Sebelum titrasi
V1 (HCl) N1 V2 (larutan)
N2 (larutan) Perhitungan
(mL) (HCl) (mL)
VI N1 = V2 N2
V1 0,2 = 250 0,1
125 mL 0,2 N 250 mL 0,1 N
0,2 V1 = 25
V1 = 125 mL
Setelah titrasi
V1 (larutan) N1 V2 (larutan)
N2 (HCl) Perhitungan
(mL) (larutan) (mL)
V1 N1 = V2 N2
250 0,1 = 20 N2
250 mL 0,1 N 20 mL 1,25 N
25 = 20 N2
1,54 = N2
Volume
Pb Volume
pengamatan Kesimpulan/reaksi
Asetat H2SO4 (mL)
(mL)
Pb(CH3COO)2 + H2SO4
PbSO4 + CH3COOH + endapan
Terdapat endapan
5 Ml 13 mL
berwarna putih
4.4. Titrasi
V1 N1 V2 N2
(HCL) (HCL) (NaOH) (NaOH)
(mL) (mL) (mL) (mL)
20 0,1 15 0,13
20 0,2 21 0,2
20 0,1 15,1 0,13
V. Pembahasan
5.3. Pengenceran
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan
cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika
suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah
panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat
pekat. (Khopkar, 1990).
Pengenceran dari asam dan basa kuat biasanya bersifat eksotermik. Jadi,
jangan pernah menambahkan air ke dalam larutan asam dan basa kuat (terutama
asam sulfat) karena panas yang dihasilkan dari proses pengenceran tersebut akan
mendidihkan air sehingga dapat memercikkan asam tersebut (Petrucci, 2011).
Teknik pengenceran dari cairan pekat melibatkan tiga tahap. Pada tahap
awal hitung volume aquades dan volume cairan pekat yang akan diencerkan.
Tahap kedua teknik pengukuran volume cairan pekat karena sifat zat cair pekat,
maka pengukuran volumenya harus dilakukan di ruang asam dan pembacaan skala
volumenya harus sesegera mungkin. Jika tidak ada ruang asam, pengkuran dapat
dilakukan di tempat terbuka, di dekat bak atau di dekat kran air dan arahkan wajah
searah dengan arah angin (Manan, 2005).
Tahap ketiga adalah pencampuran atau pelarutan dengan cara mengalirkan
larutan pekat melewati gelas pengaduk ke dalam gelas kimia yang berisi aquades
(Manan, 2005). Cara mengencerkan larutan adalah dengan menambahkan pelarut,
yang dapat berupa air (aquades) ke dalam larutan tersebut.
Untuk mencari normalitas larutan, kita dapat menggunakan rumus:
V1 . N1 = V2 . N2
1. Terendap sempurna
2. Murni
3. Spesifik ( memiliki sifat khusus )
4. Larutan tersebut tidak mampu melewati kertas saring yang berada pada
dinding corong tersebut.
Percobaan dilakukan dengan cara mengambil 5 mL larutan Pb(CH3COOH)2
menggunakan pipet. kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi atau gelas
kimia. Kemudian menambahkan H2SO4 sebanayak 13 mL kedalam larutan
Pb(CH3COOH)2 . selanjutnya mengambil kertas saring yang berbentuk lingkaran
dan melipat menjadi lingkaran kemudian melipat lagi 2-3 kali lipatan. Setelah
itu untuk mempermudah kertas saring melekat pada corong,tetesi aquades sedikit
demi sedikit agar kertas saring melekat pada mulut corong. Kemudian memasang
corong yang telah dipasang kertas saring diatas erlenmeyer. Lalu menuangkan
larutan hasil reaksi antara Pb(CH3COOH)2 dan H2SO4 encer yang semula
masing-masing larutan tersebut berwarna bening kemudian setelah dicampurkan
berubah menjadi larutan yang berbuih dan berwarna putih susu dan tidak lama
setelah itu terbentuk endapan yang berwarna putih dan setelah itu barulah
dilakukan penyaringan.
5.5 Titrasi
Penetralan ini bertujuan untuk menentuksn kadar larutan asam (HCl) atau
larutan basa (NaOH). Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam (HCl) ditetesi
dengan larutan basa (NaOH), atau sebaliknya sampai mencapai titik ekuivalen.
