Anda di halaman 1dari 4

RAMAINYA PERDEBATAN MENGENAI PENGGUNAAN KATA ANJAY

PANDANGAN MENURUT BUDAYA ISLAM

1. Landasan
Ada berbagai teori mengenai hubungan bahasa dan kebudayaan. Ada yang mengatakan
bahasa itu merupakan bagian dari kebudayaan, tetapi ada pulayang mengatakan bahwa
bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun mempunyai hubungan
yang sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan. Ada yang mengatakan bahwa bahasa
sangat dipengaruhi kebudayaan, sehingga segala hal yang ada dalam kebudayaan akan
tercermin di dalam bahasa. Sebaliknya, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa sangat
dipengaruhi kebudayaan dan cara berpikir manusia atau masyarakat penuturnya.
Banyak ahli dan peneliti sepakat bahwa bahasa dan budaya adalah dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Sebut saja di antaranya Suryadi (2009), dalam makalahnya Hubungan
Antara Bahasa dan Budaya, Ia menyebutkan bahwa bahasa adalah produk budaya pemakai
bahasa. Sebelumnya, pakar-pakar linguistik juga sudah sepakat antara bahasa dan budaya
memiliki kajian erat. Kajian yang sangat terkenal dalam hal ini adalah teori Sapir-Whorf.
Kedua ahli ini menyatakan, Jalan pikiran dan kebudayaan suatu masyarakat ditentukan atau
dipengaruhi oleh struktur bahasanya (Chaer, 2003: 61).

2. Menurut islam
Nabi Muhammad SAW datang membawa ajaran Islam yang mengajarkan aneka kebajikan
terhadap sekian banyak objek. Beliau menyimpulkan aneka kebajikan yang ia bawa itu,
dengan sabdanya: al-Birru husn al-khuluq ‘Kebajikan adalah budi pekerti luhur’ (HR.
Muslim).

Kata al-Birr yang berati kebajikan adalah satu kata yang mencakup aneka kebaikan dan
berkaitan dengan aneka objek. Sehingga, tidaklah meleset kalau dikatakan bahwa Islam
adalah ‘budi pekerti luhur’.

Ajaran Islam adalah akhlak budi pekerti, sejalan dengan sabda Nabi yang menyatakan bahwa
beliau tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlak.

Atau paling tidak dinyatakan bahwa pada setiap ajaran Islam, akidah maupun syariah,
demikian juga tuntunannya yang tidak berkaitan dengan akidah dan syariah, tetap terdapat
akhlak budi pekerti.

Karenanya, ajaran Islam yang menyangkut akidah maupun syari’ah adalah akhlak. Sehingga
antara akidah, syari’ah dan akhlak merupakan cerminan dari ajaran Islam yang mesti
tertanam dalam jiwa setiap Muslim.

Akhlak yang diajarkan Islam bersifat menyeluruh, menyangkut segala aspek kegiatan atau
aktivitas manusia, ini sesuai dengan salah satu ciri atau karakteristik ajarannya yakni
asysyumul ‘menyeluruh’ mencakup segala aspek kegiatan atau aktivitas manusia.
Walhasil, tuntunan akhlak yang diajarkan Islam mengarah kepada Allah SWT. Tentang
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan bahkan alam raya dan benda-benda tak bernyawa
sekalipun.

Nah, berbicara tentang sopan santun berarti menunjuk kepada hasil yang dinilai baik, karena
sopan santun hanya menunjuk kepada hal-hal yang baik sesuai dengan norma-norma yang
berlaku pada masyarakat dan di tempat si pelaku melakukan kegiatan atau aktivitas.

Dengan demikian, akhlak melahirkan sopan santun kalau hasil yang ditunjukkan manusia itu
baik. Dari sini, akhlak dapat menyempit maknanya sehingga dinamai sopan santun.

Oleh karena itu, kita dapat berkata bahwa akhlak dan sopan santun yang diajarkan Islam
mencakup sekian banyak nilai-nilai luhur yang hendaknya menghiasi kepribadian Muslim.
Nilai-nilai ini banyak disebut secara jelas dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi saw.

Seperti telah dikemukakan dalam uraian tentang karakteristik ajaran Islam, bahwa salah satu
cirinya adalah asysyumul ‘menyeluruh’ atau ‘ketercakupan’, maka tidak heran jika sopan
santun yang dianjurkan mencakup semua objek.

Rincian aneka sopan santun itu ada yang bersumber langsung dari Al-Qur’an, ada juga yang
bersumber dari ucapan, sikap dan keteladanan Nabi Muhammad SAW, dan ada pula yang
diangkat dari budaya masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam Al-Qur’an dan Sunnah.

Secara umum dapat dikatakan bahwa sopan santun yang Islam ajarkan tertuju kepada enam
objek utama, yaitu kepada Allah SWT, kepada Nabi/Rasul, sesama manusia termasuk
(ibu/bapak), binatang, tumbuh-tumbuhan, lingkungan alam dan benda-benda tak bernyawa.

Namun mesti digaris bawahi, ada norma utama yang menajadi tolak ukur akhlak dan sopan
santun dalam Islam secara keseluruhan, yakni adil, yang dimaknai dengan menempatkan
segala sesuatu pada tempatnya.

Bukanlah pada tempatnya jika seseorang mengangungkan manusia sama dengan


mengangungkan Allah SWT, betapapun tingginya kedudukan yang dimiliki oleh orang
tersebut, bukanlah pada tempatnya jika menghormati pembantu sama dengan penghormatan
kepada orang tua (ibu/bapak).

