Anda di halaman 1dari 46

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Kesehatan dan kondisi kesehatan dalam paradigma keperawatan

diartikan sebagai kondisi yang mampu mempertahankan individu agar

bisa berfungsi secara konsisten, stabil dan seimbang dalam menjalani

kehidupan sehari-hari melalui interaksi positif dengan lingkungan

(Dharma, 2011). Kesehatan kerja terkait dengan kondisi sakit yang terjadi

dalam aktivitas kerja atau kecelakaan akibat pekerjaan (Kondarus, 2012).

Menurut ILO dalam Keputusan Menkes No.432 tahun 2007 tentang

Pedoman manajemen K3 di RS menjelaskan bahwa kesehatan kerja ini

berfungsi untuk:

1. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan, fisik, mental dan

sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja.

2. Mencegah gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh kondisi

pekerjaan.

3. Melindungi pekerja dari faktor resiko pekerjaa yang dapat

merugikan kesehatan

4. Menempatkan dan memelihara pekerja dalam suatu lingkungan

pekerjaan berdasarkan pertimbangan kondisi fisiologi dan

psikologisnya.

Keselamatan kerja terkait dengan upaya perlindungan pekerja dari

kecelakaan akibat penggunaan alat-alat kerja dan kondisi lingkungan kerja


yang rentan bagi kesehatan (Kondarus, 2012). Keselamatan kerja pada

pekerja merupakan indikator pelayanan, mengingat perawat rawan

mengalami kondisi yang mengancam keselamatan. Misalnya membantu

pasien pindah tempat tidur, merubah posisi pasien, serta rawan tertular

penyakit yang berasal dari pasien (Hariyati, 2014).

Berdasarkan dari dua definisi sebelumnya dapat disimpulkan bahwa

kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya yang dilakukan pihak

pemberi pekerjaan untuk memberi jaminan kesehatan dan menjaga

kesehatan bagi pekerja terhadap akibat yang ditimbulkan oleh pekerjaan

di tempat kerja. Sebab menurut Kondarus (2012) kesehatan dan

keselamatan kerja adalah tuntutan fundamental para pekerja, karena

terkait dengan kesejahteraan mereka sebagai tujuan akhir dari pekerjaan.

B. Teori Kepemimpinan

1. Defenisi

Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri seseorang

atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar

dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan

(Marquis& Huston, 2010)

Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang

dimiliki seseorang sehingga orang tersebut mempunyai kemampuan

untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan tugas -

tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya (Asmuji, 2013).


Marquis& Huston (2010) kepemimpinan sebagai proses

Pemujukan dimana individu-individu meransang kumpulannya

meneruskan objektif yang ditetapkan oleh pemimpin dan dikongsi

bersama oleh pemimpin dan pengikutnya.

Kepemimpinan adalah “suatu proses yang kompleks dimana

seseorang mempengaruhi orang-orang lain untuk menunaikan siatu

misi, tugas, atau tujuan dan mengarahkan organisasi yang

membuatnya lebih kohesif dan koheren. “Mereka yang memegang

jabatan sebgai pemimpin menerapkan seluruh atribut

kepemimpinannya (keyakinan, nilai-nilai, etika, karakter,

pengetahuan, dan keterampilan). Jadi seorang pemimpin berbeda dari

majikan, dan berbeda dari manajer. Seorang pemimpin menjadikan

orang-orang ingin mencapai tujuan dan sasaran yang tinggi,

sedangkan seorang majikan menyuruh orang-orang untuk menunaikan

suatu tugas atau mencapai tujuan. Seorang pemimpin melakukan hal-

hal dengan benar (Nursalam, 2011).

2. Gaya Kepemimpinan

a. Otokratis

Pada kepemimpinan yang otokratik, pemimpin sangat

mengatur kelompok dan membuat keputusan pada kelompok,

kurang melibatkan kelompok sehingga seringkali kurang kreatif.

Tanggung jawab dan pengambilan keputusan banyak ditentukan

pimpinan.
b. Demokrasi

Kepemimpinan gaya demokratik adalah kemampuan

pemimpin dalam mempengaruhi orang lain dalam agar bersedia

bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara

pimpinan dan bawahan. pemimpin melibatkan kelompok dalam

perencanaan dan pengambilan keputusan, sehingga dapat

meningkatkan motivasi dan kreativitas anggota kelompok.

c. Gaya kepemimpinan kendali bebas

Pada kepemimpinan bebas, pemimpin kurang atau tidak

mengatur kelompok tetapi kelompok diberi kebebasan sesuai

tanggung jawab dan kreatifitas anggota untuk melakukan

tugasnya. Gaya kepemimpinan laissez faire, karyawan

menentukan sendiri kegiatannya tanpa ada pengarahan, supervise

dan koordinasi, bawahan mengevaluasi tugasnya sesuai dengan

caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan

pengendalian secara minimal.Pada kelompok yang anggotanya

sudah matur, gaya kepemimpinan ini dapat mendorong

pencapaian tujuan (Ratna Sitorus & Rumondang Panjaitan, 2011).

3. Tipe Kepemimpinan

a. Tipe Otokratik

Semua ilmuan yang berusaha memahami segi

kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang


tergolong otokratik dipandang sebagai karakteristik yang negatif.

Dilihat dari persepsinya seorang pemimpin otokratik adalah

seorang yang sangat egois. Seorang pemimpin yang otoriter akan

menunjukkan sikap yang menonjolkan “keakuanya”.

b. Tipe Laissez Faire

Pemimpin ini berpandangan bahwa umumnya organisasi

akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota

organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang

mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran

apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh

masing-masing anggota dan pemimpin tidak terlalu sering

intervensi.

c. Tipe Paternalistik

Tipe pemimpin patemaalistik hanya terdapat di lingkungan

masyarakat yang bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat

agraris. Salah satu ciri utama masyarakat tradisional adalah rasa

hormat yang tinggi yang ditunjukkan oleh para anggota

masyarakat kepada orang tua atau seorang yang dituakan.

Pemimpin seperti ini kebapakan, sebagai tauladan atau panutan

masyarakat.Biasanya tokoh-tokoh adat, para ulama dan

guru.Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.

d. Tipe Kepemimpinan Militeristik


Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe

kepemimpinan otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe

kepemimpinan militeristik adalah:

1) Lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras

dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.

2) Menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.

3) Sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan

tanda-tanda kebesaran yang berlebihan.

4) Menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari

bawahannya,

5) Tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan

dari bawahannya.

6) Komunikasi hanya berlangsung searah.

e. Tipe Kepemimpinan Demokratis

Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan

memberikan bimbingan yang efisien kepada para

pengikutnya.Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,

dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri

sendiri) dan kerjasama yang baik.kekuatan kepemimpinan

demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak

pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.

Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap

individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti


bawahan.Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan

bidangnya masing-masing.Mampu memanfaatkan kapasitas setiap

anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi yang tepat

(Ratna Sitorus & Rumondang Panjaitan, 2011).

4. Teori – teori Kepemimpinan

a. Trait Theory

“Trait Theory” yang mengidentifikasi karakteristik yang

menentukan kepemimpinan yang baik.Karakteristik tersebut bisa

mencakup kepribadian, dominasi dan kehadiran pribadi, karisma,

kepercayaan diri, pencapaian atau prestasi, atau bisa juga

kemampuan untuk memformulasikan visi dengan jelas.Salah satu

diskusi yang menarik dari teori ini adalah apakah karakteristik

seorang pemimpin tersebut bias gender, misalnya apakah

pemimpin itu harus pria, atau sebaliknya, apakah wanita bisa

menjadi pemimpin. Pertanyaan lainnya, apakah karakteristik

tersebut menjamin bahwa seseorang akan menjadi pemimpin

yang baik, apakah seorang pemimpin itu sebatas membuat

perubahan saja, serta apakah pemimpin itu dilahirkan atau

diciptakan.

b. Behavioural Theory

Behavioural Theory yang secara tersirat menyatakan bahwa

seorang pemimpin itu bisa dilatih, yaitu dengan memusatkan pada

cara melakukan sesuatu, misalnya tugas, pekerjaan, dan berbagai


aktivitas lainnya. Dengan penguasaan cara tersebut maka

seseorang bisa mempunyai kemampuan lebih dari orang lain.

Akhirnya, orang lain pun bisa mengikuti apa yang anda lakukan.

Akhirnya orang yang mempunyai penguasaan tersebut menjadi

seorang pemimpin.Fokus itu sendiri terdiri dari dua, yaitu

pemimpin fokus terhadap kelembagaan dari pekerjaan secara

terstuktur, atau membangun hubungan (relationship) yang

berfokus pada proses.Jadi bisa saja ada pemimpin yang lebih

mementingkan pekerjaan (walaupun mungkin relasi dengan

bawahannya buruk), namun ada juga pemimpin yang lebih

menitikberatkan pada relasi yang baik dengan bawahannya

dibanding hasil akhir atau tujuan organisasi.Pertanyaan yang

manarik adalah, adakah pemimpin yang dapat meraih keduanya,

yakni pekerjaan sukses dibarengi dengan relasi yang harmonis

dengan bawahan.

c. Contingency Theory

Menurut teori ini, kepemimpinan bersifat luwes atau

fleksibel.Gaya kepemimpinan yang berbeda bisa diterapkan pada

waktu yang berbeda tergantung lingkungannya.Dengan demikian,

kepemimpinan bukanlah sekumpulan karakteristik yang dapat

dialihkan begitu saja dalam konteks yang berbeda. Intinya,

seseorang mungkin bisa menjadi otoriter pada lingkungan

tertentu, namun berubah menjadi pemimpin yang demokratis pada


lingkungan yang lain. Sebagai contoh kasus, apakah seorang

bapak rumah tangga akan mempunyai gaya kepemimpinan yang

berbeda antara di rumah atau di lingkungan rumahnya

dibandingkan ketika menjadi seorang manajer di sebuah

perusahaan. Jadi gaya kepemimpinan tersebut bisa berubah

tergantung tipe bawahan, sejarah organisasi atau bisnisnya,

budaya perusahaan, kualitas hubungan, wujud perubahan yang

diinginkan, serta norma-norma yang dianut di perusahaan

(Marquis, B. L. & Huston, C. J. 2010).

2. Manajemen

a. Definisi

Manajemen keperawatan adalah suatu tugas khusus yang harus

dilaksanakan oleh pengelola keperawatan untuk merencanakan,

mengorganisasikan, mengarahkan serta mengawasi sumber - sumber

yang ada, baik sumber daya maupun dana sehingga dapat memberikan

pelayanan keperawatan yang efektif baik kepada pasien, keluarga dan

masyrakat (Nursalam, 2014).

Manajemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan

proaktif dalam menjalani suatu kegiatan di organisasi sedangkan

manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota

staf keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan secara

profesional.
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam

tatanan pelayanan nyata, yaitu di Rumah Sakit dan Komunitas

sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasi. Konsep

manajemen keperawatan perencanaan berupa rencana strategi melalui

pendekatan yaitu pengumpulan data, analisa SWOT dan menyusun

langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan secara operasional,

khususnya dalam pelaksanaan metoda asuhan keperawatan,

melakukan pengawasan dan pengadilan serta dokumentasi yang

lengkap (Satrianegara, M. F, 2014).

b. Fungsi Manajemen

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara

sistematik dan teratur untuk mencapai tujuan organisasi atau

memecahkan masalah tertentu. Perencanaan juga diartikan

sebagai upaya memanfaatkan sumber-sumber yang tersedia

dengan memperhatikan segala keterbatasan guna mencapai tujuan

secara efisien dan efektif. Perencanaan merupakan langkah awal

dalam proses manajemen, karena dengan merencanakan aktivitas

organisasi kedepan, maka segala sumber daya dalam organisasi

difokuskan pada pencapaian tujuan organisasi.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan pembagian

tugas-tugas pada orang yang terlibat dalam aktivitas organisasi,


sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa kegiatan ini merupakan keseluruhan proses

memilih orang-orang serta mengalokasikannya sarana dan

prasarana untuk menunjang tugas orang-orang itu dalam

organisasi, serta mengatur mekanisme kerjanya sehingga dapat

menjamin pencapaian tujuan program dan tujuan organisasi.

c. Penyusunan pegawai (Staffing)

Salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan

personalia pada organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja,

pengembangan sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi

daya guna maksimak kepada organisasi.

d. Memimpin (Leading)

Merupakan salah satu fungsi manajemen yang berkenaan

dengan bagaimana menggunakan pengaruh untuk memotivasi

pegawai dalam mencapai sasaran organisasi.

e. Pengawasan (Controlling)

Controlling bukanlah hanya sekedar mengendalikan

pelaksanaan program dan aktivitas organisasi, namun juga

mengawasi sehingga bila perlu dapat mengadakan koreksi.

