1.laporan PTS Kalisom
1.laporan PTS Kalisom
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dalam Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional nomor 20 tahun 2003 pasal 3,
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
aspek spiritual dan intelektual harus bersinergi dalam membangun bangsa dan negara.
Demikian halnya pada jalur pendidikan anak usia dini (PAUD). Terkait dengan tujuan
intelektual sebaiknya ditanamkan sejak usia dini, karena dapat membentuk karakter.
generasi yang beradab, berbudaya, cerdas spiritual dan intelektual, serta dapat bersaing
secara global.
manusia cerdas yang dapat bersaing secara global. Oleh karena itu, Indonesia harus
dapat mencetak generasi berkualitas. Generasi yang memiliki sikap, ilmu pengetahuan,
keterampilan yang unggul. Dengan demikian, sumber daya manusia yang dihasilkan
Guru harus dapat mendesain dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai kebutuhan,
menyenangkan dan menarik. Pembelajaran yang dikelola baik sesuai kebutuhan dan
karakteristik anak, dapat mengoptimalkan potensi kecerdasan jamak yang dimiliki anak
kecerdasan anak. Oleh karena itu, pemilihan metode, strategi, media dan pendekatan
dalam proses pembelajaran harus sesuai tema dan materi pembelajaran. Salah satu
pendekatan dalam proses pembelajaran anak usia dini adalah pendekatan saintifik.
dapat mengembangkan nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa, sosial
emosional dan seni. Adanya kemajuan teknologi informasi dan tantangan global yang
yang berkualitas intelektual dan spiritual. Sisi spiritual menjadi dasar manusia untuk
orang lain. Sikap-sikap tersebut tampak pada kehidupan manusia. Oleh karena itu,
3
kegiatan yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan penemuan ilmiah berkaitan
(TIMSS), kemampuan dan daya tangkap sains anak Indonesia pada tahun 2004 berada
pada peringkat ke-34 dari 38 negara. Pada kompetisi International Junior Science
Olympiade (IJSO) tahun 2006, tim Indonesia berada di peringkat keempat, di bawah
Korea Selatan, Taiwan, dan Rusia. Hal tersebut diperkuat data HDI (Human
pendidikan berkaitan dengan sikap peserta didik/ siswa berperilaku jujur dan
bertanggung jawab. Hal ini diperkuat terjadinya kasus ketidakjujuran saat melaksanakan
ujian, terdapat peserta didik/ siswa tidak disiplin dan bertanggungjawab dalam berlalu
bidang. Pendidikan merupakan salah satu bidang yang dapat mengatasi permasalahan
mengelola pendidikan harus dikelola dengan baik. Sekolah dapat dikatakan berhasil,
apabila sekolah dapat mencapai tujuan sesuai visi dan misi. Terdapat berbagai aspek
yang harus dipenuhi agar sekolah berhasil. Di samping itu, sekolah harus mencapai
delapan standar pendidikan, yaitu isi, proses, penilaian, kompetensi lulusan, pendidik/
pendidikan. Guru harus memiliki koleksi berbagai strategi dan metode mengajar. Guru
harus aktif, kreatif dan inovatif. Pembelajaran yang dikelola baik sesuai kebutuhan dan
karakteristik anak, dapat mengoptimalkan potensi kecerdasan jamak yang dimiliki anak
sejak dini. Oleh karena itu, pemilihan metode, strategi, media dan pendekatan dalam
proses pembelajaran harus sesuai tema dan materi pembelajaran. Berbagai strategi,
pendekatan dan metode dapat dipilih. Pemilihannya harus tepat sesuai materi dan tema
edukasi yang menarik yang dapat menstimulasi kecerdasan spiritual dan intelektual.
membawa konsekwensi antara lain perubahan dari model pembelajaran yang tradisional
(model dan metode pembelajaran yang lebih berpusat pada guru) ke pengembangan
model dan metode pembelajaran yang lebih berpusat kepada siswa. Hal demikian
menuntut kemampuan guru dalam merancang model pembelajaran yang lebih berpusat
kepada siswa, sesuai dengan karakteristik bidang kegiatan dan karakteristik siswa agar
mencapai hasil yang maksimal. Oleh karena itu peran guru dalam konteks pembelajaran
menuntut perubahan antara lain : (a) peranan guru sebagai penyebar informasi semakin
kecil, tetapi lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing, penasehat dan pendorong, (b)
peserta didik adalah individu-individu yang kompleks, yang berarti bahwa mereka
5
mempunyai perbedaan cara belajar sesuatu yang berbeda pula, (c) proses belajar lebih
peran guru dalam pembelajaran yaitu : (1) Cara pandang guru terhadap siswa perlu
diubah. Siswa bukan lagi sebagai obyek pempelajaran, tetapi siswa sebagai pelaku aktif
dalam proses pembelajaran. Dalam diri siswa terdapat berbagai potensi yang siap
dikembangkan. Oleh karena itu dalam konteks pembelajaran guru diharapkan mampu
memberikan dorongan kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan potensi
yang dimilikinya, (2) Guru diharapkan mampu mengajarkan bagaimana siswa bisa
sebagian kecil guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima yang telah
mengajar, dengan alasan mereka belum paham dan belum mendapatkan pelatihan
dan keterampilan kepada guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima tentang
dalam penerapan pembelajaran saintifik perlu adanya upaya yang dilakukan baik oleh
Dinas Pendidikan, pengawas Sekolah maupun Kepala Sekolah. Salah satu upaya yang
6
dapat dilakukan Kepala Sekolah dalam rangka meningkatkan keterampilan guru dalam
sekolah untuk mengetahui efektifitas kegiatan bimbingan dan pelatihan yang dilakukan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Pelatihan dan Bimbingan Di TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima tahun
2017/2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
7
Secara praktis penelitian ini adalah sebagai pedoman bagi guru untuk
Kota Bima.
