PENDIDIKAN
DATAR ISI………………………………………………………………………….................
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………...
A. Latar Belakang………………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………………
C. Tujuan Penulisan………………………………………………………………………..
D. Konsep…………………………………………………………………………………..
A. Kesimpulan………………………………………………………………………….......
B. Saran…………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSAKA……………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses dan faktor-faktor
yang berhubungan dengan pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan ya
ng berlangsung melalui tindakan tindakan belajar. Adanya kaitan yang sangat kuat antara
psikologi pendidikan dengan tindakan belajar. Karena itu, tidak mengherankan apabila
beberap ahli psikologi
pendidikan menyebutkan bahwa lapangan utama studi psikologi pendidikan adalah soal
belajar. Dengan kata lain, psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-
persoalan yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungandengan
tindakan belajar.
B. RUMUSAN MASALAH
D. KONSEP
Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata psikologi dan pendidikan. Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari tentang proses kognitif dan prilaku. Sedangkan pendidikan adalah
ilmu yang mempelajari nilai nilai karakter dan cara menamkannya. Namun, definisi psikologi
pendidikan sebagai terapan ilmu psikologi dalam pendidikan memiliki arti sendiri. Yakni,
ilmu yang mempelajari proses belajar dan pembelajaran pada lingkungan pendidikan.
a) Psikologi
Psikologi berarti ilmu jiwa. Sebelum menjadi disiplin ilmu yang mandiri, psikologi
memiliki akar-akar yang kuat dalam ilmu kedokteran dan filsafat yang hingga sekarang masih
tampak pengaruhnya. Dalam ilmu kedokteran, psikologi berperan menjelaskan apa-apa yang
terpikir dan terasa oleh organ-organ biologis (jasmaniah). Sedangkan dalam filsafat-
psikologi berperan serta dalam memecahkan masalah-masalah rumit yang berkaitan dengan
akal, kehendak, dan pengetahuan.
Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life)
Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind)
Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior) dan lain-lain
definisi yang sangat bergantung pada sudut pandang yang mendefinisikannya.
Dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki yang
membahas tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia, baik selaku individu
maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
b) Pendidikan
Dalam pengertian luas, pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara
bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.
Menurut Poerbakawatja Harahap (1981), pendidikan adalah usaha secara sengaja dari
orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu
diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya orang dewasa
itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan kedudukannya
mempunyai kewajiban untuk mendidik, misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam
lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama dan sebagainya.
c) Psikologi Pendidikan
Psikologi sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Beberapa ahli yang memberikan
andil dalam perkembangan Psikologi Pendidikan (baik dari filsafat, pendidikan, maupun
psikologi) antara lain adalah:
Pada akhir abad ke-18, para psikologi seperti Francis Galton, Stanley Hall,
mempublikasikan hasil-hasil penelitian mereka tentang aspek-aspek perilaku individu. Hasil-
hasil penelitian ini sangat membantu bagi pendidik untuk memahami para anak didiknya.
William James, pemuka ahli psikologi Amerika, mengemukakan dalam seri kuliahnya
yang terkenal, bahwa psikologi adalah ilmu, sedangkan mengajar adalah seni atau kiat, dan
ilmu tidak pernah menurunkan langsung seni atau kiat diluar keilmuannya sendiri. Suatu
pemikiran inventif intermediet harus membuat aplikasi itu, dengan menggunakan keasliannya
sebagai sebuah ilmu pengetahuan.
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan penguatan
negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila penyajiannya mengiringi suatu tingkah
laku siswa yang cenderung dapat meningkatkan terjadinya pengulangan tingkah laku itu,
dalam hal ini berarti tingkah laku tersebut diperkuat. Sedangkan penguatan negatif adalah
stimulus yang dihilangkan/dihapuskan Karena cenderung menguatkan tingkah laku.
Menurut Orton (1990:39), Gagne merupakan tokoh Behaviorism gaya baru (modern
neobehaviourist). Dalam mengembangkan teorinya, Gagne memperhatikan objek-objek
dalam mempelajari matematika yang terdiri dari objek langsung dan tidak langsung. Objek
langsung adalah: fakta, keterampilan, konsep dan prinsip, sedangkan objek tak langsung
adalah: transfer belajar, kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, disiplin
diri, dan bersikap positif terhadap matematika.
Gagne membagi belajar dalam delapan tipe secara berurtan, yaitu: belajar sinyal
(isyarat), stimulus-respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal, memperbedakan, pembentukan
konsep, dan pemecahan masalah.Gagne berpendapat bahwa proses belajar pada setiap tipe
belajar tersebut terjadi dalam empat tahap secara berurutan yaitu tahap: pemahaman,
penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali.
