Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK BELAJAR LAPANGAN

MENEJEMEN LAYANAN MEDIK

Oleh :
Ni Kadek Ari Apriningsih (19011005)

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widi
Wasa karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan pendahuluan ini
Sebagaimana yang disyaratkan untuk dapat mengikuti Praktek Belajar Lapangan.
Penulisan laporan pendahuluan ini bertujuan untuk menjadi acuan dan syarat dalam
mengikuti Praktek Belajar Lapangan yang akan dipergunakan pada saat Pre-conference sebelum
pemberian materi
Dalam penyusunan laporan ini penulis berharap nantinya laporan ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan informasi serta materi yang terdapat di laporkan ini bisa membantu di masa
mendatang
Melalui kata pengantar penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan untuk menyelesaikan laporan ini. Kepada para pembaca penulis
mengharapkan kritik dam saran yang membangun jika dalam laporan ini terdapat kekurangan
agar dapat diperbaiki di masa mendatang.

Denpasar, 08 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
A. Bagian Awal
Cover………………………………………………………………………………………………i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………..……....ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………………...…
...iii
B. Bagian Inti
Kajian Teori Manajemen Layanan Medik……………………………………………………..1
A. Pengelolaan Dan Manajemen Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit……..………1
C. Bagian Akhir
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………….13

iii
B. Bagian Inti
Kajian Teori Manajemen Layanan Medik

Pengelolaan Dan Manajemen Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit


A. Manajemen Mutu dan Pelayanan Medik
Mutu pelayanan kesehatan, menurut beberapa ahli mutu pelayanan kesehatan memiliki
pengertian sebagai berikut :
1. Mutu pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap jasa pemakai pelayanan kesehatan yang sesuai dengan tingkat kepuasan
ratarata penduduk serta penyelenggaraanya sesuai dengan standar dan kode etik
profesi (Azwar dalam Purwoastuti, 2015)
2. Mutu pelayanan kesehatan adalah memenuhi dan melebihi kebutuhan serta
harapan pelanggan melalui peningatan yang berkelanjutan atas seluruh proses.
Pelanggan meliputi pasien, keluarga dan lainnya yang datang untuk mendapatkan
pelayanan dokter (Mary R. Zimmerman dalam Purwoastuti, 2015)
Sesuai dengan paparan diatas dengan mengkaji beberapa pengertian atau definisi mutu
pelayanan kesehatan, perlu dipahami pihak-pihak yang berkaitan secara langsung dengan
pelayanan kesehatan, setidaknya ada 3 pihak atau kelompok dan masing-masing dari 3 kelompok
tersebut akan memberikan jawaban yang berbeda-beda.
Manajemen mutu adalah sebuah upaya yang dilakukan terus menerus, sistematis, objektif dan
terintegrasi dalam identifikasi dan menentukan masalah dan penyebab masalah berdasarkan
standar yang ditetapkan, menetapkan dan mengimplementasikan pemecahan masalah menurut
kapasitas yang tersedia, dan mengkaji hasil dan memberikan tindak lanjut saran untuk lebih
meningkatkan kualitas pelayanan.
INDIKATOR MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Seperti telah dikemukakan pada poin sebelumnya, bahwa salah satu syarat pokok pelayanan
kesehatan adalah bermutu, yaitu menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di
pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah di
tetapkan.
Indikator pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang relevan berkaitan dengan
struktur, proses dan outcome:
1. Indikator Struktur / Input, ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti tenaga, dana, obat, fasilitas, peralatan, bahan, teknologi,
organisasi, informasi, dan lain-lain.

