Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA

MEMPERKIRAKAN TERJADINYA ENDAPAN

Nama Anggota : 1. Annora Nobel Chonendya (03)

2. Justine Izaan Pradana Koan (17)

3. Nofa Ina Azhim (22)

4. Rassya Abhirama Putra Kurniawan (26)

5. Sendy Satriyo Abdillah Syahputra (31)

Kelas : XI MIPA E

Hari/Tanggal : Selasa, 21 Maret 2023

Kelompok : Kelompok 4

Guru pengampu : Hj. Endang Budi Herawati, S.Pd.

LABORATORIUM KIMIA

SMA NEGERI 1 KEDIRI

KEDIRI
I. TUJUAN PERCOBAAN

a. Memperkirakan terjadinya endapan secara teoritis

b. Melakukan pengamatan secara langsung terhadap perkiraan yang dibuat,


apabila dua larutan yang mengandung ion – ion yang sukar larut direaksikan

II. LANDASAN TEORI

Kelarutan (s) adalah jumlah maksimum zat terlarut (dalam gram atau mol)
yang dapat larut dalam pelarut tertentu pada suhu tertentu. Besarnya kelarutan
dapat dinyatakan dalam g/L atau mol/L. Zat yang hanya dapat larut kurang dari
0,1 g/L pada suhu 25oC disebut insoluble (tidak larut). Zat yang dapat larut hingga
10 g/L disebut soluble (larut), sedangkan zat yang memiliki kelarutan 0,1 – 10 g/L
disebut slightly soluble (sedikit larut).

Besarnya kelarutan juga dipengaruhi oleh suhu. Sebagian besar pelarutan


garam merupakan reaksi endotermik (membutuhkan panas), sehingga umumnya
garam menunjukkan kelarutan yang lebih besar pada suhu yang lebih tinggi,
kecuali garam sesium sulfat (Ce2(SO4)3) yang menunjukkan kelarutan yang lebih
rendah pada suhu yang lebih tinggi.

Ksp (konstanta/ tetapan hasil kali kelarutan(s)) adalah hasil kali ion-ion
dalam larutan pada keadaan jenuh dipangkatkan koefisien. Data tetapan hasil kali
kelaruran (Ksp) diperoleh melalui percobaan.

Kelarutan (s) garam dalam air berbeda dengan tetapan hasil kali kelarutan
(Ksp). Kelarutan padatan dinyatakan sebagai konsentrasi padatan terlarut dalam
larutan jenuh, sehingga besarnya konsentrasi padatan yang dapat larut tersebut
berkaitan dengan nilai Ksp (Khatimah, 2021).
Qsp adalah hasil bagi hasil kelarutan suatu larutan. Ini menggambarkan
keadaan solusi saat ini. Ini berarti Qsp diberikan untuk larutan tak jenuh (sebelum
jenuh), jenuh atau larutan jenuh. Qsp juga disebut produk ion karena ia adalah
produk konsentrasi spesies ionik setiap saat (bukan pada momen tertentu seperti
saturasi). Oleh karena itu, Ksp (konstanta hasil kali kelarutan) adalah bentuk
khusus dari Qsp.

Ksp dan Qsp adalah istilah yang sangat terkait dalam kimia. Ksp
didefinisikan sebagai larutan jenuh yang memiliki kesetimbangan antara spesi
ionik dan endapan padat (saat pembentukan endapan telah dimulai). Qsp diberikan
untuk setiap saat (tidak ditentukan); sebelum saturasi atau setelah saturasi.
Perbedaan antara Ksp dan Qsp adalah bahwa Ksp adalah konstanta produk
kelarutan sedangkan Qsp adalah hasil bagi hasil kelarutan (Howell, 2021).

