Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung kira kira 6-8 minggu. Dalam masa ini
terjadi beberapa perubahan, antara lain psikis, fisik, involusio uterus,
pengeluaran lokhea, laktasi, dan pengeluaran ASI, serta perubahan sistem
tubuh lainnya. (Sarwono Prawirohardjo)
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam
pertama setelah persalinan. Hal ini menunjukkan beberapa perhitungan
asuhan kesehatan ibu nifas yang telah diberikan. Dengan demikian asuhan
masa nifas diperlukan dalam periode ini, karena merupakan masa kritis ibu
maupun bayinya.(Sarwono, 2009)
Angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi, menurut
World Health Organization (WHO) tahun 2014 pada angka 214/100.000
kelahiran hidup. Setiap hari pada tahun 2015, sekitar 830 perempuan
meninggal karena komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas. Penyebab
kematian di Indonesia adalah perdarahan, hipertensi, infeksi dan penyebab
tidak langsung, sebagian besar karena interaksi antara kondisi medis yang
sudah ada sebelumnya dan kehamilan.
Tingginya angka kematian ibu tidak dapat dipisahkan dari profil
wanita Indonesia dan peran serta seorang tenaga kesehatan, khususnya
bidan. Peranan bidan dalam memberikan asuhan masa nifas adalah
memberikan asuhan yang konsisten, ramah, dan memberikan dukungan
pada setiap ibu dalam proses penyembuhannya dari stres fisik akibat
persalinan, serta meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam merawat
bayinya. Dalam proses penyesuaian ini, dituntut kontribusi bidan dalam
melaksanakan kompetensi, keterampilan, dan sensitivitas terhadap

1
kebutuhan dan harapan setiap ibu dan keluarga. Bidan harus dapat
merencanakan asuhan yang dapat diberikan pada ibu sesuai dengan
kebutuhan ibu tersebut. (Ambarwati, dkk, 2009)
Pada periode ini bidan dituntut untuk dapat memberikan asuhan
kebidanan terhadap perubahan fisik dan psikologis ibu. Dimana asuhan
fisik lebih mudah diberikan karena dapat dilihat dan dinilai secara
langsung, apabila terjadi ketidaknormalan bidan langsung dapat
mendeteksi dan memberikan intervensi, sedangkan pemberian asuhan
terhadap emosi dan psikologis ibu membutuhkan ketelitian dan kesabaran
yang lebih dari bidan. Untuk mencapai hasil yang optimal membutuhkan
kerjasama yang baik antara bidan dan keluarga. (BR. Sweet,1997)
Salah satu tujuan dari Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI) adalah mewujudkan persalinan yang sehat dan aman. Salah satu
upayanya adalah dengan melakukan pemantauan dalam 24 jam pertama
pada ibu post partum. Oleh karena itu, penulis mengambil kasus yang
berjudul Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Ny. R usia 31 Tahun P2A0 6
jam Post Partum.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan Asuhan Kebidanan pada Ny. T 35 tahun P2A0 10 hari
post partum di wilayah kerja Puskesmas Kebakramat II dengan
pendekatan manajemen kebidanan didasari konsep sikap dan
keterampilan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada Ny. T dengan bendungan asi
b. Menginterpretasi data dasar pada Ny. T dengan bendungan asi
c. Mengidentifikasi diagnosa potensial pada Ny. T dengan bendungan
asi
d. Mengidentifikasi tindakan segera pada Ny. T dengan bendungan
asi.

2
e. Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada Ny. T dengan
bendungan asi
f. Melaksanakan rencana tindakan pada Ny. T dengan bendungan asi
g. Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang diberikan pada Ny. T
dengan bendungan asi

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung
pada ibu nifas, sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis
didalam melaksanakan tugas sebagai bidan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan asuhan
kebidanan pada ibu nifas dan menyusui.
3. Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan pada ibu pasca
melahirkan secara fisiologis maupun psikologis serta masalahnya,
sehingga timbul kesadaran bagi klien untuk memperhatikan masa
nifas.
4. Bagi Lahan Praktik
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga
kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dan selalu menjaga mutu pelayanan.
5. Bagi Masyarakat
Merupakan informasi kepada masyarakat tentang perubahan
fisiologis yang terjadi pada ibu nifas baik secara biologis dan
psikologis serta masalah pada masa nifas.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai setelah partus selesai
dan berakhir kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih
kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Eka dan
Kurnia, 2014)
Menurut Sarwono, (2006) masa nifas (puerperium) dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu, yang disertai perubahan fisik antara lain :
1. Involusio uterus dan bagian-bagian lain dari traktus genetalis.
2. Pengeluaran ASI.
3. Perubahan fisiologis dari sistem lain di dalam tubuh.
B. Tahapan Masa Nifas
Menurut (Saleha, 2009), masa nifas terbagi menjadi tiga periode, yaitu:
1. Puerperium Dini (Immediate Post Partum)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
2. Puerperium Intermedial(Intermedial Post Partum)
Dimulai dari 24 jam sampai 1 minggu setelah persalinan.
3. Puerperium Akhir (Late Post Partum)
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila
selama hamil ataupersalinan mempunyai komplikasi maka waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu minggu. (Vivian Nanny,
2010:04)

4
C. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan sistem reproduksi
a. Involusi Uteri
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genetalia ini dalam
keseluruhannya disebut involusi. (Saleha, 2009).
Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke
keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses itu dimulai
segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. (Vivian Nanny, 2010:55)

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 Minggu Pertengahan pusat dan simphisis 500 gram
2 Minggu Tak teraba di atas simphisis 350 gram
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Sebesar normal 30 gram

Proses Involusi Uterus


1) Iskhemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus
dari uterus setelah pengeluaran plasenta, membuat uterus relatif
anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
2) Autolisis
Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot
uterus. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen
dan progesteron.