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian profesional dari beberapa definisi yaitu Istilah profesional berasal dari
kata profession. Profession mengandung arti yang sama dengan kata occupation yang
memerlukan keahlian yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan khusus. Dengan
kata lain, profesi dapat diartikan sebagai suatu bidang keahlian yang khusus untuk
pandangan bahwa suatu keahlian tertentu diperlukan dalam pekerjaan tertentu yang
sama keahlian itu hanya diperoleh melalui pendidikan khusus atau latihan khusus
(Arifin, 2000:105).
dilakukan orang yang profesional. Orang yang profesional ialah orang yang memiliki
profesi sedangkan profesi itu harus mengandung keahlian. Artinya suatu program itu
mesti ditandai oleh suatu keahlian yang khusus untuk profesi itu (Ahmad Tafsir,
ditemukan sebagai berikut: Profesi adalah bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
Kata “Profesional” berasal dari kata sifat yang berarti pencaharian dan sebagai kata
benda yang berarti orang yang mempunyai keahlian, seperti guru, dokter, hakim dan
sebagainya. Dalam pengertian lain Profesional adalah Pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu
Pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh
mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh
mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan lain (Kunandar, 2009:45).
Secara formal sudah menjadi keharusan bahwa suatu pekerjaan profesi menuntut
adanya syarat-syarat yang harus dipenuhi, termasuk hal ini adalah pekerjaan sebagai
memangku pekerjaan tersebut. Di samping itu syarat tersebut dimaksudkan agar seorang
guru dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara profesional serta dapat
memberi pelayanan yang sesuai dengan harapan. Guru merupakan faktor yang dominan
di dalam kegiatan pembelajaran. Guru sebagai subyek dalam pendidikan dan sebagai
10
perencana serta pelaksana pembelajaran. Oleh karena itu, guru merupakan penentu
komitmen mereka sendiri untuk menjujung tinggi martabat kemanusiaan lebih dari pada
kepentingan dirinya sendiri (b) Mereka harus menjalani suatu persiapan profesional
dalam rangka waktu tertentu guna mempelajari dan memperoleh pengetahuan khusus
tentang konsep dan prinsip dari profesi itu sehingga statusnya ditingkatkan. (c) Selalu
harus menambah pengetahuan jabatan agar terus bertambah dalam jabatan. (d) Memiliki
kode etik jabatan. (e) Memiliki daya maupun keaktifan intelektual untuk mampu
menjawab masalah-masalah yang dihadapi dalam setiap perubahan. (f) Selalu ingin
belajar lebih dalam mengenai suatu bidang keahlian (g) Jabatannya dipandang sebagai
suatu karir hidup (h) Menjadi anggota dari suatu organisasi (Sahertian dan Ida Alaida
Sahertian, 1990:7-9). Guru sebagai profesi berarti guru sebagai pekerjaan yang
pembelajaran agar dapat melaksanakan pekerjaan tersebut secara efektif dan efisien
practice of an art found it. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa suatu
pekerjaan yang bersifat profesional memerlukan beberapa bidang ilmu yang secara
sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Atas
dasar pengertian ini, ternyata pekerjaan profesional berbeda dengan pekerjaan lainnya
11
karena suatu profesi memerlukan kemampuan dan keahlian khusus dalam menjalankan
profesinya. Dengan kata lain pekerjaan yang bersifat profesional adalah pekerjaan yang
hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan
dosen menyatakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
dikemukakan oleh Houston sebagai berikut: (a) Profesi harus dapat memenuhi
kebutuhan sosial berdasarkan atas prisip-prinsip ilmiah yang dapat diterima oleh
masyarakat dan prisipprinsip itu telah benar-benar wellestablished. (b) Harus diperoleh
melalui latihan kultural dan profesional yang cukup memadai. (c) Mengusai perangkat
ilmu pengetahuan yang sistematis dan kekhususan (spesialisasi). (d) Harus dapat
memberikan skill yang diperlukan masyarakat dimana kebanyakan orang tidak memiliki
skill tersebut yaitu skill sebagaian merupakan pembawaan dan sebagian merupakan
pelaksanaan tugas dilihat dari segi waktu dan cara kerja. (f). Harus dapat mengembang-
kan teknik-teknik ilmiah dari hasil pengalaman yang teruji. (g). Merupakan tipe
berdasrkan penampilan dan elemen waktu. (h). Merupakan kesadaran kelompok yang
12
dipolakan untuk memperluas pengetahuan yang ilmiah menurut bahasa teknisnya. (i)
Harus mempunyai kemampuan sendiri untuk tetap berada dalam profesinya selama
hidupnya dan tidak menjadikan profesinya sebagai batu loncatan keprofesi lainnya. (j)
atau melaksanakan sesuatu dengan baik (Nasution, 1975). Maksud dari pendapat
tersebut bahwa kemampuan adalah kecakapan dan potensi yang dimiliki oleh seseorang
untuk menguasai suatu keahlian yang dimilikinya sejak lahir. Kemampuan tersebut
merupakan suatu hasil latihan yang digunakan untuk melakukan sesuatu. Melalui
pendapat Chaplin di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan seseorang itu dapat
tumbuh melalui latihan-latihan yang dilakukan oleh orang itu sendiri. Keterampilan
(skill) dalam arti sempit yaitu kemudahan, kecepatan, dan ketepatan dalam tingkah laku
motorik yang disebut juga normal skill. Sedangkan dalam arti luas, keterampilan
meliputi aspek normal skill, intelektual skill, dan social skill (Vembriarto, 1981).
Keterampilan adalah pola kegiatan yang bertujuan, yang memerlukan manipulasi dan
kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan baik, cepat, dan tepat. Keterampilan akan
rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk kompetensi sikap, pengetahuan, dan
dan mengomunikasikan. Pendekatan saintifik tidak diartikan sebagai belajar sain tetapi
Pembelajaran saintifik pada anak usia dini merupakan hal yang sangat penting
saintifik mulai dikenalkan sebelum anak memasuki sekolah, bahkan anak sejak lahir.
(Eshach & Fried, 2005; Watters, Diezmann, Grieshaber, & Davis, 2000). Hal ini
informasi sebagai kunci dasar anak belajar berpikir saintis (Eshach & Fried, 2005)
sejak usia dini akan mempermudah transfer keterampilan saintifik yang mereka miliki
menjadi area akademik yang dapat mendukung prestasi akademik. Berpikir saintifik
pemecahannya, dan menghasilkan sesuatu yang inovatif dan kreatif. self-efficacy (Kuhn
& Pearsall, 2000; Kuhn & Schauble, & Garcia-Milla, 1992). PAUD yang proses
perilaku dan capaian prestasi anak. Dampak tersebut bersifat menetap hingga ke tahap
rupa agar peserta didik secara aktif membangun kompetensi sikap, pengetahuan, dan
dan mengomunikasikan. Pada anak usia dini pengenalan proses saintifik dilakukan
dengan cara melibatkan anak langsung dalam kegiatan; yakni melakukan, mengalami
1. Mengamati
indera seperti melihat, membaca buku, mendengar, menghidu, merasa, dan meraba.