Terlarut dan pelarut Ksp dan Qsp

Tidak jenuh Terlarut < Pelarut Ksp < Qsp

Tepat jenuh Terlarut = Pelarut Ksp = Qsp

Lewat jenuh Terlarut > Pelarut Ksp > Qsp

Tabel II.1. Jenis Kelarutan dan Hubungannya dengan Ksp dan Qsp

Reaksi pengendapan adalah suatu jenis reaksi yang dapat berlangsung dalam
cairan, misalnya air. Suatu reaksi dapat dikatakan reaksi pengendapan apabila
reaksi tersebut menghasilkan endapan. Endapan yaitu zat padat yang tidak larut
dalam cairan tersebut. Senyawa-senyawa yang sering digunakan dalam reaksi
pengendapan yaitu senyawa-senyawa ionik.
Gambar II.1 Reaksi Pengendapan
Terbentuknya endapan atau tidak dalam suatu reaksi, tergantung pada
kelarutan dari zat terlarut, yaitu jumlah maksimum zat terlarut yang akan larut
dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu. Dalam hal ini zat dapat di
bagi, yaitu dapat larut, sedikit larut atau takdapat larut. jika suatu zat dapat larut
dalam air maka termasuk dapat larut, jika tidak dapat larut dalam air maka
termasuk sedikit larut atau takdapat larut. Semua senyawa ionik merupakan
elektrolit kuat, tetapi daya larutnya tidak sama.

Pengendapan dapat terjadi jika konsentrasi suatu senyawa melebihi


kelarutannya (seperti saat mencampur pelarut atau mengubah suhunya).
Pengendapan dapat terjadi dengan cepat dari larutan jenuhnya (Yasin, 2014).
III. METODE PERCOBAAN

III. 1. Alat

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Gelas ukur, Pipet tetes , Gelas
beaker

III. 2. Bahan

Bahan yang dibutuh kan pada percobaan ini adalah larutan timbal (II) nitrat
(Pb(NO3)2 0,1M , larutan kalsium klorida (CaCl2) 0,1M , larutan kalium iodida
(KI) 0,1M , larutan asam sulfat (H2SO4) 0,1M, akuades.

III. 3. Cara Kerja

Dimasukkan kedalam gelas beaker yang berisi 25 mL akuades. Untuk


percobaan pertama akuades ditambahkan masing-masing 1 mL larutan Pb(NO3)2
0,1 M dan 1 mL larutan CaCl 2 0,1 M. Diamati yang terjadi. Untuk percobaan
kedua akuades ditambahkan masing-masing 1 mL larutan Pb(NO3)2 0,1 M dan 1
mL larutan KI 0,1 M. Diamati yang terjadi. Untuk percobaan ketiga akuades
ditambahkan masing-masing 1 mL Pb(NO3)2 0,1 M dan 1 mL larutan H2SO4
0,1M. Diamati yang terjadi. Untuk percobaan keempat atau yang terakhir akuades
ditambahkan masing-masing 1 mL larutan CaCl2 dan 1 mL larutan H2SO4 0,1 M.
Kemudian seperti biasa, diamati yang terjadi.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1. Hasil Percobaan

Tabel IV. 1. Hasil Percobaan Memperkirakan Terjadinya Endapan

No. Larutan yang direaksikan Menurut perhitungan Hasil eksperimen


(terjadi/tidak terjadi (terjadi/tidak terjadi
endapan) endapan)

1. Pb(NO3)2 dengan CaCl2 Terjadi endapan (lewat Terjadi endapan


jenuh) (lewat jenuh)

2. Pb (NO3)2 dengan KI Terjadi endapan (lewat Terjadi endapan


jenuh) (lewat jenuh)

3. Pb(NO3)2 dengan H2SO4 Terjadi endapan (lewat Terjadi endapan


jenuh) (lewat jenuh)

4. CaCl2 dengan H2SO4 Terjadi endapan (lewat Terjadi endapan


jenuh) (lewat jenuh)
IV. 2. Pembahasan

Bahan yang digunakan pada percobaan memperkirakan terjadinya endapan


kali ini adalah larutan timbal (II) nitrat (Pb(NO 3)2) 0,1 M, larutan kalsium klorida
(CaCl2) 0,1 M, larutan kalium iodida (KI) 0,1 M, larutan asam sulfat (H 2SO4) 0,1
M, dan larutan H2O (akuades).

