Anda di halaman 1dari 8

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING

PADA GENERASI Z

Agus Purnomo1, Nurul Ratnawati2, Nevy Farista Aristin3

Abstrak
Setiap generasi mempunyai kepercayaan, nilai, budaya, perspektif, kegemaran, dan kemahiran yang berbeda
terhadap kehidupan dan pekerjaan. Generasi yang lahir pada awal tahun 2000an saat perkembangan teknologi
sedemikian pesatnya disebut dengan generasi–z atau net generation. Karakter dari generasi ini sangat peka
terhadap teknologi dan komunikasi, artinya mereka memiliki keunggulan dalam bidang informasi dan
perkembangan pengetahuan. Sementara para pendidiknya yang lahir pada era sebelumnya masih belum terbiasa
dengan hal itu sehingga seringkali pendidik mengaku ”gaptek” (gagap teknologi). Untuk menyikapi hal tersebut
perlu ada inovasi baru dalam proses belajar mengajar sehingga sesuai dengan karakter tersebut.
Mengkombinasikan pembelajaran konvensional dengan media komunikasi seperti whatsapp dan google drive
merupakan salah satu solusi mudah pembelajaran IPS pada generasi-z. Peserta didik yang terbiasa berkomunikasi
menggunakan jejaring sosial dapat mengakses materi dan rencana pembelajaran yang sudah disusun dengan
terstruktur setiap pertemuan. Sehingga mereka dapat membaca atau menyiapkan pertanyaan sebelum pembelajaran
dimulai. Proporsi penggunaan e-learning pada pembelajaran ini mencapai 35% sehingga bisa disimpulkan sebagai
pembelajaran blended learning. Pembelajaran ini berdiri di atas infrastruktur teknologi informasi dan bisa
dilakukan kapanpun dan dimanapun. Jadi pembelajaran blended learning memiliki karakteristik yang terbuka
(open), fleksibel, dan dapat terjadi dimana saja.
Kata kunci: Generasi Z dan blended learning

Abstract.
Every generation has beliefs, values, cultures, perspectives, interests, and different skills for life and work. The
generation born in the early 2000s when the rapid development of such technology referred to as generation-z or
net generation. Characters of this generation is very sensitive to technology and communication, meaning they
have an advantage in the field of information and knowledge development. While the educators who were born in
an earlier era are still not familiar with it so that educators often claimed to be "clueless" (stuttering technology).
To address this need no new innovations in the learning process so that it complies with these characters. Combines
conventional learning with communication media such as whatsapp and google drive is one easy solution social
studies lesson on the generation-z. Learners who are accustomed to communicate using social networks can access
the material and lesson plans that have been prepared with structured each meeting. So that they can read or prepare
questions before the learning begins. The proportion of the use of e-learning in this study reached 35% so that it
can be summed up as learning blended learning. This learning to stand on its information technology infrastructure
and can be done anytime and anywhere. So learning blended learning has characteristics that are open, flexible,
and can occur anywhere.
Keywords: Generation Z and blended learning

1
Prodi Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Sosial - Universitas Negeri Malang, purnomo.agus88@gmail.com
2
Prodi Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Sosial - Universitas Negeri Malang, noerulmahfida@gmail.com
3
Prodi Pendidikan Geografi - Universitas Lambungmangkurat, nevyfarista@gmail.com

