Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BINA KOMUNIKASI, PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA

Tentang :

“Audiogram”

Dosen Pengampu :
Dr. Martias Z., S. Pd., M. Pd.

Oleh :
Azila Salsabila
Windy Anggriyani
Maria Theodora

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Segala puji serta syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat
serta karunianya saya diberikesehatan dan juga kesempatan untuk dapat
menyelesaikan makalah Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama ini. Tidak lupa pula
shalawat dan salam dicurahkan terhadap junjungan kita nabi
besar, Nabi.Muhammad SAW.karena berkatnya saya dan kita semua dapat hidup dijaman
yang penuh akan ilmu pengetahuan seperti saat ini.

Pada makalah yang berjudul “Audiogram.” dapat diselesaikana dengan tepat waktu
karena bantuan dari berbagai pihak. Namun dengan itu penulis membutuhkan bantuan kepada
para pembaca untuk memberikan kritik dan saran terhadap makalah ini. Karena
penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih terdapat banyak kesalahan.
Dengan ini saya mengucapkan terimakasih dan mohon.maaf apabila terdapat kata yang tidak
sesuai.

Hanya itu yang dapat saya sampaikan. Semoga makalah Bina Komunikasi Persepsi
Bunyi dan Irama ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Padang, 13 September 2021

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................................ii


DAFTAR ISI......................................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 2
2.1 Tanda-Tanda Penulisan Hasil Tes.............................................................................................. 2
2.2 Cara Membaca Audiogram ....................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP................................................................................................................................ 8
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................................. 8
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................................................. 9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Audiogram merupakan hasil pemeriksaan dengan audiometer yang berupacatatan grafis
yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan audiometer, yang berisi grafik ambang
pendengaran pada berbagai frekuensi terhadap intensitas suara dalam desibel (dB)
(Basharudin J. dan Soetirto I, 2007). Pengukuran ambang dengar dengan menggunakan
audiometri adalah suatu sistem uji pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat
menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-
8000 Hz dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan dB.

Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ke telinga
orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk mengukur ketajaman
pendengaran melalui hantaran udara dan hantaran tulang pada tingkat nilai ambang, sehingga
akan didapatkan kurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini
kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang.

1.2 Rumusan Masalah


a. Bagaimana Tanda-Tanda Penulisan Hasil Tes ?
b. Bagaimana cara membaca audiogram?

1.3 Tujuan
Memahami mengenai cara membaca audiogram

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tanda-Tanda Penulisan Hasil Tes


Pengukuran ambang dengar dengan menggunakan audiometri adalah suatu sistem uji
pendengaran dengan menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada
murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 Hz dan dapat diatur
intensitasnya dalam satuan dB. Bunyi yang dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan
vibrator tulang ke telinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk
mengukur ketajaman pendengaran melalui hantaran udara dan hantaran tulang pada tingkat
nilai ambang, sehingga akan didapatkan kurva hantaran tulang dan hantaran udara.
Dengan membaca audiogram ini kita dapat mengetahui jenis dan derajat kurang
pendengaran seseorang. Menurut Permenakertrans Nomor 25/MEN/VII/2008 Kriteria Nilai
Ambang Pendengaran: Kriteria Nilai Ambang Pendengaran Pengukuran ambang dengar
dengan menggunakan audiometri adalah suatu sistem uji pendengaran dengan menggunakan
alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250-500,
1000-2000, 4000-8000 Hz dan dapat diatur intensitasnya dalam satuan dB. Bunyi yang
dihasilkan disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ke telinga orang yang
diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk mengukur ketajaman pendengaran melalui
hantaran udara dan hantaran tulang pada tingkat nilai ambang, sehingga akan didapatkan
kurva hantaran tulang dan hantaran udara. Dengan membaca audiogram ini kita dapat
mengetahui jenis dan derajat kurang pendengaran seseorang.
Pada pemeriksaan audiometri, tahap awal audiogram menunjukkan gambaran yang khas
berupa penurunan fungsi pendengaran pada frekuensi 3 kHz, 4 kHz dan 6 KHz, sedangkan
pada frekuensi lain masih normal.Pada audiogram didapatkan suatu takik yang dikenal
dengan takik akustik. Pada keadaan lanjut, bila paparan bising terus menerus berlangsung,
kerusakan koklea makin meluas mengenai sel rambut dan saraf yang berperan untuk
mengantarkan impuls bunyi dengan frekuensi lebih rendah atau frekuensi komunikasi
sehingga penderita mulai merasa adanya kendala dalam mendengar atau berkomunikasi.
Audiometer adalah alat elektronik pembangkit bunyi dalam intensitas dan frekuensi
tertentu, yang dipergunakan untuk mengukur tingkat ambang pendengaran seseorang.
Ambang pendengaran ialah bunyi terlemah. Pada audiometer sistem manual, proses
pemeriksaan dilakukan dengan cara memilih berbagai intensitas dan frekuensi melalui
penekanan tombol untuk diperdengarkan terhadap pasien menggunakan sepasang earphone,
kemudian pasien akan mengacungkan tangan sebagai tanggapan mendengar bunyi . Seperti
diperlihatkan pada Gambar 2.1, ketika pasien mengacungkan tangan sebagai tanggapan
mendengar bunyi maka operator memberi tanda pemeriksaan pada sebuah kartu hasil
pemeriksaan yang disebut audiogram. Pada audiogram terdapat tingakt bunyi dalam
intensitas 0 dB – 20 dB dan frekuensi 125 Hz – 8000 Hz Menggunakan audiometer akan
dapat ditentukan tingkat gangguan pendengaran dan tindakan selanjutnya. Jika gangguan
pendengaran disebabkan kelainan bawaan pada telinga luar atau pada telinga tengah maka
untuk dapat mendengar digunakan alat bantu pendengaran. Pada tingkat penderita gangguan

