Anda di halaman 1dari 15

Kelompok II :

Nama : Hotmaritua Simbolon (16.3120)

Lidia C.P Hutasoit (16.3086)

Rikki Pasaribu (16.3095)

Mata Kuliah : Dogmatika II

Dosen : Pdt. Ricardo Sisco Turnip, M.Th

KRISTOLOGI

A. Etimologi dan Terminologi “Kristologi”

Kata “kristologi” berasal dari kata Yunani kristou dari kristos artinya: Kristus1, yang
diurapi, diminyaki atau kata itu muncul dua kali dalam Perjanjian Baru yang diartikan
sebagaiMesias; dan akhiran kata logi dari logos artinya firman, perkataan, pembicaraan, ilmu
atau pengetahuan. Kristologi adalah studi atau pengetahuan mengenai pribadi dan karya
Yesus sebagai Kristus, termasuk inkarnasi-Nya.

Kristologi adalah cabang ilmu teologi yang membicarakan tentang posisi Yesus Kristus
di dalam agama Kristen.Makna kehadiran Kristus bagi orang Kristen diyakini sebagai
pemelihara dan penyelamat dunia terkait dengan setiap persoalan hidup.Tema-tema seperti
feminisme, Teologi pembebasan atau kemerdekaan adalah tema-tema yang saat ini sedang
populer pada zaman modern, di mana umat Kristen terus merenungkan makna Kristus
itu.Tema-tema itu disebabkan adanya penindasan oleh perang, "eksklusivisme", kesenjangan
sosial di masyarakat, dan sistem negara yang terkadang tidak adil pada seluruh ciptaan,
termasuk alam.Kristologi yang dihayati dalam kondisi alam yang rusak karena pemanasan
global disebut Kristologi Ekologi.Kristologi yang berfokus pada seluruh ciptaan disebut
Kristologi Kosmik.Bahkan ada yang menguraikan delapan belas gambaran terkait Yesus
Kristus dengan budaya adat-istiadat yang terus berubah.

1
William D. Mounce, The Analytical Lexicon to the Greek New Testament (Grand Rapids: Zondervan
Publishing House, 1993), 484.

1
Dalam pembagian cara lama dan ilmiah, Kristologi dimasukkan dalam rumpun Teologi
Sistematika-Dogmatika. Kristologi bagi umat Kristen merupakan penyataaan (wahyu) Allah
kepada manusia melalui kedatangan Kristus.Pembicaraan tentang Kristus ini terkait dengan
umat Kristen memahaminya dalam kehidupan sehari-hari; Yesus pada masa lampau hingga
masa kini, selama perjalanan itulah maka terus digeluti karena masih relevan dengan
masalah-masalah di setiap zaman.Kristologi dan ajaran Trinitas tidak dapat dipisahkan satu
terhadap yang lainnya, baik dalam sejarah, sistematika dan dogmatika. Selain itu, aspek
penting lain yang menyertai pembicaraan ini adalah mengenai keselamatan atau soteriologi.

B. Cara Allah hadir di dalam Yesus Kristus


Dalam sejarah teologi, pelbagai paham telah diperkembangkan untuk memikirkan
caranya Allah hadir dalam Yesus Kristus. Allah dipikirkan hadir dalam Kristus dengan cara :
- Rohani (= kehadiran spiritual)
- Hakiki (= kehadiran substansial atau esensial)
- Pengantara (= kehadiran mediatoris)
- Penampakan (= kehadiran epifani)
- Pewahyuan (= kehadiran revelatoris)

Cara yang paling tepat dan lengkap untuk memikirkan kehadiran Allah dalam Yesus
Kristus ialah cara pewahyuan.
Memikirkan kehadiran Allah dalam Yesus sebagai kehadiran spiritual atau rohani, orang
menyakini Yesus sebagai dipenuhi dengan Roh (Spiritus) Allah yang dicurahkan atas-Nya.
Pada zaman Israel kuno, Roh Allah diberi kepada orang-orang tertentu yang dipilih Allah
untuk dijadikan pemimpin umat-Nya( mis. Musa, Harun, Yoshua, para hakim, raja, dan nabi)
menurut kepercayaan Yahudi Roh Allah tidak hadir lagi sejak berakhirnya masa
pembuangan. Baru pada akhir zaman, Ia akan dicurahkan pula, kali ini bukan hanya ke atas
beberapa tokoh tertentu saja melainkan ke atas semua orang.
 Yesus Kristus Hamba Tuhan yang menderita (Kisah tentang Yesus di turuni Roh
Kudus )

Cerita tentang turunnya Roh Kudus atas Yesus Kristus (yang terdapat dalam Mat 3:16-17;
Mark 1:10-11 dan Luk 3:21b-22; bdk. Juga Yoh 1:32-34) bercirikan teofani (=penampakan
Tuhan). Cerita ini menjelaskan dua hal yang mau diwartakan kepada kita oleh jemaah purba
mengenai pengarang Injil, yakni Identitas Yesus ( siapa Dia sebenarnya?) dan tugas Yesus
( untuk apa Ia datang?). kedua hal ini baru diketahui oleh umat purba setelah Yesus bangkit

2
dari alam maut berkat pengalaman mereka Dia yang telah bangkit, maka pengarang Injil dan
seluruh jemaah purba mengetahui apa identitas Yesus dan apa tugas-Nya.
1. Identitas Yesus Kristus : Hamba Tuhan yang menderita

