Anda di halaman 1dari 42

CPOB

Cara Pembuatan Obat yang Baik

Apt. Wardiyah, M.Si


Prinsip CPOB

Cara Pembuatan Obat yang Baik


(CPOB) bertujuan untuk menjamin
obat dibuat secara konsisten,
memenuhi persyaratan yang
ditetapkan dan sesuai dengan
tujuan penggunaannya.

CPOB mencakup seluruh aspek


produksi dan pengendalian mutu.
Definisi
CPOB Industri Sertifikat
Farmasi OBAT
CPOB

adalah cara adalah badan adalah bahan atau adalah dokumen


pembuatan usaha yang paduan bahan, termasuk sah yang merupakan
produk biologi, yang bukti bahwa industri
obat yang memiliki izin farmasi telah
digunakan untuk mempe
bertujuan dari Menteri ngaruhi atau menyelidiki memenuhi persyaratan
memastikan Kesehatan sistem fisiologi atau CPOB dalam membuat
agar mutu keadaan patologi dalam satu jenis bentuk
untuk melaku rangka penetapan sediaan obat yang
obat yang kan kegiatan diagnosis, pencegahan, diterbitkan oleh
dihasilkan pembuatan penyembuhan, Kepala Badan.
sesuai dengan obat atau pemulihan, peningkatan
persyaratan kesehatan dan
bahan obat kontrasepsi untuk
dan tujuan manusia
penggunaan.
Ketentuan umum

“pembuatan” mencakup seluruh kegiatan penerimaan bahan, produksi,


pengemasan ulang, pelabelan, pelabelan ulang, pengawasan mutu,
pelulusan, penyimpanan dan distribusi dari obat serta pengawasan terkait.

istilah “hendaklah” menyatakan rekomendasi untuk dilaksanakan kecuali jika tidak


dapat diterapkan, dimodifikasi menurut pedoman lain yang relevan dengan
Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik atau digantikan dengan petunjuk
alternatif untuk memperoleh tingkat pemastian mutu minimal yang setara.
Sistem Pemastian Mutu

desain dan pengembangan obat dilakukan


dengan cara yang memerhatikan persyaratan
CPOB;
semua langkah produksi dan pengawasan diuraikan
secara jelas dan CPOB diterapkan;
tanggung jawab manajerial diuraikan dengan jelas
dalam uraian jabatan;
pengaturan disiapkan untuk pembuatan, pemasokan
dan penggunaan bahan awal dan pengemas yang
benar;
semua pengawasan terhadap produk antara dan
pengawasan selama-proses lain serta dilakukan
validasi;
pengkajian terhadap semua dokumen terkait dengan proses, pengemasan dan
pengujian tiap bets, dilakukan sebelum memberikan pengesahan pelulusanuntuk
distribusi produk jadi. Penilaian hendaklah meliputi semua faktor yang relevan
termasuk kondisi produksi, hasil pengujian selama-proses, pengkajian dokumen
pembuatan (termasuk pengemasan), pengkajian penyimpangan dari prosedur
yang telah ditetapkan, pemenuhan persyaratan dari Spesifikasi Produk Jadi dan
pemeriksaan produk dalam kemasan akhir;
Sistem Pemastian Mutu (2)
obat tidak dijual atau didistribusikan sebelum kepala Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu) menyatakan bahwa tiap bets produksi di
buat dan dikendalikan sesuai dengan persyaratan yang tercantum
dalam izin edar dan peraturan lain yang berkaitan dengan aspek
produksi, pengawasan mutu dan pelulusan produk;

tersedia pengaturan yang memadai untuk memastikan bahwa, sedapat


mungkin, produk disimpan, didistribu-sikan dan selanjutnya ditangani
sedemikian rupa agar mutu tetap dijaga selama masa simpan obat;

tersedia prosedur inspeksi diri dan/atau audit mutu yang secara berkala
mengevaluasi efektivitas dan penerapan sistem Pemastian Mutu;
pemasok bahan awal dan bahan pengemas dievaluasi dan disetujui untuk
memenuhi spesifikasi mutu yang telah ditentukan oleh perusahaan;

penyimpangan dilaporkan, diselidiki dan dicatat;


tersedia sistem persetujuan terhadap perubahan yang berdampak pada mutu
produk;

prosedur pengolahan ulang produk dievaluasi dan disetujui; dan


evaluasi berkala mutu obat dilakukan untuk verifikasi konsistensi proses
dan memastikan perbaikan proses yang berkesinambungan.
CPOB
 Adalah bagian dari pemastian mutu yang
memastikan bahwa obat dibuat dan
dikendalikan secara konsisten untuk
mencapai standar mutu yang sesuai dengan
tujuan penggunaan dan persyaratan dalam
izin edar dan spesifikasi produk
 CPOB mencakup produksi dan pengawasan
mutu

