Anda di halaman 1dari 112

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Bab 1 Sistem Bilangan Riil 1
Beberapa Sistem Bilangan, Sifat-sifat Bilangan Riil, Desimal dan
Kerapatan, Pertidaksamaan, Soal Latihan
Bab 2 Fungsi dan Grafiknya 21
Relasi dan Fungsi, Beberapa Jenis Fungsi, Operasi pada Fungsi, Grafik
Fungsi, Soal Latihan
Bab 3 Limit dan Kekontinuan Fungsi 39
Pendahuluan Limit, Penghitungan Limit, Limit Fungsi Trigonometri,
Kekontinuan Fungsi, Beberapa Macam Diskontinuitas, Menentukan
Fungsi Menjadi Kontinu, Soal Latihan
Bab 4 Turunan (Derivatif) 52
Pengertian Turunan, Rumus Dasar Turunan, Turunan Fungsi
Komposisi, Turunan Fungsi Implisit, Turunan Kedua dan Turunan
Lebih Tinggi, Soal Latihan
Bab 5 Penggunaan Turunan 62
Maksimum dan Minimum, Kemonotonan dan Kecekungan,
Menggambar Grafik Fungsi, Terapan Praktis Turunan, Soal Latihan
Bab 6 Integral Tak Tentu 73
Definisi dan Rumus Dasar Teknik-teknik Pengintegralan, Soal dan
Pembahasan
Bab 7 Integral Tentu 89
Sifat-sifat Integral Tentu, Nilai Integral Tentu, Integral Tak Wajar, Soal
Latihan
Bab 8 Penggunaan Integral Tentu 97
Menghitung Luas Bidang Datar, Menghitung Volume Benda Putar
BAB 1 SISTEM BILANGAN RIIL

Sistem bilangan riil dan sifat-sifatnya merupakan salah satu pilar utama dalam

matematika, khususnya kalkulus. Dengan sistem bilangan ini beserta operasi-operasi


yang berlaku di dalamnya permasalahan komputasi matematika menjadi jelas dan
mudah dilakukan. Namun sebelum meninjau lebih jauh mengenai apakah bilangan riil
itu dan apa sajakah sifat-sifatnya, akan ditinjau terlebih dahulu sistem bilangan yang
lebih sederhana.

1.1. Beberapa Sistem Bilangan


1. Sistem Bilangan Asli
Di antara bilangan yang sudah dikenal, bilangan asli merupakan bilangan yang
paling sederhana. Dengan bilangan ini, kita dapat menghitung obyek atau benda-benda
yang ada di sekitar kita. Notasi untuk himpunan semua bilangan asli adalah
N = {1, 2, 3, … }.
Himpunan ini beserta operasi tambah (+) dan kali (x) yang bersifat tertutup di
dalamnya atau dinotasikan dengan (N, +, x) membentuk suatu sistem yang dinamakan
sistem bilangan asli.

2. Sistem Bilangan Bulat


Jika pada himpunan semua bilangan asli di atas ditambahkan negatifnya dan
bilangan 0 sebagai unsur netral terhadap operasi +, maka diperoleh himpunan
Z = {0,  1,  2,  3, …}
yang dinamakan himpunan semua bilangan bulat.
Terhadap operasi + dan x yang bersifat tertutup di dalamnya, himpunan semua
bilangan bulat Z ini atau (Z, +, x) membentuk suatu sistem yang dinamakan sistem
bilangan bulat.

3. Sistem Bilangan Rasional

1
Pada beberapa pengukuran besaran seperti pengukuran panjang, suhu atau arus
listrik, bilangan-bilangan bulat boleh dikatakan tidak memadai lagi, karena kurang
memberikan ketelitian yang cukup baik. Oleh karena itu, hasil bagi dari bilangan-
1  2 31 16 40  19
bilangan bulat seperti , , , , dan sangat diperlukan. Perlu
4 3 8 7 5 1
diperhatikan bahwa, kita tidak diperkenankan membagi suatu bilangan dengan nol.
m
Bilangan-bilangan yang dapat dituliskan dalam bentuk , dengan m dan n
n
adalah bilangan-bilangan bulat dan n  0 , disebut bilangan-bilangan rasional.
Selanjutnya himpunan semua bilangan rasional ini dinotasikan dengan Q, sehingga

m 
Q=  | m, n  Z dan n  0 .
 n 
Himpunan semua bilangan rasional Q bersama-sama dengan operasi + dan x
yang bersifat tertutup di dalamnya atau (Q, +, x) membentuk suatu sistem yang
dinamakan sistem bilangan rasional

4. Himpunan Bilangan Tak Rasional


Pada kenyataannya, bilangan-bilangan rasional masih mempunyai
keterbatasan, karena bilangan ini tidak dapat mengukur semua besaran, salah satu
contohnya besaran panjang. Fakta ini ditemukan oleh orang Yunani kuno beberapa

abad sebelum masehi, yaitu meskipun 2 merupakan panjang sisi miring suatu segitiga
siku-siku dengan sisi-sisi 1, bilangan ini tidak dapat dituliskan sebagai suatu hasil bagi

dari dua bilangan bulat. Jadi 2 merupakan bilangan tak rasional. Demikian juga
3
dengan bilangan-bilangan 3, 5 , e ,  dan sebagainya, merupakan contoh-contoh
lain bilangan yang tak rasional.
Jika semua bilangan tak rasional di atas kita kumpulkan, maka kita mempunyai
sebuah himpunan yang disebut himpunan semua bilangan tak rasional.

5. Sistem Bilangan Riil


Jika kita kumpulkan semua bilangan rasional dan bilangan tak rasional
bersama-sama dengan negatifnya dan nol, maka diperoleh himpunan yang dinamakan
himpunan semua bilangan riil dan biasanya dinotasikan dengan R. Sama halnya
dengan sistem bilangan asli, sistem bilangan bulat maupun sistem bilangan rasional,

2
himpunan semua bilangan riil R ini bersama-sama operasi + dan operasi x membentuk
suatu sistem yang dinamakan sistem bilangan riil.
Sebagaimana kita ketahui, bilangan-bilangan riil dapat dipandang sebagai label
untuk titik-titik sepanjang suatu garis lurus mendatar. Dalam garis mendatar ini,
bilangan-bilangan riil tersebut mengukur jarak ke kanan atau ke kiri (jarak berarah)
dari suatu titik tetap yang disebut titik asal dan dinotasikan dengan 0. Setiap titik pada
garis mempunyai sebuah label bilangan riil yang tunggal dan selanjutnya bilangan ini
disebut sebagai koordinat dari titik tersebut serta garis koordinat yang dihasilkan diacu
sebagai garis bilangan riil atau disingkat garis riil saja.
Dalam prakteknya, seringkali bilangan riil dinyatakan atau dituliskan dalam
1 5 8
bentuk desimal, sebagai contoh bilangan-bilangan , dan berturut-turut dapat
5 3 11
dituliskan dalam bentuk desimal sebagai 0,2 ; 1,6666... dan 0,7272727... serta dapat
diperlihatkan pula bahwa bentuk desimal bilangan-bilangan rasional adalah salah satu
dari dua tipe berikut ini :
1 1 3
1. desimal berhenti ( , , dan seterusnya) atau
5 2 4
1 8 7
2. desimal berulang beraturan ( , , dan seterusnya).
3 11 6
Sedangkan jika bentuk desimal suatu bilangan tidak termasuk salah satu dari
kedua tipe di atas, maka bilangan tersebut merupakan bilangan tak rasional. Sebagai

contoh 2 = 1,414213..., e = 2,7182...,  = 3,14159... dan seterusnya.

Sifat-sifat Bilangan Riil


Sebagaimana telah dijelaskan di muka, himpunan semua bilangan riil R
bersama-sama operasi + dan operasi x atau dituliskan (R, +, x) membentuk suatu sistem
yang dinamakan sistem bilangan riil.
Pada bagian ini pembaca diingatkan kembali kepada sifat-sifat yang berlaku
pada himpunan semua bilangan riil R di atas. Jika a , b dan c adalah sembarang
bilangan riil, maka berlaku sifat-sifat berikut ini :
1. Sifat komutatif
a. a  b  b  a
b. a  b  b  a
2. Sifat asosiatif
a. a  b  c   a  b   c

3
b. a  b  c   a  b   c

3. Sifat distributif
a  b  c   a  b  a  c
4. Eksistensi unsur-unsur identitas
Terdapat dua bilangan riil, yaitu 0 dan 1, dengan 0 ≠ 1 yang memenuhi
hubungan : a  0  a dan a 1  a . Bilangan 0 dan 1 ini berturut-turut
dinamakan unsur identitas terhadap operasi + dan unsur identitas terhadap
operasi x
5. Eksistensi invers
Untuk setiap bilangan riil a mempunyai invers aditif (disebut juga negatif),  a ,

sehingga a   a   0 dan mempunyai invers perkalian a 1 sehingga a  a 1  1 .

6. Sifat pengurangan
a  b  a   b 
7. Sifat pembagian
a
 a  b 1 , asalkan b  0
b
8. Hukum kanselasi (pembatalan)
a. Jika a  c  b  c dan c  0 , maka a  b
ac a
b. Jika b  0 dan c  0 , maka 
bc b
9. Sifat pembagi nol
Jika a  b  0 , maka a  0 atau b  0

Sifat Urutan pada Bilangan Riil


Seperti diketahui, himpunan semua bilangan riil dapat dibagi menjadi tiga
himpunan tidak kosong yang saling asing, yaitu : himpunan semua bilangan riil positif,
himpunan dengan bilangan 0 sebagai satu-satunya anggota dan himpunan semua
bilangan riil negatif.
Kenyataan ini memungkinkan kita untuk memperkenalkan relasi urutan ”<”
(dibaca kurang dari) sebagai berikut : untuk sembarang bilangan riil a dan b , a
dikatakan kurang dari b , dinotasikan a  b jika dan hanya jika b  a positif atau
b  a  0 . Sedangkan a dikatakan lebih dari b , dinotasikan a  b jika b  a .

4
Selanjutnya jika a kurang dari atau sama dengan b , maka dituliskan a  b dan
jika a lebih dari atau sama dengan b , maka dituliskan a  b . Sedangkan notasi
a  b  c dimaksudkan sebagai a  b dan b  c , artinya b terletak di antara a dan c .
Beberapa sifat penting yang perlu diketahui, terkait dengan relasi urutan di atas
antara lain :
1. Sifat trikotomi
Untuk sembarang bilangan riil a dan b , berlaku tepat satu : a  b , a  b atau
ab
2. Sifat ketransitifan (menghantar)
Jika a  b dan b  c maka a  c
3. Sifat penambahan
a. Jika a  b maka a  c  b  c , untuk sembarang bilangan riil c
b. Jika a  b dan c  d maka a  c  b  d
4. Sifat perkalian
a. Jika a  b dan c  0 maka ac  bc
b. Jika a  b dan c  0 maka ac  bc
5. Sifat kebalikan
1
a. Jika a  0 maka 0
a
1 1
b. Jika 0  a  b maka 
a b
6. Sifat akar dan kuadrat

Jika a  0 dan b  0 maka a  b  a 2  b 2  a b

Desimal dan Kerapatan


Seperti telah dikemukan di depan, sembarang bilangan riil, khususnya bilangan
rasional dapat dituliskan sebagai suatu desimal, karena berdasarkan definisi, bilangan
rasional ini senantiasa dapat dinyatakan sebagai hasil bagi dua bilangan bulat. Jika
pembilang dibagi dengan penyebut, maka diperoleh suatu bentuk desimal. Desimal
1 3 1
tersebut dapat berupa desimal yang berhenti (seperti : = 0,2, = 0,75 dan =
5 4 8
1
0,125) atau desimal yang berulang dengan pola yang teratur (seperti : = 0,33333...,
3
8 7
= 0,7272727... dan = 1,166666...).
11 6

5
Bilangan-bilangan tak rasional dapat pula dituliskan dalam bentuk desimal,
akan tetapi desimalnya berupa desimal yang tidak berakhir dan tidak berulang

menurut suatu pola, sebagai contoh 3 = 1,7320508075... Sebaliknya, jika suatu


desimal tak berakhir dan tidak berulang pasti menyatakan suatu bilangan tak rasional,
sebagai misal desimal yang berbentuk 0,102100210002100002... pastilah menyatakan
suatu bilangan tak rasional.

Contoh :
Perlihatkan bahwa bentuk-bentuk desimal berulang : 0,121212... dan 2,168168168...
menyatakan bilangan-bilangan rasional.

Pembahasan :
Misalkan x = 0,121212..., maka 100x = 12,121212... Selanjutnya jika kita kurangkan x
dari 100x dan kemudian diselesaikan untuk x diperoleh 100x = 12,121212...
x = 0,121212... _
99x = 12
12 4
x= = .
99 33
Demikian juga jika dimisalkan y = 2,168168168..., maka 1000y = 2168,168168168... dan
dengan cara serupa dengan penyelesaian sebelumnya didapat
1000y = 2168,168168168...
y= 2,168168168... _
999y = 2166
2166 722
y= = .
999 333
Karena kedua bentuk desimal berulang di atas dapat dinyatakan sebagai hasil bagi
antara dua bilangan bulat, maka benar bahwa kedua bentuk desimal di atas
merupakan bilangan rasional. ■

Catatan : secara umum untuk memperoleh bilangan rasional yang dicari, pertama kali
yang harus dilakukan adalah mengalikan bentuk desimal berulang x yang diketahui
dengan 10n, jika desimal tersebut berulang dalam suatu pola yang memuat n angka

Seperti diketahui, di antara dua bilangan riil sembarang yang berlainan a dan
b , terdapat suatu bilangan riil yang lain. Pada khususnya, terdapat bilangan riil

6
ab
c , yang merupakan bilangan pertengahan antara a dan b . Selanjutnya karena
2
terdapat juga suatu bilangan riil r di antara a dan c , serta bilangan riil s di antara c
dan b dan karena argumen ini dapat diulang sampai tak berhingga kali, maka dapat
disimpulkan bahwa di antara dua bilangan riil sembarang (betapapun dekatnya),
terdapat tak berhingga banyak bilangan riil yang lain. Bilangan-bilangan riil ini dapat
berupa bilangan rasional dan bilangan yang tak rasional, yang tak berhingga
banyaknya dari tiap jenis.

Contoh :
Carilah suatu bilangan rasional dan bilangan tak rasional yang terletak di antara a
dan b , jika diketahui a = 0,12345678... dan b = 0,12345700...

Pembahasan :
Misalkan r = 0,123456800000... dan s = 0,123456801001000100001..., maka r adalah
bilangan rasional (karena berakhir dengan pengulangan 0), sedangkan s adalah
bilangan tak rasional (karena pola penyisipan 0 yang semakin banyak di antara angka
1) dan terlihat bahwa a  r  s  b . ■

Soal Latihan
1. Jika diketahui a  b , manakah di antara pernyataan berikut ini yang senantiasa
benar :
a. a  3  b  3
b.  a  b

c. ab  b 2
d. ab 2  b 3
2. Nyatakanlah tiap bilangan rasional berikut dalam bentuk desimal :
5 7
a. d.
8 19
2 13
b. e.
7 5
1 23
c. f.
15 13
3. Ubahlah bentuk desimal berulang berikut menjadi bentuk pecahan (bilangan
rasional) :

7
a. 0,47474747... d. 5,699669966996...
b. 0,258258258... e. 3,00167676767...
c. 1,1098098098... f. – 0,0123123123...
4. Perlihatkan bahwa rata-rata antara dua buah bilangan riil terletak di antara
kedua bilangan tersebut, dengan perkataan lain, perlihatkan bahwa jika a  b
ab
maka a  b.
2
5. Tentukan suatu bilangan tak rasional dan bilangan rasional yang terletak di
antara bilangan 3,1415926535... dan 3,141592654000...

1.2. PERTIDAKSAMAAN
Sebelum meninjau lebih jauh mengenai pertidaksamaan, akan diberikan terlebih
dahulu pengertian peubah atau variabel. Peubah (variabel) yang dimaksudkan di sini
adalah lambang yang digunakan untuk menyatakan sembarang anggota dari suatu
himpunan. Sebagai misal jika diambil himpunannya adalah himpunan semua bilangan
real R, maka peubahnya dinamakan peubah real.
Untuk selanjutnya yang dimaksudkan dengan peubah dalam pembahasan ini
adalah peubah real, di mana peubah ini memegang peranan penting dalam
menyelesaikan permasalahan pertidaksamaan.
Sebagai pembahasan awal, pertidaksamaan diberikan batasan pengertian
sebagai kalimat matematika terbuka yang memuat peubah (variabel) dan satu atau
lebih tanda berikut ini : <, >,  atau .

Contoh 1 :
Beberapa jenis/contoh pertidaksamaan antar lain :
1. 2 x  16  x  25
2. 2 x  4  6  7 x  3 x  6

3. x 2  5x  6  0
2x  3
4. 0
x 1
5. 2x  4  4
6. x2 5
dan sebagainya.

8
Selanjutnya yang dimaksud dengan menyelesaikan suatu pertidaksamaan
adalah mencari semua nilai peubah yang memenuhi pertidaksamaan tersebut.
Beberapa jenis pertidaksamaan yang cukup terkenal di antaranya :
pertidaksamaan linier, pertidaksamaan kuadrat dan polinomial, pertidaksamaan
pecahan (rasional), pertidaksamaan irrasional dan pertidaksamaan dengan nilai
mutlak.

A. PERTIDAKSAMAAN LINIER
Pertidaksamaan linier adalah pertidaksamaan yang salah satu atau lebih
ruasnya memuat bentuk linier dalam x (sebagai peubahnya). Untuk menyelesaikan
pertidaksamaan linier dapat digunakan sifat-sifat berikut ini :

Jika a  b dan k sembarang bilangan riil, maka pernyataan-pernyataan


berikut ini senantiasa benar :

1. ak bk
2. ka  kb , jika k positif, akan tetapi ka  kb , jika k negatif
3. a 2  b 2 , asalkan a dan b keduanya positif
4. a  c  b  d , untuk c  d
5. ac  bd , asalkan c  d serta a , b , c dan d semuanya positif

Contoh 2 :
Selesaikan pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut ini :
1. 2 x  16  x  25
2.  5  4 x  9  11
3. 2 x  4  6  7 x  3 x  6
Pembahasan :
1. 2 x  16  x  25  2 x  x  25  16  x  9 .
Sehingga himpunan penyelesaian (HP) dari pertidaksamaan di atas adalah :

HP = { x  R | x  9 } : penulisan bentuk himpunan


= (– , 9) : penulisan bentuk interval (selang)

= : penulisan dalam garis bilangan


9

9
2.  5  4 x  9  11   5  9  4 x  11  9  4  4 x  20  1  x  5 .
Dengan demikian HP = { x  R | 1  x  5 } = (1, 5).

3. 2 x  4  6  7 x  3 x  6  2 x  4  6  7 x dan 6  7 x  3 x  6
 2 x  7 x  6  4 dan 6  6  3 x  7 x
 9 x  10 dan 0  10 x
10
 x dan 0  x
9
10
 0 x
9
10
Dengan demikian HP = { x  R | 0  x  }. 
9

Soal Latihan :
Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut ini,
kemudian gambarkan grafik himpunan penyelesaiannya pada garis bilangan dan
tuliskan pula dalam bentuk interval (selang) :
1. 6 x  10  5 x  16
2. 6 x  3  2 x  5
3.  2  1  5 x  3
4. 4  5  3 x  7
5. 2  3 x  8  1  7 x
6. 2  3 x  5 x  1  16
7. 3  2 x  4 x  1  2 x  7
8. 3 x  7  1 dan 2 x  1  4
9. 3 x  7  1 atau 2 x  5  8
10. 4 x  7  1 atau 2 x  1  5

B. PERTIDAKSAMAAN KUADRAT & POLINOMIAL


Pertidaksamaan kuadrat adalah pertidaksamaan yang memuat bentuk kuadrat
peubahnya pada salah satu atau kedua ruas pertidaksamaan, sedangkan
pertidaksamaan polinomial adalah pertidaksamaan yang memuat bentuk polinomial
(suatu fungsi dengan pangkat atau derajat peubahnya adalah 3 atau lebih) pada salah
satu atau kedua ruasnya.

10
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan pangkat dua (kuadrat) dan
pertidaksamaan polinomial (pangkat tiga atau lebih), langkah-langkahnya meliputi :

1. Jadikan nol ruas kanan pertidaksamaannya


2. Tentukan semua pembuat nol ruas kiri dengan menyelesaikan persamaan
yang ruas kanannya sama dengan nol
3. Gambarkan nilai-nilai pembuat nolnya pada garis bilangan
4. Tentukan tanda dari masing-masing interval (selang) yang terbentuk
5. Arsirlah daerah sesuai dengan tanda pertidaksamaannya
6. Tuliskan himpunan penyelesaiannya

Contoh 3 :
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut ini :

1. x2  5x  6  0
2. 4 x 2  5 x  6  0

3. x3  5 x 2  6 x  0
4. x  5x  22 2 x  1  0
Pembahasan :
1. Dari pertidaksamaan x 2  5 x  6  0 , pembuat nol ruas kiri adalah :

x 2  5 x  6  0  x  2  x  3  0  x  2  0 atau x  3  0
 x  2 atau x  3 .
Jadi pembuat nol ruas kiri adalah : x  2 dan x  3 .
Selanjutnya kita gambarkan nilai-nilai pembuat nol ini pada garis bilangan

Dengan adanya dua nilai pemuat nol ini,


garis riil (garis bilangan) terbagi ke
dalam 3 interval, yaitu : x  2 , 2  x  3
2 3
dan x  3 .
Untuk menentukan tanda dari setiap
interval, ambil salah satu titik uji,
misalkan x0 (yang terletak pada
interval x  2 ) dan substitusikan ke
x 2  5 x  6 , diperoleh

11
02  5  0  6  6 (positif). Jadi interval x  2 bertanda (+) (merupakan daerah +).
Selanjutnya interval yang bersisian bertanda sebaliknya, yaitu (–), seperti diberikan
pada gambar di bawah ini :

+++ ––– +++ Dengan demikian himpunan


penyelesaian dari pertidaksamaan ini
2 3
adalah :
HP = { x | x  2 atau x  3 }
= (– , 2)  (3, ).