Setiap orang Israel yang saleh dan membaca dengan rajin apa yang tertulis dalam kitab-
kitab para Nabi, mengenal keempat Nyanyian Hamba Tuhan yang terdapat dalam kitab
Yesaya (42:1-4.5-9; 49:1-6; 50:4-9.10-11; 52:13- 53:12) nyanyian keempatlah yang lebih
jauh membicarakan penderitaan yang dialami Hamba itu (52:13- 53:12). Setelah Yesus
menderita sengsara dan wafat, maka kebangkitan-Nyalah yang membuka mata iman para
murid untuk menderita dipenuhi dalam diri Yesus.
2. Tugas Yesus Kristus: Peng-abdian sampai mati

Dalam Yesus yang telah wafat di kayu salib, genaplah nubuat Yesaya tentang Hamba
Tuhan yang menderita, demikianlah keyakinan orang Kristen perdana.Anak yang dikasihi itu
bertugas membaktikan diri menjadi seorang hamba, seorang yang ingin tergolong orang
kecil; menjadi anak domba yang menangggung dosa (bdk. Yoh 1:29 dan Yes 53:7).
Demikianlah panggilan-Nya, demikianlah tugas-Nya.Demi tugas panggilan ini, Yesus
dibaptis dengan Roh Kudus.
3. Sejak awal karya-Nya, Yesus Kristus bertindak sebagai Anak Allah2

Jadi, cerita Yesus dituruni Roh Kudus sebagai cerita, boleh dikatakan ciptaan jemaah
(penginjil) Kristen yang dengan jalan itu mengungkapkan pahamnya sendiri tentang pribadi
Kristus serta karya-Nya.Paham itu didasarkan pada dan dibenarkan oleh kebangkitan Kristus
yang telah terjadi pada waktu cerita tentang turunnya Roh Kudus atas Yesus digubah dan
kitab Injil ditulis.Dengan menafsirkan baptisan Yesus di Yordan secara demikian, umat
perdana dan pengarang Injil ingin memperlihatkan bahwa Yesus sejak awal mula karya-Nya
bertindak sebagai Anak Allah.

C. Perkembangan Kristologi dalam Ilmu Teologi

Teolog Karl Rahner3 menyebutkan bahwa kristologi tidak terpisahkan dari teologi.
Istilah “teologi” berarti ilmu pengetahuan atau percakapan tentang Allah, dari kata Yunani
Theos = Allah; dan logi dari logos berarti: firman atau ilmu. Pengertian teologi adalah upaya
penghayatan dan pemahaman manusia beriman tentang Tuhan dan karya-Nya dalam
2
Nico Syukur Dister, Kristologi :Sebuah Sketsa, Yogyakarta :Kanisius,1986,Hlm.52-53
3
K. Rahner, “Christology” dalam Concise Theological Dictionary (New York: Macmillan Publishing Co.,
1968), 78-79.

3
hubungan dengan manusia sejauh Allah sendiri menyatakannya. 4 Lalu menjadi pertanyaan
kita adalah: Kenapa Karl Rahner menyebut bahwa kristologi itu tidak terpisahkan dari
teologi? Sebab menurut penelitiannya, di dalam studi kristologi itu kita tidak hanya berbicara
mengenai kemanusiaan Yesus, tetapi juga ke-Tuhanan-Nya.Setiap pembicaraan atau kajian
yang berhubungan dengan ke-Tuhanan dinilainya merupakan bagian dari studi teologi. Jika
kita berbicara mengenai ke-Tuhanan Yesus, sudah pasti akan terkait pula kepada pokok
teologi itu sendiri, demikian Rahner. Hal yang mirip diungkapkan oleh Tillich, yang
memahami theo-logy adalah logos dari theos. Sementara dalam dogma Kristen menurut
Tillich, logos itu telah menjadi daging melalui penyataan ilahi-Nya dalam Yesus Kristus.
Maka Tillich berkata: “Christian theology is based on the unique event Jesus the Christ,”di
mana Yesus Kristus dinyatakan sebagai inti dari pemberitaan Kristen. Sebab itu teologi
Kristen yang benar menurut Tillich, haruslah membicarakan “New Being in Jesus as the
Christ”.5

Hal senada diungkapkan oleh Oscar Cullmann, yaitu bahwa kristologi merupakan bagian
dari teologi yang menjelaskan kesiapaan Yesus Kristus, khususnya yang berkaitan dengan
pribadi dan pekerjaan-Nya. Kekhususan Cullmann, dia telah lebih rinci menyebut bahwa
kristologi itu adalah bagian dari teologi Perjanjian Baru yang diyakininya telah dimulai dari
karya penyelamatan Allah dengan pemilihan umat Israel sebagaimana kesaksian PL dan
digenapi Allah di dalam Yesus Kristus serta akan disempurnakan-Nya pada akhir jaman
sebagaimana kesaksian PB.6Dalam konteks ini memang pandangan Cullmann kelihatan lebih
mengutamakan hal yang berkaitan dengan sejarah keselamatan bagi PB.Pemahaman ini pun
menurutnya telah mempengaruhi pola pikir dalam sejarah iman Kristen mula-mula, termasuk
kerugma Perjanjian Baru mengenai Allah.7

Sebenarnya pada periode pertama menurut catatan sejarah dogma Kristen, permulaan
dari kristologi itu di lingkungan jemaat Kristen adalah secara lisan.Para murid Yesus dan
saksi-Nya melakukan pemberitaan tentang Yesus itu dalam tutur kata secara dialogis, atau
dalam bentuk cerita, kemudian dituliskan oleh para penulis dalam “kitab Injil”. 8 Kesaksian
itu sudah terjadi misalnya pada kisah pembaptisan Yesus di sungai Yordan di mana terdengar
4
Stanley J. Grenz & Roger E. Olson, Who Needs Theology? An Invitation to the Study of God (Downers
Grove: IVP, 1996), 69.
5
Paul Tillich, Systematic Theology, vol.I (Chicago: University of Chicago Press, 1961), 16-17, dan 46.
6
Oscar Cullmann, Salvation in History (London: SCM Press, 1965), 13.
7
Oscar Cullmann, “Introduction: The Christological Problem in Early Christianity” dalamThe Christology of
the New Testament (Philadelphia: The Wesminster Press, 1963), 1.
8
C.H. Dodd, The Apostolic Preaching and Its Developments, (New York: Harper & Row, edisi ke-3, 1963),
27br.

4
suara dari sorga mengatakan: “Inilah Anak-Ku” (Mat. 3: 13-17; Mrk. 1: 9-11; Luk. 3: 21-22;
Yoh. 1:32-34). Juga dialog Yesus dengan murid-murid-Nya yang mempertanyakan seputar
pengenalan orang banyak terhadap Dia: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab
mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga mengatakan: Elia dan ada
pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi” (Mat. 16: 13-20; Mrk. 8:
27-30; Luk. 9:18-21). Termasuk dialog kristologis oleh dua orang murid Yesus pada saat
berpergian ke sebuah desa bernama Emaus dekat Yerusalem (bnd. Luk.24:13-35). Di tengah
perjalanan mereka, pokok diskusi adalah penyaliban Yesus.Bahkan sesudah seorang asing
bergabung dengan mereka dan menerangkan arti Mesias yang harus menderita, barulah
mereka memahami dan mengenal Yesus yang sesungguhnya. Pengenalan dan pemahaman
kristologis mereka itu dapat menjadi sempurna, baru setelah mereka duduk semeja dengan-
Nya dan memakan roti dari pada-Nya serta seperjamuan dengan Dia. Semua kisah di atas
awalnya terjadi secara lisan, yakni pada masa hidup dan sesudah peristiwa kebangkitan
Yesus. Artinya, para saksi Yesus di dalam jemaat mula-mula itu mengingat segala bentuk
perkataan, peristiwa dan mujizat yang dilakukan Yesus, lalu diceritakan secara lisan dan
kemudian mencatatnya menurut silsilah serta dari urutan peristiwa yang mengitari seluruh
kehidupan Yesus.Mulai dari perbuatan dan perkataan-Nya, bukan sekedar catatan sejarah
belaka, walaupun dari padanya juga dikembangkan untuk mendukung pemberitaan Yesus
yang historis.9Mereka melakukan pemberitaan kristologi itu atas dasar kepercayaan kepada
perkataan Yesus Kristus, yang tidak pernah dilenyapkan oleh peristiwa kematian-Nya,
melainkan tetap hidup dan hadir bersama mereka, yang selanjutnya dapat membuahkan
kesaksian iman.

Pada periode kedua, proses perumusan kristologi itu berpadanan dengan proses
kanonisasi kitab-kitab Perjanjian Baru, yang mereka edit dari tradisi lisan, yang baru diberi
bentuk tertulis sekitar tahun 70-an.10 Proses pada tahapan kedua ini terjadi setelah peristiwa
kebangkitan Yesus. Kebangkitan Yesus menjadikan adanya pengalaman baru terhadap para
murid-Nya dalam memahami Yesus.Selanjutnya pengalaman-pengalaman baru itu
dibahasakan dalam bentuk tertulis lalu dikanonisasikan dalam bentuk Injil. Inilah tahapan
kristologi yang bersamaan dengan proses kanonisasi kitab Injil. 11 Pada dasarnya ada tiga
alasan dan faktor pendorong bagi Gereja Purba untuk mengkanonisasikan seluruh tulisan

9
Gunther Bornkamm, Jesus of Nazareth (London: Hodder and Stoughton, 1960), 48br.
10
M. E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 42-81.
11
L.Groelenberg, Rediscovering the Bible (London: SCM Press,1978), 293-408; B.F. Drewes, Satu Injil Tiga
Pekabar (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1982), 63-100.

5
yang memuat pemberitaan kristologi itu menjadi satu kumpulan yang disebut “Injil”, yaitu:
1) timbulnya pengajaran yang dinyatakan sesat dan tidak benar dari aliran Gnostik; 2)
terbitnya sejumlah kumpulan tulisan yang meragukan iman dirangkum oleh Marcion, dan 3)
Montanisme dengan ajaran pewahyuan-pewahyuan baru yang menyesatkan. Menghadapi
serangan-serangan itu kanon tulisan-tulisan gereja dijadikan sebagai tolok ukur dalam menilai
segala peristiwa dan tradisi. Kira-kira pada tahun 200, satu kanon yang berisi sedikitnya 21
kitab sudah diakui, dan pada pertengahan kedua abad ke-4 kanon Perjanjian Baru yang
berjumlah 27 kitab diterima secara umum (bnd. Surat Paskah yang ke-39 dari Athanasius
pada tahun 367; Sinode Roma 382).12Kitab inilah kemudian menjadi dasar bagi pemberitaan
kristologi, baik bersifat kerugmatis maupun historis dalam sejarah dogma Kristen.

Peralihan kristologi dari dunia Yahudi-Palestina ke dunia Yunani pada abad-abad


pertama Masehi menghadapi tantangan dan hambatan yang cukup berat, sehingga harus
mengalami upaya kontektualisasi.Dogma kristologi pada jaman itu harus dikontekstualkan
dengan menggunakan bentuk visualisasi gambar atau kode.Ketika itu banyak umat Kristen,
seperti pada jaman kaisar Nero, di beberapa wilayah kekaisaran Romawi ditangkap dan
dianiaya.13Sebahagian dari mereka terpaksa mencari tempat untuk berlindung di lorong-
lorong pemakaman umum yang lazim disebut “katakombe”. Pada dinding makam dan
tembok-tembok di sekitar lorong pemakaman itu mereka menuliskan gambar “ikan”,
semacam kode atau sandi untuk melambangkan visualisasi pengakuan iman mereka terhadap
Yesus. Kata Yunani untuk “ikan” terdiri dari lima huruf, yaitu “ICHTHUS”. Kata itu
menurut kesaksian mereka adalah singkatan dari “Iesus Christos Theos Uios Soter”, artinya:
Yesus Kristus Putra Allah Juruselamat. Kristologi kerugmatis model ini pun tetap
berkembang dan diteruskan di kalangan umat Kristen 14, baik yang tercermin di dalam
rumusan hasil konsili maupun dalam pelbagai bentuk kredo dan dogma gereja. Inilah salah
satu contoh dan model kontekstualisasi kristologi yang pernah terjadi pada jemaat mula-
mula.Upaya kontekstualisasi kristologi itu adalah praksis15, dan spontanitas dilakukan oleh
umat Kristen bersamaan dengan konteks masalah kekristenan pada jaman itu.

Berdasarkan tradisi Islam memandang kristologi Al’Quran atau kristologi Islam adalah
sebuah ilmu yang digunakan untuk melihat Kristus dari perspektif orang Islam atau

12
Dieter Becker, Pedoman Dogmatika: Suatu Kompendium Singkat (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991), 44.
13
A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang & Randy Petersen, 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen,
terjemahan A.Rajendran (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 2br.
14
Niko Syukur Dister, Kristologi: Sebuah Sketsa (Yogyakarta: Kanisius, cet. ke-1, 1987), 24-25.
15
Paulo Freire, Pedagogy of the Oppressed (London: Penguin Books Ltd., 1973), 60, 73.

6
sebagaimana Tuhan menginginkan orang Muslim melihat Kristus.Dengan demikian, maka
Kristologi Islam secara keseluruhan harus sepenuhnya sesuai dengan teologi Islam.Namun
hal ini tidak dapat diartikan bahwa Al Qur’an telah menutup pintu untuk memahami Kristus
sesuai dengan perspektif kristologi Kristen.Akan tetapi, Al Qur’an masih membuka
kemungkinan itu dengan tanpa merusak arti teks pesan tertulis Al Qur’an.Kemungkinan
itulah yang saat ini menjadi salah satu agenda global dalam usaha untuk lebih
mengharmoniskan hubungan antara Islam dan Kristen.

Hingga sekarang Kristologi masih diminati sebagian umat Islam untuk memposisikan
dan meyakinkan diri dalam pertemuan dengan umat agama lain khususnya Nasrani,
Kristologi menjadi alat untuk memperjelas posisi diametral antara Islam dengan Kristen
melalui upaya apologis untuk menegaskan kebenaran Islam dan membuktikan kebatinan
iman Kristen.

D. Perkembangan Kristologi di Asia


1. Kristologi Yudaisme

Yang dimaksud Kristologi Yudaisme ialah membicarakan dan mengenal kesiapan Yesus
dari sudut pandang dan pemahaman keyahudian.Kristologi ini merupakan kesaksian singkat
megenai Yesus di luar Alkitab.Yesus adalah seorang Yahudi, yang dibesarkan dalam tradisi
Yahudi di Galilea. Beberapa pandangan dari tokoh atau teolog Yahudi yang pernah menulis
tentang kesiapaan Yesus, diantaranya:

Josephus (37-100M) menulis dua karya besar terkait dengan Kristologi. Pertama dalam
bukunya yang berjudul “Jewish War” menceritakan tentang pemberontakan orang Yahudi
melawan kekaisaran Roma sekitar tahun 66 hingga 70-an. Buku kedua yang berjudul “
Jewish Antiquities” menceritakan sejarah kuno bangsa Yahudi mulai dari penciptaan hingga
jaman revolusinya. Dalam karyanya yang ke dua ini juga diuraikan sekilas mengenai
kesiapaan Yesus. Yesus disebut sebagai seorang manusia yang arif dan bijaksana,melakukan
banyak tanda mukjizat semasa hidup-Nya. Josephus juga membenarkan bahwa Pilatus telah
menjatuhkan hukuman mati di kayu salib kepada-Nya atas desakan orang-orang Yahudi,
tetapi pada hari ke-tiga setelah kematian-Nya, ia menampakkan diri dalam keadaan hidup.
Terkait kebenaran informasi yang diberikan oleh Yosefus ini, banyak teolog yang pro-kontra
dalam mengkritisinya.Willian Whiston dan Jacob van Bruggen merupakan bagian yang pro
terhadap informasi Josephus.

7
Sehingga Kristologi Yudaisme berdasarkan kesaksian Josephus jika dibandingkan
dengan hasil penelitian modern dari Geza Vemes yang berjudul “ Jesus and the World of
Judaism” maka ciri khas kristologi Yudaisme dapat digologkan dalam tiga bentuk dasar,
yaitu : Pertama, lebih menekankan kemanusiaan-Nya sementara Martin Buber (1878-1965)
seorang ahli filsafat Yahudi menyebut Yesus sebagai seorang Abang yang sulung dari bangsa
Yahudi dan Ia tidak memperhatikan jarak antara Tuhan dan manusia. Kedua, ada
ketertutupan untuk melihat dan memahami hakikat ke-Allahan-Nya. Dan Ketiga, model
Kristologi Yahudi tetap mepertahankan dan mengembangkan penelitian “Yesus yang
historis”, E.P. Sanders, Geza Vermes, Sea Freney, dan ahli lainnya menyebutkan bahwa
focus utama dan yang menjadi ciri khas dari Kristologi Yahudi pada umumnya hanya sebatas
memahami Yesus sebagai seorang Yahudi yang pernah memiliki karier di bumi. 16

2. Kristologi dan Perjanjian Lama

Dalam kaitan Kristologi dengan PL, Yesus pada jaman-Nya menggunakan kitab PL dan
sering mengutip nas PL, mneurut France pengutipan nas PL tersebut memiliki dua
pemahaman : Pertama, sebagai tipe atau contoh yang mengungkapkan kesinambungan karya
Allah pada masa lalu dan masa kini. Kedua, sebagai ramalan yang akan di genapi oleh Yesus
dalam kehidupan-Nya.

Vischer dalam karyanya memaparkan beberapa pokok kesaksian PL tentang Kristus,


yaitu : Yesus adalah Kristus, Kristus telah datang dan Dia adalah Yesus dari Nazaret, Yesus
adalah Kristus yang dinantikan dalam PL, Alkitab adalah kesaksian tentang Yesus Kristus,
Yesus Kristus telah mempersatukan PL dan PB, Yesus Kristus menggenapi janji-janji PL,
Perjanjian Lama termasuk kanon kitab suci Kristen, Jawaban PL tentang pertanyaan “
Apakah Yesus itu Kristus?” membutuhkan penelitian ilmiah, PL adalah kesaksian terhadap
Kristus. Sehingga, ciri khas teologi Kristen ialah bahwa teologi itu merupakan Kristologi,
teologi tidak dapat mengatakan apapun tetang Allah kecuali dalam dan melalui Yesus Kristus
(Yoh 1:18).Pandangan Vischer ini di dukung dan dikembangkan oleh beberapa kalangan
teolog diantaranya Karl Barth dan Brevard S. Childs.17

3. Kristologi Kristen Mula-mula (Dari Yerusalem ke Atena)

16
Pdt. Dr. Jusen Boangmanalu, Kristologi Lintas Budaya Batak, 5-8
17
Pdt. Dr. Jusen Boangmanalu, Kristologi Lintas Budaya Batak, 8-11

8
Perkembangan dogma Kristologi pada jaman Kristen mula-mula bersamaan dengan
meluasnya penginjilan dan masuk ke dunia Yunani. Ada dua komunitas Kristen yang
berperan aktif dalam memberitakan injil, yaitu : umat Kristen yang disebut hebraioi (Kristen
Yahudi) dan helenis (Kristen Yunani).

4. Kristologi Kristen “hebraioi”

Kristologi Kristen hebraioi ialah pengenalan dan pengajaran Yesus Kristus menurut
tradisi Kristen-Yahudi. Beberapa ciri khas Kristologi yang dihayati dan diajarkan komunitas
Kristen Yahudi ialah :Mesias Israel, gagasan Kristologi memiliki latar belakang yang
berkaitan dengan pengharapan akan Mesias, rasa benci umat Yahudi terhadapa penjajah terus
tertanam sehingga pengharapan akan Mesias terus hidup dan figurnya digambarkan sebagai
utusan Allah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari penjajah. Yesus sebagai Anak Allah,
dalam tradisi Yahudi gelar Anak Allah dapat dikenakan bagi seseorang yang mempunyai
hubungan khusus dengan Allah, dan Yesus diakui telah memiliki hubungan khusus dengan
Allah. Bahkan seluruh umat pilihan Allah juga dapat disebut Anak-Nya atau Anak Sulung-
Nya (Kel. 4:22; Yer 31:9).Anak Daud, komunitas Kristen Yahudi menyebut Yesus sebagai
Anak Daud bukan semata-mata hanya untuk menyatakan bahwa ia benar-benar dari
keturunan Daud, tetapi mereka mempercayai sebagai tipenya dan mengklaim status yang
sama, atau melebihi Daud. Hamba Allah, gelar ini dikenakan Kristen Yahudi pada Yesus
untuk mengungkapkan kesaksian iman mereka terhadap pribadi dan karya Yesus, mereka
mengimani bahwa Allah mengutus Yesus untuk melayani umat-Nya.Salah seorang dari para
nabi,Kristen Yahudi memahami hal ini sebagai buah pengenalan dan pemahaman mereka
terhadap misi dan visi dari pekerjaan Yesus.Rabi,keguruan-Nya menggenapi isi hukum
keyahudian, sebab pengajaran-Nya berisi dan bersifat eskatolgi.18

5. Kristologi “Helenis”

Kristologi helenis menunjuk pada komunitas Kristen yang telah banyak dipengaruhi
oleh kebudayaan Yunani. Penginjilan masuk ke komunitas ini setelah kebangkitan Yesus,
murid-Nya menerima dan melaksanakan mandate untuk mengabarkan injil (Mat 28:18-20),
Paulus juga setelah pertobatannya turut ambil bagian dalam mengabarkan injil pada
komunitas ini, dan buahnya ialah memunculkan jemaat Kristen Yunani. Umumnya komunitas
ini berada di diaspora, tetapi banyak juga yang tinggal di Yerusalem (Kis 2:9-11), sehingga

18
Pdt. Dr. Jusen Boangmanalu, Kristologi Lintas Budaya Batak, 20-25

9
ada perpaduan kebudayaan Yahudi dan Yunani secara khusus dalam merefleksikan iman
mereka kepada Yesus. Penginjilan helenis mengalami kemajuan yang maksimal dikarenakan
kerjasama yang baik antara sesama penginjil dan faktor bahasa, mereka
megkontekstualisasikan ajaran Kristen melalui bahasa dan kebudayaan warga setempat, yakni
Yunani.

Buah dari kontekstualisasi Injil ke dalam konteks helenis itu juga mengakibatkan
pergeseran dan pemahaman baru terhadap Yesus dari konteks hebraioi ke konteks
helenis.Pergeseran yang terjadi ialah pemahaman dari Yesus yang historis menurut
monoteisme Yudaisme kepada Yesus dalam konteks Helenistis (James H.
Charlesworth).Menurut sejumlah ahli, kristologi helenis dikembangkan dan
dikontekstualisasikan melalui konsep keyunanian yang memahami Yesus sebagai logos,
Yesus Kristus sebagai logos yang menjadi manusia.dalam pemikiran helenistis logos
dipahami berhubungan dengan konsep inkarnasi, yakni gambaran kehadiran “Yang Ilahi”
diantara kehidupan umat manusia. Herarklitos (kira-kira tahun 500 sb.M) menggunakan
konsep logos sebagai prinsip yang mempersatukan dan sebagai stabilator dalam dunia yang
selalu berubah, logos identic dengan “api sorgawi” atau Allah.Konsep logos kemudian
dikembangkan Anaxagoras yaitu logos sebagai mediator antara Allah dan manusia, Allah
dipahami “Transenden”.Selanjutnya pemahaman Herarklitos ini terus dikembangkan oleh
teolog-teolog Kristen, salah satunya Philo (dipengaruhi teori Plato) yang memahami logos
sebagai firman yang memiliki kesatuan yang utuh dan mirip dengan Allah.Sehingga
pemahaman Kristologi melalui konsep logos ini terus dikembangkan oleh Komunitas Kristen
Yunani dengan menyebut Yesus sebagai Manusia sejati, Anak Allah, Perantara Allah dan
manusia.19

6. Kristologi Perjanjian Baru

Kristologi PB menyaksikan bahwa Yesus adalah Manusia sesungguhnya dan Allah


sesungguhnya.Injil Matius dan Lukas menceritakan Yesus adalah seperti manusia biasa yang
memiliki keluarga dan silsilah yang cukup jelas. Namun Ia dikatakan dilahirkan berbeda dari
manusia biasa, Ia lahir dari perawan Maria tanpa berhubungan dengan lelaki, melainkan
dikandung daripada Roh Kudus (Mat 1:18-25; Luk 2:1-7). Dalam Kristologi logos, dalam
kitab Yohanes Yesus sebagai logos yang berasal dari Allah.Ia menjadi manusia “pengantara”
antara Allah dan manusia dalam perwujudan karya keselamatan dari Allah (Yoh 1:1-8).
19
Pdt. Dr. Jusen Boangmanalu, Kristologi Lintas Budaya Batak, 25-28

10
Sementara Kristologi Paulus juga sangat tegas mengajarkan kesatuan hubungan antara Yesus
dan Allah.Yesus disebut Anak Allah (Gal 4:4, Rom 1:3-4). Dalam Filipi 2:9-11, model
Kristologi “pengosongan diri” diungkapkan untuk menjelaskan “Kristologi dari atas ke
bawah” yang merujuk pada perendahan-Nya sebagai seorang hamba yang tetap taat, sehingga
kemudian ditinggikan oleh Allah. Semua gelar-gelar dalam kesaksian PB yang dikenakan
kepada Yesus, seperti : Guru, Nabi, Mesias, Anak Manusia, Anak Daud dan yang lainnya,
merupakan gelar Kristologi yang berhubungan dengan soteorologi yang sekaligus bersifat
eskalotogis.20

7. Kristologi di Zaman Bapa-bapa Gereja hingga awal abad pertengahan.

Pemberitaan tentang Yesus Kristus di jaman Bapa-bapa Gereja hingga awal abad
pertengahan sering mengalami penghambatan dan menimbulkan kontroversi. Terdapat
beberapa tahapan terhadap pemberitaan tentang Kristus pada masa ini, yaitu :

Pertama, oleh Yudaisme.Penganut agama Yahudi pernah menuduh orang-orang Kristen


sebagai pemicu konflik terhadap pemerintah Romawi. Revolusi yang terjadi terhadap
pemerintah Romawi dari kalangan masyarakat Yahudi yang tidak senang terhadap pengaruh
kebudayaan “helenisme” yang kemudian berdampak pada kejatuhan Yerusalem sekitar tahun
70-an, dan mengakibatkan pengejaran dan pengusiran orang-orang Kristen dari Yerusalem.
Kedua, penghambatan dari “sekelompok orang tertentu” yang tetap menginginkan pemulihan
agama kekafiran dan perkembangannya secara baru dibeberapa wilayah tertentu. Pengaruh
buruk dari pembauran orang-orang Kristen di diaspora dengan penduduk yang menyembah
dewa-dewi/ penerus agama kekafiran di Roma dan Antiokhia ialah sikap toleransi yang
berlebihan dari pihak Kristen, sehingga pengajaran tentang Yesus Kristus tidak berjalan
dengan lancar. Ketiga, penghambatan secara sistematis oleh sebagian penguasa di kekaisaran
Romawi, seperti pada jaman kaisar Nero, kaisar Domitianus, juga kaisar Diocletianus (303-
310).Walaupun timbul berbagai hambatan, tetapi pemberitaan tentang Kristus tetap berjalan
secara tertatih-tatih, rahasia, dan sembunyi-sembunyi.21

