Anda di halaman 1dari 7

Praktik Organisasi

Kepemimpinan di masa
krisis: Menghadapi
wabah virus corona dan
tantangan di masa depan
Bagi para eksekutif, pandemi virus corona adalah krisis yang sangat berbeda
dari yang pernah terjadi sebelumnya. Kami paparkan lima praktik kepemimpinan
yang dapat membantu dalam merespon terhadap pandemi ini secara efektif.
oleh Gemma D’Auria dan Aaron De Smet

© Jonathan Knowles/Getty Images

Maret 2020
Pandemi virus corona telah memberikan tuntutan Ketika para pemimpin menyadari terjadinya krisis,
yang sangat besar bagi para pemimpin di sektor mereka dapat memulai memikirkan bagaimana
bisnis maupun sektor-sektor lainnya. Korban jiwa merespon terhadap peristiwa tersebut. Namun
akibat virus ini menimbulkan ketakutan di antara demikian, mereka tidak dapat merespon
para pekerja dan berbagai pemangku kepentingan. seperti dalam dalam keadaan darurat biasa
Wabah yang berskala besar dan ketidakpastian dimana tindakan biasanya dilakukan mengikuti
yang dihadapi dapat menyulitkan para pemimpin rencana yang telah disusun sebelumnya.. Dalam
untuk mengatasinya. Wabah ini memiliki ciri khas krisis dimana terdapat banyak ketidakbiasaan
sebagai krisis “landscape-scale” atau berskala (unfamiliarity) dan ketidakpastian, perlu dilakukan
luas yang dapat dimaknai sebagai peristiwa penyesuaian besar untuk memberikan respon
tak terduga atau besar yang terjadi dengan secara efektif.4 Respon dapat dapat dilakukan
kecepatan luar biasa, sehingga menyebabkan secara luas, tidak hanya tindakan sementara
tingkat ketidakpastian tinggi yang menimbulkan (misalnya, pemberlakuan kebijakan “work from
disorientasi, perasaan kehilangan kendali, dan home”, namun juga penyesuaian dengan praktik
gangguan emosi yang kuat.1 bisnis yang ada (seperti penerapan tools atau cara
baru untuk membantu proses kolaborasi), yang
Hal pertama yang harus dilakukan oleh pemimpin dapat bermanfaat untuk mempertahankan jalannya
adalah menyadari bahwa perusahaan sedang bisnis bahkan setelah krisis berlalu.
menghadapi krisis. Hal ini merupakan langkah yang
cukup sulit, terutama di saat krisis datang perlahan Hal yang dibutuhkan oleh para pemimpin saat
dan berkembang di dalam situasi yang terlihat wajar terjadi krisis bukanlah penanganan yang telah
sehingga tidak terlihat secara nyata.2 Beberapa terencana sebelumnya melainkan perilaku dan
contoh terkait krisis serupa ialah wabah SARS pola pikir yang dapat mencegah reaksi yang
yang terjadi pada tahun 2002-03 dan pandemik berlebihan terhadap krisis dan bagaimana
virus corona yang berlangsung saat ini. Untuk menghadapi tantangan ke depan. Dalam artikel
mengantisipasi ancaman potensial dari krisis yang ini, kami menggali lima perilaku dan pola pikir yang
berkembang dengan lambat ini, para pemimpin dapat membantu para pemimpin untuk mengambil
perlu menekan bias kenormalan (normalcy bias), tindakan terbaik dalam mengatasi pandemi virus
yang dapat menyebabkan mereka meremehkan corona dan krisis lainnya di masa depan.
kemungkinan maupun dampak yang dapat
ditimbulkan.3

