dan sel Langerhans. Keratinisasi dimulai dari sel basal yang
kuboid, bermitosis keatas berubah bentuk lebih poligonal yaitu sel spinosum,
14
Universitas Sumatera Utara
terangkat lebih keatas menjadi lebih gepeng, dan bergranula menjadi sel
granolosum. Kemudian sel itu terangkat ke atas lebih gepeng, dan granula serta
intinya hilang menjadi sel spinosum dan akhirnya sampai di permukaan kulit
menjadi sel yang mati, protoplasmanya mengering menjadi keras, gepeng, tanpa
inti yang disebut sel tanduk (Wasitaatmadja, 1997). Proses pendewasaan dari
dinamakan keratinisasi yang lamanya 14-21 hari dan sering disebut juga sebagai
(Wasitaatmadja, 1997).
Derajat keasaman (pH) kulit berkisar antara 4,0-5,6. Keasaman ini dapat
berasal dari keringat yang ber- pH 4-6,7 dan juga asam-asam lemak yang berasal
dari sebum. Pada bagian yang tidak mengalami seperti ditelapak kaki dan dibawah
payudara angka pH-nya lebih tinggi. Pada bayi yang baru lahir nilai pH mendekati
fisiologi kulit ini agak berbeda antara yang ditemukan oleh satu peneliti dengan
satu peneliti lainnya, antara pria dan wanita, dan antara satu bagian tubuh dengan
bagian tubuh yang lainnya, misalnya dibagian-bagian tubuh yang banyak terjadi
penguapan, pH-nya lebih rendah daripada di telapak kaki, payudara dan lipatan-
lipatan badan. Tetapi pada garis besarnya, pH fisiologis “mantel asam” kulit
berkisar antara 4,5-6,5 sehingga bersifat asam lemah (Tranggono dan Latifah,
2007).
15
Universitas Sumatera Utara
Mantel asam ini terbentuk dari kombinasi asam-asam karboksilat organik
(asam laktat, asam pirolidon karboksilik, asam urokanik, dan lain-lain). Dalam
suasana asam seperti ini, beberapa kuman patogen yang berbahaya tidak akan bisa
kimia yang masuk kedalam tubuh. Disamping itu, kulit juga dapat
Kulit berfungsi membantu menjaga agar suhu tubuh tetap optimal dengan
cara melepaskan keringat ketika tubuh terasa panas, lalu keringat akan
Lapisan kulit bersifat kenyal (padat dan kencang), terutama pada bagian
lapisan tanduknya sehingga air tidak mudah keluar dari dalam tubuh.
yang sangat peka terhadap pengaruh atau ancaman dari luar, seperti dingin,
16
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Jenis Kulit Wajah
Pada umumnya, jenis kulit wajah dibagi menjadi 5 jenis (Suparni dan
Wulandari, 2013):
a. Kulit Berminyak
Jenis kulit ini sangat mudah dikenali. Ketika kita bangun tidur dan
mengusapkan tisu pada wajah, maka akan terdapat banyak 'minyak‟ yang
terlihat mengilap. Bagian mengilap ini terjadi karena adanya banyak minyak.
Bagian wajah yang cukup berminyak biasanya adalah dagu, hidung, dan dahi.
b. Kulit Kering
Saat kita bangun tidur dan mengusapkan tisu pada wajah, kertas tisu akan
tetap kering dan tidak terlihat adanya noda minyak seperti pada kulit
berminyak. Namun ciri yang mudah dikenali, setelah kita menyapukan kertas
c. Kulit Normal
Kulit normal adalah jenis kulit yang cantik dan ideal. Saat bangun tidur,
usapkan kertas tisu pada wajah. Tisu tersebut tidak akan meninggalkan bekas
d. Kulit Sensitif
Kulit ini termasuk paling "sulit” perawatannya karena sangat rapuh. Pada saat
bangun tidur dan kita mengusapkan tisu pada wajah, kulit akan terasa kering
e. Kulit Kombinasi
yang lebih besar dan hati-hati. Kulit kombinasi pada dasarnya campuran kulit
17
Universitas Sumatera Utara
2.3 Penuaan Dini
pasti dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat irreversible yang meliputi
seluruh organ tubuh termasuk kulit. Ironisnya proses penuaan ini dipandang
sebagai hal yang menakutkan oleh kebanyakan orang, padahal proses ini akan
menua belum diketahui secara pasti. Berbagai faktor, baik faktor dalam maupun
radikal bebas karena didalamnya terdapat sejenis enzim khusus yang mampu
kemunduran seiring dengan peningkatan usia akibat radikal bebas itu sendiri,
maka pemusnahan radikal bebas tidak pernah mencapai 100%, meskipun secara
teoritis dapat dilakukan oleh berbagai macam antioksidan. Belum lagi adanya
rangsangan untuk membentuk radikal bebas yang berasal dari lingkungan. Karena
itu, secara perlahan tetapi pasti terjadi kerusakan organ oleh radikal bebas yang
- hilangnya elastisitas jaringan kolagen dan otot sehingga kulit tampak kriput
18
Universitas Sumatera Utara
- terjadinya lipofuchsin atau bintik pigmen kecoklatan di kulit yang merupakan
- kulit menjadi kering karena menurunnya fungsi kelenjar minyak kulit (kelenjar
sebasea).
- berkurangnya kadar air kulit dan mengeringnya serabut kolagen dan elastin
1. Kulit kering
Pada usia lanjut kulit akan terlihat kering, dan ini disebabkan beberapa faktor
berikut:
19
Universitas Sumatera Utara
- Kelainan pada proses keratinisasi disertai perubahan-perubahan ukuran dan
berkelompok.
3. Kulit berkeriput dan mengendur serta garis-garis lipatan kulit lebih jelas.
Banyak faktor yang ikut berpengaruh dalam proses penuaan dini, baik
faktor intrinsik (dari dalam tubuh sendiri) maupun faktor ekstrinsik (lingkungan).
1. Ras
Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari daripada kulit berwarna
sehingga pada kulit putih lebih mudah terjadi gejala-gejala kulit menua secara
2. Genetika
Para ahli yakin bahwa faktor genetika juga berpengaruh terhadap proses penuaan
bahwa kerutan muka dan timbunya uban dipengaruhi oleh faktor genetika.
3. Hormonal
Proses menua dini dipengaruhi oleh produksi hormon. Hal ini terlihat jelas pada
wanita. Bila terdapat gangguan ovarium (indung telur) atau menurunnya faal
20
Universitas Sumatera Utara
ovarium pada wanita yang menopause maka produksi esterogen akan menurun
6. Penyakit sistemik
penuaan dini.
Kontak dengan bahan kimia tertentu dalam waktu yang cukup lama dapat
8. Lingkungan
Faktor lingkungan seperti sinar matahari, kelembaban udara dan dan arus angina
yang merupakan faktor paling utama yang mempercepat proses menua dini pada
kulit.
21
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 Teori Terjadinya Penuaan Sel
Cahaya yang berasal dari matahari terdiri dari: cahaya inframerah (56%,
panjang gelombang 780-5000 nm), cahaya tampak (39%, 400-780nm) dan cahaya
karena diserap oleh DNA. Mutasi ini mungkin terkait secara klinis dengan
protein-tirosin fosfatase yang menurunkan reseptor seperti EGF, IL-1 dan reseptor
TNF-a, sehingga reseptor ini diregulasi dalam keratinosit dan fibroblast. Regulasi
22
Universitas Sumatera Utara
Photoaging dan penuaan intrinsik terjadi pada kulit wajah, tetapi tingkat
photoaging dipengaruhi oleh gaya hidup, seperti lamanya waktu terpapar sinar
matahari dan jenis perawatan harian pelindung kulit dan penuaan intrinsik
dipengarui oleh faktor genetik dan faktor internal lainnya (Mitsui, 1997).
Sinar matahari yang kita kenal sehari-hari terbagi atas berapa jenis. Jenis
sinar yang mempunyai efek terhadap kulit sering kita kenal sebagai sinar
dan terbakar pada kulit. Sinar ultraviolet A mempunyai energi yang kurang dari
pancarannya tak hanya berhenti pada permukaan kulit luar melainkan ke jaringan
kulit lebih dalam. Akibatnya, sinar ultraviolet A ini dapat merusak serat elastin
dan serat kolagen pada bagian dermis kulit dan menyebabkan kerusakan dan
Dalam bidang kulit dan kosmetik, paparan sinar matahari yang berlebihan
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan efek yang merugikan pada lapisan
paling atas kulit (epidermis) dan lapisan lebih dalam (dermis). Pada lapisan
yang dini dan timbulnya bintik-bintik hitam tidak teratur pada daerah wajah, leher
dan bagian atas dari telapak tangan akibat distribusi dari pigmen melanin yang
merupakan salah satu penyebab terbesar yang membuat kesegaran kulit anda
memudar dan mengalami penuaan kulit diusia dini (Fauzi dan Nurmalina, 2012).
