Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesuai amanah Undang-Undang Dasar 1945 tentang pendidikan dituangkan

dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 3,

dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan nasional mencerminkan bahwa

aspek spiritual dan intelektual harus bersinergi dalam membangun bangsa dan negara.

Demikian halnya pada jalur pendidikan anak usia dini (PAUD). Terkait dengan tujuan

pendidikan nasional, bahwa implementasi pendidikan melalui pembimbingan anak

dalam mengembangkan potensi spiritual dan intelektual. Kemampuan spiritual dan

intelektual sebaiknya ditanamkan sejak usia dini, karena dapat membentuk karakter.

Pembentukan karakter berhubungan dengan dasar pembentukan sumber daya manusia

yang berkualitas. Dengan terwujudnya sumber daya berkualitas, maka terwujud

generasi yang beradab, berbudaya, cerdas spiritual dan intelektual, serta dapat bersaing

secara global.

Dampak adanya kemajuan teknologi informasi, terjadi adanya persaingan

berbagai bidang. Persaingan tersebut semakin tajam. Pada bidang pendidikan

menghadapi tantangan besar. Indonesia dituntut mampu menciptakan sumber daya


2

manusia cerdas yang dapat bersaing secara global. Oleh karena itu, Indonesia harus

dapat mencetak generasi berkualitas. Generasi yang memiliki sikap, ilmu pengetahuan,

keterampilan yang unggul. Dengan demikian, sumber daya manusia yang dihasilkan

memiliki kualitas spiritual dan intelektual. Dalam upaya mempersiapkan sumberdaya

manusia yang berhubungan dengan pendidikan, maka berkaitan proses pembelajaran.

Keberhasilan sebuah proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kompetensi guru.

Guru harus dapat mendesain dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai kebutuhan,

menyenangkan dan menarik. Pembelajaran yang dikelola baik sesuai kebutuhan dan

karakteristik anak, dapat mengoptimalkan potensi kecerdasan jamak yang dimiliki anak

sejak dini. Proses pembelajaran merupakan sarana untuk menstimulasi potensi

kecerdasan anak. Oleh karena itu, pemilihan metode, strategi, media dan pendekatan

dalam proses pembelajaran harus sesuai tema dan materi pembelajaran. Salah satu

pendekatan dalam proses pembelajaran anak usia dini adalah pendekatan saintifik.

Terdapat beberapa tahapan pada pendekatan saintifik, yaitu mengamati, menanya,

mengumpulkan informasi, menalar dan mengkomunikasikan.

Pendekatan saintifik dapat membangun kreativitas, imajinasi, dan gagasan yang

dapat mengembangkan nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa, sosial

emosional dan seni. Adanya kemajuan teknologi informasi dan tantangan global yang

dihadapi, mengakibatkan bangsa Indonesia harus mempersiapkan sumber daya manusia

yang berkualitas intelektual dan spiritual. Sisi spiritual menjadi dasar manusia untuk

bersikap jujur, beradab, bertanggung jawab, menghargai lingkungan, dan menghargai

orang lain. Sikap-sikap tersebut tampak pada kehidupan manusia. Oleh karena itu,
3

kegiatan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan penemuan ilmiah berkaitan

sikap jujur, bertanggung jawab dan menghargai orang lain.

Menurut penelitian Trends in International Mathematics and Science Study

(TIMSS), kemampuan dan daya tangkap sains anak Indonesia pada tahun 2004 berada

pada peringkat ke-34 dari 38 negara. Pada kompetisi International Junior Science

Olympiade (IJSO) tahun 2006, tim Indonesia berada di peringkat keempat, di bawah

Korea Selatan, Taiwan, dan Rusia. Hal tersebut diperkuat data HDI (Human

Development Index) menunjukkan bahwa Indonesia berada di bawah Malaysia,

Thailand, Filiphina (Iva Noorlaila, 2010:130). Kondisi ini mencerminkan bahwa

pendidikan di Indonesia belum berhasil secara menyeluruh. Belum berhasilnya

pendidikan berkaitan dengan sikap peserta didik/ siswa berperilaku jujur dan

bertanggung jawab. Hal ini diperkuat terjadinya kasus ketidakjujuran saat melaksanakan

ujian, terdapat peserta didik/ siswa tidak disiplin dan bertanggungjawab dalam berlalu

lintas, dan lainnya.

Realitas yang terjadi di masyarakat harus segera diantisipasi melalui berbagai

bidang. Pendidikan merupakan salah satu bidang yang dapat mengatasi permasalahan

tersebut. Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh berbagai pihak diantaranya

pemerintah, sekolah, keluarga dan masyarakat. Sekolah merupakan lembaga yang

mengelola pendidikan harus dikelola dengan baik. Sekolah dapat dikatakan berhasil,

apabila sekolah dapat mencapai tujuan sesuai visi dan misi. Terdapat berbagai aspek

yang harus dipenuhi agar sekolah berhasil. Di samping itu, sekolah harus mencapai

delapan standar pendidikan, yaitu isi, proses, penilaian, kompetensi lulusan, pendidik/

tenaga kependidikan, sarana, pengelolaaan dan pembiayaan. Diantara delapan standar


4

pendidikan, yang paling menentukan keberhasilan pendidikan adalah standar proses.

Proses pembelajaran merupakan jantung pendidikan. Keberhasilan pendidikan sangat

ditentukan kompetensi guru. Guru memiliki peran strategis dalam keberhasilan

pendidikan. Guru harus memiliki koleksi berbagai strategi dan metode mengajar. Guru

harus aktif, kreatif dan inovatif. Pembelajaran yang dikelola baik sesuai kebutuhan dan

karakteristik anak, dapat mengoptimalkan potensi kecerdasan jamak yang dimiliki anak

sejak dini. Oleh karena itu, pemilihan metode, strategi, media dan pendekatan dalam

proses pembelajaran harus sesuai tema dan materi pembelajaran. Berbagai strategi,

pendekatan dan metode dapat dipilih. Pemilihannya harus tepat sesuai materi dan tema

pembelajaran. Pendekatan saintifik dapat diimplementasikan. Implementasi pendekatan

saintifik pada pembelajaran PAUD dapat diterapkan melalui berbagai permainan

edukasi yang menarik yang dapat menstimulasi kecerdasan spiritual dan intelektual.

Adanya kebijakan pemerintah tentang pelaksanaan kurikulum 2013 paud

membawa konsekwensi antara lain perubahan dari model pembelajaran yang tradisional

(model dan metode pembelajaran yang lebih berpusat pada guru) ke pengembangan

model dan metode pembelajaran yang lebih berpusat kepada siswa. Hal demikian

menuntut kemampuan guru dalam merancang model pembelajaran yang lebih berpusat

kepada siswa, sesuai dengan karakteristik bidang kegiatan dan karakteristik siswa agar

mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu peran guru dalam konteks pembelajaran

menuntut perubahan antara lain : (a) peranan guru sebagai penyebar informasi semakin

kecil, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing, penasehat dan pendorong, (b)

peserta didik adalah individu-individu yang kompleks, yang berarti bahwa mereka
5

mempunyai perbedaan  cara belajar sesuatu yang berbeda pula, (c) proses belajar  lebih

ditekankan pada bermain sambil belajar.

Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam mengimplementasikan pergeseran

peran guru dalam pembelajaran yaitu : (1) Cara pandang guru terhadap siswa perlu

diubah. Siswa bukan lagi sebagai obyek pempelajaran, tetapi siswa sebagai pelaku aktif

dalam proses pembelajaran. Dalam diri siswa terdapat berbagai potensi yang siap

dikembangkan. Oleh karena itu dalam konteks pembelajaran guru diharapkan mampu

memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi

yang dimilikinya, (2) Guru diharapkan mampu mengajarkan bagaimana siswa bisa

berlatih menghadapi masalah dan mengatasi persoalan dengan cara mendengarkan,

mengamati, mencoba, mendefinisikan dan menyimpulkan meskipun dengan sederhana

sesuai tahap perkembangan anak.

Berdasarkan pengamatan penulis selaku kepala di Taman Kanak-Kanak baru

sebagian kecil guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima yang telah

menerapkan pendekatan pembelajaran saintifik dalam pelaksanaan kegiatan belajar

mengajar, dengan alasan mereka belum paham dan belum mendapatkan pelatihan

khusus tentang penerapan pembelajaran saintifik.

Melihat kondisi tersebut nampaknya perlu usaha untuk memberikan pemahaman

dan keterampilan kepada guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima tentang

penerapan pembelajaran saintifik. Untuk mewujudkan kompetensi dan peran guru

dalam penerapan pembelajaran saintifik perlu adanya upaya yang dilakukan baik oleh

Dinas Pendidikan, pengawas Sekolah maupun Kepala Sekolah. Salah satu upaya yang
6

dapat dilakukan Kepala Sekolah dalam rangka meningkatkan keterampilan guru dalam

penerapan pembelajaran saintifik adalah melalui kegiatan Pelatihan dan Bimbingan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba mengadakan penelitian tindakan

sekolah untuk mengetahui efektifitas kegiatan bimbingan dan pelatihan yang dilakukan

Kepala Sekolah terhadap peningkatan keterampilan guru dalam penerapan pembelajaran

saintifik dengan judul: Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru Dalam Penerapan

Pembelajaran Saintifik Melalui Kegiatan Pelatihan dan Bimbingan Di TK Negeri

Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima tahun 2017/2018.

B. Rumusan Masalah

Secara operasional, lingkup masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai

berikut: bagaimana upaya Meningkatkan Keterampilan Guru Dalam Penerapan

Pembelajaran Saintifik Melalui Kegiatan Pelatihan dan Bimbingan Di TK Negeri

Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima tahun 2017/2018?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: untuk meningkatkan

Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Saintifik Melalui Kegiatan

Pelatihan dan Bimbingan Di TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima tahun

2017/2018.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Untuk mengaplikasikan pengetahuan tentang penerapan pendekatan

pembelajaran saintifik di Taman Kanak-kanak.