2
3

pendengaran dikelompokkan pada beberapa intensitas, yaitu tuli ringan (30 dB – 40 dB), tuli
sedang (40 dB – 60 dB), tuli berat (60 dB – 90 dB), dan tuli sangat berat lebih dari 90 dB.
Sedangkan intensitas ambang pendengaran normal adalah 0 dB – 30 dB.

Audiogram merupakan hasil pemeriksaan dengan audiometer yang berupacatatan grafis


yang diambil dari hasil tes pendengaran dengan audiometer, yang berisi grafik ambang
pendengaran pada berbagai frekuensi terhadap intensitas suara dalam desibel (dB)
(Basharudin J. dan Soetirto I, 2007).

Keterangan :

1. Gunakan tinta merah untuk telinga kanan, dan tinta biru untuk telinga kiri
4

2. Hantaran udara (Air Conduction = AC)


Kanan =O
Kiri =X
3. Hantaran udara (Air Conduction = AC) dengan masking
Kanan = 
Kiri =
4. Hantaran tulang (Bone Conduction = BC)
Kanan =<
Kiri =>
5. Hantaran tulang (Bone Conduction = BC) dengan masking
Kanan =c

Kiri = 

6. Hantaran udara (AC) dihubungkan dengan garis lurus ( ) dengan
menggunakan tinta merah untuk telinga kanan dan biru untuk telinga kiri.
7. Hantaran tulang (BC) dihubungkan dengan garis putus-putus ( - - - - - -) dengan
menggunakan tinta merah untuk telinga kanan dan biru untuk telinga kiri.
Namun, dalam pembacaan secara medis tentunya tidak sesederhana itu, terdapat berbagai
hal yang harus diperhatikan dan dihitung agar hasil diagnosis objektif. Sebelum masuk dalam
pembacaan audiogram secara medis, mari kita simak terlebih dahulu simbol-simbol dan
istilah yang akan muncul dalam audiogram ini (Schaette and McAlpine, 2011).

Hertz : Standar pengukuran untuk frekuensi suara. Pada audigram biasanya


berkisar antara 250 Hz - 8000Hz

Desibel(dB HL) : Standar pengukuran untuk amplitudo atau kekerasan(intensitas)


suara. Pada audiogram biasanya berkisar antara 0-110 dB HL

warna merah dan biru : jika yang diperiksa adalah telinga kiri maka titik dan garisnya
berwarna biru, sebaliknya jika telinga kanan yang diperiksa maka titik dan garis berwarna
merah.

o dan x : Kedua simbol untuk pemeriksaan hantaran udara (air


conduction/AC), o untuk telinga kanan, dan x untuk telinga kiri.

