Anda di halaman 1dari 7

D.

Jus jambu biji untuk Radikal bebas

Sel secara rutin menghasilkan radikal bebas dan kelompok oksigen reaktif (reactive oxygen
species/ROS) yang merupakan bagian dari proses metabolisme (Daniel Et al, 2010; Urso, 2003).
Radikal bebas adalah setiap molekul yang mengandung satu Elektron atau lebih yang tidak
berpasangan (Clarkson dan Thomson, 2000, Silalahi, 2006). Radikal bebas yang termasuk kelompok
oksigen reaktif (ROS) diantaranya Adalah radikal superoksid, radikal hidroksil, radikal hidroksil
peroksida dan oksigen Tunggal (Daniel et al, 2010). Pada saat produksi radikal bebas melebihi
antioksidan Pertahanan seluler maka dapat terjadi stres oksidatif, dimana salah satu faktor
penyebabnya adalah akibat aktifitas fisik (Daniel et al, 2010; Urso, 2003) yang dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel-sel (Dekany et al, 2008).Radikal bebas yang terbentuk di dalam tubuh akan
dinetralkan oleh elaborasi sistem pertahanan antara antioksidan enzim-enzim seperti katalase (CAT),
superoksid dismutase (SOD), glutation peroxidase (GPx) dan sejumlah anti oksidan non enzim
termasuk diantaranya vitamin A, E dan C, glutatione, ubiquinone dan flavonoid (Urso, 2003). Pada
saat produksi radikal bebas melebihi antioksidan pertahanan seluler maka dapat terjadi stres
oksidatif (Daniel et al, 2010). Beberapa hasil studi melaporkan bahwa aktifitas fisik aerobik akut
berkontribusi terhadap stress oksidatif khususnya ketika latihan dengan intensitas tinggi. Dua
mekanisme yang menyebabkan stress oksidatif pada latihan aerobik dengan intensitas tinggi adalah
meningkatnya pro-oksidan melalui efek peningkatan konsumsi oksigen yang meningkat 10 sampai 15
kali dibandingkan pada saat istirahat dan antioksidan yang relatif tidak mencukupi dibandingkan
prooksidan (Alessio et al, 2000). Sementara itu menurut Ji (1999), selama aktifitas fisik maksimal
konsumsi oksigen seluruh tubuh meningkat sampai 20 kali, sedangkan konsumsi oksigen pada
serabut otot diperkirakan meningkat sampai 100 kali lipat.Pada kondisi stres oksidatif, radikal bebas
akan menyebabkan terjadinya peroksidasi lipid (Evans, 2000), kerusakan pada jaringan otot (Vina, et
al., 2000), perubahan aktifitas antioksidan enzim (Urso, 2003), meningkatkan jumlah leukosit lebih
dari 10.000 sel/μL (Gokhan et al., 1992 yang akhirnya dapat mempengaruhi performance atlet.
Jumlah leukosit perifer dapat menjadi sumber informasi untuk diagnosa dan prognosa serta
gambaran kerusakan organ dan pemulihan setelah olahraga (Sodique et al., 2000).Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Patlar, 2010 yang meneliti tentang pengaruh aktifitas fisik akut dan latihan
selama 4 minggu dengan intensitas submaksimal melaporkan terjadi peningkatan jumlah leukosit.
Hasil penelitian ini sejalan penelitian yang melaporkan bahwa berlari pada treadmill selama 30 menit
dengan intensitas 85% dari VO2max dan dengan intensitas 60% VO2max selama 90 menit dapat
meningkatkan jumlah leukosit (Valizadeh dkk, 2011).Turunnya kadar antioksidan, meningkatnya
jumlah leukosit dan terjadinya peroksidasi lipid akibat aktifitas fisik sejalan dengan pernyataan
Colgan, 1986 yang mengemukakan bahwa bahwa atlet di bawah pelatihan berat dan kompetisi tidak
mampu mempertahankan kadar antioksidan secara optimal pada jaringan. Sehubungan dengan itu,
Gomez (2008) mengatakan kerusakan oksidatif akibat aktifitas fisik mungkin dapat dicegah dengan
mengoptimalkan gizi, terutama dengan meningkatkan kandungan antioksidan makanan. Menurut
Silalahi (2006) khasiat antioksidan akan lebih efektif bila mengkonsumsi sayur-sayuran atau buah-
buahan yang kaya antioksidan dari berbagai jenis dari pada menggunakan antioksidan tunggal
seperti vitamin E. Hal ini mungkin dikarenakan oleh adanya komponen lain dan interaksinya dalam
sayur-sayuran dan buah-buahan yang berperan secara positif. Salah satu alternatif bahan alam yang
mempunyai kandungan antioksidan adalah buah jambu biji merah. Buah jambu biji merah diketahui
mempunyai kandungan vitamin C lima kali lebih besar dibandingkan dengan buah jeruk (Kumar,
2012). Senyawa lain dalam buah jambu biji yang berfungsi sebagai antioksidan adalah karotenoid
seperti beta-karoten, lycopene, beta-cryptoxanthin dan polifenol (Nascimento et al, 2010; Oliveira et
al, 2010; Ordonez-Santos dan Vazquez-Riascos, 2010). Sebagai antioksidan, β-karoten bekerja
menangkap radikal bebas terutama radikal peroksil dan hidroksil dan β-karoten bekerja sinergis
dengan vitamin C dan E (Silalahi, 2006). Keistimewaan buah jambu biji yang memiliki berbagai jenis
antioksidan dan potensi aktivitas antioksidannya yang besar, membuat peneliti merasa tertarik dan
perlu meneliti efek antioksidan buah jambu biji merah terhadap kadar hematologi pada aktifitas fisik
maksimal.