Hal yang dibutuhkan oleh para pemimpin saat


terjadi krisis bukanlah penanganan yang telah
terencana sebelumnya, melainkan perilaku dan
pola pikir yang dapat mencegah reaksi yang
berlebihan terhadap krisis dan bagaimana
menghadapi tantangan ke depan.
1
Arnold M. Howitt and Herman B. Leonard, “Against desperate peril: High performance in emergency preparation and response,” in Deborah
E. Gibbons, ed, Communicable Crises: Prevention, Response, and Recovery in the Global Arena, first edition, Charlotte, NC: Information Age
Publishing, 2007.
2
Arnold Howitt and Herman B. Leonard, eds, Managing Crises: Responses to Large-Scale Emergencies, first edition, Washington, DC: CQ
Press, 2009.
3
Nahman Alon and Haim Omer, “The continuity principle: A unified approach to disaster and trauma,” American Journal of Community
Psychology, 1994, Volume 22, Number 2, pp. 273–87.
4
Arnold Howitt and Herman B. Leonard, eds, Managing Crises: Responses to Large-Scale Emergencies, first edition, Washington, DC: CQ
Press, 2009.

2 Kepemimpinan di saat krisis: Menghadapi wabah virus korona dan tantangan di masa depan
Persiapan untuk merespons krisis: berikut: perlindungan tenaga kerja (workforce
Membentuk jaringan satuan tugas protection), stabilisasi rantai pasokan (supply-
(satgas) chain stabilization), interaksi dengan konsumen
Saat terjadi krisis, para pemimpin perlu (customer engagement), serta financial stress
menghilangkan keyakinan bahwa respon yang testing (selengkapnya dapat dilihat dalam artikel
bersifat top-down akan membawa stabilitas. “Responding to coronavirus: The minimum viable
Untuk menangani keadaaan darurat, pada nerve center”).)
umumnya perusahaan mengandalkan struktur
command-and-control untuk mengelola kegiatan Terlepas dari lingkup fungsionalnya, efektivitas
operasionalnya dengan baik dengan menerapkan jaringan satgas ditunjukkan dari beberapa
respon yang terencana. Namun, dalam krisis yang kualitas berikut. Pertama, tim tersebut bersifat
penuh dengan ketidakpastian, para pemimpin multidisipliner. Berdasarkan pengalaman, setiap
menghadapi masalah baru yang belum pernah krisis memiliki tingkat kompleksitas yang beragam
dialami sebelumnya. Jajaran eksekutif puncak suatu sehingga diperlukan keterlibatan ahli dari
perusahaan tidak mampu mengumpulkan informasi berbagai bidang. Kedua, tim tersebut dirancang
atau mengambil keputusan yang cukup cepat untuk untuk melakukan eksekusi tindakan. Sekadar
merespon secara efektif. Para pemimpin dapat mengumpulkan ide dari ahli tidaklah cukup; para
menggerakkan organisasi perusahaan secara lebih ahli harus mengumpulkan informasi, mencari
baik dengan menetapkan prioritas penanganan dan solusi, merancang cara penerapannya, serta
memberdayakan karyawan untuk mencari serta menyempurnakannya selagi diterapkan. Tim ini
menerapkan solusi yang mendukung prioritas- juga harus mudah beradaptasi dan mengatur ulang
prioritas yang ada. komposisi tim, sembari mereka memahami lebih
lanjut mengenai krisis tersebut dan perubahan
Untuk mendorong penyelesaian masalah dan kondisi.
eksekusi dengan cepat dalam kondisi di bawah
tekanan dan ketidakpastian, para pemimpin dapat Para pemimpin harus mendorong kolaborasi
membentuk jaringan satgas. Meskipun jaringan dan transparansi di seluruh jaringan tim. Salah
satgas merupakan bentuk yang tidak asing lagi, satu caranya adalah dengan mendistribusikan
namun bentuk ini perlu dicermati karena belum kewenangan dan berbagi informasi, atau dengan
banyak perusahaan yang berpengalaman dalam kata lain, menunjukkan bagaimana seharusnya
penerapannya. Jaringan satgas ini terdiri dari tim tersebut bekerja. Dalam situasi krisis, seorang
beberapa kelompok yang mampu beradaptasi pemimpin cenderung mengonsolidasi kewenangan
dengan cepat, bersatu dalam tujuan yang sama dan pengambilan keputusan dan mengontrol informasi
bekerja sama seperti halnya para anggota yang agar dapat diberikan secara terbatas hanya saat
berkolaborasi dalam suatu tim (Gambar).⁵ dibutuhkan saja. Dengan melakukan hal yang
sebaliknya, pemimpin akan menginspirasi satuan
Beberapa tim dari jaringan tersebut akan kerja untuk melakukan hal yang sama.
menjalankan kegiatan di luar operasional bisnis
pada umumnya. Tim lainnya mengidentifikasi Salah satu peran penting lainnya dari seorang
implikasi krisis terhadap rutinitas kegiatan bisnis pemimpin, khususnya di lingkungan yang emosional
dan melakukan penyesuaian, seperti membantu dan penuh dengan tekanan sebagai pertanda
pekerja lainnya beradaptasi menerapkan budaya terjadinya krisis, adalah untuk memberikan
kerja baru. Dalam banyak kasus, jaringan satgas keamanan psikologis sehingga para pekerja
memiliki pusat ‘saraf’ terintegrasi atau integrated bisa secara terbuka mendiskusikan gagasan,
nerve center yang terdiri dari empat divisi sebagai pertanyaan, dan kekhawatiran mereka tanpa