Rumusan Kristologi yang tetap dikembangkan Bapa-bapa Gereja pada masa ini ialah :
Kristologi Kakatombe, Kristologi dari Bapa-bapa Gereja hingga awal Abad pertengahan:
Yustinus Martir dengan Kristologi logos untuk memkontekstualkan pemahaman iman
terhadap Yesus di tengah masyarakat yang telah dipengaruhi filsafat Yunani , Adamatius
20
Pdt. Dr. Jusen Boangmanalu, Kristologi Lintas Budaya Batak, 52
21
Pdt. Dr. Jusen Boangmanalu, Kristologi Lintas Budaya Batak, 116-117

11
Origenes dengan Kristologi logos yang disebutnya “logos ilahi” yang dinyatakan telah
berinkarnasi dalam Yesus Kristus, Irenaeus dalam Kristologinya mengajrakan Yesus adalah
Juruselamat. Dan Kristologi tujuh konsili oikumenis.22

E. Kristologi di Asia

Pada suatu pertemuan yang diselenggarakan oleh Komisis Misi dan Penginjilan se-Dunia
di Bangkok pada tahun 1973/74 dinyatakan: “Kebudayaan adalah suara manusia yang
menjawab panggilan Kristus. teolog Bangsa Asia, Chong Seng Song, mengatakan bahwa
orang Kristen yang tidak dikaruniakan mata “Jerman” tidak boleh dihalangi untuk melihat
Yesus dengan cara lain. Mereka harus melatih diri untuk melihat Kristus melalui mata orang
Cina, Jepang, Asia, Afrika dan Amerika Latin.Sebagai contoh dia menunjuk pada gambar
tentang salib Kristus, ciptaan seorang seniman Jepang. Gambaran Giichiro Hayakawa,
menurut dia, adalah suatu contoh yang baik dari ketenangan di tengah amukan badai. Ia
menyebut ungkapan itu dengan Kristus-sibui. Sibui adalah kemahiran untuk mengalihkan
pengendalian diri terhadap kehidupan dan dunia kepada orang lain. Sibui adalah kefasihan
berbicara dalam dalam berdiam diri, agresif dalam kepasrahan, kuat dalam menguasai
diri.Oleh karena itu, Kristus-sibui merupakan Kristus yang tidak menunjukkan perasaan batin
dan hawa nafsu, Kristus yang menghadapi kematian-Nya dengan tenang.23

Beberapa tahun yang lalu seniman-seniman Kristen Asia mengadakan pertemuan di


Manila, Filipina, untuk meninjau bersama tanggung jawab seniman-seniman Kristen. Tema
pembicaraan adalah “Nyayian Pujian Maria Masa Kini di Asia”. Walaupun berlainan latar
belakang,negeri asal dan kebudayaan, dan adanya perbedaan-perbedaan secara politis dan
denominasional, mereka membagi kepentingan tertentu. Dalam pertemuan itu mereka
menggambarkan Kristus, sebagai berikut:24

1. Kristus dengan hidung pesek

22
Pdt. Dr. Jusen Boangmanalu, Kristologi Lintas Budaya Batak, 117-120
23
Anton Wessels, Memandang Yesus : Gambar Yesus Dalam Berbagai Budaya, (Jakarta, BPK Gunung Mulia,
2001), 151
24
Dr. Masao Takenaka, Nasi Dan Allah, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996), 35-38

12
Jyoti Sahi dari India, menceritakan kisah tentang Sri Ramakrisna (1836-1886) yang
menjabat sebagai imam Hindu di kuil Kali untuk beberapa waktu lamanya.Rama krisna
mendapat penglihatan tentang Kristus yang berlangsung selama tiga hari. Dimana hal yang
menarik ialah, waktu Kristus menampakkan diri kepadanya, ia tampak seperti orang asing,
tetapi hidung-Nya pesek. Hidung pesek adalah hal yang umum untuk orang-orang Asia,
khususnya diantara orang-orang biasa di Asia. Menurut Jyoti Sohi, Kristus berhidung pesek
dalam lingkungan kebudayaan India mempunyai arti spritual, dimana dalam banyak tempat
orang-orang dari suku hidung pesek dipandang rendah, mereka sering dihina. Hal itu sama
dengan Kristus merendahkan diri-Nya, sampai mambasuh kaki para murid-murid-Nya, Ia
bahkan memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Markus 10:45).

2. Kristus dengan bentuk hidung yang rusak

K.C.S. Paniker yang memiliki karya artistik di India, dimana Paniker membuat sebuah
pahatan yang disebut “Dukacita Kristus”.sebelum Paniker membuat pahatan tersebut dia
terlebih dahulu berdoa dan berpuasa, dia membaca Alkitab Perguruan Tinggi Kristen Madras
tempat ia belajar. Paiker terkesan ketika mengetahui Yesus dari Nazareth, tidak hanya berdoa
tetapi sunguh-sungguhmenghubungkan diri-Nya dalam penderitaan orang-orang terhina,
misalnya mereka yang menderita akibat penyakit kusta.Pahatan yang dibuat Paniker
menunjukkan keharuan Kristus, menggambarkan secara tandas kesengsaraan orang-orang
menderita.Hidungnya berubah bentuk, mulutnya tidak serasi lagi dan matanya menonjol
keluar. Kristus yang memliki hidung rusak merupakan sebuah gambaran tentang Kristus yang
paling tajam di Asia dimana kondisi fisik dari penyakit kusta dan status sosial orang-orang
yang diusir dari masyarakat masih merupakan bagian dari kenyataan keberadaan kita.

