“ AUDIOMETRY”
Dosen pengampu
Dr.Martias Z, S.Pd.,M.Pd
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan pikiran
maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharaplebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik materi maupun cara penulisannya. Untuk itu kami dengan rendah hati
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami berharap agar makalah ini dpat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan
juga untuk diri kami sendiri.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan pendengaran adalah ketidak mampuan secara parsial atau total untuk
mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Gangguan pendengaran dapat
diklasifikasikan sebagai yaitu tuli konduktif, tuli sensorineural dan tuli campuran10,11.
Gangguan pendengaran yang tidak di tangani memiliki efek negatif psikologi serius pada
pekerja yang selalu terpapar bising. Efek psikologi yang dapat timbul seperti, rasa malu, rasa
bersalah dan marah, perasaan di permalukan, masalah konsentrasi, merasa tidak aman, rasa
rendah diri/rasa percaya diri kurang.
Audiometri berasal dari kata audire dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur
(uji pendengaran) Audiometri adalah teknik untuk mengidentifikasi dan menentukan ambang
pendengaran seseorang dengan mengukur sensitivitas pendengarannya menggunakan alat
yang disebut audiometer, sehingga perawatan medis atau salah satu alat bantu dengar yang
tepat dapat diresepkan. Dengan teknik ini, rangsangan pendengaran dengan taraf intensitas
yang berbeda-beda disajikan kepada pasien yang akan menanggapi rangsangan ini. Tingkat
intensitas minimum rangsangan yang diperoleh dari respon yang konsisten diambil sebagai
ambang pendengaran. Berdasarkan ambang pendengaran, sensitivitas pendengaran pasien
dapat diestimasi dengan mengunakan sebuah audiogram.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman tentang audiometry nada murni
2. Bagaima ambang pendengaran
3. Bagaimana kiat-kiat pemeriksaan pendengaran audiometry
C. Tujuan
1. Memahami audiometry nada murni
2. Mengetahui ambang pendengaran
3. Mengetahui kiat-kiat pemeriksaan pendengaran audiometry
BAB II
PEMBAHASAN
Audiometri berasal dari kata audire dan metrios yang berarti mendengar dan
mengukur (uji pendengaran) Audiometri adalah teknik untuk mengidentifikasi dan
menentukan ambang pendengaran seseorang dengan mengukur sensitivitas pendengarannya
menggunakan alat yang disebut audiometer, sehingga perawatan medis atau salah satu alat
bantu dengar yang tepat dapat diresepkan. Dengan teknik ini, rangsangan pendengaran
dengan taraf intensitas yang berbeda-beda disajikan kepada pasien yang akan menanggapi
rangsangan ini. Tingkat intensitas minimum rangsangan yang diperoleh dari respon yang
konsisten diambil sebagai ambang pendengaran. Berdasarkan ambang pendengaran,
sensitivitas pendengaran pasien dapat diestimasi dengan mengunakan sebuah audiogram.
Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekuensi 20-20.000
Hz. Frekuensi dari 500- 2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-
hari. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964 (Acceptable
audiometric hearing levels) dan ANSI 1969 (Standard Reference Threshold Sound-Pressure
Levels for Audiometers) pada frekuensi nada murni:
Audiometer nada murni adalah suatu alat uji pendengaran dengan yang dapat
menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000
Hz, 4000 Hz, 8000 Hz dan taraf intensitas dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan
disalurkan melalui headphone ke telinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-
masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hantaran udara (untuk keluaran dari
headphone) pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkan kurva hantaran
tulang dan hantaran udara.
Audiogram adalah diagram yang digunakan oleh profesional pendengaran atau
audiologis untuk menunjukkan secara visual seberapa baik Anda dapat mendengar.
Audiogram dapat menunjukkan jika Anda memiliki gangguan pendengaran, jenis gangguan
pendengaran yang Anda miliki, dan hal ini dapat membantu untuk mengidentifikasi solusi
untuk gangguan pendengaran yang tepat.
Audiogram adalah grafik yang menunjukkan suara paling lembut yang dapat didengar
seseorang pada frekuensi tertentu. Suara bernada tinggi, misalnya nyanyian burung atau suara
anak, memiliki frekuensi tinggi. Suara pada frekuensi rendah memiliki nada rendah, seperti
gonggongan anjing atau suara mesin pemotong rumput.
Di bagian atas audiogram, digambarkan tentang rentang frekuensi suara. Saat Anda
bergerak dari kiri ke kanan pada audiogram, frekuensinya meningkat, yang artinya nada
menjadi lebih tinggi. Di sisi kiri audiogram, digambarkan tentang derajat kekerasan suara.
Saat Anda bergerak dari atas ke bawah pada audiogram, maka kekerasan suara meningkat.
B. Ambang pendengaran
Yang penting untuk diingat adalah bahwa audiogram itu kuantitatif, bukan kualitatif.
audiogram menggunakan sistem numerik tertentu untuk mengukur kemampuan pendengaran
residual di ruangan yang tenang; itu tidak secara subyektif menggambarkan kualitas
kemampuan pendengaran Anda. Itu juga tidak dapat mendeteksi jika Anda memiliki
gangguan pendengaran tersembunyi .
Ketika melihat grafik audiogram, Anda akan melihat dua sumbu: Sumbu horizontal (sumbu
x) mewakili frekuensi (pitch) dari terendah ke tertinggi. Frekuensi terendah yang diuji
biasanya 250 Hertz (Hz), dan yang tertinggi biasanya 8000 Hz. Anda dapat memikirkan
sumbu frekuensi seperti tombol pada piano di mana suara menjadi lebih tinggi ketika Anda
maju dari kiri ke kanan. Sebagian besar ucapan berada dalam kisaran 250 hingga 6000 Hz ,
dengan suara vokal di antara frekuensi terendah dan konsonan seperti S, F, SH, CH, H, TH, T
dan K terdengar di antara frekuensi tertinggi.
Sumbu vertikal (sumbu y) dari audiogram mewakili intensitas (kenyaringan) suara dalam
desibel (dB), dengan level terendah di bagian atas grafik. Meskipun bagian kiri atas grafik
berlabel -10 dB atau 0 dB, itu tidak berarti tidak adanya suara. Zero desibel sebenarnya
mewakili tingkat suara terlembut yang didengar rata-rata orang dengan pendengaran normal,
untuk frekuensi apa pun.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari pengujian audiometrik adalah untuk mengukur kemampuan pendengaran Anda di
berbagai frekuensi di setiap telinga secara independen. Pengujian ini menghasilkan grafik
yang disebut audiogram.
B. Saran
Penulis menyadari akan kekurangan makalah ini, oleh sebab itu diharapkan kepada
pembaca untuk dapat memberi kritik dan saran yang konstruktif dalam rangka
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kepada Allah jualah penulis menyerahkan diri serta
memohon taufik dan hidayah-Nya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
HEISEY, Katherine L., et al. Dynamically Masked Audiograms With Machine Learning
Audiometry. Ear and hearing, 2020, 41.6: 1692-1702.