5
Tantum Collins, Chris Fussell, Gen. Stanley McChrystal, and David Silverman, Team of Teams: New Rules of Engagement for a Complex World,
first edition, New York, NY: Portfolio/Penguin, 2015.

Kepemimpinan di saat krisis: Menghadapi wabah virus korona dan tantangan di masa depan 3
Web <2020>
<COVID>
Gambar
Exhibit <1> of <1>

Selama krisis, jaringan satuan tugas melakukan respons di luar operasi


normal, dengan penyesuaian terhadap aktivitas bisnis sehari-hari

Gambaran respons jaringan satuan


tugas terhadap pandemi

Tim
Eksekutif
Tim
Aksi
Tim Pemimpin
Respons
C G
Komunikasi
Teknologi
eksternal
A B E
Penasihat Manajemen Rantai suplai
medis proyek jaringan
D H
Keuangan Real estate

F
Pimpinan tim
respons
Pelibatan
karyawan

A. Penasihat medis C. Komunikasi eksternal F. Keterlibatan karyawan


Pedoman dan kebijakan Penyelarasan regulasi Komunikasi di seluruh channel karyawan
secara keseluruhan (mis., dispensasi) Feedback 2 arah (mis. ombudsman,
Panduan untuk manajer Komunikasi pihak ke-tiga (mis., survei, email, telepon)
frontline terhadap mitra)
G. Teknologi
B. Manajemen proyek D. Keuangan Pelaksanaan dan infrastruktur work-from-home
jaringan Uji ketahanan (stress-test) Bantuan untuk segmen karyawan khusus
Skenario finansial (mis., yang tidak dapat bekerja dari rumah)
Pemetaan isu
Jadwal operasional E. Rantai suplai H. Real estate
Disrupsi dan memulai kembali Manajemen gedung
bantuan (mis., pinjaman) Manajemen pabrik
Eksposur di seluruh tingkatan
Manajemen persediaan

4 Kepemimpinan di saat krisis: Menghadapi wabah virus korona dan tantangan di masa depan
merasa takut dengan konsekuensi yang mungkin harus mampu menyatukan tim untuk mencapai
muncul. Hal ini membantu jaringan tim dalam satu tujuan dan merumuskan pertanyaan yang
memahami situasi serta cara penanganannya perlu dikaji oleh tim. Pemimpin terbaik dalam krisis
melalui proses diskusi yang sehat. akan menunjukkan beberapa karakter. Salah
satunya adalah sikap tenang yang diperhitungkan
atau “deliberate calm”, yaitu kemampuan untuk
Memperkuat karakter pemimpin melepaskan diri dari situasi cemas dan berpikir
dalam masa krisis: Manfaat atas jernih tentang cara mengendalikan situasi tersebut.⁶
sikap ‘deliberate calm’ dan ‘bounded Ketenangan yang penuh perhitungan ini sering
optimism’ ditemukan pada individu berpengalaman yang
Jajaran pemimpin senior di perusahaan harus siap rendah hati namun bukan berarti tidak berdaya.
untuk sementara waktu mengalihkan beberapa
tanggung jawab dari hierarki command-and Karakter penting lainnya adalah sikap optimisme
control ke jaringan satgas serta memberdayakan yang realistis atau “bounded optimism” atau sikap
anggotanya untuk memimpin beberapa aspek percaya diri yang didasarkan oleh realita. Jika di
penanganan krisis organisasi. Hal ini termasuk awal krisis para pemimpin sudah menunjukkan
memberi wewenang untuk mengambil dan kepercayaan diri berlebihan terhadap keadaan
mengimplementasikan keputusan tanpa harus yang benar-benar sulit, mereka dapat kehilangan
mendapatkan persetujuan. Salah satu peran kredibilitasnya. Akan lebih efektif jika para
penting yang dapat dimainkan oleh pemimpin pemimpin menunjukkan optimisme bahwa
senior adalah membangun arsitektur pengambilan organisasi akan menemukan solusi dalam situasi
keputusan dengan segera, sehingga memiliki sulit yang dihadapi, dan bahwa mereka menyadari
akuntabilitas yang jelas dan dibuat oleh pemegang ketidakpastian yang diakibatkan oleh krisis serta
wewenang yang tepat di berbagai tingkatan. upaya menghadapinya dengan mengumpulkan
lebih banyak informasi. Ketika krisis telah berlalu,
Para pemimpin senior juga harus memastikan sikap optimis akan lebih bermanfaat dan tidak
bahwa mereka memberdayakan orang yang tepat terbatas.
untuk membuat keputusan penanganan krisis di
seluruh jaringan satgas. Karena pembuat keputusan
mungkin akan melakukan beberapa kesalahan, Membuat keputusan di tengah
mereka harus dapat belajar dengan cepat dan ketidakpastian: Berhenti sejenak
membuat koreksi tanpa bereaksi berlebihan atau untuk menilai dan mengantisipasi,
melumpuhkan organisasi. Pada awal krisis, para lalu bertindak
pemimpin senior harus menunjuk para pembuat Menunggu terkumpulnya fakta yang lengkap
keputusan untuk mengarahkan penanganan sebelum memutuskan tindakan merupakan
krisis. Namun, semakin berkembangnya krisis, kesalahan umum yang dilakukan para pemimpin
para pemimpin penanganan krisis yang baru akan dalam masa krisis. Karena krisis melibatkan banyak
muncul secara alami dalam jaringan satgas yang kejutan dan hal yang belum diketahui, bisa saja
dibentuk, dan para pemimpin tersebut tidak harus fakta yang terkumpul belum cukup jelas saat
selalu dari jajaran pemimpin senior. tenggat pengambilan keputusan. Namun, para
pemimpin sebaiknya juga tidak menggunakan intuisi
Dalam kondisi darurat pada umumnya, pengalaman mereka sendiri. Pemimpin lebih baik mengatasi
merupakan nilai yang paling berharga bagi para ketidakpastian dan perasaan jamais vu (kebalikan
pemimpin. Namun, dalam krisis berskala luas yang dari déjà vu) dengan terus mengumpulkan
baru, karakter seorang pemimpin merupakan hal informasi seiring perkembangan krisis dan dengan
yang lebih penting. Pemimpin yang tanggap krisis mengamati seberapa baik respon yang telah
diberikan berhasil.

6
Helio Fred Garcia, “Effective leadership response to crisis,” Strategy & Leadership, 2006, Volume 34, Number 1, pp. 4–10