Tentu, semua ada batas-batasnya, itulah satu diantara makna adil, menempatkan segala
sesuatu pada tempatnya. Karena suatu penghormatan yang bukan pada tempatnya adalah
sebuah bentuk penghinaan.

Betapa kedudukan akhlak dan sopan santun demikian tinggi dan amat ditekankan oleh Islam.

Penekanan ini antara lain karena dengan akhlak dan sopan santun akan tercipta keharmonisan
hubungan dan kedamaian di bumi, karena damai adalah dambaan setiap makhluk.

Dengan sopan santun, permusuhan dapat dihindari, bahkan permusuhan dapat menjadi
pertemanan yang akrab (QS. Fushshilat/41:34).
Di sisi lain, sopan santunlah yang lebih mampu meraih simpati dan menciptakan hubungan
yang baik dibandingkan dengan apapun selainnya, termasuk materi.

Sopan santun adalah manifestasi akhlak yang paling banyak dilihat orang, tolak ukurnya pun
dikenal luas, sekalipun oleh orang yang tidak terpelajar.

Itu antara lain disebabkan karena banyak norma dan praktiknya yang bersumber dari
masyarakat. Namun, perlu digarisbawahi, ciri utama dari sopan santun adalah harus tampak
ke permukaan karena itulah yang menjadi indikator utama tentang baik dan buruknya agama
yang dianut seseorang.

Sejarah telah mencatat, masuknya Islam ke Indonesia bahkan Asia Tenggara, adalah bukti
konkret tentang hal yang disebutkan di atas.

Para pedagang yang datang dari Timur Tengah yang masuk ke wilayah Nusantara yang
notabenenya tidak mampu menggunakan lisan penduduk setempat.

Tetapi mereka berhasil menyebarkan Islam dengan bahasa sopan santun dan akhlak yang
luhur, sehingga kita dapat menikmati indahnya Islam sampai saat sekarang ini.

Karena itu, sekali lagi, akhlak dan sopan santun sangat dibutuhkan, bukan saja untuk
memperkenalkan wajah Islam yang budi pekerti luhur, tetapi lebih untuk menciptakan serta
mewujudkan hubungan yang harmonis dan kedamaian di persada bumi ini, ‘Wallahu A’lam
Bi Al-Shawab’.

3. Pembahasan menurut hadist


4. HUKUM ISLAM
5. Ibrahim An Nakha’i rahimahullah mengatakan:
6. ‫ت َك ْلبًا‬
ُ ‫ أَت ََرانِي خَ لَ ْق‬:‫ال هَّللا ُ لَهُ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬
َ َ‫ يَا ِخ ْن ِزيرُ؛ ق‬، ُ‫ يَا َك ْلب‬،ُ‫ يَا ِح َمار‬:‫ إِ َذا قَا َل ال َّر ُج ُل لِل َّر ُج ِل‬: َ‫َكانُوا يَقُولُون‬
ْ َ
‫أوْ ِح َمارًا أوْ ِخن ِزيرًا؟‬ َ
7. “mereka (para tabi’in) dahulu mengatakan, jika seseorang mencela orang lain
dengan perkataan ‘wahai keledai‘, ‘wahai anjing‘, ‘wahai babi‘ maka kelak Allah
akan bertanya kepadanya di hari kiamat: ‘apakah engkau melihat Aku
menciptakan (dia) sebagai anjing atau keledai atau babi?’” (diriwayatkan oleh
Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf 5/238)
8. Sa’id bin Al Musayyab rahimahullah mengatakan:
9. ‫ت َك ْلبًا أَوْ ِح َمارًا أَوْ ِخ ْن ِزيرًا؟‬ ُ ‫ أَتُ َرانِي ُخلِ ْق‬:‫ك يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة‬ َ ُ‫ فَيَق‬.ُ‫ يَا ِخ ْن ِزير‬، ُ‫ يَا َك ْلب‬،ُ‫ يَا ِح َمار‬:َ‫صا ِحبِك‬
َ َ‫ول ل‬ َ ِ‫اَل تَقُلْ ل‬
10. “Jangan engkau berkata kepada temanmu ‘wahai keledai‘, ‘wahai anjing‘, ‘wahai
babi‘. Sehingga kelak di hari kiamat engkan akan ditanya: ’apakah engkau melihat
aku diciptakan sebagai anjing atau keledai atau babi?’” (diriwayatkan oleh Ibnu
Abi Syaibah dalam Al Mushannaf 5/282)
11. An Nawawi rahimahullah dalam kitab Al Adzkar (365) mengatakan:
12. ‫ فهذا‬،‫ ونحو ذلك‬،‫ يا كلب‬،‫ يا تيس‬،‫ يا حمار‬:‫ومن األلفاظ المذمومة المستعملة في العادة قوله لمن يخاصمه‬
‫ أنه إيذاء‬:‫ واآلخر‬.‫ أنه كذب‬:‫ أحدهما‬:‫قبيح لوجهين‬
13. “diantara lafadz yang tercela yang biasa digunakan orang untuk mencela orang
yang berselisih denganya adalah perkataan ‘wahai keledai‘, ‘wahai kambing‘,
‘wahai anjing‘ atau semacamnya. Perkataan ini tercela dari 2 sisi: (1) itu
merupakan dusta (2) itu merupakan gang\guan terhadap orang lain”.
14. (QS Al Anfal 8 : 22, 55)“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-
buruknya pada sisi Allah ialah; orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak
mengerti apa-apapun”“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di
sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman”

Anda mungkin juga menyukai