< and > : Kedua simbol untuk pemeriksaan hantaran tulang (bone
conduction/BC), < untuk telinga kanan dan > untuk telinga kiri
5

AC : Air conduction, suara yang dihantarkan melalui udara

BC : Bone conduction, suara yang dihantarkan melalui tulang,


pemeriksaan dengan bagian headset khusus yang dipasang di belakang daun telinga.

2.2 Cara Membaca Audiogram


Ketika melihat grafik audiogram, akan terlihat dua sumbu:

Sumbu horizontal (sumbu x) mewakili frekuensi (pitch) dari terendah ke tertinggi. Frekuensi
terendah yang diuji biasanya 250 Hertz (Hz), dan yang tertinggi biasanya 8000 Hz. Anda
dapat memikirkan sumbu frekuensi seperti tombol pada piano di mana suara menjadi lebih
tinggi ketika Anda maju dari kiri ke kanan. Sebagian besar ucapan berada dalam kisaran 250
hingga 6000 Hz , dengan suara vokal di antara frekuensi terendah dan konsonan seperti S, F,
SH, CH, H, TH, T dan K terdengar di antara frekuensi tertinggi.

Sumbu vertikal (sumbu y) dari audiogram mewakili intensitas (kenyaringan) suara


dalam desibel (dB), dengan level terendah di bagian atas grafik. Meskipun bagian kiri atas
grafik berlabel -10 dB atau 0 dB, itu tidak berarti tidak adanya suara. Zero desibel sebenarnya
mewakili tingkat suara terlembut yang didengar rata-rata orang dengan pendengaran normal,
untuk frekuensi apa pun.

Jenis kurang pendengaran dapat diamati melalui audiogram didapatkan dengan melihat nilai
ambang dengar hantaran udara (AC) dan hantaran tulang (BC) yang dihubungkan dengan
garis. 1) Normal Pendengaran normal apabila grafik BC berimpit dengan grafik AC serta AC
dan BC sama atau kurang dari 25 dB.
6

2) Tuli Konduktif (CHL) Tuli konduktif terjadi jika hantaran tulang lebih baik dari hantaran
udara. Tuli konduktif dapat teridentifikasi dengan penurunan grafik AC lebih dari 25 dB dan
BC normal atau kurang dari 25 dB. Pada CHL, AB gap didapatkan ≥ 10 – 15 dB.

3) Tuli Sensorineural (SNHL) Tuli sensorineural didapatkan apabila hantaran udara lebih
baik dari hantaran tulang. Tuli sensorineural dapat diidentifikasi apabila grafik AC dan BC
saling berimpit dan lebih dari 25 dB.
7

4) Tuli Campuran (MHL) Tuli campuran terjadi apabila grafik BC turun lebih dari 25 dB dan
AC turun lebih besar dari BC.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Audiometer adalah alat elektronik pembangkit bunyi dalam intensitas dan frekuensi
tertentu, yang dipergunakan untuk mengukur tingkat ambang pendengaran seseorang.
Ambang pendengaran ialah bunyi terlemah. Pada audiometer sistem manual, proses
pemeriksaan dilakukan dengan cara memilih berbagai intensitas dan frekuensi melalui
penekanan tombol untuk diperdengarkan terhadap pasien menggunakan sepasang earphone,
kemudian pasien akan mengacungkan tangan sebagai tanggapan mendengar bunyi.
Audiogram merupakan hasil pemeriksaan dengan audiometer yang berupacatatan grafis yang
diambil dari hasil tes pendengaran dengan audiometer, yang berisi grafik ambang
pendengaran pada berbagai frekuensi terhadap intensitas suara dalam desibel (dB).

8
DAFTAR RUJUKAN
Basharudin J. dan Soetirto I (2007) Ajaran Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok
Kepala Leher. 6th edn. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Schaette, R. and McAlpine, D. (2011) ‘Tinnitus with a normal audiogram: Physiological


evidence for hidden hearing loss and computational model’, Journal of Neuroscience,
31(38),pp. 13452–13457. doi: 10.1523/JNEUROSCI.2156-11.2011.

iv

Anda mungkin juga menyukai