2. Pembuat nol ruas kiri : 4 x 2  5 x  6  0  4 x  3x  2  0


 4 x  3  0 atau x  2  0
 4 x  3 atau x  2
3
 x atau x  2
4
3
Sehingga pembuat nilai nol ruas kiri adalah : x   dan x  2 .
4
Selanjutnya gambarkan kedua nilai pembuat nol ini pada garis bilangan :

Dari dua nilai nol tersebut garis


bilangan terbagi menjadi tiga buah
interval yaitu :
 3 2
4 3 3
x   ,   x  2 dan x  2 .
4 4
Untuk menentukan tanda setiap
intervalnya,
3
ambil sembarang titik uji, misalkan x  0 (yang berada pada interval   x  2)
4
dan disubstitusikan ke 4 x 2  5 x  6 diperoleh 4  02  5  0  6  6 (negatif). Jadi
3
interval   x  2 , di mana titik uji x  0 berada merupakan daerah negatif (–)
4
dan tanda selengkapnya dari interval yang lain adalah :

12
Dengan demikian himpunan
++ ––––– ++ penyelesaian untuk pertidaksamaan ini
adalah :
 3 2
4 3
HP = { x |  x2 }
4
=  34 , 2 .

3. Untuk pertidaksamaan x 3  5 x 2  6 x  0 , kerjakan sebagai latihan !


2
4. Untuk pertidaksamaan x  5 x  2  2 x  1  0 , pembuat nol ruas kirinya adalah :

x  5x  22 2 x  1  0  x  5  0 atau x  2  0 atau 2 x  1  0


1
 x  5 atau x  2 (muncul 2 kali) atau x  .
2
Dengan demikian pembuat nol dari pertidaksamaan di atas adalah : x  5 , x  2
1
dan x . Selanjutnya digambarkan pada garis bilangan nilai-nilai pembuat nol
2
ini, yaitu :
Dari ketiga nilai nol ini garis bilangan
terbagi ke dalam empat buah interval :
1
x  5 ,  5  x  2 ,  2  x  2
dan x  12 .
–5 –2 1
2 Untuk menentukan tanda masing-masing
interval, tetapkan salah satu titik uji,
misalkan x  0 yang berada pada interval
1
2 x 2
dan

disubstitusikan ke x  5 x  2  2 x  1 , diperoleh


2

x  5x  22 2 x  1         , sehingga interval  2  x  12 , di mana titik uji


x  0 berada, merupakan daerah negatif. Tanda dari interval-interval yang lain
adalah :

Dengan demikian himpunan


penyelesaian dari pertidaksamaan ini
++ – – ++
adalah :
1
–5 –2 1 HP = { x | x  5 atau x  2
}
2
=  ,  5  2,   . 

13
C. PERTIDAKSAMAAN PECAHAN
f x 
Pertidaksamaan pecahan adalah pertidaksamaan yang berbentuk  0,
g x 
dengan f  x  dan g  x  merupakan fungsi polinom (suku banyak).

Langkah-langkah untuk menyelesaikan pertidaksamaan pecahan antara lain :


1. Jadikan nol ruas kanan pertidaksamaan
2. Tentukan nilai-nilai pembuat nol ruas kiri : meliputi pembuat nol pembilang dan
pembuat nol penyebut (atau disebut juga nilai kutub)
3. Gambarkan nilai-nilai pembuat nol untuk pembilang dan penyebut pada garis
bilangan
4. Tentukan tanda masing-masing interval yang terbentuk
5. Arsirlah daerah sesuai dengan tanda pertidaksamaan
6. Tuliskan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan yang bersangkutan.

Contoh 4 :
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut ini :
2x  3
1. 0
x 1
1
2. 5
x
Penyelesaian :
2x  3
1. Diketahui  0 . Perhatikan bahwa pertidaksamaan ini dapat diselesaikan
x 1
asalkan penyebut dari pertidaksamaan di atas, yaitu x  1  0 atau x  1 .
Nilai-nilai pembuat nol ruas kiri :
3
a. Nilai pembuat nol pembilang : 2 x  3  0 atau 2 x  3 yaitu x 
2
b. Nilai pembuat nol penyebut (nilai kutub) : x  1  0 atau x  1
3
sehingga nilai-nilai pembuat nol ruas kiri adalah : x  dan x  1 .
2
Selanjutnya gambarkan kedua nilai pembuat nol ini pada garis bilangan :

14
Dari dua nilai nol tersebut garis
bilangan terbagi menjadi tiga buah
interval yaitu :
1 3 3 3
2 x  1 ,  1  x  dan x  .
2 2
Untuk menentukan tanda setiap
intervalnya,

3
ambil sembarang titik uji, misalkan x  0 (yang berada pada interval  1  x  )
2
2 x  3 2  0  3  
dan substitusikan ke pecahan      , sehingga interval
x 1 0 1  
3
1  x  ( di mana titik uji x  0 berada) merupakan daerah merupakan daerah
2
negatif. Sedangkan tanda-tanda dari interval yang lain adalah :

Dengan demikian himpunan


++ – – ++ penyelesaian dari pertidaksamaan ini
adalah :
1 3
3
2 HP = { x | x  1 atau x  }
2
=  ,  1 atau  3
2
, .

1 1 1 1  5x
2. Diketahui  5. Perhatikan bahwa 5 5 0 0 dan
x x x x
pertidaksamaan ini dapat diselesaikan asalkan penyebut dari ruas kiri, yaitu x  0 .
Selanjutnya nilai-nilai pembuat nol ruas kiri adalah :
1
a. Nilai pembuat nol pembilang : 1  5 x  0 atau x 
5
b. Nilai pembuat nol penyebut : x  0
1
yaitu x  dan x  0 .
5
Selanjutnya gambar kedua nilai pembuat nilai nol ini adalah :

15
Dengan adanya dua nilai pemuat nol ini,
garis riil (garis bilangan) terbagi ke
1
0 1 dalam 3 interval, yaitu : x  0 , 0  x 
5 5
1
dan x  .
5
Untuk menentukan tanda dari setiap
interval, ambil salah satu titik uji,
misalkan x  1 (yang terletak pada
1
interval x  ) dan
5

1  5x 1  5x 1  5 1
disubstitusikan ke pecahan , diperoleh   4   , sehingga
x x 1
1
interval x  merupakan daerah negatif. Tanda selengkapnya untuk interval-
5
interval yang lain adalah :

Dengan demikian himpunan


–– ++ –– penyelesaian dari pertidaksamaan ini
adalah :
0 1
5 1
HP = { x | x  0 atau x  }
5
=  , 0 atau 15 ,   . 

Peringatan :
Untuk menyelesaikan pertidaksamaan no. 2 tidak dibenarkan mengerjakan
1 1
 5  1  5x  x  ,
x 5
dengan perkataan lain, pada pertidaksamaan pecahan tidak berlaku perkalian
silang.

Soal Latihan
Tentukan nilai-nilai x yang memenuhi pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut ini :
x5 x2
1. 0 5. 2
2x  1 x4

16
2x  1 2x  1
2. 0 6. 1
x2 x 3
7 2x  8
3. 3 7. 2
0
2x x  7x  6
3 x 2  5x  6
4. 2 8. 0
x5 x 2  3x  3

D. PERTIDAKSAMAAN IRRASIONAL
Pertidaksamaan irrasional adalah suatu pertidaksamaan yang mengandung

bentuk tak rasional (yang dicirikan dengan adanya tanda di dalam

pertidaksamaannya). Untuk menyelesaikan pertidaksamaan irrasional, langkah-


langkah yang dapat dilakukan antara lain :

1. Gunakan persyaratan riil : f  x  riil bilamana f  x   0


2. Kuadratkan kedua ruas pertidaksamaan dan tentukan penyelesaiannya.
3. Iriskan syarat pada no. 1 dan hasil pada no. 2 untuk memperoleh himpunan
penyelesaian dari pertidaksamaannya.

Contoh 5 :
Tentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan berikut ini :

1. 3x  2  2

2. x x6
Penyelesaian :

1. Diketahui 3x  2  2
2
Syarat akar : 3 x  2  0 sehingga 3 x  2 atau x  (1)
3
Kuadratkan kedua ruas pertidaksamaan di atas, diperoleh

3x  2  2  3x  2  4  3x  6  x  2 (2)

2
Selanjutnya iriskan syarat (1) dan hasil (2) diperoleh  x  2.
3
Dengan demikian himpunan penyelesaian pertidaksamaan yang ditanyakan
2
adalah HP = { x |  x  2 }. ■
3
2. Diberikan pertidaksamaan x  x6

17
Syarat akar : x  6  0 sehingga didapat x  6 (1)
Syarat kedua : x  0 (2)
Kuadratkan kedua ruas pertidaksamaan yang ditanyakan, diperoleh

x  x  6  x 2  x  6  x 2  x  6  0  x  2 x  3  0
yaitu x  2 atau x  3 (3)
Selanjutnya iriskan ketiga hasil yang diperoleh pada perhitungan di atas dan
didapatkan HP = { x | x  3 }. ■

Soal Latihan
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut :

1. 2x  4  4 5. x  3  5  x2

2. x2  x  2 6. x 3  5 x

3. x2  4x  5  7 7. x  2  10  x 2

4. 3  x  2x  1

E. PERTIDAKSAMAAN NILAI MUTLAK


Sebelum membahas lebih jauh mengenai pertidaksamaan dengan nilai mutlak,
akan diberikan terlebih dahulu konsep nilai mutlak suatu bilangan riil.

Misalkan x  R, nilai mutlak dari x , dinotasikan dengan x , diberikan oleh

 x, untuk x  0
x 
 x, untuk x  0
Contoh :
1  1 1
Dengan definisi nilai mutlak diperoleh 4  4 , 0  0 dan       .
3  3 3

Sifat-sifat Nilai Mutlak


Misalkan a, b  R, maka berlaku

1. ab  a b

a a
2.  , asalkan b  0
b b

3. a  b  a  b (Ketidaksamaan Segitiga)

18
4. ab  a  b

Selanjutnya untuk menyelesaikan pertidaksamaan yang mengandung nilai mutlak,


sifat-sifat berikut ini sangat bermanfaat, di antaranya :
1. x  a  a  x  a

2. x  a  x  a atau x  a

3. x  y  x2  y2

Contoh 6 :
Tentukan penyelesaian dari pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut :

1. 2x  7  3

2. 5x  6  1

3. x  2  3x  7

Penyelesaian :

1. Perhatikan bahwa 2 x  7  3  3  2 x  7  3  3  7  2 x  3  7

 4  2 x  10  2  x  5 .
Dengan demikian HP = { x | 2  x  5 }.

Cara Lain : Dengan menggunakan sifat ke-3 :


2
2 x  7  3  2 x  7  3  2 x  7   3 2  4 x 2  28 x  49  9

 4 x 2  28 x  40  0  x 2  7 x  10  0
 x  2  x  5  0
dengan menyelesaikan pertidaksamaan terakhir didapat
HP = { x | 2  x  5 }. ■

2. Dengan menggunakan sifat ke-2 : 5 x  6  1  5 x  6  1 atau 5 x  6  1

 5 x  1  6 atau 5 x  1  6
 5 x  5 atau 5 x  7
7
 x  1 atau x  .
5

19
7 7
Dengan demikian HP = { x | x  1 atau x  } = ( , 1]  [ , ) . ■
5 5
3. Dari pertidaksamaan yang diketahui dan dengan menggunakan sifat ke-3,
diperoleh
x  2  3 x  7  x  2  3 x  7  x  2  3 x  7   x  2  3 x  21

 x  2   3 x  21  x 2  4 x  4  9 x 2  126 x  441


2 2

 0  8 x 2  130 x  437  8 x 2  130 x  437  0


 4 x  19 2 x  23  0
Dengan menyelesaikan pertidaksamaan terakhir di dapat penyelesaian yang
dicari yaitu
HP = { x | x  11,5 atau x  4,75 } = ( ,  11,5]  [  4,75, ) . ■

Soal Latihan :
Tentukan himpunan penyelesaian dari pertidaksamaan-pertidaksamaan berikut
:

1. x2 5 4. 2x  5  x  4

x
2. 2 6 5. 2 2 x  3  x  10
3
5
3. 2 1
x

20
BAB 2 FUNGSI DAN GRAFIKNYA

2.1 Relasi dan Fungsi


Dalam beberapa penggunaan, korespondensi/hubungan antara dua himpunan sering
4
terjadi. Sebagai contoh, volume bola dengan jari-jari r diberikan oleh relasi V   r 3 .
3
Contoh yang lain, tempat kedudukan titik-titik ( x, y ) yang jaraknya 1 satuan dari titik

pangkal O adalah x 2  y 2  1 . Ada hal penting yang bisa dipetik dari contoh di atas.
Misalkan X menyatakan himpunan semua absisnya lebih dari atau sama dengan 1 dan
kurang dari atau sama dengan 1, sedangkan Y himpunan ordinat lebih dari atau sama dengan
1 dan kurang dari atau sama dengan 1, maka anggota himpunan X berkorespondensi dengan

satu atau lebih anggota himpunan Y. Selanjutnya, korespondensi x 2  y 2  1 disebut relasi


dari X ke Y.
Secara umum, jika A dan B masing-masing adalah himpunan yang tidak kosong
maka relasi R dari A ke B didefinisikan sebagai himpunan tak kosong R  A  B .

A B
a1 b1
a2 b2
a3 b3
b4

Gambar 2.1.1 Relasi dari himpunan A ke B

Jika R adalah relasi dari A ke B dan x  A berelasi R dengan y  B maka ditulis :


( a, b)  R atau aRb atau b  R(a)
Apabila diperhatikan secara seksama, ternyata dua contoh di atas mempunyai
perbedaan yang mendasar. Pada contoh yang pertama setiap r  0 menentukan tepat satu
V  0 . Sementara pada contoh yang kedua, setiap x  [1,1] berelasi dengan beberapa
(dalam hal ini dua) nilai x  [1,1] yang berbeda. Relasi seperti pada contoh pertama disebut
fungsi.

21
Definisi 2.1.1 Diketahui R relasi dari A ke B. Apabila setiap x  A berelasi R dengan
tepat satu y  B maka R disebut fungsi dari A ke B.

Jadi, relasi R dari A ke B disebut fungsi jika untuk setiap x  A terdapat tepat satu y  B
sehingga b  R(a ) .
Sebagai contoh, misalkan X  1, 2 dan Y  3, 6. Himpunan (1, 3), (2, 3)
merupakan fungsi dari X ke Y, karena setiap anggota X berelasi dengan tepat satu anggota Y.
Demikian pula, himpunan (1, 6), (2, 3) merupakan fungsi dari X ke Y. Sementara himpunan
(1, 3), (1, 6), (2, 3) bukan merupakan fungsi dari X ke Y, karena ada anggota X, yaitu 1, yang
menentukan lebih dari satu nilai di Y.
Fungsi dinyatakan dengan huruf-huruf: f, g, h, F, H, dst. Selanjutnya, apabila f
merupakan fungsi dari himpunan A ke himpunan B, maka dituliskan:
f:AB
Dalam hal ini, himpunan A dinamakan domain atau daerah definisi atau daerah asal,
sedangkan himpunan B dinamakan kodomain atau daerah kawan fungsi f. Domain
(daerah definisi) fungsi f ditulis dengan notasi Df, dan apabila tidak disebutkan maka
disepakati bahwa domain fungsi f adalah himpunan terbesar di dalam R sehingga f terdefinisi
atau ada. Jadi
D f  x  R : f ( x) ada ( terdefinisi)

Himpunan semua anggota B yang mempunyai kawan di A dinamakan range atau


daerah hasil fungsi f, ditulis R f atau Im(f). Perhatikan Gambar 2.1.2 berikut.

A B



● ●
Rf

Gambar 2.1.2

22
Jika pada fungsi f : A  B , sebarang elemen x  A mempunyai kawan y  B,
maka dikatakan “y merupakan bayangan (peta) x oleh f “ atau “y merupakan nilai fungsi f di
x” dan ditulis y = f(x).
A B

x f y

Gambar 2.1.3 f fungsi dari himpunan A ke B.

Selanjutnya, x dan y masing-masing dinamakan peubah bebas dan peubah tak


bebas. Sedangkan y = f(x) disebut rumus fungsi f.

Contoh 2.1.2 Tentukan daerah definisi (domain) fungsi-fungsi berikut :

1 x 1
a. f ( x)  b. f ( x)  c. f ( x)   ln( x 2  x  6)
x2 2 x5
x 1

Penyelesaian :
a. Suatu hasil bagi akan memiliki arti apabila penyebut tidak nol. Oleh karena itu,
 1 
D f  x  R : terdefinisi  x  R : x  2  0  R \ {2}
 x  2 
b. Karena akar suatu bilangan ada hanya apabila bilangan tersebut tak negatif, maka:
 x   x 
D f  x  R : ada    x  R :  0
 x2 1   x2 1 
 x  R :  1  x  0 atau x  1  (1,0]  (1, ).
c. Suatu jumlahan memiliki arti apabila masing-masing sukunya terdefinsi. Sehingga:

23
 1 
D f  x  R :  ln( x 2  x  6) ada 
 x5 
 1 
 x  R : ada dan ln( x 2  x  6) ada 
 x5 

 x  R : x  5  0 dan ( x 2  x  6)  0 
 x  R : x  5 dan ( x  2 atau x  3)
 x  R : x  5 dan x  2 atau x  R : x  5 dan x  3)
= (,5)  (5,2)  (3, ) . 

Contoh 2.1.3

Jika f ( x)  3 x 2  (1 x ) , maka tentukan:


a. f (1) b. f ( x  2) c. f (1 x) d. f ( x   x)

Penyelesaian :

a. f (1)  3.(1) 2  (1  1)  2 .

b. f ( x  2)  3( x  2) 2  1 ( x  2)  3 x 2  12 x  12  1 ( x  2) .

c. f (1 x)  3.(1 x) 2 
1
1x
 
 3 x2  x .

d. f ( x   x)  3.( x   x) 2  1 ( x   x )  3 x 2  6 x. x  ( x) 2  1 ( x   x) . 

2.1.1 Fungsi Surjektif, Fungsi Injektif, dan Fungsi Bijektif


Berikut diberikan beberapa fungsi yang memenuhi syarat-syarat tertentu .
Diberikan fungsi f : A  B .
(i). Apabila setiap anggota himpunan B mempunyai kawan anggota himpunan A, maka
f disebut fungsi surjektif atau fungsi pada (onto function).

A B
a1● ●b1
a2● ●b2
a3● ●b3
a4●

Gambar 2.1.4 f fungsi surjektif dari himpunan A ke himpunan B

24
(ii). Apabila setiap anggota himpunan B mempunyai yang kawan di A, kawannya tunggal,
maka f disebut fungsi injektif atau fungsi 1-1 (into function).
A B
●b1
a1● ●b2
a2● ●b3
a3● ●b4
●b5

Gambar 2.1.5 Fungsi injektif dari A ke B

(iii). Jika setiap anggota himpunan B mempunyai tepat satu kawan di A maka f disebut fungsi
bijektif atau korespodensi 1-1. Mudah dipahami bahwa korespondensi 1-1 adalah
fungsi surjektif sekaligus injektif.
A B

a1● ●b1
a2● ●b2
a3● ●b3
a4● ●b4

Gambar 2.1.6 Korespondensi 1 – 1.


2.1.2 Operasi Pada Fungsi
Diberikan skalar real  dan fungsi-fungsi f dan g. Jumlahan f  g , selisih f  g ,

hasil kali skalar  f , hasil kali f .g , dan hasil bagi f g masing-masing didefinisikan
sebagai berikut:
( f  g )( x)  f ( x )  g ( x) ( f  g )( x)  f ( x)  g ( x)
( f )( x)   f ( x) ( f .g )( x)  f ( x).g ( x)
f f ( x)
( )( x)  , asalkan g ( x)  0
g g ( x)
Domain masing-masing fungsi di atas adalah irisan domain f dan domain g, kecuali

untuk f g , D f g  x  D f  D g : g ( x)  0 .

Contoh 2.1.4
Jika f dan g masing-masing adalah fungsi real yang dirumuskan dengan :

25
1
f ( x)  x  1 g ( x) 
x5
maka tentukan : f  g , f  g , f .g , dan f g beserta domainnya.
Penyelesaian :
1 1
f  g ( x)  x  1  f  g ( x )  x  1 
x5 x5
x 1
 f .g ( x)  x  1. 1 f g ( x) 
x5 x5
Karena D f  [1, ) dan D g  R  {5} , maka f  g , f  g , f .g , dan f g masing-masing

mempunyai domain: [1, ) . 

2.1.3 Fungsi Invers


Diberikan fungsi f : X  Y . Kebalikan (invers) fungsi f adalah relasi g dari Y ke X.
Pada umumnya, invers suatu fungsi belum tentu merupakan fungsi. Sebagai contoh,
perhatikan Gambar 2.1.7 berikut ini.

f
A B











Gambar 2.1.7

Apabila f : X  Y merupakan korespondensi 1 – 1, maka mudah ditunjukkan bahwa

invers f juga merupakan fungsi. Fungsi ini disebut fungsi invers, ditulis dengan notasi f 1 .
Perhatikan Gambar 2.1.8 berikut.

26
f
X Y

x● ●y

f 1

Gambar 2.1.8

Dengan demikian

x  f 1 ( y )  y  f ( x) dengan D f 1  R f dan R f 1  D f

Contoh 2.1.5
x 1
Tentukan f 1 jika diketahui f ( x)  1  .
3x  2

Penyelesaian :
Perhatikan bahwa
x 1 x 1
y  f ( x)  1  1  y 
3x  2 3x  2
 (1  y )(3 x  2)  x  1
 3 x  3 xy  2 y  2  x  1
 2 x  3 xy  2 y  3
2y  3
 x  f 1 ( y )
2  3y
2x  3
Dengan demikian, f 1 ( x)  . 
2  3x

Contoh 2.1.6
Tentukan inversnya jika diberikan fungsi

27
 x jika x  0


 1 jika x  0
f ( x)  

 1 jika x  0
 x 1

Penyelesaian :
(i). Untuk x  0 , y  f ( x)   x  0 . Sehingga

x   y  f 1 ( y ) y0

(ii). Untuk x  0 , f (0)  1 . Sehingga, diperoleh: 0  f 1 (1) .