Dalam kelompok kami, urutan percobaan yang dilakukan yaitu dimulai dari
pengisian 25 ml larutan akuades ke masing-masing gelas beaker yang berjumlah 4
buah. Kemudian pada percobaan pertama, berisi akuades dengan campuran
larutan Pb(NO3)2 dan larutan CaCl2. Lalu pada percobaan kedua, berisi akuades
dengan campuran larutan Pb(NO3)2 dan larutan KI. Selanjutnya pada percobaan
ketiga, berisi akuades dengan campuran larutan Pb(NO3)2 dan larutan H2SO4. Dan
pada percobaan keempat atau yang terakhir, berisi akuades dengan campuran
larutan CaCl2 dan larutan H2SO4. Percobaan tersebut dilakukan dengan tujuan
untuk memperkirakan kapan suatu larutan mengalami proses terjadinya endapan
yang dilandasi dengan teori beserta eksperimen supaya dapat membandingkan
secara nyata hasil dari larutan yang telah direaksikan tersebut. Tujuan kedua dari
percobaan ini adalah untuk melakukan pengamatan secara nyata terhadap
perkiraan saat eksperimen sedang berlangsung yaitu apabila mengalami
problematika saat dua larutan yang mengandung ion-ion tersebut sukar atau susah
untuk larut ketika direaksikan.

Tentunya hal tersebut akan memberikan pengetahuan bahwa dalam


percobaan praktikum identifikasi kation dilakukan dengan mencampurkan
senyawa yang mengandung kation dengan beberapa pereaksi sehingga
menghasilkan endapan yang akan di identifikasi. Proses pengendapan terjadi
apabila harga tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) telah dilampaui oleh hasil kali
kosentrasi ion-ionnya sehingga untuk menghasilkan suatu endapan diperlukan
pereaksi berlebih dan pereaksi berlebih tersebut tidak mengakibatkan
terbentuknya ion kompleks yang dapat melarutkan kembali endapan yang telah
terbentuk. Secara praktis ini berarti untuk terjadinya endapan diperlukan pereaksi
yang berlebih. Namun, pereaksi berlebih yang dimaksudkan adalah kelebihan
yang cukup diatas jumlah yang diperlukan untuk reaksi tersebut. Untuk itu
terlebih dahulu perlu diketahui secara teoritis jumlah pereaksi yang perlu
ditambahkan.

Dalam percobaan praktikum identifikasi kation dilakukan dengan


mencampurkan senyawa yang mengandung kation dengan beberapa pereaksi
sehingga menghasilkan endapan yang akan di identifikasi. Proses pengendapan
terjadi apabila harga tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) telah dilampaui oleh hasil
kali kosentrasi ion-ionnya sehingga untuk menghasilkan suatu endapan diperlukan
pereaksi berlebih dan pereaksi berlebih tersebut tidak mengakibatkan
terbentuknya ion kompleks yang dapat melarutkan kembali endapan yang telah
terbentuk. Secara praktis ini berarti untuk terjadinya endapan diperlukan pereaksi
yang berlebih. Namun, pereaksi berlebih yang dimaksudkan adalah kelebihan
yang cukup diatas jumlah yang diperlukan untuk reaksi tersebut. Untuk itu
terlebih dahulu perlu diketahui secara teoritis jumlah pereaksi yang perlu
ditambahkan (Basset & Pudjaatmaka, 1994).

Dengan pengetahuan bahwa reaksi pengendapan merupakan suatu jenis


reaksi yang dapat berlangsung dalam cairan, misalnya air. Suatu reaksi dapat
dikatakan reaksi pengendapan apabila reaksi tersebut menghasilkan endapan.
Senyawa-senyawa yang sering digunakan dalam reaksi pengendapan yaitu
senyawa-senyawa ionik. Terbentuknya endapan atau tidak dalam suatu reaksi,
tergantung pada kelarutan dari zat terlarut, yaitu jumlah maksimum zat terlarut
yang akan larut dalam sejumlah tertentu pelarut pada suhu tertentu.