23
Universitas Sumatera Utara
2.4 Radikal Bebas dan Antioksidan
Oksidan merupakan kata lain dari radikal bebas berupa sebuah molekul
atau lebih yang telah kehilangan satu atau lebih elektron yang bermuatan listrik
tersebut secara mati-matian mengambil sebuah atau lebih elektron dari molekul di
dekatnya atau melepaskan satu atau lebih elektron yang tidak mempunyai
menyerempet kedalam protein, lemak-lemak, serta DNA genetik sel-sel itu, seraya
merusak dan mengauskannya. Bila sasarannya itu lemah, radikal itu dapat memicu
sel-sel itu hancur. Lama kelamaan, kerusakan radikal bebas itu memperlihatkan
2.4.2 Antioksidan
bahan kimia yang dapat memberikan sebutir elektron yang sangat diperlukan oleh
radikal bebas agar tidak menjadi berbahaya. Dengan demikian, bila sebuah anti-
terhadap sel serta penghancuran tubuh, yaitu degradasi lambat yang dikenal
masuk akal kalau tubuh kita perlu banyak mengkonsumsi anti-oksidan (Putro,
1998).
24
Universitas Sumatera Utara
Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang
tanpa terganggu sama sekali dan dapat memutuskan reaksi berantai dari radikal
bebas. Antioksidan dibagi menjadi 2 golongan, yaitu yang larut air seperti natrium
metabisulfit, asam sitrat dan vitamin C; dan larut lemak seperti BHT dan BHA
(Kumalaningsih, 2006).
memiliki efek untuk mencegah atau menghambat terjadinya penyakit kronik dan
Ratnasari dan Puspitasari (2018) seperti yang dipaparkan oleh Altuntaş &
(ROS) dan radikal bebas yang membahayakan kulit. Radikal bebas dapat diatasi
25
Universitas Sumatera Utara
2.5 Anti-aging
oleh sinar UV atau disebut photoaging pada kulit atau produk yang dapat
aging) (Prianto, 2014). Anti-aging atau antipenuaan adalah suatu usaha untuk
mencegah proses degenerative. Dalam hal ini, proses penuaan yang gejala-
gejalanya terlihat jelas pada kulit seperti keriput, kulit kasar, noda-noda gelap
(Fauzi dan Nurmalina, 2012). Anti-aging atau anti penuaan adalah sediaan yang
Suriana, 2013).
26
Universitas Sumatera Utara
2.6 Masker
tanduk yag sudah mati pada kulit. la digunakan setelah massage (pengurutan)
dengan cara dioleskan pada kulit wajah kecuali alis, mata, dan bibir (Muliyawan
dan Suriana, 2013). Masker adalah kosmetik yang dipergunakan pada tingkat
setelah massage, dioleskan pada seluruh wajah kecuali alis, mata dan bibir
sehingga akan tampak memakai topeng wajah. Masker juga termasuk kosmetik
yang berkerja secara mendalam (deepth cleansing) karena dapat mengangkat sel-
Masker tipe pasta memiliki warna buram dan mengandung resin vinil asetat. Cara
pengaplikasian masker tipe pasta sama dengan masker tipe gel. Masker dioleskan
pada wajah dan setelah kering dapat dibersihkan dengan dikelupas atau dicuci
(Basuki, 2003).
b. Masker bubuk
Masker tipe serbuk dibuat dari kaolin, talk, atau magnesium oksida. Cara
pengaplikasian masker tipe serbuk adalah serbuk masker di campur dengan air
c. Masker topeng
Masker topeng berbentuk topeng wajah dan berlubang dibagian mata dan mulut.
27
Universitas Sumatera Utara
Tekstur masker topeng juga lentur sehingga dapat menyesuaikan dengan lekuk-
d. Masker krim
Masker krim adalah gabungan untuk perawatan tertentu seperti facial. Masker
krim baik untuk kulit kering, karena fungsi masker ini bisa mengang mati dan
lubang di bagian mata, lubang hidung, dan mulut. Sedangkan masker kain
merupakan gulungan kecil yang harus diuraikan. Masker kertas maupun kain
harus dicelup atau dibasahi dengan cairan tertentu sesuai dengan kebutuhan kulit,
antara lain berupa minyak esensial, pelembab berbentuk cairan, dan serum khusus
f. Masker clay
Masker clay dikenal sebagai produk perawatan wajah yang ampuh untuk
g. Masker gel
Masker tipe gel memiliki sifat fisik berwarna transparan atau bening. Masker tipe
(Sadao, 1982). Masker ini biasa dikenal dengan masker gel peel-off. Manfaat
masker gel antara lain dapat mengangkat kotoran dan sel kulit mati agar kulit
bersih dan segar. Ketika dilepaskan, biasanya kotoran serta sel-sel kulit mati akan
28
Universitas Sumatera Utara
2.6.2 Fungsi dan Manfaat masker
b. Mengikat kotoran dan sel-sel tanduk yang masih terdapat pada kulit
kulit
sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar dan pengantaran zat-zat gizi ke
lapisan permukaan kulit dipercepat, sehingga kulit muka terlihat lebih segar.
Karena terjadinya peningkatan suhu dan peredaran darah yang lebih lancar, maka
permukaan kulit untuk kemudian diserap oleh lapisan masker yang mengering.
Cairan yang berasal dari masker dan zat aktif akan diserap oleh lapisan tanduk
(stratum corneum), Setelah masker mengering, lapisan tanduk akan tetap kenyal,
bahkan sifat ini menjadi lebih baik setelah masker diangkat, terlihat keriput kulit
berkurang, sehingga kulit muka tidak saja halus tetapi juga kencang. Setelah
masker diangkat, bagian cairan yang telah diserap oleh lapisan tanduk akan
(Gurning, 2018).
29
Universitas Sumatera Utara
2.7 Skin Analyzer
mendiagnosa keadaan pada kulit. Skin analyzer dapat mendukung diagnosa dokter
yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun mampu memperlihatkan sisi
lebih dalam kulit, dengan mode pengukuran normal dan polarisasi, dilengkapi
dengan rangkaian sensor kamera, alat ini dapat menampilkan hasil lebih cepat dan
moisture (kadar air), evenness (Kehalusan), pore (pori), spot (noda), wrinkle
30
Universitas Sumatera Utara
2.8 Komponen Bahan Masker Gel Peel-off
Polivinil alkohol adalah polimer sintetis yang larut dalam air dengan
rumus (C2H40)n. Nilai n untuk bahan yang tersedia secara komersial terletak di
antara 500 dan 5000, setara dengan rentang berat molekul sekitar 20.000-200.000.
Polivinil alkohol berupa bubuk granular berwarna putih hingga krem, dan tidak
merupakan salah satu jenis polimer hidrofilik yang tidak toksis, tidak lamt dalam
air, dan larut dalam air panas > 80°C pada batas konsentrasi < 20% (b/ v). PVA
pada suhu kamar menghasilkan film transparan. Namun demikian, film ini dapat
menggembung kembali dalam air berupa gel yang rapuh (Erizal dan Rahayu,
1998).
menggambarkan povidone sebagai polimer sintetik yang pada dasarnya terdiri dari
31
Universitas Sumatera Utara
disintegrant; penambah disolusi, zat pensuspensi; tablet binder (Rowe dkk., 2009).
Polivinil pirrolidon ditujukan sebagai pendispersi dan pengental gel (Lucida dkk.,
2017).
2.8.3 Gliserin
pemanis agen, pengawet antimikroba, dan peningkatan viskositas agen. Ini juga
digunakan sebagai plasticizer dan lapisan film. Gliserin juga digunakan dalam
32
Universitas Sumatera Utara
2.8.4 Natrium Lauril Sulfat
USP32-NF27 Sodium Lauril Sulfat sebagai campuran sodiam alkil sulfat yang
menyatakan bahwa natrium lauril sulfat harus mengandung tidak kurang dari 85%
dari sodium alkil sulfat yang terkolerasi sebagai C12H25NaO4S. Sodium lauril
sulfat berwarna putih atau krem untuk kristal berwarna kuning pucat, serpih, atau
bubuk yang halus, rasa pahit, dan sedikit bau zat lemak (Rowe dkk., 2009).
Gambar 2.4 Rumus Struktur Natrium Lauril Sulfat (Rowe dkk., 2009)
2.8.5 Nipagin
CsH8O3 memiliki bentuk Kristal atau bubuk Kristal, tidak berwarna atau putih,
berbau atau hampir tidak berbau, dan memiliki rasa terbakar sedikit. Nipagin
33
Universitas Sumatera Utara
Inkompatibilitas nipagin adalah dengan zat, seperti bentonit, magnesium
trisilikat, talk, tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropin
Etanol memiliki nama lain etil alkohol dengan rumus kimia C2H6O.
