jantung janin pada masa kehamilan. Faktor lingkungan dan faktor genetika berperan penting. Peran genetik semakin banyak diteliti sebagai faktor penyebab terjadinya Tetralogy of Fallot. Gambaran terjadinya defek akibat genetik adalah sebagai berikut. Terjadi gangguan pada gen yang berperan meregulasi pembentukan jantung (mutasi, delesi, metilasi) atau abnormalitas kromosom (trisomi 18 atau trisomi 21) Aktivitas gen yang meregulasi pembentukan jantung menghilang Terjadi defek tunggal perkembangan jantung yakni perpindahan bagian infundibular (saluran keluar/outflow tract) dari septum intraventrikular ke arah anterior dan sefalad.[3] Outlet septum mengalami deviasi[1,2] Akibat defek tersebut terjadi empat anomali yang merupakan karakteristik Tetralogy of Fallot, yaitu: Ventricular septal defect (VSD), yang disebabkan oleh septum intraventrikular yang tidak sejajar atau deviasi sehingga terjadi defek pintas antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan Stenosis pulmonal subvalvular, yang diakibatkan pindahnya septum infundibular atau deviasi outlet septum. Deviasi outlet septum menyebabkan salah satu sisinya mengalami muskularisasi. Akibat muskularisasi, infundibulum pulmonal mengalami penebalan. Bila terjadi penebalan yang progresif, atresia pulmonal komplit dapat terjadi.[4] Overriding aorta, yang mengakibatkan aorta mendapat aliran darah dari kedua ventrikel baik ventrikel kiri maupun ventrikel kanan. Hipertrofi ventrikel kanan, diakibatkan oleh tingginya tekanan di ventrikel kanan. Tekanan meningkat di ventrikel kanan karena adanya stenosis pulmonal Tekanan yang meningkat di ventrikel kanan akibat stenosis pulmonal menyebabkan aliran darah dari ventrikel kanan masuk ke ventrikel kiri melalui celah VSD. Aliran darah yang berasal dari vena sistemik memiliki kadar oksigen yang rendah. Aliran darah tersebut bercampur dengan darah kaya oksigen di ventrikel kiri dan dipompakan menuju aliran arteri sistemik ke seluruh tubuh. Bercampurnya darah kaya oksigen dengan darah kurang oksigen menghasilkan hipoksemia aliran darah sistemik. Hipoksemia aliran darah sistemik menyebabkan sianosis.[3,4]