Selanjutnya, pengendapan sendiri dapat terjadi ketika padatan yang tak larut
terpisah dari larutan atau bisa juga disebut sebagai zat padat yang tidak larut
dalam cairan. Hal ini terjadi saat konsentrasi suatu senyawa melebihi kelarutannya
(seperti saat mencampur pelarut atau mengubah suhunya). Karena jumlah zat yang
terlarut tersebut memiliki batas maksimum terlarutnya pada suhu tertentu dan jika
melebihi maksimum dari batas tersebut maka akan terbentuk suatu endapan.
Sedangkan reaksi pengendapan ialah reaksi antar senyawa ionik dalam larutan air
yang menghasilkan senyawa yang tidak larut dalam air. Reaksi jenis ini banyak
terjadi karena kombinasi kation dan anion tertentu yang akan menghasilkan
endapan.

Kepekatan larutan secara kualitatif juga sering diungkapkan dengan istilah


jenuh, tak jenuh, dan lewat jenuh. Larutan jenuh ialah larutan yang partikel-
partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan
zat). Selanjutnya bisa juga didefinisikan bahwa larutan berada pada keadaan
dimana jumlah maksimal suatu zat terlarut masih dapat larut dalam suatu pelarut.
Yaitu ketika suatu larutan yang mengandung sejumlah solute (zat terlarut) yang
telah larut dan mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya. Atau dengan
kata lain, larutan yang partikel-partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi
(zat dengan konsentrasi maksimal). Dengan catatan, larutan jenuh terjadi apabila
hasil konsentrasi ion / hasil kali kelarutan (Qsp) sama dengan Ksp, artinya larutan
tersebut bisa dikatakan larutan tepat jenuh.

Larutan tak jenuh merupakan larutan yang mengandung zat terlarut dengan
konsentrasi lebih kecil daripada larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi
maksimal). Selanjutnya, dalam larutan tak jenuh belum dicapai kesetimbangan
antara zat terlarut dan zat yang tidak larutnya. Dengan catatan, larutan tak jenuh
terjadi apabila hasil kali konsentrasi ion atau hasil kali kelarutan (Qsp) kurang dari
Ksp, artinya larutan belum jenuh (masih dapat larut).

Sedangkan larutan lewat jenuh adalah suatu larutan yang mengandung lebih
banyak solute (zat terlarut) daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau
dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga
larutan lewat jenuh dapat terjadi endapan. Larutan lewat jenuh ini terjadi apabila
bila hasil kali konsentrasi ion atau hasil kali kelarutan (Qsp) lebih dari Ksp,
artinya larutan mengalami proses pengendapan atau lewat jenuh. Keadaan lewat
jenuh ini dapat dipertahankan selama tidak ada "inti" yang dapat mengawali
rekristalisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengendapan antara lain
temperatur/suhu, tekanan, polaritas, sifat alami pelarut, pengaruh ion sejenis,
pengaruh pH, pengaruh hidrolisis, dan adanya pengaruh ion kompleks
(Bharmanto, 2012).

Untuk hasil percobaan praktikum kimia yang berjudul "Memperkirakan


Terjadinya Endapan" baik secara eksperimen maupun secara teori memiliki hasil
sebagai berikut.

Pada percobaan pertama yang berisi akuades dengan campuran larutan


Pb(NO3)2 dan larutan CaCl2 berdasarkan eksperimen ketika direaksikan atau
dicampurkan dan setelah diamati, kami mendapatkan hasil bahwa percobaan-1
termasuk ke dalam larutan yang mengalami pengendapan (terbentuk endapan)
atau bisa disebut juga sebagai larutan lewat jenuh. Sedangkan menurut
perhitungan teori, persamaan reaksi pada percobaan pertama adalah sebagai
berikut.