Memiliki bentuk cairan dengan warna jernih, tidak berwarna dengan bau khas,
dan rasa seperti terbakar pada lidah . Etanol 96% mudah menguap pada suhu
rendah, mendidih pada 78°C , dan mudah terbakar. Etanol 96% dapat bercampur
dengan air dan praktis bercampur dengan semua pelarut organik. Etanol 96%
2.8.7 Aquadest
yang dimurnikan dengan cara destilasi, penukar ion, osmosis balik atau proses
lain yang sesuai. Tidak mengandung zat tambahan lain. Catatan Air Murni
selain sediaan parenteral, air harus memenuhi persyaratan Uji Sterilitas <71>, atau
gunakan air murni steril yang dilindungi terhadap kontaminasi mikroba (Ditjen
POM, 1979).
34
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
gel peel-off sebagai anti-aging. Menggunakan ekstrak etanol kulit buah alpukat
sebanyak 2,5; 5; 7,5 dan blanko, penentuan mutu fisik sediaan (pengamatan
3.1.1 Alat
laboratorium, cawan porselen, gelas objek, pipet tetes, pot plastik, botol kaca,
penangas air, batang pengaduk, sudip, spatula, kertas perkamen, kertas saring,
aluminium foil, penjepit tabung, plastic wrap, rotary evaporator, skin analyzer,
dan moisture checker (Aramo Huvis), pH meter (Hanna), neraca analitik (Boeco),
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kulit buah alpukat.
Bahan kimia yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol 96%, polivinil
alkohol (PVA), polivinil pirolidon (PVP), gliserin, natrium lauril sulfat, nipagin,
larutan dapar pH asam (4,01), larutan dapar pH netral (7,01), dan air suling.
35
Universitas Sumatera Utara
3.2 Sukarelawan
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Bahan tumbuhan
yang digunakan adalah kulit dari buah alpukat yang telah matang yang diperoleh
dari pedagang alpukat kocok “Pokat Kocok Simpang Glugur Buk Iyah”, Jalan KL
Lampiran 1.
Kulit buah alpukat dibersihkan dari buahnya lalu dicuci bersih, ditiriskan
dipotong kecil-kecil dan ditimbang. Keringkan kulit buah alpukat dalam lemari
pengering dengan suhu 40-50oC. Setelah kering, kulit buah alpukat kemudian
36
Universitas Sumatera Utara
3.3.4 Pembuatan Ekstrak Kulit Buah Alpukat
dituangi dengan 75 bagian (3.750 ml) etanol 96%, ditutup, dibiarkan selama 5 hari
dimaserasi lagi dengan 25 bagian (1.250 ml) etanol 96% pada bejana tertutup,
dibiarkan ditempat sejuk terlindung dari cahaya selama 2 hari sambil sesekali
rotary evaporator pada suhu 40-50oC sampai diperoleh ekstrak kental (Ditjen
POM, 1979).
Humektan 2-10%
Surfaktan 2-5%
Alkohol 10-30%
pH buffer pH 4-7
Pengawet q.s
Parfum q.s
Pewarna q.s
37
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Formula Modifikasi Masker Gel Peel-off
Formula modifikasi:
R/ Polivinil alkohol 5
Polivinil Pirolidon 7
Gliserin 4
Etanol 96% 20
Nipagin 0,2
Parfum q.s
Konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat dalam formula masker gel peel-off
yang digunakan pada penelitian ini adalah: 2,5%, 5% dan 7,5% dalam 100 g.
Keterangan: Formula Blanko: Basis masker gel peel-off tanpa ekstrak kulit buah
alpukat
Formula F1 : Konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat 2,5%
Formula F2 : Konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat 5%
Formula F3 : Konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat 7,5%
38
Universitas Sumatera Utara
3.5 Prosedur Pembuatan Masker Gel Peel-off Ekstrak Etanol Kulit Buah
Alpukat
suhu 80ᵒC sambil diaduk konstan hingga membentuk gel. Dilarutkan PVP
kedalam massa PVA, lalu ditambahkan larutan nipagin, natrium lauril sulfat, dan
gliserin. Diaduk konstan hingga homogen lalu dibiarkan hingga dingin. Lalu
dilarutkan ekstrak kulit buah alpukat kedalam etanol 96% dan ditambahkan
sedikit demi sedikit kedalam basis hingga membentuk masker gel peel-off ekstrak
peel-off meliputi uji homogenitas, uji pH, uji stabilitas sediaan (warna dan bau),
penentuan viskositas sediaan masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat, dan
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan
transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
39
Universitas Sumatera Utara
3.6.2 Uji pH
netral (pH 7,0) dan larutan dapar pH asam (pH 4,0) hingga alat menunjukkan
harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan
ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml.
merupakan pH sediaaan.
Brookfield. Dengan cara menimbang 70 gram sediaan masker gel peel-off ekstrak
kulit buah alpukat kemudian diatur spindle 64 dan kecepatan yang digunakan dan
akan terbaca.
mengoleskan masker gel peel-off ke sebagian wajah area pipi secara merata dan
diamati waktu yang diperlukan sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat
mulai dioleskan masker gel peel-off hingga benar-benar terbentuk lapisan kering
40
Universitas Sumatera Utara
3.7 Pengujian Iritasi Terhadap Sukarelawan
Uji iritasi dilakukan terhadap sediaan masker gel peel-off etanol kulit
buah alpukat dengan maksud untuk mengetahui bahwa masker gel peel-off yang
dibuat dapat menimbulkan iritasi pada kulit atau tidak . iritasi dapat dibagi
menjadi dua kategori, yaitu iritasi primer yang akan segera timbul sesaat setelah
terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder yang reaksinya
baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit (Ditjen
POM, 1985).
dilakukan uji tempel preventif (patch test), yaitu dengan memakai masker tersebut
dibelakang daun telinga. Setelah dibiarkan selama 24 jam tidak terjadi reaksi kulit
untuk mendiagnosa keadaan pada kulit. skin analyzer dapat mendukung diagnosa
yang tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas namun juga memperlihatkan sisi
lebih dalam dari lapisan kulit, dengan menggunakan metode pengukuran normal
41
Universitas Sumatera Utara
dan polarisasi, dilengkapi dengan rangkaian sensor kamera pada skin analyzer
menyebabkan alat ini dapat menampilkan hasil cepat dan akurat (Aramo, 2012).
Semua sukarelawan diukur kondisi awal kulit pada area uji yang telah
dioleskan masker gel peel-off dan disebar diatas permukaan kulit wajah bagian
ujung mata hingga pelipis hingga membentuk lapisan tipis seragam. Pengujian
dilakukan meliputi:
hingga merata pada wajah yang telah ditandai setiap satu minggu 1 kali
ditetapkan diatas. Perubahan kondisi kulit diukur setelah aplikasi masker gel
42
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
Pada pembuatan simplisia kulit buah alpukat didapat hasil berat simplisia
sebesar 700 gram dari 2.900 gram berat kulit buah alpukat basah yang telah
Penyusutan merupakan salah satu perubahan fisik yang terjadi dalam pengeringan.
Penyusutan volume partikel bahan terjadi akibat adanya pembuangan air keluar
gram simplisia yang telah dihaluskan lalu ditambahkan etanol 96% sebanyak 5 L
selama 7 hari dan didapatkan ekstrak sebanyak 90 gram, dengan bau khas dan
mulai dari senyawa non polar sampai dengan polar. Pemilihan metode ekstraksi
dan peralatan yang digunakan sederhana dan tidak dipanaskan sehingga bahan
43
Universitas Sumatera Utara
4.3 Hasil Pembuatan Sediaan Masker Gel Peel-off
Sediaan masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat sebagai anti-aging
dibuat dengan menggunakan formula standar masker gel peel-off (Rieger, 2000).
penambahan bahan dalam formula standar. Ekstrak etanol kulit buah alpukat yang
ditambahkan dalam sediaan masker gel peel-off sebagai anti-aging adalah dengan
konsentrasi 2,5%; 5% dan 7,5%. Sediaan masker yang diperoleh berupa masker
gel peel-off warna hijau muda sampai hijau tua dan berbau khas.
ekstrak etanol kulit buah alpukat menunjukkan bahwa semua sediaan tidak
memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada saat sediaan dioleskan pada kaca
transparan (object glass). Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat
memiliki susunan yang homogen (Ditjen POM, 1979). Hasil homogenitas dapat
F0 FI FII FIII
Gambar 4.1 Hasil Uji Homogenitas Sediaan
Keterangan:
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%
44
Universitas Sumatera Utara
4.4.2 Hasil Pengamatan Stabilitas Sediaan
perubahan warna, bau dan perubahan pH pada sediaan masker wajah peel-off.
evaluasi stabilitas dari tiap parameter dapat dilihat dalam Tabel 4.1.