7
Persyaratan dasar CPOB
 Semua proses pembuatan obat dijabarkan dg jelas, dikaji
secara sistematis
 Tahap proses yang kritis, pengawasan dan sarana
penunjang serta perubahan yang signifikan divalidasi
 Tersedia sarana :
- personil terkualifikasi dan terlatih
- bangunan dan sarana dg luas yang memadai
- bahan, wadah dan label yang benar
- prosedur dan instruksi yang disetujui
- tempat penyimpanan dan transportasi yang memadai

8
 Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dg bahasa yang
jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada
sarana yang tersedia
 Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara
benar
 Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat. Tiap
penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi
 Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan
penelusuran riwayat bets secara lengkap, disimpan secara
komprehensif dan dalam bentuk yang mudah diakses
 Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko
terhadap mutu obat
 Tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran
 Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
diinvestigasi, dilakukan perbaikan untuk mencegah terulang kembali

9
Pengawasan Mutu (Quality Control)
Adalah bagian dari CPOB yang berhubungan dengan
pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian, serta dengan
organisasi, dokumentasi dan prosedur pelulusan yang
memastikan bahwa pengujian yang diperlukan dan relevan
telah dilakukan dan bahwa bahan yang belum diluluskan
tidak digunakan serta produk yang belum diluluskan tidak
dijual atau dipasok sebelum mutunya dinilai dan dinyatakan
memenuhi syarat

10
Personalia
Tiap personil hendaklah memahami tanggung jawab masing-
masing dan dicatat.
Seluruh personil hendaklah memahami prinsip CPOB serta
memperoleh pelatihan awal dan berkesinambungan, termasuk
instruksi mengenai higiene yang berkaitan dengan pekerjaannya.

Industri farmasi harus memiliki struktur organisasi.

Personil Kunci :
kepala bagian Produksi,
kepala bagian Pengawasan Mutu
kepala bagian Manajemen Mutu (Pemastian Mutu).
Tanggung Jawab Kepala Bagian Produksi

a) memastikan bahwa obat diproduksi dan disimpan sesuai prosedur agar memenuhi
persyaratan mutu yang ditetapkan;
b) memberikan persetujuan petunjuk kerja yang terkait dengan produksi dan
memastikan bahwa petunjuk kerja diterapkan secara tepat;
c) memastikan bahwa catatan produksi telah dievaluasi dan ditandatangani oleh
kepala bagian Produksi sebe-lum diserahkan kepada kepala bagian Manajemen
Mutu (Pemastian Mutu);
d) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian produksi
e) memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan
f) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil di
departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
Tanggung Jawab Kepala Bagian Pengawasan Mutu

a) menyetujui atau menolak bahan awal, bahan pengemas, produk antara,


produk ruahan dan produk jadi;
b) memastikan bahwa seluruh pengujian yang diperlukan telah dilaksanakan;
c) memberi persetujuan terhadap spesifikasi, petunjuk kerja pengambilan
sampel, metode pengujian dan prosedur pengawasan mutu lain;
d) memberi persetujuan dan memantau semua analisis berdasarkan kontrak;
e) memeriksa pemeliharaan bangunan dan fasilitas serta peralatan di bagian
pengawasan mutu;
f) memastikan bahwa validasi yang sesuai telah dilaksanakan; dan
g) memastikan bahwa pelatihan awal dan berkesinambungan bagi personil
di departemennya dilaksanakan dan diterapkan sesuai kebutuhan.
Tanggung Jawab Kepala Bagian Pemastian Mutu

a) memastikan penerapan (dan, bila diperlukan, membentuk) sistem mutu;