Proses Mengamati Dalam Pendekatan Saintifik PAUD. Di dalam tahap atau proses
pendekatan saintifik ada 6 proses pendekatan yang dapat dilihat berikut ini dan kali ini
dan pengecap) untuk mengenali suatu benda yang diamatinya. Semakin banyak indera
yang digunakan dalam proses mengamati maka semakin banyak informasi yang
diterima dan diproses dalam otak anak. Guru berperan sebagai pengamat dan
bersama-sama di dalam atau di luar kelas. Media untuk diamati bisa apapun. Media
yang disiapkan sesuai dengan tema yang sedang dipilih. Proses mengamati penting
untuk membangun pengetahuan awal anak tentang suatu benda atau kejadian. Guru
15
disebutkan anak tadi. Proses mengamati juga untuk membangun mninat anak
Berikut ini adalah contoh dukungan yang dapat diberikan oleh guru ketika
Anak-anak mengamati pohon pisang. Bentuk Dukungan Guru: (1) Memberi waktu yang
cukup untuk mengamati (pengamatan pada tahap ini ditujukan untuk mengetahui minat
anak tentang pengalaman belajar yang menarik baginya), (2) Mendorong anak
menggunakan seluruh indera, (3) Mendorong anak untuk mengamati dari berbagai
sudut/arah dan bagian-bagian pohon pisang. Dan (4) Menyediakan alat dan bahan yang
2. Menanya
Anak mudah untuk bertanya, baik tentang objek yang telah diamati maupun hal-
hal lain yang ingin diketahui. Salah satu tahap dalam pendekatan saintifik PAUD
minat keingintahuan anak tentang suatu benda atau kejadian. Pada seorang anak senang
orang tua dan guru mematahkan rasa keingintahuan anak dengan menganggap anak
yang cerewet. Menanya sebagai proses untuk mengetahui pengetahuan baru. Guru dapat
membantu anak untuk menyusun pertanyaan yang ingin mereka ketahui. Pada tahap
dalam bentuk kalimat tanya. Cara guru mengulang perkataan anak, menunjukkan atau
guru memenuhi semua pertanyaan anak, guru tidak perlu menjawabnya, tetapi ajaklah
3. Mengumpulkan Informasi
melakukan, mencoba, mencoba, membaca buku, menanya, dan menyimpulkan hasil dari
pertanyaan yang disampaikan anak ditahap menanya, (2) Mengumpulkan data dapat
hari dengan cara yang berbeda, (3) Mengumpulkan data dapat berasal dari berbagai
4. Menalar
dengan informasi yang baru diperoleh sehingga pemahaman yang lebih baik tentang
suatu hal. Proses menalar adalah tahap ke empat dalam tahap pembelajaran PAUD
5. Mengomunikasikan
telah dipelajari dalam berbagai bentuk, misalnya melalui cerita, gerakan, dan
menunjukkan hasil karya berupa gambar, berbagai bentuk dari adonan, boneka dari
17
bubur kertas, kriya dari bahan daur ulang, dan hasil daur ulang anyaman. Proses
a. Definisi Pelatihan
karena itu, proses ini terikat dengan berbagai tujuan organisasi, pelatihan dapat
dipandang secara sempit maupun luas. Secara terbatas, pelatihan menyediakan para
pegawai dengan pengetahuan yang spesifik dan dapat diketahui serta keterampilan yang
digunakan dalam pekerjaan mereka saat ini. Terkadang ada batasan yang ditarik antara
pelatihan dengan pengembangan, dengan pengembangan yang bersifat lebih luas dalam
cakupan serta memfokuskan pada individu untuk mencapai kemampuan baru yang
bagian dari investasi SDM (human investment) untuk meningkatkan kemampuan dan
jabatan, diberikan dalam waktu yang relatif pendek, untuk membekali seseorang dengan
keterampilan kerja.
Ketrampilan pegawai dalam pekerjaannya sekarang atau dalam pekerjaan lain yang
Ivancevich (2008) mengemukakan sejumlah butir penting yang diuraikan di bawah ini:
Pelatihan (training) adalah “sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja
Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan
baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk
meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru
ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan
yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya.
b. Tujuan Pelatihan
sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, (2) untuk
terdiri dari: (1) Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat
di ukur, (2) Para pelatih (trainer) harus ahlinya yang berkualitas memadai (profesional),
(3) Materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak
di capai, dan (4) Peserta pelatihan dan pengembangan (trainers) harus memenuhi
Secara umum ada tiga tahap pada pelatihan yaitu tahap penilaian kebutuhan, tahap
pelaksanaan pelatihan dan tahap evaluasi. Atau dengan istilah lain ada fase perencanaan
(2) menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; (3) menetapkan kriteria keberhasilan
dengan alat ukurnya; (4) menetapkan metode pelatihan; (5) mengadakan percobaan (try
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelatihan adalah proses mengajarkan
Menurut Prayitno & Erman Amti (2004) Bimbingan adalah proses pemberian
bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang
individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa agar orang-orang yang dibimbing
kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-
ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan
keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan
hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti (Winkel & Sri Hastuti 2007).
bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang
penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah (dalam hal ini termasuk madarasah),
Arthur ini amat sederhana yaitu bahwa dalam proses bimbingan ada dua orang yakni
dirinya sendiri dengan lingkungan; memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai
dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan (Winkel & Sri Hastuti
2007).
membantu konseli/klien secara tatap muka, dengan tujuan agar klien dapat mengambil
tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus (Winkel & Sri
Hastuti 2007).