1
 Tenaga kesehatan profesional Sebagai contoh dari Indikator ini adalah :
tersedianya jumlah tenaga kesehatan tertentu per jumlah penduduk, (misal:
Jumlah dokter setiap 300.000 penduduk).
 Biaya yang tersedia Contoh dari Indikator ini adalah : tersedianya sejumlah dana
atau anggaran yang tersedia untuk pemberantasan penyakit tertentu.
 Obat-obatan dan alat kesehatan Contoh dari Indikator ini adalah : tersedianya
sejumlah obat-obatan untuk untuk pemberantasan penyakit tertentu.
 Metode atau standard operation Contoh dari Indikator ini adalah : tersedianya
Standar Operating Procedur untuk yang sesuai untuk kegiatan pelayanan di sarana
pelayanan kesehatan
2. Iindikator Proses
Memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan, prosedur
asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya. Dipandang
dari sudut manajemen yang diperlukan adalah pelaksanaan dari fungsi-fungsi manajemen
seperti perencanaan, pengoorganisasian, penggerakan, pemantauan, pengendalian dan
penilaian. Sebagai contoh dari indikator proses ini adalah :
 Terbentuknya satgas / panitia penanggulangan penyakit menular,
 Terselenggaranya gerakan Cuci Tangan pake sabun di setiap sekolah
 Adanya rapat evaluasi untuk menilai keberhasilan
3. Indikator Output
Merupakan ukuran-ukuran khusus (kuantitas) bagi output program seperti sejumlah
puskesmas yang berhasil dibangun, jumlah kader kesehatan yang dilatih, jumlah MCK
yang dibangun, jumlah pasien yang sembuh dsb.
4. Indikator Outcome
(Dampak Jangka Pendek) Adalah ukuran-ukuran dari berbagai dampak program seperti
meningkatnya derajat kesehatan anak balita, menurunkan angka kesakitan. Indikator
Impact (Dampak jangka panjang). Seperti meningkatnya umur harapan hidup,
meningkatnya status gizi, atau indikator di pelayanan kesehatan seperti rumah sakit
seperti : BOR, LOS, TOI dan Indikator klinis lain seperti : angka kesembuhan penyakit,
angka kematian 48 jam, angka infeksi nosokomial, dsb.
Pelayanan Medik di Rumah Sakit adalah salah satu jenis pelayanan Rumah Sakit yang diberikan
oleh tenaga medik.
Manajemen Pelayanan Medik di Rumah Sakit secara sederhana adalah suatu pengelolaan yang
meliputi perencanaan berbagai sumber daya medik dengan mengorganisir serta menggerakkan
sumber daya tersebut diikuti dengan evaluasi dan kontrol yang baik, sehingga dihasilkan suatu
pelayanan medik yang merupakan bagian dari sistem pelayanan di Rumah Sakit.
Dengan pendekatan sistem pelayanan medik terdiri dari beberapa komponen yaitu :
A. Komponen INPUT yang terdiri dari :
a) Tenaga medik yaitu dokter umum, dokter gigi dan dokter spesialis. Perhitungan
kebutuhan tenaga medik Rumah Sakit dapat melalui berbagai cara antara lain :
Peraturan Menkes 262/1979, Indikator Staff Needs (ISN) dan standar minimal.

2
b) Organisasi dan Tata Laksana Struktur organisasi yang berlaku saat ini mengacu
kepada SK Menkes 983/ 1992, namun pada pelaksanaannya banyak mengalami
hambatan karena SDM yang ada belum memenuhi kualifikasi yang ditentukan.
c) Kebijakan Direktur Tentang pelayanan medik di Rumah Sakit termasuk hak dan
kewajiban pasien, hak dan kewajiban petugas medik dan peraturan-peraturan
lainnya.
d) Sarana dan Prasarana Pelayanan Medik yang meliputi :
- Gedung rawat jalan, rawat inap, ruang bedah, UGD, penunjang medik
radiologi, laboratorium, gizi dan lain- lain yang harus memenuhi syarat sesuai
dengan arsitektur Rumah Sakit yang berlaku.
- Sarana dan prasarana alat kesehatan sederhana maupun canggih untuk
terlaksananya pelayanan medik yang bermutu.
e) Dana Ada beberapa sumber dana yang dapat digunakan untuk terselenggaranya
pelayanan medik, antara lain :
- Pendapatan Asli Rumah Sakit
- APBN (Depkes)
- APBN (Depdagri)
- APBD Tingkat I
- APBD Tingkat II
- Banpres
- Asuransi
- Kontraktor
- Subsidi
- dll.
Dana tersebut digunakan untuk :
1) Investasi peralatan medik yang diperlukan sesuai dengan jenis pelayanan
yang diberikan.
2) Operasional yang terdiri dari : Jasa pelayanan medis yaitu jasa yang
diberikan kepada petugas kesehatan (mediss, paramedis maupun non-
medis) atas pelayanan yang diberikan.,Jasa Rumah Sakit yaitu jasa yang
digunakan untuk operasional dan pemeliharaan Rumah Sakit sehingga
dapat memberikan pelayanan, Bahan habis pakai yaitu bahan-bahan yang
digunakan untuk terselenggaranya suatu kegiatan pelayanan kepada
pasien. Ketiga komponen operasional tersebut tercermin pada tarif Rumah
Sakit.

