Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingginya popularitas Indonesia sebagai target investasi di bidang
pertambangan tidak diikuti oleh kondisi kesehatan dan keselamatan para pekerja
tambang di Indonesia. Setiap tahunnya, ratusan pekerja tambang mengalami
kecelakaan dunia akibat kecelakaan kerja. Berdasarkan publikasi dari Data
Kementerian ESDM pada November 2014 menyebutkan bahwa sebanyak 997
pekerja menjadi korban dalam kecelakaan tambang dan 146 diantaranya
meninggal dunia, 471 pekerja menderita kecelakaan berat dan sisanya mengalami
kecelakaan ringan. Data tersebut belum termasuk kasus-kasus kecelakaan kerja
yang tidak dilaporkan kepada Inspektur Tambang, jumlah pekerja yang menjadi
korban lebih banyak dari data yang ada. Jenis kecelakaan yang paling sering di
temui adalah terjepit/tertimbun, terbentur, terjatuh, kejatuhan benda dan
terpukul.
Kondisi keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perusahaan di Indonesia
diperkirakan cukup rendah. Kondisi demikian sudah menjadi perhatian pemerintah
dan Pelaku industri. Faktor keselamatan dan kesehatan sangat penting karena
memiliki pengaruh yang besar terhadap kinerja pegawai. Apabila tidak diperhatikan
kondisi keselamatan dan kesehatan kerja di tambang dan sudah banyak sekali
mengalami kecelakaan merenggut nyawa seseorang, maka perusahaan tambang
tersebut akan dikenakan sanksi berupa pencabutan perizinan tambang ataupun
tutupnya perusahaan. Semakin bagusnya fasilitas yang diberikan suatu
perusahaan untuk program keselamatan dan kesehatan kerja kepada pegawai
maka akan memberikan dampak yang baik dalam hal kurangnya tingkat resiko
kecelakaan yang akan terjadi pada saat bekerja.
Pada kegiatan pertambangan batubara mempunyai dampak negatif
terhadap lingkungan apabila tidak diikuti dengan pengelolaan keselamatan,
kesehatan kerja dan lingkungan yang baik. Oleh karena pentingnya pengelolaan
keselamatan dan kesehatan kerja di sektor tambang tersebut pemerintah
mengeluarkan peraturan baru tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja khusus di
sektor tambang yaitu Kepmen 1827 K/30/MEM/2018 tentang pedoman penerapan
sistem manajemen keselamatan pertambangan mineral dan batubara (SMKP
Minerba).

1
Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja, pada pasal 2 ayat (1) menjelaskan bahwa: keselamatan kerja yang diatur
adalah keselamatan dalam segala tempat kerja, baik di darat, di tanah, di
permukan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah
kekuasaan hukum Republik Indonesia. Keselamatan kerja sendiri merupakan
faktor penting yang wajib dimengerti oleh seluruh pekerja dan pengusaha guna
meningkatan kesejahteraan dan menigkatkan produksi, tenaga kerja merupakan
asset yang harus diberi perlindungan terhadap aspek keselematan kerja (K3)
mengingat ancaman bahaya yang berhubungan dengan kerja.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Direktur Jenderal
Mineral dan Batubara oleh Bapak Bambang Gatot Ariyono pada tanggal 11 juli
2019 telah menerbitkan regulasi baru nomor 185.K/37.04/DJB/2019 tentang
Petunjuk teknis pelaksanaan keselamatan pertambangan dan pelaksanaan,
penilaian, dan pelaporan sistem manajemen keselamatan pertambangan mineral
dan batubara sebagai tindak lanjut dari Keputusan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral nomor 1827.K/30/MEM/2018 tentang Pedoman pelaksanaan kaidah
teknik pertambangan yang baik
Beberapa penelitian sebelumnya mengenai identifikasi serta penilaian di
dalam kegiatan penambangan batubara, menunjukan bahwa risiko yang dapat
terjadi berasal dari kinerja pegawai serta alat yang digunakan yang mengakibatkan
cidera, kecelakaan, terpeleset, bahkan meninggal dunia. Oleh karena itu penulis
tertarik melakukan penelitian mengenai identifikasi dan penilaian potensi hazard
pada proses penambangan menggunakan metode 3D model. Penelitian ini
dilakukan di PT. Sarolangun Bara Prima, yang merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak di bidang pertambangan batubara.
Matriks 3D model adalah suatu metode penilaian tingkat tiap risiko yang
ditentukan oleh hubungan antara nilai hasil identifikasi bahaya. Metode 3D model
ini hanya menyediakan ranking nilai saja bukan berarti nilai risiko yang absolut,
dengan menggunakan 3D model kita dapat mengidentifikasi tindakan yang akan
kita lakukan terhadap setiap risiko. Berbagai bahaya keselamatan dan kesehatan
kerja yang terdapat pada kegiatan penambangan yang berpotensi berbagai macam
risiko. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi dan analisis risiko yang
bertujuan untuk mencegah atau mengurangi risiko yang ada dengan cara
melakukan pengendalian bahaya sesuai tingkat risikonya.

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dianalisis dan dievaluasi , yaitu :
1. Apa saja faktor risiko yang terdapat dalam Area pit tambang di PT.
Sarolangun Bara Prima?
2. Apa saja tingkatan risiko kecelakaan yang ada dalam area pit tambang
di PT Sarolangun Bara Prima?
3. Bagaimana upaya mengatasi kecelakaan kerja di PT. Sarolangun Bara
Prima?
1.3 Batasan Masalah
Agar pembahasan terhadap masalah yang ada sesuai dengan tujuan
penulisan skripsi, penelitian ini dibatasi pada Pit area, Hauling, Stockpile dan
workshop di PT. Sarolangun Bara Prima.

1.4 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini , sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui risiko kecelakaan pada area pit tambang di PT.
Sarolangun Bara Prima.
2. Untuk mengetahui tingkatan risiko kecelakaan pada area pit tambang di
PT. Sarolangun Bara Prima
3. Untuk menurunkan tingkat kecelakaan kerja dengan menganalisis hal –
hal yang sering menyebabkan kecelakaan kerja.
1.5 Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu adanya suatu sistem
manajemen keselamatan kerja yang masih kurang lengkap yang menyebabkan
terjadinya suatu kecelakaan di area pit tambang yang dapat menyebabkan suatu
kerugian pada perusahaan.

1.6 Manfaat
1. Memperdalam pengetahuan wawasan dalam mengenai identifikasi bahaya
dan penilaian risiko serta faktor – factor bahaya di area tempat kerja yang di
observasi secara langsung sehingga dapat dilakukan tindakan pengendalian
agar kecelakaan tidak terjadi.
2. Sebagai masukan bagi PT. Sarolangun Bara Prima dalam pengambilan
keputusan dari data kecelakaan kerja sehingga dapat dijadikan dasar
melakukan tindak pencegahan dan tindak perbaikan dalam sebuah sistem
keselamatan kerja.

Anda mungkin juga menyukai