Anda di halaman 1dari 15

SISTEM PERTANIAN DI INDONESIA

Oleh
Dwi Noviana (141710201016)
Muhammad Reza Kadavi (141710201059)
Dewi Anggraeni (141710201096)

JURUSAN TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam pembangunan
Nasional. Pertanian di Indonesia melaju pesat setelah adanya
Revolusi Hijau. Yang mana dalam hal tersebut sektor pertanian
berhasil menunjukkan potensi produksi yang lebih tinggi dari pada
produksi yang ada. Hingga pada tahun 1984 tercapailah
swasembada beras untuk pertama kalinya. Bahkan Indonesia
pernah menjadi pengekspor beras terbesar di dunia. Hal ini
menunjukkan bahwa sektor pertanian di Indonesia menjadi
prioritas utama dalam pembangunan Nasional.

Namun, banyak dari lahan-lahan pertanian yang sekarang telah


beralih fungsi. Untuk itu perlu adanya tindakan-tindakan
menganalisa dan mencari solusi dari permasalahan yang tengah
terjadi, baik dari hubungan dengan pertumbuhan penduduk,
produksi pertanian, peran iklim, dan pengelolaan sumber daya
alam dan sumber daya manusia di bidang pertanian.

I.2 Tujuan dan Manfaat


1. Mengetahui dan memahami hubungan manusia dengan sumber
daya alam;
2. Mengetahi dan memahami tentang konsep kebutuhan pangan dan
ketahanan pangan;
3. Mengetahui dan memahami tentang pertanian di Indonesia;
4. Mendiskusikan kendala dan solusinya tentang pengembangan
pertanian di Indonesia.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

I.3 Hubungan Manusia dengan Sumber Daya Alam


I.3.1 Pertumbuhan Penduduk di Indonesia
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di
suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan
waktu sebelumnya.

Tingkat pertumbuhan penduduk dapat digunakan untuk


memprediksi jumlah penduduk suatu wilayah atau negara di
masa yang akan mendatang. Kebutuhan dasar penduduk baik
di bidang sosial maupun ekonomi dan di bidang politik seperti
mengetahui jumlah pemilih untuk pemilu yang akan datang
dapat diketahui dari pertumbuhan jumlah penduduk di
Indonesia. Tetapi dengan memprediksi jumlah penduduk
dengan cara ini belum dapat mengetahui karateristik penduduk
di masa yang akan datang. Oleh karena itu dibutuhkan data
yang lebih rinci mengenai tren fertilitas, mortalitas dan
imigrasi untuk memproyeksi penduduk menurut umur dan
jenis kelamin.
Grafik 1. Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 1930-2010

(Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial-Ekonomi


Indonesia: Badan Pusat Statistikan Indonesia 2012)
I.3.2 Kebutuhan Pangan dan Ketahanan Pangan
Beberapa ahli sepakat bahwa ketahanan pangan minimal
mengandung dua unsur pokok, yaitu ketersediaan pangan dan
aksesabilitas masyarakat terhadap bahan pangan tersebut. Jika
hanya salah satu unsur yang terpenuhi, suatu negara itu belum
dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik.
Aspek distribusi bahan pangan sampai ke pelosok rumah
tangga pedesaan juga tidak kalah pentingnya dalam upaya
memperkuat strategi ketahanan pangan.

Penyediaan pangan tentunya dapat ditempuh melalui, produksi


sendiri. Misalnya dengan memanfaatkan sumber daya alam,
manajemen dan pengembangan sumber daya manusia, serta
aplikasi dan penguasaaan teknologi yang optimal. jika masih
belum dapat terpenuhi pemerintah akan mengimpor dari
negara lain.

Pemerintah mempunyai tujuan untuk menjaga kebutuhan dan


ketahan pangan yakni untuk meningkatkan keamanan, mutu
dan kebersihan pangan yang dikonsumsi. Dalam hal distribusi
pemerintah masih tampak relevan untuk melindungi produsen
terhadap anjloknya harga produk pada musim panen, dan
melindungi konsumen dari melambungnya harga-harga
kebutuhan pada musim paceklik.

Grafik 2. Impor Migas dan Nonmigas Indonesia Januari 2011-


Januari 2012

(Sumber: Badan Pusat Statistik)


I.3.3 Produksi Pertanian
Pertanian merupakan sektor terpenting di dalam ekonomi
Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi produksi
pertanian di Indonesia yakni, tenaga kerja, modal dan
pengolahan. Karena itu Pemerintah memberikan perhatian
lebih untuk sektor pertanian ini, khususnya untuk produksi
pertanian. Pemerintah memiliki kewajiban memperhatikan dan
terus memantau segala proses produksi pertanian di Indonesia.
Bukan hanya pertanian dalam jumlah besar, tetapi pertanian
dalam ruang lingkup terkecilpun harus tetap selalu dalam
pengawasan Pemerintah untuk lebih memajukan produksi
pertanian di Indonesia.