b) ikut serta dalam atau memprakarsai pembentukan manual mutu
perusahaan;
c) memprakarsai dan mengawasi audit internal atau inspeksi diri berkala;
d) melakukan pengawasan terhadap fungsi bagian Pengawasan Mutu;
e) memprakarsai dan berpartisipasi dalam pelaksanaan audit eksternal
(audit terhadap pemasok);
f) memprakarsai dan berpartisipasi dalam program validasi;
g) memastikan pemenuhan persyaratan teknik atau peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) yang berkaitan dengan
mutu produk jadi;
h) mengevaluasi/mengkaji catatan bets; dan i) meluluskan atau menolak
produk jadi untuk penjualan dengan mempertimbangkan semua faktor
terkait.
P EM B U ATAN
P R O D U K
S T E R I L
 Dibuat dengan persyaratan khusus
PRINSIP  Untuk memperkecil risiko
pencemaran mikroba, partikulat dan
pirogen
 Tergantung pada ketrampilan,
pelatihan dan sikap dari personil
 Pembuatan harus mengikuti metode
dan prosedur yang ditetapkan
dengan seksama dan tervalidasi
 Penjaminan sterilitas atau aspek
mutu lain tidak hanya tergantung dari
proses akhir atau pengujian produk
jadi
Ketentuan Umum

 Pembuatan produk :
• dilakukan di area bersih
• memasuki area bersih melewati ruang  Kegiatan pembuatan produk
penyangga untuk personil dan/atau steril digolongkan menjadi dua ;
peralatan dan bahan. 1. produk yang disterilkan
• Area bersih dijaga tingkat kebersihannya dalam wadah akhir dan
sesuai standar kebersihan yang disebut juga sterilisasi akhir,
ditetapkan dan dipasok dg udara yang 2. produk yang diproses
telah melewati filter dg efisiensi yang secara aseptik pada
sesuai sebagian atau semua tahap.
Ketentuan Umum

 Kondisi “operasional” adalah kondisi dimana


fasilitas dalam keadaan jalan sesuai modus
pengoperasian yang ditetapkan dengan
sejumlah tertentu personil yang sedang bekerja

 Kondisi “non-operasional” adalah kondisi


dimana fasilitas telah terpasang dan beroperasi,
lengkap dengan peralatan produksi tetapi tidak
ada personil.
Empat Kelas Bersih Ruang Produksi
Kelas A
 Zona untuk kegiatan yang berisiko
tinggi, misalnya zona pengisian, wadah
tutup karet, ampul dan vial terbuka, Kelas C dan D
penyambungan secara aseptik.
 Kondisi ini tercapai dg memasang LAF area bersih untuk
yang mengalirkan udara 0,36 – 0,54 melakukan tahap
m/detik. pembuatan produk steril
 Aliran udara searah berkecepatan dengan tingkat risiko lebih
lebih rendah dapat digunakan pada rendah
isolator tertutup dan kotak bersarung
tangan

Kelas B
 untuk pembuatan dan
pengisian secara aseptik,
 Kelas ini adalah lingkungan
latar belakang untuk zona
kelas A
Klasifikasi Ruang Bersih dan Sarana Udara Bersih
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan di berbagai kelas

kelas Contoh kegiatan untuk produk dg


sterilisasi akhir
A Pengisian produk, bila ada risiko di luar
kebiasaan
C Pembuatan larutan, bila ada risiko di luar
kebiasaan. Pengisian produk
D Pembuatan larutan dan penyiapan
komponen untuk proses pengisian
selanjutnya
Produk yang disterilisasi akhir
 Penyiapan komponen dan sebagian besar produk, yang
memungkinkan untuk disaring dan disterilisasi, hendaklah
dilakukan dilingkungan minimal kelas D untuk mengurangi
risiko cemaran mikroba dan partikulat. Bila ada risiko
terhadap produk yang diluar kebiasaan yaitu karena cemaran
mikroba, misalnya, produk yang secara aktif mendukung
pertumbuhan mikroba atau harus didiamkan selama
beberapa saat sebelum sterilisasi atau terpaksa diproses
dalam tangki tidak tertutup, maka penyiapan hendaklah
dilakukan di lingkungan kelas C

22
Produk yang disterilisasi akhir (2)

 Pengisian produk yang akan disterilisasi akhir hendaklah


dilakukan di lingkungan minimal kelas C.
 Bila ada risiko terhadap produk yang di luar kebiasaan yaitu
karena cemaran dari lingkungan, misalnya karena kegiatan
pengisian berjalan lambat atau wadah berleher lebar atau
terpaksa terpapar lebih dari beberapa detik sebelum ditutup,
pengisian hendaklah dilakukan di zona kelas A dg latar
belakang min kelas C
 Penyiapan dan pengisian salep, krim, suspensi dan emulsi
pada umumnya hendaklah dilakukan di lingk. Kelas C sebelum
disterilisasi akhir