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 70


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347
1. PENDAHULUAN pekerjaan bersamaan. Mereka senang dengan
Kiprah pendidikan senantiasa hidup dalam persoalan-persoalan yang membutuhkan peng-
suatu dunia yang terus berubah seiring dengan ambilan keputusan yang cepat. Andalannya
kemajuan teknologi informasi dan perubahan adalah internet yang merupakan sumber
demografi. Jika dunia pendidikan tidak menye- melimpah dalam pendukung pengambilan
laraskan diri dengan perkembangan jaman keputusan.
tersebut, pendidikan akan menjadi usang dan Membelajarkan anak generasi Z akan
tidak selaras dengan kemajuan di milenium menjadi hal sulit jika pendidik masih mene-
kedua ini. Generasi muda saat ini, yang disebut rapkan gaya masa lalu, seperti menggunakan
juga Generasi Z atau Net Generation, mem- metode Duduk Dengar Catat Hapal (DDCH).
punyai karakteristik yang membuat mereka Kini bukan zamannya lagi anak duduk meng-
berbeda dengan generasi terdahulu. Jika dunia habiskan waktu dengan mendengarkan, merang-
pendidikan tidak membuat upaya untuk kum dan menuliskan PR di buku tulis. Seiring
memetakan profil khas pembelajar ini dan perkembangan zaman, pendidik harus mening-
merancang pola pembelajaran yang sesuai, akan galkan cara lama agar sukses membimbing
terbentuk kesenjangan antara keduanya. generasi Z menghadapi masa depan. Sangat
Pendidik di zaman informasi ini mempunyai diperlukan inovasi dalam mengajar anak
kecenderungan gaya belajar aktif, sequential, generasi Z, karena mereka mempunyai konsep
sensing, dan visual (Felder dan Soloman, 1993). berpikir yang berbeda. Lingkungan generasi Z
Pendidik aktif mudah belajar dengan mela- bukan hanya alam nyata, tetapi juga alam maya.
kukan sendiri apa yang sedang dipelajari. Maka, Seiring dengan berjalannya waktu, kebu-
mata kuliah yang terlalu banyak bersifat tuhan manusia semakin berkembang dan
ceramah dan komunikasi satu arah serta terpusat bertambah. Penemuan teknologi-teknologi baru
kepada dosen (teacher-centered) tidak akan menjadi salah satu faktor penunjang bertam-
cocok dengan mereka. Sebaliknya, pembelajaran bahnya kebutuhan baru dalam segala bidang,
yang membuat mereka menerapkan teori dan termasuk pada bidang pendidikan. Inovasi-
melakukan sendiri apa yang sedang dipelajari inovasi baru lahir seiring dengan berkem-
akan dengan mudah menarik minat dan pada bangnya teknologi dan kebutuhan pendidik dan
gilirannya kemampuan belajar mereka. terutama peserta didik. Hidup di zaman yang
Mereka yang bergaya belajar sequential katanya zamannya generasi Z di mana generasi
mudah menyerap materi yang diberikan secara ini terbiasa mendapatkan informasi beragam
runtut, berurutan secara logis, dan dengan jelas dalam waktu yang sangat singkat, hanya dengan
terkait antara satu dengan lainnya. Mereka “pencet tombol ini, maka lihat apa yang akan
dengan gaya belajar sensing cenderung terjadi” (Musyarofah, 2014).
menyukai fakta, menyukai hal-hal yang pene- Mobilitas manusia yang semakin padat dan
rapan praktisnya jelas, mengharapkan relevansi lahirnya teknologi-teknologi baru, menjadi latar
dengan dunia sehari-hari, dan kurang suka teori belakang lahirnya model pembelajaran blended
abstrak dan tes yang materinya belum dibahas learning sebagai inovasi baru dalam menjawab
tuntas di kelas. Akhirnya, mereka dengan gaya tantangan zaman. Blended learning adalah
belajar visual akan terbantu dengan bagan, istilah dari pencampuran antara model pembe-
skema, dan diagram alir dari rangkaian teori lajaran konvensional yang biasa dilakukan
yang sedang mereka kupas. secara face to face dengan model pembelajaran
Keempat gaya belajar ini selaras dengan berbasis internet yang biasa dikenal dengan
kecenderungan generasi Z yang kehidupannya istilah e-learning (Uno, 2011).
sarat dengan interaksi lewat ber-bagai media Model pembelajaran ini merupakan cara
virtual seperti ponsel, Blackberry, dan Internet. belajar yang murah dan efektif (Suyono, 2011).
Kesimpulannya, sudah saatnya praktek pendidi- Model pembelajaran ini bisa diterapkan kepada
kan mengakomodasi kecenderungan ini melalui siapa saja, terutama untuk mereka yang mempu-
kombinasi yang efektif antara pembelajaran teori nyai mobilitas tinggi dan sulit untuk terus
dengan eksplorasi dunia maya melalui berbagai bertatap muka secara langsung dengan pendidik
piranti teknologi informasi tersebut. atau dosen. Alasan lain adalah sebagai sarana
Keunikan generasi Z, cenderung melakukan belajar bersama untuk mereka yang merasa
gaya multitasking, yaitu melakukan beberapa membutuhkan materi tambahan. Mereka kurang

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 71


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347
puas dengan pembelajaran konvensional di yang di dalamnya termasuk: memilih standar
kelas, karena dengan blended learning mereka kompetensi (goal) yang telah dibuat dalam
bisa dengan mudah men-dapatkan materi-materi tahapan analisis; menentukan kompetensi
baru bahkan lebih up to date dari berbagai dasar (objektif); menentukan indikator keber-
sumber bahkan pakar dari seluruh belahan dunia. hasilan; memilih bentuk penilaian; me-
Generasi Z sudah sangat dimanjakan sekali nentukan sumber atau bahan-bahan belajar;
dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang menerapkan strategi pembelajaran; membuat
ditawarkan. Tidak zamannya lagi kita harus storyboard; mendesain antar muka;
berdiam diri menunggu intruksi dari pendidik 3) Development
saja di sekolah. Dari kenyataan yang telah Tahapan ini merupakan tahapan produksi
dipaparkan di atas maka fokus kajian dalam dimana segala sesuatu yang telah dibuat
penelitian ini adalah, ”Bagaimanakah formula dalam tahapan desain menjadi nyata.
penerapan Blended Learning pada Generasi Z?” Langkah-langkah dalam tahapan ini dianta-
ranya adalah: membuat objek-objek belajar
2. METODE PENELITIAN (learning objects) seperti dokumen teks, ani-
Perancangan formulasi Blended Learning masi, gambar, video dan sebagainya; mem-
menggunakan Model ADDIE yang merupakan buat dokumen-dokumen tambahan yang
salah satu model desain pembelajaran yang mendukung.
memperlihatkan tahapan-tahapan desain yang 4) Implementation
sederhana dan mudah dipelajari adalah model Pada tahapan ini sistem pembelajaran sudah
ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement- siap untuk digunakan oleh peserta didik.
Eva-luate). ADDIE muncul pada tahun 1990-an Kegiatan yang dilakukan dalam tahapan ini
yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. adalah mempersiapkan dan memasarkannya
Salah satu fungsinya yaitu menjadi pedoman ke target peserta didik.
dalam membangun perangkat yang efektif, 5) Evaluation
dinamis dan mendukung pembelajaran. Model Evaluasi dapat dilakukan dalam dua bentuk
ini menggunakan 5 tahap pengembangan evaluasi yaitu formatif dan sumatif. Evaluasi
(Sukenda dkk. 2013) yakni: formatif dilakukan selama dan di antara
1) Analysis tahapan-tahapan tersebut. Tujuan dari eva-
Analisis merupakan tahap pertama yang luasi ini adalah untuk memperbaiki sistem
harus dilakukan oleh seorang pengembang pembelajaran yang dibuat sebelum versi
pembelajaran. Kaye Shelton dan George terakhir diterapkan. Evaluasi sumatif dilaku-
Saltsman (2007) menyatakan ada tiga seg- kan setelah versi terakhir diterapkan dan
men yang harus dianalisis yaitu peserta didik, bertujuan untuk menilai keefektifan pembe-
pembelajaran, serta media untuk menyam- lajaran secara keseluruhan. Pertanyaan-per-
paikan bahan ajarnya. Langkah-langkah tanyaan yang dapat diajukan dalam tahapan
dalam tahapan analisis ini setidaknya adalah: evaluasi adalah: Apakah tujuan belajar ter-
menganalisis peserta didik; menentukan capai oleh peserta didik?; Bagaimana pera-
materi ajar; menentukan standar kompetensi saan peserta didik selama proses belajar?
(goal) yang akan dicapai; dan menentukan suka, atau tidak suka; Adakah elemen belajar
media yang akan digunakan. yang bekerja dengan baik atau tidak baik?;
2) Design Apa yang harus ditingkatkan?; Apakah infor-
Pendesainan dilakukan berdasarkan apa yang masi dan atau pesan yang disampaikan cukup
telah dirumuskan dalam tahapan analisis. jelas dan mudah untuk dimengerti?; Apakah
Tahapan desain adalah analog dengan pem- pembelajaran menarik, penting, dan memo-
buatan silabus. Dalam sila-bus tersebut harus tivasi?
memuat informasi kontak, tujuan-tujuan Pembelajaran ini dikembangkan dan
pembelajaran, persyaratan kehadiran, kebi- diujicobakan pada tiga tempat yang berbeda,
jakan keterlambatan pekerjaan, jadwal pem- yaitu: Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
belajaran, pengarahan, alat bantu komu- - Universitas Negeri Malang, Prodi Pendidikan
nikasi, kebijakan teknologi, serta desain antar Geografi - Universitas Lambungmangkurat, dan
muka untuk pembelajaran. Langkah-langkah Prodi Pendidikan Geografi - Universitas Kanju-
dalam tahapan ini adalah membuat silabus ruhan Malang. Dan juga diterapkan pada 9 mata