I.3.4 Peran Iklim Terhadap Produksi Pertanian


Iklim merupakan komponen alam yang sangat dinamik dan
sulit dikendalikan. Sebagai salah satu komponen ekosistem
dan faktor produksi, iklim menjadi unsur terpenting. Iklim
bahkan menjadi faktor pembatas produksi pertanian, karena
sifatnya yang dinamis, beragam, dan terbuka. Diperlukan
pemahaman yang lebih terhadap karakteristik iklim agar
berguna dalam bidang pertanian.

Masalah-masalah pertanian seperti gagal panen, bangkrutnya


petani dan harga pangan meningkat merupakan permasalahan
yang disebabkan oleh iklim. Hal tersebut dapat menurunkan
prospek pertumbuhan ekonomi. Semakin rawannya ketahanan
pangan di Indonesia disebabkan oleh semakin menurunnya
luas lahan pertanian dan akibatnya tidak akan dapat
meningkatkan produktivitas lahan. Dapat dikatakan upaya
untuk meningkatkan hasil produksi pertanian tidak ekonomis
lagi.

Untuk meningkatkan produksi pertanian, menuntut perlunya


penggunaan sumber daya pertanian utama secara optimal.
Cara paling efektik untuk memanfaatkan iklim adalah
menyesuaikan sistem usaha tani dan paket teknologi dengan
kondisi iklim setempat.

I.4 Pertanian di Indonesia


I.4.1 Profil Pertanian di Indonesia
Pada dasarnya sektor pertanian di Indonesia masih memiliki
berbagai kelemahan. Jika ingin menjadi sektor pertanian yang
handal, dalam arti tidak hanya menjadi lokomotif
pembangunan di Indonesia, tetapi juga pada masa yang akan
datang mampu bersaing dengan sektor pertanian di negara-
negara lain, maka kelemahan-kelemahan tersebut harus
dihilangkan.

Kondisi sosial budaya petani merupakan masalah utama dalam


pertanian. Sebagian besar penduduk di Indonesia tinggal di
wilayah pedesaan. Kebanyaan dari mereka menggantungkan
hidup di sektor pertanian, dengan tingkat pendapatan yang
relatif rendah. Sebagian besar dari mereka hanya menempuh
pendidikan Sekolah Dasar (SD).

Jika kita amati, petani di Indonesia di dominasi oleh petani


berusia tua, yang mana dalam hal ini petani sulit untuk diajak
memperbaiki sektor pertanian karena takut akan hal buruk
yang akan terjadi sesudahnya.
Keputusan pemerintah untuk memilih industrialisasi sebagai
sebuah strategi pembangunan telah mengorbankan sektor
pertanian. Banyak lahan pertanian yang dialih fungsikan
sebagai pusat industri. Ironisnya, lahan pertanian yang dialih
fungsikan sebagai pusat industri adalah lahan yang subur. Hal
ini menyebabkan Indonesia terpaksa mengimpor beras untuk
memenuhi kebutuhan pangan.

I.4.2 Ekonomi Pertanian dan Sosiologi Pedesaan


Kondisi sosial dan ekonomi merupakan masalah utama dalam
fungsi sektor pertanian di dalam pembangunan nasional.
Ekonomi pertanian mempelajari perilaku dan upaya manusia,
baik yang langsung maupun tidak langsung berhubungan
dengan produksi, pemasaran, dan konsumsi hasil-hasil
pertanian.

Dalam sosial dan ekonomi pertanian, terdapat beberapa


kendala antara lain :
1. Perbedaan besarnya biaya dan penerimaan usaha tani;
2. Kurangnya biaya usaha tani;
3. Harga produksi;
4. Kebiasaan dan sikap;
5. Kurangnya pengetahuan;
6. Tingkat pendidikan petani;
7. Adanya faktor ketidakpastian resiko usaha tani.
I.4.3 Pengelolaan SDM di Bidang Pertanian
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan modal yang paling
utama dalam menentukan kemajuan suatu negara. Dari SDM
tersebut dapat terlihat kualitas yang dihasilkan, tidak menutup
kemungkinan dalam bidang pertanian. Jika SDM dalam
bidang pertanian bermutu, pastilah sektor pertanian tersebut
akan berkembang pesat pula.

Pengelolaan SDM di bidang pertanian di Indonesia sangat


rendah. Hal ini dapat dilihat dari segi pendidikan. Sebagian
besar petani di Indonesia berpendidikan SD, hanya sebagian
kecil yang berpendidikan SLTA dan akademi atau universitas.
Bahkan ada yang tidak menempuh pendidikan atau tidak tamat
SD.