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik laki-laki maupun
perempuan yang memiliki pribadi baik dan pendidikan yang memadai, kepada
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang
atau beberapa individu baik anak-anak, remaja maupun dewasa agar orang yang
D. Hipotesis Tindakan
03 Rasanae Barat Kota Bima” maka yang menjadi hipotesis tindakan dalam penelitian
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini
dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September semester ganjil tahun
pelajaran 2017/2018.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang
perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk
yang diperoleh dari hasil observasi awal tentang kemampuan guru dalam melaksanakan
C. Instrumen Penelitian
digunakan memecahkan masalah yang dihadapi oleh setiap individu maupun instansi
tertentu. Sehingga dengan mengikuti diklat dan Pelatihan dan Bimbingan diharapkan
25
setiap individu maupun instansi tertentu, baik swasta maupun lembaga pemerintahan,
dan Bimbingan telah menjadi sebuah kebutuhan untuk individu, instansi, ataupun
dikaitkan dengan personal sekolah terutama guru, setelah mengikuti suatu Pelatihan dan
Bimbingan diharapkan agar ada peningkatan terutama guru itu sendiri. Peningkatan ini
kiranya akan tercermin dengan adanya perubahan yang terjadi pada guru tersebut.
Sekolah dan guru tentang hal-hal yang berkaitan dengan tupoksinya di sekolah
kerja guru di sekolahnya. Tujuan Khusus (1) Mengidentifikasi guru yang perlu ditatar
(2) Menentukan skala prioritas kebutuhan guru, (3) Memilih kegiatan sekolah yang
mengacu kepada sistem KKG, (4) Mendesain Pelatihan dan Bimbingan di sekolah
untuk menunjang KKG, (5) Memilih metode yang tepat dalam melaksanakan Pelatihan
dan Bimbingan di sekolah, (6) Mengatur jadwal kegiatan Pelatihan dan Bimbingan di
sekolah/Peserta Pelatihan dan Bimbingan adalah guru atau (c) Menetapkan tujuan
26
umum, (d) Menjabarakan tujuan umum ke dalam tujuan khusus, (e) Menetapkan waktu
berjalan dengan lancar, maka semua materi dan aspek kegiatan sudah disiapkan oleh
sebagai berikut: (1) pembukaan. Pelaksanaan Pelatihan dan Bimbingan dimulai dengan
upacara pembukaan yang materi acaranya telah disusun dalam persiapan sesuai dengan
keadaan setempat. (2) Melakukan pemantauan antara lain terhadap : (a) Persiapan (b)
Ketetapan waktu dalam pelaksanaan (c) Hambatan-hambatan yang mungkin ada (d)
Respon peserta dan suasana Pelatihan dan Bimbingan (3). Jurnal kegiatan Untuk
mengetahui sejauh mana program Pelatihan dan Bimbingan sudah dilaksanakan, maka
diadakan pemantauan terhadap jalannya Pelatihan dan Bimbingan itu. Oleh karena itu
diperlukan jurnal kegiatannya yang berisi catatan-catatan antara lain sebagai berikut: (a)
kegiatan yang telah dilaksanakan (b) kegiatan yang belum dilaksanakan (c) hambatan
dalam kegiatan (d) faktor pendukung dalam kegiatan (e) dampak lain yang timbul
keberhasilan penatar dalam bimtek. (5). Upacara penutupan Pelatihan dan Bimbingan
berakhir dengan suatu upacara penutupan yang sudah diprogramkan. Diharapkan dan
Fraenkel and Wallen (2000:115) menyatakan bahwa data adalah informasi yang
didapat dari subjek penelitian, data tersebut dapat berupa angka dan gambaran
27
1. Metode Angket
Pengertianya seperti yang dikemukakan oleh Prof. H.M Sugiyono Adalah suatu
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
sebenarnya. Teknik pengumpulan data angket ini dipergunkan untuk memperoleh data
Sebagai responden dalam angket ini adalah guru, yang dimungkinkan mengetahui
Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Saintifik. Adapun jenis angket yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dipandang dari cara menjawab, maka memakai
kuesioner tertutup karena peneliti sudah menyediakan jawaban. Dipandang dari cara
dirinya, bukan orang lain, dan angket yang digunakan angket tiap pilihan
2. Observasi
data melalui pengamatan langsung dalam penelitian. Dalam penelitian ini, obsevasi
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah catatan tertulis yang berisi pernyataan tertulis yang disusun
bahwa dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berupa catatan, transkrip,
buku, koran, majalah, foto dll. Dalam peneliitan ini dokument yang diambil adalah foto
kegiatan guru di kelas baikdalam pelaksanaan Penelitian tindakan kelas maupun pada
Untuk megolah data yang telah terkumpul, memerlukan strategi analisis data
yang tepat. Hal tersebut dilakukan sehubungan dengan kemampuan penulis untuk
mengolah data yang ada dan jenis data yang dapat diperoleh. Dalam penelitian ini
teknik yang digunakan adalah secara statistik. Adapun rumus statistik sebagai berikut :
X
% x100%
X
b. Lembar observasi Upaya Kepala Sekolah
X
% x100%
X
F. Indikator Keberhasilan
29
berhasil dan berkualitas apabila setidak-tidaknya sebagian besar (85%) peserta secara
aktif baik fisik, mental maupun sosial dalam proses Bimbingan dan pelatihan.
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
SIKLUS 1
1. Perencanaan
Siklus 1 dilaksanakan selama 2 hari yaitu pada hari Senin dan selasa tanggal 4
dan 5 Septmber 2017. Pada siklus 1, peneliti telah menerapkan perencanaan yang sudah
disiapkan sebelumnya oleh peneliti. Pada tahap ini, peneliti telah menyusun susunan
kegiatan pada saat penerapan pelatihan yang terdiri dari perencanaan tindakan,
memberikan materi pada pelatihan guru dalam Pelatihan dan Bimbingan diantara
materi tersebut yaitu: (a) Hakikat Model Pembelajaran Saintifik, (b) Tujuan Model
Pembelajaran Saintifik, (c) Teori yang Mendasari Model Pembelajaran Saintifik, (d)
dalam Pembelajaran.
untuk mengetahui aktivutas peserta dalam kegiatan Pelatihan dan Bimbingan dan
3) Penyediaan Konsultasi
WA untuk mewadahi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh guru selama proses proses
Kota Bima.
