Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PSIKOLOGI

PENDIDIKAN

Disusun Oleh Kelompok I:

Erick Milano Tampubolon : 6201111008


Reza Arifsqi : 6201111010
Raja Fadhil Asa : 6201111025
Laurensius Kurniawan Lase: 6201111028
Heri Maulana Purba ; 6201111030

Fakultas Ilmu Keolahragaan


Jurusan pendidikan jasmani kesehatan dan rekreasi
Universitas Negeri Medan
2020
DAFTAR ISI

DATAR ISI………………………………………………………………………….................

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………...

A. Latar Belakang………………………………………………………………………….

B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………

C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………..

D. Konsep…………………………………………………………………………………..

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN……………………………………………………….

A. Pengertian Psikologi Pendidikan………………………………………………………..

B. Sejarah Psikologi Dan Definisi Psikologi Pendidikan…….............................................

C. Konsep Psikologi Pendidikan (TK/SD/SMP/SMA)……………………………………

D. Manfaat Psikologi Pendidikan…………………………………………………………..

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………

A. Kesimpulan………………………………………………………………………….......

B. Saran…………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSAKA……………………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan ya
ng berlangsung melalui tindakan tindakan belajar. Adanya kaitan yang sangat kuat antara
psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila
beberap ahli psikologi
pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal
belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-
persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungandengan
tindakan belajar.

Untuk memperjelas pertimbangan-pertimbangan psikologi pendidikan yang


melibatkan peserta didik, berikut ini diketengahkan uraian tentang pengertian psikologi
pendidikan dan ruang lingkup pskikologi pendidikan, perkembangan psikologi pendidikan,
aliran-aliran psikologi pendidikan, metode metode psikologi pendidikan dan hubungan
psikologi pendidikan dengan bimbingan konseling.

B. RUMUSAN MASALAH

Adapun penyusunan malakah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut:

a) Apa pengertian psikologi pendidikan?


b) Bagaimana sejarah psikologi pendidikan dan definisi psikologi pendidikan?
c) Apa konsep psikologi pendidikan (TK SD/SMP/SM)?
d) Apa manfaat psikologi pendidikan?
C. TUJUAN PENULISAN

Adapun penyusunan makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut:

a) Untuk mengetahui pengertian psikologi pendidikan


b) Untuk mengetahui sejarah psikologi pendidikan dan definis psikologi pendidikan
c) Untuk mengetahui konsep psikologi pendidikan (TK/SD/SMP/SM)
d) Untuk mengetahui manfaat psikologi pendidikan

D. KONSEP

Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata psikologi dan pendidikan. Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang proses kognitif dan prilaku. Sedangkan pendidikan adalah
ilmu yang mempelajari nilai nilai karakter dan cara menamkannya. Namun, definisi psikologi
pendidikan sebagai terapan ilmu psikologi dalam pendidikan memiliki arti sendiri. Yakni,
ilmu yang mempelajari proses belajar dan pembelajaran pada lingkungan pendidikan.

Psikologi pendidikan menjelaskan karekteristik perkembangan belajar sesuai tingkat


usia. Misalnya, jika ingin mengejarkan sesuatu pada seseorang, maka perhatikanla
kognitifnya. Kalau usianya masi 5 tahun makan lakukanlah pembelajaran sambil bermain,
tapi jika usia sudah mencapai remaja, lakukanlah pembelajaran kelompok atau diskusi. Selain
itu pada orientasi baru psikologi pendidikan pembelajaran perlu dilaksanakan berbasis
gelombang otak. Karena gelombang otak memberi pengaruh pada gaya belajar dan gaya
berpikir seseorang. Oleh karena itu pembelajaran di kelas perlu diperhatikan agar
pembelajaran mengakomodasi semua gaya belajar untuk mencegah peserta didik kehilangan
informasi yang penting akibat gaya belajar yang dimlikili.

Pendidikan pada hakikatnya adalah pemolaan pengaruh terhadap peserta didik.


Pemolaan ini dapat berlansung secara sistematis dan tidak sistematis. Pembelajaran yang
dilakukan di sekolah merupakan salah satu bentuk pemolaan pengaruh yang sistematis. Agar
pemolaan yang efektif maka pendidikan perlu memiliki kecakapan dalam psikologi
pendidikan. Sedangkan pembahasan tentang kurikulum tidak diajarkan pada psikologi
pendidikan melainkan ilmu pendidikan. Jadi psikologi pendidkan akan menjawab pertanyaan
bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana pendidikn efektif melaksanakan
pembelajaran.
BAB II

TEORI DAN PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN

a) Psikologi

Psikologi berarti ilmu jiwa. Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri, psikologi
memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga sekarang masih
tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang
terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah). Sedangkan dalam filsafat-
psikologi berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan
akal, kehendak, dan pengetahuan.