Hasil pengamatan warna sediaan masker gel peel-off ekstrak etanol kulit
buah alpukat pada formula 0 yang merupakan basis masker gel peel-off
memberikan warna bening, pada formula I memberikan warna hijau muda dan
pada formula II dan III menunjukan warna Hijau Tua. Hal tersebut dipengaruhi
oleh banyaknya ekstrak yang ditambahkan kedalam basis yang berwarna bening,
dimana ekstrak etanol kulit buah alpukat berwarna coklat tua. Semakin banyak
45
Universitas Sumatera Utara
ekstrak yang ditambahkan maka akan semakin pekat warnanya (Pratiwi dan
warna dan bau sediaan yang berasal dari parfum tidak mengalami perubahan
selama 12 minggu penyimpanan pada suhu kamar. Hal ini menunjukkan bahwa
sediaan masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat yang dibuat stabil.
konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat dan keadaan pH ekstrak kulit buah alpukat
formula 3. Meskipun terjadi penurunan pH, tetapi sediaan tersebut masih aman
digunakan. Dimana pH sediaan ini masih dalam pH fisiologis kulit yaitu 4,5-6,5
(Tranggono dan Latifah, 2007). pH sediaan yang terlalu basa dapat menyebabkan
kulit menjadi kering dan pH sediaan yang terlalu asam akan menimbulkan iritasi.
konsentrasi ekstrak etanol kulit buah alpukat yang ditambahkan ke dalam masker
gel peel-off maka pH sediaan tersebut semakin menurun atau semakin asam. Hal
ini dapat disebabkan karena pH ekstrak etanol kulit buah alpukat yang asam yaitu
46
Universitas Sumatera Utara
4.4.3 Hasil Pengujian Waktu Sediaan Mengering
mengering dilakukan pada suhu kamar dengan mengamati waktu yang diperlukan
sediaan untuk mengering, yaitu waktu dari saat mulai dioleskan masker gel peel-
off pada kulit wajah sehingga terbentuk lapisan yang kering (Vieira, 2009).
berkisar 17-21 menit sampai masker dalam keadaan kering dan dapat ditarik. Dari
data yang diperoleh masker gel peel-off masih memenuhi waktu mengering yang
baik yaitu antara 15-30 menit (Mahyun dkk., 2018). Hasil pengujian waktu
sediaan mengering masker gel peel-off dapat dilihat pada Tabel 4.2.
mengering pada masing-masing formula. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya
cepatnya proses evaporasi masker gel peel-off. Hal ini dikarenakan ekstrak kulit
buah alpukat yang ditambahkan memiliki kandungan gula dan pati dalam kulit
47
Universitas Sumatera Utara
buah alpukat (Liu, 1999). sehingga kekentalan dalam masker gel peel-off
berkurang pada saat ekstrak ditambahkan kedalam basis dan waktu mengering
sediaan menjadi lebih cepat. Hasil yang diperoleh juga menunjukan bahwa
semakin lama penyimpanan, maka waktu yang dibutuhkan sediaan masker gel
peel-off untuk mengering tidak berubah. Hal ini dapat disebabkan karena sediaan
masker gel peel-off mengandung gliserin yang bersifat higroskopis dengan afinitas
yang tinggi untuk menarik dan menahan molekul air dan menjaga kestabilan
12 pada formula blanko dan formula masker gel peel-off dengan konsentrasi
ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%, 5% dan 7,5%. Pengujian viskositas
merupakan faktor yang penting karena bertujuan untuk menentukan ketebalan gel.
Dari hasil uji viskositas masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat
alpukat dalam formula maka viskositas masker gel peel-off semakin meningkat.
Martin (1993) seperti yang dipaparkan oleh Phindo (2016), menjelaskan bahwa
48
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa sediaan mengalami penurunan nilai viskositas. Hal ini dapat
lingkungan seperti udara. Sediaan masker gel peel-off mengandung gliserin yang
bersifat higroskopis dengan afinitas yang tinggi untuk menarik dan menahan
molekul air dan menjaga kestabilan dengan cara mengabsorbsi lembab dari
lingkungan (Barel dkk., 2009). Hasil pengukuran viskositas dapat dilihat pada
Tabel 4.3.
dilakukan dengan cara menempelkan sediaan masker gel peel-off pada kulit
negatif terhadap parameter reaksi iritasi. Parameter yang diamati yaitu adanya
kulit merah, gatal-gatal, ataupun adanya pembengkakan. Dari hasil uji iritasi
tersebut yang disimpulkan bahwa sediaan masker gel peel-off yang dibuat aman
mengetahui efek samping pada kulit, dengan memakai kosmetika di bagian bawah
49
Universitas Sumatera Utara
lengan atau belakang telinga dibiarkan selama 24 jam. Dari data tabel 4.4, tidak
ada terlihat adanya efek samping berupa kemerahan, gatal-gatal, ataupun adanya
pembengkakan pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan masker gel peel-off).
Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
ukuran pori-pori (pore), banyak noda (spot) dan jumlah kerutan (wrinkle) dengan
tujuan melihat seberapa besar pengaruh masker gel peel-off dari ekstrak etanol
kulit buah alpukat untuk mengatasi penuaan dini pada kulit, dilihat dari persen
p < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal, sehingga
dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis dilanjutkan dengan Uji Mann-
Whitney.
50
Universitas Sumatera Utara
4.6.1 Kadar Air (moisture)
alat moisture checker yang terdapat dalam perangkat skin analyzer Aramo. Hasil
Tabel 4.5 Data hasil pengukuran kadar air pada kulit sukarelawan
Kadar Air Kulit %
Formula Relawan Minggu Minggu Minggu Minggu Pemulihan
Sebelum kadar air
1 2 3 4
1 29 29 29 29 30 3,4
2 29 29 29 29 30 3,4
F0
3 28 28 28 29 29 3,6
Mean 28,67 28,67 28,67 29,00 29,67 3,5
1 28 28 29 31 31 10,7
2 28 29 30 30 31 10,7
FI
3 29 30 31 32 32 10,3
Mean 28,33 29,00 30,00 31,00 31,33 10,6
1 29 30 31 32 33 13,8
2 29 29 30 32 34 17,2
FII
3 29 30 32 33 34 17,2
Mean 29,00 29,67 31,00 32,33 33,67 16,1
1 28 30 32 35 36 28,6
2 29 32 33 34 35 20,7
FIII
3 29 30 33 34 36 24,1
Mean 28,67 30,67 32,67 34,33 35,67 24,4
Keterangan:
Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%
Data pada Tabel 4.5 menunjukkan hasil peningkatan kadar air pada kulit
masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat dengan interval pemberian
51
Universitas Sumatera Utara
peningkatan terutama pada formula III dengan rata-rata persen pemulihan sebesar
24,4%, dan pada formula blanko juga mengalami sedikit peningkatan dengan rata-
penggunaan konsentrasi ekstrak kulit buah alpukat dalam formula masker gel
peel-off maka persen pemulihan kadar air (moisture) pada sukarelawan semakin
tinggi juga. Semakin tinggi konsentrasi yang digunakan maka semakin tinggi pula
masker gel peel-off terhadap kelembaban kulit sukarelawan selama empat minggu
39
37
35
Kadar Air
33 F0 (Blanko)
31 FI (2,5%)
FII (5%)
29
FIII (7,5%)
27
25
0 1 2 3 4
Waktu (Minggu)
Gambar 4.2 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada kulit wajah
Sukarelawan
52
Universitas Sumatera Utara
Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik
sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada penggunaan pada minggu 2, 3 dan
kelembaban pada kulit maka dilakukan uji Mann-Whitney. Dari hasil uji Mann-
kulit yang signifikan (p < 0,05) sebelum dan sesudah pemakaian antara semua
Membran sel mahluk hidup terdiri dari membran sel (PUFA/ HUFA) dan
akan melakukan aktivitas fotooksidasi pada asam lemak tak jenuh sehingga
agen berperan dalam mengikat radikal bebas sehingga dapat mencegah perusakan
lipid interseluler dan menjaga pertahanan alami kulit berupa NMF (Natural
2005). Minyak alpukat memiliki sifat oklusif. Oklusif adalah mekanisme kerja
