Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)


Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan
Prodi Keperawatan Program Sarjana

Dosen Pembimbing : Ns. Gatot Suparmanto, M.Sc

Disusun oleh :
RIZQI AKHLAQUL KARIMAH
NIM. S18043

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ULKUS DIABETIKUM

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang
melibatkan organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan
bagian bawah. Inveksi ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA
akan menyerang host, apabila ketahanan tubuh (immunologi) menurun.
Penyakit ISPA ini paling banyak di temukan pada anak di bawah lima
tahun karena pada kelompok usia ini adalah kelompok yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit
(Karundeng Y.M, et al. 2016).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah radang akut saluran
pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik
atau bakteri, virus, maupun reketsia tanpa atau disertai dengan radang
parenkim paru. ISPA adalah masuknya mikroorganisme (bakteri, virus,
dan riketsia) ke dalam saluran pernapasan yang menimbulkan gejala
penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari (Wijayaningsih, 2013).
ISPA merupakan salah satu penyakit menular yang ditularkan melalui
udara. Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau bakteri.
Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih gejala
berupa tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau batuk
berdahak (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2013).

2. Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri
penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus,
pnemokokus, 21 hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan mikovirus, adenovirus, koronavirus,
pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus.
Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA
diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza
yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan
bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung.
Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia
dibawah 2 tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna.
Peralihan musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan risiko
serangan ISPA.
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap
kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi
kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Wijayaningsih, 2013).

3. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis,
nyeri tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri
retrosternal dan konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai
malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila
peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.

4. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
1. Pneumonia berat
Ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
2. Pneumonia
Ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia
Ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit
ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan
untuk  golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.
a. Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding
pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk  golongan
umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

b. Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit


yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau
meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk 
usia 2 -12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4
tahun adalah 40 kali per menit atau lebih. 3
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ini yaitu asma. Komplikasi lain
yang dapat timbul yaitu:
1. Otitis media
Otitis media merupakan penyebab paling umum dari nyeri telinga atau
otalgia. Pencegahan terhadap otitis media sangat penting mengingat
rekurensi dan komplikasi yang umum terjadi akibat penyakit ISPA.
2. Croup
Penyakit Croup adalah salah satu jenis infeksi saluran pernapasan yang
umumnya dialami anak berusia enam bulan hingga tiga tahun. 
3. Gagal nafas
Kondisi kegawatan medis yang terjadi akibat gangguan serius pada sistem
pernapasan, sehingga menyebabkan tubuh kekurangan oksigen. Kondisi ini
perlu segera mendapat penanganan medis. Jika tidak segera ditangani, gagal
napas dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dan bahkan kematian.
4. Sindrom kematian bayi mendadak dan kerusakan paru residu
Sudden infant  death syndrome atau SIDS adalah kematian mendadak
pada bayi sehat berusia di bawah 1 tahun yang terjadi secara tidak
terduga atau tanpa ditandai gejala apa pun.
(Wuandari.D & Purnamasari. L, 2015)

6. Patofisiologi dan Pathway


Menurut (Amalia Nurin, dkk, 2014) Perjalanan alamiah penyakit ISPA
dibagi 4 tahap yaitu :
1. Tahap prepatogenesis
Penyuebab ISPA telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi
Virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit
Dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh
sempurna,sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan meninggal akibat
pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar
sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif
dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan
gas yang ada di udara amat tergantung pada tiga unsur alami yang selalu
terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia,
makrofag alveoli, dan antibodi.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel
mukosanya telah rusak akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal
yang dapat mengganggu keutuhan lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap
rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran udara), sindroma imotil,
pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih). Makrofag banyak
terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi infeksi.
Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh bakteri,
sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat
yang ada di saluran nafas ialah Ig A. Antibodi ini banyak ditemukan di
mukosa. Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
nafas, seperti yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan
(imunokompkromis) mudah terkena infeksi ini seperti pada pasien keganasan
yang mendapat terapi sitostatika atau radiasi.Penyebaran infeksi pada ISPA
dapat melalui jalan hematogen, limfogen, perkontinuitatum dan udara nafas.
PATHWAY

Hipertermi

Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Gangguan
Pertukaran gas

Gangguan
Gangguan
Keseimbangan
cairan tubuh
cairan tubuh
Nutrisi kurang Intoleransi
dari kebutuhan Aktivitas
tubuh

