Anda di halaman 1dari 9

Penggunaan Terapi Biologis sebagai Manajemen Terapi Asma pada Anak

Stephanie Lovinsky-Desir MD, MS


Division of Pediatric Pulmonology, Department of Pediatrics, College of Physicians and Surgeons, Columbia
University, New York, New York

Abstrak
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang peran inflamasi tipe 2 pada asma alergi, mulai ada
kemajuan dalam pengembangan terapi biologis terbaru yang menargetkan jalur spesifik ini.
Tinjauan ini akan mendiskusikan kriteria diagnostik penggunaan terapi biologis untuk terapi
asma pada anak dengan penekanan khusus pada populasi yang kemungkinan besar mendapat
manfaat paling banyak dari terapi tersebut. Dengan pengecualian seperti anti-imunoglobulin E
dan omalizumab, sangat sedikit penelitian yang telah diterbitkan tentang efikasi dan keamanan
terapi biologis pada anak-anak, terutama terapi anti-interleukin-5 (IL5) dan anti-IL4/IL3.
Tinjauan ini akan menyoroti kelangkaan data yang dipublikasikan pada populasi khusus anak.
Selain itu, penulis akan mempertimbangkan efektivitas biaya serta potensi risiko jangka panjang
dari terapi biologis asma pada anak.
Kata kunci: terapi anti-eosinofil, terapi anti-IgE, asma masa kanak-kanak, antibody monoklonal,
asma T-helper 2

1. Pendahuluan
Selama beberapa dekade terakhir, terdapat pergeseran paradigma dalam pendekatan
beberapa segi dan karakter dari penyakit kronik yang disebut dengan asma. Upaya telah
dilakukan untuk mengklasifikasikan asma kedalam fenotipe dan endotipe sebagai usaha untuk
mengelompokkan individu berdasarkan sifat umum, patofisiologi dan pendekatan terapi 1. Salah
satu kemungkinan fenotipe asma yang paling jelas digambarkan adalah fenotipe asma alergi
yang sering dikarakteristikan dengan peningkatan sitokin dan mediator T-helper 2 (TH2) 2.
Sejalan dengan itu, telah terjadi peningkatan pemilihan terapeutik untuk asma dengan TH2
yang tinggi dalam bentuk terapi biologis.
Terapi biologis adalah pengobatan yang dibuat dari binatang hidup, tumbuhan, atau sel
yang berlawanan dengan proses kimia. Antibodi monoklonal diproduksi dari sel imun yang
identik yang merupakan klon dari sel induk. Antibodi monoklonal berasal dari tikus, manusia,
atau antibodi yang diolah dari sumber manusia dengan pengecualian bagian ikatan protein.
Semua terapi biologis saat ini yang digunakan untuk pengobatan asma adalah antibodi
monoklonal yang dimanusiakan atau antibodi monoklonal yang seluruhnya berasal dari
manusia (dupilumab), dengan demikian, istilah terapi biologis dan antibodi monoklonal sering
digunakan secara bergantian ketika merujuk kelas pengobatan ini pada asma.
Dalam tinjauan ini, penulis akan membahas tentang terapi biologis yang saat ini tersedia
untuk manajemen asma pada anak (anak < 18 tahun), terutama asma yang sulit diterapi. Hal ini
menjadi catatan penting, karena bukti dari keamanan dan efikasi terapi biologis pada anak
sangat jarang. Jumlah pasien anak-anak yang terlibat pada uji klinis fase 3 dari terapi biologis
terkini cukup rendah (Gambar 1). Saat ini, hanya sedikit uji klinis terapi biologis asma terdaftar
yang telah diikuti oleh peserta yang lebih muda dari 18 tahun (Gambar 2). Selanjutnya, studi
yang secara spesifik ditargetkan untuk subpopulasi risiko tinggi asma pada anak termasuk anak-
anak minoritas dan anak-anak dari keluarga dengan pendapatan yang rendah sangat jarang.
Dengan demikian, studi selanjutnya penting untuk memahami lebih lanjut tentang manfaat dan
risiko asma berat pada berbagai lingkup anak-anak.
Tinjauan ini akan mendiskusikan kriteria diagnostik penggunaan terapi biologis untuk
terapi asma pada anak dengan penekanan khusus pada populasi yang kemungkinan besar
mendapat manfaat paling banyak dari terapi tersebut. Sebagai tambahan, penulis akan
mempertimbangkan efektivitas biaya serta risiko potensi jangka panjang dari terapi biologis
pada asma. Ahli imunologi sebagian besar telah mengarahkan manajemen dari terapi antibodi
monoklonal, secara khusus pada anak-anak dengan asma. Namun, para ahli paru sering
memiliki dasar rujukan besar untuk kesulitan dalam manajemen asma pada anak. Sehingga, ini
menjadi sangat penting bagi kita untuk mempersiapkan diri mengelola berbagai macam terapi
yang tersedia bagi pasien anak-anak kita.