bahwa aktivitas fisik yang berat dan melelahkan, memicu jumlah radikal bebas melebihi kemampuan
kapasitas sistem pertahanan antioksidan, dan ketidakseimbangan ini dapat menyebabkan stres
oksidatif yang pada akhirnya dapat merangsang aktivitas sel lekosit sehingga memicu terjadinya
peningkatan jumlah lekosit melebihi jumlah base line hitung lekosit (Nieman, 2000). Menurut
Cooper jika radikal bebas yang terbentuk melebihi 5% akibat aktifitas fisik berat, maka antioksidan di
dalam tubuh tidak mampu untuk menetralkan produksi radikal bebas sehingga menimbulkan strees
oksidatif yang akan merangsang sel leukosit (Cooper, 2000). Hal ini didukung hasil penelitian yang
melaporkn stres oksidatif akibat aktifitas fisik dapat mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah
antioksidan (Thirumalai, 2011). Apabila aktivitas antioksidan terganggu, maka akan terjadi
penimbunan superoksida dan hidrogen peroksida sehingga terbentuk reaksi berantai yang dapat
menyebabkan cedera dan peradangan jaringan. Pada saat terjadi kerusakan jaringan atau
cedera,yang pertama kali datang di tempat cedera atau peradangan ini adalah leukosit khususnya
neutrofil. Leukosit akan bermigrasi dengan cepat dan berkumpul di jaringan yang mengalami cedera.
Senyawa kimia yang dilepaskan dari jaringan yang meradang merupakan faktor penginduksi
leukositosis.Faktor ini berdifusi dari jaringan yang meradang ke dalam darah dan dibawa ke sumsum
tulang yang menyebabkan pelepasan leukosit terutama neutrofil (Guyton dan Hall,
2008).Peningkatan jumlah leukosit setelah aktifitas dikarenakan banyaknya leukosit yang mengikut
(masuk) ke dalam dinding pembuluh darah (endothelium) dengan cara diapenesis ke dalam sirkulasi
dari penyimpanannya (cadangan) secara tiba-tiba (Sodique, 2000). Demarginasi dipengaruhi oleh
hormon adrenalin yang menyebabkan menurunnya perlekatan leukosit pada endotelium. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilaporkan bahwa pada aktifitas singkat (<1jam), hanya
pengaruh katekolamin yang menyebabkan terjadinya peningkatan ratio sirkulasi ke non sirkulasi sel
yang mengakibatkan peningkatan mobilisasi leukosit dari sumsum tulang ke darah sehingga terjadi
proses demarginasi dari dinding pembuluh darah secara diapenesis (Sodique, 2000., Risoy, 2003).
Peningkatan jumlah sel darah putih pada kelompok kontrol sesuai dengan laporan penelitian yang
dilakukan oleh Harahap (2008) dan Suzuki (2004) yang melaporkan adanya peningkatan jumlah
leukosit setelah melakukan aktifitas fisik maksimal dan aktifitas fisik yang berat secara singkat yang
berkisar antara 15 menit, maupun aktifitas fisik yang berat dan lama sampai 60 menit. Peningkatan
jumlah leukosit juga terjadi pada latihan dengan intensitas sub maksimal (Patlar, 2010, Valizadeh
dkk, 2011).

