Anda di halaman 1dari 16

CLINICAL SKILL LAB (CSL) KMB 1

“Pengkajian Riwayat Kesehatan, Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan, Peak


flow meter dan spirometer”
Dosen pengampu : Moh Syafar S, S.Kep.,Ns., MANP

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 (KELAS RB)
ANNISA PUTRI SUMANTRI (R011201002)
ZAHRA AMALIAH (R011201026)
SULISTIAWATI (R011201046)
ELA KURNAESIH (R011201066)
ANDI MAGHFIRAH (R011201088)
HAMDANA AULIYAH HAMSAH (R011201116)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kita dengan
rahmat dan karunia- Nya yang berupa iman dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam terang benderang seperti saat ini. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita kelak.
Makalah Clinical Skill Lab (CSL) dengan judul “Pengkajian Riwayat Kesehatan,
Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan, Peak flow meter dan spirometer” ini dibuat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 1. Makalah ini mendeskripsikan
Pengkajian Riwayat Kesehatan, Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan, Peak flow meter dan
spirometer meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi
keperawatan.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Ners Moh Syafar S, S.Kep.,Ns., MANP
selaku koordinator mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I, dan selaku dosen fasilitator
materi Pengkajian Riwayat Kesehatan, Pemeriksaan Fisik Sistem Pernafasan, Peak flow meter
dan spirometer., dan semua pihak yang telah mendukung dan membantu penyelesaian
makalah ini. Besar harapan penyusun agar makalah ini bisa menjadi rujukan sumber bahan
untuk mencari informasi terkait dan dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan kerendahan
hati, penyusun memohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan. Kritik yang terbuka dan
membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah selanjutnya.

Makassar, 05 September 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................................... 1
C. TUJUAN ............................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................... 2
A. PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN .................................................................... 2
B. PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI ............................................................. 4
C. PEAK FLOW METER...................................................................................................... 5
D. SPIROMETER ................................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................... 12
A. KESIMPULAN ................................................................................................................ 12
B. SARAN .............................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari informasi yang
terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang dihadapi klien.Selanjutnya
data dasar tersebut digunaan untuk menentukan diagnosis keperawatan, merencanakan
asuhan keperawatan, serta tindaan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah klien.
Riwayat pengkajian kesehatan atau Anamnesis yang baik harus mengacu pada pertanyaan
yang sistematis dan terarah dengan dengan berpedoman pada lima pokok pikiran (The
Fundamental Five) dan tujuh butir mutiara anamnesis (The Sacred Seven). Yang dimaksud
dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan anamnesis dengan cara mencari data:
Riwayat Penyakit Saat Ini, Riwayat Penyakit Dahulu, Riwayat Kesehatan Keluarga, dan
riwayat sosial dan ekonomi.
Pemeriksaan Spirometri dan Peak Flow Meter adalah metode untuk menilai fungsi
paru yang telah diterima secara luas. Spirometri dilakukan untuk penegakkan diagnosis dan
monitoring kelainan fungsional paru seperti asma, PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis),
dan emfisema. Peak Flow Meter digunakan untuk mengukur jumlah aliran Expiratory Peak
Flow Rate (PEFR).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengkajian riwayat kesehatan ?


2. Bagaimana pemeriksaan fisik system respirasi ?
3. Bagaimana penggunaan Peak Flow Meter dan Spirometer ?

C. TUJUAN

1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan medikal bedah 1
2. Untuk mengetahui pengkajian riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik system respirasi, dan
penggunaan peak flow meter dan spirometer.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN

a. Definisi
Riwayat kesehatan adalah untuk mengetahui alasan pasien dating dan riwayat
kesehatannya dahulu sekarang, serta riwayat kesehatan keluarga untuk menemukan
masalah kesehatan yang sedang dialami pasien dan untuk menentukan diagnosa
keperawatan serta tindakan yang akan diberikan pada pasien (Nursalam, 2013).
b. Data anamnesis :
 Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Perjalanan penyakit
sangat penting diketahui. Harus dapat ditentukan kapan dimulainya perjalanan
penyakit, yang dimulai dari kapan saat terakhir pasien merasa sehat.
 Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
Ditanyakan apakah pasien pernah mengalami sakit yang serupa sebelumnya.
Bila pernah, bila dan kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa
saja. Juga ditanyakan apakah pernah mengalami penyakit yang relevan dengan
keadaan sekarang dan penyakit kronik, seperti hipertensi, diabetes melitus, stroke,
perawatan lama, rawat inap, imunisasi, riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi
dan melahirkan (untuk perempuan).
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari tahu ada tidaknya penyakit keturunan
atau faktor genetic dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, penyakit
jantung koroner, asma, kanker, dan lainlain) atau riwayat penyakit yang menular
dalam keluarga, seperti tuberkulosis paru. Keluarga dalam hal ini adalah vertikal
(ayah, ibu, kakek dan nenek, serta saudara ayah dan saudara ibu) dan horizontal
(saudara kandung dan saudara sepupu).
 Riwayat Sosial dan Ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien yang ada kaitannya dengan keluhan
utama, meliputi pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, kebiasaan yang sering
dilakukan (pola tidur, minum alkohol atau merokok, penggunaan obat-obatan,
aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi kesehatan dan kepercayaan) (Zein,
2012)