Dengan demikian apa yang dilakukan staff dapat diarahkan

kejalan yang tepat dengan maksud pencapaian tujuan yang telah

direncanakan. Inti dari controlling adalah proses memastikan

pelaksanaan agar sesuai dengan rencana.


3. Manajemen Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

Tahap ini merupakan awal dari proses keperawatan. Tahap

pengkajian memerlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengenal

masalah. Keberhasilan proses keperawatan berikutnya sangat

bergantung pada tahap ini.

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan kegiatan untuk menentukan

kebutuhan dan masalah keperawatan.Jenis data yang

dikumpulkan adalah data yang tepat atau relevan.Artinya data

tersebut mempunyai pengaruh atau hubungan dengan situasi yang

sedang ditinjau. Data ini dapat dibedakan menjadi 2 jenis : data

subjektif dan data objektif.

b. Sumber data

a) Klien

b) Keluarga/orang yang mengenal klien

c) Tenaga kesehatan

d) Catatan yang dibuat oleh tenaga kesehatan

e) Hasil pemeriksaan

c. Cara pengumpulan data

a) Wawancara

b) Observasi

c) Pemeriksaan fisik
(1) Pola kebutuhan dasar

(2) Persistem

(3) Head to toe (Muninjaya, G.A.A, 2011)

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat,

dan pasti, tentang masalah klien serta pengembangan yang dapat

dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan. Diagnosa

keperawatan dapat dibagi menjadi : diagnosa aktual, potensial, dan

resiko. Rumus diagnosa keperawatan adalah : Problem + Etiologi +

Tanda/Gejala.

Contoh : Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

yang ditandai dengan wajah tampak meringis kesakitan (Nursalam,

2015).

c. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah

sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan. Tujuan

perencanaan keperawatan adalah terpenuhinya kebutuhan klien.

Langkah-langkah penyusunan perencanaan keperawatan adalah

sebagai berikut :

1) Menentukan urutan prioritas masalah

Prioritas tertinggi diberikan pada masalah yang mempengaruhi

kehidupan atau keselamatan klien.Masalah nyata mendapatkan


perhatian atau prioritas lebih tinggi daripada masalah potensialdan

resiko.

2) Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai

Tujuan keperawatan adalah hasil yang ingin yang dicapai dari

asuhan keperawatan untuk menanggulangi dan mengatasi masalah

yang telah dirumuskan dalam keperawatan.

3) Menentukan rencana tindakan keperawatan

Menentukan rencana tindakan keperawatan adalah langkah

penentu dalam tindakan keperawatan yang akan dikerjakan oleh

perawat dalam rangka menolong klien, untuk mencapai suatu

tujuan keperawatan (Muninjaya, G.A.A, 2011).

d. Implementasi

Tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan adalah

pelaksanaan perencanaan tindakan yang telah ditentukan dengan

maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. Tindakan

keperawatan dapat dilaksanakan sebagian oleh klien itu sendiri, oleh

perawat secara mandiri, atau bekerjasama dengan anggota tim

kesehatan lain (Muninjaya, G.A.A, 2011).

e. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah proses penilaian pencapaian tujuan

serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Hal-hal yang dievaluasi

adalah :

1) Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif?


2) Apakah tujuan keperawatan dapat dicapai pada tingkat tertentu?

3) Apakah perubahan klien seperti yang diharapkan?

4) Strategi keperawatan manakah yang efektif?

4. Pendokumentasian

a. Definisi

Dokumentasi adalah bahan komunikasi yang tertulis untuk

mendukung informasi dan kejadian. Jadi, dokumentasi asuhan

keperawatan dokumentasi tentang fakta-fakta terhadap penyakit klien,

gejala-gejala, diagnosa, mudah dan cepat diakses serta sistematis

sehingga dapat dan memberikan informasi yang akurat (Kuntoro, .

2010)

b. Tujuan Dokumentasi Keperawatan

1) Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien.

2) Memastikan kemajuan hasil yang berfokus pada klien.

3) Memfasilitas komunikasi antara disiplin mengenai konsistensi

tujuan dan kemajuan pengobatan.

4) Teknik evaluasi.

5) Pencatatan dan pelaporan dibuat untuk mempermudah penilaian

terhadap perawatan yang telah diberikan pada klien dan dapat

dipastikan apakah rencana yang diimplementasikan sudah

mencapai kemajuan.

6) Penguatankembali (reinforcement)
7) Catatan perawatan merupakan sumber untuk mendapatkan

informasi tentang penanganan klien dan memberikan bukti

adanya pelayanan.

8) Akreditasi

9) Salah satu syarat penting bagi fasilitas perawatan kesehatan

menurut lembaga pemberi lisensi dan akreditasi adalah

mempertahankan rekam medik, termasuk dokumentasi asuhan

keperawatan.

c. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pendokumentasian Asuhan

Keperawatan

1) Elemen dari proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

2) Catatan data dasar awal menggunakan format yang sistematis,

serta berdasarkan sistem tubuh atau dari kepala sampai ke kaki.

3) Data pengkajian dikumpulkan dan diletakkan sesuai dangan

format yang dirancang oleh institusi.

4) Diagnosa keperawatan diformulasikan dari data yang

dikumpulkan..

5) Rencana keperawatan ditulis untuk setiap klien dan meliputi

tujuan, hasil yang diharapkan, dan aktifitas keperawatan yang

ditetapkan berdasarkan diagnosa keperawatan.

6) Implementasi rencana keperawatan mencakup intervensi yang

membuat klien dapat berpartisipasi dalam promosi dan


pemeliharaan kesehatan dan juga untuk memaksimalkan potensi

kesehatan.

7) Catatan evaluasi tentang perkembangan kesehatan dan percapaian

tujuan yang diharapkan.