Kota Bima.
data tentang aktivitas saat kegiatan Pelatihan dan Bimbingan pada guru dalam
2. Pelaksanaan (action)
32
Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah selaku peneliti terdiri
yaitu melaksana kegiatan Pelatihan dan Bimbingan terhadap guru baik dalam
memberikan materi maupun Pelatihan dan Bimbingan pada guru baik saat pelatihan
Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada Guru TK Negeri Pembina 03
Rasanae Barat Kota Bima ini berupa: (a) melakukan observasi/evaluasi terhadap
aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah, dan (b) melakukan
Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus dibekali dengan materi (a) Hakikat
Model Pembelajaran Saintifik, (b) Tujuan Model Pembelajaran Saintifik, (c) Teori yang
Dalam hal ini Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah sebagai pembina
dan pembimbing para guru tentu sangat dibutuhkan, disitulah orgensinya penelitian
tindakan sekolah ini dilakukan. Wujud dari Pelatihan dan Bimbingan sebagai upaya
TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima ini dapat lihat pada data hasil
Tabel 4.1 Hasil Observasi/evaluasi terhadap aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan
oleh kepala sekolah pada TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima
Siklus 1 Tahun Pelajaran 2017/2018
Skor
No Kegiatan Uraian
1 2 3 4
1 Persiapan 1. Melakukan Pertemuan awal
dengan guru √
2. Membentuk Tim kerja/ panitia √
3. Membuat SK panitia √
4. Menyusun panduan kegiatan √
Latihan dan Bimbingan
5. Membuat undangan √
6. Menentukan Instruktur √
2 Pelaksanaan 7. Menetapkan Waktu √
pelaksanaan
8. Menentukan Tempat kegiatan √
9. Menentukan jumlah Peserta √
10. Menggunakan metode dalam √
kegiatan Latihan dan
Bimbingan
11. Menetapkan Narasumber √ √
12. Menentukan materi kegiatan √ √
13. Membuat jadwal kegiatan √
14. Melakukan √
monitoring/observasi/evaluasi
15. Melakukan refleksi √
16. Membuat tindak lanjut untuk √
siklus kedua
Jumlah 0 6 45 4
Total 55
Persentase 72,37
Skor Masimal 76
aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-guru TK
Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima Siklus 1 Tahun Pelajaran 2017/2018
34
masih sangat kurang. Berdasarkan observasi guru senior sebagai kolaborator peneliti
pembelajaran saintifik / kegiatan KBM di kelas dapat dilihat pada tabel 4.2.
Skor
No Komponen Kegiatan
1 2 3 4
1 Kegiatan Pembukaan √
2 Kegiatan Inti √
3 Kegiatan Penutup √
4 Penguasaan Materi √
5 Pemilihan dan Penggunaan Metode √
6 Menerapkan Pendekatan Saintifik (5M) √
7 Penggunaan Bahasa √
8 Pemilihan dan Penggunaan Alat-alat Peraga √
9 Respon Anak Didik √
10 Cara Memotivasi Anak √
11 Pelaksanaan Penilaian √
12 Kesesuaian Bahan dengan Waktu √
13 Pengorganisasian Kelas √
14 Pelaksanaan Bimbingan Terhadap √
15 Kesulitan Belajar dan Bermain Anak √
16 Penguasaan Kelas √
17 Keterkaitan Materi dengan tema/sub tema √
18 Buku Pedoman Guru √
Jumlah 1 6 51 16
Total 99
Skor Masimal 72
Total Perolehan 104
35
Skor
No Indikator Penilaian
1 2 3 4
5 Identitas Mata Pelajaran 4
6 Perumusan Indikator 3
7 Perumusan Tujuan Pembelajaran 4
8 Pemilihan Materi Ajar 4
9 Pemilihan Sumber Belajar 3
10 Pemilihan Media Belajar 3
11 Model Pembelajaran saintifik , saintifik 3
12 Langkah-langkah Pembelajaran 3
13 Penilaian 3
Kegiatan Pendahuluan
14 Orientasi, Apersepsi, dan Motivasi 2
Kegiatan Inti
15 Penguasaan Materi Pelajaran 3
16 Penerapan Strategi Pembelajaran yang 3
Mendidik
17 Penerapan pendekatan pembelajaran saintifik 3
(pendekatan berbasis proses keilmuan)
18 Pemanfaatan Sumber Belajar/Media dalam 3
Pembelajaran
19 Pelibatan Peserta Didik dalam Pembelajaran 3
20 Penggunaan Bahasa yang Benar dan Tepat 2
21 Penutup pembelajaran 3
22 Kesesuaian dengan RPP 3
Penilaian oleh guru
23 Penilaian sikap 3
24 Penilaian pengetahuan 3
Jumlah 1 6 51 16
Total 74
Persentase 71,15
Skor Masimal 72
Berdasarkan data pada table 4.2 di atas Ketrampilan guru dalam menerapkan
Rasanae Barat Kota Bima berdasarkan observasi guru senior selaku kolaborator dalam
guru menerapkan pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas masih belum optimal
dan memuaskan.
4. Refleksi
senior) bahwa pengetahuan Guru tentang Pembelajaran saintifik pada siklus 1 masih
dengan indkator yang ditetapkan yaitu 75% guru telah menerapkan pembelajaran
Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima berdasarkan observasi guru senior sebagai
Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat
Kota Bima Siklus 1 Tahun Pelajaran 2017/2018 masih sangat kurang. Berdasarkan
baru mencapai 72,37%. Beberapa indicator yang belum optimal dilakukan oleh kepala
sekolah selaku peneliti yaitu belum optimal melakukan kesepakatan dengan guru yang
menjadi sasaran Pelatihan dan Bimbingan, masih belum optimal melaukan pengkajian
pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013, serta belum serius menggali berbagai
Aspek kedua menjadi fokus perhatian dalam penelitian ini Ketrampilan guru
Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima berdasarkan observasi guru senior selaku
Beberapa hal yang belum optimal tersebut adalah penerapan pendekatan pembelajaran
dalam pembelajaran penggunaan bahasa yang benar dan tepat, penilaian keterampilan
Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-guru TK Negeri Pembina 03
Rasanae Barat Kota maupun aspek Ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran
saintifik /kegiatan KBM di kelas pada guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota
Bima berdasarkan observasi guru senior selaku kolaborator dalam penelitian ini
telah ditetapkan yaitu dikatakan berhasil apabila Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala
setidak-tidaknya mencapai 85%. Untuk itu perlu dilanjutkan pada siklus II.
