Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA DASAR 1

TEKNIK LABORATORIUM 2

Nama : Sayidatun Nuriyah

NIM : 21080120120011

Kelompok : 2 (Dua)

Hari Praktikum : Sabtu

Tanggal Praktikum : 26 September 2020

Asisten : Septi Tri Nur Azizah

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2020
TEKNIK LABORATORIUM 2

I. Tujuan
I.1 Mampu menjelaskan kegunaan alat-alat di laboratorium.
I.2 Mampu menggunakan alat-alat laboratorium.
I.3 Mampu melakukan percobaan dengan cara dan urutan yang benar.

II. Tinjauan Pustaka


II.1 Pengenceran
Dalam ilmu kimia, proses pengenceran diartikan sebagai suatu
proses pencampuran antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan,
dimana pencampuran tersebut bersifat homogen. Zat terlarut adalah
zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan. Sebaliknya, zat
pelarut yaitu zat yang jumlahnya lebih banyak di dalam larutan.
(Gunawan, 2004)
Selain itu, pengenceran juga berarti penambahan zat pelarut
yang bersifat netral misalnya aquades dalam skala tertentu ke dalam
larutan pekat yang konsentrasinya tinggi. Penambahan zat pelarut
pada senyawa yang berkonsentrasi tinggi ini dapat mengakibatkan
turunnya tingkat konsentrasi senyawa yang diencerkan.
(Brady,1999)
II.2 Rekristalisasi
Rekristalisasi merupakan suatu proses pembentukan kristal kembali
dari sebuah larutan atau dalam pengertian lain rekristalisasi ialah
proses kelanjutan dari kristalisasi.
(Fessenden, 1983)
Secara singkat, cara kerja rekristalisasi yaitu dengan cara melarutkan
zat padat dalam pelarut yang sesuai dalam suhu titik didih yang
ditujukan untuk menghilangkan debu atau kotoran dalam partikel,
kertas, maupun material lain yang tak dapat larut, kemudian
membiarkan larutan panas mendingin dan kristalisasi dapat terjadi.
(Fieser, 1941)
II.3 Macam - Macam Reaksi (Eksoterm dan Endoterm)
a) Reaksi Eksoterm
Reaksi eksoterm adalah reaksi dimana sistem melepaskan
kalor, dalam hal ini terjadi reaksi perpindahan kalor dari sistem
ke lingkungan sehingga suhu pada lingkungan mengalami
kenaikan.
(Kitti, 2010)
Pada reaksi eksoterm, entalpi sistem berkurang, berarti Hp<HR.
Oleh karena itu, perubahan entalpi ΔH<0 (bertanda negatif).
(Retnowati, 2007)
b) Reaksi Endoterm
Reaksi endoterm adalah reaksi dimana sistem menyerap kalor
dari lingkungan. Jadi, dalam reaksi endoterm terjadi
perpindahan kalor dari lingkungan ke sistem.
Pada reaksi endoterm, entalpi sistem bertambah, berarti
HP>HR. Oleh karena itu, perubahan entalpi ΔH>0 (bertanda
positif).
(Retnowati, 2007)
Pada reaksi kimia, reaksi endoterm ditandai dengan penurunan
suhu.
(Putri, 2015)

