BAB IV
A. Struktur Organisasi
Agar pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab menjadi jelas, tidak
terjadi kesalah pahaman dalam pekerjaan, serta memudahkan pengawasan dan
pertanggungjawaban, maka diperlukan struktur organisasi yang baik. Apotek
KFGM 222 dipimpin oleh seorang Apoteker Pengelola Apotek (APA) yang
bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan apotek serta membawahi secara
langsung pegawai yang terdapatdi apotek tersebut, dimana terdapat pelaksanaan –
pelaksanaan yang masing – masing memiliki tanggung jawab terhadap persediaan
obat, menyiapkan obat dan memberikan obat terhadap pasien, serta menangani
penjualan resep kredit ataupun tender dengan oerusahaan atau instansi. Di apotek
KF 222 seluruh pegawai berjumlah 8 orang yang terdiri dari :
No Nama Jabatan
1 Denny Sudarno. S. Farm., Apt Apoteker Pengelola Apotek
2 Yetti Nelwida Amd. F Tenaga Tekhnis Kefarmasian (TTK)
3 Hesti Tri Utami TTK
4 Chelsy Ananda TTK
5 Ulfa TTK
6 Diana Mustika Sari Juru Racik
7 Agus Sanjaya Umum
8 Buang Office Boy
l. Melakukan stok opname obat per tiga bulan sekali, berfungsi untuk
mengetahui :
Jumlah dan jenis obat yang paling banyak diperlukan dan untuk
memudahkan pemesanan.
Data ini berguna untuk evaluasi apotek.
Pengecekan kadaluarsa (expired date)
3. Juru Racik
Apotek KF 222 memiliki juru racik yang bertugas sebagai berikut :
a. Membantu TTK dalam menyiapkan obat dan perbekalan farmasi lainnya
seta mengerjakan obat – obatan racikan sesuai dengan sediaan yang diminta
di bawah pengawasan Tenaga Tekhnis Kefarmasian (TTK). Membuat obat
– obat racikan standar dibawah pengawasan TTK.
b. Menjaga kebersihan ruangan apotek.
c. Mengantarkan resep atau obat.
d. Membantu stok opname obat.
4. Kasir
Seluruh pegawai apotek KF 222 juga melakukan tugas sebagai kasir yang
mempunyai tugas sebagai berikut :
a. Menerima uang dari hasil transaksi tunai dengan teliti.
b. Mencatat semua hasilpenjualan tunai dengan cara memasukkan barang
secara benar di computer mengenai harga dan jumlahnya.
c. Mencatat semua hasil penjualan harian, baik tunai maupun kredit.
C. Kegiatan Apotek
68
Dan difakturkan oleh Pedagang Besar Farmasi yang menitipkan obat atau
perbekalan farmasi tersebut.
b. Penerimaan barang
c. Penyimpanan barang
Apotek KF 222 melakukan penyimpanan barang diruang peracikan dan di
swalayan farmasi.
Penyimpanan diruang peracikan
Obat disimpan berdasarkan suhu penyimpanan sediaan, bentuk sediaan
(sediaan padat, setengah padat, dan cair), farmakologi, serta kelompok oat
tertentu (misalnya obat generic, narkitoka dan psikotropika), kemudian obat
disusun secara alfabetis. Sediaan yang disimpan dalam suhu ruang (tablet,
kapsul, salep, krim, gel, infuse, tets mata, tets hidung, tetes telinga, dan
ihaler) disimpan didalam lemari yang terletak dibelakang kasir. Sediaan yang
disimpan pada suhu 20 – 80C (seperti injeksi, serum, vaksin, suppositoria dan
lainnya) disimpan dalam lemari pendingin.
Pemasukan dan penggunaan obat/barang harus diinput ke dalam computer
dan untuk ketelitian dicatat pada kartu stok yang meliputi tanggal
pengisian/pengambilan, nomor dokumennya, jumlah barang yang
70
disiapkan oleh petugas apotek sesuai dengan Daftar Plafon Harga Obat
(DPHO) masing – masing peusahaan/instansi.
b) Penomoran resep dokter yang dibeli secara kredit dibedakan dengan resep
yang dibeli secara tunai.
c) Resep disusun dan disimpan terpisah dari resep yang dibeli secara tunai,
kemudian dikumpulkan dab diberi harga berdasarkan masing – masing
perusahaan/instansi untuk selanjutnya dilakukan penagihan pada saat jatuh
tempo pembayaran yang telah disepakati bersama.
2) Penerimaan Narkotika
Narkotika yang akan datang dari PBF harus diterima oleh Apoteker
Pengelola Apotek. Apoteker amenandatangani faktur tersebut setelah
melihat kesesuaian dengan surat pesanan. Pada saat penerimaan dilakukan
pemeriksaan yang meliputi jenis dan jumlah serta tanggal kadaluarsa
narkotika yang dipesan.
3) Penyimpanan narkotika
Golongan narkotika di apotek KF 222 disimpan dalam lemari khusus yang
terkunci dan dilengkapi dengan kartu stok.