Untuk menerapkan teori hirarki belajar Gagne ini pada pembelajaran matematika
perlu diterjemahkan secara operasional yaitu: (1) untuk mengajarkan suatu topic matematika
guru perlu: (a) memperhatikan kemampuan prasyarat yang diperlukan untuk mempelajari
topic tersebut, (b) menyusun dan mendaftar langkah-langkah kegiatan belajar serta
membedakan karakteristik belajar yang tersusun secara hirarkis yang dapat didemonstrasikan
oleh peserta didik sehingga guru dapat mengamati dan mengukurnya. (2) guru dapat memilih
tipe belajar tertentu yang dianggap sesuai untuk belajar topic matematika yang akan
diajarkan.
- Multideskriminasi, yaitu belajar membedakan stimuli yang mirip, misalnya huruf b dan d.
- Belajar konsep, yaitu belajar membuat respon sederhana, seperti huruf hidup, hurup mati,
dsb.
TK adalah jenjang pendidikan anak usia dini (usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam
bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Lama masa belajar seorang murid di TK
biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai dari rapor per semester. Secara
umum untuk lulus dari tingkat program di TK selama 2 (dua) tahun, yaitu:
Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah lainnya
yang sederajat, murid kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi di atasnya,
yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat. Di Indonesia, seseorang tidak diwajibkan untuk
menempuh pendidikan di TK. Usia Taman kanak-kanak (Pra sekolah) merupakan fase
pekembangan individu: 2-6 tahun, anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya (pria dan
wanita), Pada masa usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang
merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitive untuk menerima berbagai rangsangan.
Masa peka pada masing-masing anak berbeda, seiring dengan laju pertumbuhan dan
perkembangan anak secara individual. Masa peka adalah masa terjadinya kematangan fungsi
fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Berikut
beberapa aspek-aspek perkembangan anak dsia Dini:
Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget adalah: (1) Tahap
sensorimotor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak
refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja; (2) Tahap pra-operasional,
usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai
berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat
berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas; (3) Tahap konkret operasional, 7
– 11 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan,
memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi; (4) Tahap formal operasional,
usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir
abstrak.
Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika
mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan
seperti memanjat suatu obyek, berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya
bahkan orangtuanya (Santrock, 1995: 225)
Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata
dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara
rentangan 42 sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-
kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286. Membaca dan menulis
merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu
mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga
semakin banyak menambah kosa kata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku
cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa.
Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada
masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu: kerjasama,
persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan,
sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan.Erik Erikson
(1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psiko analisis mengidentifikasi
perkembangan sosial anak: (1) Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2
tahun. Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang
menyenangkan akan tumbuh rasa percaya diri, sebaliknya pengalaman yang kurang
menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga; (2) Tahap 2: Autonomy vs Shame & Doubt
(mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau
melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya.
Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat
meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak member kepercayaan atau terlalu
banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu; (3) Tahap 3:
Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun. Pada masa ini anak dapat
menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan
berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk
berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah; (4) Tahap 4: industry vs inferiority
(percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas.
Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri
memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu
menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila
tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri.
Anak-anak pada usia prasekolah memiliki cirri khas yaitu bermain. Metode
pembelajaran melalui bermain adalah metode belajar yang paling tepat digunakan untuk
PG/TK. Bermain merupakan kebutuhan anak. Bermain merupakan aktivitas yang positif bagi
anak, karena terkandung bermacam-macam fungsi dalam pengembangan kemampuan fisik,
motorik, intelektual, bahasa, emosi, dan sosial.
Tenaga pendidik dapat melakukan hal-hal di bawah ini dalam mengajar anak-anak:
1. Perkembangan Fisik
Anak-anak tumbuh sekitar 5-8 cm tiap tahunnya antara usia 6 dan 11 tahun dan berat
badan meningkat kira-kira dua kali lipat selama pada masa ini. Anak perempuan
mempertahankan sedikit lebih banyak lapisan lemak daripada anak laki-laki, suatu
karakteristik yang akan bertahan sampai masa dewasa.
Otak
Contohnya seperti kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat. Otot-otot
besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan
gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak.
Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa
saja berbeda dengan anak lainnya.
2. Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget (1952) masa kanak-kanak adalah masa pra operasional. Anak-anak
prasekolah membentuk konsep yang stabil, dan mereka memulainya dari akal, tetapi pikiran
mereka rusak karena egosentris dan sistem kepercayaan magis.
Terbentuk kira-kira pada usia 7-11 tahun. Pada tahap ini, anak-anak dapat melakukan
operasi konkrit, dan berpikir secara logika selama dapat diaplikasikan secara spesifik ataupun
contoh yang spesifik. Ingat bahwa operasi adalah tindakan mental yang bersifat reversibel,
dan operational concrete dapat diaplikasikan secara nyata, benda-benda konkrit.
Anak yang telah mencapai tahap concrete operational juga mampu dalam seriation, dimana
kemampuan tersebut mampu menstimulasi sepanjang dimensi kuantitatif (contohnya
panjang). Seperti contoh, seorang guru meletakkan 8 buah tongkat dalam ukuran panjang
yang berbeda dan guru meminta mereka untuk mengurutkannya. Namun, anak–anak
mengurutkannya berdasarkan ukuran ‘besar’ dan ‘kecil’ daripada mengurutkannya sesuai
ukuran. Seharusnya pengurutannya berdasarkan dari pendek ke panjang.
3. Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sebuah sistem komunikasi yang terdiri atas kata-kata dan simbol-
simbol yang digabungkan dalam suatu aturan dan digunakan untuk menghasilkan pesan
dalam jumlah tak terbatas Anak-anak dapat menggunakan bahasa untuk mempengaruhi
perilaku orang lain, untuk mengeksplorasi dan belajar tentang lingkungan mereka, dan untuk
diri dari kenyataan dengan menggunakan imajinasi mereka.Bahasa membantu anak untuk
mengatur persepsi dan pemikiran, mengendalikan tindakan mereka, dan bahkan untuk
memodifikasi emosi mereka. Salah satu bagian terpenting dalam proses belajar pada
perkembangan anak adalah pengembangan komunikasi komunikatif dimana anak-anak
mengalami kemampuan dalam menyampaikan pikiran, perasaan, dan niat dalam cara yang
berarti dan budaya. Komunikasi didefinisikan ke dalam dua proses yaitu kita mengirim dan
menerima pesan kepada orang lain.
Berdasarkan perkembangan usia anak-anak akhir tersebut maka kita harus memilah
metode mana saja yang tepat untuk usia 6-11 tahun tersebut, diantaranya:
Metode “chungking”
Metode chungking adalah metode yang memudahkan siswa dalam mengingat sesuatu.
Misalnya mengingat sederet kata: sapi, rumput, lapangan, tennis, air, anjing, danau. Dalam
hal ini siswa bisa mempergunakan metode chunking untuk mengingat kata tersebut, yaitu:
“SAPI terlihat makan RUMPUT disamping LAPANGAN TENIS. Setelah itu ia meminum
AIR yang tidak jauh dari ANJING yang sedang memandang DANAU di seberang.”
Cara yang efektif dalam metode ini adalah banyak bertanya. Apabila guru sudah
banyak memberikan instruksi kepada siswa untuk menghafal sesuatu, siswa harus diberi
pertanyaan yang banyak terkait dengan materi yang dipelajari. Ini dilakukan untuk
mengetahui letak kesulitan siswa dalam menghafal sehingga guru bisa langsung membantu
permasalahannya tersebut.
Metode belajar kolaboratif ini adalah kegiatan belajar dimana siswa SD dibagi dalam
beberapa kelompok dan bekerja sama dalam menyelesaikan masalah untuk menempuh suatu
tujuan. Metode belajar kelompok ini juga bermanfaat dalam mengasah kemampuan sosial
anak, bekerja sama dengan teman yang lain, dan menjadi pemimpin dalam sebuah kelompok.
Metode ini dapat juga mengasah kemampuan komunikasi komunikatif anak.
Mengacu pada Piaget, bahwa anak usia 6-11 tahun berada dalam tahap operasional
konkret bahwa anak akan menangkap objek secara nyata dan benda-benda konkret maka
menggunakan alat peraga dan simbol adalah alat bantu yang baik untuk memahami materi
pembelajaran yang disampaikan guru. Misalnya, dengan mempraktikkan gaya pegas dengan
langsung membawa ketapel, atau menghitung penjumlahan dan pengurangan dengan sempoa.