Mewartakan Kristus di Asia dan mengharapkan pewartaan itu dimengerti dalam konteks
budaya Asia, maka gereja harus berani masuk dalam ungkapan-ungkapan soteriologis agama-
agama non-Kristiani dalam menemukan intisari yang memerdekakan.25

1. Baptisan dalam Yordan Agama Asia, dimana peristiwa ini mengandung empat
implikasi bagi Gereja: seperti Yesus, dihadapan beberapa arus tradisi keagamaan pada
zaman-Nya ketika ia menjawab panggilan kenabian-Nya, membuat opsi yang tegas.

25
NicoSyukur Dister, Pengantar Teologi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1990), 191

13
Seperti Yesus mempertemukan dalam diri-Nya spiritualitas Yohanes Pembabtis
sendiri (pengingkaran dunia yang radikal, semangat kesalehan yang sederhana dari
kaum miskin). Seperti Yesus telah merendahkan diri justru dijamin kridibilitas dan
wibawanya oleh Allah sendiri dihadapan kaum miskin. Seperti Yesus, dengan
menceburkan diri seolah-olah lenyap dalam suatu arus spiritualitas nenek moyang
diantara kaum sederhana.
2. Baptisan dalam Kalvari Kemiskinan Asia. Yordan hanyalah permulaan kalvari.
Pembabtisan atau sikap kenabian yang pertama di Yordan ditengah kaum miskin,
Yahweh itu membawa Yesus kepada sikap kenabiaan-Nya yang terakhir, yakni
pengosongan diri-Nya di salib Golgota dalam kemiskinan yang menyedihkan. Di
sanalah budaya-budaya Asia akan membuka perbendaharaan gelar-gelarnya, simbol-
simbolnya, dan rumusan-rumusannya untuk mengungkapkan penemuan baru mereka.

F. Kesimpulan

Menurut sejarah dogma Kristen, kristologi itu memang tidak dapat dipisahkan dari
teologi.Sebab dalam studi kristologi, kita tidak hanya membicarakan mengenai kemanusiaan
Yesus, termasuk juga ke-Tuhanan-Nya.Setiap pembicaraan yang berhubungan dengan ke-
Tuhanan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari studi teologi.

Pada periode pertama, kristologi itu memang awalnya disampaikan secara lisan.
Kesaksian itu terjadi misalnya pada kisah pembaptisan Yesus di sungai Yordan di mana
terdengar suara dari sorga mengatakan: “Inilah Anak-Ku” (Mat. 3: 13-17; Mrk. 1: 9-11; Luk.
3: 21-22; Yoh. 1: 32-34). Juga dalam dialog Yesus terhadap murid-murid-Nya yang
mempertanyakan seputar pengenalan orang banyak terhadap Dia (Mat. 16:13-20; Mrk. 8: 27-
30; Luk. 9: 18-21). Termasuk juga dialog kristologi dari dua orang murid Yesus pada saat
berpergian ke sebuah desa bernama Emaus dekat Yerusalem (bnd. Luk.24:13-35). Semua
kisah kristologi itu awalnya terjadi secara lisan, yaitu pada masa hidup dan sesudah
kebangkitan Yesus.

Pada periode kedua, kristologi itu disampaikan secara tertulis, yang bersamaan waktunya
dengan proses kanonisasi kitab-kitab PB. Pada perkembangan selanjutnya, yakni periode
peralihan dari dunia Yahudi-Palestina ke dunia Yunani, khususnya pada abad-abad pertama
Masehi, kristologi itu menghadapi tantangan dan penghambatan yang cukup berat, sehingga

14
harus mengalami upaya kontekstualisasi. Kontekstualisasi pada tahap awal di jaman
penghambatan tersebut, dilakukan dengan cara dan bentuk visualisasi gambar atau kode.
Gambar atau pun kode kristologi itu dituliskan pada tembok-tembok di sekitar lorong
katakombe, yakni suatu tempat pemakaman yang terpaksa dihuni oleh para pengungsi umat
Kristen, supaya mereka terhindar dari penangkapan dan pelbagai siksaan serta hukuman
martir. Misalnya, dengan melukis kode atau tanda Yunani Ichthus, berarti ikan, mereka itu
telah menyaksikan imannya bahwa Yesus Kristus Anak Allah Juruselamat. Inilah salah satu
contoh dan model kontekstualisasi kristologi yang pernah terjadi dalam sejarah jemaat mula-
mula.

Di kalangan Kristen terus berkembang pemahaman bahwa kristologi juga erat terkait
dengan isi nubuatan dan pemberitaan PL. Para teolog, seperti France, Vischer, Karl Barth,
Childs, dan yang lainnya, tetap memahami pemberitaan PL melalui prinsip kristologi. Mereka
mencela setiap upaya dan pemahaman yang memisahkan nubuatan kedatangan Mesias Israel
terhadap kristologi PB. Ada mata rantai kristologi PB yang terus berkesinambungan sejak
munculnya pengharapan akan datangnya Mesias Israel sampai pada jaman penghakiman
kelak, yakni kristologi-eskatologis menurut pengakuan iman Kristen.

15

Anda mungkin juga menyukai