53
Universitas Sumatera Utara
4.6.2 Kehalusan (evenness)
Dari data hasil yang diperoleh dalam uji efektivitas masker gel peel-off
ekstrak etanol kulit buah alpukat dalam peningkatan kehalusan kulit dapat dilihat
bahwa kondisi awal kehalusan kulit sukarelawan berkisar antara 33-37 yaitu pada
kondisi normal. Setelah penggunaan masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah
(4,0%), sedangkan pada F1, F2, dan F3 menunjukkan peningkatan kehalusan kulit
dari kondisi normal menjadi halus dengan persen pemulihan rata-rata 9,7%,
15,2%, dan 22,0%. Hasil pengukuran kehalusan kulit dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Data hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit wajah
sukarelawan
Tingkat Kehalusan %
Pemulihan
Formula Relawan Minggu Minggu Minggu Minggu kehalusan
Sebelum
1 2 3 4 kulit
1 33 33 33 33 32 3,0
2 34 34 34 34 32 5,9
F0
3 34 34 34 34 33 2,9
Mean 33,67 33,67 33,67 33,67 32,33 4,0
1 36 36 35 34 33 8,3
2 33 32 32 31 30 9,1
FI
3 34 33 32 31 30 11,8
Mean 34,33 33,67 33,00 32,00 31,00 9,7
1 35 34 33 31 30 14,3
2 34 32 32 30 29 14,7
FII
3 36 35 33 31 30 16,7
Mean 35,00 33,67 32,67 30,67 29,67 15,2
1 35 33 30 30 28 20,0
2 37 35 34 32 28 24,3
FIII
3 37 36 33 30 29 21,6
Mean 36,33 34,67 32,33 30,67 28,33 22,0
Keterangan: Halus 0-31; Normal 32-51; Kasar 52-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%
54
Universitas Sumatera Utara
Kemudian data yang diperoleh setelah perawatan selama empat minggu
terhadap kahalusan kulit sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu
Untuk mengetahui formula mana yang berbeda, maka data selanjutnya diuji
bahwa terdapat perbedan peningkatan kehalusan kulit yang signifikan (p < 0,05)
39
37
35
Kehalusan
F0 (Blanko)
33
FI (2,5%)
31 FII (5%)
29 FIII (7,5%)
27
25
0 1 2 3 4
Waktu (Minggu)
Gambar 4.3 Grafik hasil pengukuran kehalusan (evenness) pada kulit wajah
Sukarelawan
Kulit kering dan kasar merupakan tanda umum yang dialami saat kulit
mengalami penuaan dini. Ketika kulit terlalu sering terpapar oleh sinar matahari,
kolagen dan elastin yang berada dalam lapisan kulit akan rusak, sehingga sel-sel
55
Universitas Sumatera Utara
menjadi kurang halus, akibatnya kulit tampak lebih kasar. Selain itu, kulit juga
akan terasa kasar, kusam dan bersisik akibat menurunnya kemampuan kulit untuk
melepaskan sel kulit mati yang lama untuk diganti dengan sel kulit yang baru
sekaligus kehilangan kekencangan dan warna kulit yang tidak merata juga tanda
(Reveny dkk., 2016). Antioksidan adalah senyawa yang melindungi sel terhadap
spesies oksigen reaktif, seperti superoksida, radikal peroksil, radikal hidroksil, dan
menghentikan reaksi berantai radikal bebas yang tidak diinginkan dalam sel.
Flavonoid telah membangkitkan minat yang besar baru-baru ini karena efek
Dari data hasil yang diperoleh dalam uji efektivitas masker gel peel-off
ekstrak etanol kulit buah alpukat dalam penurunan ukuran pori (pore) dapat dilihat
56
Universitas Sumatera Utara
11,8%, 21,8% dan 29%. Sedangkan pada kelompok blanko (F0) tidak
sebesar 3,4%. Hasil pengukuran besar pori semua kelompok sukarelawan selama
Tabel 4.7 Data hasil pengukuran ukuran pori (pore) pada kulit wajah
Sukarelawan
Ukuran Pori %
Pemulihan
Formula Relawan Minggu Minggu Minggu Minggu
Sebelum Ukuran
1 2 3 4 Pori-pori
1 33 33 33 32 32 3,0
2 51 51 50 50 50 2,0
F0
3 34 34 34 33 32 5,9
Mean 39,33 39,33 39,00 38,33 38,00 3,4
1 35 33 32 31 31 11,4
2 32 31 30 29 28 12,5
FI
3 35 34 32 32 31 11,4
Mean 34,00 32,67 31,33 30,67 30,00 11,8
1 36 34 31 30 29 19,4
2 30 28 27 26 23 23,3
FII
3 35 32 31 28 27 22,9
Mean 33,67 31,33 29,67 28,00 26,33 21,8
1 32 30 28 25 23 28,1
2 33 29 28 25 23 30,3
FIII
3 35 33 30 28 25 28,6
Mean 33,33 30,67 28,67 26,00 23,67 29,0
Keterangan:
Pori-pori berukuran kecil 0-19; Pori-pori berukuran sedang 20-39; Pori-pori
berukuran besar 40-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%
terhadap ukuran pori kulit sukarelawan dan diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu
kedua, ketiga dan keempat yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan
57
Universitas Sumatera Utara
antar formula dalam mengecilkan ukuran pori kulit sukarelawan. Data selanjutnya
Dari hasil uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
48
44
Ukuran Pori-pori
40
F0 (Blanko)
36 FI (2,5%)
32 FII (5%)
28 FIII (7,5%)
24
20
0 1 2 3 4
Waktu (Minggu)
Gambar 4.4 Grafik hasil pengukuran ukuran pori-pori (pore) pada kulit wajah
Sukarelawan
Gambar 4.4 menunjukkan bahwa masker gel peel-off formula 3 lebih cepat
mengecilkan pori-pori kulit dari pada blanko. Namun, pada kelompok blanko
masih mengalami penurunan ukuran pori-pori sebesar 3,4%, hal ini dapat
kotoran dan sel-sel kulit mati. Perawatan yang dilakukan menunjukkan adanya
efek pengecilan pori-pori kulit sukarelawan setelah pemakaian masker peel off.
Pengecilan ukuran pori-pori kulit terjadi karena masker gel peel-off dapat
mengangkat kotoran dan sel-sel kulit mati (Basuki, 2003). Penumpukan sel-sel
kulit mati membuat pori-pori kulit tampak lebih besar (Noormindhawati, 2013).
58
Universitas Sumatera Utara
Flavonoid sebagai antioksidan dapat menghambat reaksi peroksidasi lipid
dan senyawa pereduksi yang baik. Flavonoid berlaku sebagai penghambat yang
baik untuk radikal hidroksil dan superoksida yang dengan demikian melindungi
lensa perbesaran 60 kali dengan lampu sensor jingga. Dari data yang diperoleh
dalam uji efektivitas masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat dalam
noda yang masuk dalam kondisi noda sedang yaitu dalam rentang 25-33. Setelah
penggunaan masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat, dapat dilihat
persentase pemulihan yang tidak signifikan yaitu 4,8% . Pada FI, FII dan FIII
sebesar 14,9%, 22,1% dan 28,9%. Hasil pengukuran banyaknya noda semua
kelompok sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan grafik hasil penurunan
59
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.8 Data hasil pengukuran banyak noda (spot) pada kulit wajah
Sukarelawan
Jumlah Noda %
Pemulihan
Formula Relawan Minggu Minggu Minggu Minggu
Sebelum Jumlah
1 2 3 4 Noda
1 28 28 28 27 27 3,6
2 31 31 30 29 29 6,5
F0
3 25 25 25 25 24 4,0
Mean 28,00 28,00 27,67 27,00 26,67 4,8
1 33 32 31 30 29 12,1
2 34 31 30 29 28 17,6
FI
3 27 26 25 24 23 14,8
Mean 31,33 29,67 28,67 27,67 26,67 14,9
1 31 29 28 26 25 19,4
2 31 30 28 25 24 22,6
FII
3 33 31 30 27 25 24,2
Mean 31,67 30,00 28,67 26,00 24,67 22,1
1 29 28 26 23 21 27,6
2 31 28 27 24 22 29,0
FIII
3 30 28 26 24 21 30,0
Mean 30,00 28,00 26,33 23,67 21,33 28,9
Keterangan:
Jumlah noda sedikit 0-19; Jumlah noda sedang 20-39; Jumlah noda banyak 40-
100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%
34
32
Jumlah Noda
30
F0 (Blanko)
28
FI (2,5%)
26
FII (5%)
24 FIII (7,5%)
22
20
0 1 2 3 4
Waktu (Minggu)
Gambar 4.5 Grafik hasil pengukuran banyaknya noda (spot) pada Sukarelawan
60
Universitas Sumatera Utara
Data yang diperoleh selanjutnya dilakukan analisa SPSS menggunakan uji
Kruskal Wallis dan diperoleh nilai p < 0,05 yang menunjukkan bahwa adanya
pada kulit sukarelawan pada minggu ketiga dan minggu keempat. Kemudian data
Dari hasil uji Mann-whitney dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
(hiperpigmentasi) bisa muncul pada kulit yang mulai menua maupun kulit yang
belum tua oleh berbagai penyebab. Paparan sinar matahari yang berlebihan dalam
jangka waktu lama dapat menimbulkan efek yang merugikan pada lapisan paling
atas kulit (epidermis). Penyebab lain hiperpigmentasi adalah usia seseorang. Hal
berkurang. Bercak-bercak ini memiliki warna bervariasi mulai dari cokelat terang
hingga hitam. Flek berwarna coklat sampai berwarna hitam ini berkembang
untuk mencegah kerusakan akibat polutan. Faktor genetik atau keturunan juga
disintesis dalam melanosom dalam sel melanosit oleh aksi tyrosinase, enzim yang
tirosinase, karena ini adalah salah satu langkah kunci dalam pembentukan pigmen
61
Universitas Sumatera Utara
dan dapat menghalangi jalur pembentukan pigmen lainnya. Aktivitas flavonoid
yang lebih besar dibandingkan senyawa non fenol dari golongan triterpenoid dan
steroid. Flavonoid banyak tersebar pada bagian bunga, daun, biji, dan kulit kayu
Dari hasil yang diperoleh dalam pengujian jumlah keriput wajah (wrinkle)
terlalu banyak (23-27). Setelah penggunaan masker gel peel-off ekstrak etanol
kulit buah alpukat, dapat dilihat bahwa formula blanko memberikan efek dalam
sebesar 4,2%. Pada kelompok FI, FII dan FIII menunjukkan adanya efek
dan 28,8%. Dan terjadi perubahan jumlah keriput pada wajah sukarelawan dari
tidak berkeriput: 0-19) pada formula III. Hasil pengukuran jumlah keriput dapat
62
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9 Data hasil pengukuran jumlah keriput (wrinkle) pada kulit wajah
Sukarelawan
Jumlah Keriput Kulit %
Pemulihan
Formula Relawan Minggu Minggu Minggu Minggu
Sebelum jumlah
1 2 3 4 Kerutan
1 25 25 25 25 24 4,0
2 24 24 24 23 23 4,2
F0
3 23 23 23 22 22 4,3
Mean 24,00 24,00 24,00 23,33 23,00 4,2
1 29 28 27 26 26 10,3
2 29 27 26 25 25 13,8
FI
3 27 26 25 24 23 14,8
Mean 28,33 27,00 26,00 25,00 24,67 12,9
1 26 25 25 23 20 23,1
2 24 24 23 22 20 16,7
FII
3 25 24 23 22 20 20,0
Mean 25,00 24,33 23,67 22,33 20,00 20,0
1 27 24 23 22 19 29,6
2 27 25 23 22 20 25,9
FIII
3 26 23 22 20 18 30,8
Mean 26,67 24,00 22,67 21,33 19,00 28,8
Keterangan:
Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012).
F0 : Masker gel peel-off tanpa ekstrak etanol kulit buah alpukat (blanko)
FI : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 2,5%
FII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 5%
FIII : Masker gel peel-off ekstrak etanol kulit buah alpukat 7,5%
dianalisis dengan uji Kruskal Wallis dan diperoleh nilai p < 0,05 pada minggu
dalam menurunkan jumlah keriput pada kulit sukarelawan. Data selanjutnya diuji
signifikan antara semua formula (p > 0,05). Grafik penurunan jumlah keriput pada
63
Universitas Sumatera Utara
kulit wajah sukarelawan selama empat minggu perawatan dengan menggunakan
masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat dapat dilihat pada Gambar 4.6.
31
29
Jumlah Keriput
27
25 F0 (Blanko)
23 FI (2,5%)
21 FII (5%)
19 FIII (7,5%)
17
15
0 1 2 3 4
Waktu (Minggu)
Gambar 4.6 Grafik hasil pengukuran banyaknya keriput (wrinkle) pada kulit
wajah sukarelawan
Salah satu ciri terjadi penuaan adalah kerutan. Kerutan terjadi karena
berkurangnya kelenjar minyak sehingga kulit akan cenderung kering dan otot-otot
wajah mulai mengendur, dalam keadaan begitu kulit menjadi lebar kemudian
terjadilah lipatan-lipatan kulit. Timbulnya kerutan itu sendiri juga bisa disebabkan
oleh lingkungan seperti sinar matahari, nutrisi yang tidak seimbang, kelembaban
udara, dan radikal bebas akibat polusi udara (Supiani, 2009). Paparan sinar
jauh melampaui lapisan atas kulit (epidermis). Kerusakan yang paling signifikan
terjadi jauh di dalam dermis, di mana serat kolagen dan elastin rusak,
menyebabkan kerutan yang dalam dan kulit kendur (Guenther dkk., 2011).
64
Universitas Sumatera Utara
jumlah kolagen. Matrix metalloproteinase-1 adalah mediator utama yang
MMP-1 adalah salah satu cara untuk mencegah kerusakan kulit akibat paparan
sinar UV. Flavonoid menghambat dan mencegah kerusakan kulit oleh radikal
bebas yang disebabkan oleh paparan sinar ultra violet pada kulit, dengan cara
hambatan ini, sintesis MMP-1 akan berkurang dan proses degradasi kolagen
terhambat sehingga kulit terlindungi dari proses penuaan dari paparan ultra-violet
(Reactive Oxygen Species) memainkan peran dasar dalam penuaan kulit dan
bebas. Antioksidan ini berkurang pada penuaan intrinsik serta dalam penuaan dini.
Berbagai antioksidan yang berasal dari tumbuhan dan bahan kimia endogen telah
digunakan secara topikal karena asupan oral tidak mencapai level tinggi di kulit
(Papanagiotou, 2009).
65
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Ekstrak kulit buah alpukat dapat diformulasikan dalam sediaan masker gel
peel-off dengan konsentrasi 2,5%, 5% dan 7,5% dan memiliki sifat fisik
dan stabilitas sediaan yang baik dalam penyimpanan selama 3 bulan pada
meliputi kadar air kulit meningkat, kulit semakin halus, pori semakin
flavonoidnya.
5.2 Saran
basis masker gel peel-off agar dapat stabil pada konsentrasi ekstrak yang lebih
tinggi.
66
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
67
Universitas Sumatera Utara
Gurning, V. R. 2018. Formulasi dan Uji Anti-Aging Dari Masker gel peel-off
yang Mengandung Ekstrak Kulit Buah Markisa Ungu (Passiflora edulis
Sims.). Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Harry, R.G. 1973. Harry’s Cosmetology Edisi Keenam. New York: Chemical
Publishing Co., Inc. Halaman 103-109.
Hendra, P., Liong, P., Putri, B.W.R., Fransiskus, A.S., Andriani, F., Putriati, A.,
dkk. 2016. Efek Proteksi Dekokta Kulit buah alpukat Pada Hepar Tikus
Terinduksi Karbon Tetraklorida. Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas.
13(02): 61-62.
Indriani, H., Sumiarsih, E. 1992. Alpukat. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 1-
14.
Kalie, M. B. 1997. Alpukat Budidaya & Pemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius. Halaman 13-26.
Kemenkes RI. 2015. Materia Kosmetika Bahan Alam Indonesia. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI. Halaman 690.
Kosasih, E.N., Setiabudhi, T., dan Heryanto, H. 2002. Peran Antioksidan Pada
Lanjut Usia. Kota tulis: Pusat Kajian Nasional Masalah Lanjut Usia.
Halaman 19, 59.
Kumalaningsih. 2006. Antioksidan Alami. Surabaya: Trubus Agrisarana. Halaman
16.
Liu, X., Robinson, P. W., Madore, M. A., Witney, G.W., Arpaia, M.L. 1999.
„Hass‟ Avocado Carbohydrate Fluctuations. II. Fruit Growth and
Ripening. J. AMER. SOC. HORT. SCI. 124(6): 676–681.
Lucida, dkk. 2017. Formulasi Masker gel peel-off dari Ekstrak Etanol Kulit Buah
Asam Kandis (Garcinia cowa, Roxb) dan Uji Aktivitas Antioksidannya.
Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi. 19(01): 34.
Mahyun, F., Kusuma, A, P., Tamhid, H. A. 2018. Formulation peel-off gel mask
of Impatiens balsamina l. as an antibactery against Staphylococcus
aureus. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Indonesia. 9(3): 168-174.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetic Science Edisi Pertama. Amsterdam: Elsevier
Science. Halaman 39.
Mulyawan, D., Suriana, N. 2013. A-Z Tentang Kosmetik. Jakarta: Elex Media
Komputindo. Halaman 16-17.
Nazaruddin., Muchlisah, F. 1994. Buah Komersial. Jakarta: Penebar Swadaya.
Halaman 45.
Nazliniwaty., Arianto, A., Nasution, K. R. A. 2016. Formulation and Anti-Aging
Effect of Cream Containing Breadfruit (Artocarpus altilis (Parkinson)
Fosberg) Leaf Extract. International Journal of PharmTech Research.
9(12): 524-530.
Noormindhawati, L. 2013. Jurus Ampuh Melawan Penuaan Dini. Jakarta:
Kompas Gramedia. Halaman 2-5.
Papanagiotou, V. D. 2009. Skin aging and photoaging. Journal Riview. 4(1): 57-
65.
Pham-Huy, L. A., He, H., Pham-Huy, C. 2008. Free Radicals, Antioxidants in
Disease and Health. Int. Journal Biomed. Sci; 4(2): 89-95.
Phindo, L. 2016. Formulasi dan Evaluasi Fisik Masker Peel Off yang
Mengandung Ekstrak Etanol 96% Kulit Batang Nangka (Artocarpus
heteropyllus. Lamk) Asam Glikolat dan Niasinamida. Skripsi.Fakultas
68
Universitas Sumatera Utara
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Jakarta.
Pohan, H.G., Rosidi, B., Suherman, A.H. 2005. Pengaruh Daging Buah,
Campuran Daging Buah dan Kulit dan Cara Ekstraksi Terhadap
Karakteristik Minyak Alpukat (Persea americana Mill.). Juornal of agro-
based industry. 22(2):33-40.
Pratiwi, L., Wahdaningsih, S. 2018. Formulasi Dan Aktivitas Antioksidan Masker
Wajah Gel Peel Off Ekstrak Metanol Buah Pepaya (Carica papaya L.).
Pharmacy Medical Journal. 1(2): 59.
Priani S. E., Irawati, I., Darma, G. C. E. 2015. Formulasi Masker Gel Peel-Off
Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana Linn.). IJPST. 02(03): 91.
Prianto, J. 2014. Panduan Lengkap Merawat Kulit Wajah. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. Halaman 56-57, 84-85, 116-119.
Puspitasari, A. D., Proyogo, L. S. 2010. Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi
Dan Sokletasi Terhadap Kadar Fenolik Total Ekstrak Etanol Daun Kersen
(Muntingia calabura). Jurnal Ilmiah Cendikia Eksakta. 1(2): 1-8.
Putro, D.S. 1998. Agar Awet Muda. Ungaran: Trubus Agriwidya. Halaman 2-
6,16,17, 20-22.
Rahmi, H. 2017. Review : Aktivitas Antioksidan dari Berbagai Sumber Buah-
buahan di Indonesia. Jurnal Agrotek Indonesia. 2(1) : 34 – 3.
Ratnasari, D., Puspitasari, R. N., 2018. Optimasi Formula Sediaan Krim Anti-
Aging Dari Ekstrak Terong Ungu (Solanum melongena L.) Dan Tomat
(Solanum lycopersicum L.). Jurnal Riset Kesehatan. 7(2): 66 – 71.
Rawlins, E. A. 2003. Bentley’s Textbook of Pharamaceutics Edisi XVIII. London:
Bailierre Tindall. Halaman 22, 355.
Reveny, J., Nazliniwaty., Umayah, R. 2016. Formulation Of Peel-Off Mask
From Ethanol Extract Of Water Spinach Leaves As Anti Agin.
International Journal of PharmTech Research. 9(12): 554-559.
Rieger, M. M. 2000. Harry’s Cosmeticology Edisi VII. New York: Chemical
Publishing Co.Inc. Halaman 471-483.
Risyad, A., Permadani, R. L., Siswarni. 2016. Ekstraksi Minyak Dari Biji Alpukat
(Persea Americana Mill) Menggunakan Pelarut N-Heptana. Jurnal
Tehnik Kimia. 5(01): 34-35.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M. 2009. Handbook OF Pharmaceutical
Excipients. Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press. Halaman17-19,
283-285, 441-444, 581-583, 564-565, 651-653.
Sagita, A. 2013. Hubungan Penyusutan Dengan Karakteristik Pengeringan
Lapisan Tipis Simplisia Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.).
Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Samson, J. A. 1986. Tropical Fruits. Second Edition. New York: Longman
Scientific & Technical. Halaman 235.
Sari, R. K., Utami, R., Batubar, I., Carolina, A., Febriany, S. 2015. Aktivitas
Antioksidan dan Inhibitor Tirosinase Ekstrak Metanol Mangium (Acacia
mangium) (Antioxidant and Tyrosinase Inhibitor Activities of Methanol
Extracts of Acacia mangium). J. Ilmu Teknol. Kayu Tropis. 13(1): 88-97.
Septiani, S., Wathoni, N., Mita, S. R. 2013. Formulasi Sediaan Masker Gel
Antioksidan Dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetun gnemon Linn.).
Pharmacy Medical Journal. 1(2): 8.
69
Universitas Sumatera Utara
Sunarjono, H. H. 1997. Prospek Berkebun Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.
Halaman 104-106.
Suparni dan Wulandari, A. 2013. Sehat & Cantik Natural dengan Bahan-bahan
Alami. Yogyakarta: Rapha Publishing. Halaman 2-5.
Supiani, T. 2009. Pengaruh Penggunaan Galvani Terhadap Hasil Pengurangan
Kerutan Pada Perawatan Kulit Wajah Menua Dengan Ekstrak Kacang
Kedelai. Jurnal teknik. 1(2): 21-25.
Suryani, Hamsidi, R., Ikawati, N. 2015. Uji Stabilitas Formula Sediaan Losio Dari
Ekstrak Metanol Daun Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr).
Pharmacy Medical Journal. 1(2): 1.
Sutriningsih., Astuti, I. W. 2017. Uji Antioksidan Dan Formulasi Sediaan Masker
gel peel-off Dari Ekstrak Biji Alpukat (Persea americana Mill.) Dengan
Perbedaan Konsentrasi PVA (Polivinil Alkohol). Indonesia Natural
Research Pharmaceutical Journal. 1(2): 68.
Tranggono, R.I., Latifah, F. 2014. Buku Pegangan Dasar Kosmetologi. Jakarta:
PT Gramedia Pusaka Utama. Halaman 9-11, 17-20, 30-31.
Tresna, P. 2010. Perawatan Kulit Wajah (Facial). Materi Kuliah: Pendidikan
Tata Busana. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Vieira, R. P. (2009). Physical and Physicochemical Stability Evaluation of
Cosmetic Formulations Containing Soybean Extract Fermented by
Bifidobacterium animal. Brazilian Journal of Pharmaceutical Sciences.
45(3): 515-525.
Wasitaatmadja, S. M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas
Indonesia. Halaman 16-21.
Yahya, A., Sulistyowati. 2015. Aktivitas Anti Bakteri Biji Dan Kulit Buah
Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Aerobacter aerogenes Dan
Proteus mirabilis. Jurnal Teknik. 13(02): 1412-1867.
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Hasil Persetujuan Surat Etical Clirance
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Bagan Pembuatan ekstrak etanol kulit buah alpukat
ditiriskan
Simplisia
Serbuk Simplisia
Buah Alpukat
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan Pembuatan masker gel peel-off ekstrak kulit buah alpukat
74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Contoh surat pernyataan sukarelawan
(Informed Consent)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Stambuk :
Alamat :
No.Telp/HP :
Telah mendapat penjelasan dari peneliti (Siska Widhia Silitonga) secara jelas
tentang penelitian “Formulasi dan Uji Efektivitas Anti-aging Masker Gel Peel-off
yang Mengandung Ekstrak Kulit buah alpukat (Persea americana Mill.)”, maka
dengan ini saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia untuk
diikutsertakan dalam penelitian tersebut.
Volunteer
( )
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Gambar alat dan bahan
Rotary Evaporator
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (Lanjutan)
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. (Lanjutan)
78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Gambar sediaan masker gel peel-off dan pengaplikasiannya
Blanko
(F0) F1 F2 F3
Blanko
(F0) F1 F2 F3
79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Gambar hasil pengukuran menggunakan alat skin analyzer
80
Universitas Sumatera Utara
Minggu pertama sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer konsentrasi ekstrak
7,5%)
81
Universitas Sumatera Utara
2. Kehalusan (Evenness)
82
Universitas Sumatera Utara
Kondisi awal sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer konsentrasi ekstrak 7,5%)
83
Universitas Sumatera Utara
3. Pori (pore)
84
Universitas Sumatera Utara
Kondisi awal sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer konsentrasi ekstrak 7,5%)
85
Universitas Sumatera Utara
4. Noda (Spot)
86
Universitas Sumatera Utara
Kondisi awal sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer konsentrasi ekstrak 7,5%)
87
Universitas Sumatera Utara
5. Keriput (Wrinkle)
88
Universitas Sumatera Utara
Kondisi awal sampai minggu ke 4 perawatan (volunteer konsentrasi ekstrak 7,5%)
89
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Hasil data uji SPSS
1. Uji Normalitas
Tests of Normalityb,c
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Formula O .385 3 . .750 3 .000
Sebelum Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula O .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .175 3 . 1.000 3 1.000
Minggu 1 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula O .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .175 3 . 1.000 3 1.000
Minggu 2 Formula 2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .175 3 . 1.000 3 1.000
Minggu 3 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula O .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 4 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
a. Lilliefors Significance Correction
b. Sebelum is constant when Formula = Formula 2. It has been omitted.
c. Minggu 3 is constant when Formula = Formula O. It has been omitted.
90
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Kruskal Wallis
Test Statisticsa,b
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 2.750 6.341 9.140 10.298 10.532
Df 3 3 3 3 3
Asymp. Sig. .432 .096 .027 .016 .015
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 3.000 3.500 1.000 .000 .000
Wilcoxon W 9.000 9.500 7.000 6.000 6.000
Z -.745 -.471 -1.623 -2.087 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .456 .637 .105 .037 .043
Exact Sig. [2*(1-tailed
.700b .700b .200b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b.Not corrected for ties
b. F0 dengan F2
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 3.000 1.000 .000 .000 .000
Wilcoxon W 9.000 7.000 6.000 6.000 6.000
Z -1.000 -1.650 -1.993 -2.121 -2.023
Asymp. Sig. (2-
.317 .099 .046 .034 .043
tailed)
Exact Sig. [2*(1-
.700b .200b .100b .100b .100b
tailed Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
91
Universitas Sumatera Utara
c. F0 dengan F3
Test Statisticsa
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Formula 0 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .253 3 . .964 3 .637
Sebelum Formula 2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .292 3 . .923 3 .463
Minggu 1 Formula 2 .253 3 . .964 3 .637
Formula 3 .253 3 . .964 3 .637
Formula 0 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 2 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .292 3 . .923 3 .463
Formula 0 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 3 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 4 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
a. Lilliefors Significance Correction
92
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Kruskal Wallis
Test Statisticsa,b
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 5.985 1.093 1.847 6.485 8.735
Df 3 3 3 3 3
Asymp.
.112 .779 .605 .090 .033
Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula
b. F0 dengan F2
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 1.000 4.000 1.000 .000 .000
Wilcoxon W 7.000 10.000 7.000 6.000 6.000
Z -1.623 -.232 -1.650 -2.023 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .105 .817 .099 .043 .043
Exact Sig. [2*(1-tailed
.200b 1.000b .200b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
93
Universitas Sumatera Utara
c. F0 dengan F3
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 2.500 2.500 .000 .000
Wilcoxon W 6.000 8.500 8.500 6.000 6.000
Z -2.023 -.899 -.943 -2.023 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .043 .369 .346 .043 .043
Exact Sig. [2*(1-tailed
.100b .400b .400b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
Ukuran pori-pori kulit (Pore)
1. Uji Normalitas
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Formula 0 .368 3 . .792 3 .094
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Sebelum Formula 2 .328 3 . .871 3 .298
Formula 3 .253 3 . .964 3 .637
Formula 0 .368 3 . .792 3 .094
Formula 1 .253 3 . .964 3 .637
Minggu 1 Formula 2 .253 3 . .964 3 .637
Formula 3 .292 3 . .923 3 .463
Formula 0 .367 3 . .794 3 .100
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 2 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .368 3 . .792 3 .094
Formula 1 .253 3 . .964 3 .637
Minggu 3 Formula 2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .385 3 . .750 3 .000
Formula 1 .385 3 . .750 3 .000
Minggu 4 Formula 2 .253 3 . .964 3 .637
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
a. Lilliefors Significance Correction
94
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Kruskal Wallis
Test Statisticsa,b
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square .696 4.247 8.230 9.173 9.350
Df 3 3 3 3 3
Asymp.
.874 .236 .041 .027 .025
Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula
b. F0 dengan F2
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 4.000 1.500 .000 .000 .000
Wilcoxon W 10.000 7.500 6.000 6.000 6.000
Z -.218 -1.328 -1.993 -1.964 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .827 .184 .046 .050 .046
Exact Sig. [2*(1-tailed
1.000b .200b .100b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
95
Universitas Sumatera Utara
c. F0 dengan F3
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.500 .500 .000 .000 .000
Wilcoxon W 8.500 6.500 6.000 6.000 6.000
Z -.886 -1.771 -1.993 -1.993 -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .376 .077 .046 .046 .043
Exact Sig. [2*(1-tailed
.400b .100b .100b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
Noda (Spot)
1. Uji Normalitas
Tests of Normalityb
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Formula 0 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 1 .337 3 . .855 3 .253
Sebelum Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 0 .175 3 . 1.000 3 1.000
Minggu 1 Formula 1 .328 3 . .871 3 .298
Formula 2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 0 .219 3 . .987 3 .780
Formula 1 .328 3 . .871 3 .298
Minggu 2 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 1 .328 3 . .871 3 .298
Minggu 3 Formula 2 .175 3 . 1.000 3 1.000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
Formula 0 .219 3 . .987 3 .780
Formula 1 .328 3 . .871 3 .298
Minggu 4 Formula 2 .385 3 . .750 3 .000
Formula 3 .385 3 . .750 3 .000
a. Lilliefors Significance Correction
b. Minggu 1 is constant when Formula = Formula 3. It has been omitted.
96
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Kruskal Wallis
Test Statisticsa,b
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 3.573 2.763 2.484 5.769 6.800
Df 3 3 3 3 3
Asymp.
.311 .430 .478 .123 .079
Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula
a. F0 dengan F1
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 2.500 3.000 3.500 4.500
Wilcoxon W 8.000 8.500 9.000 9.500 10.500
Z -1.091 -.886 -.674 -.443 .000
Asymp. Sig. (2-tailed) .275 .376 .500 .658 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed
.400b .400b .700b .700b 1.000b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
b. F0 dengan F2
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 1.000 2.500 3.500 3.000 2.500
Wilcoxon W 7.000 8.500 9.500 9.000 8.500
Z -1.623 -.886 -.471 -.674 -.899
Asymp. Sig. (2-tailed) .105 .376 .637 .500 .369
Exact Sig. [2*(1-tailed
.200b .400b .700b .700b .400b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
97
Universitas Sumatera Utara
c. F0 dengan F3
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.500 4.500 3.000 .000 .000
Wilcoxon W 8.500 10.500 9.000 6.000 6.000
Z -.886 .000 -.664 -1.993 -1.993
Asymp. Sig. (2-tailed) .376 1.000 .507 .046 .046
Exact Sig. [2*(1-tailed
.400b 1.000b .700b .100b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
98
Universitas Sumatera Utara
2. Uji Kruskal Wallis
Test Statisticsa,b
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Chi-Square 9.219 6.738 7.641 7.681 9.600
Df 3 3 3 3 3
Asymp.
.027 .041 .054 .053 .022
Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Formula
a. F0 dengan F1
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 .000 .500 1.500 1.500
Wilcoxon W 6.000 6.000 6.500 7.500 7.500
Z -1.993 -1.964 -1.771 -1.328 -1.328
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 .050 .077 .184 .184
Exact Sig. [2*(1-tailed
.100b .100b .100b .200b .200b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
b. F0 dengan F2
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U 2.000 3.500 3.500 2.500 .000
Wilcoxon W 8.000 9.500 9.500 8.500 6.000
Z -1.124 -.471 -.471 -.943 -2.087
Asymp. Sig. (2-tailed) .261 .637 .637 .346 .037
Exact Sig. [2*(1-tailed
.400b .700b .700b .400b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
99
Universitas Sumatera Utara
c. F0 dengan F3
Test Statisticsa
Sebelum Minggu 1 Minggu 2 Minggu 3 Minggu 4
Mann-Whitney U .000 4.500 1.000 1.000 .000
Wilcoxon W 6.000 10.500 7.000 7.000 6.000
Z -1.993 .000 -1.623 -1.623 -1.964
Asymp. Sig. (2-tailed) .046 1.000 .105 .105 .050
Exact Sig. [2*(1-tailed
.100b 1.000b .200b .200b .100b
Sig.)]
a. Grouping Variable: Formula
b. Not corrected for ties.
100
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Perhitungan persentase
Aktivitas antia-aging
- F0 - F2
- F1 - F3
101
Universitas Sumatera Utara
Kenaikan Angka Kehalusan
- F0 - F2
- F1 - F3
102
Universitas Sumatera Utara
Penurunan Ukuran Pori
- F0 - F2
- F1 - F3
103
Universitas Sumatera Utara
Penurunan Jumlah Noda
- F0 - F2
- F1 - F3
104
Universitas Sumatera Utara
Penurunan Jumlah Kerutan
- F0 - F2
- F1 - F3
105
Universitas Sumatera Utara