2. Secara Praktis
7

Secara praktis penelitian ini adalah sebagai pedoman bagi guru untuk

menerapkan pendekatan pembelajaran saintifik di TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat

Kota Bima.
8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Profesionalitas Guru

1. Pengertian Profesionalitas Guru

Pengertian profesional dari beberapa definisi yaitu Istilah profesional berasal dari

kata profession. Profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation yang

memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Dengan

kata lain, profesi dapat diartikan sebagai suatu bidang keahlian yang khusus untuk

mengani lapangan kerja tertentu yang membutuhkannya. Profesionlisme berarti suatu

pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang

sama keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus

(Arifin, 2000:105).

Profesionalisme ialah faham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus

dilakukan orang yang profesional. Orang yang profesional ialah orang yang memiliki

profesi sedangkan profesi itu harus mengandung keahlian. Artinya suatu program itu

mesti ditandai oleh suatu keahlian yang khusus untuk profesi itu (Ahmad Tafsir,

1994:107). Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah profesionalisasi

ditemukan sebagai berikut: Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan

keahlian (keterampilan, kejurusan dan sebagainya) tertentu. Profesional adalah (1)

bersangkuatan dengan profesi (2) memerlukan kepandaian khusus untuk

menjalankannya dan (3) mengharuskan adanya pembayaran utnuk melakukannya.


9

“Profesionalisasi ialah proses membuat suatu badan organisasi agar menjadi

Pofessional” (Syaifuddin dan M. Basyiruddin Usman, 2002: 15).

Pengertian pofesionalitas guru adalah seperangkat fungsi, tugas dan

tanggung jawab dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang

diperoleh melalui pendidikan dan latihan khusus dibidang pekerjaannya

dan mampu mengembangkan secara ilmiah disamping bidang profesinya.

Kata “Profesional” berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata

benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian, seperti guru, dokter, hakim dan

sebagainya. Dalam pengertian lain Profesional adalah Pekerjaan atau kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan

keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu

serta memerlukan pendidikan profesi (Undang-undang Guru dan Dosen, 2010:03).

Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh

mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh

mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Kunandar, 2009:45).

Secara formal sudah menjadi keharusan bahwa suatu pekerjaan profesi menuntut

adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi, termasuk hal ini adalah pekerjaan sebagai

guru. Persyaratan tersebut dimaksudkan untuk menentukan kelayakan seseorang dalam

memangku pekerjaan tersebut. Di samping itu syarat tersebut dimaksudkan agar seorang

guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional serta dapat

memberi pelayanan yang sesuai dengan harapan. Guru merupakan faktor yang dominan

di dalam kegiatan pembelajaran. Guru sebagai subyek dalam pendidikan dan sebagai
10

perencana serta pelaksana pembelajaran. Oleh karena itu, guru merupakan penentu

keberhasilan dan suksesnya proses pembelajaran.

2. Ciri-ciri Guru Yang Profesional

Menurut Richey suatu profesi mempersyaratkan para anggotanya: (a) Adanya

komitmen mereka sendiri untuk menjujung tinggi martabat kemanusiaan lebih dari pada

kepentingan dirinya sendiri (b) Mereka harus menjalani suatu persiapan profesional

dalam rangka waktu tertentu guna mempelajari dan memperoleh pengetahuan khusus

tentang konsep dan prinsip dari profesi itu sehingga statusnya ditingkatkan. (c) Selalu

harus menambah pengetahuan jabatan agar terus bertambah dalam jabatan. (d) Memiliki

kode etik jabatan. (e) Memiliki daya maupun keaktifan intelektual untuk mampu

menjawab masalah-masalah yang dihadapi dalam setiap perubahan. (f) Selalu ingin

belajar lebih dalam mengenai suatu bidang keahlian (g) Jabatannya dipandang sebagai

suatu karir hidup (h) Menjadi anggota dari suatu organisasi (Sahertian dan Ida Alaida

Sahertian, 1990:7-9). Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang

mensyaratkan kompetensi (keahlian dan kewenangan) dalam pendidikan dan

pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien

serta berhasil guna (Soetjipto dan Raflis Kosasi, 2004 : 46).

Profesional berarti a vocation an wich professional knowledge of some

department a learning science is used in its applications to the of other or in the

practice of an art found it. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu

pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara

sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Atas

dasar pengertian ini, ternyata pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya
11

karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam menjalankan

profesinya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang

hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan

pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan

lain. (Dr. Nana Sudjana, 1988).

Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru gan

dosen menyatakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta

memerlukan pendidikan profesi (Uzer Usman, 2011: 14-15).

Persyaratan yang harus dipenuhi dalam tugas profesional sebagaimana

dikemukakan oleh Houston sebagai berikut: (a) Profesi harus dapat memenuhi

kebutuhan sosial berdasarkan atas prisip-prinsip ilmiah yang dapat diterima oleh

masyarakat dan prisipprinsip itu telah benar-benar wellestablished. (b) Harus diperoleh

melalui latihan kultural dan profesional yang cukup memadai. (c) Mengusai perangkat

ilmu pengetahuan yang sistematis dan kekhususan (spesialisasi). (d) Harus dapat

memberikan skill yang diperlukan masyarakat dimana kebanyakan orang tidak memiliki

skill tersebut yaitu skill sebagaian merupakan pembawaan dan sebagian merupakan

hasil belajar. (c) Memenuhi syarat-syarat penilaian terhadap penampilan dalam

pelaksanaan tugas dilihat dari segi waktu dan cara kerja. (f). Harus dapat mengembang-

kan teknik-teknik ilmiah dari hasil pengalaman yang teruji. (g). Merupakan tipe

pekerjaan yang memberikan keuntungan yang hasil-hasilnya tidak dibakukan

berdasrkan penampilan dan elemen waktu. (h). Merupakan kesadaran kelompok yang
12

dipolakan untuk memperluas pengetahuan yang ilmiah menurut bahasa teknisnya. (i)

Harus mempunyai kemampuan sendiri untuk tetap berada dalam profesinya selama

hidupnya dan tidak menjadikan profesinya sebagai batu loncatan keprofesi lainnya. (j)

Harus menunjukkan kepada masyarakat bahwa anggota-anggota profesionalnya

menjunjung tinggi dan menerima kode etik profesionalnya.

B. Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Saintifik

1. Teori Tentang Keterampilan

Keterampilan adalah hasil belajar pada ranah psikomotorik, yang terbentuk

menyerupai hasil belajar kognitif. Keterampilan adalah kemampuan untuk mengerjakan

atau melaksanakan sesuatu dengan baik (Nasution, 1975). Maksud dari pendapat

tersebut bahwa kemampuan adalah kecakapan dan potensi yang dimiliki oleh seseorang

untuk menguasai suatu keahlian yang dimilikinya sejak lahir. Kemampuan tersebut

merupakan suatu hasil latihan yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Melalui

pendapat Chaplin di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan seseorang itu dapat

tumbuh melalui latihan-latihan yang dilakukan oleh orang itu sendiri. Keterampilan

(skill) dalam arti sempit yaitu kemudahan, kecepatan, dan ketepatan dalam tingkah laku

motorik yang disebut juga normal skill. Sedangkan dalam arti luas, keterampilan

meliputi aspek normal skill, intelektual skill, dan social skill (Vembriarto, 1981).

Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan

koordinasi informasi yang dipelajari (Sudjana, 1996).

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan adalah

kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, cepat, dan tepat. Keterampilan akan

dapat dicapai atau ditingkatkan dengan latihan tindakan secara berkesinambungan.


13

2. Teori Tentang Pembelajaran Saintifik

a. Pengertian Pembelajaran saintifik

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian

rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar,

dan mengomunikasikan. Pendekatan saintifik tidak diartikan sebagai belajar sain tetapi

menggunakan proses saintis dalam kegiatan belajar.

b. Pentingnya pendekatan saintifik sejak anak usia dini.

Pembelajaran saintifik pada anak usia dini merupakan hal yang sangat penting

untuk banyak aspek perkembangan anak. para peneliti menganjurkan pembelajaran

saintifik mulai dikenalkan sebelum anak memasuki sekolah, bahkan anak sejak lahir.

(Eshach & Fried, 2005; Watters, Diezmann, Grieshaber, & Davis, 2000). Hal ini

penting untuk membantu anak memahami dunia, mengumpulkan dan mengolah

informasi sebagai kunci dasar anak belajar berpikir saintis (Eshach & Fried, 2005)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mengembangkan berpikir saintifik

sejak usia dini akan mempermudah transfer keterampilan saintifik yang mereka miliki

menjadi area akademik yang dapat mendukung prestasi akademik. Berpikir saintifik

adalah kemampuan berpikir dalam memahami masalah, menganalisa, mencari

pemecahannya, dan menghasilkan sesuatu yang inovatif dan kreatif. self-efficacy (Kuhn

& Pearsall, 2000; Kuhn & Schauble, & Garcia-Milla, 1992). PAUD yang proses

pembelajarannya miskin dengan proses berpikir saintifis berpengaruh negative pada

perilaku dan capaian prestasi anak. Dampak tersebut bersifat menetap hingga ke tahap

pendidikan tinggi (Mullis & Jenkins, 1988).


14

c. Pendekatan Saintifik Pada Anak Usia Dini

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian

rupa agar peserta didik secara aktif membangun kompetensi sikap, pengetahuan, dan

keterampilan melalui tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar,

dan mengomunikasikan. Pada anak usia dini pengenalan proses saintifik dilakukan

dengan cara melibatkan anak langsung dalam kegiatan; yakni melakukan, mengalami

pencarian informasi dengan bertanya, mencari tahu jawaban hingga memahami dunia

dengan gagasan-gagasan yang mengagumkan. (Duckworth, 1987).

Penjelasan pelaksanaan pendekatan saintifik diatas adalah sebagai berikut:

1. Mengamati

Mengamati dilakukan untuk melihat objek, di antaranya dengan menggunakan

indera seperti melihat, membaca buku, mendengar, menghidu, merasa, dan meraba. 