3) Efek Oksitosin

5
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uteri, sehingga akan menekan pembuluh darah yang
menyebabkan berkurangnya suplai darah ke uterus. (Vivian
Nanny & Tri Sunarsih, 2011:56)
b. Endometrium
Dari pertama tebal endometrium 2,5 mm permukaannya
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari
tidak ada pembentukan jaringan parut pada luka bekas implantasi.
(Siti Soleha, 2009:56-57)
c. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basal alkali yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. (Vivian Nanny & Tri Sunarsih, 2011:58). Jenis-
jenis lochea, yaitu sebagai berikut :
1) Lochea Rubra
Berwarna merah karena berisi darah segar dari sisa selaput
ketuban, sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium.
Keluar pada 1-3 hari post partum.
2) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar
pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
3) Lochea Serosa
Warna merah jambu kemudian menjadi kuning. Cairan
tidak berdarah lagi pada hari ke 7-14 post partum.
4) Lochea Alba
Dimulai hari ke-14 kemudian semakin lama semakin
berkurang hingga berhenti 1-2 minggu berikutnya. Cairan
berwarna putih terdiri dari leukosit dan sel desidua. (Siti
Soleha, 2009:56)
5) Lochea Purulenta

6
Terjadi karena infeksi. Cairan yang keluar seperti nanah
berbau busuk.
6) Lochea Statis
Lochea yang tidak lancar keluarnya. (Suherni, dkk, 2009:79)
d. Vagina
Pada minggu ke-3 vagina mengecil dan timbul ruggae
kembali (lipatan-lipatan).
e. Perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan
pertama. Robekan umumnya terjadi di garis tengah dan bisa
meluas, kemungkinan karena kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil dari massanya, dan kepala janin ukurannya
lebih besar dari sirkum forensia sub oksipito bregmatika. (Suherni,
dkk, 2009:79)
2. Perubahan payudara
Selama beberapa hari pertama post partum karena tubuh wanita
mempersiapkan diri untuk memberikan nutrisi kepada bayi maka dapat
mengalami kongesti. Wanita yang menyusui berespon terhadap
stimulasi bayi yang disusui sehingga akan terus melepaskan hormon
dan menstimulasi alveoli yang memproduksi susu. (Hellen Varney,
dkk, 2007:960)
3. Perubahan sistem kardiovaskuler
Tonus otot polos pada dinding vena mulai membaik. Volume darah
mulai berkurang, biskositas darah kembali normal, dan arah jantung
serta tekanan darah menurun sampai kadar sebelum hamil. (Monica
Ester, 2008:6)
4. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,

7
hemoroid, dan laserasi jalan lahir. BAB ibu nifas harus dilakukan 3-4
hari pasca persalinan. (Suherni, dkk, 2009:80)
Agar buang air besar teratur dapat diberikan makanan yang
mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Apabila ini tidak
berhasil dapat diberikan suppositoria biskodil per rektal untuk
melunakkan tinja. (Derek Liewellyn Jones, 2002)
5. Perubahan sistem perkemihan
Kesulitan miksi mungkin terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan,
karena refleks penekanan aktivitas detrusor yang disebabkan oleh
tekanan pada basis kandung kemih selama melahirkan. Jika tidak dapat
mengeluarkan urin mungkin diperlukan kateterisasi.
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu.
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing
masih tertinggal urin residual (normal ± 15 cc). Sisa urin dan trauma
pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi. (Ambarwati, Eny Retna, dkk, 2009)
6. Perubahan tanda-tanda vital
a. Suhu badan
Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit
(37,5 °C-38 °C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan sehingga dapat berefek dehidrasi.
Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada
hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena adanya pembentukan
ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi
pada endometrium, mastitis, traktus genetalis atau sistem lain.

b. Nadi

8
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali/menit.
Sehabis melahirkan yaitu pada jam pertama post partum biasanya
denyut nadi akan lebih cepat atau meningkat.
c. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya
preeklampsi post partum.
d. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga
akan mengikutinya kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran pernafasan. (Ambarwati, Eny Retna, dkk, 2009)
D. Perubahan Psikologis Masa Nifas
1. Fase-fase yang berhubungan dengan adaptasi khusus pada keadaan
psikologis ibu dalam masa nifas, yaitu sebagai berikut :
a. Fase Taking-In
Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari ke-2
setelah melahirkan. Pada saat itu, ibu fokus pada perhatian dirinya
sendiri. Ibu cenderung pasif dengan lingkungannya.
b. Fase Taking Hold
Berlangsung 3-10 hari post partum. Ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Ibu memiliki perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah.
c. Fase Letting Go
Fase menerima tanggung jawab barunya yang berlangsung
10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri,
merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan diri sudah meningkat.
(Vivian Nanny & Tri Sunarsih, 2011:65-66)
2. Post Partum Blues

9
Dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada
minggu pertama setelah persalinan dengan ditandai gejala-gejala
seperti berikut ini :
a. Reaksi depresi atau sedih.
b. Sering menangis.
c. Mudah tersinggung dan marah.
d. Cemas.
e. Labilitas perasaan.
f. Cenderung menyalahkan diri sendiri.
g. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
h. Kelelahan.
i. Pelupa.
3. Kesedihan dan Duka Cita
Hari ke 1
Hari istirahat, pemulihan, dan kesenangan yaitu ketika mendapat
kenangan persalinan yang menggemparkan.
Hari ke 2
Kenikmatan berbaring dan menatap bayi yaitu ketika mendapat
tekanan hidup karena kelahiran bayi.
Hari ke 3
Perubahan keseimbangan hormon, karena 9 bulan sudah terlewati
sehingga perhatian dari dokter dan keluarga menurun.
4. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
a. Boonding Attachment
Boonding adalah dimulainya interaksi sensorik fisik.
Attachment adalah ikatan yang terjalin antara individu. (Nelson,
1986). Tahap-tahap Boonding Attachment, yaitu :
1) Perkenalan (Acquintace)
Melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan
eksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
2) Keterikatan (Bonding)

10
3) Attachment
Perasaan kasih sayang yang mengikat individu satu dengan
yang lain.
b. Respon Ayah dan Keluarga
Respon Positif
1) Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayi dengan bahagia.
2) Ayah tambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi.
3) Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
4) Perasaan sayang ayah terhadap ibu yang melahirkan bayi.
Respon Negatif
1) Kehamillan yang tidak diinginkan.
2) Kegagalan KB.
3) Ayah merasa kurang mendapat perhatian.
4) Faktor ekonomi.
c. Sibling Rivalry
Anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-
laki atau perempuan (kamus kedokteran). Rivalry adalah keadaan
kompetisi atau antagonisme antara saudara kandung untuk
mendapatkan simpati dan perhatian. Pertengkaran atau
kecemburuan terhadap saudara laki-laki atau perempuan terjadi
pada orang tua yang mempunyai 2 anak atau lebih.
E. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
1. Gizi
Kebutuhan gizi yang perlukan ibu menyusui adalah 2800 kal/hari
dan protein 64 gram/hari. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ibu
menyusi dapat mengkonsumsi makanan tambahan pada bulan pertama
dengan kebutuhan nutrisi sebanyak 300 kal/hari, 6 bulan selanjutnya
500 kal/hari, tahun kedua 400 kal/hari. Selain itu juga mengkonsumsi
vitamin A 200.000 IU dan zat besi 1 tablet/hari selama 40 hari.

2. Istirahat dan tidur

11
Istirahat cukup (siang hari ± 2 jam dan malam hari 7-8 jam)
3. Hubungan seks dan KB
a. Hubungan seks
Hubungan seks aman dilakukan setelah darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam
vagina tanpa rasa sakit.
b. KB
Idealnya setelah melahirkan dapat hamil lagi setelah 2
tahun dan kontrasepsi aman digunakan setelah 42 minggu post
partum.
4. Eliminasi
a. BAK
1) Dalam 6 jam ibu nifas harus sudah BAK spontan.
2) Urin jumlah banyak akan diproduksi dalam waktu 12-36 jam
setelah melahirkan.
b. BAB
1) BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari karena oedema
persalinan dan perineum yang sakit.
2) Bila lebih dari 3 hari belum BAB, bisa diberikan obat.
5. Ambulasi
Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-48 jam pos partum. Penambahan kegiatan harus berangsur-
angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan
mencuci, memasak, dan sebagainya. (Siti Suleha, 2009:72)
6. Personal hygiene
Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu, kebersihan diri, tempat tidur, dan lingkungan sangat
penting untuk tetap dijaga agar mencegah terjadinya infeksi. (Suherni,
dkk, 2009:55)

a. Kebersihan Ibu

12
1) Menjaga kebersihan seluruh tubuh.
2) Membersihkan daerah kelamin.
3) Mengganti pembalut maksimal 3-4 jam dan setiap kali mandi.
4) Mencuci tangan sebelum menyentuh daerah kelamin.
b. Kebersihan Bayi
1) Memandikan bayi 6 jam setelah persalinan. Bayi dimandikan 2
kali/hari.
2) Mengganti pakaian setiap basah.
3) Menjaga pantat dan daerah kelamin.
4) Menjaga tempat tidur selalu bersih dan hangat.
5) Menjaga semua perlengkapan bayi tetap bersih.
F. Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
I 6-48 jam 1. Memastikan involusi uteri
setelah 2. Menilai adanya tanda-tanda demam,
persalinan infeksi atau perdarahan
3. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, cairan dan istirahat
4. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda infeksi
5. Bagaimana perawatan bayi sehari-hari
II 4-28 hari 1. Bagaimana persepsi ibu tentang
setelah persalinan dan kelahiran bayi.
persalinan 2. Menilai kondisi payudara.
3. Menanyakan ketidaknyamanan yang
dirasakan ibu.
4. Memastikan ibu tercukupi waktu
istirahatnya
5. Memastikan ibu menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-tanda infeksi
III 29-42 hari 1. Mengkaji tentang permulaan hubungan
setelah seksual

13
persalinan 2. Memberi konseling keluarga berencana
(KB) secara dini.
3. Melatih pengencangan otot perut
4. Memberi konseling tentang fungsi
pencernaan, konstipasi, dan bagaimana
penanganannya.
5. Memastikan hubungan bidan, dokter dan
rumah sakit dengan masalah yang ada.
6. Menanyakan pada ibu apa sudah haid.

G. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas


1. Perdarahan pervaginam
Perdarahan post partum ditandai dengan adanya kehilangan darah
sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.
Perdarahan post partum primer mencakup semua kejadian perdarahan
dalam 24 jam setelah melahirkan, sedangkan perdarahan post partum
sekunder mencakup semua kejadian perdarahan yang terjadi antara 24
jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu post partum.
2. Infeksi Masa Nifas
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada
traktus genetalis yang terjadi pada setiap saat antara awiran pecahan
ketuban (ruptur membran) dan 42 hari setelah persalinan, dimana
terdapat dua atau lebih dari hal-hal-berikut, yaitu :
a. Nyeri pelvic
b. Demam 38,5 °C atau lebih
c. Rabas vagina yang abnormal
d. Rabas vagina yang berbau busuk
e. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus

3. Keluhan Payudara
a. Bendungan air susu

14
Selama 24 jam hingga 48 jam pertama payudara sering
mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan
ini disebut dengan bendungan air susu, sering menyebabkan rasa
nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu.
Lamanya panas berkisar dari 4 hingga 16 jam dan suhu tubuhnya
berkisar antara 38 °C-39 °C.
b. Mastitis
Inflamasi parenkimatosis glandula mammae merupakan
komplikasi antepartum yang jarang terjadi kadang-kadang
dijumpai dalam masa nifas dan laktasi. Bendungan yang mencolok
biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertama berupa
menggigil atau gejala rigor yang segera diikuti oleh kenaikan susu
tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian
menjadi keras, kemerahan, dan nyeri.

15
BAB II
TINJAUAN TEORI

H. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, dimulai
setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas dimulai setelah partus selesai
dan berakhir kira-kira 6 minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih
kembali seperti sebelum kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Eka dan
Kurnia, 2014)
Menurut Sarwono, (2006) masa nifas (puerperium) dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6
minggu, yang disertai perubahan fisik antara lain :
4. Involusio uterus dan bagian-bagian lain dari traktus genetalis.
5. Pengeluaran ASI.
6. Perubahan fisiologis dari sistem lain di dalam tubuh.

I. Tahapan Masa Nifas


Menurut (Saleha, 2009), masa nifas terbagi menjadi tiga periode, yaitu:
4. Puerperium Dini (Immediate Post Partum)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.
5. Puerperium Intermedial(Intermedial Post Partum)
Dimulai dari 24 jam sampai 1 minggu setelah persalinan.
6. Puerperium Akhir (Late Post Partum)
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila
selama hamil ataupersalinan mempunyai komplikasi maka waktu
untuk sehat sempurna bisa berminggu minggu.
(Vivian Nanny, 2010:04)

16
J. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
7. Perubahan sistem reproduksi
f. Involusi Uteri
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat-alat genetalia ini dalam
keseluruhannya disebut involusi. (Saleha, 2009).
Proses involusi adalah proses kembalinya uterus ke
keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses itu dimulai
segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos
uterus. (Vivian Nanny, 2010:55)

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 Minggu Pertengahan pusat dan simphisis 500 gram
2 Minggu Tak teraba di atas simphisis 350 gram
6 Minggu Bertambah kecil 50 gram
8 Minggu Sebesar normal 30 gram

Proses Involusi Uterus


4) Iskhemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus
dari uterus setelah pengeluaran plasenta, membuat uterus relatif
anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
5) Autolisis
Proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot
uterus. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen
dan progesteron.