c. Alat dan Bahan


 Status pasien
 Buku registrasi
 Alat tulis

2
 Persiapan pasien
- Informed concent
 Persiapan tempat
- Ruangan yang refresentatif
- Meubler meja dan kursi
d. Prosedur dan Rasionalisasi
Link Video : https://youtu.be/GoRer1blhuE

Prosedur Rasional

1. Menerima pasien datang


2. Memanggil pasien sesuai nomor
urut
3. Bina hubungan saling percaya Agar pasien merasa nyaman dengan
dengan member senyum,salam dan perawat dan merasa percaya agar klien dan
sapa pada pasien dan keluarga perawat dapat berinteraksi dengan baik
4. Menjaga privacy pasien Menghargai area dan informasi pribadi
pasien
5. Memulai anamnesa dengan
menanyakan biodata pasien
6. Menanyakan keluhan utama yang Keluhan utama adalah keluhan atau gejala
dirasakan pasien utama yang menyebabkan pasien dibawa
berobat
7. Menanyakan riwayat penyakit Riwayat kesehatan sekarang untuk
sekarang mengetahui kapan terjadinya keluhan yang
dialami pasien sekarang
8. Menanyakan riwayat penyakit Riwayat kesehatan dahulu untuk
terdahulu mengetahui apakah sebelumnya pasien
mengalami penyakit yang sama atau
penyakit lainnya.
9. Menanyakan riwayat penyakit Riwayat kesehatan keluarga adalah untuk
keluarga melihat apakah keluarga pernah menderita
gejala dan sakit yang sama, apakah kelurga
memiliki penyakit yang menurun dan
menular.
10. Menanyakan riwayat alergi Agar perawat dapat memberikan terapi
yang tidak membahayakan bagi pasien
11. Menanyakan kelainan atau Perawat harus berupaya membantu
gangguan dalam pemenuhan memenuhi kebutuhan spiritual klien
kebutuhan biopsiko social spiritual sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh
klien.

e. Hubungan dengan Diagnosa Keperawatan

3
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi data yang
diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosis keperawatan memberikan
gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual) dan
kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas
wewenang perawat.
Sebelum menyusun suatu asuhan keperawatan yang baik, kita harus memahami
langkah langkah dari proses keperawatan : Klasifikasi dan analisis data , interpensi/
identifikasi kelebihan dan masalah klien ,memvalidasi diagnosa keperawan dan
menyusun diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritasnya.

B. PEMERIKSAAN FISIK SISTEM RESPIRASI

a. Definisi
Pemeriksaan fisik paru adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
melakukan pengkajian fisik pada pasien yang mengalami abnormalitas system
pernapasan yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
b. Indikasi
 Infeksi saluran pernafasan atas
 Infeksi saluran pernafasan bawah
 Pasien sesak nafas dan batuk broncho pneumonia
 Bronchitis dan emfisema
 Asma bronchial
c. Kontraindikasi (relative) : -
d. Alat dan Bahan
- Stetoskop
e. Prosedur dan Rasionalisasi
Link Video : https://youtu.be/dLjL9qQEYLM

No. Prosedur Rasional

1 Mencuci tangan dan mengambil alat Mengurangi penularan mikroorganisme

2. Perkenalkan diri dan konfirmasi data klien Memvalidasi data klien

3. menjelaskan terlebih dahulu prosedur yang Agar pasien paham prosedur sehingga tes
akan dilakukan. berjalan lancar

4. Minta persetujuan klien untuk melakukan


tindakan

5. Stage work Mengatur posisi pasien

4
6. Inspectiom Melihat dada pasien supaya simetris
apakah ada kelainan atau tidak