Karena kontak dengan berbagai disiplin itulah, maka timbul bermacam-macam


definisi psikologi yang satu dengan yang lain berbeda, seperti sebagai berikut:

 Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life)
 Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind)
   Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior) dan lain-lain
definisi yang sangat bergantung pada sudut pandang yang mendefinisikannya.
 Dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki yang
membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu
maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.

b) Pendidikan

Dalam pengertian luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.

Menurut Poerbakawatja Harahap (1981), pendidikan adalah usaha secara sengaja dari
orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu
diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya orang dewasa
itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan kedudukannya
mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam
lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.

c) Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan menurut sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi, bukan


psikologi itu sendiri. Mereka menganggap psikologi pendidikan tidak memiliki teori, konsep
dan metode sendiri. Hal ini konon terbukti dengan banyaknya hasil-hasil riset psikologi lain
yang diangkat menjadi teori, konsep, dan metode psikologi pendidikan.

Dalam pandangannya, psikologi pendidikan sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang


berkaitan dengan teori masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal berikut:

 Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas.


   Pengembangan dan pembaharuan kurikulum.
 Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan.
 Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan
ranah kognitif.
 Penyelenggaraan pendidikan keguruan.

Psikologi pendidikan mempunyai dua objek riset dan kajian, yakni:

 Siswa, yaitu orang-orang yang belajar


 Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar termasuk metode,
model, strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi
pelajaran.

B. SEJARAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN DEFINISI PSIKOLOGI


PENDIDIKAN

Psikologi sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Beberapa ahli yang memberikan
andil dalam perkembangan Psikologi Pendidikan (baik dari filsafat, pendidikan, maupun
psikologi) antara lain adalah:

1) Democritus, filsuf pertama yang menekankan pentingnya pengaruh lingkungan dan


suasana rumah terhadap perkembangan kepribadian seseorang sehingga lingkungan
dan suasana rumah perlu dibina sebaik mungkin agar suasananya kondusif
(menguntungkan) bagi perkembangan anak.
2) John Amos Comenicus, orang pertama yang melakukan penyelidikan ilmiah terhadap
anak. Ia mengatakan bahwa anak adalah individu yang sedang berkembang, oleh
karena itu dilihat dalam bentuk dan karakternya sebagai “anak” dan tidak sebagai
“miniatur orang dewasa”.
3) Rousseau (seorang penganut Naturalis), mendasarkan ide-ide pendidikan pada
prinsip-prinsip perkembangan manusia. Ia juga mengatakan bahwa pada dasarnya,
anak adalah baik.
4)   John Locke (seseorang penganut Empirisme), secara kritis mengemukakan bahwa
sewaktu individu lahir dalam jiwanya belum terdapat apa-apa (teoritabula rasa/kertas
putih), tetapi secara potensial, jiwa individu itu sensitif intuk melakukan impresi
terhadap dunia luar dengan melalui sense. Belajar melalui penalaman dan latihan
merupakan sumbangan terbesar dari John Locke dan tokoh-tokoh empirisme lainnya.

Pada akhir abad ke-18, para psikologi seperti Francis Galton, Stanley Hall,
mempublikasikan hasil-hasil penelitian mereka tentang aspek-aspek perilaku individu. Hasil-
hasil penelitian ini sangat membantu bagi pendidik untuk memahami para anak didiknya.

1) William James, dalam bukunya “Principles of Psychology” menyarankan untuk


melakukan pendekatan fungsional dalam psikologi (lawanpsikologi struktural –
Wundt). Fungsionalisme dalam psikologi adalah cara pendekatan yang menganggap
bahwa kesadaran terhadap gejala-gejala mental adalah hal yang utama.
2) Cattel, memberikan sumbangan besar dalam hal individul differences dan pengukuran
mental. Individul differencesadalah sembarang sifat atau perbedaan kuantitatif dalam
suatu sifat, yang dapat membedakan satu individu dengan individu lainnya.
3) Binet adalah psikolog pertama yang mengenalkan pengetesan mental/pengukuran
inteligensi yang bersifat individual.

Perkembangan Psikologi Pendidikan pada permulaan abad ke-20 ditandai penelitian-


penelitian psikologi yang lebih khusus yang memberikan dampak besar terhadap teori-teori
dan praktek pendidikan. Tokohnya antara lain adalah Termann, Thorndike, dan Jude. Aliran-
aliran Psikologi yang berkembang pada permulaan abad ke-20 yang mempelajari perilaku
dan proses belajar dari sudut pandang yang berbeda-beda, juga telah memberikan penagaruh
terhadap perkembangan teori dan praktek pendidikan, seperti: Behaviorisme (Watson),
Psikoanalisis (Freud), dan Gestalt (Kohler, Koffka). Teori-teori ini tidak ada yang terbaik
karena sifatnya komplementer/melengkapi.