Pemberian jus buah jambu biji merah (JBJBM) pada penelitian ini dapat mengurangi peningkatan
jumlah leukosit dibandingkan dengan kelompok kontrol pada saat melakukan aktifitas fisik
maksimal. Berkurangnya peningkatan jumlah leukosit lebih besar pada kelompok P2 (JBJBM 3x1 hari)
dibandingkan dengan P1 (JBJBM 1x1 hari). Hal ini tentu berkaitan dengan dosis pemberian, dimana
semakin besar dosis yang diberikan, maka kadar antioksidan semakin tinggi untuk menetralkan
radikal bebas yang terbentuk pada saat melakukan aktifitas fisik maksimal. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rahman, dkk yang melaporkan bahwa mengkonsumsi
buah jambu biji merah dapat meningkatkan antioksidan tubuh (Ahmad dkk, 2006).

Buah jambu biji merah diketahui mempunyai kandungan vitamin C lima kali lebih besar
dibandingkan dengan buah jeruk (Kumar, 2012). Senyawa lain dalam buah jambu biji yang berfungsi
sebagai antioksidan adalah karotenoid seperti beta-karoten, lycopene, beta-cryptoxanthin dan
polifenol (Nascimento et al, 2010; Oliveira et al, 2010; Ordonez-Santos dan Vazquez-Riascos, 2010).
Sebagai antioksidan, β-karoten bekerja menangkap radikal bebas terutama radikal peroksil dan
hidroksil dan β-karoten bekerja sinergis dengan vitamin C dan E (Silalahi, 2006). Likopen mampu
menstimulasi kerja enzim antioksidan seperti SOD, GPx, dan katalase. Enzim SOD berfungsi untuk
mencegah penimbunan superoksida, enzim katalase dan GPx mencegah penimbunan H2O2 dengan
jalan menguraikan H2O2 menjadi H2O atau H2O + O2. Dengan berkurangnya H2O2 berarti
terbentuknya radikal hidroksil dapat dicegah, sehingga terjadinya lipid peroksidasi akan semakin
berkurang dan peradangan atau kerusakan jaringan dapat dicegah (Winarsi, 2007).

Kesimpulan : disimpulkan pemberian jus buah jambu biji merah pada atlet selama menjalani
program latihan dapat mengurangi peningkatan jumlah leukosit pada saat melakukan aktifitas fisik
maksimal. Disarankan kepada atlet selama menjalani program latihan untuk meningkatkan status
antioksidan tubuhnya dengan mengkonsumsi antioksidan alami untuk mencegah terjadinya
stressoksidatif akibat aktifitas fisik terutama aktifitas fisik berat.