Proses Mengamati Dalam Pendekatan Saintifik PAUD. Di dalam tahap atau proses

pendekatan saintifik ada 6 proses pendekatan yang dapat dilihat berikut ini dan kali ini

akan dibahas proses mengamati pemebelajaran saintifik PAUD. Mengamati berarti

kegiatan menggunakan semua indera (penglihatan, pendengaran, penghiduan, peraba,

dan pengecap) untuk mengenali suatu benda yang diamatinya. Semakin banyak indera

yang digunakan dalam proses mengamati maka semakin banyak informasi yang

diterima dan diproses dalam otak anak. Guru berperan sebagai pengamat dan

pendukung/fasilitator bukan sebagai instruktur. Kegiatan mengamati dapat dilakukan

bersama-sama di dalam atau di luar kelas. Media untuk diamati bisa apapun. Media

yang disiapkan sesuai dengan tema yang sedang dipilih. Proses mengamati penting

untuk membangun pengetahuan awal anak tentang suatu benda atau kejadian. Guru
15

dapat menuliskan disertai gambar sederhana tentang pengetahuan yang sudah

disebutkan anak tadi. Proses mengamati juga untuk membangun mninat anak

mengetahui lebih banyak tentang sesuatu yang diamatinya.

Berikut ini adalah contoh dukungan yang dapat diberikan oleh guru ketika

Anak-anak mengamati pohon pisang. Bentuk Dukungan Guru: (1) Memberi waktu yang

cukup untuk mengamati (pengamatan pada tahap ini ditujukan untuk mengetahui minat

anak tentang pengalaman belajar yang menarik baginya), (2) Mendorong anak

menggunakan seluruh indera, (3) Mendorong anak untuk mengamati dari berbagai

sudut/arah dan bagian-bagian pohon pisang. Dan (4) Menyediakan alat dan bahan yang

menunjang pengamatan, misalnya kaca pembesar, sarung tangan, sekop, dll.

2. Menanya

Anak mudah untuk bertanya, baik tentang objek yang telah diamati maupun hal-

hal lain yang ingin diketahui.  Salah satu tahap dalam pendekatan saintifik PAUD

adalah tahap menanya. Menanya merupakan proses berfikir yang mendukung oleh

minat keingintahuan anak tentang suatu benda atau kejadian. Pada seorang anak senang

bertanya. Anak akan terus bertanya sampai rasa penasarannya terjawab. Seringkali

orang tua dan guru mematahkan rasa keingintahuan anak dengan menganggap anak

yang cerewet. Menanya sebagai proses untuk mengetahui pengetahuan baru. Guru dapat

membantu anak untuk menyusun pertanyaan yang ingin mereka ketahui. Pada tahap

menanya, guru perlu bersabar. Terkadang anak menyampaikan keingintahuannya tidak

dalam bentuk kalimat tanya. Cara guru mengulang perkataan anak, menunjukkan atau

pemodelan cara bertanya. Hal ini mengembangkan kemampuan berbahasa anak. Saat


16

guru memenuhi semua pertanyaan anak, guru tidak perlu menjawabnya, tetapi ajaklah

anak untuk mencari jawaban ke berbagai sumber.

3. Mengumpulkan Informasi

Mengumpulkan informasi dilakukan melalui beragam cara, misalnya: dengan

melakukan, mencoba, mencoba, membaca buku, menanya, dan menyimpulkan hasil dari

berbagai sumber. Kali ini akan dibahasa tentang bagaimana tahap mengumpulkan

informasi dalam pembelajaran saintifik PAUD.  Mengumpulkan informasi: (1)

Mengumpulkan informasi/ data merupakan proses mencari jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan yang disampaikan anak ditahap menanya, (2) Mengumpulkan data dapat

dilakukan secara berulang-ulang di pijakan awal sebelum bermain (pembukaan) setiap

hari dengan cara yang berbeda, (3) Mengumpulkan data dapat berasal dari berbagai

sumber, baik manusia, buku, film, mengunjungi tempat atau internet.

4. Menalar

Menalar merupakan kemampuan menghubungkan informasi yang sudah dimiliki

dengan informasi yang baru diperoleh sehingga pemahaman yang lebih baik tentang

suatu hal.  Proses menalar adalah tahap ke empat dalam tahap pembelajaran PAUD

menggunakan pendekatan saintifik. Proses menalar untuk anak usia dini

menghubungkan atau mencocokkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan

pengalaman baru yang didapatkannya.

5. Mengomunikasikan

Mengomunikasikan merupakan kegiatan untuk menyampaikan hal-hal yang

telah dipelajari dalam berbagai bentuk, misalnya melalui cerita, gerakan, dan

menunjukkan hasil karya berupa gambar, berbagai bentuk dari adonan, boneka dari
17

bubur kertas, kriya dari bahan daur ulang, dan hasil daur ulang anyaman. Proses

mengomunikasikan adalah proses yang terakhir dalam tahap pembelajaran PAUD

menggunakan pendekatan saintifik sesuai Kurikulum 2013 PAUD. Mengomunikasikan

adalah proses penguatan pengetahuan/keterampilan baru yang didapatkan anak.

Mengomunikasikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya bahasa lisan,

gerakan, hasil karya.

C. Kegiatan Pelatihan Dan Bimbingan

1. Teori Tentang Pelatihan

a. Definisi Pelatihan

Menurut Mathis (2002), Pelatihan adalah suatu proses dimana orang-orang

mencapai kemampuan tertentu untuk membantu mencapai tujuan organisasi. Oleh

karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat

dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para

pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang

digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara

pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam

cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang

berguna baik bagi pekerjaannya saat ini maupun di masa mendatang.

Sedangkan Payaman Simanjuntak (2005) mendefinisikan pelatihan merupakan

bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan

keterampilan kerja, dan dengan demikian meningkatkan Ketrampilan pegawai.

Pelatihan biasanya dilakukan dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan


18

jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan

keterampilan kerja.

Pelatihan didefinisikan oleh Ivancevich sebagai “usaha untuk meningkatkan

Ketrampilan pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang

akan dijabatnya segera”. Selanjutnya, sehubungan dengan definisinya tersebut,

Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini:

Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja

seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan Ketrampilan organisasi”.

Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan

yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu

pegawai untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik

untuk berhasil dalam pekerjaannya.

Pelatihan menurut Gary Dessler (2009) adalah Proses mengajarkan karyawan

baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk

menjalankan pekerjaan mereka”. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam

meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru

ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan

yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.

b. Tujuan Pelatihan

Tujuan umum pelatihan sebagai berikut : (1) untuk mengembangkan keahlian,

sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, (2) untuk

mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional,

dan (3) untuk mengembang-kan sikap, sehingga menimbulkan kemauan kerjasama


19

dengan teman-teman pegawai dan dengan manajemen (pimpinan). Sedangkan

komponen-komponen pelatihan sebagaimana dijelaskan oleh Mangkunegara (2005)

terdiri dari: (1) Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat

di ukur, (2) Para pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai (profesional),

(3) Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak

di capai, dan (4) Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi

persyaratan yang ditentukan.

Dalam pengembangan program pelatihan, agar pelatihan dapat bermanfaat dan

mendatangkan keuntungan diperlukan tahapan atau langkah-langkah yang sissaintifik .

Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap

pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase perencanaan

pelatihan, fase pelaksanaan pelatihan dan fase pasca pelatihan.

Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan

pengembangan meliputi : (1) mengidentifikasi kebutuhan pelatihan / need assesment;

(2) menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; (3) menetapkan kriteria keberhasilan

dengan alat ukurnya; (4) menetapkan metode pelatihan; (5) mengadakan percobaan (try

out) dan revisi; dan (6) mengimplementasikan dan mengevaluasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah proses mengajarkan

karyawan untuk menguasai keterampilan yang mereka butuhkan untuk menjalankan

pekerjaan mereka. Pelatihan mempunyai tujuan untuk mengembangkan keahlian,

pengetahuan dan sikap. Pelatihan dapat dilakukan melalui tahapan-tahapan

mengidentifikasi kebutuhan, menetapkan tujuan dan sasaran, menetapkan kriteria

keberhasilan, menetapkan metode, mengadakan percobaan dan mengimplementasikan.


20

2. Teori Tentang Bimbingan

Menurut Prayitno & Erman Amti (2004) Bimbingan adalah proses pemberian

bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang

individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing

dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan

kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-

norma yang berlaku.

 Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan

secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga

ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan

keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan

hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel & Sri Hastuti 2007).

 Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang di berikan kepada individu

atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan di

dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat

mencapai kesejahteraan hidupnya.

Menurut Miller (2005) menyatakan bahwa bimbingan merupakan proses

bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang

dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri yang dibutuhkan untuk melakukan

penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madarasah),

keluarga, dan masyarakat.

 Bimbingan sebagai "The help given by one person to another in making choices

and adjustment and in solving problems". Pengertian bimbingan yang dikemukakan


21

Arthur ini amat sederhana yaitu bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni

pembimbing dan yang dibimbing, dimana pembimbing membantu si terbimbing

sehingga si terbimbing mampu membuat pilihan-pilihan, menyesuaikan diri, dan

memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya (Sofyan S. Willis 2009).

Bimbingan berarti suatu proses pemberian bantuan atau pertolongan kepada

individu dalam hal: memahami diri sendiri; menghubungkan pemahaman tentang

dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai

dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan (Winkel & Sri Hastuti

2007).

Bimbingan merupakan serangkaian kegiatan paling pokok, bimbingan dalam

membantu konseli/klien secara tatap muka, dengan tujuan agar klien dapat mengambil

tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus (Winkel & Sri

Hastuti 2007). 

 Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun

perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada

seseorang (individu) dari setiap usia untuk menolongnya mengembangkan kegiatan-

kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat

pilihan sendiri, dan memikul bebannya sendiri (M. Tohirin 2008).

Dari beberapa devinisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan

adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang

atau beberapa individu baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang

dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan

memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada.


22

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara berupa tindakan atas rumusan

permasalahan yang di tetapkan dalam perencanaan penelitian tindakan sekolah. Sesuai

dengan judul penelitian “Upaya Meningkatkan Keterampilan Guru dalam penerapan 

pembelajaran saintifik melalui kegiatan bimbingan dan pelatihan di TK Negeri Pembina

03 Rasanae Barat Kota Bima” maka yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian

tindakan sekolah ini adalah “Bimbingan dan pelatihan dapat meningkatkan

Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Saintifik di TK Negeri Pembina 03

Rasanae Barat Kota Bima“.


23

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat dimana suatu penelitian dilaksanakan guna

memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di TK Negeri Pembina 03

Rasanae Barat Kota Bima.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini

dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun

pelajaran 2017/2018.

