Anda di halaman 1dari 2

SURAT EDARAN DIRJEN PAJAK

NOMOR SE-22/PJ.42/1999
 
TENTANG
 
PERLAKUAN PPH ATAS BIAYA BUNGA DAN BIAYA OVERHEAD DALAM
MASA KONSTRUKSI
 
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
 
Sehubungan dengan masih adanya pertanyaan tentang perlakuan PPh atas biaya bunga dan
biaya overhead dalam masa konstruksi, maka untuk menghilangkan keragu-raguan dalam
pelaksanaannya, dengan ini diberikan penegasan sebagai berikut:

1. Berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah


terakhir dengan Undang-Undang nomor 10 Tahun 1994 antara lain dinyatakan
bahwa:
a. Pasal 6 ayat (1) huruf a
Bunga pinjaman dan biaya overhead termasuk dalam pengertian biaya untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto.
b. Pasal 9 ayat (2)
Pengeluaran (biaya) untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak
dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui
penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal
11A.
2. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas maka:
a. Dalam hal suatu pinjaman dipergunakan untuk membiayai pembangunan
pabrik atau bangunan lainnya yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun, biaya bunga yang timbul selama masa konstruksi harus dikapitalisir ke
dalam harga perolehan pabrik/bangunan lainnya tersebut, yang
pembebanannya melalui biaya penyusutan.
b. Dalam hal suatu pinjaman dipergunakan untuk membiayai pembelian tanah,
biaya bunganya harus dikapitalisir ke dalam harga perolehan tanah, namun
tidak dapat dibebankan sebagai biaya penyusutan.
c. Apabila suatu pinjaman dipergunakan untuk membiayai pembangunan pabrik
dan pembelian tanah serta aktiva lainnya yang tidak dapat dipisah-pisahkan
perhitungan kapitalisasinya ke dalam masing-masing aktiva tersebut dapat
dilakukan secara prorata.
d. Atas biaya overhead (seperti biaya gaji/tunjangan, biaya perjalanan dan biaya
lain-lain) yang berkaitan dengan pembangunan pabrik atau bangunan lainnya
yang timbul selama masa konstruksi harus dikapitalisir ke dalam harga
perolehan pabrik/bangunan lainnya tersebut yang pembebanannya melalui
biaya penyusutan. Perhitungan kapitalisasi secara prorata juga berlaku dalam
hal biaya overhead berkaitan dengan pembangunan/pengadaan berbagai aktiva
yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

Demikian untuk dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.


 
DIREKTUR JENDERAL
A. ANSHARI RITONGA

Anda mungkin juga menyukai