Sumber : Modifikasi antara Mutaqin Arif (2008), Price (2006),


dan Ngastiyah (2009)
7. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan medis menurut Wuandari.D & Purnamasari. L (2015)
meliputi :
1. Simtomatik
Pengobatan simtomatik adalah pengobatan yang bertujuan untuk
mengurangi keluhan tanpa melihat penyakit utama yang
menyebabkan keluhan tersebut timbul. Misalnya pada pasien dengan
kanker paru yang sudah menyebar ke tulang dan menyebabkan nyeri.
2. Antihistamin
Antihistamin diduga bermanfaat untuk mengurangi gejala ISPA.
Hipotesa ini membuat antihistamin sering kali digunakan untuk
ISPA, baik sebagai monoterapi maupun sebagai terapi gabungan.
3. Vitamin C
Suplementasi vitamin C dosis tinggi berperan dalam pencegahan dan
penanganan infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). 
4. Espektoran
Obat batuk jenis ekspektoran dapat merangsang pengeluaran dahak
dari saluran napas sekaligus mengencerkan dahak. Obat ini dapat
membuat pernapasan terasa lebih lega. 

B. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan meliputi pencegahan, penatalaksanaan
keperawatan meliputi:
1. Istrirahat Total
Istirahat dan tidur cukup 7-8 jam sehari, batasi aktivitas fisik berat
2. Peningkatan intake cairan
Meningkatan intake cairan untuk meningkatkan status nutrisi agar
daya tahan tubuh meningkat
3. Memberikan penyuluhan sesuai penyakit
Memberikan penyuluhan atau pendkes dapat meeningkatkan tingkat
pengetahuan sehingga dapat mencegah kembali pwnykit ISPA
4. Memberikan kompres hangat bila demam
Meningkatnya sel darah putih akibat infeksi menyebabkan suhu
tubuh meningkat, kompres hangat dapat menurunkan suhu tubuh
yang tinggi
5. Pencegahan infeksi lebih lanjut
Memberikan pendkes mengenai pencegahan infeksi seperti rajin
mencuci tangan, menjaga alat kebersihan makanan dan lingkungan
agar tidak mudah terifesi bakteri yang menyebabkan ISPA.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Asuhan keperawatan pada tahap pertama yaitu pengkajian. Dalam
pengkajian perlu dikaji biodata pasien dan data data untuk menunjang
diagnosa. Data tersebut harus seakurat akuratnya, agar dapat
digunakan dalam tahap berikutnya, meliputi nama pasien, umur, dan
penanggungjawab.
a. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan oleh klien yaitu panas
naik turun, sakit tenggorokan, dan susah bernapas yang menyebabkan
klien datang untuk mencari bantuan kesehatan. Pada anak jika anak
yang sadar dapat langsung ditanyakan pada klien tetapi jika anak
yang tidak dapat berkomunikasi keluhan dapat ditanyakan pada
orangtua klien yang sering berinteraksi dengan klien (Utomo, 2017).
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan demam, batuk, pilek,
sakit tenggorokan
2) Riwayat kesehatan lalu
Apakah klien pernah mengalami penyakit seperti yang dialaminya
sekarang
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit
klien
b. Pengkajian Pola Gordon
1) Pola persepsi
Pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan terjadi perubahan
persepsi dan tatalaksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan
tentang dampak gangguan sistem pernapasan, sehingga
menimbulkan persepsi negatif terhadap diri dan kecendurangan
untuk tidak mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang
sesuai.
a) Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi sputum yang berlebihan sehingga menimbulkan
keluhan pusing, mata berkunang-kunang, dan mudah lelah. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan
metabolisme yang dapat mempengarui status kesehatan penderita.
berat badan menurun, turgor kulit jelek , mual muntah.
b) Pola eliminasi
Adanya penigkatan sputum berlebih menyebabkan terjadinya
gangguan pernapasan yang menyebabkan pasien kesulitan bernapas
dan menyebabkan gangguan pola napas.
c) Pola ativitas dan latihan
Kelemahan, kram otot, gangguan istirahat dan tidur,
tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas. Adanya
penigkatan sputum berlebih menyebabkan penderita tidak mampu
melakukan aktivitas sehari hari secara maksimal, penderita mudah
mengalami kelelahan.
d) Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif karena terjadi gangguan pola napas, sehingga
klien mengalami kesulitan tidur
e) Kongnitif persepsi
Pasien dengan ISPA cendrung mengalami pilek, pengecapan
mengalami penurunan, dan gangguaan penciuman.
f) Persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Produksi sputum yang
berlebih, lamanya perawatan dan pengobatan menyebabkan pasien
mengalami kecemasan dan gangguan peran pada keluarga (self
esteem).
g) Peran hubungan
Produksi sputum yang berlebih dan mengganggu pernapasan serta
lendir keluar terus menerus menyebabkan penderita malu dan
menarik diri dari pergaulan.
h) Seksualitas
Adanya infeksi pada saluran pernapasan, serta orgasme menurun
dan terjadi impoten pada pria. Risiko lebih tinggi terkena kanker
prostat berhubungan dengan nefropati.
i) Koping toleransi
Kecemasan, mudah tersinggung, dapat menyebabkan penderita
tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
kontruktif/adaptif.
j) Nilai kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi
mempengarui pola ibadah penderita.