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 72


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347
kuliah yang berbeda. Diharapkan dengan variasi komunikasi itu diharapkan mampu untuk
yang cukup banyak akan didapatkan hasil yang membantu peserta didik dalam mengakses bahan
lebih bagus dalam mendeskripsikan pengem- belajar mereka, dan membantu pendidik untuk
bangan pembelajaran ini. menyebarluaskan materi ajarnya dengan efisien
dan efektif.
3. PEMBAHASAN Tahap berikutnya adalah desain pem-
Analisis sebagai tahap pertama terdiri dari 2 belajaran. Desain tersebut bertujuan untuk
hal, yaitu analisis kinerja dan analisis kebutuhan merancang pengalaman belajar yang perlu
peserta didik. Analisis kinerja ditujukan untuk dimiliki peserta didik selama mengikuti
mengidentifikasi masalah dalam pembelajaran. perkuliahan. Pengalaman belajar mencakup
Masalah yang didapatkan adalah banyak peserta deskripsi media belajar, bahan ajar, hingga
didik yang kurang fokus selama perkuliahan evaluasi yang digunakan. Indikator keber-
yang dikarenakan faktor-faktor kelelahan dan hasilan dari proses pembelajaran adalah
kebosanan/kejenuhan. Dari beberapa peserta tercapainya tujuan belajar yang ada pada rencana
didik yang didapatkan hasil yang menarik. yang sudah dibuat dan disepakati pada awal
Mereka mengaku bahwa materi yang dijelaskan perkuliahan. Hasil dari desain ini adalah story
sama sekali asing bagi mereka sehingga jika cara board perkuliahan yang kemudian
penyampaiannya hanya menggunakan ceramah dikembangkan menjadi pembelajaran blended
maka membuat mereka cepat bosan. Mereka laerning.
mengaku kelelahan setelah mengerjakan tugas Rencana pengembangannya diawali dengan
atau setelah perkuliahan yang tanpa jeda membuat kesepakatan dengan peserta didik agar
sehingga mereka kekurangan tenaga untuk pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya.
konsentrasi pada perkuliahan meskipun niat Setelah melakukan proses diskusi didapatkan
mereka untuk ikut perkuliahan tinggi, hal ini hasil bahwa materi kegiatan belajar diunggah
terjadi pada perkuliahan pada jam sore. pada akun google drive setiap awal minggu.
Peserta didik dapat mengaksesnya baik dari
komputer ataupun dari smart phone yang mereka
miliki di rumah atau di tempat kost. Keluesan
dan fleksibilitas ini yang menjadi unggulan dari
blended learning.
Agar memudahkan dalam penggunaannya
maka isi konten disampaikan diawal perkuliahan
dan bagaimana cara penggunaan dari akun
Gambar. 1 kiri. peserta didik yang sedang tersebut. isi dari konten tersebut terdiri dari 6
membuka akun jejaring sosial ketika folder mata kuliah 1 folder tempat untuk berbagi
perkuliahan. Gambar. 2 kanan peserta didik dengan nama sharing dan 1 file peraturan yang
yang kelelahan saat perkuliahan berlangsung. harus dibaca oleh seluruh pengguna. Dalam
konten mata kuliah tiap-tiap pertemuan disajikan
Analisis kebutuhan peserta didik ditujukan dalam folder-folder pertemuan. Tiap-tiap
untuk mengidentifikasi solusi yang sekiranya pertemuan memiliki folder tersendiri sehingga
dapat digunakan untuk mengatasi masalah peserta didik mudah dalam mengakses materi
pembelajaran yang telah diungkapkan tadi. yang diinginkan.
Beberapa solusi antara lain menggunakan media Tahap berikutnya adalah penerapan langsung
komunikasi dalam memberikan materi sehingga pada peserta didik. Pada tahap uji coba ini
mereka mempunyai gambaran sebelum blended learning menggunakan aplikasi google
mengikuti proses perkuliahan, karena Silabus drive dan whatsapp telah berjalan 13 pertemuan.
yang telah dibagikan saja tidaklah cukup. Media Keseluruhan pertemuan telah berhasil
komunikasi yang digunakan harus media yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah
familiar bagi peserta didik agar mudah disepakati pada awal perkuliahan. Adapun
penggunaannya, berdasarkan hal itu maka media masukan dalam pembelajaran ini adalah
yang dipilih adalah aplikasi smart phone – keterbatasan quota yang dimiliki oleh peserta
Whatsapp dan akun google drive untuk berbagi didik. Kondisi ini mengakibatkan pembelajaran
(share) materi pembelajaran. Kedua media yang kurang efisien. Karena mereka hanya dapat

