Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH KELOMPOK 2

BINA KOMUNIKASI,PERSEPSI BUNYI DAN IRAMA

“ AUDIOMETRY”

Dosen pengampu

Dr.Martias Z, S.Pd.,M.Pd

AYU SEKAR KEDHATON (200030

AZZAHRA BERLIANA KESYA (20003053)

ERNA MELINA (20003061)

MIFTAHUL JANNAH (20003127)

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan pikiran
maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharaplebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik materi maupun cara penulisannya. Untuk itu kami dengan rendah hati
menerima masukan, saran dan usul guna penyempurnaan makalah ini.

Akhirnya kami berharap agar makalah ini dpat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan
juga untuk diri kami sendiri.

Padang, 05 September 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan pendengaran adalah ketidak mampuan secara parsial atau total untuk
mendengarkan suara pada salah satu atau kedua telinga. Gangguan pendengaran dapat
diklasifikasikan sebagai yaitu tuli konduktif, tuli sensorineural dan tuli campuran10,11.
Gangguan pendengaran yang tidak di tangani memiliki efek negatif psikologi serius pada
pekerja yang selalu terpapar bising. Efek psikologi yang dapat timbul seperti, rasa malu, rasa
bersalah dan marah, perasaan di permalukan, masalah konsentrasi, merasa tidak aman, rasa
rendah diri/rasa percaya diri kurang.

Audiometri berasal dari kata audire dan metrios yang berarti mendengar dan mengukur
(uji pendengaran) Audiometri adalah teknik untuk mengidentifikasi dan menentukan ambang
pendengaran seseorang dengan mengukur sensitivitas pendengarannya menggunakan alat
yang disebut audiometer, sehingga perawatan medis atau salah satu alat bantu dengar yang
tepat dapat diresepkan. Dengan teknik ini, rangsangan pendengaran dengan taraf intensitas
yang berbeda-beda disajikan kepada pasien yang akan menanggapi rangsangan ini. Tingkat
intensitas minimum rangsangan yang diperoleh dari respon yang konsisten diambil sebagai
ambang pendengaran. Berdasarkan ambang pendengaran, sensitivitas pendengaran pasien
dapat diestimasi dengan mengunakan sebuah audiogram.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman tentang audiometry nada murni
2. Bagaima ambang pendengaran
3. Bagaimana kiat-kiat pemeriksaan pendengaran audiometry

C. Tujuan
1. Memahami audiometry nada murni
2. Mengetahui ambang pendengaran
3. Mengetahui kiat-kiat pemeriksaan pendengaran audiometry
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pemahaman tentang Audiometry Nada Murni

Audiometri berasal dari kata audire dan metrios yang berarti mendengar dan
mengukur (uji pendengaran) Audiometri adalah teknik untuk mengidentifikasi dan
menentukan ambang pendengaran seseorang dengan mengukur sensitivitas pendengarannya
menggunakan alat yang disebut audiometer, sehingga perawatan medis atau salah satu alat
bantu dengar yang tepat dapat diresepkan. Dengan teknik ini, rangsangan pendengaran
dengan taraf intensitas yang berbeda-beda disajikan kepada pasien yang akan menanggapi
rangsangan ini. Tingkat intensitas minimum rangsangan yang diperoleh dari respon yang
konsisten diambil sebagai ambang pendengaran. Berdasarkan ambang pendengaran,
sensitivitas pendengaran pasien dapat diestimasi dengan mengunakan sebuah audiogram.

Telinga manusia normal mampu mendengar suara dengan kisaran frekuensi 20-20.000
Hz. Frekuensi dari 500- 2000 Hz yang paling penting untuk memahami percakapan sehari-
hari. Derajat ketulian dan nilai ambang pendengaran menurut ISO 1964 (Acceptable
audiometric hearing levels) dan ANSI 1969 (Standard Reference Threshold Sound-Pressure
Levels for Audiometers) pada frekuensi nada murni:

a. Jika peningkatan ambang dengar antara 0 - 25 dB, disebut normal


b. Jika peningkatan ambang dengar antara 26 - 40 dB, disebut tuli ringan
c. Jika peningkatan ambang dengar antara 41 - 60 dB, disebut tuli sedang
d. Jika peningkatan ambang dengar antara 61 - 90 dB, disebut tuli berat
e. Jika peningkatan ambang dengar > 90 dB, disebut tuli sangat berat