6) Efek Oksitosin

17
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uteri, sehingga akan menekan pembuluh darah yang
menyebabkan berkurangnya suplai darah ke uterus. (Vivian
Nanny & Tri Sunarsih, 2011:56)
g. Endometrium
Dari pertama tebal endometrium 2,5 mm permukaannya
kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari
tidak ada pembentukan jaringan parut pada luka bekas implantasi.
(Siti Soleha, 2009:56-57)
h. Lochea
Lochea adalah ekskresi cairan selama masa nifas dan
mempunyai reaksi basal alkali yang dapat membuat organisme
berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. (Vivian Nanny & Tri Sunarsih, 2011:58). Jenis-
jenis lochea, yaitu sebagai berikut :
7) Lochea Rubra
Berwarna merah karena berisi darah segar dari sisa selaput
ketuban, sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium.
Keluar pada 1-3 hari post partum.
8) Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar
pada hari ke 3-7 pasca persalinan.
9) Lochea Serosa
Warna merah jambu kemudian menjadi kuning.Cairan tidak
berdarah lagi pada hari ke 7-14 post partum.
10) Lochea Alba
Dimulai hari ke-14 kemudian semakin lama semakin
berkurang hingga berhenti 1-2 minggu berikutnya.Cairan
berwarna putih terdiri dari leukosit dan sel desidua. (Siti
Soleha, 2009:56)
11) Lochea Purulenta

18
Terjadi karena infeksi.Cairan yang keluar seperti nanah
berbau busuk.
12) Lochea Statis
Lochea yang tidak lancar keluarnya. (Suherni, dkk, 2009:79)
i. Vagina
Pada minggu ke-3 vagina mengecil dan timbul ruggae
kembali (lipatan-lipatan).
j. Perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan
pertama. Robekan umumnya terjadi di garis tengah dan bisa
meluas, kemungkinan karena kepala janin lahir terlalu cepat, sudut
arkus pubis lebih kecil dari massanya, dan kepala janin ukurannya
lebih besar dari sirkum forensia sub oksipito bregmatika. (Suherni,
dkk, 2009:79)
8. Perubahan payudara
Selama beberapa hari pertama post partum karena tubuh wanita
mempersiapkan diri untuk memberikan nutrisi kepada bayi maka dapat
mengalami kongesti. Wanita yang menyusui berespon terhadap
stimulasi bayi yang disusui sehingga akan terus melepaskan hormon
dan menstimulasi alveoli yang memproduksi susu. (Hellen Varney,
dkk, 2007:960)
9. Perubahan sistem kardiovaskuler
Tonus otot polos pada dinding vena mulai membaik. Volume darah
mulai berkurang, biskositas darah kembali normal, dan arah jantung
serta tekanan darah menurun sampai kadar sebelum hamil. (Monica
Ester, 2008:6)
10. Perubahan sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah persalinan. Hal ini
disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat
tekanan yang menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan
yang berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,

19
hemoroid, dan laserasi jalan lahir. BAB ibu nifas harus dilakukan 3-4
hari pasca persalinan. (Suherni, dkk, 2009:80)
Agar buang air besar teratur dapat diberikan makanan yang
mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup.Apabila ini tidak
berhasil dapat diberikan suppositoria biskodil per rektal untuk
melunakkan tinja. (Derek Liewellyn Jones, 2002)
11. Perubahan sistem perkemihan
Kesulitan miksi mungkin terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan,
karena refleks penekanan aktivitas detrusor yang disebabkan oleh
tekanan pada basis kandung kemih selama melahirkan. Jika tidak dapat
mengeluarkan urin mungkin diperlukan kateterisasi.
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2-8 minggu.
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitif dan kapasitasnya
bertambah, sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing
masih tertinggal urin residual (normal ± 15 cc). Sisa urin dan trauma
pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi. (Ambarwati, Eny Retna, dkk, 2009)
12. Perubahan tanda-tanda vital
e. Suhu badan
Satu hari (24 jam) post partum suhu badan akan naik sedikit
(37,5 °C-38 °C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan, dan kelelahan sehingga dapat berefek dehidrasi.
Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada
hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena adanya pembentukan
ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi
pada endometrium, mastitis, traktus genetalis atau sistem lain.

f. Nadi

20
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali/menit.
Sehabis melahirkan yaitu pada jam pertama post partum biasanya
denyut nadi akan lebih cepat atau meningkat.
g. Tekanan darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan
rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan
darah tinggi pada post partum dapat menandakan terjadinya
preeklampsi post partum.
h. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan
suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga
akan mengikutinya kecuali apabila ada gangguan khusus pada
saluran pernafasan. (Ambarwati, Eny Retna, dkk, 2009)

K. Perubahan Psikologis Masa Nifas


5. Fase-fase yang berhubungan dengan adaptasi khusus pada keadaan
psikologis ibu dalam masa nifas, yaitu sebagai berikut :
d. Fase Taking-In
Periode ketergantungan yang berlangsung pada hari ke-2
setelah melahirkan.Pada saat itu, ibu fokus pada perhatian dirinya
sendiri.Ibu cenderung pasif dengan lingkungannya.
e. Fase Taking Hold
Berlangsung 3-10 hari post partum. Ibu merasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat
bayi. Ibu memiliki perasaan sangat sensitif sehingga mudah
tersinggung dan gampang marah.
f. Fase Letting Go
Fase menerima tanggung jawab barunya yang berlangsung
10 hari setelah melahirkan.Ibu sudah dapat menyesuaikan diri,
merawat diri dan bayinya, serta kepercayaan diri sudah meningkat.
(Vivian Nanny & Tri Sunarsih, 2011:65-66)

21
6. Post Partum Blues
Dimengerti sebagai suatu sindrom gangguan efek ringan pada
minggu pertama setelah persalinan dengan ditandai gejala-gejala
seperti berikut ini :
j. Reaksi depresi atau sedih.
k. Sering menangis.
l. Mudah tersinggung dan marah.
m. Cemas.
n. Labilitas perasaan.
o. Cenderung menyalahkan diri sendiri.
p. Gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
q. Kelelahan.
r. Pelupa.
7. Kesedihan dan Duka Cita
Hari ke 1
Hari istirahat, pemulihan, dan kesenangan yaitu ketika mendapat
kenangan persalinan yang menggemparkan.
Hari ke 2
Kenikmatan berbaring dan menatap bayi yaitu ketika mendapat
tekanan hidup karena kelahiran bayi.
Hari ke 3
Perubahan keseimbangan hormon, karena 9 bulan sudah terlewati
sehingga perhatian dari dokter dan keluarga menurun.
8. Respon Orang Tua Terhadap Bayi Baru Lahir
d. Boonding Attachment
Boonding adalah dimulainya interaksi sensorik fisik.
Attachment adalah ikatan yang terjalin antara individu. (Nelson,
1986). Tahap-tahap Boonding Attachment, yaitu :