Referensi : http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/so

E. Minuman tempe bagi atlet

Latihan merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh seorang atlet sebelum mengikuti suatu
pertandingan. Salah satu diantaranya adalah latihan kekuatan seperti angkat beban, latihan
kekuatan tersebut akan memicu kerusakan otot yang ditandai dengan peningkatan kadar kreatin
kinase serum, nyeri otot dan penurunan kekuatan otot. Hasil penelitian yang dilakukan Udani dan
Singh (2009) mengungkapkan bahwa terjadi peningkatan kerusakan otot dan rasa nyeri setelah
melakukan latihan kekuatan dengan squats. Penelitian Cooke dkk. (2010) menunjukkan adanya
peningkatan yang signifi kan terhadap kerusakan otot setelah latihan kekuatan dengan
menggunakan leg press.Kerusakan otot yang terjadi harus segera dipulihkan karena akan
mempengaruhi latihan berikutnya, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap prestasi. Untuk
membantu pemulihan kerusakan otot setelah latihan kekuatan diperlukan minuman yang
mengandung protein untuk mempercepat proses pemulihan tersebut. Beberapa penelitian tentang
pemulihan kerusakan otot pada umumnya menggunakan sumber protein yang berasal dari susu
seperti Gilson dan Saunders (2010) menggunakan susu coklat, Cockburn dkk. (2010) menggunakan
susu, sedangkan penelitian lainnya menggunakan whey protein (Buckley dkk., 2008; White dkk.,
2008; Cooke dkk., 2010; Burnley dkk., 2010). Penelitian yang menggunakan asam amino bebas
seperti asam amino rantai bercabang (BCAA) dilakukan oleh Matsumoto dkk. (2009); Howatson dan
Someren (2012); Jackman dkk. (2010), sedangkan Street dkk. (2011) menggunakan glutamin dan
Kirby dkk. (2012) menggunakan asam amino leusin.Tempe merupakan makanan tradisional yang
sangat populer di Indonesia, sebagian penduduk Indonesia biasa mengonsumsi tempe sebagai lauk
pauk atau sebagai kudapan. Sebagai pangan tradisional, tempe mempunyai komposisi gizi dan non
gizi seperti isofl avon yang lebih baik dibanding kedelai. Selain itu tempe mudah diproduksi, banyak
tersedia di pasaran, harga relatif terjangkau, serta mudah pengolahannya. Menurut Wang dkk.
(1996) Tempe merupakan produk olahan kedelai melalui proses fermentasi dengan penambahan
Rhizopus oligosporus. Tempe mempunyai banyak keunggulan, jumlah total asam amino kedelai
meningkat bermakna saat proses fermentasi. Formasi total dari asam amino kedelai meningkat 3-10
kali setelah menjadi tempe. Hal tersebut karena R. oligosporusmenghidrolisis protein asam amino
dan peptida. Tempe juga mengandung asam amino rantai bercabang (branch chain amino
acid/BCAA), yaitu valin, leusin, isoleusin yang tinggi, yang sangat dibutuhkan dalam pemulihan
kerusakan otot setelah latihan kekuatan. Tempe mempunyai nilai cerna yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kedelai, keadaan tersebut meningkatkan mutu gizi protein tempe (Hermana
dkk., 1996). Menurut Utari (2011) tempe juga mengandung isofl avon, dan isofl avon merupakan
golongan fi tokimia yang mempunyai peran sebagai antioksidan.

Di pasaran produk minuman olahraga yang mengandung protein yang dapat digunakan untuk
pemulihan kerusakan otot, umumnya berbasis dari susu, yang harganya relatif lebih mahal. Oleh
karena itu perlu dicari alternatif untuk menciptakan suatu minuman yang mempunyai nilai gizi yang
baik, rasanya nikmat dan harganya terjangkau. Berdasarkan potensi yang dimiliki tempe, tempe
dapat dijadikan salah satu alternatif sebagai minuman olahraga untuk pemulihan kerusakan otot,
selain mempunyai kualitas protein yang baik yang mengandung asam amino BCAA, tempe juga
mengandung isofl avon yang diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pemulihan kerusakan
otot setelah melakukan latihan olahraga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari formula
minuman olahraga berbasis tempe yang tepat dalam kandungan gizi dan sensorinya untuk
pemulihan kerusakan otot

Formulasi minuman olahraga berbasis tepung tempe menggunakan rancangan percobaan RAL
(Rancangan Acak Lengkap) dengan perlakuan tunggal, yaitu jumlah air yang digunakan untuk
melarutkan tepung tempe, yang terdiri daritiga tingkatan perlakuan, yaitu 500 ml, 600 ml dan 700 ml
(air digunakan untuk melarutkan tepung tempe). Setiap sajian minuman mengandung 23 gram
protein. Penerimaan minuman olahraga berbasis tempe dilakukan dengan uji organoleptik berupa
uji hedonik.

Formulasi Minuman Olahraga Berbasis Tepung TempeFormulasi minuman tempe didasarkan pada
penelitian White dkk. (2008) yang menggunakan protein sebanyak 23 gram dalam penelitiannya
dengan pemberian whey protein untuk pemulihan kerusakan otot setelah latihan kekuatan,
sehingga formulasi minuman olahraga berbasis tempe ini dibuat dengan mengandung 23 gram
protein per sajian. Formulasi minuman olahraga berbasis tempe mengandung karbohidrat sebanyak
8% terhadap total jumlah air, hal ini berdasarkan pada syarat dari minuman isotonik yang sebaiknya
mengandung karbohidrat sebayak 4-8% (Bean, 2009). Bubuk coklat yang digunakan sebanyak 0,05%
terhadap total jumlah air. Formula minuman olahraga berbasis tempe menggunakan tiga tingkatan
perlakuan penambahan air yaitu 500 ml (A), 600 ml (B) dan 700 ml (C) untuk menyeduh tepung
tempe menjadi minuman tempe yang mengandung 23 gram protein.