Pengujian, pengklasifikasian, dan penilaian pertimbangan metode-metode pendidikan


telah dilakukan beberapa abad sebelum lahirnya psikologi pada akhir tahun 1800-an.
Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh ahli-ahli filsafat pendidikan seperti Democritos,
Quantilian, Vives, dan Cominius. Oleh karena itu, psikologi pendidikan tidak dapat mengakui
sebagai yang pertama yang melakuakan analisis sistematis proses pendidikan. Namun
aspirasi-aspirasi tentang disiplin baru berhenti pada aplikasi metode-metode ilmiah mengenai
observasi dan eksperimentasi untuk masalah-masalah pendidikan. Bahkan pada tahun-tahun
awal disiplin ilmu ini, para ahli psikologi pendidikan, mengemukakan ketebatasan
pendekatan baru ini.

William James, pemuka ahli psikologi Amerika, mengemukakan dalam seri kuliahnya
yang terkenal, bahwa psikologi adalah ilmu, sedangkan mengajar adalah seni atau kiat, dan
ilmu tidak pernah menurunkan langsung seni atau kiat diluar keilmuannya sendiri. Suatu
pemikiran inventif intermediet harus membuat aplikasi itu, dengan menggunakan keasliannya
sebagai sebuah ilmu pengetahuan.

Ada beberapa ahli yang mendeskripsikan psikologi pendidikan adalah sebagai


berikut:

a) Teori Pengaitan dari Edward L. Thorndike

Berdasarkan hasil percobaannnya di laboratorium yang menggunakan beberapa jenis


hewan, ia mengemukakan suatu teori belajar yang dikenal dengan teori “pengaitan”
(connectionism). Teori tersebut menyatakan belajar pada hewan dan manusia pada dasrnya
berlangsung menurut prinsip yang sam taitu, belajar merupakan peristiwa terbentuknya ikatan
(asosiasi) antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R) yang
diberikan  atas stimulus tersebut. (Orton, 1991:39; Resnick dan Ford, 1981:13).

Selanjutnya Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick dan Ford, 1981:13;


Hudojo, 1991:15-16) mengemukakan bahwa, terjadinya asosiasi antara stimulus dan respon
ini mengikuti hkum-hukum berikut. (1) Hukum Kesiapan (law of readiness), (2) Hukum
Latihan (law of exercise), (3) hukum Akibat (law of effect).

b) Teori Penguatan B.F. Skinner


Skinner mengembangkan tori belajarnya juga dari hasil percobaan dengan
menggunakan hewan. Dari percobaannya, Skinner menyimpulkan bahwa kita dapat
membentuk tingkah laku manusia melalui pengaturan kondisi lingkungan (operant
conditioning) dan penguatan.

Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan
negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila penyajiannya mengiringi suatu tingkah
laku siswa yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu,
dalam hal ini berarti tingkah laku tersebut diperkuat.  Sedangkan penguatan negatif adalah
stimulus yang dihilangkan/dihapuskan Karena cenderung menguatkan tingkah laku.

c) Teori Hirarki Belajar dari Robert M. Gagne

Menurut Orton (1990:39), Gagne merupakan tokoh Behaviorism gaya baru (modern
neobehaviourist). Dalam mengembangkan teorinya, Gagne memperhatikan objek-objek
dalam mempelajari matematika yang terdiri dari objek langsung dan tidak langsung. Objek
langsung adalah: fakta, keterampilan, konsep dan prinsip, sedangkan objek tak langsung
adalah: transfer belajar, kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, disiplin
diri, dan bersikap positif terhadap matematika.

Gagne berpandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatan


belajarnya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi dan diukur. Oleh
karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne dikenal dengan “teori hirarki belajar”

Gagne membagi belajar dalam delapan tipe secara berurtan, yaitu: belajar sinyal
(isyarat), stimulus-respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, memperbedakan, pembentukan
konsep, dan pemecahan masalah.Gagne berpendapat bahwa proses belajar pada setiap tipe
belajar tersebut terjadi dalam empat tahap secara berurutan yaitu tahap: pemahaman,
penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali.

Untuk menerapkan teori hirarki belajar Gagne ini pada pembelajaran matematika
perlu diterjemahkan secara operasional yaitu: (1) untuk mengajarkan suatu topic matematika
guru perlu: (a) memperhatikan kemampuan prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari
topic tersebut, (b) menyusun dan mendaftar langkah-langkah kegiatan belajar serta
membedakan karakteristik belajar yang tersusun secara hirarkis yang dapat didemonstrasikan
oleh peserta didik sehingga guru dapat mengamati dan mengukurnya.  (2) guru dapat memilih
tipe belajar tertentu yang dianggap sesuai untuk belajar topic matematika yang akan
diajarkan.

d) Perkembangan kemampuan belajar menurut Gagne (McNeil,1977)

- Multideskriminasi, yaitu belajar membedakan stimuli yang mirip, misalnya huruf b dan d.