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 73


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347
belajar di area kampus yang memiliki koneksi forum ilmiah untuk mendapatkan saran dan
internet stabil. Padahal pada esensinya blended masukan yaitu, memasukan gedget yang selama
learning bertujuan agar peserta didik dapat ini menjadi salah satu permasalahan di dalam
belajar dimana saja dan kapan saja tanpa perlu kelas merupakan sebuah solusi yang kreatif
menunggu perkuliahan di dalam kelas. sehingga peserta didik mampu melihat manfaat
Terlepas dari kondisi tersebut, peserta didik positif dari barang pribadinya. Dan blended
merasa nyaman dan lebih mudah mengakses learning yang selama ini menjadi alasan bagi
bahan atau materi perkuliahan sehingga mereka seorang pendidik untuk dapat tidak masuk kelas
memiliki persiapan yang lebih baik selama kini telah menjadi sebuah media komunikasi
proses perkuliahan. Penggunaan media ini juga antara pendidik dan peserta didik dalam sebuah
membuat suatu kondisi yang saling terbuka pembelajaran yang fleksibel, efektif dan efisien.
antara pendidik dan peserta didiknya. Karena Dalam proses belajar mengajar, salah satu unsur
bahan dan materi pembelajaran yang diunggah yang sangat penting adalah media pembelajaran.
oleh pendidik untuk perkuliahan dapat diakses Media pembelajaran memiliki fungsi utama
dengan bebas oleh peserta didik. Tidak hanya sebagai alat bantu mengajar yang turut
itu, akses yang sama juga diberikan kepada mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan
peserta didik membuat kedua pihak ini memiliki belajar yang ditata dan dirancang oleh pendidik.
hak yang sama dalam menggunakan akun Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gagne,
tersebut. Briggs, and Wager 1992 yaitu ...”instructional
Tepat setelah pertemuan ke-7 beberapa hasil media are the physical means by which an
dari tulisan ini sudah disajikan dalam beberapa instructional message is communicated“.
Kesepatan dengan  Penggunaan google drive dengan akun pengajaranpips@gmail.com
mahasiswa  Materi diunggah tiap awal bulan
 Mahasiswa diijinkan untuk mengunduh atau mengunggah untuk
menambah isi konten dari akun google drive

Dosen Mahasiswa

Mengunggah materi Memeriksa dan mengunduh akun


setiap awal minggu google drive setiap awal minggu

Melaksanakan kegiatan tatap


muka setiap minggu

Gambar 3. Desain pembelajaran Blended Learning

Gambar 4. Sajian halaman muka dari akun


pendidikanpips@gmail.com, terdapat 6 folder Gambar 5. Sajian salah satu halaman di folder
mata kuliah dan 1 folder sharing serta 1 file mata kuliah yang berisi bahan tiap-tiap perte-
peraturan pengguna muan