Audiometer nada murni adalah suatu alat uji pendengaran dengan yang dapat
menghasilkan bunyi nada-nada murni dari berbagai frekuensi 250 Hz, 500 Hz, 1000 Hz, 2000
Hz, 4000 Hz, 8000 Hz dan taraf intensitas dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan
disalurkan melalui headphone ke telinga orang yang diperiksa pendengarannya. Masing-
masing untuk menukur ketajaman pendengaran melalui hantaran udara (untuk keluaran dari
headphone) pada tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkan kurva hantaran
tulang dan hantaran udara.
Audiogram adalah diagram yang digunakan oleh profesional pendengaran atau
audiologis untuk menunjukkan secara visual seberapa baik Anda dapat mendengar.
Audiogram dapat menunjukkan jika Anda memiliki gangguan pendengaran, jenis gangguan
pendengaran yang Anda miliki, dan hal ini dapat membantu untuk mengidentifikasi solusi
untuk gangguan pendengaran yang tepat.

Audiogram adalah grafik yang menunjukkan suara paling lembut yang dapat didengar
seseorang pada frekuensi tertentu. Suara bernada tinggi, misalnya nyanyian burung atau suara
anak, memiliki frekuensi tinggi. Suara pada frekuensi rendah memiliki nada rendah, seperti
gonggongan anjing atau suara mesin pemotong rumput.

Selama pemeriksaan pendengaran, seorang audiologis akan memainkan nada, satu


frekuensi pada suatu waktu. Nada paling pelan yang dapat didengar oleh seseorang di setiap
frekuensi, akan ditandai pada audiogram. Bagan di bawah ini menunjukkan di mana letak
suara sehari-hari pada audiogram.

Di bagian atas audiogram, digambarkan tentang rentang frekuensi suara. Saat Anda
bergerak dari kiri ke kanan pada audiogram, frekuensinya meningkat, yang artinya nada
menjadi lebih tinggi. Di sisi kiri audiogram, digambarkan tentang derajat kekerasan suara.
Saat Anda bergerak dari atas ke bawah pada audiogram, maka kekerasan suara meningkat.

B. Ambang pendengaran

Manusia memiliki kemampuan men-dengar frekuensi suara mulai 20 Hz hingga


20.000 Hz. Manusia juga dapat mendengar suara desibel (intensitas kebisingan) dari 0
(pelan sekali) hingga 140 dB (suara tinggi dan menyakitkan). Bila intensitas kebising-
an lebih dari 140 dB bisa terjadi kerusakan pada gendang telinga dan organ-organ da-
lam gendang telinga. Ambang batas maksi-mum aman bagi manusia adalah 80 dB, na-
mun pendengaran manusia dapat mentolerir lebih dari 80 dB, asalkan waktu paparannya
diperhatikan.

Tujuan dari pengujian audiometrik adalah untuk mengukur kemampuan pendengaran


Anda di berbagai frekuensi di setiap telinga secara independen. Pengujian ini menghasilkan
grafik yang disebut audiogram.
Audiogram memplot ambang pendengaran Anda di berbagai frekuensi, atau nada, di
lingkungan pendengaran yang tenang. Ambang pendengaran didefinisikan sebagai suara
paling lembut yang dapat Anda deteksi sekitar 50 persen dari waktu. Jadi jangan heran jika
Anda merasa “merindukan” beberapa suara.

Yang penting untuk diingat adalah bahwa audiogram itu kuantitatif, bukan kualitatif.
audiogram menggunakan sistem numerik tertentu untuk mengukur kemampuan pendengaran
residual di ruangan yang tenang; itu tidak secara subyektif menggambarkan kualitas
kemampuan pendengaran Anda. Itu juga tidak dapat mendeteksi jika Anda memiliki
gangguan pendengaran tersembunyi .

Cara Membaca Audiogram :

Ketika melihat grafik audiogram, Anda akan melihat dua sumbu: Sumbu horizontal (sumbu
x) mewakili frekuensi (pitch) dari terendah ke tertinggi. Frekuensi terendah yang diuji
biasanya 250 Hertz (Hz), dan yang tertinggi biasanya 8000 Hz. Anda dapat memikirkan
sumbu frekuensi seperti tombol pada piano di mana suara menjadi lebih tinggi ketika Anda
maju dari kiri ke kanan. Sebagian besar ucapan berada dalam kisaran 250 hingga 6000 Hz ,
dengan suara vokal di antara frekuensi terendah dan konsonan seperti S, F, SH, CH, H, TH, T
dan K terdengar di antara frekuensi tertinggi.