f) Pasien/klien Dilihat dari status sosio-ekonomi dan budaya masyarakat pasien


dapat digolongkan pada pasien tingkat menengah ke atas dan tingkat menengah
ke bawah. Pada perencanaan suatu Rumah Sakit perlu memperhitungkan status
pasien yang akan menjadi pangsa pasar Rumah Sakit sesuai dengan visi dan misi
Rumah Sakit. Dari 200 juta penduduk Indonesia, + 27 juta masih termasuk

3
penduduk miskin yang perlu perhatian dan bantuan sesuai dengan fungsi sosial
Rumah Sakit. Untuk itu Peraturan Menkes No. 378/ 1993 tentang Pelaksanaan
Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta telah mengatur fungsi sosial Rumah Sakit
dimana tempat tidur Kelas III bagi Rumah Sakit Swasta/BUMN milik Yayasan
adalah 25% dari jumlah tempat tidur yang ada. Sedangkan bagi Pemodal Dalam
Negeri (PMDN) dan Pemilik Modal Asing (PMA) adalah 10% karena dikenakan
pajak. Namun demikian jumlah tempat tidur tersebut bukan satu-satunya fungsi
sosial Rumah Sakit Swasta karena dapat berupa yang lain misalnya Balkesmas,
penyuluhan-penyuluhan, pelatihan. Dengan demikian diharapkan kontribusi
swasta/BUMN terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat khususnya
masyarakat miskin melalui pelayanan kesehatan di Rumah Sakit mempunyai daya
ungkit yang cukup besar

B. Komponen Proses
a. Menggambarkan MANAJEMEN PELAYANAN MEDIS. Secara sederhana
terdiri dari : Perencanaan
- Tenaga yang dibutuhkan sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan, beban
kerja yang ada dengan memperhitungkan kecenderungan (TREND) pada masa
yang akan datang.
- Sumber daya lain yang dibutuhkan untuk terselenggaranya suatu pelayanan
medis.
- Kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan sasaran yang diharapkan
dengan memperhitungkan sumber daya potensial yang ada maupun kendala
yang mungkin terjadi. Berdasarkan "waktu" maka perencanaan kegiatan dapat
harian, mingguan, bulanan, tahunan dan jangka panjang sesuai dengan visi
dan misi Rumah Sakit Dalam perencanaan kegiatan alangkah baiknya apabila
Rumah Sakit mempunyai skala prioritas dan mempunyai projek unggulan.
b. Pengorganisasian
Seperti telah dibicarakan pada bab sebelumnya, tenaga medik ini diorganisir
melalui staf medik fungsional dari komite medik, sedangkan pengelolaan
pelayanan medik di bawah Wadir Pelayanan Medik. Sesuai dengan ketentuan
Depkes dan akreditasi Rumah Sakit bahwa Wadir Pelayanan Medik harus seorang
dokter (umum/spesialis), ketua SMF adalah seorang dokter spesialis (bila
memungkinkan), sedangkan ketua komite medik dipilih dari ketua SMF yang ada
dan bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada contoh bagan organisasi Rumah Sakit Umum Kelas C berdasarkan
SK Menkes 983/1992 di halaman berikut.
c. Penggerakan
Kondisi saat ini, kegiatan inilah yang paling sulit dilakukan karena beberapa
dilema. Di lain pihak kebutuhan akan tenaga dokter spesialis khususnya bagi
Rumah Sakit Swasta cukup tinggi karena tidak mempunyai tenaga dokter tetap di
lain pihak citra Rumah Sakit Pemerintah menurun karena dokternya lebih
mengutamakan Swasta sehingga SK Meskes 415a/1984 belum dapat berjalan

4
dengan baik. Selain itu cukup sulit untuk memotivasi mereka karena keterbatasan
Rumah Sakit Pemerintah dan tuntutan kebutuhan dokter spesialis sendiri.
d. Pelaksanaan pelayanan medik
e. Pengawasan dan pengendalian Ada dua macam yaitu :
- Pengawasan pelaksanaan pelayanan termasuk medikolegal oleh wadir/ seksi
pelayanan.
- Pengawasan teknis medis oleh komite medis Keduanya bertanggung jawab
kepada Direktur Rumah Sakit. Pengawasan ini harus secara periodik dan
kontinyu dilakukan baik dengan audit medis/audit manajemen maupun dengan
upaya-upaya peningkatan mutu yang lain, namun tetap dengan prinsip :
"penelaahan bersama tentang suatu kejadian/kegiatan pelayanan medis dan
bukan mencari siapa yang salah, kemudian mencari solusi tindak lanjut
sehingga kejadian yang sama tidak terulang lagi.
C. OUTPUT
Tentu saja out put yang diharapkan adalah pelayanan medis yang bermutu, terjangkau
oleh masyarakat luas dengan berdasarkan etika profesi dan etika Rumah Sakit. Dengan
demikian beberapa tolok ukur keberhasilan pelayanan di Rumah Sakit seperti angka
kematian di Rumah Sakit, kejadian infeksi nosokomial, kepuasan pasien, waktu tunggu
dan lain-lain akan berubah yaitu angka kematian rendah, kejadian infeksi nosokomial
rendah, kepuasan pasien meningkat, waktu tunggu pendek. Keadaan ini akan
meningkatkan CITRA Rumah Sakit yang merupakan pemasaran Rumah Sakit
D. FAKTORyang mempengaruhi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi :
a. Pemilik Rumah Sakit (Pemerintah Pusat, PEMDA, Yayasan, PT, PMA
dll) Missi dan dukungan pemilik sangat menentukan keberhasilan
pelayanan medik.
b. Depkes Peraturan dan kebijakan dengan sanksi yang tegas akan
meningkatkan sistem pelayanan medis di Rumah Sakit.
c. IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) Kemajuan IPTEK harus diikuti
sesuai falsafah Rumah Sakit yaitu memberikan pelayanan sesuai IPTEK
kedokteran yang mutakhir. Tercantum dalam GBHN 1993 dan PELITA
VI kesehatan bahwa tujuan pembangunan adalah meningkatkan SDM
(Sumber Daya Manusia), sehingga IPTEK menjadi sangat penting apalagi
bila kita tidak ingin ketinggalan dalam menghadapi era globalisasi tahun
2003 nanti.
d. Sosio-ekonomi-budaya masyarakat
B. Sistem Rujukan Internal dan Eksternal RS
Sistem rujukan merupakan salah satu bentuk pelaksanaan dan pengembangan upaya
kesehatan dalam Sistem kesehatan Nasional (SKN) adalah rujukan upaya kesehatan. Untuk
mendapatkan mutu pelayanan yang lebih terjamin, berhasil guna (efektif) dan berdaya guna
(efesien), perlu adanya jenjang pembagian tugas diantara unit-unit pelayanan kesehatan melalui
suatu tatanan sistem rujukan.

5
Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu system jaringan fasilitas pelayanan kesehatan
yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas masalah
yang timbul, baik secara vertical maupun horizontalke fasilitas pelayanan yang lebih kompeten,
terjangkau, rasional, dan tidak dibatasi oleh wilayah administrasi. Tujuan system rujukan adalah
untuk meningkatkan mutu, cakupan dan efisiensi pelayanan kesehatan secara terpadu.