(iii).Untuk x  0 ,
1 1
y  f ( x)    1
x 1 0 1
atau:
1 1 y
x 1   f 1 ( y ) y  1
y y
Selanjutnya, dari (i), (ii), dan (iii) diperoleh:
 x jika x  0


1  0 jika x  1
f ( x)   

1  x jika x  1
 x

2.1.4 Fungsi Komposisi

Perhatikan fungsi y  x 2  1 . Apabila didefinisikan y  f (u )  u dan

u  g ( x)  x 2  1 maka dengan substitusi diperoleh y  f (u )  f ( g ( x))  x 2  1 , yaitu


rumus fungsi yang pertama diberikan. Proses demikian ini disebut komposisi. Secara umum
dapat diterangkan sebagai berikut. Diketahui f dan g dua fungsi sebarang. Diambil sebarang
x  D g , apabila g ( x)  D f maka f dapat dikerjakan pada g (x) dan diperoleh fungsi baru

h( x)  f ( g ( x)) . Ini disebut fungsi komposisi dari f dan g, ditulis f  g .

Definisi 2.1.7 Fungsi komposisi dari f dan g, ditulis f  g , didefinisikan sebagai:


 f  g ( x)  f ( g ( x)) ,

dengan domain D f  g  x  D g : g ( x)  D f . 
28
f g

y  g (x)
x● ● ●
z  f ( g ( x))
g f

Gambar 2.1.9 Fungsi komposisi f  g

Contoh 2.1.7
Diberikan fungsi f(x) = x2 dan g(x) = x1, tentukan fungsi-fungsi berikut beserta daerah
definisinya.
a. f  g b. g  f c. f  f d. g  g

Penyelesaian :

a.  f  g ( x)  f ( g ( x))  f ( x  1)  ( x  1) 2 , dengan domain D f  g  R .

b. g  f ( x )  g ( f ( x))  g ( x 2 )  x 2  1 , dengan domain D g  f  R .

c.  f  f ( x)  f ( f ( x ))  f ( x 2 )  x 4 , dengan domain D f  f  R .

d. g  g ( x)  g ( g ( x))  g ( x  1)  ( x  1)  1  x  2 , dengan domain D g  g  R . 

Contoh 2.1.8

Diketahui f ( x)  1  x 2 dan g ( x)  2 x 2 , tentukan fungsi-fungsi berikut ini beserta


domainnya.
a. f  g b. g  f

Penyelesaian :

a.  f  g ( x)  f ( g ( x))  f (2 x 2 )  1  (2 x 2 ) 2  1  4 x 4 , dengan domain:

29
  
D f  g  x  D g : g ( x)  D f  x  R :  1  2 x 2  1 
.
 

 x  R : 0  x 2  1 2  x  R :

1
2
2x
1
2
2 

b. g  f ( x)  g ( f ( x))  g ( 1  x 2 )  2(1  x 2 ) , dengan domain:


 
D g  f  x  D f : f ( x)  D g  x  R :  1  x  1 . 

Contoh 2.1.9
Tentukan f  g jika diberikan fungsi :

 x
1  x jika x  0  x 1 jika x  1
 
f ( x)   dan g ( x)  
1 x jika x  0 2 x  1 jika x  1
 

Penyelesaian :
x x 11 1
(i). Untuk x  1 , g ( x )    1  1  0 . Sehingga:
x 1 x 1 x 1
x
( f  g )( x)  f ( g ( x))  1  g ( x)  1 
x 1
(ii).Untuk x  1 , g ( x)  2 x  1  2.1  1  1 . Karena g ( x)  1 , maka dapat dibedakan menjadi
0  g ( x)  1 dan g ( x)  0 . Selanjutnya,
(a). 0  g ( x)  1 apabila 0  2 x  1  1 atau 1 2  x  1 . Hal ini berakibat, untuk
1 2  x  1,
( f  g )( x)  f ( g ( x))  1  g ( x)  1  ( 2 x  1)  2 x

(b). g ( x)  0 apabila 2 x  1  0 atau x  1 2 . Jadi, untuk x  1 2 diperoleh:


( f  g )( x)  f ( g ( x))  1 g ( x)  1 (2 x  1)
Dengan demikian dari (i) dan (ii), diperoleh :

30
 x
1  x  1 jika x  1


 2x jika 1 2  x  1
( f  g )( x )  

 1 jika x  1 2
 2x  1

2.2 Grafik Fungsi



Diberikan fungsi f. Himpunan ( x, y ) : y  f ( x), x  D f  disebut grafik fungsi f.
2.2.1 Grafik Fungsi Dalam Sistem Koordinat Kartesius
Dalam sistem koordinat kartesius fungsi dapat dibagi menjadi:
(a). Fungsi Aljabar (b). Fungsi Transenden
Fungsi f disebut fungsi aljabar jika f dapat dinyatakan sebagai jumlahan, selisih,
hasil kali, hasil bagi, pangkat, ataupun akar fungsi-fungsi suku banyak. Sebagai contoh,
fungsi f dengan rumus:

3 x  x 2 ( x  1) 2 3
f ( x) 
x2 1
merupakan fungsi aljabar. Fungsi yang bukan fungsi aljabar disebut fungsi transenden.
Beberapa contoh fungsi transenden adalah fungsi trigonometri, fungsi eksponen, fungsi
logaritma, dsb.

Fungsi Aljabar
Fungsi Aljabar meliputi :
(1). Fungsi rasional :
a. Fungsi bulat (fungsi suku banyak)
b. Fungsi pecahan.
(2). Fungsi tak-rasional.

Fungsi Suku Banyak


Fungsi suku banyak berderajat n mempunyai persamaan

31
f(x) = Pn(x) = a0 + a1x + . . . + an xn
dengan n bilangan bulat tak negatif , a1, . . . , an bilangan-bilangan real dan an  0.
(a). Fungsi konstan: f ( x)  c .
Grafik fungsi ini berupa garis lurus sejajar sumbu X.

Y
3
f(x) = 3

a0 f(x) = a0

0 X

f(x) = 1
1

Gambar 2.2.1

(b). Fungsi linear: f(x)= mx + n


Grafik fungsi ini berupa garis lurus dengan gradien m dan melalui titik (0, n) .

y=x+2

y=x
2
y=x3

2 0 3

3 y = x

(c). Fungsi kuadrat: f ( x)  ax 2 Gambar a  0.


 bx  c,2.2.2

Grafik fungsi kuadrat berupa parabola dan dipunyai diskriminan D  b 2  4ac . Secara
umum, grafik fungsi kuadrat ini dapat digambarkan sebagai berikut :

32
D>0
a>0

D>0
a<0

(a) (b)

D=0
a>0
D=0
a<0

(c) (d)

D<0
a>0
D<0
a<0

(e) (f)

Gambar 2.2.3 Berbagai Grafik Fungsi Kuadrat

Perhatikan pula gambar berikut ini.

Y
y = x2
y = ¼ x2

X
2 4
y = 4x – x2

Gambar 2.2.4

33
(d). Fungsi kubik: f ( x)  a3 x 3  a 2 x 2  a1 x  a0 , a3  0 .
y = x3
Y y = (x1)3

1 X

1

Gambar 2.2.5

Fungsi Pecahan
Fungsi f(x) yang dapat dinyatakan sebagai hasil bagi dua fungsi suku banyak

a  a1 x  ...  a n x n
f ( x)  0
b0  b1 x  ...  bm x m
disebut fungsi pecahan. Grafik beberapa fungsi pecahan sederhana, seperti:
1 x
f(x) = dan f ( x) 
x x 1
diperlihatkan dalam gambar berikut.

x
y=
x 1
y=1
y = 1/x

x=1

Gambar 2.2.6

34
Fungsi Tak-rasional
Beberapa contoh fungsi tak-rasional beserta grafiknya diperlihatkan pada gambar
berikut ini.

y x

(a)

a
y  a  x2

a a

a a
y   a  x2
a
(b) (c)

Gambar 2.2.7

Fungsi Transenden
Fungsi transenden meliputi : Fungsi Trigonometri, Fungsi Siklometri, Fungsi Eksponen,
dan Fungsi Logaritma.
(a). Fungsi trigonometri
Ditinjau titik sebarang P(x,y) pada bidang koordinat seperti terlihat dalam gambar
berikut ini.

35
x P(x,y)
r y

Gambar 2.2.8

Apabila r menyatakan jarak titik P ke O dan  menyatakan besar sudut antara OP


dengan sumbu X (arah berlawanan dengan jarum jam), maka berturut-turut didefinisikan
sebagai berikut:
sin  = y/r cos  = x/r
tan  = y/x cot  = x/y
sec  = r/x csc  = r/y
Dari definisi mudah ditunjukkan hubungan-hubungan berikut:
sin  cos
tan  = , cos 
cos sin 
1 1
sec  = , csc 
cos sin 
dan
sin2  + cos2 = 1 1 + tan2  = sec2  1 + cos2  = csc2 

Berbeda halnya dengan geometri yang biasanya besar sudut diukur dalam derajat,
maka dalam kalkulus besar sudut dinyatakan dalam radian. Besar sudut satu radian sama
dengan besar sudut pusat juring lingkaran OPQ yang panjang busurnya sama dengan jari-jari
lingkaran (perhatikan Gambar 2.2.9).

Q
r

O r P

Gambar 2.2.9 Besar sudut POQ 1

36
Oleh karena itu,
 180 
2  radian = 360o atau 1 radian =   derajat.
  
Selanjutnya, dapat dibentuk fungsi-fungsi trigonometri. Beberapa grafik fungsi
trigonometri dapat digambarkan sebagai berikut (lihat Gambar 2.2.10 dan Gambar 2.2.11):

Gambar 2.2.10 (a) Grafik y  sin x Gambar 2.2.10 (b) Grafik y  cos x

Untuk –   x  2, grafik y = sin x dan y = cos x berpotongan di x = /4 dan x = 5/4.

Gambar 2.2.11 (a) Grafik y  tan x Gambar 2.2.11 (b) Grafik y  cot x

Gambar 2.2.11 (c) Grafik y  sec x Gambar 2.2.11 (d) Grafik y  csc x
37
(b). Fungsi Siklometri
Untuk domain tertentu invers fungsi trigonometri juga merupakan fungsi. Invers
fungsi trigonometri dikenal dengan nama fungsi siklometri. Invers fungsi sinus ditulis dengan
sin1 atau arcsin dan didefinisikan sebagai berikut :

38
BAB 3 LIMIT DAN KEKONTINUAN FUNGSI

1. Pendahuluan
x2  x
Pandang fungsi yang ditentukan oleh rumus f ( x)  . Perhatikan bahwa
x
0
fungsi ini tidak terdefinisi untuk x  0 , karena di titik ini f (x) bernilai yang
0
merupakan bentuk tak tentu. Tetapi kita masih dapat menanyakan apakah yang terjadi
pada f (x) bilamana x mendekati 0 ?
Jika pada fungsi di atas kita hitung nilai-nilai f (x) untuk beberapa nilai x
mendekati 0, sebagaimana diberikan oleh tabel berikut :

x2  x
x f ( x) 
x
–1 –2
– 0.1 –1.1
– 0.01 –1.01
– 0.001 –1.001
– 0.0001 –1.0001
↓ ↓
0 ???
↑ ↑
0.0001 – 0.9999
0.001 – 0.999
0.01 – 0.99
0.1 – 0.9
1 0

maka informasi yang dapat diperoleh dari tabel di atas adalah f (x) mendekati –1,
bilamana x mendekati 0, secara matematis dituliskan
x2  x
lim  1
x 0 x
x2  x
dan dibaca ”limit dari fungsi f ( x)  untuk x mendekati 0 adalah –1”.
x
Secara aljabar, penghitungan limit di atas dapat dilakukan sebagai berikut :
x2  x x( x  1)
lim  lim  lim( x  1)  0  1  1 .
x 0 x x 0 x x 0

x
Perhatikan bahwa bentuk  1 , asalkan x  0 . Hal ini membenarkan langkah kedua di
x
atas.

Catatan : x mendekati 0 atau dituliskan x  0 mengandung arti bahwa x  0 .

39
Secara umum, pengertian limit fungsi diberikan secara formal oleh definisi berikut ini :

Definisi 1
Suatu fungsi riil y  f (x) dikatakan mempunyai limit L untuk x mendekati a , jika untuk
sembarang bilangan   0 (betapapun kecilnya) terdapat bilangan   0 sedemikian
hingga f ( x)  L   untuk x  a   .

Definisi di atas dapat disingkat penulisannya menjadi lim f ( x)  L .


xa

Eksistensi Limit
Suatu fungsi f (x) dikatakan mempunyai limit L untuk x mendekati a , jika limit
kiri dan limit kanan dari fungsi tersebut ada dan sama (yaitu sama dengan L ), atau
lim f ( x)  L  lim f ( x)  L  lim f ( x) .
xa xa xa

Notasi lim f ( x) dan lim f ( x) berturut-turut dinamakan limit kiri dan limit kanan dari
xa xa

fungsi f (x ) .

Contoh 1 :
Selidiki eksistensi (keberadaan) limit dari fungsi-fungsi berikut ini :
 x, untuk x  1
1. f ( x)   di titik x  1
1, untuk x  1
 1, untuk x  0

2. f ( x)   0, untuk x  0 di titik x  0
 1, untuk x  0

Penyelesaian :
 x, untuk x  1
1. Diketahui fungsi f ( x)   ,
1, untuk x  1
Grafik dari fungsi ini adalah

1
X
1

40
Tampak bahwa fungsi f (x) menunjukkan keanehan di titik x  1 . Akan diselidiki
eksistensi limit fungsi f (x) di titik tersebut.
Limit kiri : lim f ( x)  lim x  1 (ada)
x 1 x 1

Limit kanan : lim f ( x)  lim 1  1 (ada)


x 1 x 1

Karena limit kiri dan limit kanan dari fungsi f (x) ada dan lim f ( x)  1  lim f ( x) ,
x 1 x 1

maka dapat disimpulkan bahwa lim f ( x) ada (yaitu = 1).


x1
2. Kerjakan sebagai latihan.

Soal Latihan :
Selidiki eksistensi limit dari fungsi-fungsi berikut pada titik yang diberikan :
1. f ( x)  x  1 pada titik x  1
 2 x, untuk x  1
2. f ( x)   pada titik x  1
3  x, untuk x  1
 x 2  1, untuk x  2
3. f ( x)   pada titik x  2
 3, untuk x  2
 x  1, untuk x  0
4. f ( x)   pada titik x  0
 x, untuk x  0
1
5. f ( x)  pada titik x  2
x2

2. Penghitungan Limit
Untuk menghitung nilai limit dari suatu fungsi f (x ) , dibedakan menjadi 2 kasus,
yaitu :
a. Nilai limit untuk x → a, dengan a = bilangan tertentu
Untuk menentukan nilai limitnya dapat diperoleh dengan mensubstitusikan x  a
ke fungsi f (x ) . Dalam hal ini terdapat dua kemungkinan hasil dari substitusi ini,
yaitu :

■ Menghasilkan suatu bilangan L


Maka bilangan L ini adalah nilai limit dari fungsi f (x ) .

Contoh 2 :
Hitunglah lim (7 x  4) !
x 3
Penyelesaian :
Dengan mensubstitusikan x  3 ke fungsi 7 x  4 akan menghasilkan
lim (7 x  4)  7  3  4  21  4  17 .
x 3

Jadi lim (7 x  4)  17 .
x 3

41
Contoh 3 :
Hitunglah limit-limit berikut ini :

x 0

a) lim (4 x 2  3)(7 x 3  2 x)  b) lim 3 x  5
x 3
4
3x  8
c) lim
x  2 x 3  24

Penyelesaian :
 
a) lim ( 4 x 2  3)(7 x 3  2 x)  ( 4  0 2  3)(7  03  2  0)  (3)  0  0 .
x 0

b) lim 3 x  5  3  3  5  4  2.
x 3

3 x 4  8 3  (2) 4  8 48  8 40 5 1
c) lim     2 .
x  2 x 3  24 3
(2)  24  8  24 16 2 2

0
■ Menghasilkan (bentuk tak tentu)
0
Jika demikian, maka fungsi f (x ) harus disederhanakan terlebih dahulu dengan
cara :
- f (x) difaktorkan ke dalam bentuk yang lebih sederhana atau
- f (x) dikalikan faktor sekawannya, jika f (x ) memuat tanda akar

Contoh 4 :
Hitunglah limit-limit berikut ini :
x2  4 25  x 2
a) lim b) lim
x2 x  2 x 5 4  2x  6
Penyelesaian :
a) Jika x  2 disubstitusikan ke fungsi yang akan dicari limitnya, maka diperoleh
x 2  4 22  4 0
  ,
x2 22 0
suatu bentuk tak tentu, maka terhadap fungsinya dilakukan penyerderhanaan
dengan cara memfaktorkannya sebagai berikut :
x2  4 ( x  2)( x  2)
lim  lim  lim ( x  2)  2  2  4 .
x2 x  2 x2 x2 x2

b) Jika x  5 disubstitusikan ke fungsi yang akan dicari limitnya, menghasilkan


0
bentuk tak tentu . Karena fungsinya memuat tanda akar, maka terhadap fungsi
0
tersebut dilakukan perkalian dengan faktor sekawannya, yaitu :
25  x 2 25  x 2 4  2x  6
lim  lim 
x 5 4  2x  6 x  5 4  2x  6 4  2x  6

42
(25  x 2 )(4  2 x  6 ) (25  x 2 )(4  2 x  6 )
 lim  lim
x 5 42  ( 2 x  6 )2 x 5 16  (2 x  6)
(25  x 2 )(4  2 x  6 ) (5  x)(5  x)(4  2 x  6 )
 lim  lim
x 5 10  2 x x 5 2(5  x)
(5  x)(4  2 x  6 ) (5  5)(4  2  5  6 )
 lim 
x 5 2 2
10(4  4)
  40 .
2

Soal Latihan :
Hitunglah limit-limit berikut ini :
(3x  1) 2 x2  1 x 1 x2  4
1. lim 2. lim 3. lim 4. lim
x 1 ( x  1) 2 x 1 x  1 x2 x2  1 x2 x2  5x  6

x 3  27 x5  1 x 3  5 x 2  2 x  24
5. lim 6. lim 7. lim
x 3 x 2  9 x 1 x 7  1 x 3 x 3  x 2  9 x  9

4  x2 2  x  x2 x
8. lim 9. lim 10. lim
x2
3  x2  5 x2 2  x2 x 0 x  1  2x  1
3 x  3 x x 2
11. lim 12. lim
x 0 x x4 x4
25  x 2 x
13. lim 14. lim
x 5
6  x 2  11 x 0 2 x  2 x
x2 x2  9
15. lim 16. lim
x2
3  x2  5 x 3
x 2  16  5
x2 x2
17. lim 18. lim 2
x2 x  4
x2
x2  4

b. Nilai limit untuk x → ∞


■ Jika f (x) merupakan fungsi pecahan (rasional), maka bagilah pembilang dan
penyebut dari fungsi tersebut dengan pangkat tertinggi peubah x .

Contoh 5:
2x 1
Hitunglah lim .
x  3x  2

Penyelesaian :
2x 1 1 1
 2 2 
2x  1   20  2.
lim  lim x x  lim x 
x  3x  2 x  3x 2 x   2 2 30 3
 3 3
x x x 

43
Contoh 6 :
Hitunglah limit-limit berikut ini :
x2  2x  1 x2  2 x
a) lim b) lim
x  x2 x x3  2 x 2  1

Penyelesaian :
x2 2x 1 2 1 2 1
2  2  2 1  2 1 
x  2x  1 2
a) lim  lim x x x  lim x x   
x  x2 x  x 2 x 1 2 1 2
  
x2 x2 x x2  
1 0  0 1
  .
00 0
2
x  2x  1
Dengan demikian lim tidak terdefinisi (tidak ada).
x  x2
x2 2x 1 2 1 2
2  3  2 
x  2x x 3
x x x   
b) lim 3  lim  lim
x x  2 x 2  1 x  x3 2 x 2 1 x  1  2  1 1  2  1
 3  3
x3 x x x x3  
00 0
   0.
1 0  0 1
2
x  2x
Jadi lim 3  0.
x  x  2 x 2  1

■ Jika f (x) merupakan fungsi tak-rasional, maka kalikan fungsi tersebut


dengan faktor sekawannya, kemudian selesaikan dengan cara serupa seperti
pada bagian sebelumnya.