III. Metodologi
III.1 Cara Kerja
1. Pembuatan dan pengenalan suatu gas serta pengenalan kertas
lakmus
Pertama, mengambil NH4Cl lalu memasukkannya ke dalam
tabung reaksi. Kemudian menambahkan NaOH sedikit demi
sedikit ke dalam tabung reaksi tersebut. Kemudian memanaskan
larutan dengan memegang tabung reaksinya menggunakan
penjepit. Selama memanaskan, sambil menggoyangkan dan
memiringkan tabung reaksi menghadap ke area kosong yang
tidak ada orang. Kemudian ketika zat telah muncul gelembung
dan mengeluarkan baunya, lanjutkan ke tahap identifikasi.
Kemudian melakukan pembauan pada zat dengan cara mengipas-
ngipaskan tangan di atas sumber gas dengan jarak yang cukup
jauh jangan langsung membau dengan hidung, kemudian
mencatat bagaimana baunya. Selanjutnya, mendekatkan kertas
lakmus dengan mulut tabung reaksi. Lalu, mengamati perubahan
yang terjadi.
2. Pengenceran dengan labu ukur
Pertama, mengambil larutan HCl dengan menggunakan pipet
gondok. Kemudian memasukkannya ke dalam labu ukur. Lalu,
mengencerkan larutan tepat dengan batas ukurnya. Kemudian
menambahkan air sedikit demi sedikit. Dan pengenceran harus
dilakukan dalam waktu sekali jadi.
3. Pengenceran H2SO4 pekat
Pertama, mengambil aquades sebesar 10 mL air dan
memasukkannya ke dalam tabung reaksi. Kemudian
menambahkan sedikit demi sedikit 3 mL H2SO4 ke dalam tabung
reaksi. Kemudian mengamati perubahan panas sebelum dan
sesudah H2SO4 dituang dalam tabung reaksi.
4. Teknik Rekristalisasi
Pertama, mengambil garam krosok dan meletakkannya di dalam
gelas beker. Kemudian menambahkan aquades ke dalam gelas
beker. Lalu memanaskan larutan dengan menggunakan spirtus
sambil mengaduknya hingga menjadi homogen. Kemudian
menuangkan larutan yang masih panas ke dalam gelas beker
yang sudah ada kertas saringnya dengan bantuan corong. Lalu,
menyaring dalam keadaan larutan masih panas. Setelah itu
mendinginkan filtrat yang berada di gelas beker dengan es
sampai membentuk endapan garam kembali yang telah
dimurnikan. Setelah itu melakukan dekantasikan larutan, agar
diperoleh endapan garam krosok yang sudah direkristalisasi.
Dilanjutkan penimbangan endapan gram hasil kristalisasi dan
menentukan prosentasi kristalisasinya

IV. Hasil dan Pembahasan


IV.1 Hasil
Pengenceran dengan labu ukur

N HCl N HCl Volume Volume


Sebelum diencerkan Sesudah diencerkan awal akhir
0,2 N 0,1 N 50 mL 100 mL
Pengenceran H2SO4 pekat

N H2SO4 N2 H2SO4 Volume Volume


Sebelum diencerkan Sesudah diencerkan awal akhir
10 N 3N 3 mL 10 mL

IV.2 Pembahasan
1. Pembuatan dan pengenalan suatu gas serta pengenalan kertas
lakmus
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui suatu gas yang bersifat
asam atau basa tanpa mengetahui pH nya terlebih dahulu. Pada
percobaan ini terjadi reaksi antara NH4Cl dengan NaOH yaitu
dengan reaksi sebagai berikut :
NH4Cl(aq) + NaOH(aq) NaCl(aq) + NH4OH(aq)
(Petrucci, 1987)
Ketika dipanaskan, maka akan terjadi perubahan reaksi menjadi :
NH4OH(aq) + NaOH(aq) NH3(g) + NaCl(aq) + H2O(l)
(Manan, 2005)
Pemanasan yang dilakukan pada percobaan ini berfungsi untuk
mempercepat reaksi sehingga terbentuk NH3. Kemudian ketika
sedang melakukan pembauan pada NH3 tidak boleh langsung
melewati hidung tapi dikipas-kipas saja lalu karena jika langsung
lewat hidung bisa berbahaya. Dan jika di bau amonia ini memiliki
bau menyengat yang khas.
Pada percobaan ini menghasilkan zat yang bersifat basa. Hal ini
dibuktikan dengan kertas lakmus merah yang berubah menjadi biru
dan lakmus yang berwarna biru tetap berwarna biru. Lakmus biru
ini menandakan bahwa suatu larutan bersifat basa.
2. Pengenceran dengan labu ukur
Percobaan ini dilakukan untuk membuat lar HCl 0,1 N dari larutan
HCl 0,2 N. Sebelum melakukan percobaan ini, kita harus
melakukan perhitungan dulu dengan menggunakan rumus
pengenceran yang berlaku yaitu sebagai berikut :
V1N1 = V2N2
Keterangan :
V1 = volume larutan pertama
V2 = volume larutan kedua
N1 = normalitas larutan pertama
N2 = normalitas larutan kedua
(James, 1989)
Pada percobaan ini pengenceran harus tepat dengan batas ukur
volume larutan yang kita inginkan, hal ini karena supaya
normalitasnya dapat tercapai sesuai target kita.
Pada percobaan ini dihasilkan larutan HCl encer dari yang semula
HCl pekat, dengan mekanisme reaksi sebagai beirikut :
HCl (pekat) + H2O(l) → H2O(l) + HCl (encer)
(Petrucci, 1987)
3. Pengenceran H2SO4 pekat
Percobaan ini dilakukan untuk mengurangi konsentrasi larutan
sesuai dengan yang dibutuhkan dalam hal ini dari H2SO4 pekat
menjadi encer.
Pada percobaan ini yang harus dilakukan pertama kali adalah
meletakkan aquadesnya dulu sebelum menambahkan H2SO4 ke
dalam gelas beker. Hal ini karena H2SO4 jika diencerkan akan
menimbulkan reaksi eksotermis, dan jika H2SO4 dulu yang
ditambahkan daripada aquades nya nanti dapat menimbulkan
cipratan yang tentunya bahaya bagi kita. Jadi untuk menghindari
hal itu terjadi maka harus pelarutnya dulu yang diletakkan yaitu
aquades.
Pada percobaan ini menghasilkan H2SO4 encer. Mekanisme
reaksinya yaitu :
H2SO4 (pekat) + H2O(l) → H2O(l) + H2SO4 (encer)
(Petrucci, 1987)
4. Teknik Rekristalisasi
Percobaan ini dilakukan untuk mendapatkan endapan murni dari
suatu senyawa dengan menggunakan garam krosok. Pada saat
penyaringan dilakukan pada saat larutan masih dalam keadaan
panas. Hal ini dilakukan karena dalam keadaan panas pengkotor
larutan yang disaring akan terpisah. Sedangkan jika dilakukan saat
larutan sudah dingin maka pengkotornya saat disaring akan ikut ke
dalam hasil filtrat.
Pada percobaan ini menghasilkan endapan yang lebih murni atau
bersih.