CaCl₂ + Pb(NO₃)₂ → Ca(NO₃)₂ + PbCl₂

CaCl₂ (kalsium klorida) bereaksi dengan Pb(NO₃)₂ (timbal(II) nitrat) untuk


membentuk Ca(NO₃)₂ (kalsium nitrat) dan PbCl₂ (timbal klorida). Disini
Ca(NO₃)₂ memiliki sifat sangat larut dalam air. Sedangkan PbCl₂ tidak larut
dalam air. Oleh karena itu terbentuk endapan PbCl₂ ketika CaCl 2 dan Pb(NO3)2
direaksikan.

Jadi pada percobaan pertama, baik antara hasil eksperimen maupun hasil
teori perhitungan memiliki jawaban yang sama yaitu ketika akuades direaksikan
dengan campuran larutan Pb(NO3)2 dan larutan CaCl2 akan menghasilkan endapan
dari senyawa PbCl₂.

Selanjutnya pada percobaan kedua yang berisi akuades dengan campuran


larutan Pb(NO3)2 dan larutan KI berdasarkan eksperimen ketika direaksikan atau
dicampurkan dan setelah diamati, kami mendapatkan hasil bahwa percobaan-2
termasuk ke dalam larutan yang mengalami pengendapan (terbentuk endapan)
atau bisa disebut juga sebagai larutan lewat jenuh. Sedangkan menurut
perhitungan teori, persamaan reaksi pada percobaan kedua adalah sebagai berikut.

Pb(NO₃)₂ + 2KI → PbI₂ + 2KNO₃

Larutan Pb(NO3)2 (timbal(II) nitrat) yang berwujud fisik bening, cair, dan
tidak berbau, dicampurkan dengan larutan KI (kalium iodida) yang berwujud
sama dengan larutan Pb(NO3)2, sehingga terjadi reaksi kimia. Hal ini dibuktikan
dengan berubahnya warna dari campuran larutan yang sebelumnya berwarna
bening akan berubah menjadi bentuk endapan kuning dari senyawa PbI₂ dan
larutan KNO₃ yang tak berwarna.

Sehingga pada percobaan kedua, baik antara hasil eksperimen maupun hasil
teori perhitungan memiliki jawaban yang sama yaitu ketika akuades direaksikan
dengan campuran larutan Pb(NO3)2 dan larutan KI akan menghasilkan endapan
kuning dari senyawa PbI₂.

Kemudian dari percobaan ketiga yang berisi akuades dengan campuran


larutan Pb(NO3)2 dan larutan H2SO4 berdasarkan eksperimen ketika direaksikan
atau dicampurkan dan setelah diamati, kami mendapatkan hasil bahwa percobaan-
3 termasuk ke dalam larutan yang mengalami pengendapan (terbentuk endapan)
atau bisa disebut juga sebagai larutan lewat jenuh. Sedangkan menurut
perhitungan teori, persamaan reaksi pada percobaan ketiga adalah sebagai berikut.

Pb(NO3)2 + H2SO4 → PbSO4 + 2HNO3

Larutan H2SO4 (asam sulfat) yang berwujud fisik cairan bening dan tidak
berwarna direaksikan dengan larutan Pb(NO3)2 (timbal(II) nitrat) yang berwujud
padatan putih tak berwarna. Larutan H2SO4 merupakan larutan asam dan ketika
bereaksi dengan Pb(NO3)2 yang merupakan larutan garam asam maka akan
membentuk endapan putih PbSO4.

Jadi pada percobaan ketiga, baik antara hasil eksperimen maupun hasil teori
perhitungan memiliki jawaban yang sama yaitu ketika akuades direaksikan
dengan campuran larutan Pb(NO3)2 dan larutan H2SO4 akan menghasilkan
endapan putih dari senyawa PbSO4.

Lalu pada percobaan keempat atau yang terakhir, berisi akuades dengan
campuran larutan CaCl2 dan larutan H2SO4 berdasarkan eksperimen ketika
direaksikan atau dicampurkan dan setelah diamati, kami mendapatkan hasil bahwa
percobaan-4 termasuk ke dalam larutan yang mengalami pengendapan (terbentuk
endapan) atau bisa disebut juga sebagai larutan lewat jenuh. Sedangkan menurut
perhitungan teori, persamaan reaksi pada percobaan keempat adalah sebagai
berikut.