Protein dan asam amino merupakan zat gizi yang menjadi perhatian utama dalam formulasi
minuman ini, karena formulasi minuman ini bertujuan untuk membuat formula minuman yang
digunakan untuk mempercepat pemulihan kerusakan otot setelah latihan kekuatan dan dapat
diterima oleh konsumen. Menurut Nosaka (2007) bahwa asupan protein berperan dalam pemulihan
kerusakan otot yang dipicu karena latihan kekuatan, pemulihan dari kerusakan otot akan
mendapatkan manfaat dari kenaikan ketersediaan asam amino, seperti arginin, glutamin dan BCAA
(isoleusin, leusin dan valin). Indikator bahwa telah terjadi pemulihan kerusakan otot adalah
menurunnya kreatin kinase darah, menurunnya nyeri otot dan peningkatan kekuatan otot
(Cockburn, 2010).Minuman tempe per sajiannya (600 ml) mengandung protein sejumlah 23 gram
dengan kandungan asam amino Bila dibandingkan dengan whey protein yang digunakan dalam
penelitian White dkk. (2008) minuman tempe ini mempunyai kandungan protein yang sama,
sedangkan masing-masing asam amino mempunyai kandungan yang berbeda. Dalam minuman
olahraga berbasis tempe ini mengandung asam amino BCAA yaitu valin, leusin dan isoleusin yang
tinggi, asam amino BCAA penting dalam proses pemulihan kerusakan otot. Kandungan isoleusin,
leusin dan valin masing-masing adalah 1111,8 mg, 1922,7 mg, dan 1127,1 mg, total asam amino
BCAA per sajian adalah 4161,6 mg. Bila dibandingkan dengan minuman whey protein, minuman
tempe memberikan kontribusi valin sebesar 78,27%, isoleusin 73,14% dan leusin
77,84%.Suplementasi protein telah terbukti meringankan kerusakan otot, yang ditandai dengan
berkurangnya kadar kreatin kinase, mengurangi rasa nyeri otot serta meningkatkan fungsi otot
(Millard dkk., 2005). Shimomura dkk. (2006) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa pemberian
asam amino bercabang (BCAA) sebelum latihan kekuatan, dapat menurunkan rasa nyeri otot
dibandingkan dengan kelompok plasebo. Pemberian protein utuh yang dikombinasikan dengan
karbohidrat sebelum, sesudah, atau selama latihan daya tahan dapat memberikan efek penurunan
nyeri otot setelah latihan (Millard dkk., 2005). Begitu juga penelitian yang dilakukan Seifert dkk.
(2005) bahwa pemberian protein utuh dapat menurunkan konsentrasi kreatin kinase plasma.
Sedangkan menurut Buckley dkk. (2010), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa konsumsi whey
protein setelah latihan kekuatan, pemulihan kekuatan otot dapat meningkat.Selain mengandung
protein yang baik, minuman olahraga berbasis tempe per sajian juga mengandung energi sebesar
438 kkal dan juga kaya akan zat gizi lain seperti karbohidrat sebanyak 48 gram, lemak 17,11 gram,
mineral yang terdiri dari kalsium 72,92 mg, zat besi 9,46 mg, natrium 2,37 mg, magnesium 33,12 mg
dan klorida 21,30 mg, vitamin B6 0,07 mg dan mengandung isofl avon sebesar 25,78 mg

Karbohidrat dan protein yang terkandung dalam minuman ini memberikan manfaat yang baik karena
menurut Bloomer dkk. (2000) mengonsumsi minuman protein karbohidrat segera setelah latihan
kekuatan mendorong lebih Efi sien pertumbuhan otot jaringan serta pengisian bahan Bakar glikogen
lebih cepat, dibandingkan dengan minuman Karbohidrat saja atau plasebo.Kerusakan otot dapat
diperparah dengan hadirnya Radikal bebas yang berpotensi menyebabkan kerusakan otot Lanjut
(Malm dkk., 1999; MacIntyre dan Someren 2001). Aktivasi radikal bebas dapat menyebabkan lisis
membran Sel otot (Tidball, 2005). Radikal bebas dapat dihasilkan Selama dan setelah latihan
kekuatan. Radikal bebas dapat Menyebabkan kerusakan otot secara sekunder (Howatson