Dari data tersebut menunjukkan rendahnya mutu atau kualitas


SDM yang dimiliki oleh sektor pertanian di Indonesia.
Rendahnya kualitas SDM merupakan salah satu sebab utama
dari rendahnya produktivitas para petani Indonesia. Kondisi
rendahnya SDM juga dapat dilihat dari usia para petani. Rata-
rata para petani di Indonesia berusia tua. Petani yang berusia
tua biasanya cenderung tertutup dalam menyikapi perubahan
atau inovasi teknologi. Hal ini yang menyebabkan pertanian di
Indonesia sulit untuk melakukan perubahan.

Peningkatan SDM tidak dibatasi maknanya dalam artian


peningkatan produktivitas mereka, namun yang tidak kalah
penting adalah untuk meningkatkan kemampuan para petani
agar dapat lebih berperan dalam berbagai proses
pembangunan.
I.4.4 Pengelolaan SDA di Bidang Pertanian
Peranan Sumber Daya Alam (SDA) di dalam pertanian
sangatlah penting. Segala unsur alam, baik dari lingkungan
biotik maupun abiotik yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia disebut SDA. Unsur alam bersifat bertolak
belakang. Ini berarti alam dapat dijadikan alat untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia, sedangkan di sisi lain,
alam dapat menjadi penghambat.

SDA adalah lingkungan alam (environtment) yang memiliki


nilai untuk memenuhi kebutuhan manusia. Definisi lain juga
menyebutkan bahwa SDA adalah hasil penilaian manusia
terhadap unsur-unsur lingkungan hidup yang diperlukan. Dari
pendapat itu membagi SDA ke dalam tiga golongan, yaitu
persediaan total yang merupakan jumlah unsur lingkungan,
sumber daya atau bagian dari persediaan total dan cadangan
yang merupakan bagian dari sumber daya yang pasti
diperoleh.

Tanah, air mineral dan hutan dapat disebut sebagai unsur-


unsur SDA. Banyak macam dari SDA itu sendiri, seperti SDA
yang dapat dipulihkan, SDA yang tidak dapat dipulihkan,
sumber daya hayati, dan sumber daya margasatwa. Tanah,
matahari, udara, dan air adalah sumber daya yang berperan
sangat penting di bidang pertanian. Lahan dikatakan sebagai
SDA terpenting dalam sektor pertanian. Memanfaatan SDA
yang baik pada lahan pertanian dapat mengoptimalkan hasil
dan keuntungan pertanian itu sendiri.
BAB 3. PENGAMATAN LAPANG

3.1 Lokasi Kunjungan Lapang


3.1.1 DAM Kottok, Desa Kottok, Kecamatan Arjasa, Kabupaten
Jember.
3.1.2 Desa Sukoreno, Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember.

3.2 Hasil Kunjungan Lapang


Pada Hari Sabtu, 23 Agustus 2014, kami mengikuti kunjugan
lapangan di DAM Kottok dan ke Desa Sukoreno, Kecamatan
Kalisat, Kabupaten Jember.

Pada kunjugan pertama, kami berhenti dan melihat DAM Kottok.


DAM tersebut awalnya memiliki luas 2502 ha. DAM Kottok
digunakan dalam sistem irigasi untuk pertanian disekitarnya,
selain itu digunakan untuk pencengah banjir dengan sistem buka
tutup.

Untuk sistem irigasi, melalui beberapa saluran agar sampai dilahan


pertanian yang dituju, pertama melalui saluran primer, diteruskan
menuju saluran sekunder, kemudian ke saluran tersier. Terdapat
saluran lagi yaitu kuarter yang mengalir ke sawah-sawah. Saat
hujan tiba, DAM Kottok menampung air hujan yang selanjutnya
akan digunakan untuk sistem irigasi nantinya. Saat musim kemarau
DAM Kottok tidak akan mengalami kekeringan karena sudah
diperhitungkan batas minimalnya.
Setelah dari DAM Kottok, kami melanjutkan perjalanan ke Desa
Sukoneno Kecamatan Kalisat. Saat tiba di Desa Kalisat kami
memotret kehidupan para penduduk disana. Penduduk disana
kebanyakan bekerja sebagai petani. Dari beberapa rumah yang
kami kunjungi, kami dapat mengetahui seperti apa kehidupan
petani disana.

Rata-rata pendidikan para petani di Desa Sukoreno, Kecamatan


Kalisat hanya tamatan SD. Hal itu juga tidak jauh berbeda pada
anak-anak mereka yang sebagian besar berpendidikan sampai
bangku SMP. Sehingga menyebabkan keadaan ekonomi disana
termasuk ekonomi menengah kebawah.

Salah satunya adalah Ibu Anik yang berusia 43 tahun dan suaminya
berusia 50 tahun. Selain menjadi petani, suaminya bekerja di
Surabaya sebagai tukang bangunan setelah musim tanam usai.
Selanjutkan pekerjaan disawah dilanjutkan oleh Ibu Anik.

Saat ini musim tanam tembakau. Ibu Anik menceritakan bahwa


menanam tembakau memerlukan pemeliharaan yang intesif. Kita
harus sering mengamati pertumbuhannya. Penyiraman dilakukan 2
minggu sekali dan pemupukan dilakukan 1 bulan setelah tanam.

Sistem irigasi di desa tersebut berasal dari DAM Sukowono, tetapi


air dari DAM tersebut tidak selalu sampai pada lahan pertanian
sehingga memaksa masyarakat menyewa mesin untuk mengairi
lahan pesawahaan mereka. Masyarakat desa tersebut sudah
menggunakan teknologi mesin traktor. Pupuk yang mereka pakai
bervariasi, yaitu pupuk poska, urea, jika tembakau sudah mulai
tinggi mereka memakai pupuk ZA untuk menaikkan kualitas dari
tembakau tersebut.
Selain menanam tembakau, di musim kemarau sebagian
masyarakat juga menanam palawija. Dalam setahun, mereka
melakukan dua kali tanam padi dan satu kali tanam tembakau.
Masa panen tembakau sekitar 4 bulan sekali. Setelah dipanen,
tembakau harus dikeringkan untuk meningkatkan harga jual,
penjemuran dilakukan dibawah terik matahari. Lama penggeringan
tergantung pada keadaan cuaca. Mereka menjual hasil panen ke
penampung atau langsung dijual ke gudang.
BAB 4. PEMBAHASAN

Dari data hasil pengamatan lapang pada Hari Sabtu, 23 Agustus 2014 di
Desa Sukoreno, Kecamatan Kalisat, Kabupaten Jember, kami dapat
mengetahui kehidupan petani disana. Dari segi sosiologis pedesaaan dan
kehidupan petani cenderung pasif, para petani hanya akan bekerja saja
tanpa melakukan inovasi yang berarti bagi lahan mereka. Hal ini sama
dengan referensi yang kami dapatkan, bahwa petani di Indonesia hanya
sebagai peasant sehingga mereka hanya akan bekerja untuk memenuhi
kehidupan keluarga mereka, bukan sebagai lahan bisnis.

Dari segi ekonomi di pedesaaan itu cenderung menengah kebawah. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan lahan yang mereka miliki yang
menyebabkan hasil produksi hanya cukup untuk memenuhi ekonomi
keluarga dan hanya sebagian kecil saja yang dijual. Terbukti dari referensi
yang kami dapatkan bahwa kesejahteraan petani masih belum memadai.
BAB 5. KESIMPULAN

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian di Indonesia


dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1. Faktor pertumbuhan penduduk yang cepat membuat lahan pertanian


beralih fungsi menjadi pemukiman padat penduduk.
2. Peran iklim berpengaruh besar pada hasil produksi pertanian, karena
iklim tidak dapat dikendalikan.
3. Sosiologi pedesaan ikut menyumbang sikap dan perilaku petani
pedesaan yang tertutup akan kemajuan teknologi di bidang pertanian.
4. Pengelolaan SDM yang kurang berkualitas membuat sektor pertanian
di Indonesia bersifat pasif dan cenderung menurun.

Dari beberapa faktor di atas meskipun Indonesia mengalami pertumbuhan


ekonomi yang cukup tinggi, namun pertumbuhan tersebut tidak banyak
berpengaruh pada pembangunan sektor pertanian, sehingga kesejahteraan
sosial petani belum terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA

Suetresno, Lukman. 2002. Paradigma Baru Pembangunan Pertanian.


Yogyakarta: Kanisius.

Yuwono, Widodo, Darwanto, Masyhuri, Indradewa, Somowiyarjo, dan


Hariadi. 2011. Pembangunan Pertanian: Membangun Kedaulatan Pangan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Arifin, Bustanol. 2001. Spektrum Kebijakan Pertanian Indonesia. Jakarta:


Erlangga.

Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: Andi offset.

BAPPENAS. 2009. Produksi Pertanian.


www.bappenas.go.id/index.php/download-file/view/9403/1770/

Data stastistik Indonesia. 2014. Pertumbuhan penduduk. www. Datastastistik-


indonesia.com/portal/index.php?
option=com_content&task=view&id=720&itemid=220

BPTP Maluku. 2012. Pengaruh Iklim Terhadap Pertanian.


maluku.litbang..deptan.go.id/ind/index.php?
option=com_contentview=article&id.285&itemid=5

Anda mungkin juga menyukai