Gambar 1. Bukti keamanan dan efikasi dari terapi biologis pada anak dengan asma sangat jarang. Bagian
hijau mewakili jumlah peserta yang terdaftar dalam uji klinis fase 3 untuk masing-masing terapi dan biru
mewakili jumlah anak-anak yang terdaftar usia 12 hingga 17 tahun (umur 6-12 tahun untuk
Omalizumab). [Gambar berwarna dapat ditinjau dalam wileyonlinelibrary.com]

Gambar 2
Data tentang anak dengan asma yang mendapatkan terapi biologis masih sedikit. Angka tersebut
mewakili jumlah total uji klinis yang saat ini terdaftar di ClinicalTrials.gov untuk setiap terapi asma
biologis yang disetujui untuk digunakan pada anak-anak. Semua studi diwakili oleh diagram hijau dan
studi yang telah mengusulkan untuk mendaftarkan anak-anak <18 tahun berwarna biru [Gambar warna
dapat dilihat di wileyonlinelibrary.com].

2. Gambaran mekanisme TH2 terhadap terjadinya asma


Asma yang disebabkan karena alergi dianggap sebagai proses peradangan saluran napas
yang dipicu oleh berbagai respon imunologis yang kompleks yang disebabkan oleh aeroalergen,
virus, dan partikel polutan yang berikatan dengan sel sel antigen, khususnya sel dendritik. Sel
dendritik berpindah ke kelenjar getah bening kemudian mereka mengaktifkan sel T-helper naif,
merangsang mereka untuk berdiferensiasi menjadi sel TH1, sel TH17 atau sel TH2. Diferensiasi
sel T naif menjadi sel TH2 menginisiasi eosinofilik. Di kelenjar getah bening, sel TH2
mengsekresikan interleukin-4 (IL4) dan memediasi class-switching leading B sel untuk
meningkatkan produksi imunoglobulin E (IgE).
IgE kemudian berikatan dengan sel sel efektor termasuk sel mast, basofil, dan eosinofil
yang terpapar alergen, memicu pelepasan histamin, leukotrien, dan prostaglandin yang
meningkatkan permeabilitas vaskular dan kontraktilitas otot polos. Di dalam saluran nafas sel
epitel, TH2 mensekresi IL5 dan IL13. IL5 mendorong pematangan dan migrasi eosinofil yang
memicu peradangan saluran napas sebagai respons terhadap alergen. IL13 menginduksi sekresi
musin dari sel goblet dan mengubah otot polos saluran sehingga memicu hiperreaktivitas
saluran napas. Pemahaman yang lebih dalam tentang mekanisme yang mendasari jalur ini terus
berkembang; bagaimanapun penelitian ini merupakan sebuah dasar untuk menilai terapi
biologis pada asma.