CaCl2 + H2SO4 → CaSO4 + 2HCl

Interaksi pencampuran antara CaCl2 (garam kalsium klorida) dan H2SO4


(asam sulfat) mengalir melalui mekanisme mekanisme. Seperti yang bisa dilihat,
dua substansi yang kompleks, yaitu mengubah ion yang membentuk senyawa
garam baru CaSO4 (kalsium sulfat) yang mengalami pengendapan (butiran
endapan putih) dan asam klorida (HCl). Dan ketika larutan CaCl 2 dengan larutan
H2SO4 dicampurkan akan menghasilkan campuran yang tidak berwarna/ bening
namun tetap terdapat butiran endapan putih CaSO4 dibawahnya.

Sehingga pada percobaan keempat, baik antara hasil eksperimen maupun


hasil teori perhitungan memiliki jawaban yang sama yaitu ketika akuades
direaksikan dengan campuran larutan CaCl2 dan larutan H2SO4 akan menghasilkan
butiran endapan putih dari senyawa CaSO4.

Berikut ini yang dapat kita jadikan sebagai suatu bahan atau point penting pada
percobaan ini. Perkiraan perhitungan dengan fakta hasil percobaan, ada yang
benar dan ada yang tidak, untuk percobaan 1,2, 3, dan 4 itu sesuai, kalaupun ada
yang tidak sesuai biasanya karena ada perbedaan teori perhitungan dengan fakta
percobaan yang dipengaruhi oleh ketepatan ukuran larutan tersebut, perbedaan
suhu, dan cara penyampuran juga dapat berpengaruh.

Untuk mengendapkan dan menghilangkan ion Pb2+ dari dalam perairan kita
perlu menambahkan ion Cl-, Br- dan I- karena semua senyawa yg mengandung ion
tsb, dapat larut kecuali mengandung Pb2+ , Hg2+ ,merkuri (1). Sehingga ketika
ditambahkan ion tsb Pb2+ akan membenruk endapan dalam perairan, ion ion tsb
bisa diperoleh dari HCl, HBr, dan HI.
Gambar IV. Hasil Akuades Setelah Ditambahkan Beberapa Campuran Larutan
Yang Tercantum Pada Tabel Dengan Arah dari Depan

Gambar IV . Hasil Akuades Setelah Ditambahkan Beberapa Campuran Larutan


Yang Tercantum Pada Tabel Dengan Arah dari Atas
V. KESIMPULAN

a. Terjadinya endapan atau suatu larutan dapat dikatakan mengendap yaitu ketika
padatan yang tak larut terpisah dari larutan atau bisa juga disebut sebagai zat padat
yang tidak larut dalam cairan. Hal ini terjadi ketika konsentrasi suatu senyawa
melebihi kelarutannya, tergantung pada kelarutan zat terlarut. Karena jumlah zat
yang terlarut tersebut memiliki batas maksimum terlarutnya pada suhu tertentu
dan jika melebihi maksimum dari batas tersebut maka akan terbentuk suatu
endapan.

b. Berdasarkan pengamatan, alasan dua larutan yang mengandung ion ion sukar
larut direaksikan ialah karena supaya mengetahui penyebab dan hubungan sebab
akibat dibalik alasan mengapa sukarnya ion ion tersebut untuk larut dalam air. Hal
tersebut biasanya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain temperatur,
sifat alami pelarut, pengaruh ion sejenis, pengaruh pH, pengaruh hidrolisis, dan
pengaruh ion kompleks.
DAFTAR PUSTAKA

Khatimah, K., 2021, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan, Warung Sains
Teknologi, Surabaya.

Howell, J., 2021, Perbedaan Antara Ksp dan Qsp, Strephonsays, Jakarta.

Yasin, S., 2014, Reaksi Pengendapan, Yuana, Jakarta Pusat

Anda mungkin juga menyukai