- Belajar konsep, yaitu belajar membuat respon sederhana, seperti huruf hidup, hurup mati,
dsb.

- Belajar Prinsip, yaitu mempelajari prinsip-prinsip atau aturan-aturan konsep.

C. KONSEP PSIKOLOGI PENDIDIKAN (TK/SD/SMP/SMA)

a) Masa Pra-Sekolah (PG/TK)

TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini (usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam
bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Lama masa belajar seorang murid di TK
biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara
umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu:

 TK 0 (nol) Kecil (TK kecil) selama 1 (satu) tahun


 TK 0 (nol) Besar (TK besar) selama 1 (satu) tahun

Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya
yang sederajat, murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya,
yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat. Di Indonesia, seseorang tidak diwajibkan untuk
menempuh pendidikan di TK. Usia Taman kanak-kanak (Pra sekolah) merupakan fase
pekembangan individu: 2-6 tahun, anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya (pria dan
wanita), Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang
merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitive untuk menerima berbagai rangsangan.
Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan
perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi
fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Berikut
beberapa aspek-aspek perkembangan anak dsia Dini:

1) Aspek Perkembangan Kognitif

Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget adalah: (1) Tahap
sensorimotor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak
refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja; (2) Tahap pra-operasional,
usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai
berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat
berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas; (3) Tahap konkret operasional, 7
– 11 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan,
memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi; (4) Tahap formal operasional,
usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir
abstrak.

2) Aspek Perkembangan Fisik

Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah


melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan ototter koordinasi (Hurlock: 1998).
Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik
halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik
kasar, setelah usia 5 tahun baru terjadi perkembangan motorik halus. Pada usia 4 tahun anak-
anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari
kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko.
Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak
tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama.

Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika
mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan
seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya
bahkan orangtuanya (Santrock, 1995: 225)

3) Aspek Perkembangan Bahasa

Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata
dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara
rentangan 42 sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-
kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286. Membaca dan menulis
merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu
mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga
semakin banyak menambah kosa kata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku
cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.

4) Aspek Perkembangan Sosio-Emosional

Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada
masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu: kerjasama,
persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan,
sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan.Erik Erikson
(1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psiko analisis mengidentifikasi
perkembangan sosial anak: (1) Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2
tahun. Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang
menyenangkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang
menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga; (2) Tahap 2: Autonomy vs Shame & Doubt
(mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau
melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.

Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat
meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak member kepercayaan atau terlalu
banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu; (3) Tahap 3:
Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun.  Pada masa ini anak dapat
menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk
berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah; (4) Tahap 4: industry vs inferiority
(percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri
memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu
menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila
tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.

1. Metode Belajar yang Tepat untuk PG/TK 

Anak-anak pada usia prasekolah memiliki cirri khas yaitu bermain. Metode
pembelajaran melalui bermain adalah metode belajar yang paling tepat digunakan untuk
PG/TK. Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas yang positif bagi
anak, karena terkandung bermacam-macam fungsi dalam pengembangan kemampuan fisik,
motorik, intelektual, bahasa, emosi, dan sosial.

 Untuk mengembangkan stimulasi kreativitas pada anak, tenaga pendidik dapat


memberikan waktu luang pada anak. Biarkan anak menggunakan imajinasinya untuk
mengeksplorasi dunia kecilnya.
 Untuk mengendalikan emosi anak, tenaga pendidik dapat membicarakan ketakutan
anak itu, memberinya rasa aman, serta membantu anak dalam mengendalikan
emosinya.
 Untuk mengendalikan sosial anak, tenaga pendidik dapat melibatkan anak dalam
suatu kelompok sehingga anak dapat berinteraksi dengan anak-anak lain, belajar
bekerja sama, dan melatih kemampuan sosialnya dalam memahami apa yang benar
dan apa yang salah serta memahami sudut pandang orang lain.
 Untuk pemahaman gender, tenaga pendidik harus memberikan pendekatan kepada
anak tentang perbedaan biologis anak perempuan dengan anak laki-laki.

2. Strategi pembelajaran untuk anak PG/TK 

Tenaga pendidik dapat melakukan hal-hal di bawah ini dalam mengajar anak-anak:

 Belajar melalui bernyanyi, dengan bernyanyi dapat membantu mengembangkan rasa


percaya diri pada anak, mengembangkan daya ingat anak, dan kemampuan bahasa
anak.
 Belajar melalui bercerita, tenaga pendidik dapat memanfaatkan nilai-nilai positif dari
cerita untuk mengembangkan pengetahuan sosial anak, menambah nilai moral dan
pengalaman belajar untuk mendengarkan.
b). Masa Sekolah Dasar (SD)