7. Palpasi Mengecek kekuatan posisi tubuh

8. Perkusi Untuk mengetahui area dibawah dada

9. Auskultasi menggunakan stetoskop Untuk mengetahui area dibawah dada


nafas normal atau tidak

10. Pemeriksaan fisik dari arah punggung Untuk memaksimalkan pemeriksaan


pernafasan pasien

11. Evaluasi Pasien mengalami gangguan sesak nafas


dan terdapat suara roni pada bagian dada
atau paru. Pasien dianjurkan agar
meminum air hangat

f. Hubungan dengan Diagnosa keperawatan


Pemeriksaan fisik sistem respirasi adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi, keadaan dinding dada dan mengetahui
frekuensi sifat, irama pernafasan serta keefektifan jalan nafas pada pasien jika
mengalami gangguan dalam bernafas. Dengan diagnosa keperawatan : Gangguan jalan
nafas tidak efektif.

C. PEAK FLOW METER

a. Definisi
Peak Flow Meter suatu alat yang sederhana, ringkas, mudah dibawa, murah, serta
mudah penggunaannya dapat dipakai untuk memeriksa Peak Expiratory Flow Rate
(PEFR). PEFR merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui
kecepatan aliran udara maksimal yang terjadi ada tiupan paksa maksimal yang dimulai
dengan paru pada keadaan inspirasi maksimal.
b. Indikasi
 Mengidentifikasi adanya gangguan pernapasan
 Memonitor kemampuan untuk menggerakkan udara yang mengalir dari paru-paru
 Mengetahui tingkat keparahan gangguan pernapasan yang diderita
 Menentukan apakah gangguan pernapasan membutuhkan penanganan khusus atau
tidak
c. Kontraindikasi (relative) :
d. Alat dan Bahan :

5
- Peak flow meter
- Mouth piece
e. Prosedur dan Rasionalisasi
Link Video : https://youtu.be/jdA8KU_D9JU

No. Prosedur Rasional


1 Mencuci tangan Mengurangi penularan mikroorganisme
2. Perkenalkan diri dan konfirmasi data klien Memvalidasi data klien
3. menjelaskan terlebih dahulu prosedur yang Agar pasien paham prosedur sehingga tes
akan dilakukan. berjalan lancar
4. Minta persetujuan klien untuk melakukan
tindakan
5. Persiapkan alat, pasang mouth piece ke
ujung peak flow meter.
6. Pastikan marker pada posisi 0 (terendah).
7. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan Untuk menudahkan pemeriksaan dan
berdiri atau duduk dengan punggung tegak. mempertahankan kenyamanan pasien.
8. Minta pasien untuk bernapas normal
sebanyak 3x (jika diperlukan).
9. Pegang peak flow meter dengan posisi Agar tidak mengganggu kinerja alat
horisontal tanpa menyentuh marker
(mengganggu gerakan marker).
10. Pasien menghirup napas sedalam mungkin, Memaksimalkan aliran udara yang masuk
masukkan mouth piece kemulut dengan dengan buang napas maksimal
bibir menutup rapat mengelilingi mouth
piece, dan buang napas sekuat dan secepat
mungkin.
11. Marker bergerak dan menunjukkan angka
pada skala saat membuang napas, catat
hasilnya
12. Kembalikan marker pada posisi 0.
Ulangi langkah 9-11 sebanyak 3x, catat Memaksimalkan pemeriksaan
nilai tertinggi. Bandingkan nilai tertinggi
pasien dengan nilai prediksi.
13. Mencuci tangan Mengurangi penularan mikroorganisme

f. Hubungan dengan Diagnosa keperawatan


Peak Expiratory Flow Rate adalah suatu cara atau tanda sederhana pada pasien
dengan penyakit asma atau penyakit obstruksi jalan nafas. Peak expiratory flow rate
yang normal memiliki peak flow rate yang lebih tinggi di bandingan dengan peak
expiratory flow rate yang di miliki oleh penderita asma.
Diagnosa keperawatan terkait dengan peak flow meter, yaitu:
- Asma
- Obstruksi jalan nafas