Sumbu vertikal (sumbu y) dari audiogram mewakili intensitas (kenyaringan) suara dalam
desibel (dB), dengan level terendah di bagian atas grafik. Meskipun bagian kiri atas grafik
berlabel -10 dB atau 0 dB, itu tidak berarti tidak adanya suara. Zero desibel sebenarnya
mewakili tingkat suara terlembut yang didengar rata-rata orang dengan pendengaran normal,
untuk frekuensi apa pun.

C. Kiat-kiat pemeriksaan pendengaran audiometry

Berikut langkah-langkah tepat dalam melakukan pemeriksaan audiometri:

1. Pertama-tama, kamu akan dipakaikan earphone untuk mendengar berbagai


macam suara yang diarahkan ke salah satu telinga pada satu waktu.
2. Kemudian, audiolog atau petugas yang membantu kamu melakukan tes
audiometri ini akan memainkan berbagai suara, seperti bunyi dan ucapan, pada
interval yang berbeda ke satu telinga saja pada satu waktu. Ini bertujuan agar
dapat diketahui rentang kemampuan pendengaran masing-masing
telinga. Kerasnya suara diukur dengan satuan desibel (dB). Peserta tes akan
diberikan suara mulai dari suara bisikan sekitar 20 dB, musik keras sekitar 80–
120 dB, sampai suara mesin jet sekitar 180 dB. Selain itu, peserta tes juga
akan diperdengarkan nada suara yang diukur dalam satuan frekuensi (Hz).
Peserta akan diberikan mulai dari nada bass rendah sekitar 50–60 Hz, nada
tinggi sekitar 10.000 Hz, atau lebih tinggi. Rentan pendengaran normal pada
seseorang, yaitu 250–8000 Hz pada 25 dB atau lebih rendah.
3. Selama tes audiometri berlangsung, audiolog mungkin akan memberikan
sejumlah instruksi, seperti meminta kamu untuk mengangkat tangan atau
mengulang ucapan pemeriksa saat suara dari mesin terdengar. Ini bertujuan
untuk mengetahui kemampuan kamu dalam mengenali kata dan membedakan
bunyi ucapan dengan suara-suara di sekitar.
4. Tes audiometri memakan waktu sekitar satu jam. Tes ini tidak membutuhkan
persiapan khusus sebelumnya dan tidak menimbulkan efek samping apapun.
Kamu hanya perlu mengikuti instruksi dari audiolog saja selama tes
berlangsung.
5. Setelah tes audiometri selesai, audiolog akan meninjau hasil tes kamu. Melalui
hasil tes tersebut, dokter bisa menyarankan tindakan dan juga pencegahan apa
yang sebaiknya kamu lakukan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia memiliki kemampuan men-dengar frekuensi suara mulai 20 Hz hingga


20.000 Hz. Manusia juga dapat mendengar suara desibel (intensitas kebisingan) dari 0
(pelan sekali) hingga 140 dB (suara tinggi dan menyakitkan). Bila intensitas kebising-
an lebih dari 140 dB bisa terjadi kerusakan pada gendang telinga dan organ-organ da-
lam gendang telinga. Ambang batas maksi-mum aman bagi manusia adalah 80 dB, na-
mun pendengaran manusia dapat mentolerir lebih dari 80 dB, asalkan waktu paparannya
diperhatikan.

Tujuan dari pengujian audiometrik adalah untuk mengukur kemampuan pendengaran Anda di
berbagai frekuensi di setiap telinga secara independen. Pengujian ini menghasilkan grafik
yang disebut audiogram.

B. Saran

Penulis menyadari akan kekurangan makalah ini, oleh sebab itu diharapkan kepada
pembaca untuk dapat memberi kritik dan saran yang konstruktif dalam rangka
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya, kepada Allah jualah penulis menyerahkan diri serta
memohon taufik dan hidayah-Nya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA

BINTORO, Totok. Kemampuan Komunikasi Anak Tunarungu. Perspektif Ilmu Pendidikan,


2011, 23.XIV: 12-40.

HEISEY, Katherine L., et al. Dynamically Masked Audiograms With Machine Learning
Audiometry. Ear and hearing, 2020, 41.6: 1692-1702.

LINTONG, Fransiska. Gangguan Pendengaran Akibat Bising. JURNAL BIOMEDIK: JBM,


2009, 1.2.

RAMBE, Andriana. Gangguan pendengaran akibat bising. Fakultas Kedokteran: Universitas


Sumatera Utara, 2003.

SUKRI RAHMAN, Sp THT-KL. Deteksi dan Solusi Gangguan Pendengaran.

Anda mungkin juga menyukai