Contoh 7 :
Hitunglah lim ( x  2  x  4) .
x 
Penyelesaian :
x2  x4
lim ( x  2  x  4 )  lim ( x  2  x  4 ) 
x  x  x2  x4
( x  2 )2  ( x  4 )2 ( x  2)  ( x  4)
 lim  lim
x  x2 x4 x   x2  x4
2
2 x
 lim  lim
x  x2  x4 x   x 2 x 4
  
x x x x
2 2
 lim x  
x  2 4 2 4
1  1 1  1
x x  

44
0 0
   0.
1 0  1 0 11
Dengan demikian lim ( x  2  x  4)  0 .
x 

Soal Latihan :
Hitunglah limit-limit berikut ini :
2 x3 x2  2x  1 x 4  3x 2  1
1. lim 2. lim 3. lim
x x2  1 x  2x2  1 x   3x 4  6 x3  3x 2

5 x 6  4 x5  3x3  2 x 2  1 (4 x  3)(5 x  2)(3 x  1)


4. lim 5. lim
x  6 x5  7 x2  8 x  9 x   15 x 3  16 x 2  5 x  4

6. lim ( 2 x 2  2 x 2  3 ) 7. lim ( x 2  3  x 2  x  1)
x  x 

x2  x  9
8. lim ( x 2  x  5  x2  2 x  3) 9. lim
x x x
4 x2  3 2x  1 x  x2  2
10. lim 11. lim 12. lim
x 2x  3 x  x3 x 2x
2x  4x2  1 2 x
13. lim 14. lim
x  3x x 
3  x2  5

3. Limit Fungsi Trigonometri


Untuk menghitung limit fungsi trigonometri untuk x mendekati 0, biasanya
digunakan rumus-rumus dasar sebagai berikut :
sin x tan x
lim  1 dan lim 1.
x 0 x x  0 x

Contoh 8 :
Hitunglah limit-limit berikut ini :
sin 2 x tan 3 x 1  cos 2 x
a) lim b) lim c) lim
x 0 x x  0 tan 6 x x 0 x2
Penyelesaian :
sin 2 x 2 sin 2 x sin 2 x
a) lim  lim  2 lim  2 1  2 .
x0 x x 0 2x 2 x 0 2 x

tan 3x tan 3 x 6 x 1 1 tan 3 x 1


b) lim  lim    lim 
x  0 tan 6 x x 0 3 x tan 6 x 2 2 3 x  0 3x tan 6 x
lim
6 x 0 6x
1 1
 11  .
2 2
2
1  cos 2 x 1  cos 2 x 2 sin 2 x  sin x 
c) lim 2
 lim  2
 2 lim 2
 2 lim  
x 0 x x 0 2 x x 0 x x 0
 x 

45
2
 sin x  2
 2  lim   2 1  2 1  2 .
 x 0 x 

Soal Latihan :
Hitunglah limit-limit berikut ini :
sin 3 x sin 5 x tan 3 x cos x
1. lim 2. lim 3. lim 4. lim
x 0 x x 0 sin 3 x x0 2x x 0 x
tan x 1  cos x 4 sec 2 x  4
5. lim 6. lim 7. lim
x0 sin 2 x x 0 3x 2 x 0 8x2
3 sec 2 x  3 1  cos 6 x sin 2 7 x
8. lim 9. lim 10. lim
x  0 cos 2 x  1 x 0 2x2 x  0 1  cos 2 3 x

4. Kontinuitas Fungsi
Suatu fungsi f (x) dikatakan kontinu di titik x  a , jika ketiga syarat berikut ini
dipenuhi
1. f (a ) terdefinisi (ada nilainya)
2. lim f ( x) ada dan
x a

3. lim f ( x)  f (a )
xa
Jika salah satu atau lebih dari syarat-syarat di atas tidak dipenuhi, maka
dikatakan fungsi f (x) tidak kontinu (diskontinu) di titik x  a .
Jika f (x) kontinu di setiap titik pada suatu interval, maka dikatakan f (x)
kontinu pada interval tersebut.

Contoh 9 :
Diberikan fungsi f ( x)  2 x  1 . Selidiki apakah f (x) kontinu di titik x  1 !
Penyelesaian :
Diketahui fungsi f ( x)  2 x  1 , maka untuk x  1 berlaku :
1. f (1)  2  1  1  2  1  1 , yaitu f (1) terdefinisi
2. lim ( 2 x  1)  2  1  1  2  1  1 dan
x 1

3. lim ( 2 x  1)  1  f (1) .
x 1

Karena ketiga syarat kekontinuan dipenuhi, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi f (x)
kontinu di titik x  1 .

Sifat-sifat Penting :
1. Jika f (x) dan g (x) adalah fungsi-fungsi yang kontinu di titik x  a , maka
a. f ( x)  g ( x) juga kontinu di titik x  a
b. f ( x) g ( x) juga kontinu di titik x  a
f ( x)
c. juga kontinu di titik x  a , asalkan g ( a )  0 .
g ( x)

46
p( x)
2. Jika f (x ) adalah fungsi rasional yang berbentuk f ( x)  , dengan p (x ) dan
q( x)
q (x) adalah fungsi-fungsi polinom, maka f (x) kontinu di semua titik, kecuali di
titik-titik pembuat nol q (x ) . Jadi nilai-nilai pembuat nol q (x) adalah titik-titik
diskontinu dari fungsi f (x) .

Beberapa Macam Diskontinuitas


Pada bagian awal telah disebutkan bahwa fungsi f (x) dikatakan diskontinu atau
tidak kontinu di titik x  a , jika salah satu atau lebih syarat-syarat kekontinuan tidak
dipenuhi. Beberapa macam diskontinuitas yang dikenal antara lain :

1) Diskontinuitas Tak Hingga


1
Pandang fungsi rasional f ( x)  , maka f (x) tidak kontinu di titik x  2 ,
x2
1
karena f ( 2) tidak terdefinisi dan lim juga tidak ada. Akan tetapi fungsi tersebut
x2 x  2

kontinu di semua nilai x , kecuali di x  2 . Diskontinuitas semacam ini dinamakan


diskontinuitas tak hingga.

2 X

2) Diskontinuitas Terhapuskan
x2  4
Pandang fungsi rasional f ( x)  . Pada fungsi ini f ( 2) tidak terdefinisi, yang
x2
x2  4
berarti f (x) tidak kontinu di titik x  2 sedangkan lim  4 (ada). Sehingga jika kita
x2 x  2

definisikan kembali fungsi di atas sebagai


 x2  4

f ( x)   x  2 , untuk x  2
4, untuk x  2

47
maka lim f ( x)  4  f ( 2) . Akibatnya f (x) kontinu di titik x  2 .
x2
Diskontinuitas semacam ini dinamakan diskontinuitas yang terhapuskan.
x2  4
Perhatikan bahwa grafik dari fungsi f ( x)  dan g ( x)  x  2 adalah identik,
x2
kecuali pada titik x  2 , di mana grafik fungsi f (x) mempunyai ”lubang”.

lubang

f (x) 2 X

Menghapus diskontinuitas sama halnya menutup lubang tersebut.

3) Diskontinuitas Lompat
1, untuk x  0
Diberikan fungsi f ( x)   . Selidiki kekontinuan fungsi f (x) di titik
 1, untuk x  0
x  0 . Perhatikan bahwa f (0)  1 , terdefinisi dan lim f ( x)  1 (ada). Sehingga diperoleh
x0

lim f ( x)  1  f (0) , yaitu f (x) kontinu di sebelah kanan (disingkat kontinu kanan) pada
x 0

x  0 . Akan tetapi lim f ( x)  1  1  f (0) , yaitu f (x) tidak kontinu di sebelah kiri
x0

(kontinu kiri) pada x  0 . Akibatnya f (x) tidak kontinu di titik x  0 .


Diskontinuitas semacam ini dinamakan diskontinuitas lompat. Perhatikan gambar
berikut ini :

–1

48
Soal Latihan :
Selidiki apakah fungsi-fungsi berikut ini kontinu di setiap titik :
1. f ( x)  x 2
2. f ( x)  x
3. f ( x)  3  5 x 2
4. f ( x)  x  x
 x 2 , untuk x  1
5. f ( x)  
 1, untuk x  1
 x  1, untuk x  0

6. f ( x)  1, untuk 0  x  1
 x, untuk x  1

 x  1, untuk x  1
 2
7. f ( x)   x  1, untuk  1  x  1
1, untuk x  1

 x 2  3x  2, untuk x  1

8. f ( x)  0, untuk  1  x  1
 x 2  3 x  2, untuk x  1

 2 x  4, untuk x  2

9. f ( x )  2 x 2  4 x, untuk  2  x  1
  2 x  8, untuk x  1

 x3  8
 , untuk x  2
10. f ( x)   x  2
 2, untuk x  2

Menentukan Fungsi menjadi Kontinu


Jika diberikan suatu fungsi yang belum diketahui apakah fungsi tersebut kontinu
atau tidak, maka kita dapat menjadikan fungsi tersebut kontinu dengan menggunakan
konsep kontinu kiri dan kontinu kanan.
Suatu fungsi f (x) dikatakan kontinu kiri di titik x  a , jika lim f ( x)  f (a ) dan
xa

dikatakan kontinu kanan jika lim f ( x)  f (a) . Selanjutnya fungsi f (x) dikatakan
xa 

kontinu di titik x  a jika f (x) kontinu kiri dan kontinu kanan di titik x  a .

Contoh 10 :
 x  a, untuk x  2
Tentukan konstanta a agar fungsi f ( x)   2
kontinu di titik x  2 .
 ax  1, untuk x  2

49
Penyelesaian :
Agar f (x) kontinu di titik x  2 , maka haruslah f (x) kontinu kiri di titik x  2 , yaitu
lim f ( x)  f (2) . Di mana lim f ( x)  lim ( x  a )  2  a , sedangkan
x2 x2 x2
2
f (2)  a  2  1  4a  1 , sehingga diperoleh 2  a  4a  1 atau  3a  3 yaitu a  1 .
Selain itu f (x) juga harus kontinu kanan di titik x  2 , yaitu lim f ( x)  f (2) . Di mana
x2
2 2
f (2)  a  2  1  4a  1 dan lim f ( x)  lim (ax  1)  4a  1 serta hubungan di atas selalu
x 2 x2
dipenuhi. Jadi agar f (x) kontinu di titik x  2 , maka haruslah a  1 .

Contoh 11 :
 x  a, untuk x  1
Diberikan fungsi f ( x)   .
3  x, untuk x  1
a. Tentukan nilai a agar f (x) kontinu di mana-mana !
b. Gambarkan grafik fungsi tersebut !

Penyelesaian :
a. Perhatikan bahwa fungsi f (x) menunjukkan keanehan di titik x  1 ,
sehingga agar f (x) kontinu di mana-mana haruslah f (x) kontinu di titik
x  1 , yaitu f (x) harus kontinu kiri dan kontinu kanan di titik x  1 .
■ f (x) kontinu kiri di x  1
lim f ( x)  x  a  1  a dan f (1)  3  1  2 , karena harus
x 1

berlaku lim f ( x)  f (1) ,


x 1

maka diperoleh a  1  2 dan a  1 .


■ f (x) kontinu kanan di x  1
lim f ( x)  3  x  3  1  2 dan f (1)  3  1  2 dan senantiasa berlaku
x 1

lim f ( x)  f (1) .
x 1

Jadi agar f (x) kontinu di mana-mana haruslah nilai a  1 .


b. Dengan diperolehnya nilai a  1 , maka fungsi di atas menjadi
 x  1, untuk x  1
f ( x)   dan grafiknya adalah
3  x, untuk x  1

50
Y

3
X
1

Soal Latihan :
Diberikan fungsi-fungsi yang didefinisikan seperti di bawah ini
a. Tentukan nilai a dan b agar f (x) kontinu di mana-mana !
b. Gambarkan grafiknya !
  1, untuk x  0

1. f ( x)  ax  b, untuk 0  x  1
1, untuk x  1

 x  1, untuk x  1

2. f ( x)   ax  b, untuk 1  x  2
3 x, untuk x  2

1, untuk x  1
 2
3. f ( x)  ax , untuk  1  x  1
 ax  b, untuk x  1

 x  b, untuk x  0
 2
4. f ( x)   x  3 x  a, untuk 0  x  2
2  x, untuk x  2

 ax  4, untuk x  2
 2
5. f ( x)  ax  b, untuk  2  x  1
 ax  8, untuk x  1

51
BAB 4 TURUNAN (DERIVATIF)

PENGERTIAN TURUNAN
Misalkan diberikan sebuah fungsi y  f  x  dan titik P  x, y  pada grafik fungsi y  f  x  ,
seperti diberikan oleh gambar berikut ini :

Y Jika titik P  x, y  digerakkan sepanjang grafik


y  f x  fungsi y  f  x  sehingga menjadi titik
QPR   Q x  x, y  y  . Maka gradien garis PQ
diberikan oleh
Q
QR BQ  BR
y tan   
P PR OB  OA
y  yP y
R  Q  .
x xQ  xP x
X Selanjutnya karena yQ  f  x  x  dan
O A B
y P  f  x  , maka
y yQ  y P f  x  x   f  x 
Gambar 1. Turunan   ,
x x x

f  x  x   f  x 
di mana disebut hasil bagi diferensi. Hasil bagi diferensi ini memberikan perubahan
x
rata-rata fungsi y  f  x  di antara titik  x, f  x  dan  x  x, f  x  x  .
Secara umum, perubahan ini dinamakan dengan slope garis lurus PQ . Jika x semakin kecil
maka titik Q mendekati titik P dan slope garis PQ mendekati slope garis singgung y  f  x  di titik
P.
Selanjutnya turunan (derivatif) dari fungsi y  f  x  terhadap x didefinisikan sebagai hasil bagi
diferensi dari f  x  untuk x mendekati nol dan dituliskan
dy y f  x  x   f  x 
 lim  lim .
dx  x  0 x  x  0 x

Catatan :
Untuk menyatakan turunan (pertama) dari y  f  x  terhadap x , kadang dituliskan
dy f  x  x   f  x 
 y '  f '  x   lim .
dx x  0 x

Contoh 1 :
Tentukanlah turunan (derivatif) dari fungsi y  7 .

Penyelesaian :

52
Misalkan y  f  x   7 , maka f  x  x   7 . Dengan demikian,
dy f  x  x   f  x  77
y'   lim  lim  lim 0  0 . 
dx x  0 x  x  0 x x  0

Contoh 2 :
Tentukanlah turunan (derivatif) dari fungsi y  f  x   x 2  1 .

Penyelesaian :
2
Diberikan fungsi y  f  x   x 2  1 , maka f  x  x   x  x   1  x 2  2 x x  2 x  1 . Dengan
 
demikian f  x  x   f  x   x 2  2 x x  2 x  1  x 2  1  2 x x  2 x .
dy f  x  x   f  x  2 x x  2 x
Akibatnya  y '  f '  x   lim  lim  lim 2 x  x  2 x . Jadi
dx x  0 x x  0 x x  0

turunan dari fungsi y  f  x   x  1 adalah y '  f ' x   2 x .


2

RUMUS DASAR TURUNAN


A. Turunan Fungsi Aljabar

Misalkan u , v dan w adalah fungsi-fungsi dari x yang dapat diturunkan, maka

[a] y  c , dengan c konstanta, maka y ' 0


[b] y  x maka y ' 1
[c] y  u  v maka y '  u 'v'
[d] y  u  v  w   , maka y '  u ' v' w' 
[e] y  cu maka y '  cu ' , dengan c konstanta
[f] y  uv maka y '  uv' vu '
[g] y  uvw maka y '  uvw'uwv'vwu '
u 1
[h] y  , dengan c konstanta tak nol, maka y '  u '
c c
'
c 1 c
[i] y  maka y '  c    2 u ' , dengan c suatu konstanta
u u u
u u ' v  uv'
[j] y  maka y '  , dengan v  0
v v2
[k] y  x m maka y '  mx m 1
[l] y  u m maka y '  mu m1u '

Contoh 3 :
Tentukanlah turunan dari fungsi-fungsi berikut ini :
1. y  2
2. f x   x3

53
1
3. y
x2
4. f  x   x 5  5 x 4  10 x 2  6
5. y  2x  2 x
6
6. y  1  5 x 
7. f x   2 x 2 2  x
8.   4
y  x 2  3 2 x3  5 
3

5
 x 
9. y   
1 x 
t2  2
10. f t  
3  t2

Penyelesaian :
1. Diketahui y  2 , maka dengan [a] diperoleh y ' 0 .
2. Untuk f  x   x 3 , dengan rumus [k] didapat f '  x   3 x 2 .
1 2
3. Perhatikan bahwa y  2
 x  2 , dengan demikian y '  2 x  3   3 .
x x
4. Diketahui f  x   x  5 x  10 x  6 , maka
5 4 2

 
f '  x   5 x 4  20 x 3  20 x  5 x x 3  4 x 2  4 .
5. Soal no. 5 dan seterusnya diserahkan kepada pembaca sebagai latihan !

B. Turunan Fungsi Trigonometri

Jika u adalah fungsi dari x yang dapat diturunkan, maka diperoleh :


[a] y  sin u maka y '  cos u  u '
[b] y  cos u maka y '   sin u  u '
[c] y  tan u maka y '  sec 2 u  u '
[d] y  cot u maka y '   csc 2 u  u '
[e] y  sec u maka y '  sec u tan u  u '
[f] y  csc u maka y '   csc u cot u  u '

Contoh 4 :
Tentukanlah turunan dari fungsi-fungsi berikut ini :

1. f  x   sin x 2  2 x  3 
2. y  sin 2 x  cos 3 x
3. y  tan x 3
4. 
f  x   cot 1  2 x 2 

54
1
5. y
tan 2 x
6. f  x   x 2 cos x
sin x
7. y
x
Penyelesaian :
    
1. Dari f  x   sin x 2  2 x  3 , maka f '  x   cos x 2  2 x  3  x 2  2 x  3 '
 
 2 x  2 cos x  2 x  3
2

 
 2 x  1cos x 2  2 x  3 .
dy d d
2. Diketahui y  sin 2 x  cos 3 x , maka  cos 2 x  2 x   sin 3 x  3 x 
dx dx dx
 2 cos 2 x  3 sin 3 x .
3.  
Dari y  tan x , maka y '  sec x  x '  3 x 2 sec 2 x 3 .
3 2 3 3

4.  
Dari f  x   cot 1  2 x 2 , maka diperoleh
    
f '  x    csc 2 1  2 x 2  1  2 x 2 '  4 x csc 2 1  2 x 2 .
1
5. Perhatikan bahwa y  2
 tan  2 x , dengan demikian
tan x
sec 2 x
y '  2 tan  3 x  tan x '  2 tan 3 x sec 2 x  2 3 .
tan x
6. 2
 
Dari f  x   x cos x , maka f '  x   x  cos x ' cos x  x '   x 2 sin x  2 x cos x
2 2

sin x x  sin x ' sin x  x ' x cos x  sin x


7. Dari y  , maka y '   .
x x2 x2

C. Turunan Fungsi Eksponen & Logaritma

Jika y suatu fungsi eksponen atau fungsi logaritma dalam u dan u adalah
fungsi yang dapat diturunkan terhadap x , maka
[a] y  a u , dengan a  0 dan a  1 , maka y '  a u ln a  u '
[b] y  eu maka y '  eu  u '
1
[c] y  a log u maka y '   u'
u ln a
1
[d] y  ln u maka y '   u '
u

Contoh 5 :
Tentukanlah turunan dari fungsi-fungsi berikut ini :
1. y  3 x
2. f  x   2 log3 x  1
2
3. y  ln x  3

55
4. f  x   ln 2  x  3
5. y  lnsec x  tan x 

Penyelesaian :
1. Dari y  3 x maka y '  3x ln 3
1 3
2. Dari f  x  2 log3 x  1 diperoleh f '  x    3 x  1'  .
3 x  1ln 2 3x  1ln 2
2
3. Perhatikan bahwa y  ln  x  3  2 ln  x  3 , dengan demikian
2 2
y'    x  3 '  .
x3 x3
4. Dari f  x   ln 2  x  3  ln  x  3 2 , maka diperoleh
1 2
f '  x   2 ln x  3  ln  x  3'  2 ln x  3    x  3'  ln x  3 .
x3 x3
1
5. Dari y  ln sec x  tan x  maka y '   sec x  tan x '
sec x  tan x
1

sec x  tan x

sec x tan x   sec2 x 
sec x
 tan x  sec x   sec x .
sec x  tan x

D. Turunan Fungsi Siklometri

Misalkan u adalah fungsi dari x yang dapat diturunkan, maka


1
[a] y  arcsin u maka y '   u'
1  u2
1
[b] y  arccos u maka y '    u'
1  u2
1
[c] y  arctan u maka y '   u'
1  u2
1
[d] y  arc cot u maka y '    u'
1  u2
1
[e] y  arc sec u maka y '   u'
u u2 1
1
[f] y  arc csc u maka y '    u'
u u2  1

Contoh 6 :
Tentukanlah turunan dari fungsi-fungsi berikut ini :
1. y  arcsin  x  1
2. f  x   arctan x 2

56
1 x
3. y  arc cot
1 x

Penyelesaian :
1. Dari y  arcsin  x  1 maka diperoleh
1 1 1
y'    x  1'   .
1   x  1
2
 2
1  x  2x  1  2x  x2
1 2x
2. Diketahui f  x   arctan x 2 maka f '  x    
 x2 ' 
1 x  2 2 1  x4
1 x
3. Dari y  arc cot maka
1 x
'

y'  
1 1 x  1 1  x   1  x  1   1 .
2    2 
1 x  1 x  1 x  1  x 2 1  x2
1   1  
1 x  1 x 

E. Turunan Fungsi Hiperbolis

Jika u adalah fungsi dari x yang dapat diturunkan, maka diperoleh :


[a] y  sinh u maka y '  cosh u  u '
[b] y  cosh u maka y '  sinh u  u '
[c] y  tanh u maka y '  sec h 2u  u '
[d] y  coth u maka y '   csc h 2u  u '
[e] y  sec hu maka y '   sec hu tanh u  u '
[f] y  csc hu maka y '   csc hu coth u  u '

Contoh 7 :
Tentukanlah turunan dari fungsi-fungsi berikut ini :
1. 
y  cosh x 2  x  1 
2. f  x   tanh x 3
1
3. y
sec h 2 x

Penyelesaian :
 
1. Dari y  cosh x 2  x  1 , maka diperoleh

  '
  
y '  sinh x 2  x  1 . x 2  x  1  sinh x 2  x  1 .2 x  1  2 x  1sinh x 2  x  1  
2. Dari f  x   tanh x 3 diperoleh

 '    
f '  x   sec h 2 x 3 . x 3  sec h 2 x 3 . 3x 2  3 x 2 sec h 2 x 3 .
3. Diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.