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 74


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347

Hingga 13 kali pertemuan pembelajaran ini berjumlah 30, 29 diantaranya mendapatkan


masih dalam tahap pengembangan dan uji coba. nilai rata-rata di atas 80, dan tercatat 10 peserta
Dari hasil evaluasi sementara yang dilakukan didik selalu aktif dalam setiap perkuliahan.
pada beberapa mata kuliah didapatkan hasil Berdasarkan dari hasil tersebut maka
sebagai berikut. (1) mata kuliah Pengantar dapat dirata-rata peserta didik hampir selu-
Geografi, dari peserta didik yang berjumlah 36, ruhnya dapat mengikuti proses pembelajaran
35 diantaranya mendapatkan nilai rata-rata di dengan baik yang ditunjukkan dari nilai dan
atas 78, dan 15 peserta didik tercatat selalu aktif keaktifan di dalam kelas. Pada mata kuliah
dalam setiap perkuliahan. (2) mata kuliah Pengantar Geografi 99% mendapatkan nilai
Statistika, dari peserta didik yang berjumlah 35, yang baik, mata kuliah Statistika 82%
29 diantaranya mendapatkan nilai rata-rata di mendapatkan nilai yang baik, dan pada mata
atas 75, dan 11 peserta didik tercatat selalu aktif kuliah Intrepertasi Foto Udara 99% men-
dalam setiap perkuliahan. Dan (3) mata kuliah dapatkan nilai yang baik.
Intrepertasi Foto Udara, dari peserta didik yang

Gambar 7. Story Board salah satu mata kuliah (Pengantar Geografi) pada pertemuan ke-3

KESIMPULAN cocok jika menggunakan pembelajaran ini


Penyusunan pembelajaran blended learning karena sifatnya yang fleksibel, efektif, dan
pada 3 perguruan tinggi menggunakan model efisien. Tetapi perlu digaris bawahi bahwa
ADDIE yang terdiri dari 5 tahapan sejauh ini pengetahuan penggunaan teknologi informasi
sudah tergolong baik. Tahap yang paling mereka sangat berbeda-beda. Kebanyakan dari
penting dalam pengembangannya adalah pada mereka hanya sebatas pada pengguna gedget,
pada tahap pertama, analisis. Tahap ini mengi- bukan pengguna teknologi.
dentifikasi masalah yang mungkin muncul
dalam proses pembelajaran dan asumsi solusi DAFTAR PUSTAKA
yang ada. Jika pada tahap ini sudah salah dalam [1] Felder, R.M., and Soloman, B.A. 1993.
mengidentifikasi maka kebutuhan belajar yang Learning styles and strategies.
diperlukan oleh peserta didik tidak akan dapat [2] Gagne, R.M, Briggs, L.J and Wager, W.W.
dipenuhi oleh pendidik. Karakter generasi Z 1992. Principles of instructional design. Fort
Worth, TX: Harcourt Brace Jovanovich,
yang menyukai hal instan memang sangat
Publishers.

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 75


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347
[3] Kaye Shelton and George Saltsman. 2007.
Using the ADDIE Model for Teaching Online.
IDEA GRUP PUBLISHING. Paper
dipublikasikan dalam International Journal of
Information and Comunication Technology
Education.
[4] Kemendikbud. 2013. Pedoman Umum
Pembelajaran - Lampiran IV - Peraturan
Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 81a Tahun 2013 Tentang
Implementasi Kurikulum
[5] Musyarofah, Umi Wahidatun. 2014.
Pendidikan di Indonesia Gagal Move On.
Paper Pengembangan Karya Ilmiah, Oktober
2014.
[6] Sukendah. 2013. Pengembangan Aplikasi
Multimedia Pengenalan Pemanasan Global
dan Solusinya Menggunakan Pendekatan
ADDIE. Makalah dipresentasikan di Seminar
Nasional Sistem Informasi Indonesia 2-4
Desember 2013.
[7] Suyono & Hariyanto. 2011. Belajar dan
Pembelajaran. Bandung: Rosda.
[8] Uno, B. Hamzah. 2011. Model Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara.

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 76


Vol.1 No.1 April 2016
P ISSN 2503 – 1201 & E ISSN 2503 - 5347

MITRA BESTRARI

Paulus Wirutomo Universitas Indonesia


Udin Saripudin Winataputra Universitas Terbuka
Umasih Universitas Negeri Jakarta
Trisno Martono Universitas Seebelas Maret
Eko Handoyo Universitas Negeri Semarang
Taat Wulandari Universitas Negeri Yogyakarta
Nasution Universitas Negeri Surabaya
Hariyono Universitas Negeri Malang
Ach Fatchan Universitas Negeri Malang
Sumarmi Universitas Negeri Malang

Jurnal Teori dan Praksis Pembelajaran IPS | 77

Anda mungkin juga menyukai