Menurut pandangan teoritis pertama yang dicetuskan oleh Psikolog G.Stanley Hall:
Adolescence is atime of “strom and stess”. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan
“badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa dimana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual
dan emossional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik)
pada yang bersangkutan, serta dapat menimbulkan konflik dengan lingkungannya. Dalam hal
ini Sigmund freud dan Erikson meyakini bahwa perkembangan pada masa remaja penuh
dengan konflik. Menurut teoritis yang kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan
konflik. Menurut hurlock (1964) remaja awal (12/13 tahun-17/18 tahun), remaja akhir (17/18
tahun-21/22 tahun).
Ciri fisik:
- Laju perkembangan secara umum berlangsung sangat cepat/pesat.
- Proporsi ukuran tinggi dan berat badan sering kali kurang seimbang.
- Munculnya ciri-ciri sekunder (tumbuh bulu pada pubic region, otot mengembang pada
bagian-bagian tertentu), disertai mulai aktifnya sekresi kelenjar jenis kelamin (menstruasi
pada wanita dan day dreaming pada laki-laki).
Ciri Psikomotor:
Ciri Bahasa:
- Berkembangnya penggunaan bahasa sandi dan mulai tertarik mempelajari bahasa asing.
- Menggemari literatur yang bernafaskan dan mengandung segi erotik, fantastik, dan estetik.
Perkembangan Biologis
Perkembangan Psikologis
Perkembangan Kognitif
Perkembangan Moral
Adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasi pengaruh orang tua dengan
kebutuhan dan bantuan dari orang tua. Dengan sikapnya dan cara berfikirnya yang kritis
seorang remaja mulai mengiuji kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya
dalam perilaku sehari-hari oleh para pendukungnya.
Perkembangan Spiritual
Perkembangan Sosial
Remaja harus mampu membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan
menetapkan sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa remaja adalah
masa dengan kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman dekat dan teman sebaya.
Lima kebutuhan dasar (fisiologis, rasa aman, kasih sayang, harga diri, dan aktualisasi
diri) mulai menunjukkan arah kecenderungannya.
Reaksi-reaksi dan ekspresi emosionalnya masih labih dan belum terkendali seperti
pernyataan marah, gembira atau kesedihannya masih dapat berubah-ubah dan silih
berganti dalam waktu yang cepat.
Kecenderungan-kecenderunganarah sikap nilai mulai tampak (teoritis, ekonomis,
estetis, sosial, politis, dan religius), meski masih dalam taraf eksplorasi dan mencoba-
coba.
Merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitanya yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya, yang akan membentuk kepribadiannya.
Siswa SMP adalah siswa yang rata- rata berumur remaja yang menurut ahli
perkembangan erik erikson berada dalam masa mencari identitas.jadi menurut pendapat ahli
tersebut dapat ditarik beberapa metode yang cocok digunakan untuk siswa smp. Metode
pembelajaran memungkinkan komunikasi 2 arah terjadi seperti guru memberikan materi
berupa ceramah,kemudian guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya.,jika
tidak ada siswa yang bertanya maka guru dapat memberikan dorongan dengan membuatnya
menjadi tertarik untuk bertanya
Rata rata remaja usia smp suka berkelompok dengan teman teman sebayanya, jadi
naluriberkelompok tersebut dapat digunakan oleh guru untuk menunjang pembelajaran.
Metode pembelajaran berdasarkan masalah yang berkembang kemudian guru bisa mengajak
siswanya untuk menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama
Masa SMA adalah masa transisi dari usia remaja menuju kedewasaan awal, sehingga
logika orang dewasa bagi anak usia SMA sudah masuk dalam frame berpikirnya. Di saat
yang sama pada usia SMA, seorang remaja masih belum punya beban dan tekanan
sebagaimana layaknya orang dewasa. Adapun beberapa ciri seseorang pada tahapan ini ialah:
Seorang siswa SMA biasaya ada pada tahap Remaja Akhir ( 16-19 tahun)
Manunjukkan pengungkapan kebebasan diri
Lebih selektif mencari teman
Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya
Mulai dapat mewujudkan perasaan cinta
Berpikiran abstrak
Selain ciri umum diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pada masa ini terdapat
beberapa perkembangan khusus pada remaja, antaralain:
1. Perkembangan Biologis
Perubahan fisik (pubertas) sebagai hasil aktifitas hormonal dibawah pengaruh sistem
saraf pusat. Perubahan fisik tampak pada pertumbuhan peningkatan fisik serta perkembangan
karakteristik seks sekunder.
2. Perkembangan Psikologis
3. Perkembangan Kognitif
Kemampuan berfikir abstrak mencapai puncaknya. Remaja tidak dibatasi lagi dengan
kenyataan dan aktual yang konkret, remaja juga memerhatikan kemungkinan yang akan
terjadi.
4. Perkembangan Moral
5. Perkembangan Sosial
Remaja harus membebaskan diri mereka dari dominasi keluarga dan menetapkan
sebuah identitas yang mandiri dari kewenangan keluarga. Masa remaja adalah masa dengan
kemampuan bersosialisasi yang kuat terhadap teman dekat dan teman sebaya.
6. Perkembangan Seksual
Peserta didik pada usia sekolah menengah (masa remaja) berusaha secara total
menemukan satu identitas, berupa perwujudan orientasi seksual yang tercermin dari hasrat
seksual, emosional, romantis, dan atraksi kasih sayang kepada anggota jenis kelamin yang
sama atau berbeda atau keduanya. Seseorang peserta didik yang tertarik pada anggota jenis
kelamin lain disebut heteroseksual. Sebaliknya, seseorang yang terterik pada anggota jenis
kelamin yang sama disebut homoseksual
I. Model Pembelajaran
Observasi/Pengamatan
Mengajukan pertanyaan
Mengajukan hipotesis/dugaan, mengasosiasi atau melakukan penalaran.
Mengumpulkan data yang terakait dengan hipotesa atau pertanyaan yang
diajukan/memprediksi dugaan
Merumuskan kesimpulan-kesimpulan berdasarkan data yang telah diolah atau
dianalisis, mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
Stimulation (memberi stimulus); bacaan, atau gambar, atau situasi, sesuai dengan
materi pembelajaran/topik/tema.
Problem Statement (mengidentifikasi masalah); menemukan permasalahan menanya,
mencari informasi, dan merumuskan masalah.
Data Collecting (mengumpulkan data); mencari dan mengumpulkan data/informasi,
melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, mencari atau merumuskan berbagai
alternatif pemecahan masalah
Data Processing (mengolah data); mencoba dan mengeksplorasi pengetahuan
konseptualnya, melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
Verification (memferifikasi); mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan
data, mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, mengasosiasikannya
menjadi suatu kesimpulan.
Generalization (menyimpulkan); melatih pengetahuan metakognisi peserta didik.
- Problem Based Learning
Orientasi pada masalah; masalah yang menjadi objek pembelajaran yang diamati.
Melakukan pengorganisasian kegiatan pembelajaran; menyampaikan berbagai
pertanyaan terhadap masalah kajian.
Penyelidikan secara mandiri maupun kelompok; melakukan percobaan untuk
memperoleh data dalam menyelesaikan masalah yang dikaji.
Pengembangan dan Penyajian hasil; mengasosiasi data yang ditemukan dengan
berbagai data lain dari berbagai sumber.
Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah;
- Project Based Learning
Diskusi
Eksperimen
Demonstrasi
Simulasi
E. MANFAAT PSIKOLOGI
Seorang guru harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-
hati, karena karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh karena itu sangat penting
untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat pertumbuhan
dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Psikologi
pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam memahami perbedaan karakteristik
siswa tersebut.
Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses
pembelajaran sangat membantu guru untuk menyampaikan materi kepada siswa secara
efektif. Iklim pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh guru sehingga proses
belajar mengajar bisa berjalan efektif. Seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang
tepat dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk hasil
proses belajar mengajar yang lebih baik. Psikologi pendidikan berperan dalam membantu
guru agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga
proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.
Seorang guru harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam
pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta didik.
Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka
hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk memberikan
bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada tingkat usia yang
berbeda-beda.
Guru harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan
mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar siswa. Psikologi
pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam mengembangkan evaluasi
pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan prinsip-prinsip
evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.
Tujuan pembelajaran mengacu pada perubahan perilaku yang dialami siswa setelah
dilaksanakannya proses pembelajaran. Psikologi pendidikan membantu guru dalam
menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran.
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, kedepannya penulis
akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-
sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini.
DAFTAR PUSAKA
https://dykaandrian.blogspot.com/2015/01/makalah-landasan-psikologi-
pendidikan.html
https://www.academia.edu/34742826/MAKALAH_PSIKOLOGI_PENDIDIKAN
https://makalahnih.blogspot.com/2014/09/download-power-point-disini-bab-i.html
http://santoson111.blogspot.com/2018/12/makalah-pengantar-psikologi-
pendidikan.html
https://muhammadsyailan.blogspot.com/2019/05/makalah-psikologi-pendidikan-
konsep.html
Buku literasi Psikologi Pendidikan