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima

dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 7 orang guru.

A. Rancangan Penelitian Tindakan Sekolah

Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka

penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart

(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang

berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation

(pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah

perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk

pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan


24

yang diperoleh dari hasil observasi awal tentang kemampuan guru dalam melaksanakan

penelitian tindakan kelas ( PTK ).

Gambar 3.1: Siklus PTK Menurut Kemmis dan Taggart

C. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Lembar Observasi forum diskusi kelompok kecil

2. Lembar observasi KBM.

3. Lembar Observasi Kegiatan penelitian tindakan kelas

D. Teknik pengumpulan data

Pengertian Bimbingan Teknis Sebagaimana diketahui pendidikan dan pelatihan

(diklat) maupun bimbingan teknis (bimtek), merupakan bagian pelatihan dan

pengembangan pengetahuan serta kemampuan sumber daya manusia yang dapat

digunakan memecahkan masalah yang dihadapi oleh setiap individu maupun instansi

tertentu. Sehingga dengan mengikuti diklat dan Pelatihan dan Bimbingan diharapkan
25

setiap individu maupun instansi tertentu, baik swasta maupun lembaga pemerintahan,

dapat mengambil sebuah manfaat dengan berorientasi pada Ketrampilan . Menghadapi

kenyataan bahwa semakin tingginya tingkat kompetensi yang dibutuhkan, maka

tentunya pendidikan pelatihan pengembangan sumber daya manusia ataupun Pelatihan

dan Bimbingan telah menjadi sebuah kebutuhan untuk individu, instansi, ataupun

lembaga pemerintahan Dalam usaha meningkatkan Pelatihan dan Bimbingan selalu

dikaitkan dengan personal sekolah terutama guru, setelah mengikuti suatu Pelatihan dan

Bimbingan diharapkan agar ada peningkatan terutama guru itu sendiri. Peningkatan ini

kiranya akan tercermin dengan adanya perubahan yang terjadi pada guru tersebut.

Tujuan Bimbingan Teknis ini adalah (1) Meningkatkan pemahaman Kepala

Sekolah dan guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan tupoksinya di sekolah

menyangkut persiapan, pelaksanaan evaluasi dan tindak lanjut, (2) Meningkatkan

wawasan keilmuan dan kemampuan pengembangan staf, (3) Menunjang upaya

Pengawas Sekolah Dasar dalam rangka memantapkan pelaksanaan program kelompok

kerja guru di sekolahnya. Tujuan Khusus (1) Mengidentifikasi guru yang perlu ditatar

(2) Menentukan skala prioritas kebutuhan guru, (3) Memilih kegiatan sekolah yang

mengacu kepada sistem KKG, (4) Mendesain Pelatihan dan Bimbingan di sekolah

untuk menunjang KKG, (5) Memilih metode yang tepat dalam melaksanakan Pelatihan

dan Bimbingan di sekolah, (6) Mengatur jadwal kegiatan Pelatihan dan Bimbingan di

sekolah tanpa mengganggu intra kurikuler.

Langkah-langkah Kegiatan Bimbingan Teknis (1) Persiapan: (a) Mengidentifi-

kasi kebutuhan peserta, (b) Menetapkan peserta Pelatihan dan Bimbingan di

sekolah/Peserta Pelatihan dan Bimbingan adalah guru atau (c) Menetapkan tujuan
26

umum, (d) Menjabarakan tujuan umum ke dalam tujuan khusus, (e) Menetapkan waktu

yang diperlukan, (f) Menetapkan metode, (g) Menyediakan sumber-sumber

(Resources). (2) Pelaksanaan. Agar pelaksanaan Pelatihan dan Bimbingan dapat

berjalan dengan lancar, maka semua materi dan aspek kegiatan sudah disiapkan oleh

peneliti. Sedangkan pelaksanaan Pelatihan dan Bimbingan meliputi/mencakup kegiatan

sebagai berikut: (1) pembukaan. Pelaksanaan Pelatihan dan Bimbingan dimulai dengan

upacara pembukaan yang materi acaranya telah disusun dalam persiapan sesuai dengan

keadaan setempat. (2) Melakukan pemantauan antara lain terhadap : (a) Persiapan (b)

Ketetapan waktu dalam pelaksanaan (c) Hambatan-hambatan yang mungkin ada (d)

Ketetapan materi dengan metode pendekatan/serta resource yang disempurnakan. (e)

Respon peserta dan suasana Pelatihan dan Bimbingan (3). Jurnal kegiatan Untuk

mengetahui sejauh mana program Pelatihan dan Bimbingan sudah dilaksanakan, maka

diadakan pemantauan terhadap jalannya Pelatihan dan Bimbingan itu. Oleh karena itu

diperlukan jurnal kegiatannya yang berisi catatan-catatan antara lain sebagai berikut: (a)

kegiatan yang telah dilaksanakan (b) kegiatan yang belum dilaksanakan (c) hambatan

dalam kegiatan (d) faktor pendukung dalam kegiatan (e) dampak lain yang timbul

selama melaksanakan kegiatan. (4). Evaluasi. Tes dilaksanakan untuk mengukur

keberhasilan penatar dalam bimtek. (5). Upacara penutupan Pelatihan dan Bimbingan

berakhir dengan suatu upacara penutupan yang sudah diprogramkan. Diharapkan dan

bagaimana efektifitas serta kualitas program Pelatihan dan Bimbingan .

Fraenkel and Wallen (2000:115) menyatakan bahwa data adalah informasi yang

didapat dari subjek penelitian, data tersebut dapat berupa angka dan gambaran
27

kenyataan yang ada di lapangan (Arikunto, 2002:96). Metode pengumpulan data

tersebut dibahas secara ditail sebagai berikut :

1. Metode Angket

Pengertianya seperti yang dikemukakan oleh Prof. H.M Sugiyono Adalah suatu

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan

atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Angket merupakan daftar pertanyaan tertulis diisi dengan keadaan yang

sebenarnya. Teknik pengumpulan data angket ini dipergunkan untuk memperoleh data

tentang kemampuan Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Saintifik

Sebagai responden dalam angket ini adalah guru, yang dimungkinkan mengetahui

Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Saintifik. Adapun jenis angket yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu dipandang dari cara menjawab, maka memakai

kuesioner tertutup karena peneliti sudah menyediakan jawaban. Dipandang dari cara

menjawab, maka memakai kuesioner langsung karena responden menjawab tentang

dirinya, bukan orang lain, dan angket yang digunakan angket tiap pilihan

2. Observasi

Observasi adalah kegiatan pencatatan sistematis dan pengamatan terhadap

sebuah fenomena tertentu. Menurut Hadi (2002:136), observasi adalah pengambilan

data melalui pengamatan langsung dalam penelitian. Dalam penelitian ini, obsevasi

dilaksanakan di tiap siklus untuk memperoleh data partisipasi guru di kelas.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan tertulis yang berisi pernyataan tertulis yang disusun

seseorang berdasarkan atas serangkaian kegiatan. Arikunto (2002:206) menyatakan


28

bahwa dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berupa catatan, transkrip,

buku, koran, majalah, foto dll. Dalam peneliitan ini dokument yang diambil adalah foto

kegiatan guru di kelas baikdalam pelaksanaan Penelitian tindakan kelas maupun pada

saat pelaksanaan forum diskusi kelompok kecil.

E. Teknik Analisa data

Untuk megolah data yang telah terkumpul, memerlukan strategi analisis data

yang tepat. Hal tersebut dilakukan sehubungan dengan kemampuan penulis untuk

mengolah data yang ada dan jenis data yang dapat diperoleh. Dalam penelitian ini

teknik yang digunakan adalah secara statistik. Adapun rumus statistik sebagai berikut :

1. Untuk analisis angket digunakan rumus statistik rata rata

2. Untuk lembar observasi

a. Lembar observasi Keterampilan Guru Dalam

Penerapan Pembelajaran Saintifik digunakan rumus sebagai berikut:

X
% x100%
X
b. Lembar observasi Upaya Kepala Sekolah

Melakukan Bimbingan dan pelatihan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Saintifik

Untuk menghitung lembar observasi kegiatan Bimbingan dan pelatihan Guru

Dalam Penerapan Pembelajaran Saintifik digunakan rumus sebagai berikut:

X
% x100%
X

F. Indikator Keberhasilan
29

Upaya kepala sekolah melaksanakan Bimbingan dan pelatihan dalam rangka

meningkatkan ketrampilan guru dalam penerapan pembelajaran saintifik ini dikatakan

berhasil dan berkualitas apabila setidak-tidaknya sebagian besar (85%) peserta secara

aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses Bimbingan dan pelatihan.
30

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

SIKLUS 1

1. Perencanaan

Siklus 1 dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada hari Senin dan selasa tanggal 4

dan 5 Septmber 2017. Pada siklus 1, peneliti telah menerapkan perencanaan yang sudah

disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Pada tahap ini, peneliti telah menyusun susunan

kegiatan pada saat penerapan pelatihan yang terdiri dari perencanaan tindakan,

penerapan tindakan, pengamatan tindakan, dan penilaian pengamatan. Dalam siklus

pertama hanya membutuhkan 1 pertemuan yang difokuskan untuk penyampaian

pengenalan tentang karakter dan susunan penelitian tindakan kelas.

Untuk mendapat hasil yang maksimal dalam penelitian, peneliti sudah

menyiapkan beberapa kegiatan sebelum menerapkan penelitian. Kegiatan tersebut

meliputi pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, penyediaan materi ajar,

penyediaan alat evaluasi.

1) Pelaksanaan Pelatihan dan Bimbingan

Peneliti menyiapkan materi dari berbagai sumber yang dibutuhkan untuk

memberikan materi pada pelatihan guru dalam Pelatihan dan Bimbingan diantara

materi tersebut yaitu: (a) Hakikat Model Pembelajaran Saintifik, (b) Tujuan Model

Pembelajaran Saintifik, (c) Teori yang Mendasari Model Pembelajaran Saintifik, (d)

Model-Model Pembelajaran Terpadu, (e) Prinsip-Prinsip Pengembangan Model


31

Pembelajaran Saintifik, dan (f) Prosedur Penerapan Model Pembelajaran Saintifik

dalam Pembelajaran.

2) Penyediaan Alat Evaluasi

Dalam tahap ini, peneliti menyiapkan alat evaluasi/observasi berupa instrument

untuk mengetahui aktivutas peserta dalam kegiatan Pelatihan dan Bimbingan dan

Ketrampilan guru dalam kelas menerapkan KBM berbasis pembelajaran saintifik.

3) Penyediaan Konsultasi

Agar komunikasi berjalan, peneliti telah menyediakan media konsultasi dengan

WA untuk mewadahi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru selama proses proses

Pelatihan dan Bimbingan dalam menerapkan pembelajaran saintifik.

Secara singkat tahap ini kegiatan yang dilaksanakan adalah:

a. Menyusun rencana kegiatan Pelatihan dan Bimbingan pada guru dalam

menerapkan pembelajaran saintifik guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat

Kota Bima.

b. Melaksanakan kegiatan Pelatihan dan Bimbingan pada guru dalam

menerapkan pembelajaran saintifik guru di TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat

Kota Bima.

c. Menyiapkan bahan instrument pengamatan (observasi) untuk mengumpulkan

data tentang aktivitas saat kegiatan Pelatihan dan Bimbingan pada guru dalam

menerapkan pembelajaran saintifik dan pengamatan terhadap Ketrampilan guru

dalam kelas dalam menerapkan pembelajaran saintifik pada guru TK Negeri

Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima.

2. Pelaksanaan (action)
32

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah selaku peneliti terdiri

yaitu melaksana kegiatan Pelatihan dan Bimbingan terhadap guru baik dalam

memberikan materi maupun Pelatihan dan Bimbingan pada guru baik saat pelatihan

maupun ketika menerapkan pembelajaran saintifik di kelas dalam kegiatan KBM.

3. Observasi dan Evaluasi

Aspek-aspek yang diamati untuk mengetahui bagaimana upaya Kepala Sekolah

Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan pembelajaran saintifik melalui

Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada Guru TK Negeri Pembina 03

Rasanae Barat Kota Bima ini berupa: (a) melakukan observasi/evaluasi terhadap

aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah, dan (b) melakukan

observasi/evaluasi ketika guru menerapkan pembelajaran saintifik di kelas dalam

kegiatan KBM. Observasi/evaluasi pada siklus I akan dijleaskan lebih lanjut.

a. Observasi/evaluasi terhadap aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan Pelatihan

dan Bimbingan oleh kepala sekolah

Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus dibekali dengan materi (a) Hakikat

Model Pembelajaran Saintifik, (b) Tujuan Model Pembelajaran Saintifik, (c) Teori yang

Mendasari Model Pembelajaran Saintifik, (d) Model-Model Pembelajaran Terpadu, (e)

Prinsip-Prinsip Pengembangan Model Pembelajaran Saintifik, dan (f) Prosedur

Penerapan Model Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran.

Dalam hal ini Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah sebagai pembina

dan pembimbing para guru tentu sangat dibutuhkan, disitulah orgensinya penelitian

tindakan sekolah ini dilakukan. Wujud dari Pelatihan dan Bimbingan sebagai upaya

Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Menerapkan pembelajaran saintifik pada Guru


33

TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima ini dapat lihat pada data hasil

observasi pada table 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Observasi/evaluasi terhadap aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan
oleh kepala sekolah pada TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima
Siklus 1 Tahun Pelajaran 2017/2018

Skor
No Kegiatan Uraian
1 2 3 4
1 Persiapan 1. Melakukan Pertemuan awal      
dengan guru √
2. Membentuk Tim kerja/ panitia   √    
3. Membuat SK panitia     √  
4. Menyusun panduan kegiatan     √
Latihan dan Bimbingan  
5. Membuat undangan     √  
6. Menentukan Instruktur     √  
2 Pelaksanaan 7. Menetapkan Waktu     √
pelaksanaan  
8. Menentukan Tempat kegiatan     √  
9. Menentukan jumlah Peserta     √  
10. Menggunakan metode dalam     √
kegiatan Latihan dan
Bimbingan  
11. Menetapkan Narasumber   √ √  
12. Menentukan materi kegiatan   √ √  
13. Membuat jadwal kegiatan     √  
14. Melakukan     √
monitoring/observasi/evaluasi  
15. Melakukan refleksi     √  
16. Membuat tindak lanjut untuk     √
siklus kedua  
Jumlah 0 6 45 4
Total 55      
Persentase 72,37      
Skor Masimal 76      

Berdasarkan data pada tabel 4.1 di atas hasil observasi/evaluasi terhadap

aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-guru TK

Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima Siklus 1 Tahun Pelajaran 2017/2018
34

masih sangat kurang. Berdasarkan observasi guru senior sebagai kolaborator peneliti

nampak persentase ketercapaiannya baru mencapai 72,37%.

Observasi/evaluasi terhadap Ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran

saintifik /kegiatan KBM di kelas.

Hasil observasi dan penilaian terhadap Ketrampilan guru dalam menerapkan

pembelajaran saintifik / kegiatan KBM di kelas dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil Observasi/evaluasi terhadap Ketrampilan guru dalam menerapkan


pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas

Skor
No Komponen Kegiatan
1 2 3 4
1 Kegiatan Pembukaan √
2 Kegiatan Inti √
3 Kegiatan Penutup √
4 Penguasaan Materi √
5 Pemilihan dan Penggunaan Metode √
6 Menerapkan Pendekatan Saintifik (5M) √
7 Penggunaan Bahasa √
8 Pemilihan dan Penggunaan Alat-alat Peraga √
9 Respon Anak Didik √
10 Cara Memotivasi Anak √
11 Pelaksanaan Penilaian √
12 Kesesuaian Bahan dengan Waktu √
13 Pengorganisasian Kelas √
14 Pelaksanaan Bimbingan Terhadap √
15 Kesulitan Belajar dan Bermain Anak √
16 Penguasaan Kelas √
17 Keterkaitan Materi dengan tema/sub tema √
18 Buku Pedoman Guru √
  Jumlah 1 6 51 16
  Total 99
  Skor Masimal 72
  Total Perolehan 104
35

Skor
No Indikator Penilaian
1 2 3 4
5 Identitas Mata Pelajaran       4
6 Perumusan Indikator     3  
7 Perumusan Tujuan Pembelajaran       4
8 Pemilihan Materi Ajar       4
9 Pemilihan Sumber Belajar     3  
10 Pemilihan Media Belajar     3  
11 Model Pembelajaran saintifik , saintifik     3  
12 Langkah-langkah Pembelajaran     3  
13 Penilaian     3  
  Kegiatan Pendahuluan        
14 Orientasi, Apersepsi, dan Motivasi   2    
  Kegiatan Inti        
15 Penguasaan Materi Pelajaran     3  
16 Penerapan Strategi Pembelajaran yang     3  
Mendidik
17 Penerapan pendekatan pembelajaran saintifik     3  
(pendekatan berbasis proses keilmuan)
18 Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam     3  
Pembelajaran
19 Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran     3  
20 Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat   2    
21 Penutup pembelajaran     3  
22 Kesesuaian dengan RPP     3  
  Penilaian oleh guru        
23 Penilaian sikap     3  
24 Penilaian pengetahuan     3  
  Jumlah 1 6 51 16
  Total 74 
  Persentase 71,15 
  Skor Masimal 72 

Berdasarkan data pada table 4.2 di atas Ketrampilan guru dalam menerapkan

pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas pada guru TK Negeri Pembina 03

Rasanae Barat Kota Bima berdasarkan observasi guru senior selaku kolaborator dalam

penelitian ini persentase ketercapaiannya baru mencapai 71,15%. Artinya kemampuan


36

guru menerapkan pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas masih belum optimal

dan memuaskan.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil obsevasi/penilaian yang dilakukan teman sejawat (guru

senior) bahwa pengetahuan Guru tentang Pembelajaran saintifik pada siklus 1 masih

sangat kurang dengan persentase ketercapaiannya baru mencapai ketuntasan sesuai

dengan indkator yang ditetapkan yaitu 75% guru telah menerapkan pembelajaran

saintifik. Upaya kepala sekolah meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan

Pembelajaran saintifik melalui Pelatihan dan Bimbingan pada Guru TK Negeri

Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima berdasarkan observasi guru senior sebagai

kolaborator peneliti persentase keterca-paiannya aspek aktivitas kegiatan Pelatihan dan

Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat

Kota Bima Siklus 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 masih sangat kurang. Berdasarkan

observasi guru senior sebagai kolaborator peneliti nampak persentase ketercapaiannya

baru mencapai 72,37%. Beberapa indicator yang belum optimal dilakukan oleh kepala

sekolah selaku peneliti yaitu belum optimal melakukan kesepakatan dengan guru yang

menjadi sasaran Pelatihan dan Bimbingan, masih belum optimal melaukan pengkajian

dan membimbing guru dalam menyusun program pembelajaran sesuai dengan

pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013, serta belum serius menggali berbagai

kendala berkenaan dengan konsep kurikulum 2013 dalam penyusunan program,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

Aspek kedua menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini Ketrampilan guru

dalam menerapkan pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas pada guru TK


37

Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima berdasarkan observasi guru senior selaku

kolaborator dalam penelitian ini persentase ketercapaiannya baru mencapai 71,15%.

Beberapa hal yang belum optimal tersebut adalah penerapan pendekatan pembelajaran

saintifik (pendekatan berbasis proses keilmuan), pemilihan sumber belajar, pemilihan

media belajar model pembelajaran saintifik dan saintifik, langkah-langkah

pembelajaran orientasi, apersepsi, dan motivasi penerapan pendekatan pembelajaran

saintifik (pendekatan berbasis proses keilmuan), pemanfaatan sumber belajar/media

dalam pembelajaran penggunaan bahasa yang benar dan tepat, penilaian keterampilan

dan penilaian oleh siswa.

Berdasarkan temuan penelitian pada siklus I baik aspek aktivitas kegiatan

Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-guru TK Negeri Pembina 03

Rasanae Barat Kota maupun aspek Ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran

saintifik /kegiatan KBM di kelas pada guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota

Bima berdasarkan observasi guru senior selaku kolaborator dalam penelitian ini

persentase ketercapaiannya masih belum mencapai target indicator Ketrampilan yang

telah ditetapkan yaitu dikatakan berhasil apabila Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala

sekolah dan Ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran saintifik di kelas

setidak-tidaknya mencapai 85%. Untuk itu perlu dilanjutkan pada siklus II.
38

SIKLUS 2

1. Perencanaan

Siklus 2 dilaksanakan selama 4 hari yaitu pada hari Seninsampai Kamis tanggal

9 sd 12 Oktober 2017. Pada tahap ini, peneliti telah menyusun susunan kegiatan pada

saat penerapan pelatihan yang terdiri dari perencanaan tindakan, penerapan tindakan,

pengamatan tindakan, dan penilaian pengamatan. Dalam siklus membutuhkan 2

pertemuan yang difokuskan untuk penyampaian Prosedur Penerapan Model

Pembelajaran Saintifik dalam Pembelajaran termasuk menyusun RPP dan

mendampingi guru dalam menerapkan pembelajaran saintifik dalam kelas.

Untuk mendapat hasil yang maksimal dalam penelitian, peneliti sudah

menyiapkan beberapa materi kegiatan dan mendampingi guru dalam pembuatan rencana

pelaksanaan pembelajaran, penyediaan materi ajar, dan penyediaan alat evaluasi. Tahap

perencanaan pada siklus II peneliti benar-benar mendampingi guru dalam penerapan

pembelajaran saintifik dalam kelas dengan perincian sebagai berikut.

a) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan pada siklus I.

b) Merancang perbaikan untuk proses pembelajaran pada siklus II berdasarkan refleksi

siklus I.

c) Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPPM/RPPH) pada pembelajaran

saintifik .

d) Menyususn lembar kerja siswa.

e) Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses

pembelajaran.
39

f) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama

pembelajaran berlangsung.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Tahap Orientasi

1) Guru mengkondisikan siswa agar siap melaksanakan proses pembelajaran.

2) Guru mengajak siswa untuk berdo’a secara bersama dan mengecek kehadiran

siswa.

3) Guru merangsang dan mengajak siswa untuk berfikir memecahkan masalah.

4) Guru menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai

oleh siswa.

5) Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada pertemuan kali

ini dengan model pembelajaran inkuiri.

6) Guru menjelaskan pentingnya topik untuk memotivasi belajar siswa.

b. Tahap Merumuskan Masalah

1) Guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sebuah arahan pada siswa

berupa video dan gambar yang di tayangkan agar siswa mengamati maksud dari

pembelajaran tema hari ini.

2) Siswa dengan bimbingan guru mencari masalah-masalah yang berkaitan pada

video dan gambar yang ditayangkan.

3) Siswa mengetahui terlebih dahulu konsep-konsep dalam permasalahan akan

dipelajari saat ini.

c. Tahap Mengajukan Hipotesis


40

1) Guru mengajukan berbagai pertanyaan yang berkaitan dengan rumusan masalah

yang sudah ditentukan oleh siswa.

2) Dari jawaban atas pertanyaan yang diajukan, siswa merumuskan berbagai

perkiraan kemungkinan jawaban dari permasalahan yang dikaji.

d. Tahap Mengumpulkan Data

1) Siswa membaca sebuah teks.

2) Siswa bersama guru mengidentifikasi isi teks tersebut dengan melakukan tanya

jawab.

3) Guru membuat kelompok pada siswa yaitu 6 kelompok terdiri 4 orang siswa.

4) Pada tiap kelompok untuk mencari sebuah informasi dalam rumusan masalah.

5) Siswa mengamati dalam memilih gambar-gambar yang berkaitan dengan rumusan

masalah yang telah ditentukan.

e. Tahap Menguji Hipotesis

1) Guru mengarahkan siswa untuk menyampaikan hasil kelompoknya secara

bergantian.

2) Siswa menyampaikan hasil masisng-masing diskusi kelompoknya secara

bergantian.

3) Siswa dalam forum diskusi kelas menguji hipotesis dengan mencari tingkat

keyakinan atas jawaban yang diberikan dan mengembangkan kemampuan berpikir

serta data yang ditemukannya.

f. Tahap Merumuskan Kesimpulan

1) Guru menunjukkan pada siswa mana data yang relevan


41

2) Siswa bersama guru menyususn pernyataan yang terbaik dari jawaban

atas masalah yang dibahas.

3) Siswa bersama guru mengakhiri pelajaran dengan berdo’a

3. Tahapan Pengamatan/observasi/evaluasi

 Observasi/evaluasi terhadap aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala


sekolah pada TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima Pada siklus II

Hasil Observasi/evaluasi terhadap aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan

oleh kepala sekolah terhadap guru-guru di TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota

Bima Pada siklus II dapat lihat pada data hasil observasi pada table 4.3.

Tabel 4.3 Hasil Observasi/evaluasi terhadap aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan
oleh kepala sekolah pada TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima
Siklus 2 Tahun Pelajaran 2017/2018

Skor
No Kegiatan Uraian
1 2 3 4
1 Persiapan 4. Melak
ukan Pertemuan awal dengan
guru √
5. Memb
entuk Tim kerja/ panitia √
6. Memb √
uat SK panitia
7. Menyu √
sun panduan kegiatan Latihan
dan Bimbingan
8. Memb √
uat undangan
9. Menen √
tukan Instruktur
2 Pelaksanaan 10. Menet √
apkan Waktu pelaksanaan
11. Menen √
tukan Tempat kegiatan
12. Menen
tukan jumlah Peserta √
13. Mengg √
unakan metode dalam kegiatan
Latihan dan Bimbingan
42

Skor
No Kegiatan Uraian
1 2 3 4
14. Menet √
apkan Narasumber
15. Menen √
tukan materi kegiatan
16. Memb √
uat jadwal kegiatan
17. Melak √
ukan
monitoring/observasi/evaluasi
18. Melak √
ukan refleksi
19. Memb √
uat tindak lanjut untuk siklus
kedua
Jumlah 0 0 13 60
Total 73 
Persentase 96,05 
Skor Masimal 64
5.

Berdasarkan data pada tabel 4.3 di atas hasil observasi/evaluasi terhadap

aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-guru TK

Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima Siklus II Tahun Pelajaran 2017/2018

mencapai persentase 96,05 artinya sudah di atas indicator Ketrampilan yang telah

ditetapkan sebesar 85%.

 Observasi/evaluasi terhadap Ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran


saintifik /kegiatan KBM di kelas Siklus II

Hasil observasi dan penilaian terhadap Ketrampilan guru dalam menerapkan

pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Hasil Observasi/evaluasi terhadap Ketrampilan guru dalam menerapkan


pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas

Skor
No Komponen Kegiatan
1 2 3 4
1 Kegiatan Pembukaan     √  
43

2 Kegiatan Inti       √
3 Kegiatan Penutup     √
4 Penguasaan Materi       √
5 Pemilihan dan Penggunaan Metode       √
6 Menerapkan Pendekatan Saintifik (5M)       √
7 Penggunaan Bahasa       √
8 Pemilihan dan Penggunaan Alat-alat Peraga       √
9 Respon Anak Didik       √
10 Cara Memotivasi Anak       √
11 Pelaksanaan Penilaian       √
12 Kesesuaian Bahan dengan Waktu       √
13 Pengorganisasian Kelas       √
14 Pelaksanaan Bimbingan Terhadap       √
15 Kesulitan Belajar dan Bermain Anak       √
16 Penguasaan Kelas       √
17 Keterkaitan Materi dengan tema/sub tema       √
18 Buku Pedoman Guru       √
  Jumlah
  Total 99
  Skor Masimal 95,19
  Total Perolehan 104

Berdasarkan data pada table 4.4 di atas Ketrampilan guru dalam menerapkan

pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas pada guru TK Negeri Pembina 03

Rasanae Barat Kota Bima berdasarkan observasi guru senior selaku kolaborator dalam

penelitian ini persentase ketercapaiannya mencapai 95,19%. Artinya kemampuan guru

menerapkan pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas sangat tinggi dan

melampaui di atas indikator Ketrampilan yaitu 85%.

4. Refleksi

Temuan penelitian pada siklus II menujukkan bahwa baik hasil aktivitas

kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah maupun Ketrampilan guru

dalam menerapkan pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas sudah mencapai

indikator Ketrampilan yang telah ditetapkan sebesar 85%. Hal ini dibuktikan untuk
44

indikator aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-

guru mencapai persentase 96,05% dan indikator Ketrampilan guru dalam menerapkan

pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas persentase ketercapaiannya mencapai

95,19%. Artinya kemampuan kepala sekolah dalam mendampingi guru-guru dalam

menerapkan pembelajaran saintifik dan Ketrampilan guru dalam menerapkan

pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas sudah dilakukan dengan optimal dan

telah mencapai indikator Ketrampilan yang telah ditetapkan sebesar 85%.

Berdasarkan temuan penelitian pada siklus II baik aspek aktivitas kegiatan

Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-guru TK Negeri Pembina 03

Rasanae Barat Kota maupun aspek Ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran

saintifik /kegiatan KBM di kelas pada guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota

Bima berdasarkan observasi guru senior selaku kolaborator dalam penelitian ini

persentase ketercapaiannya sudah mencapai target indicator Ketrampilan yang telah

ditetapkan yaitu dikatakan berhasil apabila Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala

sekolah dan Ketrampilan guru dalam menerapkan yaitu 85% sedangkan capai pada

siklus II di atas indicator tersebut untuk itu tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus III.