23
Contoh kegiatan yang dapat dilakukan di berbagai kelas (2)

kelas Contoh kegiatan pembuatan secara


aseptik
A Pembuatan dan pengisian secara aseptik

C Pembuatan larutan yang akan disaring

D Penanganan komponen setelah pencucian


25

Pembuatan secara aseptik

• Komponen setelah dicuci hendaklah ditangani di lingkungan


min kelas D. penanganan bahan awal dan komponen steril,
kecuali pada proses selanjutnya untuk disterilisasi atau disaring
dengan menggunakan filter mikroba, hendaklah dilakukan di
lingkungan kelas A dengan latar belakang kelas B
• Proses pembuatan larutan yang akan disterilisasi secara filtrasi
hendaklah dilakukan di lingkungan kelas C; bila tidak dilakukan
filtrasi, penyiapan bahan dan produk hendaklah dilakukan di
lingkungan kelas A dengan latar belakang kelas B
26

Pembuatan secara aseptik (2)

• Penanganan dan pengisian produk yang dibuat secara aseptik


hendaklah dilakukan di lingkungan kelas A dengan latar belakang
kelas B
• Transfer wadah setengah tertutup yang akan digunakan dalam
proses beku-kering (freeze drying) hendaklah, sebelum proses
penutupan dg stopper selesai, dilakukan di lingkungan kelas A
dengan latar belakang kelas B atau dalam nampan (tray) transfer
yang tertutup di lingkungan kelas B
• Pembuatan dan pengisian salep, krim, suspensi dan emulsi
hendaklah dilakukan di lingkungan Kelas A dengan latar belakang
kelas B, apabila produk terpapar dan tidak akan di saring
27

Penjelasan yang pakaian kerja untuk tiap kelas :

• Kelas D : rambut – jika relevan- janggut hendaklah


ditutup. Pakaian pelindung reguler, sepatu yang sesuai
atau penutup sepatu dikenakan. Perlu diambil tindakan
pencegahan yang sesuai untuk menghindari kontaminasi
yang berasal dari bagian luar area bersih

• Kelas C : rambut – jika relevan- janggut dan kumis


hendaklah ditutup. Pakaian model terusan atau model
celana –baju, yang bagian pergelangan tangannya dapat
diikat, memiliki leher tinggi dan sepatu yang sesuai
hendaklah dikenakan. Pakaian kerja tidak boleh
melepaskan partikulat
28

Penjelasan yang pakaian kerja untuk tiap kelas (2):

• Kelas A/B : penutup kepala hendaklah menutup seluruh rambut –


dan jika elevan – janggut dan kumis. Penutup kepala hendaklah
diselipkan ke dalam leher baju. Penutup muka hendaklah dipakai
untuk mencegah penyebaran percikan. Model terusan atau model
celana-baju, yang bagian pergelangan tangannya dapat diikat,
memiliki leher tinggi hendaklah dikenakan. Dipakai sarung
tanganplastik atau karet steril yang bebas serbuk dan penutup kaki
steril atau didisinfeksi. Ujung celana hendaklah diselipkan ke
dalam penutup kaki dan ujung lengan baju diselipkan ke dalam
sarung tangan. Pakaian pelindung ini hendaklah tidak melepaskan
serat atau bahan partikulat dan mampu menahan partikel yang
dilepaskan tubuh.
• Pakaian untuk area bersih hendaklah mendapat penangan khusus
• Hanya personil yang berwenang yang boleh memasuki area
bangunan dan fasilitas dengan akses terbatas
29

Bangunan dan Fasilitas


• Didesain untuk mencegah masuknya personil yang
tidak diperlukan. Area kelas B didesain sehingga
semua kegiatan dapat diamati dari luar
• Area bersih, semua permukaan halus, kedap air
dan tidak retak untuk mengurangi pelepasan atau
akumulasi partikel atau mikroba.
• Untuk mengurangi akumulasi debu dan
memudahkan pembersihan tidak ada bagian yang
sukar dibersihkan dan lis yang menonjol, rak,
lemari dan peralatan dalam jumlah terbatas. Pintu
didesain untuk menghindarkan bagian
tersembunyi dan sukar dibersihkan; pintu sorong
hendaklah dihindarkan.
30

Bangunan dan Fasilitas (2)