Terdapat dua jenis istilah rujukan, yaitu rujukan medik dan rujukan kesehatan.
1) Rujukan medic, yaitu pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus
yang timbul baik secara vertical maupun horizontalkepada yang lebih berwenang dan
mampu menanganinya secara rasional. Jenis rujukan medic.
a. Transfer of patient . Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostic, pengobatan,
tindakan operatif dll.
b. Transfer of specimen . Pengiriman bahan (specimen) untuk pemeriksaan laboratorium
yang lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge / personal. Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli
untuk meningkatkan mutu layanan pengobatan setempat
2) Rujukan kesehatan, yaitu hubungan dalam pengiriman , pemeriksaan bahan atau
specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini adalah rujukan yang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya preventif dan promotif.
Sedangkan menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari  : rujukan internal dan rujukan
eksternal.
- Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas pembantu) ke puskesmas
induk.
- Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal  (dari puskesmas rawat jalan ke puskesmas rawat inap) maupun
vertikal (dari puskesmas ke rumah sakit umum daerah).

C. Sistem Rujukan di Era BPJS


Rujukan BPJS merupakan surat pengantar tenaga medis yang bertujuan sebagai petunjuk
pengobatan maupun pengobatan lanjutan dan ditujukan kepada dokter yang lebih kompeten.
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan oleh peserta jaminan kesehatan atau
asuransi kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.

6
Tata Cara Pelaksanaan System Rujukan Berjenjang
 Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis,
yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas
kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes sekunder hanya dapat diberikan atas
rujukan dari faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes tersier hanya dapat diberikan atas rujukan
dari faskes sekunder dan faskes primer.
 Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat dirujuk langsung ke faskes tersier hanya untuk
kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang
dan hanya tersedia di faskes tersier.
 Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat dikecualikan dalam kondisi:
a. terjadi keadaan gawat darurat; Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan
yang berlaku
b. bencana; Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau Pemerintah
Daerah
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien; untuk kasus yang sudah ditegakkan
rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas kesehatan
lanjutan
d. pertimbangan geografis; dan
e. pertimbangan ketersediaan fasilitas
 Pelayanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat dapat memberikan pelayanan
kesehatan tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi
pemberi pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi gawat
darurat dan kekhususan permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi di luar
7
kompetensi dokter dan/atau dokter gigi pemberipelayanan kesehatan tingkat
pertama
 Rujukan Parsial
c. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau spesimen ke pemberi pelayanan
kesehatan lain dalam rangka menegakkan diagnosis atau pemberian terapi, yang
merupakan satu rangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut.
d. Rujukan parsial dapat berupa:
1) pengiriman pasien untuk dilakukan pemeriksaan penunjang atau
tindakan
2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan penunjang
e. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan parsial, maka penjaminan pasien
dilakukan oleh fasilitas kesehatan perujuk.
D. Alur Pelayanan di Unit Rawat Jalan
Unit Rawat Jalan adalah bagian dari Rumah Sakit yang memberikan pelayanan berupa
tindakan/ perawatan dan pengobatan kepada pasien, serta melakukan pencatatan/ perekaman
kondisi pasien dan bertanggung jawab atas segala kegiatannya di rawat jalan.
Alur dan Prosedur Pasien Rawat Jalan 1) Pasien Baru Rawat Jalan Pasien baru adalah pasien
yang baru pertama kali datang untuk keperluan berobat baik ke poliklinik, gawat darurat maupun
rawat inap. Gambar dibawah ini menjelaskan alur dan prosedur pasien yang akan melakukan
rawat jalan, dimulai dari pendaftaran hingga hasil pemeriksaan dokter.

Alur pasien rawat jalan seperti yang dijelaskan pada gambar di atas, sebagai berikut :
a. Pasien menuju petugas untuk mendapatkan nomor antrian. Pasien yang datang bisa
disebabkan oleh kemauan sendiri, rujukan rumah sakit, rujukan dokter praktek, rujukan
puskesmas atau instansi kesehatan lain.
b. Pasien menuju mesin antrian dan mengambil antrian pendaftaran.

8
c. Pasien melaksanakan pendaftaran dengan identifikasi petugas mengenai data pasien,
apakah pasien tersebut pasien baru atau pasien lama. Bagi pasien baru, petugas akan
meminta pasien atau keluarga untuk mengisi formulir pendaftaran. Formulir pasien baru
akan dicek petugas dengan identitas lain (KTP/SIM/PASPOR/Lainnya). Selanjutnya
petugas melakukan pengecekan pada dokumen lainnya jika pasien menggunakan asuransi
kesehatan kemudian registrasi sesuai klinik yang dituju. Pasien baru akan mendapatkan
nomor rekam medis dankartu berobat
d. Pasien menuju klinik yang sesuai dengan pendaftaran dan menunggu panggilan
antriansesuai nomor antrian klinik.
e. Dokter melakukan pemeriksaan dan berkonsultasi dengan pasien.
f. Setelah pasien diperiksa dan berkonsultasi oleh dokter, lanjutan pelayanan dapat berupa:
- Sembuh, pasien menyelesaikan pembayarandi kasir dan mengambil obat di
apotik.
- Jika pasien mendapat pengantar untuk pemeriksaan penunjang, pasien menuju ke
instalasi pemeriksaan penunjang dengan membawa surat pengantar dari dokter.
- Jika pasien dirujuk ke luar, dokter akan membuat surat pengantar rujukan.
- Jika pasien dikonsulkan ke spesialis lain, dokter akan membuat surat konsultasi.
Untuk pendaftaran di klinik spesialis lainnya bisa dilakukan dihari tersebut atau
sesuai jadwal dokter spesialis tersebut.
- Jika pasien dirawat, maka mengikuti alur pasien masuk rawat.
g. Pasien menyelesaikan pembayaran di kasir, mengambil obat di apotik, dan pulang.

Pasien Lama Rawat Jalan


1. Pasien lama rawat jalan adalah pasien yang sudah pernah berkunjung ke rumah
sakit/puskesmas untuk berobat ke poliklinik, gawat darurat maupun rawat inap yang sudah
terdata identitas dirinya pada Master Indeks Utama Pasien (MIUP) dan sudah memiliki kartu
berobat. Pasien lama dapat dibedakan menjadi pasien yang datang dengan perjanjian dan pasien
yang datang tidak dengan perjanjian (atas kemauan sendiri). Berikut ini adalah alur pasien lama
rawat jalan : Pasien Perjanjian Pasien perjanjian adalah pasien yang sudah melakukan registrasi
awal ke klinik yang dituju dengan surat kontrol atau via telepon.
a) Pasien datang ke petugas pendaftaran membawa kartu berobat dan menyebutkan sudah
melakukan registrasi awal dengan perjanjian.
b) Petugas akan mengecek dokumen lainnya untuk pasien asuransi kesehatan.
c) Petugas akan mencetak registrasi dan memberikan nomor antrian klinik yang dituju
pasien.
d) Pasien akan mendapatkan nomor antrian klinik dan diarahkan menunggu di klinikyang
dituju.
e) Setelah pasien selesai berkonsultasi dengan dokter, lanjutan pelayanan dapat berupa:
- Sembuh.
- Jika pasien mendapat pengantar untuk pemeriksaan penunjang, pasien menuju ke
instalasi pemeriksaan penunjang dengan membawa surat pengantar dari dokter.