Sekolah dasar (disingkat SD) adalah jenjang paling dasar pada pendidikan formal


di Indonesia. Sekolah dasar ditempuh dalam waktu 6 tahun, mulai dari kelas 1 sampai kelas
6. Saat ini murid kelas 6 diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (Ebtanas) yang mempengaruhi
kelulusan siswa. Lulusan sekolah dasar dapat melanjutkan pendidikan ke tingkat SLTP.
Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun (masa kanak-kanak akhir). Di Indonesia,
setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah
dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun.
Sehubungan dengan rentang usia tersebut, adapun beberapa ciri peserta didik pada tahapan
ini (kanak-kanak akhir) adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan Fisik

 Tinggi dan Berat

Anak-anak tumbuh sekitar 5-8 cm tiap tahunnya antara usia 6 dan 11 tahun dan berat
badan meningkat kira-kira dua kali lipat selama pada masa ini. Anak perempuan
mempertahankan sedikit lebih banyak lapisan lemak daripada anak laki-laki, suatu
karakteristik  yang akan bertahan sampai masa dewasa.

 Otak

Merupakan perkembangan yang terpenting dalam pertumbuhan dan perkembangan


anak. Otak dan kepala merupakan bagian yang tumbuh paling cepat. Meningkatnya ukuran
otak disebabkan oleh peningkatan jumlah dan ukuran syaraf-syaraf dalam, dan diantaranya
bagian-bagian otak. Peningkatan ukuran otak disebabkan oleh peningkatan mielinisasi yaitu
proses dimana sel-sel syaraf dilapisi dan diisolasi oleh sebuah lapisan sel-sel lemak, efeknya
dapat meningkatkan kecepatan dan ketepatan penyaluran informasi melalui system syaraf.
Mielinisasi penting bagi pendewasaan anak, peningkatan kematangan otak dikombinasikan
untuk memperoleh pengalaman dan pemunculan kemampuan kognitif.

 Perkembangan Motorik Kasar

Contohnya seperti kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat. Otot-otot
besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan
gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak.
Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa
saja berbeda dengan anak lainnya.

 Perkembangan Motorik Halus

Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang


menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek
ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih. Kemampuan menulis,
menggunting, dan menyusun balok, termasuk contoh gerakan motorik halus.

2. Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget (1952) masa kanak-kanak adalah masa pra operasional. Anak-anak
prasekolah membentuk konsep yang stabil, dan mereka memulainya dari akal, tetapi pikiran
mereka rusak karena egosentris dan sistem kepercayaan magis. 

 Pendekatan Piaget: Operasional Konkret

Terbentuk kira-kira pada usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak-anak dapat melakukan
operasi konkrit, dan berpikir secara logika selama dapat diaplikasikan secara spesifik ataupun
contoh yang spesifik. Ingat bahwa operasi adalah tindakan mental yang bersifat reversibel,
dan operational concrete dapat diaplikasikan secara nyata, benda-benda konkrit.
Anak yang telah mencapai tahap concrete operational juga mampu dalam seriation, dimana
kemampuan tersebut mampu menstimulasi sepanjang dimensi kuantitatif (contohnya
panjang). Seperti contoh, seorang guru meletakkan 8 buah tongkat dalam ukuran panjang
yang berbeda dan guru meminta mereka untuk mengurutkannya. Namun, anak–anak
mengurutkannya berdasarkan ukuran ‘besar’ dan ‘kecil’ daripada mengurutkannya sesuai
ukuran. Seharusnya pengurutannya berdasarkan dari pendek ke panjang.

3. Perkembangan bahasa

Bahasa adalah sebuah sistem komunikasi yang terdiri atas kata-kata dan simbol-
simbol yang digabungkan dalam suatu aturan dan digunakan untuk menghasilkan pesan
dalam jumlah tak terbatas Anak-anak dapat menggunakan bahasa untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, untuk mengeksplorasi dan belajar tentang lingkungan mereka, dan untuk
diri dari kenyataan dengan menggunakan imajinasi mereka.Bahasa membantu anak untuk
mengatur persepsi dan pemikiran, mengendalikan tindakan mereka, dan bahkan untuk
memodifikasi emosi mereka. Salah satu bagian terpenting dalam proses belajar pada
perkembangan anak adalah pengembangan komunikasi komunikatif dimana anak-anak
mengalami kemampuan dalam menyampaikan pikiran, perasaan, dan niat dalam cara yang
berarti dan budaya. Komunikasi didefinisikan ke dalam dua proses yaitu kita mengirim dan
menerima pesan kepada orang lain.

I. Metode Belajar Untuk Anak SD (Anak-AnakAkhir) 

Berdasarkan perkembangan usia anak-anak akhir tersebut maka kita harus memilah
metode mana saja yang tepat untuk usia 6-11 tahun tersebut, diantaranya:

 Metode “chungking” 

Metode chungking adalah metode yang memudahkan siswa dalam mengingat sesuatu.
Misalnya mengingat sederet kata: sapi, rumput, lapangan, tennis, air, anjing, danau. Dalam
hal ini siswa bisa mempergunakan metode chunking untuk mengingat kata tersebut, yaitu:
“SAPI terlihat makan RUMPUT disamping LAPANGAN TENIS. Setelah itu ia meminum
AIR yang tidak jauh dari ANJING yang sedang memandang DANAU di seberang.”