38
SIKLUS 2
1. Perencanaan
Siklus 2 dilaksanakan selama 4 hari yaitu pada hari Seninsampai Kamis tanggal
9 sd 12 Oktober 2017. Pada tahap ini, peneliti telah menyusun susunan kegiatan pada
saat penerapan pelatihan yang terdiri dari perencanaan tindakan, penerapan tindakan,
menyiapkan beberapa materi kegiatan dan mendampingi guru dalam pembuatan rencana
pelaksanaan pembelajaran, penyediaan materi ajar, dan penyediaan alat evaluasi. Tahap
a) Mendata masalah dan kendala yang dihadapi selama proses pembelajaran yang telah
siklus I.
saintifik .
pembelajaran.
39
f) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan guru selama
pembelajaran berlangsung.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Tahap Orientasi
2) Guru mengajak siswa untuk berdo’a secara bersama dan mengecek kehadiran
siswa.
4) Guru menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai
oleh siswa.
1) Guru hanya memberikan topik yang akan dipelajari, sebuah arahan pada siswa
berupa video dan gambar yang di tayangkan agar siswa mengamati maksud dari
2) Siswa bersama guru mengidentifikasi isi teks tersebut dengan melakukan tanya
jawab.
3) Guru membuat kelompok pada siswa yaitu 6 kelompok terdiri 4 orang siswa.
4) Pada tiap kelompok untuk mencari sebuah informasi dalam rumusan masalah.
bergantian.
bergantian.
3) Siswa dalam forum diskusi kelas menguji hipotesis dengan mencari tingkat
3. Tahapan Pengamatan/observasi/evaluasi
oleh kepala sekolah terhadap guru-guru di TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota
Bima Pada siklus II dapat lihat pada data hasil observasi pada table 4.3.
Tabel 4.3 Hasil Observasi/evaluasi terhadap aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan
oleh kepala sekolah pada TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima
Siklus 2 Tahun Pelajaran 2017/2018
Skor
No Kegiatan Uraian
1 2 3 4
1 Persiapan 4. Melak
ukan Pertemuan awal dengan
guru √
5. Memb
entuk Tim kerja/ panitia √
6. Memb √
uat SK panitia
7. Menyu √
sun panduan kegiatan Latihan
dan Bimbingan
8. Memb √
uat undangan
9. Menen √
tukan Instruktur
2 Pelaksanaan 10. Menet √
apkan Waktu pelaksanaan
11. Menen √
tukan Tempat kegiatan
12. Menen
tukan jumlah Peserta √
13. Mengg √
unakan metode dalam kegiatan
Latihan dan Bimbingan
42
Skor
No Kegiatan Uraian
1 2 3 4
14. Menet √
apkan Narasumber
15. Menen √
tukan materi kegiatan
16. Memb √
uat jadwal kegiatan
17. Melak √
ukan
monitoring/observasi/evaluasi
18. Melak √
ukan refleksi
19. Memb √
uat tindak lanjut untuk siklus
kedua
Jumlah 0 0 13 60
Total 73
Persentase 96,05
Skor Masimal 64
5.
aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-guru TK
Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima Siklus II Tahun Pelajaran 2017/2018
mencapai persentase 96,05 artinya sudah di atas indicator Ketrampilan yang telah
pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas dapat dilihat pada tabel 4.4.
Skor
No Komponen Kegiatan
1 2 3 4
1 Kegiatan Pembukaan √
43
2 Kegiatan Inti √
3 Kegiatan Penutup √
4 Penguasaan Materi √
5 Pemilihan dan Penggunaan Metode √
6 Menerapkan Pendekatan Saintifik (5M) √
7 Penggunaan Bahasa √
8 Pemilihan dan Penggunaan Alat-alat Peraga √
9 Respon Anak Didik √
10 Cara Memotivasi Anak √
11 Pelaksanaan Penilaian √
12 Kesesuaian Bahan dengan Waktu √
13 Pengorganisasian Kelas √
14 Pelaksanaan Bimbingan Terhadap √
15 Kesulitan Belajar dan Bermain Anak √
16 Penguasaan Kelas √
17 Keterkaitan Materi dengan tema/sub tema √
18 Buku Pedoman Guru √
Jumlah
Total 99
Skor Masimal 95,19
Total Perolehan 104
Berdasarkan data pada table 4.4 di atas Ketrampilan guru dalam menerapkan
Rasanae Barat Kota Bima berdasarkan observasi guru senior selaku kolaborator dalam
4. Refleksi
kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah maupun Ketrampilan guru
indikator Ketrampilan yang telah ditetapkan sebesar 85%. Hal ini dibuktikan untuk
44
indikator aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-
guru mencapai persentase 96,05% dan indikator Ketrampilan guru dalam menerapkan
pembelajaran saintifik /kegiatan KBM di kelas sudah dilakukan dengan optimal dan
Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-guru TK Negeri Pembina 03
Rasanae Barat Kota maupun aspek Ketrampilan guru dalam menerapkan pembelajaran
saintifik /kegiatan KBM di kelas pada guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota
Bima berdasarkan observasi guru senior selaku kolaborator dalam penelitian ini
ditetapkan yaitu dikatakan berhasil apabila Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala
sekolah dan Ketrampilan guru dalam menerapkan yaitu 85% sedangkan capai pada
siklus II di atas indicator tersebut untuk itu tidak perlu lagi dilanjutkan pada siklus III.