6
D. SPIROMETER

a. Definisi
Tes yang dilakukan untuk mengukur seberapa baik kerja paru paru. Tes ini dapat
membantu menegakkan diagnosis dan memantau kondisi paru paru pasien Pada
spirometri akan dilihat seberapa baik seseorang bisa bernapas dan seberapa efektif
paru-paru menyebarkan oksigen ke seluruh tubuh melalui sel darah merah. Tes ini
dilakukan menggunakan alat bernama spirometer.
b. Prinsip
Menggunakan prinsip bersih dan mengutamakan kenyamanan dan keselamatan klien.
Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan
1. Pasien
- Bebas rokok 2 (dua) jam sebelum pemeriksaan
- Tidak boleh makan terlalu kenyang Tidak boleh berpakaian terlalu ketat
- Penggunaan bronkodilator terakhir minimal 8 jam untuk bronkodilator aksi
singkat dan 24 jam untuk bronkodilator aksi panjang
- Mengerti tujuan pemeriksaan spirometri
2. Pemeriksa
- Terlatih
- Mengerti tujuan pemeriksaan spirometry
- Dapat menilai hasil
3. Ruang dan Fasiliti
- Ruangan dengan sistem ventilasi yang baik
- Suhu udara tempat pemeriksaan min 17°C atau max 40°C
- Pemeriksaan terhadap pasien penyakit infeksi saluran napas dilakukan terakhir
dan setelah itu harus dilakukan tindakan antiseptik
c. Indikasi
 Evaluasi keluhan respirasi seperti batuk dan sesak.
 Menentukan dan monitor tingkat keparahan dan progresifilitas penyakit.
 Menilai resiko pre-operasi.
 Monitor paparan gas yang berbahaya.
 Survey epidemiologi.
d. Kontraindikasi (relative ) :
Nyeri, mual, subyek tidak kooperatif seperti perubahan status mental.
e. Alat dan Bahan
- Spirometer yang telah dikalibrasi
- Mouth-pice sekali pakai
f. Prosedur dan Rasionalisasi
Link Video : : https://youtu.be/M9Qbqi7z_zU

7
No Prosedur Rasional
A Persiapan pasien
Anjurkan pasien untuk mengenakan pakaian yang Pakaian yang terlalu ketat dapat
nyaman. menggangu pernapasan
1
sehingga akan mempeengaruhi
hasil pemeriksaan.
Informasikan pasien untuk tidak melakukan Agar selam pemeriksaan paru
latihan/pekerjaan sebelum tes. berada dalam kondisi normal,
2
sehingga hasil pemeriksaan
akurat.
Anjurkan pasien untuk tidak makan atau makan tidak Menghindari gangguan pada
3 terlalu kenyang sebelum tes. pernapasan sehingga
menyulitkan pemeriksaan.
Posisi pasien dapat duduk atau berdiri. Untuk menudahkan
pemeriksaan dan
4
mempertahankan kenyamanan
pasien.
Tanyakan kepada pasien tentang riwayat merokok dan Membantu dalam penegakkan
5
riwayat penyakit paru maupun diluar penyakit paru. diagnosa.
Bila pasien mengkonsumsi obat bronkodilator anjurkan Menghindari risiko terjadinya
untuk menghentikan pemeriksaan spirometri terlebih cedera atau pun kesalahan
6
dahulu atau diteruskan sesuai dengan petunjuk dokter selam pemeriksaan.
yang meminta tes.
B Langkah kerja
Masukkan data (umur, tinggi badan, berat badan, jenis Memudahkan dalam
1
kelamin, dan ras). mengidentifikasi pasien
Memberikan instruksi atau peragaan tes kepada pasien. Agar pasien paham prsedur
2
sehingga tes berjalan lancar
Postur tubuh yang benar dengan kepala sedikit terangkat. Agar pasien bisa bernapas
3
dengan mudah tanpa hambatan
Tempatkan mouth-pice dalam mulut dan bibir tertutup. Bibir ditutup agar udara yang
4 dikeluarkan masuk secara
keseluruhan ke mouth-pice.
Tarik nafas teratur dan komplit dengan interval kurang Mengukur pernapasan
5
dari 1 (satu) detik.
Mengukur Kapasitas Vital (KV)
KV adalah jumlah udara dalam 1 (satu) liter yang
C
bisa diekspirasikan maksimal setelah inspirasi
maksimal.
Memastikan pasien dalam postur tubuh yang benar. Agar pasien dapat bernapas
1
dengan normal tanpa hambatan.
Memasang klip untuk hidung. Dan pastikan bibir Untuk memaksimalkan
2 melingkupi sekeliling mouth-pice debgan baik pengeluaran udara napas lewat
mulut.
Pasien diperintahkan melakukan inspirasi maksimal dan Mengukur kapasitas vital paru
3
ekspirasi selama mungkin sampai tidak ada udara yang paru.