Cara yang efektif dalam metode ini adalah banyak bertanya. Apabila guru sudah
banyak memberikan instruksi kepada siswa untuk menghafal sesuatu, siswa harus diberi
pertanyaan yang banyak terkait dengan materi yang dipelajari. Ini dilakukan untuk
mengetahui letak kesulitan siswa dalam menghafal sehingga guru bisa langsung membantu
permasalahannya tersebut.

 Metode Belajar Kolaboratif

Metode belajar kolaboratif ini adalah kegiatan belajar dimana siswa SD dibagi dalam
beberapa kelompok dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah untuk menempuh suatu
tujuan. Metode belajar kelompok ini juga bermanfaat dalam mengasah kemampuan sosial
anak, bekerja sama dengan teman yang lain, dan menjadi pemimpin dalam sebuah kelompok.
Metode ini dapat juga mengasah kemampuan komunikasi komunikatif anak.

 Metode Alat Peraga dan Contoh Konkret

Mengacu pada Piaget, bahwa anak usia 6-11 tahun berada dalam tahap operasional
konkret bahwa anak akan menangkap objek secara nyata dan benda-benda konkret maka
menggunakan alat peraga dan simbol adalah alat bantu yang baik untuk memahami materi
pembelajaran yang disampaikan guru. Misalnya, dengan mempraktikkan gaya pegas dengan
langsung membawa ketapel, atau menghitung penjumlahan dan pengurangan dengan sempoa.

c). Masa Sekolah Menengah Pertama (SMP)


Sekolah menengah pertama adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal
di Indonesia setelah lulus sekolah dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama
ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Murid kelas 9 diwajibkan
mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan
sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah
atas atau sekolah menengah kejuruan (atau sederajat).

Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia,


setiap warga negara berusia 7-15 tahun tahun wajib mengikuti pendidikan dasar,
yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun dan sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3
tahun. Dengan kata lain peserta didik pada jenjang ini adalah kalangan remaja, terutama
remaja awal. Remaja atau adolescence bersal dari bahasa latin “adolescence” yang berarti
tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya kematangan
fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis. Remaja juga dapat didefinisikan
sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke
masa dewasa. Ada dua pandangan teoritis tentang remaja.

Menurut pandangan teoritis pertama yang dicetuskan oleh Psikolog G.Stanley Hall:
Adolescence is atime of “strom and stess”. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan
“badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa dimana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual
dan emossional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik)
pada yang bersangkutan, serta dapat menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dalam hal
ini Sigmund freud dan Erikson meyakini bahwa perkembangan pada masa remaja penuh
dengan konflik. Menurut teoritis yang kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan
konflik. Menurut hurlock (1964) remaja awal (12/13 tahun-17/18 tahun), remaja akhir (17/18
tahun-21/22 tahun).

1. Ciri-ciri Remaja Awal (10-14 tahun).

 Ciri fisik:
- Laju perkembangan secara umum berlangsung sangat cepat/pesat.

- Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kali kurang seimbang.

- Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu pada pubic region, otot mengembang pada
bagian-bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstruasi
pada wanita dan day dreaming pada laki-laki).

 Ciri Psikomotor:

- Gerak-gerik tampak canggung dan kurang terkoordinasikan.

- Aktif dalam berbagai jenis cabang permainan.

 Ciri Bahasa:

- Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai  tertarik mempelajari bahasa asing.

- Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.

2. Ciri-ciri Perkembangan Remaja

Perkembangan remaja terlihat dengan ciri-ciri sebagai berikut:

 Perkembangan Biologis

Perubahan fisik seperti pubertas merupakan hasil aktifitas hormonal dibawah


pengaruh sistem saraf pusat. Perubahan fisik yang sangat jelas tampak pada pertumbuhan
peningkatan fisik dan pada penampakan serta perkembangan karakteristik seks sekunder.

 Perkembangan Psikologis

Teori psikososial tradisional menganggap bahwa kritis perkembangan pada masa


remaja menghasilkan terbentuknya identitas. Pada masa remaja mereka mulai melihat dirinya
sebagai individu yang lain.

 Perkembangan Kognitif

Berfikir kognitif mencapai puncaknya pada kemampuan berfikir abstrak. Remaja


tidak lagi dibatasi dengan kenyataan dan aktual yang merupakan ciri periode konkret, remaja
juga memerhatikan terhadap kemungkinan tentang hal yang akan terjadi. Proses berfikir
sudah mampu mengoperasikan kaidah-kaidah logika formal (asosiasi, diferensiasi,
komparasi, kausalitas) yang bersifat abstrak, meskipun relatif terbatas. Kecakapan dasar
intelektual menjalani laju perkembangan yang terpesat dan cepat. Kecakapan dasar khusus
(bakat) mulai menunjukkan kecenderungan-kecenderungan yang lebih jelas.