9
- Jika pasien dirujuk ke luar, dokter akan membuat surat pengantar rujukan.
- Jika pasien dikonsulkan ke spesialis lain, dokter akan membuat surat konsultasi.
Untuk pendaftaran di spesialis lainnya bisa dilakukan dihari tersebut atau sesuai
jadwal dokter spesialis.
- Jika pasien dirawat, maka mengikuti alur pasien masuk rawat.
f) Pasien menyelesaikan pembayaran di kasir dan mengambil obat di apotik.
2. Pasien Tanpa Perjanjian Pasien tanpa perjanjian adalah pasien yang datang langsung ke
instansi pelayanan kesehatan.
a) Pasien datang ke petugas pendaftaran untuk melakukan registrasi ke klinik yang dituju
dengan menyerahkan kartu berobat, dokumen lainnya untuk pasien asuransi kesehatan
dan surat rujukan (bila ada).
b) Petugas akan mencetak registrasi dan memberikan nomor antrian klinik yang dituju
pasien.
c) Pasien akan mendapatkan nomor antrian klinik dan diarahkan menunggu di klinikyang
dituju.
d) Setelah pasien selesai berkonsultasi dengan dokter, lanjutan pelayanan dapat berupa:
- Sembuh.
- Jika pasien mendapat pengantar untuk pemeriksaan penunjang, pasien menuju ke
instalasi pemeriksaan penunjang dengan membawa surat pengantar dari dokter.
- Jika pasien dirujuk ke luar, dokter akan membuat surat pengantar rujukan.
- Jika pasien dikonsulkan ke spesialis lain, dokter akan membuat surat konsultasi.
Pendaftaran di spesialis lain bisa dilakukan dihari tersebut atau sesuai jadwal
dokter spesialis tersebut.
- Jika pasien dirawat, maka mengikuti alur pasien masuk rawat.
e) Pasien menyelesaikan pembayaran di kasir dan mengambil obat di apotik.
E. Alur Pelayanan di Unit Rawat Inap
Alur dan Prosedur Pasien Rawat Inap Pasien yang memerlukan perawatan, dibagi menjadi 3,
yaitu :
a. Pasien yang tidak urgen, artinya penundaan perawatan pasien tersebut tidak akan
mempengaruhi penyakitnya.
b. Pasien yang urgen, tetapi tidak darurat gawat, dapat dimasukkan kedalam daftar
tunggu.
c. Pasien gawat darurat (emergency), maka harus langsung dirawat.

10
Alur pasien rawat inap, sebagai berikut :
a. Pasien membawa surat pengantar rawat dari klinik rawat jalan/ gawat darurat/
kamar bersalin ke pendaftaran rawat inap.
b. Pasien memesan kamar perawatan sesuai dengan jenis pembayaran (jika pasien
asuransi kesehatan akan dicek dengan pelayanan dan kamar perawatan sesuai
dengan plafon pasien) dan melakukan registrasi pendaftaran rawat inap.
c. Petugas menghubungi kamar perawatan untuk memesan kamar dan
menyampaikan hal-hal yang diperlukan dalam perawatan pasien berdasarkan
catatan dalam surat pengantar rawat.
d. Pasien diberi penjelasan general consent/persetujuan umum dan membubuhkan
nama, tanda tangan pada formulir tersebut.
e. Pasien kembali ke klinik/ ruang gawat darurat untuk dipasang infus dan diberi
gelang pasien. Kemudian perawat menghubungi ruang perawatan sebelum
membawa pasien ke ruang perawatan. Perawat akan serahterima pasien dan
rekam medis serta dokumen penunjang lainnya untuk tindaklanjut perawatan
pasien.
f. Pasien masuk ruang perawatan diterima dokter ruangan/ perawat ruangan.
F. Alur Pelayanan di Unit IGD
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah unit pelayan di rumah sakit yang
memberikan pelayanan pertama pada pasien dengan ancaman kematian dan kecacatan secara
terpadu dengan melibatkan berbagai multidisiplin.

11
Alur pelayanana di unit IGD
1) Pasien Datang
2) Pasien melakukan pendaftaran di bagian Pendaftaran IGD
3) Pasien memperoleh pelayanan pada Instalasi IGD
4) Pasien dapat memperoleh pelayanan dari Laboratorium, Radiologi / USG, dan Gizi
5) Jika dibutuhkan pasien dapat memperoleh pelayanan Ruang Rawat Inap
6) Pasien memperoleh obat dari Farmasi IGD
7) Pasien membayar biaya pelayanan di Kasir
8) Pasien Pulang

12
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/MMIK-
I_FINAL_SC_26_12_2017.pdf
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/09/manajemen_pelayanan_medik_di_rs.pdf
http://bidanrhyna.blogspot.com/2012/05/sistem-rujukan.html
https://bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/7c6f09ad0f0c398a171ac4a6678a8f06.pdf
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/11/MIK_2_SC_26_10_2017.pdf
https://rsudprambanan.slemankab.go.id/alur-pasien-igd/

13

Anda mungkin juga menyukai