B. Pembahasan

Berdasarkan refleksi dan penialain pada siklus 2 bahwa aktivitas kegiatan

Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-guru mencapai persentase

96,05% dan indicator Ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran saintifik

/kegiatan KBM di kelas persentase ketercapaiannya mencapai 95,19%. Artinya

kemampuan kepala sekolah dalam mendampingi guru-guru dalam menerapkan

pembelajaran saintifik dan Ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran saintifik


45

/kegiatan KBM di kelas sudah dilakukan dengan optimal dan telah mencapai indikator

Ketrampilan yang telah ditetapkan sebesar 85%. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya

kenaikan persentase keberhasilan dari siklus I ke siklus II untuk aspek Pelatihan dan

Bimbingan oleh kepala sekolah dari 72,37% pada siklus I meningkat menjadi 96,05%

pada siklus II atau terjadi kenaikan 23,68%. Semantera Ketrampilan guru menerapkan

pembelajaran saintifik di kelas juga mengalami peningkatan dari 71,15% pada siklus I

meningkat menjadi 95,19% pada siklus II dengan kenaikan 24,04%. Perubahan tersebut

dapat dilihat pada ringkasan tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4 Aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah dan
Ketrampilan guru menerapkan pembelajaran (KBM) saintifik pada Guru-
Guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima
tahun pelajaran 2017/2018 Tiap Siklus

No Aspek Perhatian Siklus I Siklus II Kenaikan


1 Aktivitas kegiatan Pelatihan dan 72,37 96,05 23,68
Bimbingan oleh kepala sekolah
2 Ketrampilan guru menerapkan 71,15 95,19 24,04
pembelajaran (KBM) saintifik di
kelas

Grafik berikut ini memperlihatkan perubahan upaya kepala sekolah

meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran saintifik melalui

Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada Guru TK Negeri Pembina 03

Rasanae Barat Kota Bima Tahun Pelajaran 2017/2018 dari siklus I ke siklus II.
46

Gambar 4.1 Grafik Upaya Kepala Sekolah Meningkatkan Kemampuan Guru


dalam Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas dengan melalui
Pelatihan dan Bimbingan pada Guru TK Negeri Pembina 03
Rasanae Barat Kota Bima Siklus I dan II

Berdasarkan data di atas terjadi peningkatan dari siklus I ke siklus II.

Peningkatan ini terjadi karena hasil penemuan dari kelemahan siklus I telah dijadikan

acuan untuk peningkatan Pelatihan dan Bimbingan pada siklus II.

Pembelajaran yang baik dilaksanakan secara sistematis dan berkesinambungan.

Kegiatan pembelajaran dirancang mengikuti prinsipprinsip pembelajaran, keluasan

muatan/materi, pengalaman belajar, tempat dan waktu belajar, alat/sumber belajar,

model pembelajaran dan cara penilaian. Kualitas pembelajaran dapat diukur dan

ditentukan oleh sejauh mana kegiatan pembelajaran dapat mengubah perilaku anak ke

arah yang sesuai dengan tujuan kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena

itu, Guru PAUD diharapkan mampu merancang, mengembangkan, dan melaksanakan

kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, dan perkembangan

anak.

Rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat guru juga sudah menerapkan

pendekatan saintifik dan merupakan rancangan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan
47

bermain yang memfasilitasi anak dalam proses belajar. Rencana pelaksanaan

pembelajaran dibuat sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Rencana

pembelajaran harus mengacu kepada karakteristik (usia, sosial budaya, dan kebutuhan

individual) anak.

Peningkatan Ketrampilan guru dalam pembelajaran di kelas dengan menerapkan

pembelajaran saintifik diimbangi juga dengan menerapkan berbagai pendekatan

pembelajaran sesuai dengan anak TK/PAUD. Metode pembelajaran di Taman Kanak –

Kanak, seorang guru  harus dapat menggunakan metode – metode dalam pembelajaran

yang ia lakukan setiap harinya  dalam  mengajar. Metode pembelajaran  adalah cara

yang dilakukan guru untuk membelajarkan anak agar mencapai kompetensi yang

ditetapkan.

Pendekatan saintifik pada TK-PAUD dalam kurikulum 2013 merupakan proses

pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif

membangun kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan melalui tahapan

mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengomunikasikan.

Mengamati berarti kegiatan menggunakan semua indera (penglihatan,

pendengaran, penghiduan, peraba, dan pengecap) untuk mengenali suatu benda yang

diamatinya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam proses mengamati maka

semakin banyak informasi yang diterima dan diproses dalam otak anak. Contoh

dukungan yang dapat diberikan oleh guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota

Bima ketika menerapkan pendekatan saintifik fase mengamati ketika Anak-anak

mengamati pohon pisang. Bentuk Dukungan Guru di TK Negeri Pembina 03 Rasanae

Barat Kota Bima yaitu: (1) Memberi waktu yang cukup untuk mengamati (pengamatan
48

pada tahap ini ditujukan untuk mengetahui minat anak tentang pengalaman belajar yang

menarik baginya), (2) Mendorong anak menggunakan seluruh indera, (3) Mendorong

anak untuk mengamati dari berbagai sudut/arah dan bagian-bagian pohon pisang. Dan

(4) Menyediakan alat dan bahan yang menunjang pengamatan, misalnya kaca pembesar,

sarung tangan, sekop, dll.

Pendekatan saintifik yang diterapkan guru di TK Negeri Pembina 03 Rasanae

Barat Kota Bima paa tahap menanya dengan cara guru mengulang perkataan anak,

menunjukkan atau pemodelan cara bertanya. Hal ini mengembangkan kemampuan

berbahasa anak. Saat guru memenuhi semua pertanyaan anak, guru tidak perlu

menjawabnya, tetapi ajaklah anak untuk mencari jawaban ke berbagai sumber. Berikut

proses yang terjadi di kelas ketika guru menujukkan proses menanya sebagai salah satu

pendekatan saintifik di TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima.

Pertanyaan 1
Bentuk pertanyaan: Mengingat
Tujuan: menolak kembali, yang diobservasi  Contoh: - Apa yang kamu ketahui tentang
buah jambu? - Tadi bermain apa saja? - Apa yang kamu kerjakan tiap pagi?

Pertanyaan 2
Bentuk Pertanyaan : Memahami
Tujuan: Menjelaskan, menguraikan, memperkirakan
Contoh:
- Berapa Banyak?
- Apa saja isi tasmu?
- Lihat diatas sana, awan nya terlihat gelap, kira-kira apa yang akan terjadi?
Pertanyaan 3
Bentuk pertanyaan: Menerapkan
Tujuan: Menggunakan pengetahuan dengan situasi baru
Contoh:
- Apa yang kita butuhkan agar cuaca menjadi manis?
- Alat apa yang kita pakai untuk mencetak pasir ini?
Pertanyaan 4
Bentuk pertanyaan: Analisa
Tujuan: Membandingkan, mengelompokkan, membedakan, membangun, mengatasi
masalah
49

Contoh:
- Mana yang lebih berat?
- dikelompokkan sesuai warna roncean?
- Bagaimana agar timbangan ini menjadi sejajar?
- Apa yang harus kita lakukan agar tidak kehujanan?
Pertanyaan 5
Bentuk pertanyaan: Evaluasi
Tujuan: Mengkritisi, evaluasi menyatakan, menolak atau menyatakan sesuatu
Contoh:
- Apa yang terjadi bila ikan tidak memiliki sirip?
- Ibu lihat hari ini kamu sangat senang. Apa yang membuatmu senang?
- Bagaimana pendapat kamu kalau tiangnya memakai balok yang kecil?
Pertanyaan 6
Bentuk pertanyaan: Mencipta
Tujuan: Merancang, Merencanakan, Membuat, Menghasilkan
Contoh: 
- Apa yang akan kamu buat dengan mainan ini?
- Apa yang akan kamu tanyakan pada pak petani bayam?
- Bisa kamu ceritakan, apa saja yang sudah dibuat?

Menalar merupakan kemampuan meng- hubungkan informasi yang sudah

dimiliki dengan informasi yang baru diperoleh sehingga pemahaman yang lebih baik

tentang suatu hal.  Proses menalar adalah tahap ke empat dalam tahap pembelajaran

PAUD menggunakan pendekatan saintifik. Proses menalar untuk anak usia dini

menghubungkan atau mencocokkan pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan

pengalaman baru yang didapatkannya. Sepertinya pernyataan anak-anak di atas tidak

nyambung, tetapi sesungguhnya Dafa menghubungkan kangkung termasuk tumbuhan

daun dan Alifa menghubungkan binatang yang suka makan daun. Proses asosiasi dapat

terlihat saat anak mampu: (1) Menyebutkan persamaan: “Telinga kelinci panjang seperti

telinga kambing” (2) Menyebutkan perbedaan: “Tapi telinga kelinci ujungnya ke atas,

kalau telinga kamping ujungnya ke bawah.” (3) Mengelompokkan: “Kelinci itu kakinya

empat, seperti kodok, kambing, kucing, dan anjing” (4) Membandingkan: “yang

lompatnya paling cepat pastilah kanguru” (5) dan seterusnya. Bu St. Saripa Goa
50

mengajak diskusi, “Kelinci senang makan daun-daunan.” Dafa menimpali, ”kelinci suka

kangkung tidak ya.?” “ulat juga makan daun” kata Alifa Sebagian besar anak

mengalami kesulitan untuk membuat hubungan satu benda dengan benda lain atau satu

kejadian dengan kejadian lain. Guru bisa membantu membangun pemahaman anak

dengan mengajukan pertanyaan (1) Daun ini pinggirnya bergerigi seperti apa ya..?, (2)

Apabila anak menghubungkan dengan sesuatu, maka guru harus menguatkan dan

bertanya yang lebih luas lagi, misalnya: “Bu guru daunnya warna coklat seperti warna

pintu itu”. Guru bisa menguatkan: “oya … benar, terus apa lagi yang berwarna

coklat…?”

Berikut ini adalah contoh dukungan yang dapat diberikan oleh guru pada

tahapan pembelajaran PAUD yang menggunakan pendekatan saintifik. Contoh

penerapan: Anak-anak membandingkan, mengelompokkan dan melakukan pengukuran.

Dukungan Guru: (1) Memperjelas/mematangkan pengetahuan yang diperoleh anak

sesuai dengan standar pengetahuan yang seharusnya dengan berbagai cara, contohnya:

(a) Dengan membandingkan, misalnya, “Coba perhatikan kembali, apakah sama

pelepah daun pisang tunas, dengan pelepah pisang yang muda dan yang tua?” (b)

Dengan mengelompokkan, misal, “Mari kita pilah apakah semua pisangnya sudah

matang? (c “Bagaimana kita tahu kalau buah pisang itu sudah matang?”, dan (d)

Dengan melakukan pengukuran, misal, “Kira-kira berapa jengkal panjang batang daun

pisang itu? Siapa yang akan mengukurnya.” (2) Berikan penguatan atas pengetahuan

baru yang didapatkan anak agar menjadi bagian pengetahuan yang masuk ke dalam

ingatan anak.
51

Mengomunikasikan merupakan kegiatan untuk menyampaikan hal-hal yang

telah dipelajari dalam berbagai bentuk, misalnya melalui cerita, gerakan, dan

menunjukkan hasil karya berupa gambar, berbagai bentuk dari adonan, boneka dari

bubur kertas, kriya dari bahan daur ulang, dan hasil daur ulang anyaman. Proses

mengomunikasikan adalah proses yang terakhir dalam tahap pembelajaran PAUD

menggunakan pendekatan saintifik sesuai Kurikulum 2013 PAUD. Mengomunikasikan

adalah proses penguatan pengetahuan/keterampilan baru yang didapatkan anak.

Mengomunikasikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya bahasa lisan,

gerakan, hasil karya. Kalimat yang sering dilontarkan anak, misalnya: “Bu guru aku

tahu, kalau …….”. Biasanya anak menyampaikannya dengan cara menunjukkan

karyanya. “Bu guru…aku sudah membuat….”. Itu kalimat yang sering disampaikan

anak.Dukungan guru yang tepat akan menguatkan pemahaman anak terhadap konsep

atau pengetahuannya, proses berpikir kritis dan kreatifnya terus tumbuh. Sebaliknya bila

guru mengabaikan pendapat anak atau menyalahkannya maka keinginan untuk mencari

tahu dan mencoba hal baru menjadi hilang. Dukungan guru saat anak

mengomunikasikan karyanya adalah perhatian yang tulus. “Bu guru lihat…aku sudah

membuat….” contoh celoteh anak. tanggapan guru: “oya.. Bisa kamu ceritakan kepada

ibu guru..?” Untuk penguatan, guru dapat menyatakan: Kamu berhasil menyelesaikan

tugasmu dengan baik, apakah kamu mau melanjutkan dengan menambah beberapa ide

lain pada karyamu, membuat karya lain lagi atau mencoba kegiatan main yang lain..?

Contoh Dukungan Guru pada TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima Dalam

Pendekatan Saintifik Proses Mengomunikasikan. Tujuan: Anak-anak mengomunikasikan

apa yang telah mereka ketahui terkait dengan pohon pisang. Dukungan Guru: (1)
52

Memberi anak kesempatan mengomunikasikan pengetahuan baru melalui beragam cara,

misalnya: Cerita, Gambar/lukisan, Grafik, Kolase, Coretan, Puisi/lagu, Konstruksi

bangunan, Tulisan, dll, (2) Memberi kesempatan untuk menemukan ide kreatif untuk

mengembangkan/memperluas gagasannya lebih lanjut atas pengetahuan baru yang telah

diperolehnya dan dikomunikasikannya. Contoh: (a) Anak menunjukkan hasil

gambarnya, guru berkata, “Jika kamu diberi waktu lagi, apa yang akan kamu tambahkan

pada gambar pohon pisang ini?” (b) Anak menunjukkan kebun pisang yang dibuatnya

dari balok-balok, guru menemukan bahwa belum ada gubug tempat tukang kebun

beristirahat, lalu guru berkata, “Coba kita cermati, dimana tempat istirahat bagi tukang

kebun yang merawat kebun pisang ini?”


53

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Mengacu pada hasil kegiatan pelaksnaan penelitian tindakan sekolah yang telah

dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang

telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah terjadinya

kenaikan dari 72,37% pada siklus I meningkat menjadi 96,05% pada siklus II atau

terjadi kenaikan 23,68%.

2. Ketrampilan guru menerapkan pembelajaran saintifik di kelas terjadi

peningkatan dari 71,15% pada siklus I meningkat menjadi 95,19% pada siklus II

dengan kenaikan 24,04%.

3. Dari hasil yang dilakukan sebanyak dua siklus, dan berdasarkan seluruh

pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa,

Kemampuan guru menerapkan pembelajaran saintifik di kelas terjadi dapat

ditingkatkan melalui kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilaksanakan, maka disampaikan saran sebagai

berikut:

1. Diharapkan kepada Bapak/Ibu Kepala Sekolah TK khususnya di lingkungan

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Bima mencoba melakukan pembinaan

kepada guru-guru di Sekolah Binaannya dengan menggunakan teknik Pelatihan dan

Bimbingan.
54

2. Dengan dilaksanakan penelitian tindakan sekolah diharapkan mampu

menemukan dalam membantu guru dalam melaksanakan pembelajaran saintifik.

3. Hendaknya guru di TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima untuk

tetap memiliki kesungguhan dan semangat yang tinggi dalam mengikuti pembinaan

dan Pelatihan dan Bimbingan yang dilakukan oleh kepala sekolah mupun pengawas

agar kemampuan profesionalnya terus berkembang.


55

DAFTAR PUSTAKAN

Anoraga, Pandji. 1992. Psikologi Kepemimpinan. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, H.M. 2000. Kapita Selekta Pendidikan, Cet 4. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


Rineksa Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

As-Suwaida, Thariq M. & Faishal U.Basyarahil. 2006. Mencetak Pemimpin.


Jakarta : Khalifa.

Baharuddin. Januari-April 2006. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Era


Otonomi Pendidikan. Jurnal el- Harakah, Vol.63.No.1.

Burhanudin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan


Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Danim, Sudarwin. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.

Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Daryanto, H.M. 2005. Administrasi Pendidikan, Cet 3. Jakarta: Rineka Cipt.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.

Depdiknas. 2002. Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad


Ke-21. Jakarta: Tanpa Penerbit.

Djamarah,Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.

Efendi, Mukhlissan & Siti Rodliyah. 2004. Ilmu Pendidikan. Ponorogo: PPS
PRESS.

Habibah, Umi. Skripsi Peninggkatan Profesionalitas Guru dalam Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 13 Malang.

Hamalik, Oemar. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum.


Jakarta : Manar Maju.
56

Hasbullah. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo


Persada.

Ihsan, Hamdani & A. Fuad Ihsani, Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka
Setia.

Indrakusuma, Amir Daiem. 1973. Ilmu Pendidikan Sebuah Tinjauan Teoritis


Filosofis. Surabaya: Usaha Nasional.

Kartono, Kartini. 1990. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Rajawali.

Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali
Press.

Margono, S. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineksa Cipta.

Marima, Ahmad . 1987. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Al-Ma'arif.

Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung; Remaja


Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : PT. Remaja Rosda


Karya.

Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai


Lembaga Pendidikan. Jakarta:CV. Haji masagung.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008.

Nur, Muhammad. 1996. Pembelajaran Kerjasama. Surabaya. Universitas Negeri


Surabaya.

Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif: dalam Perspektif Rancangan


Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Purwanto, M.Ngalim. 1991. Administrasi Pendidikan, Cet 13. Jakarta : Mutiara


Sumber Widya.

Sahertian, Piet A. & Ida Alaida Sahertian. 1990. Supervisi Pendidikan dalam
Rangka Program Inservice Educatif, cit. JakartaRineka Cipta.

Sahertian. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta : Rineka
Cipta.
57

Sanjaya, Wina. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Kencana.

Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya Usaha Nasional

Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidian. Bandung: Sinar
Baru.

Sugiyono,prof DR 2004 metode penelitian administrasi jakarta CV Alfabet

Suharta, I.G.P. 2002. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi dalam KBK.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional, Universitas Negeri Malang,
Malang, 12 Oktober.

Umaedi, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah http/pakguruonline. Pendidi-


kan net/mpmbs, diakses 29 januari 2015),

Undang –undang Guru dan Dosen. 2010 Jakarta: Sinar Grafika.

Uno, Hamzah B. 2009. Profesi Kependidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Usman, Moch Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional, Cit. 16. Bandung :
Rosdakarya.

Wahjosumidjo. 2002. Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta :PT. Raja Grafindo


Persada.

Wijaya, Cece & Tabrani Rusyan. 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses
Belajar Mengajar,cit 3. Bandung : Rosdakarya.

Wijaya, Cece. 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
58

Lampiran 1

INSTRUMEN MONITORING PELAKSANAAN KEGIATAN

Skor
No Kegiatan Uraian
1 2 3 4
1 Persiapan 1. Melak
ukan Pertemuan awal dengan
guru
2. Memb
entuk Tim kerja/ panitia
3. Memb
uat SK panitia
4. Menyu
sun panduan kegiatan Latihan
dan Bimbingan
5. Memb
uat undangan
6. Menen
tukan Instruktur
2 Pelaksanaan 7. Menet
apkan Waktu pelaksanaan
8. Menen
tukan Tempat kegiatan
9. Menen
tukan jumlah Peserta
10. Mengg
unakan metode dalam kegiatan
Latihan dan Bimbingan
11. Menet
apkan Narasumber
12. Menen
tukan materi kegiatan
13. Memb
uat jadwal kegiatan
14. Melak
ukan
monitoring/observasi/evaluasi
15. Melak
ukan refleksi
16. Memb
uat tindak lanjut untuk siklus
kedua
Jumlah
59

Skor
No Kegiatan Uraian
1 2 3 4
Total
Persentase
Skor Masimal
60

Lampiran 2
KETRAMPILAN MENERAPKAN PENDEKATAN SAINTIFIK

Komponen Kegiatan Skor


No
1 2 3 4
1 Kegiatan Pembukaan
2 Kegiatan Inti    
3 Kegiatan Penutup    
4 Penguasaan Materi    
5 Pemilihan dan Penggunaan Metode    
6 Menerapkan Pendekatan Saintifik (5M)    
7 Penggunaan Bahasa    
8 Pemilihan dan Penggunaan Alat-alat Peraga    
9 Respon Anak Didik    
10 Cara Memotivasi Anak    
11 Pelaksanaan Penilaian    
12 Kesesuaian Bahan dengan Waktu    
13 Pengorganisasian Kelas    
14 Pelaksanaan Bimbingan Terhadap    
15 Kesulitan Belajar dan Bermain Anak    
16 Penguasaan Kelas    
17 Keterkaitan Materi dengan tema/sub tema    
18 Buku Pedoman Guru    
Jumlah
Total
Total Perolehan (skor perolehan: skor maksimal
(jumlah kompoenen x 4 = )/ 100

Anda mungkin juga menyukai