V. Kesimpulan
Dari praktikum percobaan teknik laboratorium 2 ini, dapat ditarik
kesimpulan bahwa :
1. Kita dapat mengetahui bahkan menjelaskan tentang kegunaan alat-alat
yang ada di laboratorium secara baik dan benar.
2. Kita dapat menggunakan alat-alat yang ada di laboratorium secara baik
dan benar sehingga mengurangi risiko terjadinya suatu kecelakaan.
3. Kita dapat melakukan percobaan dengan cara dan urutan yang benar
sesuai dengan buku panduan yang telah disediakan.

VI. Daftar Pustaka


Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Fessenden.1983. Kimia Organik, Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Fieser, L. S. 1941. Experiments in Organic Chemistry 2nd edition. USA:
DC Heath and Company.
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Surabaya: Kartika.
James, Bray E. 1989. Kimia Universitas. Edisi: 5. Jakarta: Erlangga.
Kitti, Sura. 2010. Kimia 2. Jakarta: Graha Cipta Karya.
Manan, M. 2005. Membuat Reagen Kimia di Labolatorium. Jakarta: Bumi
Aksara.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar, Jilid 2, Cet. Ke4, terj. Suminar
Achmadi. Jakarta: Erlangga.
Putri, Devina. 2015. Fresh Update Buku Pintar Kimia SMA/MA kelas 1, 2,
& 3. Jakarta: Bintang Wahyu.
Retnowati, Priscilla. 2007. Kimia. Jakarta: Erlangga
LAMPIRAN

A. Perhitungan Pengenceran Labu Ukur


Diketahui : Keterangan :
N1 = 0,2 N N1 = Normalitas HCl sebelum pengenceran
N2 = 0,1 N N2 = Normalitas HCl setelah pengenceran V2
= 100 mL V2 = Volume HCl setelah pengenceran
Ditanya :
V1 = ? V1 = Volume HCl sebelum pengenceran
Penyelesaian:
V1 . N1 = V2 . N2
V1 . 0,2 = 100 . 0,1
100. 0,1
V1 =
0.2
V1 = 50 mL
Jadi, volume HCl sebelum pengenceran yaitu sebesar 50 mL.

B. Perhitungan Pengenceran H2SO4


Diketahui : Keterangan :
V1 = 3 mL V1 = Volume H2SO4 sebelum pengenceran
V2 = 10 ml V2 = Volume H2SO4 setelah pengenceran
N1 = 10 N N1 = Normalitas H2SO4 sebelum pengenceran
Ditanya :
N2 = ? N2 = Normalitas H2SO4 setelah pengenceran
Penyelesaian :
V1. N1 = V2 . N2
3 . 10 = 10 . N2
3 .10
N2 =
10
=3N
Jadi, normalitas H2SO4 setelah pengenceran yaitu sebesar 3 N.

Anda mungkin juga menyukai