Kepemimpinan di saat krisis: Menghadapi wabah virus korona dan tantangan di masa depan 5
Dalam praktiknya, ini berarti bahwa para pemimpin Menunjukkan empati: Menghadapi
secara rutin perlu melakukan jeda (pause) dalam tragedi kemanusiaan sebagai prioritas
mengendalikan krisis, menilai situasi dari berbagai pertama
sudut pandang, mengantisipasi kemungkinan- Dalam krisis berskala luas, fokus utama para
kemungkinan selanjutnya, kemudian mengambil pekerja adalah kelangsungan hidup dan kebutuhan
tindakan. Siklus jeda-menilai-mengantisipasi- dasar mereka. Apakah saya akan sakit atau menjadi
bertindak harus terus berlangsung, karena hal ini tidak berdaya? Bagaimana dengan keluarga saya?
akan membantu pemimpin untuk mempertahankan Apa yang akan terjadi kemudian? Siapa yang
kondisi tenang (deliberate calm) dan menghindari akan merawat kami? Pemimpin hendaknya tidak
reaksi berlebihan terhadap informasi baru. menugaskan bagian komunikasi atau bagian hukum
Meskipun ada beberapa saat dalam masa krisis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.
yang menuntut tindakan cepat tanpa adanya waktu Krisis adalah saat yang paling penting bagi para
untuk menilai atau mengantisipasi, namun pada pemimpin untuk memperkuat aspek penting dalam
akhirnya pemimpin akan menemukan kesempatan peran kepemimpinan mereka: yaitu membuat
untuk berhenti, introspeksi, dan berpikir ke depan perubahan positif dalam kehidupan banyak orang.
sebelum membuat keputusan lebih lanjut.
Untuk melakukan hal ini, para pemimpin dituntut
Terdapat dua perilaku kognitif yang dapat untuk mengenali tantangan pribadi dan tantangan
membantu para pemimpin saat mereka menilai profesional karyawan selama krisis baik yang
dan mengantisipasi krisis. Perilaku yang pertama, dialami mereka sendiri maupun orang-orang yang
disebut dengan updating atau memperbarui, yang mereka cintai. Pada pertengahan Maret 2020,
melibatkan kegiatan merevisi ide-ide berdasarkan COVID-19 telah menjadi tragedi yang merenggut
informasi baru yang didapatkan dan pengetahuan ribuan nyawa. Lebih dari 100.000 kasus telah
yang dikembangkan oleh tim. Perilaku yang ke-dua terkonfirmasi; dan jumlah yang diproyeksikan
adalah doubting atau meragukan. Perilaku ini jauh lebih banyak lagi. Pandemi ini juga memicu
membantu para pemimpin mempertimbangkan efek second-order yang kuat. Pemerintah
secara kritis tindakan yang sedang dilakukan dan menerapkan kebijakan karantina dan larangan
tindakan yang akan dilakukan, lalu memutuskan bepergian. Hal ini penting guna menjaga kesehatan
apakah tindakan tersebut perlu dimodifikasi, masyarakat, namun di saat yang sama juga
diadopsi, atau dibuang. Updating dan doubting membatasi masyarakat dalam melakukan kegiatan
membantu para pemimpin memediasi impuls yang bermasyarakat atau beribadah. Penutupan sekolah
berlawanan untuk menyusun solusi berdasarkan di beberapa wilayah juga menjadi tambahan beban
pengalaman sebelumnya dan memberikan solusi pada orang tua yang bekerja. Karena setiap krisis
baru tanpa bergantung pada pengalaman di masa akan memengaruhi masyarakat dengan cara yang
lalu. Sebaliknya, para pemimpin mengacu kepada berbeda-beda, pemimpin harus memperhatikan
pengalaman mereka saat wawasan baru muncul. dengan cermat kesulitan yang dihadapi oleh
masyarakat, dan kemudian mengambil tindakan
Ketika para pemimpin memutuskan tindakan, yang sesuai untuk membantu mereka.
mereka harus bertindak dengan tegas. Ketegasan
yang terlihat tidak hanya akan membangun Penting bagi para pemimpin untuk tidak hanya
kepercayaan organisasi pada pemimpin; namun menunjukkan rasa empati, tetapi juga membuka
hal ini juga akan memotivasi jaringan satgas buntuk diri untuk menerima empati dari orang lain tanpa
terus mencari solusi atas tantangan yang dihadapi melupakan kesehatan diri sendiri. Ketika stres, lelah,
perusahaan. dan ketidakpastian meningkat selama krisis, para