B. Pembahasan
Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada guru-guru mencapai persentase
/kegiatan KBM di kelas sudah dilakukan dengan optimal dan telah mencapai indikator
Ketrampilan yang telah ditetapkan sebesar 85%. Hal ini dibuktikan dengan terjadinya
kenaikan persentase keberhasilan dari siklus I ke siklus II untuk aspek Pelatihan dan
Bimbingan oleh kepala sekolah dari 72,37% pada siklus I meningkat menjadi 96,05%
pada siklus II atau terjadi kenaikan 23,68%. Semantera Ketrampilan guru menerapkan
pembelajaran saintifik di kelas juga mengalami peningkatan dari 71,15% pada siklus I
meningkat menjadi 95,19% pada siklus II dengan kenaikan 24,04%. Perubahan tersebut
Tabel 4.4 Aktivitas kegiatan Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah dan
Ketrampilan guru menerapkan pembelajaran (KBM) saintifik pada Guru-
Guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima
tahun pelajaran 2017/2018 Tiap Siklus
Pelatihan dan Bimbingan oleh kepala sekolah pada Guru TK Negeri Pembina 03
Rasanae Barat Kota Bima Tahun Pelajaran 2017/2018 dari siklus I ke siklus II.
46
Peningkatan ini terjadi karena hasil penemuan dari kelemahan siklus I telah dijadikan
model pembelajaran dan cara penilaian. Kualitas pembelajaran dapat diukur dan
ditentukan oleh sejauh mana kegiatan pembelajaran dapat mengubah perilaku anak ke
arah yang sesuai dengan tujuan kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena
anak.
pendekatan saintifik dan merupakan rancangan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan
47
pembelajaran harus mengacu kepada karakteristik (usia, sosial budaya, dan kebutuhan
individual) anak.
Kanak, seorang guru harus dapat menggunakan metode – metode dalam pembelajaran
yang ia lakukan setiap harinya dalam mengajar. Metode pembelajaran adalah cara
yang dilakukan guru untuk membelajarkan anak agar mencapai kompetensi yang
ditetapkan.
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif
pendengaran, penghiduan, peraba, dan pengecap) untuk mengenali suatu benda yang
diamatinya. Semakin banyak indera yang digunakan dalam proses mengamati maka
semakin banyak informasi yang diterima dan diproses dalam otak anak. Contoh
dukungan yang dapat diberikan oleh guru TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota
Barat Kota Bima yaitu: (1) Memberi waktu yang cukup untuk mengamati (pengamatan
48
pada tahap ini ditujukan untuk mengetahui minat anak tentang pengalaman belajar yang
menarik baginya), (2) Mendorong anak menggunakan seluruh indera, (3) Mendorong
anak untuk mengamati dari berbagai sudut/arah dan bagian-bagian pohon pisang. Dan
(4) Menyediakan alat dan bahan yang menunjang pengamatan, misalnya kaca pembesar,
Barat Kota Bima paa tahap menanya dengan cara guru mengulang perkataan anak,
berbahasa anak. Saat guru memenuhi semua pertanyaan anak, guru tidak perlu
menjawabnya, tetapi ajaklah anak untuk mencari jawaban ke berbagai sumber. Berikut
proses yang terjadi di kelas ketika guru menujukkan proses menanya sebagai salah satu
Pertanyaan 1
Bentuk pertanyaan: Mengingat
Tujuan: menolak kembali, yang diobservasi Contoh: - Apa yang kamu ketahui tentang
buah jambu? - Tadi bermain apa saja? - Apa yang kamu kerjakan tiap pagi?
Pertanyaan 2
Bentuk Pertanyaan : Memahami
Tujuan: Menjelaskan, menguraikan, memperkirakan
Contoh:
- Berapa Banyak?
- Apa saja isi tasmu?
- Lihat diatas sana, awan nya terlihat gelap, kira-kira apa yang akan terjadi?
Pertanyaan 3
Bentuk pertanyaan: Menerapkan
Tujuan: Menggunakan pengetahuan dengan situasi baru
Contoh:
- Apa yang kita butuhkan agar cuaca menjadi manis?
- Alat apa yang kita pakai untuk mencetak pasir ini?
Pertanyaan 4
Bentuk pertanyaan: Analisa
Tujuan: Membandingkan, mengelompokkan, membedakan, membangun, mengatasi
masalah
49
Contoh:
- Mana yang lebih berat?
- dikelompokkan sesuai warna roncean?
- Bagaimana agar timbangan ini menjadi sejajar?
- Apa yang harus kita lakukan agar tidak kehujanan?
Pertanyaan 5
Bentuk pertanyaan: Evaluasi
Tujuan: Mengkritisi, evaluasi menyatakan, menolak atau menyatakan sesuatu
Contoh:
- Apa yang terjadi bila ikan tidak memiliki sirip?
- Ibu lihat hari ini kamu sangat senang. Apa yang membuatmu senang?
- Bagaimana pendapat kamu kalau tiangnya memakai balok yang kecil?
Pertanyaan 6
Bentuk pertanyaan: Mencipta
Tujuan: Merancang, Merencanakan, Membuat, Menghasilkan
Contoh:
- Apa yang akan kamu buat dengan mainan ini?
- Apa yang akan kamu tanyakan pada pak petani bayam?
- Bisa kamu ceritakan, apa saja yang sudah dibuat?
dimiliki dengan informasi yang baru diperoleh sehingga pemahaman yang lebih baik
tentang suatu hal. Proses menalar adalah tahap ke empat dalam tahap pembelajaran
PAUD menggunakan pendekatan saintifik. Proses menalar untuk anak usia dini
daun dan Alifa menghubungkan binatang yang suka makan daun. Proses asosiasi dapat
terlihat saat anak mampu: (1) Menyebutkan persamaan: “Telinga kelinci panjang seperti
telinga kambing” (2) Menyebutkan perbedaan: “Tapi telinga kelinci ujungnya ke atas,
kalau telinga kamping ujungnya ke bawah.” (3) Mengelompokkan: “Kelinci itu kakinya
empat, seperti kodok, kambing, kucing, dan anjing” (4) Membandingkan: “yang
lompatnya paling cepat pastilah kanguru” (5) dan seterusnya. Bu St. Saripa Goa
50
mengajak diskusi, “Kelinci senang makan daun-daunan.” Dafa menimpali, ”kelinci suka
kangkung tidak ya.?” “ulat juga makan daun” kata Alifa Sebagian besar anak
mengalami kesulitan untuk membuat hubungan satu benda dengan benda lain atau satu
kejadian dengan kejadian lain. Guru bisa membantu membangun pemahaman anak
dengan mengajukan pertanyaan (1) Daun ini pinggirnya bergerigi seperti apa ya..?, (2)
Apabila anak menghubungkan dengan sesuatu, maka guru harus menguatkan dan
bertanya yang lebih luas lagi, misalnya: “Bu guru daunnya warna coklat seperti warna
pintu itu”. Guru bisa menguatkan: “oya … benar, terus apa lagi yang berwarna
coklat…?”