4) Pelayanan Resep Narkotika
Apotek KF 222 hanya melayani resep narkotika dari resep asli atau salinan
resep yang dibuat oleh Apotek KF 222 sendiri yang belum diambil sama
sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian obat
narkotika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh apotek lain.
Setiap resep narkotika yang dilayani harus jelas nama pasien, nomor
telepon, dan dilengkapi dengan tanda pengenal pasien (KTP).
5) Pelaporan Narkotika
Pelaporan penggunaan narkotika di apotek KF 222 dibuat setiap bulan
selambat – lambatnya tanggal 10. Pelaporan narkotika, meliputi laporan
penggunaan sediaan jadi narkotika dan laporan penggunaan bahan baku
narkotika. Laporan dibuat rangkap lima dan ditandatangani oleh APA
dengan mencantumkan nama jelas, alamat apotek, dan stempel apotek
yang kemudian ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Lampung setempat dengan tembusa Balai Besar POM, Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung, PBF Narkotika dan berkas untuk disimpan sebagai
arsip (apotek).
74
f. Pengelolaan Psikotropika
Apotek KF 222 melakukan pengelolaan psikotropika, meliputi pemesanan,
penerimaan, penyimpanan, pelayanan, pelporan, dan pemusnahan.
1) Pemesanan Psikotropika
Pemesanan obat ini dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan
Psikotropika. Setiap lembar SP psikotropika boleh berisikan lebih dari satu
jenis psikotropika. Surat Pemesanan dibuat rangkap 3, yang masing –
masing diserahkan ke PBF yang bersangkutan (asli dan salinan) dan 1
lembar sebagai arsip diapotek.
2) Penyimpanan Psikotropika
Obat – obat yang termasuk golongan psikotropika di Apotek KF 222
disimpan dalam lemari khusus yang terkunci dan dilengkapi dengan dua
rangkap pintu lemari dan kartu stok.
3) Pelayanan Resep Psikotropika
Apotek KF 222 hanya melayani resep psikotropika dari resep asli atau
salinan resep yang dibuat oleh Apotek KF 222 sendiri yang belum diambil
sama sekali atau baru diambil sebagian. Apotek tidak melayani pembelian
obat psikotropika tanpa resep atau pengulangan resep yang ditulis oleh
apotek lain. Setiap resep psikotropika yang dilayani harus jelas nama
pasien, nomor telepon, dan dilengkapi dengan tanda pengenal pasien
(KTP).
4) Pelaporan Psikotropika
Apotek KF 222 membuat pelaporan penggunaan psikotropika dibuat 3
lembar dikirimkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandar
Lampung, PBF setiap 1 bulan sekali. Laporan psikotropika memuat nama
apotek, nama obat, nama distributor, jumlah penerimaan, jumlah
pengeluaran, tujuan pemakaian, dan stok akhir. Laporan ditandatangani
oleh APA, dilengkapi dengan nama dan nomor SIK, serta stempel apotek
dengan tembusan Balai Besar POM, Dinas Kesehatan Kota Bandar
lampung, PBF Psikotropika dan berkas untuk disimpan sebagai arsip.
75
4.2 Pembahasan
karena pasien akan langsung menebuskan resepnya setelah selesai berobat dari
dokter.
Secara umum, sarana yang terdapat di Apotek Kimia Farma 222 sudah
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 Tahun 2014 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian Apotek, yaitu adanya ruang penerimaan resep, ruang
pelayanan resep dan peracikan, ruang konseling, ruang penyimpanan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta ruang arsip.
Selai itu Apotek Kimia Farma No. 96 disertai dengan fasilitas ruang
tunggu yang nyaman karena dilengkapi dengan fasilitas air conditioner (AC),
majalah tentang kesehatan yang dapat dibaca oleh konsumen selama menunggu
petugas mengerjakan resep, tempat brosur/materi informasi, dan keranjang
sampah.
Sumber daya manusia yang ada di Apotek Kimia Farma 222 telah
memenuhi Peraturan Pemerintah RI Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan
Kefarmasian. Dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di apotek Kimia Farma
222, APA dibantu oleh tenaga tekhnis kefarmasian (TTK), juru resep dan umum
yang masing – masing bertanggung jawab atas tugas dan kewajibannya.
diperoleh dengan menggunakan resep dokter. Obat OTC terdiri dari obat bebas
dan obat bebas terbatas yang ditempatkan dibagian swalayan apotek dengan
tujuan mempermudah pasien dalam memilih atau menentukan pengobatan yang
terbaik bagi dirinya sendiri. Namun, pembelian obat – obat OTCharus disertai
dengan pelayanan informasi obat oleh apoteker atau TTK kepada pasien agar
tidak terjadi kesalahan pemakaian obat.
Selain itu, swalayan apotek juga menyediakan alat kesehatan seperti kursi
rodaan, kebutuhan – kebutuhan lain diluar obat produk kosmetik, susu, madu dan
lainnya. Akan lebih baik untuk barang yang dipajang di swalayan farmasi
diberikan label harga yang jelas karena masih banyak barang yang tidak memiliki
label harga, sehingga pembeli harus mengecek harga barang kekasir untuk
mengetahui harga barang yang ada di swalayan dan menambah pekerjaan kasir
karena telah berkali – kali mengecek harga yang ditanyakan oleh pelanggan.