2) Perkenalan (Acquintace)

22
Melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan
eksplorasi segera setelah mengenal bayinya.
4) Keterikatan (Bonding)
5) Attachment
Perasaan kasih sayang yang mengikat individu satu dengan
yang lain.
e. Respon Ayah dan Keluarga
Respon Positif
5) Ayah dan keluarga menyambut kelahiran bayi dengan bahagia.
6) Ayah tambah giat bekerja untuk memenuhi kebutuhan bayi.
7) Ayah dan keluarga melibatkan diri dalam perawatan bayi.
8) Perasaan sayang ayah terhadap ibu yang melahirkan bayi.
Respon Negatif
5) Kehamillan yang tidak diinginkan.
6) Kegagalan KB.
7) Ayah merasa kurang mendapat perhatian.
8) Faktor ekonomi.
f. Sibling Rivalry
Anak-anak dari orang tua yang sama, seorang saudara laki-
laki atau perempuan (kamus kedokteran). Rivalry adalah keadaan
kompetisi atau antagonisme antara saudara kandung untuk
mendapatkan simpati dan perhatian.Pertengkaran atau
kecemburuan terhadap saudara laki-laki atau perempuan terjadi
pada orang tua yang mempunyai 2 anak atau lebih.

L. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


7. Gizi
Kebutuhan gizi yang perlukan ibu menyusui adalah 2800 kal/hari
dan protein 64 gram/hari. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, ibu
menyusi dapat mengkonsumsi makanan tambahan pada bulan pertama
dengan kebutuhan nutrisi sebanyak 300 kal/hari, 6 bulan selanjutnya

23
500 kal/hari, tahun kedua 400 kal/hari. Selain itu juga mengkonsumsi
vitamin A 200.000 IU dan zat besi 1 tablet/hari selama 40 hari.
8. Istirahat dan tidur
Istirahat cukup (siang hari ± 2 jam dan malam hari 7-8 jam)
9. Hubungan seks dan KB
c. Hubungan seks
Hubungan seks aman dilakukan setelah darah merah
berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam
vagina tanpa rasa sakit.
d. KB
Idealnya setelah melahirkan dapat hamil lagi setelah 2
tahun dan kontrasepsi aman digunakan setelah 42 minggu post
partum.
10. Eliminasi
c. BAK
3) Dalam 6 jam ibu nifas harus sudah BAK spontan.
4) Urin jumlah banyak akan diproduksi dalam waktu 12-36 jam
setelah melahirkan.
d. BAB
3) BAB biasanya tertunda selama 2-3 hari karena oedema
persalinan dan perineum yang sakit.
4) Bila lebih dari 3 hari belum BAB, bisa diberikan obat.
11. Ambulasi
Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur
dalam 24-48 jam pos partum. Penambahan kegiatan harus berangsur-
angsur, jadi bukan maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan
mencuci, memasak, dan sebagainya. (Siti Suleha, 2009:72)
12. Personal hygiene
Pada masa post partum, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Oleh karena itu, kebersihan diri, tempat tidur, dan lingkungan sangat

24
penting untuk tetap dijaga agar mencegah terjadinya infeksi. (Suherni,
dkk, 2009:55)
c. Kebersihan Ibu
5) Menjaga kebersihan seluruh tubuh.
6) Membersihkan daerah kelamin.
7) Mengganti pembalut maksimal 3-4 jam dan setiap kali mandi.
8) Mencuci tangan sebelum menyentuh daerah kelamin.
d. Kebersihan Bayi
6) Memandikan bayi 6 jam setelah persalinan. Bayi dimandikan 2
kali/hari.
7) Mengganti pakaian setiap basah.
8) Menjaga pantat dan daerah kelamin.
9) Menjaga tempat tidur selalu bersih dan hangat.
10) Menjaga semua perlengkapan bayi tetap bersih.

M. Kunjungan Masa Nifas


Kunjungan Waktu Tujuan
I 6 – 48 jam 6. Memastikan involusi uteri
setelah 7. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau
persalinan perdarahan
8. Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan
dan istirahat
9. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak ada
tanda-tanda infeksi
10. Bagaimana perawatan bayi sehari-hari
II 4-28 hari 6. Bagaimana persepsi ibu tentang persalinan dan
setelah kelahiran bayi.
persalinan 7. Menilai kondisi payudara.
8. Menanyakan ketidaknyamanan yang dirasakan ibu.
9. Memastikan ibu tercukupi waktu istirahatnya
10. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

25
ada tanda-tanda infeksi
III 29-42 hari 7. Mengkaji tentang permulaan hubungan seksual
setelah 8. Memberi konseling keluarga berencana (KB) secara
persalinan dini.
9. Melatih pengencangan otot perut
10. Memberi konseling tentang fungsi pencernaan,
konstipasi, dan bagaimana penanganannya.
11. Memastikan hubungan bidan, dokter dan rumah
sakit dengan masalah yang ada.
12. Menanyakan pada ibu apa sudah haid.

N. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas


4. Perdarahan pervaginam
Perdarahan post partum ditandai dengan adanya kehilangan darah
sebanyak 500 cc atau lebih dari traktus genetalia setelah melahirkan.
Perdarahan post partum primer mencakup semua kejadian perdarahan
dalam 24 jam setelah melahirkan, sedangkan perdarahan post partum
sekunder mencakup semua kejadian perdarahan yang terjadi antara 24
jam setelah kelahiran bayi dan 6 minggu post partum.
5. Infeksi Masa Nifas
Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi pada
traktus genetalis yang terjadi pada setiap saat antara awiran pecahan
ketuban (ruptur membran) dan 42 hari setelah persalinan, dimana
terdapat dua atau lebih dari hal-hal-berikut, yaitu :
f. Nyeri pelvic
g. Demam 38,5 °C atau lebih
h. Rabas vagina yang abnormal
i. Rabas vagina yang berbau busuk
j. Keterlambatan dalam kecepatan penurunan uterus

6. Keluhan Payudara
c. Bendungan air susu

26
Selama 24 jam hingga 48 jam pertama payudara sering
mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan
ini disebut dengan bendungan air susu, sering menyebabkan rasa
nyeri yang cukup hebat dan bisa disertai dengan kenaikan suhu.
Lamanya panas berkisar dari 4 hingga 16 jam dan suhu tubuhnya
berkisar antara 38 °C – 39 °C.
d. Mastitis
Inflamasi parenkimatosis glandula mammae merupakan
komplikasi antepartum yang jarang terjadi kadang-kadang
dijumpai dalam masa nifas dan laktasi. Bendungan yang mencolok
biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertama berupa
menggigil atau gejala rigor yang segera diikuti oleh kenaikan susu
tubuh dan peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian
menjadi keras, kemerahan, dan nyeri.

27
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN NIFAS


PADA NY. T USIA 35 TAHUN P2Ab0Ah2 POST PARTUM HARI KE-11
DENGAN BENDUNGAN ASI
DI BPM YULI PRASETYA

No/Kode Keterampilan : No. Dokumen :

Tempat Praktik : Puskesmas Kebakramat II


No. Reg :
Tanggal, Jam : 19 Juli 2018, pukul 18.45 WIB

BIODATA
Nama Ibu : Ny. T Nama Suami : Tn. S
Umur : 35 tahun Umur : 36 tahun
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Karyawan Pekerjaan : Karyawan
Alamat : Seketeng Alamat : Seketeng

I. PENGKAJIAN DATA/PENGUMPULAN DATA DASAR


A. Data Subjektif
1. Keluhan Utama
Ibu mengatakan putting susu lecet dan merasa nyeri pada payudara
2. Riwayat Perkawinan
Kawin satu kali, penikahan pertama, umur saat menikah 24 tahun,
lamanya pernikahan 11 tahun.
3. Riwayat Menstruasi

28
Menarche pada usia 14 tahun, siklus 30 hari, teratur. Lama 6 hari.
Sifat darah encer. Bau khas. Tidak ada flour albous. Warna merah
segar. Banyaknya 3-4 kali ganti pembalut/hari. Disminorhee saat
hari pertama menstruasi. Banyaknya 20 cc
4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu
G2P1A0
Hamil Persalinan
Tgl lahir UK Jenis Penolong Komplikasi JK BB
ke-
Persalina Lahir
n ibu Bayi
+2
1 2011 38 Normal, Bidan Tidak Tidak L 3000
spontan ada ada gram

Nifas
Perdarahan Laktasi Komplikasi
Tidak ada ASI Eksklusif Tidak Ada
dilanjutkan
ASI+PASI sampai 2
umur tahun

5. Riwayat Kontrasepsi yang Digunakan


Jenis Mulai memakai Berhenti/ganti cara
No
kontrasepsi Tgl Oleh Tempat Keluhan Tgl Oleh Tempat Alasan
1 Suntik 3 2013 Bida BPM Tidak 2017 Bida BPM Ingin
bulan n ada n memiliki
keturunan

29
6. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit sistemik, menurun, menular yang pernah/sedang
diderita (jantung, asma, TBC, ginjal, Diabetes Mellitus,
malaria, HIV/AIDS)
Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit jantung,
asma, TBC, ginjal, diabetes mellitus, malaria, dan HIV/AIDS.
b. Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita
penyakit jantung, asma, TBC, ginjal, diabetes mellitus, malaria,
dan HIV/AIDS.
c. Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi.
d. Riwayat kembar, cacat
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan kembar atau
cacat.
7. Riwayat Persalinan Terakhir
a. Keadaan Ibu
1) Masa kehamilan : 38+6 minggu
2) Tempat Persalinan : RB
3) Penolong : Bidan .
4) Jenis persalinan : Spontan, normal
5) Komplikasi : Tidak ada

30
b. Keadaan Bayi
1) Tanggal lahir : 9 Juli 2018
2) Jam lahir : 20.30 WIB
3) Antropometri
Berat badan lahir : 2800 gram
Panjang badan : 48 cm
Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 32 cm
4) Keadaan secara umum : Baik
5) Rawat gabung/tidak : Rawat gabung

8. Kebutuhan fisik
a. Nutrisi
Ibu mengatakan makan sehari tiga kali, porsi 1 piring, jenis
makanan nasi, lauk, sayur, dan minum 10-14 gelas air putih,
serta tidak ada pantangan.
b. Eliminasi
1) BAK
Ibu mengatakan BAK 5-7 kali dalam sehari, warna kuning
jernih, jumlah sedang, bau khas, dan saat BAK sedikit nyeri
karena jahitan.
2) BAB
Ibu mengatakan BAB satu hari sekali.
c. Istirahat (tidur)
Ibu mengatakan tidur dalam satu hari 8 jam.
d. Personal Hygiene
Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, keramas tiga hari sekali,
gosok gigi dua kali sehari. Ganti pembalut setiap 5 jam
e. Ambulasi/Aktivitas

31
Ibu mengatakan sudah bisa duduk, berdiri, dan berjalan sendiri
ke kamar mandi. Ibu sudah bisa melakukan aktivitas.
9. Keadaan Psiko, Sosio, dan Spiritual
a. Penerimaan ibu terhadap kelahiran bayi
Ibu mengatakan menerima dengan senang kelahiran bayinya.
Dibuktikan dengan ibu terlihat antusias mengurus bayinya.
b. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayi
Ibu mengatakan suami dan keluarga senang serta mendukung
kelahiran bayi.
c. Tanggapan ibu terhadap masa nifas
Ibu mengatakan berharap tidak ada masalah dengan masa
nifasnya.
d. Orang yang tinggal serumah dengan ibu
Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suami dan orang tua.
e. Ketaatan ibu beribada.
Ibu mengatakan selalu berdoa, ibu tidak melaksanakan sholat
karena sedang dalam masa nifas.
10. Pengetahuan tentang masa nifas dan perawatan bayi
Ibu mengatakan sudah banyak mengetahui cara perawatan bayi
karena ini pengalaman keduanya merawat bayi, Ibu mengatakan
masih sedikit kesulitan dalam menyusui bayi. Ibu mengetahui
bahwa masa nifas harus banyak istirahat.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 37⁰C
Pernafasan : 21 kali/menit

32
Nadi : 78 kali/menit
d. Berat badan : 62 kg
e. Tinggi badan : 160 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Rambut : Hitam, bersih, tidak ada ketombe.
Muka : Tidak ada oedema, tidak pucat.
Mata : Simetris, sklera putih, konjungtiva merah
muda.
Hidung : Simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada
polip.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen atau cairan
yang keluar.
Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis, tidak
ada karies gigi, tidak ada gigi berlubang,
tidak ada pembengkakan gusi, lidah
bersih.
b. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid
c. Dada (payudara) : putting susu menonjol, putting susu kiri
lecet, kedua payudara tegang, keras. Ada nyeri saat
dipalpasi.tidak ada kemerahan, tidak ada nanah, pengeluaran
ASI sedikit.
d. Abdomen
1) Inspeksi
Pembesaran : Sesuai masa nifas
Bekas luka operasi : Tidak ada
2) Palpasi
TFU : 2 jari diatas sympisis
Kontraksi : Kuat
Konsistensi : Keras
Kandung Kemih : Kosong

33
e. Genetalia : Bersih, tidak ada oedema, tidak ada
varises, terdapat jahitan pada perineum
dengan jenis jahitan jelujur dan subkutis
menggunakan benang cutgut, kondisi
jahitan sudah kering, tidak ada
pembengkakan, lochea serosa, berwarna
merah kekuningan, banyak 3 cc, berbau
khas.
f. Anus : Tidak terdapat hemoroid.
g. Ekstremitas
Atas : Tidak ada oedema, kuku bersih berwarna
merah muda tidak pucat, tidak ada
kelainan.

Bawah : Tidak ada oedema, tidak ada varises, tidak


ada kelainan.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Lboratorium (tanggal 23 Mei 2018)
a. Golongan Darah : O
b. VCT : NR
c. HbSAg : Negatif
d. Protein urine : Negatif
e. GDS :102 mg/dL
f. HB : 12,4 gr/dL

II. INTERPRETASI DATA DASAR


A. Diagnosa
P2Ab0Ah2 usia 35 tahun post partum hari ke-11 dengan bendungan
ASI.
B. Masalah
Ibu merasa cemas dengan keadaanya

34
C. Kebutuhan
Dukungan moril dan informasi tentang keadaan ibu

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL


Mastitis

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA


Tidak ada

V. RENCANA TINDAKAN
Tanggal : 19 Juli 2018, pukul 18.55 WIB
1. Beritahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan.
2. Beri ibu KIE cara menyusui yang benar
3. Beri ibu KIE perawatan puting lecet
4. Beri ibu KIE perawatan payudara dengan bendungan ASI

VI. IMPLEMENTASI
Tanggal : 19 Juli 2018, pukul 18.56 WIB
1. Memberitahu ibu tentang keadaannya, yaitu ibu mengalami lecet pada
payudara yang menyebabkan rasa sakit saat menyusui, dan juga
payudara ibu terjadi bendungan asi, yaitu tebendungnya payudara ibu
yang disebabkan oleh asi yang menumpuk sehingga payudara ibu
terasa nyeri, tegang, dan suhu badan ibu naik. Puting susu yang lecet
bisa disebabkan karena beberapa hal salah satunya cara menyusui yang
kurang tepat. Dan bendungan asi bisa terjadi karena salah satunya ibu
tidak sering menyusui bayinya tertama dengan kondisi ibu dengan
putting susu lecet.
2. Memberikan KIE tentang cara menyusui yang benar.
Sebelum menyusi harus cuci tangan terlebih dahulu.Ibu duduk atau
berbaring dengan santai, membuka pakaian atas, sebelum menyusui
ASI dikeluarkan sedikit lalu dioles ke putting dan areola.Meletakkan

35
kepala bayi di lengkung siku dan bokong bayi berada di lengan bawah
ibu.Lalu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan satu tangan
bayi dibelakang badan ibudan yang satu didepan.Kepala bayi
menghadap payudara.Memposisikan bayi dengan telinga dan lengan
pada garis lurus.Memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari
lain menopang dibawah. Merangsang membuka mulut bayi dengan
puting susu atau menyentuh sudut mulut bayi. Menganjurkan ibu untuk
memperhatikan bayinya selama menyusui.Cara melepas isapan bayi
dengan jari kelingking atau menekan dagu kebawah.Menganjurkan ibu
menyusui bayinya 2-3 jam sekali (on demand).
3. Mengajarkan kepada ibu cara merawat putting susu yang lecet yaitu
dengan membersihkannya dengan asi. Pertama sebelum menyentuh
payudara ibu cuci tangan terlebih dahulu, lalu menekan areola sampai
keluar sedikit asi dan mengoleskannya ke seluruh putting ibu.
Dilakukan sebelum dan sesudah menyusui. Menyusui bisa dilakukan
pada payudara yang tidak lecet terlebih dahulu.
4. Mengajarkan kepada ibu cara perawatan payudara dengan bendungan
ASI.
 Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah
dari luar   kemudian perlahan-lahan bergerak ke arah puting
susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras
 Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama
mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat
menahannya, karena bayi akan menyusui dengan penuh
semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa
mengeringkannya dengan efektif.
 Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap
kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar
menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut
 Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air
hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari

36
(atau mandi dengan air hangat beberapa kali), lakukan
pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami
penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan turun ke
arah puting susu. Kompres dingin pada payudara di antara
waktu menyusui. Bila diperlukan minum parasetamol 500 mg
per oral setiap 4 jam.

VII. EVALUASI
Tanggal : 19 Juli 2018, pukul 19.15 WIB
1. Ibu dan keluarga telah mengetahui hasil pemeriksaan.
2. Ibu paham dan mengerti tentang cara menyusui yang benar
3. Ibu paham dan mengerti tentang cara perawatan puting susu yang lecet
4. Ibu paham dan mengerti tentang cara perawatan payudara dengan
bendungan ASI

37
DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal : 21 Juli 2018


Jam : 18.30 WIB

A. Data Subjektif
1. Ibu mengatakan puting susu masih lecet sedikit
2. Ibu mengatakan bengkak payudara mulai membaik, rasa nyeri mulai
berkurang
3. Ibu mengatakan ASI sudah keluar lancar
4. Ibu mengatakan bendungan ASI sudah tidak terjadi, ibu rajin memijat
dan mengeluarkan ASI
B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 36,4 ⁰C
Pernafasan : 21 kali/menit
Nadi : 74 kali/menit
4. Pemeriksaan fisik
Payudara : Putting sebelah kiri lecet, tidak ada
pembengkakan. tidak ada nyeri tekan dan
tidak ada kemerahan
Abdomen : Tinggi fundus uteri 1 jari diatas sympisis,
kontraksi baik.
Genetalia : Pengeluaran lochea serosa, luka jahitan
pada perineum sudah kering tidak ada tanda-
tanda infeksi pada luka jahitan.
C. Analisa

38
P2A0Ah2 usia 35 tahun nifas hari ke-13 dengan putting susu lecet.
D. Perencanaan
Tanggal : 21 Juli 2018, pukul 18.30 WIB
1. Melakukan penilaian pada ibu tentang cara menyusui bayinya. Ibu
sudah bisa menyusui bayinya dengan benar.
2. Melakukan penilaian pada ibu tentang cara perawatan payudara. Ibu
sudah bisa melakukan perawatan payudara sendiri
3. Mengingatkan ibu untuk mengoleskan ASI sebelum dan sesudah
menyusui. Ibu engerti untuk selalu mengoleskan ASI ke putting susu.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan tubuh dan daerah
sekitar vagina. Ibu bersedia menjaga kebersihan tubuh dan daerah
sekitar vagina. Ibu bersedia untuk selalu menjaga kebersihan.