6 Kepemimpinan di saat krisis: Menghadapi wabah virus korona dan tantangan di masa depan
pemimpin mungkin merasakan bahwa kemampuan bijak dan rutin menunjukkan bahwa pemimpin
mereka menurun dalam hal memproses informasi, memahami situasi dan menyesuaikan respon
berpikir secara jernih, dan menilai dengan baik. seiring dengan bertambahnya informasi yang
Dalam menghadapi penurunan fungsional ini, dipelajari. Hal ini membantu pemimpin meyakinkan
alangkah lebih baik jika pemimpin memberikan para pemangku kepentingan bahwa mereka
kesempatan kepada kolega untuk menyampaikan sedang melakukan upaya untuk menghadapi krisis.
keresahan dan mendengar apa yang merekas Pemimpin harus memberikan perhatian khusus
sampaikan. Menginvestasikan waktu untuk dalam menjawab segala kekhawatiran, pertanyaan,
kesehatan diri akan menjadikan para pemimpin dan keingintahuan. Memberikan kesempatan
mampu untuk mempertahankan efektivitas kerja kepada anggota tim penanggulangan krisis untuk
selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan secara langsung menyampaikan apa yang mereka
selama krisis berlangsung. lakukan dapat menjadi cara yang sangat efektif.

Komunikasi sebaiknya tidak berhenti begitu krisis


Berkomunikasi secara efektif: berlalu. Menawarkan pandangan yang optimis
Mempertahankan transparansi dan dan realistis dapat memberikan efek yang kuat
memberikan pemberitahuan rutin pada karyawan dan pemangku kepentingan, serta
Para pemimpin sering kali mengkomunikasikan menginspirasi mereka untuk mendukung pemulihan
krisis dengan cara yang kurang tepat. Dari waktu perusahaan.
ke waktu, kita melihat para pemimpin yang terlalu
percaya diri, menyampaikan nada optimis di tahap
awal krisis—dan menambah kecurigaan pemangku
kepentingan mengenai hal-hal yang sebenarnya Pandemi virus corona menguji para pemimpin
diketahui para pemimpin dan seberapa baik perusahaan dan organisasi di semua sektor
kemampuan mereka dalam menanganinya. Para di seluruh dunia. Konsekuensi krisis ini dapat
tokoh yang berwenang juga cenderung menunda berlangsung cukup lama dan menimbulkan
pemberitahuan ke masyarakat dalam waktu yang kesulitan yang lebih besar dari antisipasi semula.
lama karena menunggu terkumpulnya fakta dan Ketidakpastian yang berkepanjangan merupakan
keputusan yang dibuat. alasan yang tepat bagi para pemimpin untuk
mencoba menerapkan praktik yang dijelaskan
Kedua pendekatan tersebut tidak meyakinkan. dalam artikel ini. Penerapan praktik oleh pemimpin
Seperti yang ditulis oleh Amy Edmondson baru-baru dapat membangun atau memperkuat perilaku
ini, ”Transparansi adalah ‘pekerjaan pertama’ bagi serta nilai-nilai yang dapat mendukung organisasi
para pemimpin dalam keadaan krisis. Jelaskan dan anggotanya selama berapa lama pun krisis
tentang apa yang Anda ketahui, apa yang belum berlangsung, dan dapat mempersiapkan organisasi
Anda ketahui, dan apa yang akan Anda lakukan dengan baik untuk tantangan skala besar berikutnya.
untuk mempelajari lebih jauh.”7 Komunikasi yang

Gemma D’Auria adalah Senior Partner dari kantor McKinsey di Dubai, dan Aaron De Smet adalah Senior Partner di kantor
McKinsey Houston.
Para penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ruth Imose, Ana Mendy, Monica Murarka, Mihir Mysore, dan Ophelia
Usher atas kontribusi mereka pada artikel ini.

Designed by Visual Graphics & Media


Copyright © 2020 McKinsey & Company. All rights reserved.

7
Amy C. Edmondson, “Don’t hide bad news in times of crisis”, Harvard Business Review, March 6, 2020, hbr.org.

Kepemimpinan di saat krisis: Menghadapi wabah virus korona dan tantangan di masa depan 7

Anda mungkin juga menyukai