b. Pemeriksaan fisik
1. Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu. Tekanan
darah dan pernafasan pada pasien dengan pasien ISPA bisa tinggi atau
normal, Nadi dalam batas normal, sedangkan suhu akan mengalami
perubahan jika terjadi infeksi.
a) Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis.
b) Pemeriksaan Kepala dan Leher
 Kepala : kaji bentuk kepala, keadaan rambut, apakah ada kelainan atau
lesi pada kepala
 Leher : apakah terdapat pembesaran kelenjar tiroid atau tidak, kelenjar
getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
c) Pemeriksaan Dada (Thorak)
 Inspeksi : Tampak penggunaan otot bantu nafas diafragma,
tampak Retraksi interkosta, peningkatan frekuensi pernapasan,
sesak nafas
 Palpasi : Taktil fremitus teraba sama kanan dan kiri, taktil
fremitus teraba lemah
 Perkusi :Terdengar suara sonor pada ICS 1-5 dextra dan ICS 1-2
sinistra
 Auskultasi : Pemeriksaan biasanya ada kelainan dan bisa juga
terdapat bunyi nafas tambahan seperti ronchi pada pasien dengan
peningkatan produksi secret, kemampuan batuk yang menurun
pada klien yang mengalami penurunan kesadaran (Mutaqin, 2014;
Debora, 2013).
d) Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
 Inspeksi : Pemeriksaan dengan cara observasi (pengamatan)
melihat ada atau tidaknya bendungan vena pada dinding dada
 Palpasi : Pemeriksaan dengan cara sentuhan, perabaan, dan
tekanan untuk mencari pulsasi iktus cordis (secara normal : iktus
cordis terletak di garis midclavicula sinistra intercostae V)
 Perkusi : Pemeriksaan dengan cara mengetuk jari tengah tangan
kiri yang diletakkan pada tubuh pasien. Menentukan batas kanan
jantung setelah batas paru hepar ditentukan, selanjutnya
menentukan batas kiri jantung setelah batas paru-lambung
ditentukan
 Auskultasi : Pemeriksaan dengan menggunakan stetoskope untuk
mendengarkan bunyi jantung I (saat katup mitral dan trikuspidal
menutup) dan bunyi jantung 2 (saat katup aorta dan pulmonal
menutup) pada masing-masing katup jantung.
e) Pemerik saan Abdome n dalam batas normal.
 Inspeksi : Persebaran warna kulit merata, bentuk simetris
 Auskultasi : Pada klien biasanya suara bising usus normal
10x/menit
 Palpasi : Ada/tidaknya asites, tidak terdapat nyeri tekan pada
epigastrium, pembesaran hati (hepatomegali) dan limfe
 Perkusi : Untuk mengetahui suara yang dihasilkan dari rongga
abdomen, apakah timpani atau dullness yang mana timpani adalah
suara normal dan dullness menunjukan adanya obstruksi.
f) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus sering BAK
Kaji apakah alat kelamin bersih atau tidak, terdapat hemoroid atau
tidak, terdapat perdarahan atau tidak, terdapat massa atau tidak.
g) Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa
kesemutan
h) Pemeriksaan Ekstremitas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta
kelainan bentuk (Nursing Student, 2015).
i) Pemeriksaan Neurologi
Biasanya terjadi penurunan neurologis, parasthesia, anesthesia,
letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001) berhubungan dengan sekresi
yang tertahan
b. Gangguan Pertukaran Gas (D.0003) berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
c. Hipertermi (D.0130) berhubungan dengan proses penyakit
d. Intoleransi aktivitas (D.0056) berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
e. Defisit nutrisi (D.0019) berhubungan dengan kurangnya asupan
makanan
f. Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036) dibuktikan dengan diare