39
DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 23 Juli 2018


Jam : 10.00 WIB

A. Data Subjektif
1. Ibu mengatakan puting susu sudah tidak lecet
2. Ibu mengatakan ASI sudah keluar lancar
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 36,4 ⁰C
Pernafasan : 21 kali/menit
Nadi : 74 kali/menit
2. Pemeriksaan fisik
Payudara : Tidak ada lecet pada putting, tidak ada
bengkak, tidak ada benjolan atau massa,
tidak ada kemerahan, dan tidak ada nyeri
tekan
Abdomen : Tinggi fundus uteri tidak teraba
kontraksi baik.
Genetalia : Pengeluaran lochea alba, luka jahitan pada
perineum sudah kering tidak ada tanda-
tanda infeksi pada luka jahitan.
C. Analisa
P2A0Ah2 usia 35 tahun nifas hari ke-15 dengan masa nifas normal
D. Penatalaksanaan
Tanggal : 23 Juli 2018, pukul 10.10 WIB

40
1. Memberitahu ibu tentang keadaannya saat ini sudak baik. ibu mengerti
penjelasan tentang keadaannya.
2. Menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi. Ibu bersedia
makan makanan yang bergizi.
3. Mengulang kembali KIE tentang tanda bahaya masa nifas. Ibu sudah
mengerti tentang tanda bahaya masa nifas dan mampu menjelaskan
kembali

41
BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang penulis peroleh pada Ny. T
35 tahun P2A0 didapatkan data keadaan umum baik, conjungtiva merah, TD =
120/70 mmHg, N = 78 x/menit, R = 21 x/menit, S = 37oC.
TFU Ny.T adalah 2 jari diatas sympisis. Lochea yang dikeluarkan adalah
Lokhea sanguelenta.
Keadaan umum Ny. T baik namun pada KF 2 ini Ny. T mengeluh puting
susu lecet, payudara bengkak dan nyeri. Dan pada pemeriksaan payudara di
dapatka hasil puting susu kiri terdapat lecet, teraba tegang dan nyeri tekan.
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dapat menegakkan diagnosa kebidanan
Ny. T P2A0 35 tahun 10 hari post partum dengan bendungan ASI. Bendungan ASI
dapat disebabkan oleh beberapa hal, salah satunya adalah lecet pada puting susu
ibu.
Tindakan yang tepat untuk Ny.T adalah pemberian pendidikan kesehatan
tentang cara menyusui yang benar, cara merawat payudara dengan bendungan ASI
dan cara merawat payudara dengan puting lecet. Selain tindakan untuk mengatasi
keluhan pada kunjungan ini bidan juga harus memastikan involusi uteri berjalan
normal, menilai adanya demam, memastikan ibu cukup nutrisi, cairan dan istirahat
dan memberi konseling tentang perawatan bayi sehari-hari. Pada saat pemberian
pendidikan kesehatan Ny.T dan keluarga sangat kooperatif. Ny.T bisa mengulang
penkes yang telah diberikan
Setelah 3 hari kembali dilakukan kunjungan untuk melihat perkembangan
keadaan Ny.T. Dari data subjektif ibu mengatakan lecet sudah membaik, nyeri
sudah berkurang dan bengkak pada payudara sudah hilang, ibu mengatakan rajin
melakukan perawatan pada payudaranya, dan ASI sudah keluar lancer. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan hasil pemeriksaan putting susu kiri ibu masih terdapat
sedikit lecet, tidak ada kemerahan, tidak tegang dan nyeri tekan sudah berkurang.
Suhu tubuh ibu normal 36,4 C, sehingga disimpulkan bahwa tidak ada tanda-tanda
infeksi. Berdasarkan data yang diperoleh penlis dapat menegakkan diagnosa

42
kebidanan Ny. T P2A0 35 tahun 13 hari post partum dengan puting susu lecet.
Tindakan yang paling tepat diberikan pada Ny. T adalah menganjurkan pada Ny.
T untuk tetap meneruskan perawatan puting susu yang lecet sesuai dengan cara
yang sudah dijelaskan sebelumnya hingga luka sembuh. Dalam kunjungan ini, ibu
dan keluarga sangatlah kooperatif dan ibu bersedia untuk melanjutkan melakukan
perawatan pada puting susunya yang lecet.

43
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Asuhan kebidanan yang telah dilakukan pada Ny. T usia 35
tahun P2Ab0Ah2 10 hari post partum dengan bendungan asi, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan bahwa asuahn masa nifas normal Ny T telah
sesuai dengan teori.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Agar penulis dapat meningkatkan keterampilan yang dimiliki
untuk melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas sesuai standar
profesi kebidanan dan dapat mengatasi kesenjangan yang terkadang
timbul antara teori yang didapat diperkuliahan dengan praktik yang
nyata di lahan, serta dapat mengaplikasikan teori yang didapat dengan
perkembangan ilmu kebidanan terbaru.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan dalam
menangani dan memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas secara
menyeluruh, serta mendeteksi kelainan secara dini dan mencegah
terjadinya komplikasi pada ibu nifas.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Agar institusi dapat menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa
dalam menerapkan pengetahuan yangtelah didapat dengan
mempraktikkan dan menerapkannya pada klien secara langsung.
4. Bagi Klien
Agar ibudapat memperoleh tambahan informasi dan pengetahuan
seputar masa nifas, serta diharapkan dapat melaksanakan anjuran atau
konseling yang telah diberikan.

44
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, W. 2003. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Mitra Cendika Press

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan dan Kandungan. Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC

Varney, H. 2007. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : SalembaMedika

45

Anda mungkin juga menyukai