3. TERAPI ANTI IgE


Omalizumab, antibodi monoklonal anti ‐ IgE, obat yang pertama kali disetujui oleh
Administrasi Obat Federal Amerika Serikat (US FDA) pada tahun 2003 dan Badan Obat Eropa
pada tahun 2005 untuk digunakan pada anak-anak berusia 12 tahun ke atas. Baru-baru ini pada
tahun 2016, FDA AS menyetujui penggunaan omalizumab pada anak-anak berusia 6 tahun.
Salah satu mekanisme kerja omalizumab bisa cross-link dengan IgE bebas untuk
menurunkan jumlah IgE yang tersedia untuk masuk ke dalam permukaan sel. Selain itu,
omalizumab menurunkan paparan FCεRI atau reseptor afinitas tinggi di permukaan sel yang
biasanya mengikat IgE termasuk sel mast, basofil, dan eosinofil. Akibatnya, sel inflamasi tidak
dapat melepaskan mediator seperti leukotrien, prostaglandin, dan histamin untuk mengurangi
gejala yang muncul pada asma.
Saat ini, omalizumab diindikasikan untuk anak-anak dengan asma persisten sedang
hingga berat. Anak-anak yang tidak menunjukkan adanya perubahan pada gejala asma dengan
pemberian glukokortikoid inhalasi.
Pasien asma anak yang disebabkan oleh alergi memiliki sensitivitas terhadap aeroalergen
seperti tungau debu, bulu binatang, kecoak atau jamur. Serum igE harus berkisar antara 30
sampai 700 pada anak-anak berusia 12 tahun ke atas. Batas tertinggi IgE diperluas menjadi
1.300 pada anak-anak AS usia 6 hingga 11 tahun dan 1.500 untuk anak-anak di Eropa. Algoritma
dosis telah dikembangkan berdasarkan kadar IgE serum total dan berat anak. Namun, saat ini,
tidak ada cukup bukti penggunaan omalizumab untuk anak-anak yang kelebihan berat badan
dan obesitas. Selain reaksi di tempat suntikan, efek samping omalizumab yang paling umum
termasuk dalam Tabel 1.
Sampai saat ini, literatur menyebutkan bahwa terdapat efikasi dan keamanan terapi
biologis omalizumab. Beberapa uji coba plasebo double-blind acak telah dilakukan pada anak-
anak usia 6 sampai 12 tahun.7-15 Manfaat omalizumab dapat menurunkan resiko eksaserbasi 7,9-
13,16
dan dosis kortikosteroid inhalasi, 7,9,10 , 16 serta gejala membaik, 8,13 kualitas hidup, 8,15 volume
ekspirasi paksa pada detik pertama (VEP 1) dan fraksi nitritoksida ekspirasi (FeNO).
Poin kunci bagi klinisi untuk mempertimbangkan peresepan terapi biologis pada anak

Obat Target Usia Indikasi Cara Dosis Dosis Efek samping


kerja dalam pengobatan pemberian loading rumatan paling umum
tahun pada asthma
berat
Omalizumab Anti-IgE <6 Alergi menetap SC Tidak ada 75-375 >12 tahun;
dan total mg setiap artralgia, nyeri
serum IgE 30- 2-4 kaki dan
1300 IU/mL minggu lengan, Lelah,
pusing