8
bisa dikeluarkan lagi.
Mengulangi instruksi dengan penuh semangat bila Mengulangi intruksi untuk
4 dianggap perlu. Ulangi minimal dengan 3 (tiga) kali memaksimalkan keakuratan.
manuver, biasanya tidak boleh lebih dari 8 (delapan) kali
Periksa reproducsible test dan lakukan manuver- Memaksimalkan pemeriksaan
5
manuver lagi bila diperlukan.
Mengukur Kapasitas Vital Paksa (KVP)
KVP adalah jumlah udara dalam liter yang bisa
D
diekspirasikan secara paksa dan cepat setelah
inspirasi maksimal.
Memastikan pasien dalam postur tubuh yang benar. Agar pasien dapat bernapas
1
dengan normal tanpa hambatan.
Memasang klip untuk hidung. Dan pastikan bibir Untuk memaksimalkan
2 melingkupi sekeliling mouth-pice debgan baik pengeluaran udara napas lewat
mulut.
Pasien diperintahkan melakukan inspirasi maksimal dan Mengukur kapasitas vital paksa
3 ekspirasi selama mungkin sampai tidak ada udara yang paru paru.
bisa dikeluarkan lagi.
Mengulangi instruksi dengan penuh semangat bila Mengulangi intruksi untuk
4
dianggap perlu. Ulangi dengan 3 (tiga) kali manuver. memaksimalkan keakuratan.
Periksa reproducsible test dan lakukan manuver- Memaksimalkan pemeriksaan
5
manuver lagi bila diperlukan
E Mengukur maksimal voluntary ventilation (MVV)
Memastikan pasien dalam postur tubuh yang benar. Agar pasien dapat bernapas
1
dengan normal tanpa hambatan.
Memasang klip untuk hidung. Dan pastikan bibir Untuk memaksimalkan
2 melingkupi sekeliling mouth-pice debgan baik pengeluaran udara napas lewat
mulut.
Instruksi pasien bernapas cepat dan dalam selama 15 Untuk mengukur maksimal
3
detik. voluntary ventilation pasien
4 Manuver dilakukan 1 kali

g. Hubungan dengan Diagnosa Keperawatan


Saat menjalani prosedur spirometri, dokter ataupun perawat akan mengukur jumlah
udara yang dapat dihirup serta dikeluarkan dalam satu tarikan napas. Pemeriksaan ini
bisa dilakukan untuk mendiagnosis asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan
kondisi medis lain yang mempengaruhi pernapasan. Tes fungsi paru ini juga dapat
dianjurkan secara berkala guna memantau fungsi paru dan memeriksa efektivitas
pengobatan penyakit paru kronis.
Secara umum, pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi dua tipe gangguan pernapasan
yang menandakan kelainan paru-paru, yaitu:
1. Gangguan pernapasan tipe restriksi

9
Ini adalah kondisi dimana jaringan paru-paru maupun otot dada tidak bisa
mengembang dengan baik. Hal ini menyebabkan gangguan aliran udara, terutama
akibat menurunnya volume paru-paru.
2. Gangguan pernapasan tipe obstruksi
Kondisi dimana udara sulit mengalir keluar dari paru-paru karena ada hambatan di
saluran napas. Gangguan ini menyebabkan berkurangnya pasokan aliran udara di
tubuh.
Adapun diagnosa keperawatan terkait yang dapat diatasi dengan spirometri ini adalah
sebagai berikut.
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Pola napas tidak efektif
3. Gangguan pertukaran gas
g. Evidence Based Practice
Pengujian faal paru menggunakan alat yang disebut spirometri. Pengujian dengan
spirometri penting untuk mendeteksi beberapa kelainan yang berhubungan dengan
gangguan pernapasan. Spirometri merupakan metode untuk screening penyakit paru.
Selain itu, spirometri juga digunakan untuk menentukan kekuatan dan fungsi dada,
mendeteksi berbagai penyakit saluran pernapasan terutama akibat pencemaran
lingkungan dan asap rokok. Pemeriksaan spirometri tidak hanya digunakan untuk
menentukan diagnosis tetapi juga untuk menilai beratnya obstruksi, restriksi, dan efek
dari pengobatan. Ada beberapa penderita yang tidak menunjukkan adanya keluhan
namun pada pemeriksaan spirometri menunjukkan adanya obstruksi atau restriksi. Hal
ini dapat dijadikan sebagai peringatan awal terjadinya gangguan fungsi paru yang
mungkin dapat terjadi sehingga kita dapat menentukan tindakan pencegahan secepatnya
(Djaharuddin et al., 2017)
Pemeriksaan spirometri adalah pemeriksaan untuk mengukur volume paru statik
dan dinamik seseorang dengan alat spirometer. Spirometri sederhana biasanya
memberikan informasi yang cukup. Sejumlah spirometer elektronik yang murah dapat
mengukur dengan tepat parameter-parameter tertentu seperti kapasitas vital, volume
ekspirasi paksa dalam detik pertama (FEV1) dan peak expiratory flow. Spirometer tidak
dapat membuat diagnosis spesifik namun dapat menentukan adanya gangguan obstruktif
dan restriktif serta dapat memberi perkiraan derajat kelainan.
Pemeriksaan faal paru dinamis atau fungsi ventilasi dilakukan dengan alat
spirometer. Dengan pemeriksaan spirometri dapat diketahui atau ditentukan semua
volume dinamis seperti FEVT, FVC, PEFR, MBC, FEF200-1200, FEF 25-75. Pada
gangguan obstruksi, menunjukkan adanya penurunan kecepatan aliran ekspirasi dan
kapasitas vital normal. Pada obstruksi, aliran udara lebih hebat, kapasitas vital mungkin
turun sebagai akibat terperangkapnya udara. Nilai FEV, yang banyak dipakai adalah
FEV I /FVC, abnormal bila < 80 %. Parameter ini sangat penting karena tingkat akurasi
untuk obstruksi di sentral airway cukup besar. FEV1/FVC akan normal apabila FVC

10
nya sangat rendah. Terdapat beberapa parameter faal paru dinamis yang dapat
memberikan interpretasi jenis gangguan pada paru. Pada gangguan obstruktif secara
umum terjadi penurunan volume dinamis paru. Parameter yang cukup bermakna yaitu
ratio FEV1/FVC, PEFR, dan FEF 25-75. Ratio FEV1/ FVC sangat penting karena
tingkat akurasi untuk obstruksi di sentral airway cukup besar, sedangkan FEF 25-75
menunjukkan adanya obstruksi di saluran napas kecil. (Bakhtiar & Tantri, 2017)

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengkajian riwayat kesehatan dilakukan bertujuan untuk menentukan diagnose


keperawatan yang tepat untuk diberikan kepada klien, meliputi data riwayat kesehatan
sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat sosial dan
ekonomi. Pemeriksaan fisik merupakan tindakan selanjutnya dari pengkajian, dan pada
pemeriksaan fisik system respirasi yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Dan Pemeriksaan Spirometri dan Peak Flow Meter merupakan metode yang digunakan
untuk menilai fungsi paru yang telah diterima secara luas.

B. SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan agar pengetahuan mengenai pengkajian riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik system respirasi, dan penggunaan peak flow meter dan
spirometer dapat bertambah. Masukan dan kritikan sangat diharapkan agar dapat
mengembangkan makalah ini menjadi lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Zein, U. (2012). Buku Saku Anamnesis. In Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Prima Indonesia. USU Press. http://penelitian.uisu.ac.id/wp-
content/uploads/2020/03/12.-buku-anamesis.pdf
Yaseda, G. Y., Noorlayla, S., & Effendi, M. A. (2019). Hubungan Peran Perawat Dalam
Pemberian Terapi Spiritual Terhadap Perilaku Pasien Dalam Pemenuhan Kebutuhan
Spiritual Di Ruang ICU RSM Ahmad Dahlan Kota Kediri. Journal Stikes Surya Mitra
Husada, 53(9), 1689–1699. https://media.neliti.com/media/publications/236506-hubungan-
peran-perawat-dalam-pemberian-t-6a79c0b7.pdf
Using a Peak Flow Meter to Manage Asthma | AAFA.org

http://eprints.undip.ac.id/46830/3/RASTIA_ALIMMATTABRINA_22010111130112_LAP.KTI
_BAB_2.pdf

Hintradiancy. 2014. SOP spirometri. Laboratorium Kualita Medica. SCRIBD. 1-2.


https://id.scribd.com/doc/259342408/SOP-Spirometri

Djaharuddin, I., Tabri, N. A., Iskandar, H. M., & Santoso, A. (2017). Ketrampilan Klinis Uji
Faal Paru (Spirometri). Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1–6.

Bakhtiar, A., & Tantri, R. I. E. (2017). Faal Paru Dinamis. Jurnal Respirasi, 3(3), 89–96.
https://doi.org/10.20473/jr.v3-i.3.2017.89-96

13

Anda mungkin juga menyukai