8) Aktifitas, prioritas dan tujuan intervensi berdasarkan respon klien

terhadap perawatan atau perubahan dalam kondisi klien.

d. Pedoman Umum dalam Mendokumentasikan Proses Keperawatan

Dokumentasi harus ditulis objektif tanpa bias dan informasi

subjektif. Gambaran penafsiran data subjektif harus didukung oleh

hasil pengamatan khusus.Hindari pernyataan yang bersifat umum

karena memiliki arti ganda.Data didokumentasikan secara jelas,

singkat dan ringkas.Hasil pengkajian dicatat dengan tulisan yang besih

dan dapat dibaca.Temuan-temuan hendaknya diuraikan sejelas

mungkin.Ejaan harus jelas.Dokumentasi harus ditulis dengan tinta,

jangan dengan pensil.Untuk data biasa, gunakan tinta hitam atau biru

dan tinta merah untuk obat-obatan.Apabila catatan tidak penuh jangan

dikosongkan tetapi buat garis horizontal atau vertical sepanjang

bagian yang kosong.Jika ada kesalahan, pernyataan yang salah jangan

dicoret, tetapi harus dapat dibaca, selanjutnya diparaf. Pencatatan

harus selalu dimulai, jam dan diakhiri dengan tanda tangan, nama jelas

serta jabatan perawat (Bustami, 2012).

e. Dokumentasi sebagai Proses Keperawatan

Dokumentasi proses keperawatan sangat penting untuk dilakukan.


1) Pendokumentasikan merupakan mekanisme komunikasi antara

anggota Tim pelayanan kesehatan. Ada hubungan bebagi disiplin

ilmu yang terlibat dalam pelayanan kesehatan :

a) Masing-masing disiplin ilmu informasi mutakhir klien

melalui pengkajian.

b) Agar informasi terpelihara dengan baik, maka perlu

didokumentasikan.

2) Dengan catatan yang akurat dapat membantu tercapainya

hubungan yang kreatif antara klien dan provider.

3) Dapat mempermudah pelaksanaan pelayanan klien dan fokus

asuhan keperawatan dapat ditentukan.

4) Sesuai dengan empat peran yang harus dijalankan perawat,

tanggung jawab dan tanggung gugat.

5) Data yang lengkap dapat digunakan untuk menentukan status

kesehatan klien dan tingkat ketergantungan klien, sehingga dapat

diperkirakan jumlah kebutuhan tenaga perawat.

6) Bahan audit keperawatan, penghitung jasa, pertimbangan pihak

ketiga dan bukti tuntutan hukum.

f. Unsur-Unsur Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Menurut Simamora, R.H. (2012) unsur-unsur dari dokumentasikan

Asuhan Keperawatan diantaranya adalah :

a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses

keperwatan, dimana pada fase ini perawat mengumpulkan data

tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh,

akurat, dan berkesinambungan.

b. Mengumpulkan data

Meliputi pengumpulan data dasar yang mencakup informasi

tentang klien:

a) Riwayat kesehatan dahulu, seperti riwayat alergi terhadap

makanan atau obat tertentu, riwayat pernah dilakukan

tindakan bedah, riwayat menderita penyakit kronis, dan lain-

lain.

b) Riwayat kesehatan sekarang, seperti adanya perasaan nyeri,

mual, ganguan tidur, dan lain-lain.

c) Pemeriksaan fisik, dalam hal ini perawat dapat menggunakan

teknik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dengan prinsip

pemeriksaan ”head totoe” (cephalocaudal) atau berdasrkan

sistem tubuh, seperti sistem pernapasan, pencernaan,

eliminasi dan lain-lain.

d) Pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan

laboratorium, radiology, CT Scan dan lain-lain.

c. Pengorganisasian data

Untuk mendapatkan data secara sistematis, perawat

menggunakan format pengkajian, atau disebut juga pengkajian


keperawatan. Format pengkajian dapat dimodifikasi sesuai

dengan keadaan kesehatan klien. Dalam keperawatan, format

pengakajian yang digunakan dapat didasarkan pada berbagai teori

keperawatan, diantaranya :

a) Teori Gordon tentang fungsi kesehatan.

b) Teori Orem tentang perawatan diri.

c) Teori Roy tentang model adaptasi.

d) Teori Maslow berdasarkan tigkat kebutuhan manusia.

d. Validasi data

Informasi yang telah dikumpulkan harus lengkap, akurat

dan sesuai dengan keadaan klien sehingga dilakukan validasi atau

pemeriksaan kembali terhadap data yang telah dikumpulkan.

e. Pencatatan data

Untuk melengkapi pengkajian, dokumentasi data harus

akurat dan mencangkup semua keadaan kesehatan klien dan tidak

berdasarkan hasil intervensi perawat.

f. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah kesimpulan klinis tentang

individu, keluarga atau masyarakat yang aktual, resiko dari status

kesehatan seseorang.Diagnosa keperawatan ini merupakan dasar

untuk melakukan intervensi keperawatan dalam mencapai tujuan

dan dapat dievaluasi (Suarli S, dan Bahtiar Y. 2010).

Tipe diagnosa keperawatan yaitu:


a) Aktual

Yaitu pernyataan tentang respon klien terhadap

kesehatannya saat ini berdasarkan hasil pengkajian yang

meliputi tanda dan gejala seperti jalan nafas tidak efektif.

b) Resiko

Yaitu pernyataan klinis dari kondisikesehatan klien

dimana masalah lebih beresiko untuk menjadi actual pada

klien tersebut dibanding dengan orang lain pada kondisi atau

situasi yang sama.

Komponen dari diagnosa keperawatan yaitu :

(1) Problem (masalah)

Menggambarkan masalah kesehatan klien atau responnya

terhadap terapi yang diberikan oleh perawat yang

dituliskan dalam beberapa kata, antara lain :

(a) Perubahan (perubahan dari sebelumnya).

(b) Gangguan (kelemahan, kerusakan, dan

pengurangan).

(c) Penurunan (pengecilan dari segi ukuran, jumlah atau

tingkat/derajat).

(d) Tidak efektif (tidak menghasilkan efek yang sesuai).

(e) Akut (terjadi dalam waktu mendadak dan pendek).