Jika molaritas salah satu larutan diketahui, maka molaritas larutan yang satu lagi
dapat ditentukan (Michael, 1997). Proses titrasi ini menggunkan larutan NaOH
0,1 N, larutan HCl sebanyak 20 ml dan indikator fenolftailein (PP). Hal tersebut
dilakukan karena jika menggunakan indicator yang lain misalnya TB, MG atau
lainnya, maka trayek pH-nya sangat jauh dari ekuivalen ( Harjadi, W. 1996). Alat-
alat yang dibutuhkan untuk melakukan titrasi adalah buret, statif, corong kaca,
dan Erlenmeyer. Buret dbilas dengan menggunakan aquades. Hal ini bertujuan
untuk menetralkan buret agar tidak mempengaruhi titrasi. Kemudian mengisi
buret dengan larutan standard yaitu NaOH 0,1 N sampai skala 0. Larutan standard
adalah larutan yang sudah diketahui. Larutan ini biasanya berfungsi sebagai titran.
Sehingga ditempatkan dalam buret yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur
volume larutan standard (Sukardjo. 1997).
Kemudian buret yang telah diisi NaOH 0,1 N dipasangkan pada statif
seperti pada gambar. Lalu mengukur volume HCl dengan gelas ukur sebanyak 20
ml. Setelah itu larutan HCl yang sudah diukur dengan gelas ukur sebanyak 20 ml
tersebut dituangkan kedalam Erlenmeyer dan ditetesi dengan indicator PP
sebanyak 3-4 tetes. Kemudian larutan HCl diletakkan dibawah buet dan ditetesi
dengan larutan NaOH yang ada didalam buret setetes demi setetes, Erlenmeyer
sambil di goyang-goyangkan hingga larutan HCl yang semula bening akan
berubah perlahan menjadi pink atau ungu. Apabila larutan HCl sudah berubah
warna menjadi pink atau ungu, maka cepat tutup keran
pada buret supaya larutab dalam buret tidak keluar lagi.
6.1 Kesimpulan
6.2. Saran
LAMPIRAN
Total konsentrasi :
1 + 2 + 3 0,2+0,1+1,25 1,55
= = = 0,5167
3 3 3
Perhitungan Titrasi :
Percobaan 1
Diket: V1 : 20 mL (HCL)
V2 : 15 mL (NaOH)
N1 : 0,1 N ( HCL)
N2 : ?
Jawab:
V1 x N1 = V2 x N2
20 x 0,1 = 15 x N2
20 0,1
= N2
15
0,13 N = N2
Percobaan 2
Diket: V1 : 20 mL (HCL)
V2 : 21 mL (NaOH)
N1 : 0,2 N ( HCL)
N2 : ?
Jawab:
V1 x N1 = V2 x N2
20 x 0,2 = 21 x N2
20 0,2
= N2
21
0,2 N = N2
Percobaan 3
Diket: V1 : 20 mL (HCL)
V2 : 15,1 mL (NaOH)
N1 : 0,1 N ( HCL)
N2 : ?
Jawab:
V1 x N1 = V2 x N2
20 x 0,1 = 15,1 x N2
20 0,1
= N2
15,1
0,13 N = N2
21 +22 + 23
N rata-rata NaOH =
3
0,13 + 0,2+ 0,13
=
3
= 0,153 N
DAFTAR PUSTAKA
Banon, C, Suharto T.E . 2008. Adsorbsi Amoniak oleh Adsorben Zeoolit Alam
yang Diaktivasi dengan Larutan Nitrat. FMIPA Universitas Bengkulu.
Jurnal Gradien Vol. 4 No 2 Juli 2008 : 354 360
Basri , Sarjani. 1996. Kamus Kimia. Jakarta : Aneka Cipta
Brady, James. 1994. Kimia Universitas : Asam dan Struktur. Jakarta : Erlangga
Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Prisip dan Terapan Modern. PT. Gelora
Akasara Pratama, Jakarta.
Petrucci, R.H. 1987. Kimia Dasar Prisip dan Terapan Modern. PT Midas Surya
Grafindo, Jakarta.
Petrucci, Ralph H., Herring, F. Geoffrey, Madura, Jeffry D., dan
Bissonette, Carey. 2011. General Chemistry Principles and Modern Applications
Tenth Edition. Pearson Canada Inc., Toronto.
Saidi, M. 2010. Jeli Marlupi (Mutiara dibalik Kulit Jeruk). Ganeca Exact,
Sidoarjo.
Setiabudi, Agus, Yayan Sunarya. 2007. Mudah dan Aktif Belajar Kimia.
Bandung: PT. Setia Purna Inves
Nama Kelompok :
21080117120014
21080117130053
21080117140047
21080117140048
21080117140049
21080117140050
21080117140051
21080117140052
21080117140053