3. Rencana Keperawatan (SDKI, SLKI, SIKI)


No Diagnosa Tujuan/SLKI Intervensi/SIKI
.
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
napas tidak efektif Tindakan keperawatan (I.01011):
(D.0001) selama 3x24 jam Observasi :
berhubungan diharapkan bersihan jalan - Monitor pola napas
dengan sekresi napas pasien dapat (frekuensi, kedalaman, usaha
yang tertahan meningkat dengan kriteria napas)
hasil : - Monitor sputum (jumlah,
 Batuk efektif meningkat warna, aroma)
(5) Terapeutik :
 Produksi sputum - Posisikan semi fowler atau
menurun (5) fowler
 Gelisah menurun (5) - Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi :
- Ajarkan teknik batuk efektif
- Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukan Terapi Oksigen (I.01026):
Pertukaran Gas Tindakan keperawatan Observasi :
(D.0003) selama 3x24 jam - Monitor kecepatan aliran
berhubungan diharapkan pertukaran gas oksigen
dengan meningkat dengan kriteria
ketidakseimbangan hasil :
Terapeutik :
ventilasi-perfusi  Bunyi napas tambahan
- Pertahankan kepatenan jalan
menurun (5)
napas
 Pusing menurun (5)
- Berikan oksigen tambahan,
 Napas cuping hidung
jika perlu
menurun (5)
Edukasi :
- Ajarkan pasien dan keluarga
cara menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi :
- Kolaborasi penentuan dosis
oksigen
3. Hipertermi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia
(D.0130) Tindakan keperawatan (I.55506) :
berhubungan selama 3x24 jam Observasi :
dengan proses diharapkan termoregulasi - Monitor suhu tubuh
penyakit membaik dengan kriteria Terapeutik :
hasil : - Sediakan lingkungan yang
 Menggigil menurun (5) dingin
 Pucat menurun (5) - Longgarkan atau lepaskan

 Suhu tubuh membaik (5) pakaian

 Tekanan darah membaik Edukasi :

(5) - Anjurkan tirah baring


Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu
4. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi (I.05178) :
aktivitas (D.0056) Tindakan keperawatan Observasi :
berhubungan selama 3x24 jam - Monitor pola dan jam tidur
dengan diharapkan toleransi Terapeutik :
ketidakseimbangan aktivitas meningkat dengan - Fasilitasi duduk di samping
antara suplai dan kriteria hasil : tempat tidur
kebutuhan oksigen  Keluhan lelah menurun - Berikan lingkungan yang
(5) nyaman dan rendah stimulus
 Warna kulit pucat cukup Edukasi :
menurun (4) - Ajarkan strategi koping untuk
 Frekuensi nadi membaik mengurangi kelelahan
(5) Kolaborasi :

 Saturasi oksigen - Kolaborasi dengan ahli gizi

membaik (5) tentang cara meningkatkan


asupan makanan.
5. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi
(D.0019) Tindakan keperawatan (I.03119):
berhubungan selama 3x24 jam Observasi :
dengan kurangnya diharapkan status nutrisi - Identifikasi status nutrisi
asupan makanan membaik dengan kriteria - Monitor asupan makanan
hasil : Terapeutik :
 Porsi makanan yang - Sajikan makanan secara
dihabiskan meningkat (5) menarik dan suhu yang
 Nafsu makan membaik sesuai
(5) - Berikan suplemen makanan
jika perlu
Edukasi :
- Ajarkan diet yang di
programkan
Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk mennetukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan jika perlu
6. Risiko Setelah dilakukan Manajemen Cairan
ketidakseimbangan Tindakan keperawatan (I.03098):
cairan (D.0036) selama 3x24 jam Observasi :
dibuktikan dengan diharapkan keseimbangan - Monitor status hidrasi
diare cairan meningkat dengan - Monitor berat badan harian
kriteria hasil : Terapeutik :
 Asupan cairan meningkat - Catat intake-output dan
(5) hitung balance cairan 24 jam
 Membran mukosa lembab - Berikan asupan cairan sesuai
meningkat (5) kebutuhan
 Dehidrasi menurun (5) - Berikan cairan intravena jika
perlu
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
diuretik jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu
pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah
kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam
rencana keperawatan (Nursallam, 2011).

5. Evaluasi
Menurut Nursalam (2011), evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis
yaitu :
a. Evaluasi formatif. Evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan
dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai
b. Evaluasi somatif , merupakan evaluasi akhir dimana
dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3,
Edisi 8. Penerbit RGC. Jakarta.

Guyton & Hall. 2014. 12th ed. Textbook of Medical Physiology. St. Louis.
Missouri: Elsevier Saunders. St.
Horton & Jeanne. 2011. Exercise in Patiens with type 2 Diabetes Melitus :
Afundamental and clinical text 3rd. Lippincott Williams.

Mutaqin, Arif. 2008. Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Studi Kasus.
Palembang

Notoatmojo. 2011. Meteodologi penelitian kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta


PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta: DPP PPNI

Suyono. 2011. Diabetes Melitus di Indonesia : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
jilid III Edisi V. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta.

Smeltzer & Bare. 2014. Textbook Medical Surgical Nursing. 12th ed.
Philadelphia: Lipincott Willliams& Wilkins

Anda mungkin juga menyukai