(f) Kronis (terjadi dalam waktu yang lama, berulang

dan tetap).
(2) Etiologi (penyebab)

Mengidentifikasi kemungkinan dari penyebab

masalah kesehatandalam melakukan intervensi

keperawatan yang mencakup tingkah laku, lingkungan

sekitar atau gabungan dari keduanya.

(3) Symptom (gejala)

Pengelompokan tanda dan gejala yang merupakan

bagian dari diagnosa keperawatan (Nursalam, 2011).

g. Perencanaan

Perencanaan adalah tahap sistematik proses keperawatan

yang melibatkan pembuatan suatu keputusan dan menyelesaikan

masalah. Dalam perencanaan, perawat mengacu pada pengkajian

data klien dan diagnostik sebagai acuan dan mewujudkan tujuan

klien dan dan mendesain strategi keperawatan untuk mencegah,

mengurangi masalah kesehatan klien.

Proses perencanaan keperawatan meliputi:

a) Membuat prioritas perencanaan

Prioritas perencanaan adalah suatu proses dalam

melakukan strategi keperawatan

b) Membuat tujuan dan kriteria hasil

Tujuan adalah penataan yang lebih luas tentang dampak

dari intervensi keperawatan.


Kriteria hasil adalah pernyataan yang lebih spesifik dan

diukur untuk mengevaluasi apakah tujuan tercapai.

h. Implementasi

Dalam proses keperawatan, implementasi merupakan suatu

tahap dimana perawat melaksanakan rencana keperawatan dalam

suatu tindakan. Implementasi terdiri dari melaksanakan tindakan

keperawatan, mendelegasi dan mencatat apa yang dilakukan.

Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, perawat

mencatat tindakan keperawatan, perawat mencatat tindakan yang

dilakukan serta respon klien.

i. Evaluasi

Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan.

Evaluasi adalah perencanaan, pelaksanaan, kemajuan

aktifitas yang mana klien dan tenaga profesional kesehatan

lainnya dapat mempertimbangkan kemajuan klien sesuai tujuan

dan keefektifan rencana keperawatan (Ratna Sitorus &

Rumondang Panjaitan, 2011).

5. Sistem Model Asuhan Keperawatan Profesional

System MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefenisikan

empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan

keperawatan, dan system MAKP. Defenisi tersebut berdasarkan prinsip-

prinsip nilai yang di yakini akan menentukan kualitas produksi/jasa

layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut


tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, maka

tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan

pasien tidak akan terwujud (Ratna Sitorus & Rumondang Panjaitan,

2011).

Sistem model asuhan keperawatan profesional merupakan suatu

kerangka kerja yang mendefenisikan standar, proses keperawatan,

pendidikan keperawatan dan system model asuhan keperawatan

profesional. Dimana keberhasilan suatu asuhan keperawatan pada klien

sangat ditentukan oleh metode pemberian asuhan keperawatan

profesional. Dasar pertimbangan asuhan keperawatan (MAKP) adalah:

a) Sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit.

b) Dapat diterapkannya prosedur keperawatan.

c) Efesisensi dan efektif penggunaan biaya.

d) Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat.

e) Kepuasan kinerja perawat.

f) Terlaksananya komunikasi yang adekuat antar perawat dan tim

kesehatan.

6. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional

a) Model Fungsional

Model fungsional berdasarkan orientasi tugas dari filosofi

Keperawatan, dimana perawat melaksakan tugas (tindakan) tertentu

berdasarkan jadwal kegiatan yang ada.Metode fungsional


dilaksanakan oleh perawat pengelolaan dalam Asuhan Keperawatan

sebagai pilihan utama.

Penanggung jawab model fungsional adalah perawat yang

bertugas pada tindakan tertentu, misalnya dalam pemasangan infus,

pemberian obat, dan lain-lain.

Kelebihan dari metode fungsional yaitu:

1) Menekankan efesiensi, pembagian tugas yang jelas dan

pengawasan

2) Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga

3) Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial,

sedangkan pasien di serahkan kepada perawat yunior dan atau

yang belum berpengalaman.

Kekurangan dari metode fungsional yaitu :

1) Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat.

2) Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak menerapakan

proses keperawatan.

3) Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan

dengan keterampilan saja.

b) Model Kasus

Model Kasus berdasarkan pendekatan holistik dari filosofi.

Keperawatan, dimana perawat bertanggung jawab terhadap Asuhan

observasi pada pasien tertentu dan ratio Pasien : Perawat adalah 1:1.
Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani

semua kebutuhannya pada saat dinas. Pasien akan dirawat oleh

perawat yang berbeda oleh orang yang sama pada hari berikutnya.

Metode penugasan kasus biasanya ditetapkan satu pasien satu

perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat private untuk

perawatan khusus seperti isolasi, intensive care. Penanggung jawab

pada model kasus adalah Manajer Keperawatan.

Kelebihan dari metode kasus yaitu:

1) Perawat lebih memahami kasus per kasus.

2) Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah.

Kelemahan dari metode kasus yaitu:

1) Belum dapat di identifikasi perawat penanggung jawab.

2) Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan

dasar yang sama.

c) Model Tim

Model Tim berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan.

Enam atau tujuh perawat profesional dan perawat associate bekerja

sebagai suatu tim, disupervisi oleh tim. Metode ini menggunakan tim

yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan

Asuhan Keperawatan terhadapsekelompok pasien, perawat ruangan

dibagi menjadi 2 atau 3 tim/grup yang terdiri dari tenaga profesional.

Penanggung jawab dalam Model Tim ini adalah Ketua Tim.

Kelebihan dari metode ini adalah:


1) Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

2) Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

3) Memungkinkan komunikasi antar tim sehingga konflik mudah di

atasi dan memberikan kepuasan kepada anggota tim

Kelemahan dari metode ini adalah:

Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam

bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana

sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.

d) Model Primer

Model primer berdasarkan pada tindakan yang komprehensif

dari filosofi Keperwatan. Perawat bertanggung jawab terhadap

semua aspek Asuhan Keperawatan dari hasil pengkajian, kondisi

pasien untuk mengkoordinir Asuhan Keperwatan, dimana ratio

Perawat : Pasien 1:4 / 1:5. Metode penugasan dimana satu orang

perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap Asuhan

Keperawanan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah

sakit. Model primer mendorong praktek kemandirian perawat dan

terdapat kejelasan antara si pembuat rencana Asuhan dan

pelaksana.Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan

kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan

untuk merencanakan, melakukan koordinasi Asuhan Keperawatan

selama pasien dirawat.Penanggung jawab pada model primer ini

adalah Perawat primer.


Kelebihan dan sistem model primer adalah :

1) Bersifat kontinuitas dan komprehensif

2) Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap

hasil dan memungkinkan pengembangan diri.

3) Keuntungan terhadap pasien, perawat, dokter dan Rumah Sakit

misalnya pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya

kebutuhan secara individu.

Kelemahan dan sistem model primer adalah:

Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki

pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kemampuan

self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat

menguasai keperawatan klinik dan mampu bekolaborasi dengan

berbagai disiplin.

e) Model Modular

Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan

primer. Metode ini sama dengan model keperawatan tim karena baik

perawat profesional maupun non profesional bekerja bersama dalam

memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang

perawat profesional.

Disamping itu, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode

keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung

jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan

hingga pulang bahkan sampai dengan waktu follow up care.


Sekalipun didalam memberikan asuhan keperawatan dengan

menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga orang

perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada pada perawat

profesional.Perawat profesional juga memiliki kewajiban untuk

membimbing dan melatih non profesional. Apabila perawat

profesional sebagi ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak

masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat

profesional lainnya yang berperan sebagai ketua tim. Peran perawat

kepala ruang (nurse unit manager) diarahkan dalam hal membuat

jadwal dinas dengan mempetimbangkan kecocokan anggota untuk

bekerja sama dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta

motivator (Ratna Sitorus & Rumondang Panjaitan, 2011).

f) Fungsi Manajerial

1) Kepala Ruangan

Kepala ruangan adalah petugas atau perawat yang

diberikan tanggung jawab dan wewenang dalam memimpin

pelaksanaan pelayanan keperawatan serta tata laksana personalia

pada suatu ruangan atau bangsal Rumah Sakit.

Tanggung jawab Kepala Rungan :

1) Perencanaan

(1) Menunjukan ketua tim akan bertugas diruangan

masing-masing.

(2) Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya.


(3) Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien, gawat,

transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim.

(4) Mengidentifikasi strategi pelaksanaan keperawatan.

(5) Mengikuti visite dokter, untuk mengetahui kondisi,

patofisiologi, tindakan medis, yang dilakukan. Program

pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang

tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien.

(6) Mengatur dan mengendalikan Asuhan Keperawatan

(a) Membimbing pelaksanaan Asuhan Keperawatan.

(b) Membimbing penerapan proses keperawatan dan

menilai Asuhan Keperawatan.

(c) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.

(d) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga

yang baru masuk.

(7) Membantu mengembangkan niat pendidikan dan

latihan diri.

(8) Membantu membimbing terhadap pesrta didik

keperawatan.

(9) Menjaga terwujudnya visi dan misi Keperawatan dan

rumah sakit.

2) Pengorganisasian

(1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan.

(2) Merumuskan tujuan metode penugasan.


(3) Membuat rincian ketua tim Anggota tim secara jelas.

(4) Membuat rentang kendali Kepala Ruangan dan

membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3

Perawat.

(5) Mengatur dan mengendalikan tenaga Keperawatan

membuat proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap

hari, dll.

(6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan.

(7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek.

(8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada

ditempat kepada ketua tim.

(9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus

administrasi pasien.

(10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.

(11) Identifikasi masalah dan cara penanganan.

3) Pengarahan

a) Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua

tim.

b) Memberi pujian kepada anggota tim yang

melaksanakan tugas dengan baik.

c) Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan sikap.


d) Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan

berhubungan dengan Askep pasien.

e) Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.

f) Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan

dalam melaksanakan tugasnya.

g) Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.

4) Pengawasan

(1) Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi

langsung dengan ketua tim maupun pelaksana

mengenai Asuhan Keperawatan yang diberikan kepada

pasien.

(2) Melalui supervisi.

(3) Evaluasi.

(4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan

dengan rencana keperawatan yang sudah disusun

bersama ketua tim.

(5) Audit Keperawatan.

2) Ketua Tim

Ketua Tim merupakan perawat yang memiliki tanggung

jawab dalam perencenaan, kelancaran dan evaluasi dari askep

untuk semua pasien yang di lakukan oleh Tim di bawah

tanggung jawabnya (Nursalam 2015).

Tanggung Jawab ketua Tim:


(a) Perencanaan.

(b) Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi.

(c) Mengenal/mengetahui kondisi pasien dan pendapat menilai

tingkat kebutuhan pasien.

(d) Mengembangkan kemampuan anggota.

(e) Menyelenggarakan konference.

3) Perawat Pelaksana

Perawat pelaksanaan adalah merupakan seorang tenaga

keperawatan yang diberi wewenang untuk melaksanakan

pelayanan/ Asuhan keperawatan di ruang rawat. Tanggung

jawab perawat pelaksana Dalam melaksanakan tugasanya

perawat pelaksan diruang rawat bertanggung jawab kepada

kepala ruangan/kepala instalasi terhadap hal-hal sebagai berikut:

(a) Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan

pelaksanaan Asuhan keperawatan/kegiatan lainnya yang

dilakukan.

(b) Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan

pelaksanaan Asuhan Keperawatan atau kegiatan lain yang

dilakukan. Wewenang Perawat Pelaksana Dalam

melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana diruang rawat

mempunyai wewenang sebagai berikut

(1) Meminta informasi dan petunjuk kepada Katim

mengenai Asuhan keperawatan.


(2) Memberikan Asuhan Keperawatan kepada

pasien/keluarga pasien sesuai kemampuan dan batasan

dan kewenangan.

Uraian tugas perawat pelaksana

(1) Memelihara keberhasilan ruang rawat dan lingkungan.

(2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan

yang berlaku.

(3) Memelihara keperawatan dan medis agar selalu dalam

keadaan siap.

(4) Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan

diagnosa sesuai batas kewenangan.

(5) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan

kemampuannya.

(6) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai

kebutuhan dan batas kemampuanya antara lain :

Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program

pengobatan Memberikan penyuluhan kesehatan kepada

pasien dan keluarganya mengenai penyakitnya.

(7) Melatih/membantu pasien untuk melakukan latihan

gerak.

(8) Melaksanakan evaluasi tindakan, keperawatan sesuai

batas kemampuannya.
(9) Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan

tindakan yang tepat berdasarkan hasil observasi sesuai

batas kemampuannya.

(10) Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam

membahas kasus dan upaya meningkatkan mutu

Asuhan Keperawatan.

(11) Melaksanakan kasus dan upaya meningkatkan mutu

Asuhan keperawatan (Ratna Sitorus & Rumondang

Panjaitan, 2011).

7. Skenario Manejemen Keperawatan

a. Operan Jaga

a. Pengertian

Merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan

menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan

pasien. Siapa yang melakukan timbang terima?Siapa yang

menerima timbang terima?Kapan timbang terima dilaksanakan?

b. Tujuan

a) Menyampaikan kondisi dan keadaan pasien (data fokus)

b) menyampaikan hal yang sudah/belum dilakukan dalam

asuhan keperawatan kepada pasien.

c) menyusun rencana kerja untuk dinas berikutnya.

c. Manfaat

Bagi perawat.
a) Meningkatkan kemmapuan komunikasi antar perawat.

b) Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar

perawat.

c) Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang

berkesinambungan.

d) Perawatan dapat mengikuti perkembangan pasien secara

paripurna.

Bagi pasien

Klien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada

yang belum terungkap.

d. Langkah-Langkah Operan

a) Kedua kelompok shift dalam keadaan sudah siap.

b) Petugas Shift yang akan mengoperkan mempersiapkan hal-

hal yang akan disampaikan.

c) Perawat primer atau ketua tim menyampaikan kepada

penanggung jawab shift yang selanjutnya.

d) Penyampaian operan diatas harus dilakukan secara jelas &

tidak terburu-buru.

e) Perawat primer atau ketua tim& anggota kedua shift

observasi langsung kondisi klien.

e. Prosedur operan

a) Persiapan

(1) Kedua kelompok sudah dalam keadaan siap.


(2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku

catatan.

b) Pelaksanaan

(1) Operan dilaksanakan setiap pergantian shift.

(2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk

melaksanakan operan dengan mengkaji secara

komprehensif yang berkaitan tentang masalah

keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah &

yang belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya

yang perlu dilimpahkan.

c) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian

yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk

kemudian diserahterimakan kepada perawat jaga

berikutnya.

d) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat operan :

(1) Identitas pasien & diagnosa medis.

(2) Masalah keperawatan yang muncul.

(3) Tindakan keperawatan yang sudah dan yang belum.

(4) Intervensi kolaboratif dan dependensi.

(5) Rencana umum & persiapan lain.

e) Perawat yang melakukan operan dapat melakukan

klarifikasi, tanya jawab dan melakukan validasi terhadap

hal-hal yang dioperkan.


f) Penyampaian pada operan secara singkat & jelas.

g) Lama operan untuk tiap pasien tidak lebih dari 5 menit,

kecuali pada kondisi khusus.

h) Pelaporan untuk operan dituliskan secara langsung pada

buku laporan ruangan oleh Perawat primer.

f. Dokumentasi Dalam Operan

a) Identitas klien

b) Diagnosa medis klien

c) Dokter yang menangani

d) Kondisi saat klien ini.

e) Masalah Keperawatan.

f) Intervensi yang sudah dilakukan.

g) Intervensi yang belum dilakukan.

h) Tindakan kolaborasi.

i) Rencana umum dan persiapan lain

j) Tanda tangan dan nama terang

b. Pre Dan Post Konference

Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap

hari. Konferensi dilakukan sebelum atau setelah melakukan operan

dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas perawatan

pelaksanaan. konference sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri

sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar.

Konferensi terdiri dari pre conference dan post conference yaitu :


1) Pre Conference

Pre conference adalah komunikasi katim dan perawat

pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada

shift tersebut yang dipimpin oleh ketua tim atau penanggung

jawab tim. Jika yang dinas pada tim tersebut hanya satu orang,

maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah

rencana tiap perawat (rencana harian), dan tambahan rencana

dari katim dan PJ tim

Waktu : Setelah operan

Tempat : Meja masing – masing tim

Penanggung jawab : Ketua tim atau Pj tim

Kegiatan :

a) Ketua tim atau Pj tim membuka acara

b) Ketua tim atau pj tim menanjakan rencana harian masing –

masing perawat pelaksana.

c) Ketua tim atau Pj tim memberikan masukan dan tindakan

lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu.

d) Ketua tim atau Pj tim memberikan reinforcement

e) Ketua tim atau Pj tim menutup acara

2) Post Conference

Post conference adalah komunikasi katim dan perawat

pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum

operan kepada shift berikut. Isi post conference adalah hasil


askep tiap perawatan dan hal penting untuk operan (tindak

lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau Pj tim.

Waktu : Sebelum operan ke dinas berikutnya.

Tempat : Meja masing – masing tim.

Penanggung jawab : ketua tim atau Pj tim

Kegiatan :

a) Ketua tim atau Pj tim membuka acara.

b) Ketua tim atau Pj tim menanyakan kendala dalam asuhan

yang telah diberikan.

c) Ketua tim atau Pj tim yang menanyakan tindakan lanjut

asuhan klien yang harus dioperkan kepada perawat shift

berikutnya.

d) Ketua tim atau Pj menutup acara.

3) Tujuan Pre dan Post Conference

Secara umum tujuan konferensi adalah untuk menganalisa

masalah-masalah secara kritis dan menjabarkan alternatif

penyelesaian masalah, mendapatkan gambaran berbagai situasi

lapangan yang dapat menjadi masukan untuk menyusun rencana

antisipasi sehingga dapat meningkatkan kesiapan diri dalam

pemberian asuhan keperawatan dan merupakan cara yang efektif

untuk menghasilkan perubahan non kognitif (McKeachie, 1962).

Juga membantu koordinasi dalam rencana pemberian asuhan


keperawatan sehingga tidak terjadi pengulangan asuhan,

kebingungan dan frustasi bagi pemberi asuhan.

a) Tujuan pre conference adalah:

(1) Membantu untuk mengidentifikasi masalah-masalah

pasien, merencanakan asuhan dan merencanakan

evaluasi hasil.

(2) Mempersiapkan hal-hal yang akan ditemui di lapangan.

(3) Memberikan kesempatan untuk berdiskusi tentang

keadaan pasien

b) Tujuan post conference adalah:

Untuk memberikan kesempatan mendiskusikan

penyelesaian masalah dan membandingkan masalah yang

dijumpai.

4) Syarat Pre dan Post Conference

a) Pre conference dilaksanakan sebelum pemberian asuhan

keperawatan dan post conference dilakukan sesudah

pemberian asuhan keperawatan.

b) Waktu efektif yang diperlukan 10 atau 15 menit

c) Topik yang dibicarakan harus dibatasi, umumnya tentang

keadaan pasien, perencanaan tindakan rencana dan data-

data yang perlu ditambahkan.

d) Yang terlibat dalam conference adalah kepala ruangan,

ketua tim dan anggota tim


5) Panduan perawat pelaksanaan dalam melaksanakan konferensi

Adapun panduan bagi PP dalam melakukan konferensi adalah

sebagai berikut: (Ratna Sitorus, 2006).

a) Konferensi dilakukan setiap hari segera setelah dilakukan

pergantian dinas pagi atau sore sesuai dengan jadwal

perawatan pelaksana.

b) Konferensi dihadiri oleh perawat pelaksana dan PA dalam

timnya masing – masing.

c) Penyampaian perkembangan dan masalah klien berdasarkan

hasil evaluasi kemarin dan kondisi klien yang dilaporkan

oleh dinas malam.

6) Hal hal yang disampaikan oleh perawat pelaksana meliputi :

a) Keluhan klien

b) TTV dan kesadaran

c) Hasil pemeriksaan laboraturium atau diagnostic terbaru.

d) Masalah keperawatan.

e) Rencana keperawatan hari ini.

f) Perubahan keadaan terapi medis.

g) Rencana medis.

c. Ronde Keperawatan

Ronde keperawatan adalah suatu bagian kegiatan asuhan

keperawatan dengan membahas kasus tertentu dengan harapan

adanya transfer pengetahuan dan aplikasi pengetahuan secara teoritis


kedalam praktek keperawatan secara langsung yang dilakukan oleh

perawat konselor, kepala ruangan, kabid keperawatan dengan

melibatkan seluruh tim keperawatan.    Karakteristik dari ronde

keperawatan meliputi : pasien dilibatkan secara langsung, pasien

merupakan fokus kegiatan, perawat yang terlibat melakukan diskusi,

konselor memfasilitasi kreatifitas dan membantu mengembangkan

kemampuan perawat dalam meningkatkan kemampuan mengatasi

masalah.

1) Tujuan

a) Menumbuhkan cara berfikir kritis

b) Menumbuhkan cara berfikir tentang tindakan keperawatan

yang berorientasi pada masalah klien

c) Meningkatkan cara berfikir yang sistematis

d) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien

e) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnose

keperawatan

f) Meningkatkan kemampuan justifikasi

g) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja

h) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan

keperawatan
2) Manfaat

a) Bagi perawat

(1) Terciptanya komunitas perawatan yang professional

(2) Terjalin kerjasama antar TIM

(3) Perawat dapat melaksanakan model asuhan

keperawatan yang tepat dan benar

b) Bagi pasien

(1) Masalah pasien dapat teratasi.

(2) Kebutuhan pasien dapat terpenuhi

3) Pelaksanaan Ronde

a) Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yanng

difokuskan pada masalah keperawatan dan rencanan

tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah

dilaksanakan serta memilih prioritas yang perlu

didiskusikan

b) Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut

c) Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor

atau kepala ruangan tentang masalah pasien serta rencana

tindakan yang akan dilakukan.


Sumber Daya
a. Ketenagaan
Data Tenaga Medis

NO NAMA TENAGA JUMLAH

1 DOKTER SUB SPESIALIS 6 Orang


2 DOKTER SPESIALIS 32 Orang
3 DOKTER UMUM 20 Orang
4 DOKTER GIGI SPESIALIS 3 Orang
5 DOKTER GIGI 5 Orang
6 PERAWAT 148 Orang
7 BIDAN 20 Orang
8 APOTEKER 11 Orang
9 ASISTEN APOTEKER 9 Orang
10 NUTRISIONIS 26 Orang
11 PEREKAM MEDIS 7 Orang
12 SANITARIAN 18 Orang
13 RADIGRAFER 8 Orang
14 FISISOTRAFIS 13 Orang
15 PSIKOLOG KLINIS 1 Orang
16 ADMINISTRATOR KESEHATAN 9 Orang
17 EFIDEMIOLOG KESEHATAN 4 Orang
18 PERANATAL LABORATORIUM KES. 14 Orang
19 PENYULUH KESEHATAN MAYARAKAT 4 Orang
20 OKUPASI TRAFIS 2 Orang
21 ORTOTIKPROSTETIS 2 Orang
22 TEKNISIS ELEKRO MEDIS 2 Orang
23 TEKNISIS GIGI 2 Orang
24 TRAFIS BICARA 2 Orang
25 TENAGA ADMINISTRASI 115 Orang
26 PENGEMUDI DAN PETUGAS KEAMANAN 27 Orang
TOTAL 510 Orang
2. Gambaran umum ruangan Melati

Ruangan Melati terdapat 4 kamar perawatan , 17 bed tempat tidur

pasien, nurse station 1 ruang, ruang perawat 1 ruang.

Rungan perawatan Melati dikepalai oleh seorang kepala instalasi

dengan latar belakang ners.

Rungan perawatan Melati dipimpin oleh kepala ruangan dengan

kualifikasi pendidikan S1+Ners model metode asuhan keperawatan yang

digunakan adalah MPKP, dimana kepala ruangan, ketua tim dan perawat

pelaksana bekerja sesuai shif.

3. Jumlah dan Kualifikasi Tenaga Perawat di Ruang Melati

NO TENAGA KEPERAWATAN n
1 Ners 3 Orang
2 S1 Keperawatan 4 Orang
3 DIII Keperawatan 4 Orang
Total 11 Orang

Anda mungkin juga menyukai