Dan Someren, 2010). Kelebihan lain dari minuman tempe ini Adalah kandungan isofl avonnya, yang
dapat berperan sebagai Antioksidan guna menangkal radikal bebas. Menurut Utari (2011) isofl avon
berperan dalam menangkal radikal bebas Melalui pemutusan rantai propagasi radikal bebas,
hidroksi Akan mendonorkan elektron atau hidrogen sehingga terjadi Pembersihan (scavenging) atau
penghalang (interceptor) Terhadap radikal bebas. Isofl avon juga mempunyai peran dalam
Pemutusan rantai propagasi melalui pengikatan (chelating) ion Metal transisi sehingga ion asing
tersebut dapat dihilangkan Dan efek prooksidannya dapat dihambat. Kandungan isofl avon Sebesar
25,78 mg yang terdapat dalam minuman tempe ini Dapat berperan dalam mempercepat pemulihan
kerusakan Orot. Jumlah isofl avon tersebut sudah memenuhi 85,93% dari Rekomendasi minimum
yang dianjurkan yaitu 30-100 mg/Orang/hari (Messina, 2002).Minuman olahraga berbasis tempe ini
dalam Penggunaannya diberikan sejumlah 600 ml, diminum Sekaligus segera setelah latihan
kekuatan. Minuman yang hasilkan perlu dilakukan pengocokan sebelum diminum Karena ukuran
partikel yang lolos ayakan 80 mesh tidak bisa Terlarut secara sempurna. Dengan melihat kandungan
zat gizi Dan non gizi, perlu dikaji lebih lanjut pengaruh minuman Tempe untuk pemulihan kerusakan
otot setelah latihan Kekuatan pada atlet.

Kesimpulan : . Kandungan gizi minuman olahraga berbasis tempe per sajian (600 ml) mengandung
energi sebesar 438 kkal, 23 g protein, asam amino BCAA 4161,6 mg, karbohidrat 48 g, lemak 17,11 g,
kalsium 72,92 mg, zat besi 9,46 mg, natrium 2,37 mg, magnesium 33,12 mg, klorida 21,30 mg, kalium
54 mg dan vitamin B6 0,07 mg dan mengandung isofl avon sebesar 25,78 mg

Referensi :
Guru SKI memberikan 10 pertanyaan piihan berganda denga komposisi 3
smudah , 4 soal sedang , dan 3 soal sukar. Jika di lukiskan susunan soalnya
adalah sebagai berikut :

No soal Abilitas yang Diukur Tingkat kesukaran soal

1 Pengetahuan Mudah
2 Aplikasi Sedang
3 Pemahaman Mudah
4 Analisis Sedang
5 Evaluasi Sukar
6 Sitesis Sukar
7 Pemahaman Mudah
8 Aplikasi Sedang
9 Analisis Sedang
10 Sitesis Sukar 

Kemudian soal tersebut di berikan kepada 10 orang siswa dan tidak seorang pun
yang tidak mengisi seluruh pertanyaan tersebut. Setelah di periksa hasilnya
adalah sebagai berikut.

No Banyakya Banyaknya siswa Indeks Kategori


soal siswa yang yang menjawab (B) soal
menjawab (N) B
N

1 20 18 0,9 Mudah
2 20 12 0,6 Sedang
3 20 10 0,5 Mudah
4 20 20 1,0 Seang
5 20 6 0,3 Sukar
6 20 4 0,2 Sukar
7 20 16 0,8 Mudah
8 20 11 0,55 Sedang
9 20 17 0,85 Sedang
10 20 5 0,25 Sukar

         
Dari sebaran di atas ternyata ada tiga soal yang meleset, yakni soal nomor 3 yang
semula di proyeksikan kedalam kategori mudah, setelah di coba ternyata termasuk
kedalam kadegori sedang.demikian,juga soal nomor 4 yang semula di proyeksikan
sededang ternyata termasuk kedalam kategori mudah . nomor 9 semula di
kategorikan sedang ternyata termasuk kedalam kategori mudah. Sedangkan tujuh
soal yang lainya sesuai dengan proyeksi semula atas dasar tersebut ketiga soal
diatas harus diperbaiki kembali.
Soal no : 3 dinaikan dalam kategori sedang.
Soal no : 4 diturunkan dalam kategori mudah.

Soal no : 9 di turunkan kedalam kategori mudah.

Anda mungkin juga menyukai