57
Turunan Fungsi Komposisi : Aturan Rantai
Suatu fungsi mungkin merupakan suatu komposisi dari fungsi-fungsi yang lain. Untuk mencari
turunan dari fungsi komposisi semacam ini, digunakan suatu rumus yang dikenal dengan nama Aturan
Rantai.
Jika y  f  x  merupakan suatu fungsi kompisisi (fungsi tersusun) : y  g u  dan u  h x  ,
maka turunan dari fungsi ini diberikan oleh :
dy dy du
 
dx du dx

Contoh 8 :
Tentkanlah turunan (pertama) dari fungsi-fungsi berikut ini :
u 1
1. y , dengan u  x
u 1
2. y  u 3  4 , dengan u  x 2  2 x

3. y  1  u , dengan u  x

Penyelesaian :
u 1 dy u  1  u  1 2
1. Dari y , dengan u  x , maka diperoleh  2
 dan
u 1 du u  1 u  12
du 1 dy dy du 2 1 1
 . Dengan demikian      .
dx 2 x 2
du du dx u  1 2 x x  x 1 2

dy du
2. Dari y  u 3  4 , dengan u  x 2  2 x , maka didapat  3u 2 dan  2 x  2 . Dengan
du dx
dy dy du
demikian y '   
dx du dx
  2
 3u 2 2 x  2  6 x 2  x  1 x  2 .

3. Diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.

Secara umum jika y  f  x  merupakan fungsi tersusun (fungsi komposisi) y  f 1 u1  ,

u1  f 2 u 2  , ..., u n  f n1  x  , maka turunan pertama fungsi ini adalah

58
dy dy du1 du
    n .
dx du1 du 2 dx

Turunan dari Fungsi Invers


Jika y  f  x  adalah fungsi yang kontinu dan monoton naik (atau turun) pada interval tertutup

dx 1
a  x  b , maka terdapat fungsi invers x  f 1
 y  yang kontinu juga. Dalam hal ini berlaku  .
dy dy
dx

Contoh 9 :
Tentukan turunan dari invers fungsi y  3 x  2 .

Penyelesaian :
dy
Misalkan f  x   y  3 x  2 , maka fungsi inversnya adalah f 1
 y   1 y  2 . Tampak bahwa 3
3 3 dx
dx 1
dan  .
dy 3

Turunan Fungsi Implisit


Fungsi implisit adalah fungsi di mana peubah bebas dan peubah tak bebasnya tidak terpisah dan
berada pada ruas persamaan yang sama. Secara umum fungsi implisit dituliskan dengan f  x, y   0 .
Untuk mencari turunan fungsi implisit, pandang tiap-tiap sukunya sebagai fungsi dari peubah
bebas x , kemudian turunkan terhadap x suku demi suku.

Contoh 10 :
Tentukan turunan dari fungsi x 2  xy  y 3  0 .

Penyelesaian :
Diberikan fungsi implisit x 2  xy  y 3  0 , dengan menurunkan suku demi suku terhadap x kedua ruas
persamaan di atas diperoleh
d 2 d d 3 d
 
x   xy   y  0   2 x   y  x dy   3 y 2 dy  0
 
dx dx dx dx  dx  dx

59

 x  3y 2  dy
dx
 2 x  y  
dy
dx

2x  y
x  3y 2
.

Jadi turunan dari fungsi implisit di atas adalah


dy 2x  y
 .
dx x  3y 2

Soal Latihan
Tentukan turunan dari fungsi-fungsi berikut ini :
1. xy  4 6. sin y  cos 2 x

2. xy 2  x  16  0 7. x cos y  sin  x  y 

3. 4 x 3  11xy 2  2 y 3  0 8. x 4  3 x 2 y 2  xy  1  0

4. xy  sin y  x 2 9. x  arctan  x  y 

5. cos xy   y 2  2 x 10. x  cos x  e y  xy 2  0

Penurunan dengan Bantuan Logaritma


Pada beberapa fungsi tertentu, kadangkala menjadi lebih mudah mencari turunannya dengan
menggunakan bantuan logaritma. Terutama fungsi yang berbentuk y  u v , dengan u dan v merupakan
fungsi dari x dan fungsi yang berbentuk
f 1  x  f 2 2 f m  x 
y .
g1  x g 2  x  g n  x 

Contoh 10 :
Tentukan turunan dari fungsi y  x cos x .

Penyelesaian :
Perhatikan bahwa y  x cos x  ln y  ln x cos x  ln y  cos x ln x . Dengan demikian

1 1 1 
 y '   sin x ln x  cos x  y '  y cos x  sin x ln x 
y x x 
1 
 y '  x cos x  cos x  sin x ln x  .
x 

60
dy 1 
Jadi turunan fungsi di atas adalah  x cos x  cos x  sin x ln x  .
dx x 

Turunan Kedua dan Turunan Lebih Tinggi


Jika fungsi y  f  x  mempunyai turunan pada suatu interval, maka turunan fungsi ini, yaitu

y ' f '  x  merupakan suatu fungsi baru pada interval tersebut. Jika fungsi yang baru ini diturunkan
terhadap x , maka turunannya dituliskan y" f "  x  dan disebut turunan kedua dari fungsi y  f  x 
terhadap x . Demikian seterusnya pengertian yang serupa untuk turunan ketiga, turunan keempat, turunan
kelima dan seterusnya.
Macam-macam notasi yang dapat digunakan untuk menyatakan turunan-turunan di atas antara
lain :
1. y , y ' , y ' ' , y ' ' ' , ..., y n  , ...

2. f , f ' , f ' ' , f ' ' ' , ..., f  n  , ...

dy d 2 y d 3 y dny
3. y, , , , ..., , ...
dx dx 2 dx 3 dx n
4. y , Dy , D 2 y , D 3 y , ..., D n y , ...

5. y , D x y , D x2 y , D x3 y , ..., D xn y , ...

Contoh 11 :
Misalkan y  3x 4 , maka y '  12 x 3 , y ' '  36 x 2 , y ' ' '  72 x dan seterusnya.

Contoh 12 :
1 1 2 6
Diberikan fungsi f  x   , maka f '  x    2 , f "  x   , f " ' x    , dan seterusnya.
x x x3 x4

Soal Latihan :

1. Tentukan nilai turunan kedua dari fungsi x 4  6 x 2 y 2  xy 3  6 y  0 di titik 1,  1 .

1 2 x
2. Tentukan y ' '2 y ' y , jika diketahui y  x e .
2

61
BAB 5 PENGGUNAAN TURUNAN

1. Maksimum dan Minimum


Diberikan fungsi f dengan daerah definisi (domain) D seperti diberikan oleh Gambar 1
berikut ini :

y  f (x)

D
X

Gambar 1. Fungsi f dengan domain D

Terdapat suatu pertanyaan mendasar terkait dengan fungsi f ini, yaitu : Apakah f
mempunyai nilai maksimum atau nilai minimum pada D?
Jika f mempunyai nilai maksimum atau nilai minimum, di titik manakah pada D nilai-
nilai tersebut terjadi?
Sebelum menjawab kedua pertanyaan di atas akan diberikan terlebih dahulu definisi
nilai maksimum dan nilai minimum dari suatu fungsi pada daerah definisinya, sebagaimana
diberikan oleh difinisi berikut ini.

Definisi 1
Misalkan f suatu fungsi dengan domain (daerah definisi) D dan c adalah suatu titik pada D.
Maka dikatakan
a. f (c) adalah nilai maksimum dari f pada D, jika f (c)  f ( x) , untuk setiap x pada D.
b. f (c) adalah nilai minimum dari f pada D, jika f (c)  f ( x) , untuk setiap x pada D.

62
c. f (c) adalah nilai ekstrim dari f pada D, jika f (c ) adalah nilai maksimum atau nilai
minimum dari f pada D.

Eksisitensi Nilai Maksimum dan Nilai Minimum


Kembali ke pertanyaan di atas, yaitu apakah f mempunyai nilai maksimum atau nilai
minimum pada D? Jawabannya tergantung kepada dua hal berikut :

1. Tergantung pada himpunan D di atas.


1
Sebagai ilustrasi pandang fungsi y  f ( x)  pada D  0,   , sebagaimana
x
diberikan oleh grafik berikut ini :

1
y  f ( x) 
x

1
Gambar 2. Fungsi y  f ( x )  dengan domain D
x

Pada D  0,   , f tidak mempunyai nilai maksimum dan nilai minimum, tetapi untuk
fungsi yang sama dengan D1  1, 4 , f mempunyai nilai maksimum f maks  f (1)  1 dan nilai
1
minimum f min  f (4)  . Sedangkan jika dipilih D2  (1, 4] , f tidak mempunyai nilai
4
1
maksimum, tetapi mempunyai nilai minimum f min  f (4)  dan jika diambil D3  [1, 4) ,
4
maka f mempunyai nilai maksimum f maks  f (1)  1 tetapi tidak mempunyai nilai minimum.

2. Tergantung pada Jenis Fungsinya.


Sebagai contoh diambil fungsi tidak kontinu g pada interval tertutup D  1, 3 , yang
didefinisikan sebagai berikut :

63
 x, untuk 1  x  2
g ( x)  
 x  2, untuk 2  x  3
di mana grafiknya seperti diberikan pada Gambar 3 di bawah ini.

X
1 2 3

Gambar 3. Fungsi y  g ( x ) dengan domain D  1, 3

Pada D  1, 3 , g mempunyai nilai minimum g min  g (2)  0 , tetapi tidak


mempunyai nilai maksimum (menjadi cukup dekat ke 2, tetapi tidak pernah mencapainya).

Sehingga dari kedua kondisi di atas diperoleh syarat suatu fungsi mempunyai nilai
maksimum dan nilai minimum, seperti diberikan oleh teorema berikut :

Teorema 1
Jika f adalah fungsi yang kontinu pada suatu interval tertutup I  a, b  , maka f mencapai
nilai maksimum dan nilai minimum.

Kata kunci : f harus kontinu dan daerah definisi (himpunan) D merupakan interval
tertutup.

Tempat Terjadinya Nilai Maksmum dan Nilai Minimum


Misalkan f fungsi yang terdefinisi pada interval tertutup I  a, b  . Nilai ekstrim (nilai
maksimum atau nilai minimum) dari f pada I dapat terjadi pada titik-titik berikut ini :
1. Titik ujung interval tertutup I

64
Y

Maksimum

Minimum

X
a b

Gambar 4. Nilai maks atau nilai min dari f


pada ujung-ujung interval

2. Titik stasioner dari f


Syarat adanya titik stasioner : f ' ( x)  0

Maksimum

Minimum
X

Gambar 5. Nilai maks atau nilai min dari f


pada titik-titik stasioner f

65
3. Titik singular dari f
Titik singular dari f adalah titik di mana f ' ( x ) tidak terdefinisi (tidak ada).

Y
Maksimum

X
a c d b

Gambar 6. Nilai maksimum dari f


pada titik singular dari f

Ketiga jenis titik di atas memegang peranan penting pada teori maksimum-minimum
dan titik-titik ini dinamakan titik kritis dari f.
Terkait dengan ketiga jenis titik di atas, kita mempunyai teorema berikut ini :

Teorema 2
Misalkan f adalah fungsi yang terdefinisi pada suatu interval I yang memuat suatu titik c. Jika
f (c ) adalah suatu nilai ekstrim maka c haruslah merupakan titik kritis dari f, yaitu dapat
berupa salah satu dari ketiga jenis titik berikut ini :
1. Titik-titik ujung dari interval I
2. Titik-titik stasioner (titik diam) dari fungsi f atau
3. Titik-titik singular dari f

Cara Mencari Nilai Ekstrim


Untuk mencari nilai ekstrim (nilai maksimum atau nilai minimum) dari suatu fungsi f
pada suatu interval I dapat ditempuh cara sebagai berikut :
1. Tentukan titik-titik kritis dari f pada I

66
2. Hitung nilai-nilai f pada setiap titik kritis tersebut. Nilai yang terbesar merupakan nilai
maksimum dari f dan nilai yang terkecil merupakan nilai minimumnya.

Contoh 1 :
Tentukan nilai ekstrim (nilai maksimum atau nilai minimum) dari fungsi f ( x)   x 2  4 x  1
pada interval tertutup I  0, 3 .

Penyelesaian :
Diketahui fungsi f ( x)   x 2  4 x  1 dan interval I  0, 3 .
Akan dicari nilai ekstrim (nilai maksimum atau nilai minimum) dari f pada I. Untuk mencari
nilai ini dapat ditempuh cara sebagai berikut :
1. Akan dicari terlebih dahulu titik-titik kritis dari f pada I
a. Titik-titik ujung interval I : x  0 dan x  3
b. Titik-titik stasioner dari f
Syarat adanya titik stasioner : f ' ( x)  0 atau  2 x  4  0 , sehingga diperoleh
x  2 , yang merupakan titik stasioner dari f.
c. Titik singular dari f
Karena f ' ( x)  2 x  4 terdefinisi pada setiap nilai x, maka f tidak
mempunyai titik singular.
Dengan demikian titik-titik kritis dari f pada I adalah : x  0 , x  2 dan x  3 .
2. Selanjutnya akan dihitung nilai-nilai f pada setiap titik kritis f
Untuk x  0 , maka f (0)  0 2  4  0  1  0  0  1  1 ,
untuk x  2 , maka f (2)  2 2  4  2  1  4  8  1  3 dan
untuk x  3 , maka f (3)  3 2  4  3  1  9  12  1  2 .
Dengan demikia diperoleh f min  f (0)  1 dan f max  f (2)  3 . ■

Contoh 2 :
1
Tentukan nilai ekstrim (nilai maksimum atau nilai minimum) dari fungsi g ( x)  pada
1 x2
interval tertutup I   2, 1 .

Penyelesaian :
1
Diketahui fungsi g ( x)  dan interval I   2, 1 .
1 x2
Akan ditentukan nilai ekstrim (nilai maksimum atau nilai minimum) dari g pada I.
1. Akan dicari terlebih dahulu titik-titik kritis dari g pada I.
a. Titik-titik ujung interval tertutup I : x  2 dan x  1 .
b. Titik-titik stasioner dari g.
2x
Syarat : g ' ( x )  0 atau   0 didapat x  0 .
 1 x22

Jadi titik stasioner dari g pada I adalah x  0 .


c. Titik-titik singular dari g.

67
2x
Karena g ' ( x)   , terdefinisi untuk semua nilai x riil, maka g tidak
1  x 
2 2

mempunyai titik singular.


Dengan demikian titik-titik kritis dari g pada I adalah : x  2 , x  0 dan x  1 .
2. Akan dihitung nilai-nilai g pada setiap titik kritisnya.
1 1 1
Untuk x  2 , maka g (2)  2
  ,
1  (2) 1 4 5
1 1 1
untuk x  0 , maka g (0)  2
   1 dan
1 0 1 0 1
1 1 1
untuk x  1 , maka g (1)  2
  .
11 11 2
1
Dengan demikian diperoleh g min  g  2   dan g maks  g (0)  1 . ■
5

Contoh 3 :
Carilah dua bilangan tak negatif yang jumlahnya 10 dan hasil kalinya maksimum !

Penyelesaian :
Misalkan kedua bilangan tersebut adalah x dan y serta diketahui x  y  10 , maka y  10  x .
Misalkan juga H menyatakan hasil kali kedua bilangan bilangan tersebut, maka
H  xy  x(10  x)  10 x  x 2 atau H ( x )  10 x  x 2 . Perhatikan bahwa nilai x berada pada
interval 0  x  10 . Jadi permasalahan di sini adalah mencari dua bilangan yang berada pada
interval tertutup I  0, 10 yang memaksimalkan H (x) .
1. Akan dicari terlebih dahulu titik-titik kritis dari H pada I.
a. Titik-titik ujung interval I : x  0 dan x  10
b. Titik-titik stasioner dari H.
Syarat : H ' ( x)  0 atau 10  2 x  0 didapat 10  2 x atau x  5 .
Jadi titik stasioner dari H pada I adalah : x  5 .
c. Titik-titik singular dari H.
Karena H ' ( x)  10  2 x terdefinisi untuk semua nilai x, maka H tidak
mempunyai titik singular pada I.
Dengan demikian titik-titik kritis dari H pada I adalah : x  0 , x  5 dan x  10
2. Akan dihitung nilai-nilai H pada setiap titik kritisnya.
Untuk x  0 , maka H (0)  10  0  0 2  0  0  0 ,
untuk x  5 , maka H (5)  10  5  5 2  50  25  25 dan
untuk x  10 , maka H (10)  10  10  10 2  100  100  0 .
Dengan demikian diperoleh H maks  25 , yang dicapai pada saat x  5 dan akibatnya
y  10  x  10  5  5 . Jadi kedua bilangan tersebut adalah x  y  5 . ■

2. Kemonotonan dan Kecekungan


Pandang fungsi y  f (x) , yang grafiknya diberikan oleh Gambar 7 berikut ini :

68
Y

y  f (x)

Turun Naik

X
c

Gambar 7. Naik atau turunnya fungsi y = f (x)

Dari grafik di atas, tampak bahwa grafik dari fungsi y  f (x) turun di sebelah kiri
titik x  c dan naik di sebelah kanan titik x  c . Untuk lebih meyakinkan tentang hal ini
akan diberikan definisi berikut.

Definisi 2
Misalkan f suatu fungsi yang terdefinisi pada suatu interval I. Kita katakan bahwa
1. Fungsi f naik pada I, jika untuk setiap pasang titik x1 dan x2 di dalam I dengan
x1  x 2 maka f ( x1 )  f ( x 2 )
2. Fungsi f turun pada I, jika untuk setiap pasang titik x1 dan x2 di dalam I dengan
x1  x 2 maka f ( x1 )  f ( x 2 )
3. Fungsi f monoton murni pada I, jika f naik pada I atau turun pada I.

Hubungan Kemonotonan dan Turunan Pertama


Dengan mengingat bahwa turunan pertama f ' ( x ) secara geometris memberikan
tafsiran kemiringan (gradient) dari garis singgung pada grafik fungsi f pada titik x,
selanjutnya akan dilihat hubungan konsep turunan pertama dengan naik atau turunnya grafik
suatu fungsi. Untuk itu pandang gambar berikut.

69
Y Dari gambar tampak bahwa
jika f ' ( x)  0 garis singgung
naik ke kanan, sedangkan jika
f ' ( x)  0 garis singgung
+ turun ke kanan. Fakta ini
membawa kita hasil berikut :

f ' ( x)  0 f ' ( x)  0

Gambar 8. Hubungan naik atau turunnya grafik


fungsi dengan turunan pertama

Teorema 3
Misalkan f adalah fungsi yang kontinu pada interval I dan dapat diturunkan (diferensiabel)
pada setiap titik dalam dari I.
1. Jika f ' ( x)  0 untuk semua titik dalam x dari I maka f naik pada I
2. Jika f ' ( x)  0 untuk semua titik dalam x dari I maka f turun pada I

Contoh 4 :
Diberikan fungsi f ( x)  2 x 3  9 x 2  13 . Tentukan interval di mana fungsi tersebut naik atau
turun !

Penyelesaian :
Diketahui f ( x)  2 x 3  9 x 2  13 , maka f ' ( x)  6 x 2  18 x .
Syarat fungsi naik : f ' ( x)  0 atau 6 x 2  18 x  0 yang ekivalen dengan 6 x x  3  0 atau
x x  3  0 . Dengan menyelesaikan pertidaksamaan di atas di dapat

70
Sehingga fungsi f naik pada interval
 ,  3 atau 0,   dan f turun pada
(+) (–) (+) interval  3, 0  .

-3 0

Nilai-nilai dari f ’

Hubungan Kecekungan dan Turunan Kedua


Sebuah fungsi mungkin mempunyai kecenderungan naik dan bergoyang pada
penggambaran grafiknya. Untuk menganalisis goyangan ini, akan ditinjau bagaimana garis
singgung pada suatu kurva berliku saat kita bergerak sepanjang kurva (grafik) dari sebelah
kiri menuju sebelah kanan. Namun sebelumnya akan diberikan definisi berikut ini :

Definisi 3
Misalkan f adalah fungsi yang terdiferensialkan (dapat diturunkan) pada interval terbuka
I  a, b  . Jika f ’ naik pada I, maka f cekung ke atas pada I dan jika f ’ turun pada I, maka f
cekung ke bawah pada I.

Beberapa kondisi terkait dengan kecekungan di atas

Cekung
ke bawah

f ‘ naik : cekung ke f ‘ turun : cekung ke Cekung


atas bawah ke atas

Gambar 9. Kecekungan fungsi f

Sehubungan dengan Teorema 3 di atas, diperoleh kriteria sederhana untuk mengetahui


di mana kurva cekung ke atas atau cekung ke bawah, yaitu f ’naik jika f ” positif dan f ’ turun
jika f ” negatif. Sebagaimana diberikan oleh teorema berikut ini :

71
Teorema 4
Misalkan f adalah fungsi yang terdiferensilkan dua kali pada interval terbuka I  a, b  .
1. Jika f " ( x)  0 untuk semua x di dalam I, maka f cekung ke atas pada I.
2. Jika f " ( x)  0 untuk semua x di dalam I, maka f cekung ke bawah pada I.

Contoh 5 :
Diberikan fungsi f ( x)  x 3  3x  1 . Tentukan interval di mana grafik fungsi f di atas turun,
naik, cekung ke atas atau cekung ke bawah! Kemudian sketsakan grafik dari fungsi f tersebut!

Penyelesaian :
Diketahui f ( x)  x 3  3x  1 , maka f ' ( x)  3x 2  3 dan f " ( x)  6 x .
Syarat fungsi f naik : f ' ( x)  0 atau 3 x 2  3  0 , yaitu 3x 2  1  0 atau x 2  1  0 yang
tidak lain adalah x  1x  1  0 . Dengan menyelesaikan pertidaksamaan terakhir dan juga
sebaliknya diperoleh

Sehingga fungsi f naik pada interval  ,  1


atau 1,   dan f turun pada interval  1, 1 .
Selanjutnya dengan menyelesaikan 6 x  0
(+) (–) (+) dan 6 x  0 , dapat dilihat bahwa f cekung ke
atas pada interval 0,   dan f cekung ke
bawah pada interval  , 0  . Grafik dari
-1 1
fungsi f seperti diperlihatkan pada Gambar 10
berikut ini :
Nilai-nilai dari f ’

f ( x)  x 3  3 x  1
(– ) (+)

0
Nilai dari f ”

72
BAB 6 INTEGRAL TAK TENTU

1. DEFINISI DAN RUMUS DASAR


dF ( x)
Misalkan F (x) adalah fungsi yang turunannya F ' ( x)   f ( x) , maka F (x)
dx
dinamakan anti turunan (anti-derivatif) dari f (x) . Sebagai contoh F ( x)  x 2 adalah anti
dF ( x) d ( x 2 )
turunan dari f ( x)  2 x , karena F ' ( x)    2 x  f ( x) . Akan tetapi
dx dx
1
F ( x)  x 2  3 , F ( x )  x 2 
maupun F ( x)  x 2  c , dengan c sembarang konstanta juga
5
merupakan anti turunan dari f ( x)  2 x . Fakta ini memperlihatkan bahwa anti turunan dari
suatu fungsi tidak tunggal.
Anti turunan F ( x)  c , dengan c konstanta sembarang disebut integral tak tentu
(indefinite integral) dari f (x) dan dinotasikan dengan  f ( x) dx . Jadi kita punyai
 f ( x) dx  F ( x)  c ,
dengan f (x) disebut integrand.

Rumus-rumus Dasar Integral


Dalam menyelesaikan persoalan integral, rumus-rumus dasar yang seringkali
digunakan antara lain :
d
1.   f ( x) dx  f ( x)  c
dx
2.  (u  v) dx   u dx   v dx , dengan u dan v adalah fungsi dari x
3.  ku dx  k  u dx , dengan k konstanta dan u adalah fungsi dari x
n 1 n 1
4. x dx 
n 1
x  c , dengan n  1
dx
5.   ln x  c
x
ax
6.  a x dx   c , dengan a  0 dan a  1
ln a
x x
7.  e dx  e  c
8.  sin x dx   cos x  c
9.  cos x dx  sin x  c
10.  tan x dx  ln sec x  c
11.  cot x dx  ln sin x  c
12.  sec x dx  ln sec x  tan x  c
13.  csc x dx  ln csc x  cot x  c

73
14.  sec 2 x dx  tan x  c
15.  csc 2 x dx   cot x  c
16.  sec x tan x dx  sec x  c
17.  csc x cot x dx   csc x  c
dx x
18.   arcsin c
a x2 2 a
dx
19.   ln x  x 2  a 2  c
2 2
x a
dx
20.   ln x  x 2  a 2  c
2 2
x a
dx 1 x
21.  2 2
 arctan  c
a x a a
dx 1 xa
22.  2  ln c
a  x 2 2a x  a
dx 1 xa
23.  2 2
 ln c
x a 2a x  a
dx 1 x
24.   arc sec  c
2
x x a 2 a a
1 1 x
25.  a 2  x 2 dx  x a 2  x 2  a 2 arcsin  c
2 2 a
1 1
26.  x 2  a 2 dx  x x 2  a 2  a 2 ln x  x 2  a 2  c
2 2
1 1
27.  x 2  a 2 dx  x x 2  a 2  a 2 ln x  x 2  a 2  c
2 2

Contoh 1 :
Hitunglah integral-integral berikut ini :
1.  x 3 dx
dx
2. x 2

2
3.  (3x  10 x  7) dx
4.  (1  x) x dx
2 x3  3x 2  1
5.  dx
x2
6.  (3 sin t  2 cos t ) dt
2
7.  (3t  2 sin t ) dt

74
Penyelesaian :
3 1 4
1. x dx  x c
4
dx 2 1  2 1 1
2.  x   x dx   2  1 x
2
 c   x 1  c  
c
x
2 2
3.  (3x  10 x  7) dx   3x dx   10 x dx   7 dx  3 x 2 dx  10  x dx  7  dx
3 3 10
 x  c1  x 2  c2  7 x  c3  x 3  5 x 2  7 x  (c1  c2  c3 )
3 2
3 2
 x  5x  7 x  c
1 3
4.  (1  x) x dx   ( x  x x ) dx   x dx   x x dx   x 2 dx   x 2 dx
2 32 2 52 2 2
x  x  c  x x  x2 x  c

3 5 3 5
3 2
2 x  3x  1 dx 2 1
5.  2
dx  2  x dx  3 dx   2  x 2  3 x   c
x x 2 x
6.  (3 sin t  2 cos t ) dt  3 sin t dt  2 cos t dt  3 cos t  2 sin t  c
2 3
7.  (3t  2 sin t ) dt  3 t 2 dt  2  sin t dt  t 3  2( cos t )  c  t 3  2 cos t  c
3

2. TEKNIK-TEKNIK PENGINTEGRALAN
a. Metode Subsitusi
Integral dengan substitusi adalah suatu cara untuk menyelesaikan integral yang tidak
bisa diselesaikan secara langsung (dengan cara biasa). Integral yang akan dicari diselesaikan
dengan suatu pemisalan sehingga menjadi bentuk dasar. Kemudian disubstitusikan kembali.

Contoh 2 :
Hitunglah integral-integral berikut ini :
4
1.  (3x  1)  3 dx
2 2
2.  ( x  3x  2) (2 x  3) dx
4
3.  sin t cos t dt
2
4.  3x 3x  7 dx
x dx
5. x 2
1
2
6.  t cos(t  1) dt

Penyelesaian :
1.  (3x  1)
4
 3 dx  ?
Kita akan mencoba untuk mengubah ke bentuk rumus dasar dengan subsitusi.
Misalkan u  3 x  1 maka du  d (3 x  1) atau du  3 dx . Dengan demikian

75
4 1 1
 (3x  1)  3 dx   u 4 du  u 5  c  (3 x  1) 5  c
5 5
2.  (x
2
 3x  2) 2 (2 x  3) dx  ?
Misalkan u  x 2  3 x  2 maka du  d ( x 2  3 x  2) atau du  (2 x  3) dx . Dengan
1 1
demikian  ( x 2  3 x  2) 2 (2 x  3) dx   u 2 du  u 3  c  ( x 2  3 x  2) 3  c .
3 3
3.  sin
4
t cos t dt   ?
Misalkan z  sin t maka dz  d (sin t ) atau dz  cos t dt . Dengan demikian
4 1 5 1
 sin t cos t dt   z 4 dz  z  c  sin 5 t  c
5 5
4.  3x 3x 2  7 dx  ?
Misalkan y  3x 2  7 maka dy  d (3x 2  7) atau dy  6 x dx . Akibatnya
1
3 x dx  dy dan
2
1 1 1 1 2 3 1
 3x 3 x 2  7 dx   y ( dy )   y 2 dy   y 2  c  y y  c
2 2 2 3 3
1
 (3 x 2  7) 3 x 2  7  c
3
x dx
5. x 2
 ?
1
1
Misalkan u  x 2  1 maka du  d ( x 2  1) atau du  2 x dx , yaitu x dx  du .
2
x dx 1 du 1 1 1 1
Dengan demikian x 2
   (ln u  c)  ln x 2  1  c  ln x 2  1  k
1 2 u 2 2 2 2
6.  t cos(t
2
 1) dt  ?
1
Misalkan w  t 2  1 maka dw  d (t 2  1) atau dw  2t dt , yaitu t dt  dw .
2
1 1 1
Dengan demikian  t cos(t 2  1) dt   cos w dw  sin w  c  sin(t 2  1)  c .
2 2 2

b. Teknik Integral Parsial


Misalkan u dan v adalah fungsi-fungsi dari x yang dapat diturunkan, maka
d (uv)  u dv  v du atau u dv  d (uv)  v du . Selanjutnya dengan mengambil integral kedua
ruas pada persamaan terakhir diperoleh
 u dv   d (uv)   v du  uv   v du .
Dengan memanfaatkan hubungan di atas, kita dapat menghitung permasalahan
integral yang tidak dapat dikembalikan ke rumus dasar. Metode ini disebut teknik
pengintegralan parsial.
Yang perlu diperhatikan dari teknik integral parsial ini adalah :
1. Bagian yang terpilih sebagai dv harus mudah diintegralkan

76
2.  v du harus tidak lebih rumit daripada  u dv .
Pada umumnya teknik integral parsial ini digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan integral di mana integrand-nya mengandung perkalian fungsi-fungsi
transenden, perkalian fungsi transenden dengan fungsi polinom seperti : perkalian fungsi
logaritma dengan fungsi polinom, perkalian fungsi polinom dengan fungsi trigonometri,
perkalian fungsi eksponen dengan fungsi polinom, dsb. Selain itu, fungsi-fungsi yang tidak
terdapat pada rumus dasar seperti fungsi siklometri.

Contoh 3 :
Dengan menggunakan teknik pengintegralan parsial, selesaikan integral-integral berikui ini :
1.  x sin x dx
2.  ln x dx
x
3.  xe dx
Penyelesaian :
1.  x sin x dx   ?
Misalkan u  x dan dv  sin x dx , maka du  dx dan v   sin x dx   cos x
(konstanta sembarang c untuk sementara tidak dituliskan terlebih dahulu, setelah hasil
integral diperoleh tinggal ditambahkan). Dengan demikian
 x sin x dx   u dv  uv   v du  x( cos x)   ( cos x) dx   x cos x   cos x dx
  x cos x  sin x  c
2.  ln x dx  ?
1
Misalkan u  ln x dan dv  dx , maka du  dx dan v   dx  x . Dengan demikian
x
1
 ln x dx   u dv  uv   v du  x ln x   x  ( x dx)  x ln x   dx  x ln x  x  c .
3.  xe  x dx   ?
Misalkan u  x dan dv  e  x dx maka du  dx dan v   e  x dx  e  x . Dengan
x
demikian  xe dx   u dv  uv   v du  x(e  x )   (e  x ) dx   xe  x   e  x dx
  xe x  e  x  c .

c. Integral Fungsi Trigonometri


Dengan menggunakan teknik integrasi parsial dapat diperoleh rumus-rumus reduksi
terkait dengan fungsi trigonometri, di antaranya :
1 n 1
1.  cos n x dx  cos n 1 x sin x  cos n  2 x dx , dengan n bilangan asli
n n 
1 n 1
2.  sin n x dx   sin n 1 x cos x  sin n  2 x dx , dengan n bilangan asli
n n 
dx 1 sin x n2
3.  n
  secn x dx  ( n 1 )   secn  2 x dx , dengan n bilangan asli dan
cos x n  1 cos x n 1
n 1

77
dx 1 cos x n2
4.  sin   cscn x dx   ( n 1 )  csc n  2 x dx , dengan n bilangan asli
x n
n  1 sin x n 1 
dan n  1
m n sin m 1 x cos n 1 x n  1
5.  sin x cos x dx   sin m x cos n  2 x dx
mn mn
Di samping itu, untung menghitung integral dari fungsi trigonometri, kesamaan-kesamaan
berikut ini sangat bermanfaat, yaitu :
1. sin 2 x  cos 2 x  1
2. 1  tan 2 x  sec2 x
3. 1  cot 2 x  csc 2 x
1
4. sin 2 x  (1  cos 2 x)
2
1
5. cos 2 x  (1  cos 2 x)
2
6. 2 sin x cos x  sin 2 x
1
7. sin x cos y  sin( x  y )  sin( x  y )
2
1
8. sin x sin y  cos( x  y )  cos( x  y )
2
1
9. cos x cos y  cos( x  y )  cos( x  y )
2
1
10. (1  cos x)  2 sin 2 x
2
2 1
11. (1  cos x)  2 cos x
2

12. (1  sin x)  1  cos(  x)
2

Contoh 4 :
Hitunglah integral-integral berikut ini :
1.  cos6 x dx
7
2.  sin x dx
4
3.  csc x dx
4 3
4.  cos x sin x dx
5.  sin 2 x cos 5 x dx
Penyelesaian :
6 1 5
1.  cos x dx  cos5 x sin x   cos 4 x dx
6 6
1 5 1 3 
 cos5 x sin x   cos3 x sin x   cos 2 x dx 
6 6 4 4 
1 5 5 1
 cos 5 x sin x  cos 3 x sin x   (1  cos 2 x) dx
6 24 8 2

78
1 5 5 5
 cos 5 x sin x  cos3 x sin x  x  sin 2 x  c
6 24 16 32
1 6
2.  sin 7 x dx   sin 6 x cos x   sin 5 x dx
7 7
1 6 1 4 
  sin 6 x cos x   sin 4 x cos x   sin 3 x dx 
7 7 5 5 
1 6 24  1 2 
  sin 6 x cos x  sin 4 x cos x   sin 2 x cos x   sin x dx 
7 35 35  3 3 
1 6 8 16
  sin 6 x cos x  sin 4 x cos x  sin 2 x cos x  cos x  c
7 35 35 101
Atau integral di atas dapat dikerjakan sebagai berikut :
 sin x dx   sin x sin x dx   (sin x)  d (cos x)
7 6 2 3

   (1  cos 2 x )3 d (cos x)    (1  3 cos 2 x  3 cos 4 x  cos 6 x ) d (cos x)


3 1
 (cos x  cos3 x  cos 5 x  cos 7 x)  c
5 7
1 7 3 5 3
 cos x  cos x  cos x  cos x  c
7 5
1 cos x 2 1 cos x 2
3.  csc 4 x dx   3
  csc 2 x dx    cot x  c .
3 sin x 3 3 sin 3 x 3
1 3
4.  cos 4 x sin 3 x dx   sin 3 x cos 4 x dx  (sin 4 x cos 3 x)   sin 3 x cos 2 x dx
7 7
1 4 3  1 1 
 sin x cos 3 x   sin 4 x cos x   sin 3 x dx 
7 7 5 5 
1 3 3
 sin 4 x cos 3 x  sin 4 x cos x   sin 2 x  sin x dx
7 35 35
1 4 3 3
 sin x cos 3 x  sin 4 x cos x   (1  cos 2 x) d (cos x)
7 35 35
1 4 3 3
 sin x cos 3 x  sin 4 x cos x   (1  cos 2 x) d (cos x)
7 35 35
1 3 3 1
 sin 4 x cos 3 x  sin 4 x cos x  (cos x  cos3 x)  c
7 35 35 3
1 4 3 3 1
 sin x cos 3 x  sin 4 x cos x  cos x  cos3 x  c
7 35 35 35
1 1
5.  sin 2 x cos 5 x dx   sin(3 x )  sin 7 x  dx   ( sin 3 x  sin 7 x) dx
2 2
1 1 1 1 1
 ( cos 3 x  cos 7 x)  c  cos 3 x  cos 7 x  c
2 3 7 6 14

d. Metode Subsitusi yang Merasionalkan


Bentuk akar pada integrand sering kali menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan
integral yang bersangkutan. Dengan menggunakan substitusi yang tepat bentuk akar
tersebut dapat dirasionalkan.
Beberapa bentuk akar yang seringkali muncul dalam persoalan integral antara lain :
1. Bentuk n ax  b

79
n
Apabila di dalam integrand terdapat bentuk ax  b , substitusi u  n ax  b akan
merasionalkan integrand tersebut.
Contoh 5 :
Hitunglah integral-integral berikut ini :
a.  ( x x  3 ) dx
3
b.  (x x  4 )dx
x dx
c.  2x  7
Penyelesaian :
a.  ( x x  3 ) dx  ?
Misalkan u  x  3 maka u 2  x  3 dan 2u du  dx . Dengan demikian
2 4 2 2 5 3
 ( x x  3 ) dx   (u  3)u(2u du)   (2u  6u ) du  5 u  2u  c
2 2
 ( x  3 )5  2( x  3 ) 3  c  ( x  3) 2 x  3  2( x  3) x  3  c
5 5
b.  ( x x  4 )dx  ?
3

Misalkan u  3 x  4 maka u 3  x  4 dan 3u 2 du  dx . Dengan demikian


3 3 2 6 3 u7 4
 ( x x  4 ) dx   (u  4)u (3 u du )  3  ( u  4u ) du  3  u  c
7 
3 7 3 7 4
 u  3u 4  c  ( x  4) 3  3( x  4) 3  c
7 7
x dx
c.   ?
2x  7
Misalkan u  2 x  7 maka u 2  2 x  7 dan 2u du  2 dx atau u du  dx .
Dengan demikian
1 2
x dx 2 (u  7 ) 1 2 1 1 3 
 2 x  7  u (u du)  2  (u  7) du  2  3 u  7u   c

1 7 1 7
 u 3  u  c  ( 2 x  7 )3  2x  7  c
6 2 6 2
1 7
 ( 2 x  7) 2 x  7  2x  7  c .
6 2

2. Bentuk a 2  b 2 x 2 , a 2  b 2 x 2 atau b 2 x 2  a 2
Integral di mana integrand-nya mengandung salah satu dari bentuk tak rasional
a 2  b 2 x 2 , a 2  b 2 x 2 atau b 2 x 2  a 2 tetapi tidak memuat faktor tak rasional
lain, integral yang bersangkutan dapat diselesaikan dengan metode substitusi
trigonometri sebagai berikut :

80
Bentuk Substitusi
a
a 2  b2 x 2 x  tan t
b
a
a 2  b2 x 2 x  sin t
b
a
b2 x 2  a 2 x  sec t
b

Contoh 6 :
Hitunglah integral-integral berikut ini :
dx
a. 
x 4  x2
2

9  4x2
b.  dx
x
x 2 dx
c. 
x2  2x
Penyelesaian :
dx
a.   ?
x 4  x2
2

Pada integral ini, integrand mengandung bentuk tak rasional 4  x 2 dan tidak
ada faktor tak rasional yang lain. Dengan menggunakan substitusi x  2 tan t
diperoleh dx  2 sec2 t dt . Perhatikan gambar berikut :

4  x2
4  x 2  4  4 tan 2 t  4(1  tan 2 t )
x
 4 sec 2 t  2 sec t
t

Dengan demikian
dx 2 sec 2 t dt 1 sec t 1 cos 2 t
 
 x 2 4  x 2  (4 tan 2 t )(2 sec t ) 4  tan 2 t dt  dt
4  sin 2 t cos t
1 1 1 1
  sin  2 t cos t dt   sin  2 t d (sin t )   sin 1 t  c   c
4 4 4 4 sin t
4  x2
 c
4x
9  4x2
b.  x dx  ?
3 3
Subsitusi x  sin t maka dx  cos t dt . Selanjutnya
2 2

81
Dengan demikian,
9  4 x2 3 cos t  3 
 dx   cos t dt 
x 3 sin t  2 
3 2
2x cos 2 t 1  sin 2 t
 3 dt  3 dt
sin t sin t
t  3(  csc t dt   sin t dt )
9  4x2  3(ln csc t  cot t  cos t )  c
3  9  4x2
 3 ln  9  4 x2  c
x

x 2 dx
c.   ?
x2  2x
x 2 dx x 2 dx
Perhatikan bahwa   . Oleh karena itu substitusikan
x2  2x ( x  1) 2  1
x  1  sec t dan diperoleh dx  sec t tan t dt . Dengan demikian x 2  (1  sec t )t
dan ( x  1) 2  1  sec2 t  1  tan 2 t  tan t . Dengan demikian diperoleh
x 2 dx x 2 dx
 
x2  2x ( x  1) 2  1
(1  sec t ) 2 (sec t tan t dt )
x–1 
tan t
x2  2x
  (1  2 sec t  sec 2 t ) sec t dt
t   sec t dt  2  sec2 t dt   sec3 t dt
1   sec t dt  (2 tan t  c1 )
1 sin t 1
(  sec t dt )
2 cos 2 t 2 
1 3
 2 tan t  sec t tan t  c1   sec t dt
2 2
1
 2 tan t  sec t tan t  c1
2
3
 ln sec t  tan t  c2
2
1
 2 tan t  sec t tan t
2
3
 ln sec t  tan t  (c1  c2 )
2

x 2 dx x 2 dx 1
atau    2 x 2  2 x  ( x  1) x 2  2 x
2
x  2x 2
( x  1)  1 2

82
3
 ln x  1  x 2  2 x  c
2
x 2 dx 1 3
yaitu   ( x  3) x 2  2 x  ln x  1  x 2  2 x  c .
x  2x 2
2 2

e. Integrasi Fungsi Rasional


Sebelum lebih jauh meninjau integral fungsi rasional, terlebih dahulu akan diberikan
pengertian fungsi rasional. Fungsi rasional (pecahan) adalah suatu fungsi yang merupakan
hasil bagi dua buah suku banyak (polinom). Dengan perkataan lain, suatu fungsi F (x)
p ( x)
disebut fungsi rasional jika F ( x)  , dengan p(x) dan q(x) adalah polinom-polinom.
q ( x)
x3
Sebagai contoh F ( x)  2
adalah fungsi rasional dengan p ( x)  x 3 dan q ( x )  x 2  1 .
x 1
Selanjutnya fungsi rasional dibedakan menjadi dua jenis, yaitu fungsi rasional sejati
dan fungsi rasional yang tidak sejati. Fungsi rasional dikatakan sejati jika derajat (pangkat)
pembilang lebih kecil dari derajat penyebut, sedangkan dikatakan tidak sejati jika derajat
pembilang lebih besar atau sama dengan derajat penyebutnya. Sebagai contoh fungsi rasional
x3
F ( x)  2 adalah fungsi rasional tidak sejati karena derajat p(x) = 3 > 2 = derajat q(x) ,
x 1
x 1
sedangkan fungsi rasional G ( x)  2 merupakan fungsi rasional yang sejati karena
x  4 x  12
derajat pembilang = 1 < 2 = derajat penyebut.
Perlu diperhatikan bahwa setiap fungsi rasional tidak sejati senantiasa dapat dituliskan
sebagai jumlahan sebuah polinom dan fungsi rasional sejati, sebagai contoh fungsi rasional
x3 1
H ( x)   ( x 2  x  1)  . Hasil ini dapat diperoleh dengan melakukan pembagian
x 1 x 1
pembilang dengan penyebut, seperti diberikan pada diagram berikut :

x2  x  1
x  1 x3

x3  x2
_________ 
x2
x2  x
__________ 
x
x 1
__________ 
1 (sisa pembagian, berderajat lebih kecil dari derajat pembagi)

Sebagaimana kita ketahui, karena polinom mudah diintegralkan, maka persoalan


mengintegralkan fungsi rasional terletak pada persoalan mengintegralkan fungsi rasional
sejati. Namun yang menjadi pertanyaan apakah fungsi rasional sejati senantiasa dapat

83
diintegralkan? Secara teori, jawabannya adalah senantiasa dapat, meskipun untuk mencarinya
tidak selamanya mudah dilakukan.
Untuk menghitung integral fungsi rasional sejati, kita berusaha menyatakan fungsi
tersebut sebagai penjumlahan pecahan bagian yang sederhana, di mana penyebutnya dapat
p ( x)
berupa fungsi linier atau fungsi kuadrat. Dari fungsi rasional sejati F ( x)  , bentuk
q ( x)
pecahan sederhana tersebut bergantung pada faktor dari q(x) yang merupakan penyebut
fungsi tersebut. Terdapat empat buah kasus dalam hal ini, yaitu :
1. Jika q (x) merupakan perkalian n buah faktor linier yang berlainan atau
q ( x)  (a1 x  b1 )(a 2 x  b2 )  (a n x  bn )
A1 A2 An
maka F ( x)    , dengan A1 , A2 , ..., An adalah
a1 x  b1 a 2 x  b2 a n x  bn
konstanta-konstanta yang akan dicari.

Contoh 7 :
x 1
Hitunglah x 2
dx   !
 4 x  12
Penyelesaian :
x 1 x 1
Pandang fungsi rasional sejati F ( x)  2
 , tampak bahwa
x  4 x  12 ( x  2)( x  6)
penyebut merupakan perkalian antara 2 faktor linier yang berlainan, oleh karena itu
x 1 A B
  ,
( x  2)( x  6) x  2 x  6
dengan A dan B adalah konstanta-konstanta yang akan dicari.
Jika kedua ruas persamaan di atas dikalikan dengan ( x  2)( x  6) , maka diperoleh
x  1  A( x  6)  B( x  2)  Ax  6 A  Bx  2 B  ( A  B ) x  (6 A  2 B) .
Selanjutnya dengan menyamakan koefisien pada kedua ruas persamaan terakhir
1
diperoleh A  B  1 dan  6 A  2 B  1 , yang apabila diselesaikan didapat A  dan
8
7
A  . Dengan demikian
8
1 7
x 1 A B
   8  8
( x  2)( x  6) x  2 x  6 x  2 x  6
Akibatnya
x 1 x 1 1 1 7
 x 2  4 x  12 dx   ( x  2)( x  6) dx  8  ( x  2  x  6 ) dx
1 dx dx 1 d ( x  2) d ( x  6)
 (  7 )  [  7 ]
8 x2 x6 8 x2 x6
1 1 7
 (ln x  2  7 ln x  6 )  c  ln x  2  ln x  6  c .
8 8 8
2. Jika pada q (x) terdapat faktor linier ax  b berulang m kali atau q ( x )  (ax  b) m ,
A1 A2 Am
maka F ( x)   2
 , dengan A1 , A2 , ..., Am adalah
ax  b (ax  b) (ax  b) m
konstanta-konstanta yang akan dicari.

84
Contoh 8 :
Hitunglah integral-integral berikut ini :
x 1
a.  dx
( x  3) 2
x4
b.  dx
x( x  2) 2
Penyelesaian :
x 1
a.  dx   ?
( x  3) 2
x 1
Pandang fungsi rasional sejati , karena penyebut memuat faktor linier
( x  3) 2
x  3 yang berulang 2 kali maka fungsi di atas dapat dituliskan menjadi
x 1 A B
2
  , dengan A dan B adalah konstanta-konstanta yang
( x  3) x  3 ( x  3) 2
akan ditentukan. Dengan mengalikan kedua ruas persamaan di atas dengan
( x  3) 2 diperoleh x  1  A( x  3)  B  Ax  (3 A  B) . Selanjutnya dengan
menyamakan koefisien pada kedua ruas persamaan terakhir didapat A  1 dan
 3 A  B  1 akibatnya B  4 .
x 1 A B 1 4
Dengan demikian 2
  2
  dan
( x  3) x  3 ( x  3) x  3 ( x  3) 2
x 1 1 4 d ( x  3) d ( x  3) 4
 ( x  3) 2 dx   [ x  3  ( x  3) 2 ] dx   x  3  4 ( x  3) 2  ln x  3  x  3  c
x4
b.  x ( x  2) 2
dx   ?

x4
Pandang bentuk rasional sejati , karena penyebut mempunyai sebuah
x ( x  2) 2
faktor linier x dan faktor linier x  2 yang berulang 2 kali, maka bentuk di atas
x4 A A A3
dapat dinyatakan sebagai 2
 1 2  , dengan A1 , A2 dan
x( x  2) x x  2 ( x  2) 2
A3 adalah konstanta-konstanta yang akan ditentukan.
Dengan mengalikan kedua ruas persamaan di atas dengan x( x  2) 2 diperoleh
x  4  A1 ( x  2) 2  A2 x( x  2)  A3 x  A1 x 2  4 A1 x  4 A1  A2 x 2  2 A2 x  A3 x
 ( A1  A2 ) x 2  (4 A1  2 A2  A3 ) x  4 A1 .
Selanjutnya dengan menyamakan koefisien pada kedua ruas persamaan terakhir
diperoleh : A1  A2  0 ,  4 A1  2 A2  A3  1 dan 4 A1  4 , yang bila diselesaikan
diperoleh A1  1 , A2  1 dan A3  3 . Dengan demikian
x4 A A A3 1 1 3
2
 1 2  2
   dan
x( x  2) x x  2 ( x  2) x x  2 ( x  2) 2
x4 1 1 3 dx d ( x  2) d ( x  2)
 x( x  2) 2 dx   [ x  x  2  ( x  2) 2 ] dx   x   x  2  3 ( x  2) 2

85
3 x 3
 ln x  ln x  2   c  ln  c
x2 x2 x2

3. Jika q (x) merupakan perkalian n buah faktor kuadrat yang berlainan, yaitu
q ( x)  (a1 x 2  b1 x  c1 )(a 2 x 2  b2 x  c 2 )  (a n x 2  bn x  c n ) , maka
A1 x  B1 A2 x  B2 An x  Bn
F ( x)  2
 2
 ,
a1 x  b1 x  c1 a 2 x  b2 x  c 2 a n x 2  bn x  c n
dengan A1 , A2 , ..., An , B1 , B2 , ..., Bn adalah konstanta-konstanta yang akan dicari.

Contoh 9 :
2x  4
Hitunglah  (x 2
dx  ?
 1)( x 2  x  1)
Penyelesaian :
2x  4
Perhatikan bahwa fungsi rasional sejati , penyebutnya mempunyai
( x  1)( x 2  x  1)
2

2 buah faktor kuadrat berlainan, oleh karena itu bentuk pecahan di atas dapat
2x  4 A x  B1 A2 x  B2
dituliskan menjadi 2 2
 12  2 , dengan A1 , A2 , B1
( x  1)( x  x  1) x 1 x  x 1
dan B2 adalah konstanta-konstanta yang akan dicari.
Selanjutnya dengan mengalikan kedua ruas persamaan dengan ( x 2  1)( x 2  x  1)
diperoleh 2 x  4  ( A1 x  B1 )( x 2  x  1)  ( A2 x  B2 )( x 2  1)
 A1 x 3  ( A1  B1 ) x 2  ( A1  B1 ) x  B1  A2 x 3  B2 x 2  A2 x  B2
 ( A1  A2 ) x 3  ( A1  B1  B2 ) x 2  ( A1  A2  B1 ) x  ( B1  B2 )
dan dengan menyamakan koefisien pada kedua ruas persamaan di atas diperoleh
A1  A2  0 , A1  B1  B2  0 , A1  A2  B1  2 dan B1  B2  4 . Sehingga dengan
menyelesaikan sistem persamaan linier tersebut didapat A1  4 , A2  4 , B1  2 dan
B2  6 . Dengan demikian
2x  4 A x  B1 A2 x  B2 4 x  2 4x  6
2 2
 12  2  2  2 dan
( x  1)( x  x  1) x 1 x  x 1 x 1 x  x 1
2x  4 4x  2 4x  6 4x  2 4x  6
 ( x 2  1)( x 2  x  1) dx   ( x 2  1  x 2  x  1) dx   x 2  1 dx   x 2  x  1
2 x dx dx (2 x  1)  2
 2 2  2 2  2 2
x 1 x 1 x  x 1
2x  1 dx
 2 ln ( x 2  1)  2 arctan x  2  2  4 2
x  x 1 x  x 1
dx
 2 ln ( x 2  1)  2 arctan x  2 ln ( x 2  x  1)  4 
( x  2 )  ( 23 ) 2
1 2

8 2x  1
 2 ln ( x 2  1)  2 arctan x  2 ln ( x 2  x  1)  arctan c
3 3
4. Jika terdapat faktor kuadrat yang berulang m kali pada q (x) , misalkan
q ( x )  (ax 2  bx  c) m , maka

86
A1 x  B1 A2 x  B2 Am x  Bm
F ( x)  2
 2 2
 ,
ax  bx  c (ax  bx  c) (ax 2  bx  c ) m
dengan A1 , A2 , ..., Am , B1 , B2 , ..., Bm adalah konstanta-konstanta yang akan dicari.

Contoh 10 :
x  16
Hitunglah  x( x
2
dx  ?
 4) 2
Penyelesaian :
x  16
Perhatikan bahwa fungsi rasional sejati , pada penyebutnya memuat
x( x 2  4) 2
sebuah bentuk linier x dan bentuk kuadrat x 2  4 yang berulang sebanyak 2 kali, oleh
karena itu bentuk di atas dapat dituliskan sebagai
x  16 A B x  C1 B2 x  C 2
2 2
 1  12  2 ,
x( x  4) x x 4 ( x  4) 2
dengan A1 , B1 , B2 , C1 dan C 2 adalah konstanta-konstanta yang akan dicari.
Dengan mengalikan kedua ruas pada persamaan di atas dengan x( x 2  4) 2 diperoleh
x  16  A1 ( x 2  4) 2  ( B1 x  C1 ) x( x 2  4)  ( B2 x  C 2 ) x
 A1 x 4  8 A1 x 2  16 A1  B1 x 4  C1 x 3  4 B1 x 2  4C1 x  B2 x 2  C 2 x
 ( A1  B1 ) x 4  C1 x 3  (8 A1  4 B1  B2 ) x 2  (4C1  C 2 ) x  16 A1 .
Dengan menyamakan koefisien pada kedua ruas persamaan terakhir diperoleh :
A1  B1  0 , C1  0 , 8 A1  4 B1  B2  0 , 4C1  C 2  1 dan 16 A1  16 , yang bila
diselesaikan didapat A1  1 , B1  1 , B2  4 , C1  0 dan C 2  1 . Dengan demikian
x  16 A B x  C1 B2 x  C 2 1 x 4x  1
2 2
 1  12  2 2
  2  2 dan
x( x  4) x x 4 ( x  4) x x  4 ( x  4) 2
x  16 1 x 4x  1
 x( x 2  4) 2 dx   [ x  x 2  4  ( x 2  4) 2 ] dx
dx 1 d ( x 2  4) 2x dx
    2  2 2 2
dx   2
x 2 x 4 ( x  4) ( x  4) 2
1 2 dx
  ln x  ln ( x 2  4)  2  2 .
2 x 4 ( x  4) 2
dx
Pandang integral  2  ?
( x  4) 2
1 4x
Misalkan u  2 2
 ( x 2  4) 2 dan dv  dx maka du   2 dan v  x .
( x  4) x 4
Dengan demikian
dx
 ( x 2  4) 2   u dv  uv   v du
x 4x x x2
  x (  dx )   4  x 2  4 dx
( x 2  4) 2  x2  4 ( x 2  4) 2
x 4 x dx
 2 2
 4 (1  2 ) dx  2 2
 4  dx  16  2
( x  4) x 4 ( x  4) x 4

87
x x
 2 2
 4 x  8 arctan  c .
( x  4) 2
Sehingga integral yang ditanyakan adalah
x  16 1 2 2 dx
 x( x 2  4) 2 dx   ln x  2 ln ( x  4)  x 2  4   ( x 2  4) 2
1 2 x x
  ln x  ln ( x 2  4)  2  2 2
 4 x  8 arctan  c
2 x  4 ( x  4) 2
2 x 1 x
 4x  2  2 2
 ln x  ln ( x 2  4)  8 arctan  c .
x  4 ( x  4) 2 2

88
BAB 7 INTEGRAL TENTU

Misalkan f(x) adalah fungsi yang terdefinisi pada interval a ≤ x ≤ b, maka notasi
b b

 f ( x) dx atau  f ( x) dx
x a a

dinamakan integral tentu fungsi f(x) dari a ke b, di mana


f(x) : dinamakan integrand
a : batas bawah integrasi dan
b : batas atas integrasi.

A. SIFAT-SIFAT INTEGRAL TENTU


Misalkan f(x) dan g(x) adalah fungsi-fungsi yang terdefinisi pada interval tertutup
a ≤ x ≤ b, maka berlaku :
a
1.  f ( x) dx  0
a
b a
2.  f ( x) dx    f ( x) dx
a b

3. Misalkan f(x) = k, dengan k suatu konstanta, maka


b b

 f ( x) dx   k dx  k (b  a )
a a
b b
4.  kf ( x ) dx  k  f ( x) dx , dengan k sembarang konstanta
a a
b c b
5.  f ( x) dx   f ( x ) dx   f ( x) dx , dengan a  c  b
a a c
b b b
6.   f ( x)  g ( x)dx   f ( x) dx   g ( x) dx .
a a a

Contoh 1 :
1 2 1 2
Misalkan  f ( x) dx  2 ,  f ( x) dx  3 ,  g ( x) dx  1
0 1 0
dan  g ( x) dx  4 .
0
Dengan

menggunakan sifat-sifat integral tertentu hitunglah integral-integral berikut ini :


2
1.  f ( x) dx
0
2
2.   f ( x)  2 g ( x)dx
0

89
2
3.  g ( x) dx
1
1
4.  3 f ( x) dx
2
1
5.  g ( x) dx
1

Penyelesaian :
1. Dengan menggunakan sifat no. 5 integral tentu diperoleh
2 1 2

 f ( x) dx   f ( x ) dx   f ( x ) dx  2  3  5 .
0 0 1

2. Dengan menggunakan sifat no. 6 dan dilanjutkan dengan sifat no. 4 serta hasil pada
no. 1 di atas diperoleh
2 2 2 2 2

  f ( x)  2 g ( x)dx   f ( x) dx   2 g ( x) dx   f ( x) dx  2 g ( x) dx
0 0 0 0 0

 5  2  4  5  8  13 .
2 1 2
3. Dari sifat no. 5, diketahui bahwa  g ( x) dx   g ( x) dx   g ( x) dx , dengan demikian
0 0 1
2 2 1

 g ( x) dx   g ( x) dx   g ( x) dx  4  (1)  4  1  5 .
1 0 0

4. Dengan menggunakan sifat no. 4 dan dilanjutkan sifat no. 2 diperoleh


1 1 2

 3 f ( x) dx  3 f ( x) dx  3 f ( x) dx  3  3  9 .
2 2 1
1
5. Dari sifat no. 1, diperoleh  g ( x) dx  0 .
1

Soal Latihan :
1 2 2
Jika diketahui  f ( x) dx  4 ,  f ( x) dx  2 dan  g ( x) dx  3 . Hitunglah setiap integral
0 0 0

berikut ini :
2
1.  f ( x) dx
1
0
2.  f ( x) dx
1
2
3.  f (u) du
0

90
2
4.  2 g ( x)  3 f ( x)dx
0
2
5.  f ( x) dx
0

B. NILAI INTEGRAL TENTU


Untuk menentukan nilai integral tentu dari suatu fungsi digunakan Teorema Dasar
Kalkulus Integral, yang mengatakan :
Jika f(x) adalah suatu fungsi yang kontinu pada interval a ≤ x ≤ b dan F(x) adalah suatu
integral tak tentu dari f(x), maka

b
b
 f ( x) dx  F ( x)
a
a
 F (b)  F (a ) .

Contoh 2 :
Dengan menggunakan Teorema Dasar Kalkulus Integral, hitunglah integral-integral
berikut ini :
2
4
1. x dx
1
3
2
2. t 3
dt
1
2
2
3.  (3x  2 x  3) dx
1

2

4.  cos x dx
0

2
5.  2 sin t dt

6

Penyelesaian :
2 2
1 1 1 33
4

5 1 5 5

1.  x dx  x 5  25  (1)5  32  1  .
5

1
3 3 3
2 3 2 3 1 1 1 1   8 8
2. 1 t 3 dt  1 2t dt   t 1   t 2 1   32  12    9  1    9   9 .

91
2
3.  (3x
2
 2 x  3) dx  x 3  x 2  3 x
2

1
   3 2

 23  2 2  3  2   1   1  3   1
1

 8  4  6   1  1  3  10   5  10  5  15 .

2
 
4.  cos x dx  sin x
0
2
0
 sin
2
 sin 0  1  0  1 .


2 
    1   1 
5.  2 sin t dt   2 cos t 2
  2 cos  cos   2 0  3   2  3  3 .
6  2 6  2   2 
6

Selanjutnya akan diberikan beberapa contoh persoalan integral tentu yang dapat
diselesaikan dengan teknik-teknik pengintegralan yang sudah dikenal.

Contoh 3 :
Dengan menggunakan Teorema Dasar Kalkulus Integral, tentukanlah nilai integral-
integral berikut ini :
1

 x1  x  dx
2
1.
0
2

 2  x 
2
2. dx
0

2
2
3.  cos x sin x dx
0
4
4.  x  2 dx
1
e
5.  ln x dx
1
10
dx
6. 
6
x2
8
x dx
7. 
4 x 2  15
2
dx
8. x 2
2
4
27
dx
9. xx 1
3
8
0
x3
10.  x 2  x  1 dx
1 2

92
Penyelesaian :
1 1 1 1

1.  x1  2

x dx   x 1  2 x  x dx     3 1

4 5 1
x  2 x  x dx  x 2  x 2  x 3
2

2
2

5 3 0
0 0 0

1 4 5 1  1 4 5 1 
   12   12   13     0 2   0 2   03 
2 5 3  2 5 3 
1 4 1 15  24  10 1
      0  0  0   0 .
 2 5 3 30 30
2 2 2 1
2 2 2 1 3
2.  2  x  dx   2  x  d x  2    2  x  d 2  x    2  x 
0 0 0
3 0

1
 2  23  2  03   1 03  23   1 0  8   1  8  8 .
  
3 3 3 3 3
  
2 2
1 2
1  
3.  cos x sin x dx    cos x d cos x    cos3 x    cos3  cos 3 0 
2 2

0 0
3 0 3 2 
1 3 3 1 1

3
 3

0  1    1  .
3
4
4.  x  2 dx  ?
1

 x  2, untuk x  2  0 atau x  2
Perhatikan bahwa x  2   .
   x  2  2  x, untuk x  2  0 atau x  2
Dengan demikian
4 2 4 2 4
1 2 1
 x  2 dx   2  x  dx    x  2 dx  2 x  x  x2  2x
1 1 2
2 1 2 2

 1   1  1  1 
  2  2   22    2  1   12     42  2  4     22  2  2 
 2   2   2   2 
 4  1   16  4   1
  4     2      8     4   4  2    2    8  8  2  4 
 2  2  2  2   2
3 3 5 1
 2  0   2   4    2 .
2 2 2 2
e
e
5.  ln x dx  x ln x  x 0
 e ln e  e   ln 1  1  e  e   0  1  0   1  1 .
1

6. Diserahkan kepada pembaca sebagai latihan.

C. INTEGRAL TAK WAJAR


b
Integral tentu  f ( x) dx disebut integral tak wajar (integral tak sebenarnya) jika :
a

1. Integrand f (x) mempunyai satu atau lebih titik diskontinu pada interval a ≤ x ≤ b
atau

93
2. Paling sedikit satu dari batas integralnya adalah tak hingga.

A. Kasus 1
Pada kasus 1, terdapat 3 (tiga) kemungkinan mengenai titik diskontinu dari integrand
f (x) , yaitu :
a. Jika f (x) kontinu pada interval a  x  b tetapi diskontinu (tidak kontinu) di titik
b b 
x  b , maka  f ( x) dx  lim  f ( x) dx , asalkan nilai limit ini ada.
 0
a a

Contoh 1 :
3
dx
Hitunglah   ?
0 9  x2

Penyelesaian :
1
Perhatikan bahwa integrand f ( x)  tidak kontinu di x  3 , yang
9  x2
merupakan batas atas integrasi, dengan demikian
3 3 3
dx dx x 3 0
  lim   lim arcsin  lim arcsin  arcsin
0 9 x 2  0
0 9 x 2  0 30  0 3 3
 
 arcsin 1  arcsin 0  0 .
2 2

b. Jika f (x) kontinu pada interval a  x  b tetapi diskontinu di titik x  a , maka


b b

 f ( x ) dx  lim  f ( x) dx , asalkan limit ini ada.


 0
a a 

Contoh 2 :
2
1
Hitunglah  x dx   ?
0

Penyelesaian :
1
Perhatikan bahwa integrand f ( x)  tidak kontinu pada titik x  0 , yang
x
merupakan batas bawah integralnya, dengan demikian
2 2
1 1 2 2
0 x  0  0 x dx  lim
dx  lim ln x 0    ln 2  lim ln(0   )  ln 2  ln 0  ln   ,
0 
 0 0
2
1
Dengan kata lain limit ini tidak ada, jadi  x dx
0
tidak berarti (meaningless).

c. Jika f (x) kontinu pada interval a  x  b tetapi diskontinu di titik x  c , dengan


b c  b
a  c  b , maka  f ( x ) dx  lim  f ( x) dx  lim  f ( x)dx , asalkan kedua nilai
 0  0
a a c 
limit di atas ada.

94
Contoh 3 :
4
dx
Hitunglah  3
 ?
0 x 1

Penyelesaian :
1
Perhatikan bahwa integrand f ( x)  3
tidak kontinu pada titik x  1 yang
x 1
terletak di antara batas-batas integrasinya, dengan demikian
4 1  4
dx dx dx 3 2 1 
x  13  lim 3 x  13
2 4
 lim  lim
0 3 x  1  0  0 3 x  1  0  1 3 x  1  lim
0 2

0  0 2 1 

3 3 3 3 2 3
 0  2
2
 lim    3    lim  3 9   3  
2   0  2 2  2
 9  1.
3

B. Kasus 2
Pada kasus 2 ini terdapat tiga kemungkinan terhadap batas tak hingga dari integralnya
yaitu :
 v
a. Jika f (x) kontinu pada interval a  x  v , maka  f ( x) dx  lim  f ( x) dx ,
v  
a a
asalkan nilai limit ini ada.
Contoh 4 :

dx
Hitunglah x 2
 ?
0
4

Penyelesaian :
Karena salah satu batasnya merupakan tak hingga maka
 v v
dx dx 1 x 1 v 0
0 x 2  4  vlim 
0
2
  x  4
 lim arctan   lim arctan  arctan 
2 v   2 0 2 v   2 2
1   
   0  .
22  4

b b
b. Jika f (x) kontinu pada interval u  x  b , maka  f ( x ) dx  lim  f ( x) dx ,
u  
 u
asalkan nilai limit ini ada.
Contoh 5 :
0
Hitunglah e
2x
dx   ?


Penyelesaian :
Karena batas bawah integrasinya berupa tak hingga, maka
0 0 0
1 1 1
2x
e dx  ulim
   u   2 u   2

e 2 x dx  lim e 2 x  lim 1  e 2u  .
2

u u

95
c. Jika f (x) kontinu pada interval u  x  v , maka
 a v

 f ( x) dx  lim  f ( x) dx  lim  f ( x) dx , asalkan nilai limit ini ada.



u  
u
v  
a

Contoh 6 :

dx
Hitunglah  1  4x 2
 ?


Penyelesaian :
Karena kedua batas integral merupakan batas tak berhingga, maka
 0 v 0 v
dx dx dx 1 1
 1  4 x 2  ulim  lim   lim arctan 2 x  lim arctan 2 x
   1  4 x 2 v   1  4 x 2 u   2 v   2
u 0 u 0

 1 1 
 lim    arctan 2u  lim arctan 2v  .
u  
 2 v   2 2

Soal Latihan :
Hitunglah integral-integral berikut ini :
1
dx
1. 
0 x
4
dx
2. 4x
0
2
dx
3. 
2 4  x2
4
dx
4.  x  2 
3 2
0

dx
5. x 2
1
0
dx
6.  4  x  2


 x2
7.  xe dx


96
BAB 8 PENGGUNAAN INTEGRAL TENTU

Menurut sejarah, konsep dasar dari integral tentu telah lama dikenal sejak jaman
Yunani Kuno, jauh sebelum kalkulus diferensial ditemukan. Pada abad ke-17, Isaac Newton
(1642 – 1727) dan Gottfried Wilhelm Leibnitz (1646 – 1716) berturut-turut dan secara
terpisah menunjukkan bahwa kalkulus dapat digunakan untuk menentukan luas daerah
(bidang datar) yang dibatasi oleh suatu kurva atau oleh sejumlah kurva-kurva, yaitu dengan
menghitung integral tentu atau anti derivatifnya.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, terdapat hubungan yang erat antara luas
daerah di bawah suatu kurva dengan konsep integral tentu. Berpijak dari kenyataan ini, kita
dapat menggunakan konsep integral tentu dalam penghitungan luas bidang datar dan volume
benda putar.

Menghitung Luas Bidang Datar


Terdapat beberapa kondisi (kemungkinan) terdapat daerah atau bidang datar yang
akan kita tentukan luasnya.
A. Daerah di Atas Sumbu-X

Y Misalkan y  f  x  adalah fungsi yang


kontinu pada interval a xb dan
f  x   0 pada interval tersebut, maka luas

y  f x daerah yang dibatasi oleh kurva y  f  x  ,


R
garis x  a , garis x  b dan sumbu- X
X
xa xb diberikan oleh :
b
L   f  x dx
a

Contoh 1 :
Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh kurva y  3 , garis x  1 , garis x  5 dan sumbu-
X

Pembahasan :
Sebelum mencari luas daerah yang ditanyakan, akan sangat membantu apabila kita dapat
menggambarkan daerah yang akan dicari luasnya terlebih dahulu.

97
Y Luas bidang datar atau daerah empat persegi
panjang R pada gambar di samping adalah
5 5
5
L   y dx   3 dx  3 x 1
y3
1 1

R  35  1  3  4  12 satuan luas. 

X Hasil ini sesuai dengan luas empat persegi


x 1 x5 panjang, yaitu L  p  l  5  13  0  12 .

Soal Latihan
Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh kurva-kurva berikut ini :
1. Garis y  x , garis x  1 , garis x  3 dan sumbu- X .

2. Kurva y  x 2 , garis x  2 , garis x  5 dan sumbu- X .

3. Kurva y  x 2  1 , garis x  1 , garis x  2 dan sumbu- X .

4. Parabola y  4 x  x 2 , garis x  1 , garis x  3 dan sumbu- X .

B. Daerah di Bawah Sumbu-X

Y Misalkan y  f  x  adalah fungsi yang

X kontinu pada interval a xb dan


R f  x   0 pada interval tersebut, maka luas
daerah yang dibatasi olek kurva y  f  x  ,
y  f x
garis x  a , garis x  b dan sumbu- X
xa xb diberikan oleh :
b
L    f  x dx
a

Dari dua kondisi (A) dan (B) di atas, secara umum luas daerah (bidang datar) yang
dibatasi oleh kurva y  f  x  , garis x  a , garis x  b dan sumbu- X adalah :
b
L   f  x  dx
a

98
Contoh 2 :
Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh parabola y  x 2  4 x , garis garis x  1 , garis
x  4 dan sumbu- X .

Pembahasan :
Sekali lagi, akan sangat membantu apabila kita dapat menggambarkan terlebih dahulu
daerah (bidang datar) yang akan ditentukan luasnya.

Y Karena daerah yang akan dicari luasnya


berada di bawah sumbu- X , maka
y  x2  4x 4
1 4

L    x 2  4 x dx    x 3  2 x 2 
1  3 1
1 
X
   
   43  13  2 42  12 
R 3 
1 
    63  2  15  21  30
3 
x 1 x4
  9  9 satuan luas. 

Soal Latihan :
Tentukan luas daerah (bidang datar) yang dibatasi oleh parabola y  x 2  2 x  3 , garis
x  2 , garis x  1 dan sumbu- X .

C. Daerah di Kanan Sumbu-Y

Y Misalkan x  f  y  adalah fungsi yang

x  f  y kontinu pada interval c  y  d dan


yd
f  y   0 pada interval tersebut, maka
luas daerah yang dibatasi oleh kurva
R X
x  f  y  , garis y  c , garis y  d dan
yc
sumbu- Y diberikan oleh :
d
L   f  y dy
c

99
Contoh 3 :
Tentukan luas bidang datar yang dibatasi oleh garis 4 x  3 y  12 , garis y  1 , garis y  3
dan sumbu- Y .

Pembahasan :
Sebagaimana telah diberikan pada contoh-contoh sebelumnya, akan sangat membantu
apabila, kita dapat menggambarkan daerah yang akan dicari luasnya.

Y
Karena daerah yang akan dicari luasnya
berada di sebelah kanan sumbu- Y dan
y3 melibatkan persamaan garis dalam y
R sebagai batas-batasnya, maka integrasi akan
y 1
lebih mudah jika kita lakukan terhadap y .
X
4 x  3 y  12 Dari persamaan garis 4 x  3 y  12
1
diperoleh x  12  3 y   4  3 y .
4 4
Dengan demikian luas daerah yang diarsir adalah
3 2 3
 3  3  3   3 
L   x dy    4  y  dy  4 y  y 2   4  3   32    4 1  12 
1 1
4  8 1  8   8 

 27   3 3 27
 12     4    12  4    8  3  5 satuan luas. 
 8   8 8 8

Soal Latihan
Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh :
1. Parabola x  6 y  y 2 dan garis x  0 .

2. Parabola x   y 2  y  2 dan garis x  0 .

100
D. Daerah di Kiri Sumbu-Y

Y Misalkan x  f  y  adalah fungsi yang


x  f  y
kontinu pada interval c yd dan
yd
f  y   0 pada interval tersebut, maka luas
daerah yang dibatasi oleh kurva x  f  y  ,
R X
garis y  c , garis y  d dan sumbu- Y
yc
diberikan oleh :
d
L    f  y dy
c

Dari dua kondisi (C) dan (D) di atas, secara umum luas daerah (bidang datar) yang
dibatasi oleh kurva x  f  y  , garis y  c , garis y  d dan sumbu- Y adalah :
d
L   f  y  dy
c

E. Daerah di Atas dan di Bawah Sumbu-X


Y Misalkan y  f  x  adalah fungsi yang
y  f x 
kontinu pada interval a xb dan
bergantian tanda pada interval tersebut,
I
II
III maka maka luas daerah yang dibatasi oleh
X kurva y  f  x  , garis x  a , garis x  b
a c d b
dan sumbu- X sama dengan penjumlahan
luas masing-masing daerah, sebagaimana
diberikan pada gambar di samping.

Dengan demikian Luas = Luas I + Luas II + Luas III atau


c d b
L   f  x dx   f  x dx   f  x dx .
a c d

Contoh 4

Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh parabola y  x 2  4 , garis x  0 , x  3 , dan


sumbu- X

101
Pembahasan :
Perhatikan bahwa kita akan membuat kesalahan apabila langsung menghitung :
3 3
 1

L   x 2  4 dx  x 3  4 x  9  12  3 .
3
0 0

Oleh karena itu, akan lebih teliti kalau kita gambarkan terlebih dahulu, daerah yang akan
dicari luasnya. Perhatikan gambar berikut ini :

Y
y  x2  4

X
2 3

-4

Dari gambar terlihat bahwa luas yang dicari adalah


2 3 2 3
   1
  1 
L    x 2  4 dx   x 2  4 dx    x 3  4 x    x 3  4 x  
 3   3 
23
3
satuan luas. 
0 2 0 2

F. Daerah di Antara Dua Kurva

Y Misalkan y  f  x  dan y  g  x  adalah


y  f x 
fungsi-fungsi yang kontinu pada interval
a  x b, maka luas daerah yang
y  g x  dibatasi oleh kurva y  f  x  , y  g  x  ,
garis x  a dan garis x  b adalah
X
b
x=a x=b L   (fungsi atas  fungsi bawah) dx
a

b
atau L    f  x   g  x dx .
a

Contoh 5

Hitunglah luas daerah yang dibatasi oleh parabola y  x 2  4 dan garis y  3 x .

102
Pembahasan :

Y
Pertama akan dicari titik potong antara
y  x2  4
kedua kurva tersebut.
Pada titik potong kedua kurva berlaku

y1  y 2  x 2  4  3x  x 2  3 x  4  0
X  x  4x  1  0  x  4, x  1
2 4
Sehingga titik potong kedua kurva adalah
A 1,  3 dan B4,12  .
Dengan demikian luas daerah yang dicari
adalah :
4 4 4 4
 y 2  y1 dx   3x  x   
2 1 3
L  4 dx   x  3 x  4 dx   x 3  x 2  4 x
2
3 2 1
1 1 1
 1 3   1 3  125
    4 3   4 2  4  4       13    12  4   1  satuan luas. 
 3 2   3 2  6

Menghitung Volume Benda Putar


Suatu benda putar adalah suatu benda yang terjadi karena perputaran suatu luasan
(bidang datar) yang diputar terhadap suatu garis lurus yang sebidang (yang disebut sumbu
putar). Pada awal pembahasan volume benda putar ini, ditinjau dua kondisi perputaran
bendanya, perputaran terhadap sumbu- X dan perputaran terhadap sumbu- Y .

Perputaran terhahap Sumbu-X


Misalkan R adalah luasan yang dibatasi oleh kurva y  f (x) , garis x  a , dan garis
x  b . Selanjutnya jika R diputar mengelilingi sumbu- X . Seperti diberikan oleh gambar
berikut :

103
Y

y  f (x)

a X
b

Gambar 1
Lintasan luasan karena perputaran mengelilingi sumbu X membentuk bangun berupa
benda padat (benda pejal). Dengan menggunakan integral tertentu volume benda padat
tersebut dapat didekati dengan menggunakan rumus:
b
V    y 2 dx .
a

Jika R suatu luasan yang dibatasi oleh dua buah kurva yaitu y1  f ( x) , y 2  g ( x) ,
garis x  a , dan garis x  b , dengan y1  y 2 Selanjutnya jika R diputar mengelilingi
sumbu- X , seperti diberikan oleh gambar berikut :

Gambar 2

104
maka terbentuk benda pejal yang volumenya dapat didekati dengan menggunakan integral
tertentu, yaitu:
b

V    y12  y 22 dx 
a

Perputaran terhahap Sumbu-Y


Misalkan R adalah luasan yang dibatasi oleh kurva x  g (x) , garis y  c , dan garis
y  d . Selanjutnya jika luasan R diputar mengelilingi sumbu- Y , seperti terlihat pada
gambar berikut :
Y
yd

x  f ( y)

X
yc

Gambar 3

Lintasan kurva akan membentuk bangun berupa benda pejal. Benda tersebut
volumenya dapat didekati dengan menggunakan integral tertentu yaitu :
d
2
V  x dy .
c

Sementara itu jika luasan R dibatasi oleh dua buah kurva yaitu x1  f ( y ) ,
x 2  g ( y ) , garis y  c , dan garis y  d , dengan x1  x 2 Selanjutnya jika R diputar
mengelilingi sumbu- Y , maka terbentuk benda pejal yang volumenya dapat didekati dengan
menggunakan integral tertentu, yaitu:

105
d

V    x12  x22 dy 
c

Benda putar yang sederhana dapat diambil contohnya misalkan tabung dengan besar
volume adalah hasilkali luas alas (luas lingkaran) dan tinggi tabung. Volume dari benda putar
secara umum dapat dihitung dari hasilkali antara luas alas dan tinggi. Jikaa luas alas
dinyatakan dengan A(x) dan tinggi benda putar adalah panjang interval a, b  , maka volume
benda putar dapat dihitung menggunakan integral tentu sebagai berikut :

b
V   A( x )dx
a
Untuk mendapatkan volume benda putar yang terjadi karena perputaran suatu daerah
terhadap suatu sumbu putar, dilakukan dengan menggunakan dua buah metode yaitu metode
cakram dan kulit tabung.

Metode Cakram
Misalkan R suatu daerah dibatasi oleh kurva y  f (x) , y  0 , garis x  a , dan garis
x  b dan diputar dengan sumbu putar sumbu- X . Volume benda pejal/padat yang terjadi
dapat dihitung dengan memandang bahwa volume benda padat tersebut merupakan jumlah
tak berhingga cakram yang berpusat di titik-titik pada interval a, b .

Misalkan pusat cakram adalah P x0 ,0 dan jari-jari r  f  x0  , maka luas cakram dinyatakan
dengan

A x 0   f 2
x0 
Oleh karena itu, volume benda putar :

b
2
V     f ( x)  dx
a

106
Sedangkan jika luasan R dinyatakan dengan daerah yang dibatasi oleh kurva
x  g ( y ) , x  0, garis y  c , dan garis y  d serta diputar mengelilingi sumbu- Y , maka
volume benda putar :
d
V     g ( y )  dy
2

Jika daerah yang diputar dibatasi oleh kurva y  f x   0 , y  g  x   0, dengan


f ( x )  g ( x ) untuk setiap x  a,b , garis x  a , dan garis x  b serta diputar dengan sumbu
putar sumbu- X , maka volume benda putarnya diberikan oleh :
b

V    f 2 ( x )  g 2 ( x) dx 
a

Sedangkan jika daerah yang diputar dibatasi oleh kurva x  f  y   0, x  g  y   0,


dengan f ( y )  g ( y ) untuk setiap y  c, d  , garis y  c , dan garis y  d ,diputar dengan
sumbu putar sumbu- Y , maka volume benda putarnya adalah :
d

V    f 2 ( y )  g 2 ( y ) dy 
c

Contoh 6

Hitung volume benda putar yang terjadi jika luasan yang dibatasi oleh kurva y  2x 2 , y  0 ,
garis x  0 , dan garis x  5 diputar mengelilingi sumbu- X .
Pembahasan :
Dengan menggunakan rumus
b
2
V     f ( x)  dx
a

maka diperoleh volume benda putar yang dicari adalah :

b 5 5 5
V     f ( x) 2 dx    2 x   dx  4  x4dx  4  15 x5 
2 2
 2500
a 0 0 0
satuan volume.

107
Soal Latihan
1. Hitung volume benda putar yang terjadi jika luasan yang dibatasi oleh kurva

x 2  y 2  16 , y  0 , dan garis x  8 diputar mengelilingi sumbu- X .


2. Hitung volume benda putar yang terjadi jika luasan yang dibatasi oleh kurva

y  2x 2 , y  0 , garis x  0 , dan garis x  5 diputar mengelilingi sumbu- Y .

3. Hitung volume benda yang terjadi jika luasan yang dibatasi oleh kurva 4 x 2  9 y 2  36
diputar mengelilingi sumbu- Y .

Metode Kulit Tabung


Metode kulit tabung sebagai alternatif lain dalam perhitungan volume benda putar
yang mungkin lebih mudah diterapkan jika bandingkan dengan metode cakram. Benda putar
yang terjadi dapat dipandang sebagai tabung dengan jari-jari kulit luar dan dalamnya
berbeda, maka volume yang akan dihitung adalah volume dari kulit tabung. Untuk lebih
memperjelas kita lihat uraian berikut.
Pandang tabung dengan jari-jari kulit dalam dan kulit luar berturut-turut r1 dan r2 ,
dan tinggi tabung h, maka volume kulit tabung adalah :
 V   r2   r1 h  2  rh  r
dengan
r2  r1
 r rata  rata jari  jari , r2  r1  r.
2
Jika daerah yang dibatasi oleh kurva y  f ( x), y  0, x  a, x  b diputar mengelilingi
sumbu- Y maka kita dapat memandang bahwa jari-jari r  x dan r  x serta tinggi tabung
h  f (x). Oleh karena itu volume benda putar yang terjadi adalah

b
V   2xf x dx
a

Misalkan daerah dibatasi oleh kurva y  f  x , y  g  x , dengan f ( x)  g ( x), x  a, b  ,


garis x  a , dan garis x  b diputar mengelilingi sumbu- Y , maka volume benda putar
b
V   2x f ( x)  g ( x )  dx
a

108
Jika daerahnya dibatasi oleh grafik yang dinyatakan dengan x  f ( y ), x  0, garis
y  c , dan garis y  d serta diputar mengelilingi sumbu- X , maka volume adalah :

d
V   2y  f ( y )  dy
c

Sedangkan untuk daerah yang dibatasi oleh kurva x  f  y , x  g  y , dengan


f ( y )  g ( y ), y  c, d , garis y  c dan garis y  d diputar mengelilingi sumbu- X , maka
volume benda putar yang didapat dinyatakan dengan rumus :
d
V   2y  f ( y )  g ( y )  dx
c

Contoh 7
Hitung volume benda putar yang terjadi, jika daerah yang terletak di kuadran pertama di
bawah parabola y  2  x 2 dan di atas parabola y  x 2 diputar mengelilingi sumbu- Y .
Pembahasan :
Dengan menggunakan rumus
b
V   2x f ( x)  g ( x )  dx
a

Diperoleh volume benda putar yang ditanyakan yaitu


b 1 1
V   2x f ( x )  g ( x )  dx  2  x 2  x 2
 x dx  4  x  x3 dx
2

a 0 0
1
1 1  1
 4  x 2  x 4   4    
2 4 0 4
satuan volume.

109
BUKU AJAR
Matematika Rekayasa I

Program Studi S1 Teknik Lingkungan

Oleh :
SURYOTO, S.Si, M.Si

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2018
KATA PENGANTAR

Matematika adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan yang cukup strategis
dan sangat penting dalam menunjang pengetahuan lain. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya terapan matematis dalam bidang-bidang lain seperti teknik, ekonomi, ilmu-
ilmu sosial dan di dalam matematika dan ilmu pengetahuan alam sendiri.
Mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di bangku perguruan tinggi, khususnya
mahasiswa jurusan ilmu eksakta setidaknya menjumpai mata pelajaran matematika,
paling tidak matematika dasar. Untuk membantu mahasiswa yang sedang mengambil
mata kuliah matematika ini, penulis berusaha menyusun buku ajar Matematika
Rekayasa I untuk membantu mempermudah mahasiswa dalam memahami konsep-
konsep dasar matematika, khususnya mahasiswa di program studi di lingkungan
fakultas teknik.
Buku ajar Matematika Rekayasa I ini berisi tentang dasar-dasar kalkulus
seperti sistem bilangan real, fungsi beserta grafiknya, limit dan kekontinuan fungsi,
turunan dan penggunaannya, dan integral baik integral tak tentu dan integral tentu
beserta penggunaannya. Buku ajar ini hanya mengungkap secara sekilas dan singkat
materi yang ada beserta beberapa contoh dan soal latihan. Buku ajar ini bukan satu-
satunya sumber acuan untuk perkuliahan, melainkan hanya bersifat membantu dan
melengkapi dalam pembelajaran. Mahasiswa selain mempelajari buku ajar ini, juga
disarankan membaca buku-buku lain yang terkait.
Penyusun menyadari bahwa baik materi maupun cara penulisan ataupun
penyajian buku ajar ini masih jauh dari sempurna. Juga kemungkinan kesalahan ketik
yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, segala saran, masukan, tegur sapa dan
kritik membangun sangat penulis harapkan demi lebih baik dan sempurnanya buku
ajar ini. Demikianlah, mudah-mudahan buku ini berguna dan dapat dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya.

Penyusun

Anda mungkin juga menyukai