>6 tahun:
nasofaringitis,
nyeri kepala,
demam tinggi,
nyeri perut
bagian atas,
faringitis, otitis
media,
gastroenteritis,
epistaksis
Mepolizumab Anti-IL5 >6 Serum SC Tidak ada 100 mg Nyeri kepala,
eosinophil setiap 4 reaksi lokasi
>150/mikroliter minggu penyuntikan,
nyeri
punggung,
Lelah
Benralizumab Anyi- >12 Serum SC 30 mg 30 mg Sakit kepala,
IL5ralfa eosinophil setiap 4 setiap 8 faringitis
>300/mikroliter minggu minggu
untuk 3
dosis
pertama
Dopilumab Anti IL4 >12 Serum SC 400 mg 200 mg Reaksi lokasi
dan IL13 eosinophil (dua 200 setiap 2 penyuntikan,
>150/mikroliter mg minggu nyeri
injeksi) orafaringeal,
eosinophilia
Volum ekspirasi dalam 1 detik (FEV1)15,16 dan fraksi nitrit oksida buangan napas (FENO).10
4. ANTI IL5 THERAPIES
Terapi anti IL-5, mepolizumab, dan benralizumba, sudah diterima untuk digunakan pada
anak-anak usia 12 tahun pada tahun 2015 dan 2017 berturut turut. Pada tahun 2019 FDA
menyetujui penggunaan Mepolizumab untuk anak-anak usia 6 tahun. Reslizumab adalah terapi
anti-IL5 lainnya yang telah disetujui penggunaannya untuk manajemen asthma; namun, akhir-
akhir ini, penggunaannya hanya diperbolehkan untuk pasien usia 18 tahun ke atas. Dari hal
tersebut, sebuah diskusi mengenai reslizumab diluap lingkup telaah ini. Mepolizumab adalah
antibody anti-IL5 yang mengikat secara langsung untuk melepaskan IL5. Disamping itu, antibody
mepolizumab mencegah interaksi IL5 dengan reseptor yang memicu penurunan produksi dan
ketahanan hidup eosinophil.
Benralizumab adalah reseptor antibody anti-IL5 yang menghalangi dari ikatannya ke
reseptornya dan menghasilkan deplesi sitotoksik dari sel yang mengekspresikan reseptor IL5.
Informasi dosis untuk Mepolizumab dan benralizumab dan efeksampingnya bisa dilihat pada
table 1.
Pada analisis retrospektif terbaru dari dua percobaan klinis yang besar dari
Mepolizumab, Ortega et al19 menguji laju prediktif eksaserbasi signifikan secara klinis per
tahun terhadap hitungan dasar darah eosinophil untuk menntukan level serum eosinophil yang
berhubungan dengan manfaat pengobatan. Pada studi DREAM, peserta yang mempunyai nilai
hitung dasar serum eosinophil yang tinggi mempunyai manfaat yang lebih besar dengan
Mepolizumab dibandingkan dibandingkan control (30% perbedaan pada 150
eosinofil/microliter).20 Hal yang sama terjadi pada studi MENSA, terdapat divergensi yang lebih
besar pada laju prediktif eksaserbasi antara grup terapi dan grup control dengan hitung
eosinophil dasar lebih tinggi ( 39% perbedaan pada 150 eosinofil/microliter).21 Dari hal
tersebut, hitung serum eosinophil dari 150 eosinofil/microliter sudah digunakan sebagi ambang
pengobatan Mepolizumab dengan hitung darah eosinophil dasar lebih tinggi yang
menggambarkan manfaat yang lebih tinggi. Dari 616 partisipan yang mengikuti studi DREAM
dan 576 partisipan pada studi MENSA hanya total 26 anak usia 12 sampai 18 tahun (gambar 1).
Pada analisis data sekunder menggunakan pengumpulan data dari uji coba SIROCCO22
dan CALIMA, Bleecker et al24 menelaah karakteristik dasar klinis dan demografi yang
mempengaruhi efikasi klinis Benralizumab untuk asthma berat. Secara keseluruhan dijumpai
36% laju reduksi pada eksaserbasi taunan antar pasrtisipan yang diterapi dengan Benralizumab
dibandingkan control. Namun, saat data terstrata dengan factor klinis dasar bervariasi, manfaat
lebih besar dari Benralizumab dibandingkan control diobservasi antara individu yang
menggunakan kortikosteroid oral, memiliki polip nasal, kapasitas vital paksa dari
prebronkodilator yang lebih rendah, memiliki eksaserbasi lebih dari 3 kali per tahun dan lebih
18 tahun saat terdiagnosis asthma. Dari 2510 partisipan pada dua studi ini, 108 adalah anak
antara 12 sampai 18 tahun.

5. Anti IL4 dan IL13


Dupilumab adalah antibodi alfa reseptor anti-IL4. Baik IL4 dan IL13 mengekspresikan
subunit reseptor IL4 alfa. Sehingga, dupilimab menghambat keduanya, yaitu IL4 dan IL13 dari
ikatan ke reseptornya, mempengaruhi pengalihan kelas sel B seperti inflamasi saluran napas
yang dimediasi oleh IL13. efek samping yang paling sering dari dupilumab dijelaskan dalam
Tabel 1.
Pada penelitian randomize double blind, percobaan placebo-kontrol, peserta uji coba
diobati dengan dupilimab dibandingkan dengan plasebo yang menunjukkan penurunan
signifikan pada derajat keparahan asma eksaserbasi berat. 25 Hubungan ini hanya diamati di
antara mereka yang memiliki serum eosinofil ≥150 sel / μL. Selanjutnya individu yang memiliki
kadar eosinofil lebih tinggi, ≥500 sel / μL, merasakan manfaat yang lebih besar dibandingkan
individu dengan jumlah eosinofil 150 sampai 300 sel / μL. Penemuan serupa juga di amati
dengan FEV1 sehingga individu yang diobati dengan dupilumab yang memiliki jumlah eosinofil
awal lebih tinggi memiliki lebih banyak peningkatan FEV 1 dibandingkan dengan individu dengan
kadar eosinofil basal yang lebih rendah. Dari semua 1.338 peserta yang terdaftar di penelitian
klinis fase 3 dari dupilumab, total 107 anak antara usia 12 samai 18 tahun (Gambar 1)

6. Efektivitas Biaya
Untuk memahami implikasi manajemen dengan terapi biologis, hal ini perlu
dipertimbangkan tingginya biaya pengobatan. Sebuah laporan tahun 2018 dari Institute for
Clinical and Economic Review (ICER) menunjukkan bahwa biaya tahunan terapi biologis untuk
penanganan asma, diluar biaya administrasi, berkisar antara $ 27.800 hingga $ 31.000 per
tahun.27 dari analisis efektivitas biaya, terapi biologis dibandingkan dengan terapi standart pada
asma. Model efektivitas biaya ICER rasio ambang yang diterima secara umum dari $ 100.000
hingga $ 150.000 untuk setiap tahun-tahun kehidupan yang disesuaikan kualitasnya saat dalam
pengobatan. Untuk setiap terapi biologis yang ada, tampak bahwa rasio efektivitas biaya jauh
melebihi ambang batas, mulai dari $ 325.000 hingga $ 391.000. Perlu dipertimbangkan agar
dapat dianggap hemat biaya, harga terapi biologis harus dikurangi, yang awalnya 62% menjadi
80% dari akuisisi grosir harga saat ini. Dalam analisis sensitivitas rasio efektivitas biaya
meningkat ketika analisis dibatasi pada individu yang diobati dengan kortikosteroid oral jangka
panjang (turun menjadi $ 174.000) dan di antaranya terapi jangka panjang (turun menjadi $
156.000).
Penelitian sebelumnya tentang efektivitas biaya omalizumab menunjukkan hasil yang
beragam yang bervariasi berdasarkan hasil asma yang ada dinilai dan tingkat keparahan
populasi yang diselidiki. 29-32 Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, omalizumab dapat
dipertimbangkan hemat biaya pada individu berisiko sangat tinggi dengan eksaserbasi yang
sering dan gejala yang tidak terkontrol meskipun diberikan kortikosteroid inhalasi maksimum.
29,30,32
Oleh karena itu, dalam lingkungan peningkatan biaya perawatan kesehatan, pemilihan
pasien yang cermat yang kemungkinan besar akan mendapat manfaat dari terapi biologis
merupakan salah satu aspek penting untuk mencapai efektivitas biaya.

7. Menentukan kandidat terbaik dan aturan untuk terapi spesifik


Global Initiative for Asthma (GINA) baru-baru ini menerbitkan sebuah buku saku
panduan untuk mengobati asma yang sulit.33 Terkait dengan ulasan ini, pertimbangan faktor-
faktor yang dapat memperkirakan respon yang baik terhadap terapi anti IgE dibandingkan
dengan terapi anti ‐ IL5. Secara khusus, meskipun IgE yang meningkat adalah indikator untuk
pengobatan dengan omalizumab, individu dengan peningkatan eosinofil darah lebih mungkin
merespons terapi dibandingkan mereka yang memiliki jumlah eosinofil darah rendah.
Selain itu, peningkatan FeNO (biomarker untuk inflamasi saluran nafas), allergen yang
menyebabkan gejala dan onset asma pada masa anak- anak adalah semua faktor yang
dihubungkan dengan kemungkinan perbaikan saat mendapat terapi omalizumab. Mengenai
terapi anti ‐ IL5, selain peningkatan manfaat pada mereka yang memiliki kadar eosinofil darah
tepi lebih tinggi, pasien yang lebih sering mengalami eksaserbasi, asma onset dewasa, dan
poliposis hidung akan lebih banyak kemungkinan mendapatkan keuntungan menurut GINA.
Gambar 3 menunjukkan pertimbangan untuk memilih terapi biologis pada anak-anak yang lebih
muda dari 18 tahun.

Menentukan kapan harus menghentikan terapi sama pentingnya dengan


menentukan obat yang tepat untuk terapi asma biologis. Pedoman GINA menyarankan
untuk beralih ke biologis lain terapi jika tidak ada respon signifikan setelah 4 bulan
pengobatan. Selain itu, pasien harus dievaluasi ulang setiap 3 sampai 6 bulan untuk
perbaikan dan kortikosteroid oral harus dihentikan ketika gejala yang ada dapat
dikontrol dengan baik. Terapi biologis harus digunakan sebagai terapi tambahan, oleh
karena itu pasien harus tetap mengonsumsi kortikosterioid inhalasi dosis sedang
kortikosteroid
Bersamaan dengan memberikan pengobatan kepada pasien yang mungkin
mendapat manfaat banyak dari terapi biologis, memberikan terapi hanya pada saat
eksarserbasi maksimum adalah suatu pendekatan alternatif untuk mengurangi biaya
pengobatan. Dalam studi multi-center di Konsorsium Asma Inner City, 419 anak dengan
usia 6 sampai 20 tahun asma sedang hingga berat dirandomisasi untuk mendapatkan
omalizumab vs. plasebo selama 60 minggu. Selain penurunan jumlah hari gejala asma
dan frekuensi eksaserbasi secara signifikan, peneliti menemukan manfaat yang lebih
besar dari omalizumab dibandingkan dengan plasebo ketika musim gugur ketika
eksarsebasi maksimum terjadi akibat virus. Temuan ini mendorong untuk dilakukannya
studi tindak lanjut untuk menyelidiki apakah terapi tertarget jangka pendek yang
dimulai 4 sampai 6 minggu sebelum masuk sekolah, selama total 4 bulan, bisa
mengurangi eksaserbasi asma ketika musim gugur. Terbukti, ada perbaikan signifikan
dalam tingkat eksaserbasi pada anak-anak yang mendapatkan omalizumab
dibandingkan kontrol. Pada kelompok pasien yang diobati dengan omalizumab,
dilakukan isolasi sel mononuklear darah tepi dan sel dendritik dan stimulasi ex vivo
dengan rhinovirus dalam keadaan ada atau tidak adanya ikatan silang IgE. Menariknya,
penurunan ekspresi FCεRI afinitas tinggi, seperti yang terlihat pada kelompok
omalizumab, memiliki hubungan dengan peningkatan sekresi dari interferon (INF) α dari
sel dendritik. Jadi, salah satunya mekanisme yang mendasari yang menjelaskan
penurunan eksarserbasi saat musim gugur akibat virus adalah peningkatan respons IFNα
omalizumab terhadap virus.