 Perkembangan Moral

Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan
kebutuhan dan bantuan dari orang tua. Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis
seorang remaja mulai mengiuji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya
dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.

 Perkembangan Spiritual

Seorang remaja mampu memahami konsep abstrak dan menginterpirasikan analogi


serta simbol-simbol. Mereka mampu berempati, berfilosofi, dan berfikir secara logis.
Kemudian mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertakan
secara kritis dan skeptis. Penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan atas
pertimbangan adanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya. Dan masih mencari
dan mencoba menemukan pegangan hidup.

 Perkembangan Sosial

Remaja harus mampu membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan
menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa remaja adalah
masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman dekat dan teman sebaya.

3. Ciri Konatif, Emosi, Afektif, dam Kepribadian remaja :

 Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi
diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya.
 Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labih dan belum terkendali seperti
pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih
berganti dalam waktu yang cepat.
 Kecenderungan-kecenderunganarah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis,
estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-
coba.
 Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitanya yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannya.

4. Macam Metode Pembelajaran untuk siswa SMP

Siswa SMP adalah siswa yang rata- rata berumur remaja yang menurut ahli
perkembangan erik erikson berada dalam masa mencari identitas.jadi menurut pendapat ahli
tersebut dapat ditarik beberapa metode yang cocok digunakan untuk siswa smp. Metode
pembelajaran memungkinkan komunikasi 2 arah terjadi seperti guru memberikan materi
berupa ceramah,kemudian guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya.,jika
tidak ada siswa yang bertanya maka guru dapat memberikan dorongan dengan membuatnya
menjadi tertarik untuk bertanya

5. Metode pembelajaran kelompok

Rata rata remaja usia smp suka berkelompok dengan teman teman sebayanya, jadi
naluriberkelompok tersebut dapat digunakan oleh guru untuk menunjang pembelajaran.
Metode pembelajaran berdasarkan masalah yang berkembang kemudian guru bisa mengajak
siswanya untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama

d). Masa SMA (Sekolah Menengah Atas)

Masa SMA adalah masa transisi dari usia remaja menuju kedewasaan awal, sehingga
logika orang dewasa bagi anak usia SMA sudah masuk dalam frame berpikirnya. Di saat
yang sama pada usia SMA, seorang remaja masih belum punya beban dan tekanan
sebagaimana layaknya orang dewasa. Adapun beberapa ciri seseorang pada tahapan ini ialah:

 Seorang siswa SMA biasaya ada pada tahap Remaja Akhir ( 16-19 tahun)
 Manunjukkan pengungkapan kebebasan diri
 Lebih selektif mencari teman
 Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
 Mulai dapat mewujudkan perasaan cinta
 Berpikiran abstrak

Selain ciri umum diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada masa ini terdapat
beberapa perkembangan khusus pada remaja, antaralain:

1. Perkembangan Biologis

Perubahan fisik (pubertas) sebagai hasil aktifitas hormonal dibawah pengaruh sistem
saraf pusat. Perubahan fisik tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik serta perkembangan
karakteristik seks sekunder.

2. Perkembangan Psikologis

Sifat kritis sebagai bentuk perkembangan pada masa remaja menghasilkan


terbentuknya identitas. Pada masa ini mereka mulai melihat dirinya sebagai individu yang
lain.

3. Perkembangan Kognitif

Kemampuan berfikir abstrak mencapai puncaknya. Remaja tidak dibatasi lagi dengan
kenyataan dan aktual yang konkret, remaja juga memerhatikan kemungkinan yang akan
terjadi.

4. Perkembangan Moral

Dalam memperoleh autonomi dari orang dewasa, remaja harus menggantikan


seperangkat moral dan nilai mereka sendiri.

5. Perkembangan Sosial

Remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan
sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa remaja adalah masa dengan
kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman dekat dan teman sebaya.

6. Perkembangan Seksual

Peserta didik pada usia sekolah menengah (masa remaja)  berusaha secara total
menemukan satu identitas, berupa perwujudan orientasi seksual yang tercermin dari hasrat
seksual, emosional, romantis, dan atraksi kasih sayang kepada anggota jenis kelamin yang
sama atau berbeda atau keduanya. Seseorang peserta didik yang tertarik pada anggota jenis
kelamin lain disebut heteroseksual. Sebaliknya, seseorang yang terterik pada anggota jenis
kelamin yang sama disebut homoseksual

I. Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang di maksud adalah bentuk pembelajaran yang


terdeskripsikan dari awal sampai akhir yang disajikan secara khusus oleh tenaga pendidik,
yang merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Ada banyak model pembelajaran dan beberapa yang disarankan pada tahap / jenjang
pendidikan SMA, namun diantaranya yang belakangan ini cukup menarik yang sempat
merupakan kurikulum pengajaran SMA tahun 2013 silam, adalah sebagai berikut:

- Inquiry Based Learning

 Observasi/Pengamatan
 Mengajukan pertanyaan 
 Mengajukan hipotesis/dugaan, mengasosiasi atau melakukan penalaran.
 Mengumpulkan data yang terakait dengan hipotesa atau pertanyaan yang
diajukan/memprediksi dugaan
 Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau
dianalisis, mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.