Berikut ini adalah contoh dukungan yang dapat diberikan oleh guru pada
sesuai dengan standar pengetahuan yang seharusnya dengan berbagai cara, contohnya:
pelepah daun pisang tunas, dengan pelepah pisang yang muda dan yang tua?” (b)
Dengan mengelompokkan, misal, “Mari kita pilah apakah semua pisangnya sudah
matang? (c “Bagaimana kita tahu kalau buah pisang itu sudah matang?”, dan (d)
Dengan melakukan pengukuran, misal, “Kira-kira berapa jengkal panjang batang daun
pisang itu? Siapa yang akan mengukurnya.” (2) Berikan penguatan atas pengetahuan
baru yang didapatkan anak agar menjadi bagian pengetahuan yang masuk ke dalam
ingatan anak.
51
telah dipelajari dalam berbagai bentuk, misalnya melalui cerita, gerakan, dan
menunjukkan hasil karya berupa gambar, berbagai bentuk dari adonan, boneka dari
bubur kertas, kriya dari bahan daur ulang, dan hasil daur ulang anyaman. Proses
gerakan, hasil karya. Kalimat yang sering dilontarkan anak, misalnya: “Bu guru aku
karyanya. “Bu guru…aku sudah membuat….”. Itu kalimat yang sering disampaikan
anak.Dukungan guru yang tepat akan menguatkan pemahaman anak terhadap konsep
atau pengetahuannya, proses berpikir kritis dan kreatifnya terus tumbuh. Sebaliknya bila
guru mengabaikan pendapat anak atau menyalahkannya maka keinginan untuk mencari
tahu dan mencoba hal baru menjadi hilang. Dukungan guru saat anak
mengomunikasikan karyanya adalah perhatian yang tulus. “Bu guru lihat…aku sudah
membuat….” contoh celoteh anak. tanggapan guru: “oya.. Bisa kamu ceritakan kepada
ibu guru..?” Untuk penguatan, guru dapat menyatakan: Kamu berhasil menyelesaikan
tugasmu dengan baik, apakah kamu mau melanjutkan dengan menambah beberapa ide
lain pada karyamu, membuat karya lain lagi atau mencoba kegiatan main yang lain..?
Contoh Dukungan Guru pada TK Negeri Pembina 03 Rasanae Barat Kota Bima Dalam
apa yang telah mereka ketahui terkait dengan pohon pisang. Dukungan Guru: (1)
52
bangunan, Tulisan, dll, (2) Memberi kesempatan untuk menemukan ide kreatif untuk
gambarnya, guru berkata, “Jika kamu diberi waktu lagi, apa yang akan kamu tambahkan
pada gambar pohon pisang ini?” (b) Anak menunjukkan kebun pisang yang dibuatnya
dari balok-balok, guru menemukan bahwa belum ada gubug tempat tukang kebun
beristirahat, lalu guru berkata, “Coba kita cermati, dimana tempat istirahat bagi tukang
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mengacu pada hasil kegiatan pelaksnaan penelitian tindakan sekolah yang telah
dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang
kenaikan dari 72,37% pada siklus I meningkat menjadi 96,05% pada siklus II atau
peningkatan dari 71,15% pada siklus I meningkat menjadi 95,19% pada siklus II
3. Dari hasil yang dilakukan sebanyak dua siklus, dan berdasarkan seluruh
B. Saran
berikut:
Bimbingan.
54
tetap memiliki kesungguhan dan semangat yang tinggi dalam mengikuti pembinaan
dan Pelatihan dan Bimbingan yang dilakukan oleh kepala sekolah mupun pengawas
DAFTAR PUSTAKAN
Arifin, H.M. 2000. Kapita Selekta Pendidikan, Cet 4. Jakarta : Bumi Aksara.
Danim, Sudarwin. 2006. Visi Baru Manajemen Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara.
Djamarah,Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Efendi, Mukhlissan & Siti Rodliyah. 2004. Ilmu Pendidikan. Ponorogo: PPS
PRESS.
Ihsan, Hamdani & A. Fuad Ihsani, Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka
Setia.
Sahertian, Piet A. & Ida Alaida Sahertian. 1990. Supervisi Pendidikan dalam
Rangka Program Inservice Educatif, cit. JakartaRineka Cipta.
Sahertian. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta : Rineka
Cipta.
57
Sudjana, N dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidian. Bandung: Sinar
Baru.
Suharta, I.G.P. 2002. Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi dalam KBK.
Makalah disajikan dalam Seminar Nasional, Universitas Negeri Malang,
Malang, 12 Oktober.
Usman, Moch Uzer. 2004. Menjadi Guru Profesional, Cit. 16. Bandung :
Rosdakarya.
Wijaya, Cece & Tabrani Rusyan. 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses
Belajar Mengajar,cit 3. Bandung : Rosdakarya.
Wijaya, Cece. 1994. Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
58
Lampiran 1
Skor
No Kegiatan Uraian
1 2 3 4
1 Persiapan 1. Melak
ukan Pertemuan awal dengan
guru
2. Memb
entuk Tim kerja/ panitia
3. Memb
uat SK panitia
4. Menyu
sun panduan kegiatan Latihan
dan Bimbingan
5. Memb
uat undangan
6. Menen
tukan Instruktur
2 Pelaksanaan 7. Menet
apkan Waktu pelaksanaan
8. Menen
tukan Tempat kegiatan
9. Menen
tukan jumlah Peserta
10. Mengg
unakan metode dalam kegiatan
Latihan dan Bimbingan
11. Menet
apkan Narasumber
12. Menen
tukan materi kegiatan
13. Memb
uat jadwal kegiatan
14. Melak
ukan
monitoring/observasi/evaluasi
15. Melak
ukan refleksi
16. Memb
uat tindak lanjut untuk siklus
kedua
Jumlah
59
Skor
No Kegiatan Uraian
1 2 3 4
Total
Persentase
Skor Masimal
60
Lampiran 2
KETRAMPILAN MENERAPKAN PENDEKATAN SAINTIFIK