Efek Samping dan Akibat Jangka Panjang


Efek samping yang sering ditemui dari masing-masing terapi biologis tercantum
dalam Tabel 1. Anafilaksis adalah salah satu efek samping omalizumab yang paling
mengkhawatirkan dan sangat jarang dengan agen biologis lain. Lieberman, dkk
mempublikasikankajian postmarketing terbesar sampai saat ini dari kasus anafilaksis
akibat pemberian omalizumab, 132 kasus dicatat dalam laporan ini. Meskipun terdapat
gejala anafilaksis lambat telah ditemukan 24 jam pasca pemberian, sebagian besar
gejala (64%) terjadi di dalam 60 menit pertama. Pasien-pasien yang cenderung
mengalami anafilaksis adalah pasien perempuan, usia rata-rata 40 tahun dan memiliki
riwayat anafilaksis sebelumnya. Sembilan puluh lima persen pasien yang mengalaminya
anafilaksis mengalami gejala di sistem penafasab. Oleh karena itu, adalah bijaksana
untuk melakukan pemantauan paling tidak 60 menit setelah pemberian obat, khususnya
pada pasien anak-anak yang memiliki riwayat anafilaksis
Dalam kajan mengenai efek samping jangka panjang agen biologis, masih sedikit
publikasi data mengenai terapi yang lebih baru, mepolizumab, benralizumab, dan
dupilumab. Salah satu hal yang paling mengkhawatirkan adalah risiko keganasan jangka
panjang karena sifat imunosupresif dari agen biologis tersebut. Penelitian EXCELS adalah
studi kohort observasional prospektif pada pasien asma alergik sedang berat berusia 12
tahun ke atas yang diobati dengan omalizumab. Selama 5 tahun masa penelitian, tidak
ada perbedaan signifikan dalam proporsi pasien yang mengalami keganasan primer
pada kelompok pasien yang diobati dengan omalizumab (n = 5007) vs kelompok kontrol
(n = 2829). Serupa dengan hal di atas, tidak ada perbedaan signifikan dalam insiden
terjadinya penyakit sistem organ lain pada kelompok omalizumab vs kelompok kontrol.
Kesimpulan
Masih terdapat sedikit data mengenai efikasi dan keamanan terapi biologis pada pasien
anak-anak berusia kurang dari 18 tahun, khususnya pada populasi resiko tinggi yang
mencakup anak-anak ras minoritas dan anak-anak dari kelompok masyarakat
berpenghasilan rendah. Saat ini terapi biologis juga sangat mahal dan tidak efektif
secara biaya jika diberikan kepada semua anak-anak dengan asma. Selain itu, masih
sedikit yang diketahui tentang durasi pengobatan yang optimal pada anak-anak dan
potensi efek samping jangka panjang hingga dewasa, terutama pada penggunaan terapi
biologis yang lebih baru. Oleh karena itu, pertimbangan yang cermat harus diambil saat
memutuskan pasien mana yang sebaiknya diberikan terapi biologis, khususnya pasien
mana yang bisa mendapatkan manfaat paling besar dan berpotensi untuk dilakukan
modifikasi waktu pengobatan (misalnya, periode eksaserbasi musim gugur). Meskipun
kekhawatiran-kekhawatiran diatas, pemakaian dalam mekanisme biologis yang sudah
disetujui saat ini dan potensi penggunaan agen ini di masa depan adalah sesuatu yang
menarik. Studi observasional dan eksperimental di masa depan yang dititikberatkan
pada anak-anak di bawah 18 tahun usia akan menjadi masukan yang berharga selagi
kami memperluas penggunaan terapi baru ini pada populasi anak-anak

Anda mungkin juga menyukai