• False ceillings disegel untuk mencegah pencemaran dari


raung atasnya
• Pipa dan saluran dipasang dengan tepat sehingga tidak ada
tempat tersembunyi yang sukar dibersihkan
• Bak cuci dan drainase dilarang di area kelas A/B, di area lain
penyekat udara dipasang diantara mesin atau bak cuci dan
drainase. Semua saluran air terbuka dan mudah dibersihkan
dihubungkan dengan drainase luar dengan tepat untuk
mencegah masuknya cemaran mikrobiologis.
31

Bangunan dan Fasilitas (3)

• Ruang ganti hanya untuk personil dan tidak untuk lalulintas


bahan, wadah dan peralatan
• Ruang ganti didesain seperti ruang penyangga. Ruang ganti pada
kondisi ‘non operasional’
• Pintu ruang penyangga tidak dapat terbuka bersamaan  ada
sistem interlock, atau sistem peringatan visual/audio
• Pasokan udara disaring dapat menjaga perbedaan tekanan
positif. Perbedaan tekanan antara ruang bersebelahan yang
berbeda kelas kebersihannya adalah 10-15 pascal.
• Pola aliran udara tidak menimbulkan risiko pencemaran.
• Ada sistem peringatan untuk mengindikasikan kegagalan
pasokan udara.
32

Bangunan dan Fasilitas (4)

• Suhu dan kelembaban dijaga pada tingkat yang tidak


menyebabkan personil berkeringat secara berlebihan
• Area bersih untuk kegiatan produksi steril hendaklah
tidak digunakan untuk melaksanakan pengujian
sterilitas dan pengujian mikrobiologis lain.
33

Peralatan

• Ban berjalan tidak boleh menembus sekat yang


membatasi area kelas A atau B dengan ruang proses
dengan standar kebersihan lebih rendah kecuali dapat
disterilkan terus menerus (melalui terowongan
sterilisasi)
• Perlatan dipilih supaya dapat disterilisasi secara
efektif dengan menggunakan uap atau panas kering
atau metode lain
34

Peralatan (2)

• Peralatan, fiting dan sarana lain dirancang dan dipasang


sedemikian rupa sehingga kegiatan, perawatan dan
perbaikan dapat dilaksanakan dari luar area bersih. proses
sterilisasi dilakukan setelah perakitan kembali selesai
• Instalasi pengolahan dan sistem distribusi air hendaklah
didesain, dikonstruksi dan dirawat untuk menjamin agar air
yang dihasilkan memenuhi persyaratan mutu yang sesuai.
• dilakukan validasi dan perawatan terencana terhadap
semua peralatan
35

Sanitasi
• Sanitasi area bersih sangatlah penting. Area tersebut hendaklah dibersihkan
secara menyeluruh sesuai program tertulis. Bila menggunakan disinfektan
hendaklah memakai lebih dari satu jenis. Pemantauan hendaklah dilakukan
secara berkala untuk mendeteksi perkembangan galur mikroba yang
resisten. Dengan mempertimbangkan efektivitasnya yang terbatas, lampu
ultraviolet hendaklah tidak digunakan untuk menggantikan disinfektan
kimiawi.

• Disinfektan dan detergen hendaklah dipantau terhadap cemaran mikroba;


hasil pengenceran hendaklah ditempatkan dalam wadah yang telah dicuci
bersih dan hanya boleh disimpan dalam jangka waktu yang telah ditentukan,
kecuali bila disterilkan. Disinfektan dan deterjen yang digunakan untuk area
Kelas A dan B hendaklah disterilkan sebelum digunakan.

• Fumigasi dalam area bersih dapat bermanfaat untuk mengurangi


kontaminasi mikrobiologis pada tempat yang tidak terjangkau
36

Catatan:
(*) Nilai rata-rata
(**) Cawan papar dapat dipaparkan
kurang dari 4 jam
37

AIR
 Air yang dipakai untuk membuat produk steril termasuk penyimpanan dan
sistem distribusinya hendaklah selalu dikendalikan untuk menjamin bahwa
spesifikasi yang sesuai dicapai tiap pengoperasian.
 Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi melalui cara penyulingan atau
cara lain yang akan menghasilkan mutu yang sama.
 Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah diproduksi, disimpan dan didistribusikan
dengan cara yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba, misal disirkulasi
dengan konstan pada suhu di atas 70°C.
 Air untuk Injeksi (WFI) hendaklah disimpan dalam wadah yang bersih,
steril, nonreaktif, nonabsorptif, nonaditif dan terlindung dari pencemaran.
 Sumber air, peralatan pengolahan air dan air hasil pengolahan hendaklah
dipantau secara teratur terhadap pencemaran kimiawi, biologis dan, bila
perlu, terhadap cemaran endotoksin untuk menjamin agar air memenuhi
spesifikasi yang sesuai dengan peruntukannya. Hasil pemantauan dan
tindakan penanggulangan yang dilakukan hendaklah didokumentasikan.
 Alat perekam hendaklah digunakan untuk memantau suhu penyimpanan.
38

Pengolahan
• dilakukan tindakan pencegahan untuk mengurangi
pencemaran pada seluruh tahap pengolahan termasuk tahap
sebelum proses sterilisasi.
• Pembuatan produk yang berasal dari sumber mikrobiologis
hendaklah tidak diproses atau diisi di area yang digunakan
untuk pembuatan obat lain; namun, vaksin yang mengandung
organisme mati atau ekstrak bakterial dapat diisikan ke dalam
wadah-wadah, di dalam bangunan dan fasilitas yang sama
dengan obat steril lain, setelah proses inaktivasi yang
tervalidasi dan pembersihan menurut prosedur yang
tervalidasi.
• Validasi proses aseptis hendaklah mencakup uji simulasi
proses menggunakan media pertumbuhan (media fill).
39

Pengolahan (2)

Jumlah wadah yang digunakan untuk media fill hendaklah cukup


memungkinkan evaluasi absah. Untuk bets ukuran kecil, jumlah
wadah untuk media fill hendaklah minimal sama dengan ukuran bets
produk. Target hendaklah dengan pertumbuhan nol dan ketentuan
berikut hendaklah diterapkan:
a) Bila mengisi kurang dari 5.000 unit, tidak boleh ditemukan unit
tercemar;
b) Bila mengisi 5.000 sampai dengan 10.000 unit:
oSatu (1) unit tercemar hendaklah diikuti dengan investigasi dan
pertimbangan untuk mengulang media fill;
o(2) unit tercemar merupakan pertimbangan untuk dilakukan
validasi ulang setelah investigasi;
c) Bila mengisikan lebih dari 10.000 unit:
o (1) unit tercemar hendaklah dinvestigasi;
o Dua (2) unit tercemar merupakan pertimbangan untuk
dilakukan validasi ulang setelah investigasi.
40

Pengolahan (3)
• Komponen, wadah dan peralatan, setelah proses pembersihan/pencucian akhir,
hendaklah ditangani sedemikian rupa sehingga tidak terjadi rekontaminasi.
• Interval antara pencucian dan pengeringan serta sterilisasi komponen, wadah dan
peralatan maupun antara sterilisasi dan penggunaannya hendaklah sesingkat
mungkin dan diberi batas waktu yang sesuai dengan kondisi penyimpanan
tervalidasi.
• Jarak waktu antara awal pembuatan larutan dan sterilisasi atau filtrasi melalui filter
mikroba hendaklah sesingkat mungkin. Batas waktu maksimum hendaklah
ditentukan dengan mempertimbangkan komposisinya dan metode penyimpanan
yang ditentukan. Kecuali dilakukan tindakan khusus, volume larutan ruahan
hendaklah tidak lebih besar daripada jumlah yang dapat diisi dalam satu hari dan
hendaklah diisi ke dalam wadah akhir serta disterilisasi dalam satu hari kerja.
• Bioburden hendaklah dipantau sebelum proses sterilisasi. Hendaklah ditetapkan
batas bioburden segera sebelum proses sterilisasi yang dikaitkan dengan efisiensi
metode sterilisasi yang digunakan. Penentuan bioburden hendaklah dilakukan
terhadap tiap bets produk, baik yang diproses dengan sterilisasi akhir maupun secara
aseptis
1. Sampel uji sterilitas hendaklah mewakili keseluruhan bets, tetapi
secara khusus hendaklah mencakup sampel yang diambil dari bagian
bets yang dianggap paling beresiko:
a) Produk yang diisi secara aseptic, sampel mencakup wadah yang diisi
pada awal dan akhir proses pengisian
b) Untuk produk yang disterilisasi cara panas dalam wadah akhir,
sampel hendaklah diambil dari bagian muatan dengan suhu
terendah
2. Untuk produk injeksi, Air untuk Injeksi (WFI), produk antara dan produk
jadi hendaklah dipantau terhadap endotoksin dengan menggunakan
metode farmakope yang diakui dan tervalidasi untuk tiap jenis produk.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai