Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROGRAFI II

ELEVASI

Disusun Oleh :

Nama : Mawar Sinar Vanya Atasya


NIM : 118230075
Kelompok : 8 (RA)
Asisten Praktikum : - Yuni Ekayani (23117058)
- Rizky Faldo (23117101)

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


JURUSAN INFRASTRUKTUR DAN KEWILAYAHAN
TEKNIK GEOMATIKA
2021
I. METODOLOGI
1.1 Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Jumat, 23 April 2021
Waktu : 13.00-15.00
Tempat : Institut Teknologi Sumatera
1.2 Alat dan Bahan
a. Waterpass 1 buah
b. Statif 1 buah
c. Rambu Ukur 2 buah
d. Meteran 1 buah
e. Kalkulator 1 buah
f. Alat tulis 1 set
g. Helm 4 buah
h. Rompi 4 buah
1.3 Tujuan
a. Praktikan dapat melakukan pengukuran beda tinggi suatu titik pada double
stand.
b. Praktikan dapat melakukan proses pengolahan data elevasi.
1.4 Langkah kerja
a. Lakukan pemasangan patok yang telah dibuat rencananya dalam beberapa
slag.
b. Siapkan alat yang akan digunakan dan cek kondisi alat
c. Ukur jarak antar slag, dalam hal ini slag yang digunakan merupakan slag 7
ke slag 8. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam mendirikan alat yang
akan digunakan.
d. Dirikan alat dan lakukan sentring alat waterpass.
e. Ukur tinggi alat.
f. Lalu lakukan pengukuran beda tinggi pada stand pertama, lalu bidik BA,
BB, BT.
g. Lakukan pengukuran dengan cara membidik rambu ukur bagian muka dan
belakang.
h. Catat hasil BA, BB, BT yang didapat.
i. Lakukan sentring ulang untuk melakukan pengukuran pada stand berikutnya
(double stand). Ukur tinggi alat. Bidik rambu ukur seperti sebelumnya.
j. Catat kembali hasil pengukuran.
k. Rapihkan dan masukkan kembali atal yang digunakan.
II. HASIL
Tabel 1. Perhitungan elevasi
Muka Belakang
STA Stand TA (m) Target Bacaan Benang (m) Bacaan Benang (m) Jarak (m) dh dh rata - rata
BA BT BB BA BT BB
P7 1,597 1,571 1,545
1 1,252 23 1,129
P8 0.502 0.442 0.384
Slag 8 1,121
P7 1,694 1,668 1,642
2 1,380 23 1,114
P8 0.614 0.554 0.495

III. ANALISIS
Pada praktikum Hidrografi II mengenai Elevasi ini dilakukan untuk mengetahui
hasil beda tinggi dari suatu titik. Praktikum kali ini menggunakan alat waterpass.
Waterpass (penyipat datar) adalah suatu alat ukur tanah yang dipergunakan untuk
mengukur beda tinggi antara titik-titik saling berdekatan. Beda tinggi tersebut
ditentukan dengan garis-garis visir (sumbu teropong) horizontal yang ditunjukan ke
rambu-rambu ukur yang vertical. Pekerjaan ini dilakukan dalam rangka penentuan
tiggi suatu titik yang akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu system
referensi atau bidang acuan. Sistem referensi atau acaun yang digunakan adalah
tinggi muka air air laut rata-rata atau Mean sea Level (MSL) atau system referensi
lain yang dipilih. Sistem referensi ini mempunyai arti sangat penting, terutama
dalam bidang keairan, misalnya: Irigasi, Hidrologi, dan sebagainya.
Pengukuran beda tinggi ini dilakukan dengan menentukan nilai bacaan benang
atas (BA), benang tengah (BT), dan benang bawah (BB), dimana hasil pengukuran
tersebut tidak boleh melewati batas toleransi yang ditentukan. Batas nilai toleransi
maksimum sebesar 0.002 m atau 2 mm. Apabila hasil pengukuran melebihi batas
toleransi maka diperlukan pengukuran ulang. Pada praktikum ini kami melakukan
pengukuran pada slag 8 dan pengukuran dilakukan secara double stand. Pada
pengukuran pulang pergi atau dua kali (double stand) pada umumnya tidak
menghasilkan angka beda tinggi yang sama. Apabila selisih pengukuran pulang pergi
atau dua kali (double stand) sama dengan atau lebih kecil dari ( < ) toleransi, maka
pengukuran tersebut diterima.
Nilai BA, BB, BT yang didapat pada stand 1 pada pengukuran kemuka titik P7
yaitu sebesar 1.597, 1.545, 1.571 sedangkan pada stand 2 pengukuran muka pada
titik P7 BA, BB, BT sebesar 1.694, 1.642, dan 1.668. Pada tabel 1. Hasil Perhitungan
elevasi didapatkan nilai tinggi alat pada stand 1 sebesar 1.252 m, Δh sebesar 1.129
m, sedangkan pada stand 2 tinggi alat sebesar 1.380 m, nilai Δh sebesar 1.114 m, dan
didapat nilai Δh rata-rata sebesar 1.121 m. Jarak titik P7 dan P8 sebesar 23 m. rumus
untuk mencari nilai jarak optis yaitu D = ( BA – BB ) x 100.

IV. Kesimpulan
a. Pengukuran elevasi/levelling bertujuan untuk penentuan tiggi suatu titik yang
akan ditentukan ketiggiannya berdasarkan suatu system referensi atau bidang
acuan MSL.
b. Pengukuran dengan metode double stand dengan alat sipat datar ditujukan untuk
memperkecil nilai keslaahan dalam pembacaan nilai pengukuran.
c. Nilai Δh yang didapat pada stand 1 sebesar 1,129 m, sedangakan nilai Δh pada
stand 2 sebesar 1,114 m.
d. Dalam melakukan pembacaan BA, BB, BT harus teliti agar selisih koreksi yang
didapatkan pada hasil pengukuran double stand tidak terlalu jauh.
e. Nilai bacaan rambu BT dengan hasil perhitungan sama.
V. Lampiran

Anda mungkin juga menyukai