Setelah melalui tahap skrining, jumlah obat, jumlah obat yang diperlukan
dihitung atau ditimbang dengan seksama, ketepatan jumlah obat merupakan hal
yang penting karena mempengaruhi dosis obat yang akan dikonsumsi pasien.
Selanjutnya, obat – obat tersebut disiapkan dan diracik sesuai dengan bentuk
sediaan yang tertera diresep. Pada saat proses peracikan, kebersihan harus
diperhatikan untuk menghindari pencemaran silang atau kontaminasi yang
menimbulkan berbagai kerugian. Pencemaran silang atau kontaminasi dapat
79
Selanjutnya obat yang telah diracik diserahkan oleh Apoteker atau TTK
yang berwenang. Pada tahap ini, Apoteker atau TTK melaksanakan Pelayanan
Informasi Obat (PIO) dengan atau tanpa permintaan pasien. PIO tersebut meliputi
informasi yang jelas mengenai indikasi/kegunaan obat, dosis dan aturan pakai
obat, lama pemakaian, serta efek samping yang mungkin dapat ditimbulkan oleh
obat yang mungkin digunakan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
penyalahgunaan dan salah penggunaan obat, meningkatkan kepauhan pasien dan
meningkatkan keberhasilan terapi.
Masalah yang sering dihadapi di apotek KF 222 diantaranya pada saat jam
sibuk apotek antara jam 11 – 14 siang, jam 19 -21Wib. Pada jam tersebut banyak
pasien yang datang sehingga pelayanan terasa agak lama terutama untuk pasien
dengan resep racikan. Hal ini dikarenakan pasien datang pada waktu yang hampir
bersamaan, untuk mengatasi permasalahan ini, pihak apotek dapat
mengoptimalkan kinerja tiap petugas sehingga keluhan pasien karena terlalu lama
menunggu antrean dapat berkurang.
Penyusunan obat yang ideal diapotek yaitu sesuai dengan prinsip FIFO
(First In First Out) ataupun FEFO (First Expired First Out). Hal ini sesuai dengan
Permenkes no. 35 tahun 2014 bahwa penyusunan obat diapotek sesuai prinsip
FIFO ataupun FEFO. Barang yang datang langsung diletakkan oleh petugas
81
Namun hak ini sering dilupakan terutama pada jam – jam sibuk apotek
sehingga banyak ditemui ketidak cocokan antara jumlah fisik barang dan jumlah
pada kartu stok pada saat dilakukan stok opname. Jika kartu stok dapat dicatat
dengan baik maka dapat dijadikan media penelusuran bila terjadi ketidak sesuaian
data stok barang. Dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang manajer,
Apoteker memiliki tanggung jawab dalam halpengelolaan bisnis meliputi
pengelolaan obat, sarana, administrasi, keuangan, ketenagakerjaan dan pemasaran.
Mempertimbangkan fungsi tersebut telah diambil alih oleh Bisnis Manajern (BM),
maka diharapkan dengan penggunaan system ini terjadi efisiensi di dalam kinerja
apotek.
Barang yang sudah dipesan biasanya akan dikirim oleh PBF pada hari itu
juga atau dikirim keesokan harinya tergantung kebijakan dari PBF. Barang
pesanan yang datang akan dilakukan beberapa pemeriksaan, yaitu pemeriksaan
kesesuaian antara barang yang datang dengan daftar barang yang dipesan dibuku
pemesanan dan dengan faktur pembeliannya terhadap jenis barang, merk, jumlah,
harga satuan, jumlah harga perbarang dan jumlah harga keseluruhan obat yang
tertera di dalam faktur dan tanggal kadaluarsa. Jika obat sudah sesuai, faktur
ditandatangani oleh petugas apotek, dan faktur dikirim kebagian gudang, setelah
itu bagian gudang input ke computer serta dilakukan droping keapotek pemilik
83
barang. Unuk obat golongan non narkotika, pemesanan dapat dilakukan melalui
telepon dan surat pesanan yang dapat diberikan setelah obat datang. Sedangkan
untuk obat golongan narkotika dapat dikirim, begitu juga untuk obat golongan
psikotropika surat pesanan langsung dikirim ke PBF.
Pada saat penerimaan barang, setiap barang yang datang terlebih dahulu
dilakukan pengecekan oleh petugas apotek apakah sama barang yang datang
dengan faktur. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan fisik yaitu dilihat kondisi
kemasan obat, jumlah barang, expired date. Setelah obat diperiksa faktur obat
disimpan untuk dicatat ke buku sebagai hutang dagang. Untuk obat – obat OTC
sebelum dilakukan peyimpanan ke lemari etalase terlebih dahulu diberi label
harga dengan tujuan untuk mempercepat proses pelayanan dan pembayaran
barang oleh pembeli. Sedangkan untuk obat – obat ethical langsung disimpan di
lemari – lemari obat ethical serta dilakukan pencatatan di kartu stok.