- Discovery Based Learning

 Stimulation (memberi stimulus); bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan
materi pembelajaran/topik/tema. 
 Problem Statement (mengidentifikasi masalah); menemukan permasalahan menanya,
mencari informasi, dan merumuskan masalah.
 Data Collecting (mengumpulkan data); mencari dan mengumpulkan data/informasi,
melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, mencari atau merumuskan berbagai
alternatif pemecahan masalah
 Data Processing (mengolah data); mencoba dan mengeksplorasi pengetahuan
konseptualnya, melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
 Verification (memferifikasi); mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan
data, mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, mengasosiasikannya
menjadi suatu kesimpulan.
 Generalization (menyimpulkan); melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
- Problem Based Learning

 Orientasi pada masalah; masalah yang menjadi objek pembelajaran yang diamati.
 Melakukan pengorganisasian kegiatan pembelajaran; menyampaikan berbagai
pertanyaan terhadap masalah kajian.
 Penyelidikan secara mandiri maupun kelompok; melakukan percobaan untuk
memperoleh data dalam menyelesaikan masalah yang dikaji.
 Pengembangan dan Penyajian hasil; mengasosiasi data yang ditemukan dengan
berbagai data lain dari berbagai sumber. 
 Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah; 

- Project Based Learning

 Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek


 Mendesain perencanaan proyek
 Menyusun jadwal sebgai langkah nyata dari sebuah proyek.
 Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek
 Menguji hasil
 Mengevaluasi kegiatan/pengalaman

II. METODE PEMBELAJARAN 

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan


rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Berdasarkan model pembelajaran diatas, beberapa metode yang dapat
digunakan adalah:

 Diskusi
 Eksperimen
 Demonstrasi
 Simulasi

E. MANFAAT PSIKOLOGI

Manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi guru dan calon guru dapat dibagi


menjadi dua aspek.
yaitu: 1. Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran, Psikologi
pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada guru dan calon guru untuk meningkatkan
efisiensi proses pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda seperti di bawah ini.

a) Memahami Perbedaan Individu (Peserta Didik)

Seorang guru harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-
hati, karena karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh karena itu sangat penting
untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan
dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Psikologi
pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam memahami perbedaan karakteristik
siswa tersebut.

b) Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas

Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses
pembelajaran sangat membantu guru untuk menyampaikan materi kepada siswa secara
efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh guru sehingga proses
belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang
tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk hasil
proses belajar mengajar yang lebih baik. Psikologi pendidikan berperan dalam membantu
guru agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga
proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.

c) Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi


pendidikan dapat membantu guru dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran yang
tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu,
jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami peserta didik.

d) Memberikan Bimbingan Kepada Peserta Didik

Seorang guru harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam
pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta didik.
Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka
hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk memberikan
bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang
berbeda-beda.

e) Mengevaluasi Hasil Pembelajaran

Guru harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan
mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar siswa. Psikologi
pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam mengembangkan evaluasi
pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip
evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.

2. Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar Mengajar

a) Menetapkan Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku yang dialami siswa setelah
dilaksanakannya proses pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu guru dalam
menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.

b) Penggunaan Media Pembelajaran

Pengetahuan tentang psikologi pendidikan diperlukan guru untuk merencanakan


dengan tepat media pembelajaran yang akan digunakan. Misalnya penggunaan media audio-
visual, sehingga dapat memberikan gambaran nyata kepada peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Psikologi Pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi yang secara khusus
mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk
menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan
pendidikan, yang diperoleh melalui metode ilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian
efektivitas proses pendidikan.Hubungan antara teoritis dan praktis memiliki keterkaitan dan
tidak bisa dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan.
Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan.
Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori pendidikan.
Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada praktik
pendidikan.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.

DAFTAR PUSAKA

https://dykaandrian.blogspot.com/2015/01/makalah-landasan-psikologi-
pendidikan.html

https://www.academia.edu/34742826/MAKALAH_PSIKOLOGI_PENDIDIKAN

https://makalahnih.blogspot.com/2014/09/download-power-point-disini-bab-i.html

http://santoson111.blogspot.com/2018/12/makalah-pengantar-psikologi-
pendidikan.html

https://muhammadsyailan.blogspot.com/2019/05/makalah-psikologi-pendidikan-
konsep.html
Buku literasi Psikologi Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai