Oleh :
A. Latar Belakang
Salah satu kegiatan pelayanan gizi rumah sakit ialah penyelenggaraan
makanan. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit harus optimal dan sesuai
dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta indikasi penyakit pasien. Tujuan
dari penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah untuk menyediakan makanan
berkualitas (bermutu) dan layak bagi pasien. Makanan harus memenuhi
kebutuhan gizi, selera atau cita rasa, dan aman, untuk mempertahankan status
gizi optimal dan mempercepat proses penyembuhan (Kemenkes, 2014). Produk
makanan yang aman artinya tidak mengandung bahan yang membahayakan
kesehatan atau keselamatan pasien (patient safety), seperti menimbulkan
penyakit atau keracunan (Aritonang, 2012). Upaya untuk mencegah terjadinya
penyakit akibat makanan (foodborne disease) adalah dengan menjalankan
pengawasan mutu dan keamanan makanan salah satunya yaitu Hazard Analysis
Critical Control Point (HACCP).
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) merupakan proses
untuk menilai bahaya dan pengendalian yang memfokuskan pada pencegahan
dari pada mengandalkan sebagian besar pengujian produk akhir. Melalui HACCP
dapat mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya yang berkaitan dengan bahan
atau prosedur pengolahan itu sendiri diantaranya cemaran yang bersifat biologi,
fisika atau kimia. HACCP dapat diterapkan pada semua rantai proses
penyelenggaraan makanan rumah sakit.
RS Permata Cirebon merupakan salah satu rumah sakit swasta tipe B
yang berada di Wilayah III Cirebon. RS Permata Cirebon dalam sistem,
penyelenggaraan makanan menyediakan menu khusus untuk diet tertentu. Salah
satu makanan yang disediakan adalah Boal-Bola Tahu Bumbu Merah. Menu ini
merupakan menu makan sore pada siklus menu hari ke-9 yang disediakan untuk
pasien non-diet umum. Menu Bola-Bola Tahu Bumbu Merah ini menjadi subjek
dalam penelitian HACCP karena berbahan dasar nabati (tahu) dan hewani (telur
ayam) yang tinggi protein sehingga mudah menjadi sumber pertumbuhan bakteri.
Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui penerapan HACCP pada menu
tersebut.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan HACCP pada menu “Bola-Bola Tahu Bumbu
Merah” di Instalasi Gizi RS Permata Cirebon ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui penerapan HACCP pada menu “Bola-Bola Tahu Bumbu
Merah” di Instalasi Gizi RS Permata Cirebon.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui bahan yang digunakan untuk membuat menu “Bola-Bola
Tahu Bumbu Merah” di Instalasi Gizi RS Permata Cirebon.
b. Mengetahui cara pengolahan menu “Bola-Bola Tahu Bumbu Merah” di
Instalasi Gizi RS Permata Cirebon.
c. Melakukan analisis bahaya dan menentukan tindakan pengendalian pada
menu “Bola-Bola Tahu Bumbu Merah” di Instalasi Gizi RS Permata
Cirebon.
d. Menentukan Critical Control Point (CCP) pada makanan menu “Bola-
Bola Tahu Bumbu Merah” di Instalasi Gizi RS Permata Cirebon.
e. Menetapkan batas kritis untuk setiap CCP pada pengolahan makanan
“Bola-Bola Tahu Bumbu Merah” di Instalasi Gizi RS Permata Cirebon.
f. Menetapkan sistem monitoring untuk setiap CCP.
g. Mentetapkan tindakan koreksi untuk penyimpangan yang mungkin
terjadi.
h. Menetapkan prosedur verifikasi.
i. Menetapkan cara penyimpanan catatan dan dokumentasi
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman serta sebagai
sarana pengaplikasian ilmu pengetahuan yang dipelajari mengenai Hazard
Analysis Critical Control Point (HACCP).
2. Bagi Instalasi Gizi
Menjadi bahan acuan untuk evaluasi dalam meningkatkan mutu dan
keamanan pangan di Instalasi Gizi RS Permata Cirebon, khususnya makanan
bola-bola tahu bumbu merah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Berdasarkan tujuan yang
ingin dicapai penelitian ini menggunakan metode observasi. Sedangkan jika
dilihat dari segi waktu penelitian ini bersifat cross sectional.
A. Tim HACCP
B. Target HACCP
D. Deskripsi produk
Tabel 3. Deskripsi Produk
E. Penggunaan Produk
Penghalusan Pencincangan
Pembentuk
an
Pencampuran Penumisan
Bulat-bulat
Penggorenga
n dengan Penyajian
suhu 60oC
selama 10
menit
2. Diagram Alir Yang Sudah Diverifikasi
Penghalusan Pencincangan
Pencampuran Penumisan
Penggorengan dengan suhu 70oC selama 15 menit
Pembentukan Penyajian
Bulat-bulat
H. Analisis Bahaya dan Kategori Bahaya
Bahaya Tindakan Peluang Keparahan Siginifikansi
Penyebab/
Tahap/ Input Jenis Bahaya pengendalian/
(M/K/F pencegahan (l/m/h) (L/M/H)
Sumber/ Justifikasi bahaya
)
Penerimaan
Tahu Putih B (M) Salmonella sp Terpapar oleh kuman atau Pencucian dengan h H Signifikan
bakteri dari tempat menggunakan air
penerimaan mengalir
Menyimpan dengan
suhu rendah
(chiller)
F Rambut Terpapar oleh kotoran Penerapan hygiene m L Tidak
Kerikil atau benda fisik para pekerja Signifikan
pekerja. Menggunakan APD
(penutup kepala,
masker dan sarung
tangan)
F Rambut dan kuku. Benda fisik dari tubuh Penggunaan APD m L Tidak
pekerja, seperti rambut,
kuku dsb. Signifikan
Ya
Ya
Ya Tidak
Ubah proses, tahapan
atau produk
Apakah pengendalian
pada tahap ini penting
untuk keamanan pangan? Ya
Tidak
1. Penentuan TKK/CCP
Tindakan
Penyebab/Sumber/ Peluang Keparahan TKK/ Alasan
Tahap Bahaya pengendalian/ P1 P2 P3 P4 P5
Justifikasi bahaya (h, l, m) (H, L, M) TK keputusan
pencegahan
Penerimaan
Bahan Baku
Memastik
an air
yang
digunakan
merupaka
n air yang
bersih.
BAB V
A. Hasil
Tahapan Proses Batas Kritis Realisasi Pelaksanaan/Hasil Tindakan Koreksi Catatan HACCP
Penerimaan
Persiapan Pemakaian APD yang Petugas menggunakan APD Tidak ada tindakan Ada resiko bahaya
lengkap pada petugas yang lengkap dalam proses koreksi
persiapan pemasakan. persiapan.
Pencampuran Bahan Petugas menggunakan APD Tidak ada tindakan Ada resiko bahaya.
Pemakaian APD yang
yang lengkap dalam proses koreksi
lengkap
pencampuran bahan.
Penggorengan Suhu pemasakan 70°C Suhu pemasakan 60°C selama Melakukan Ada resiko bahaya.
selama 15 menit untuk 10 menit pengecekan suhu dan
menghambat dan mencegah lama waktu memasak
pertumbuhan mikroba
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengamatan HACCP sikulus menu ke-9 untuk
makan siang yaitu bola-bola tahu bumbu merah, dapat diketahui bahwa jenis
bahaya yang terdapat pada bahan baku dan proses pengolahan bola-bola tahu
bumbu merah terdiri dari fisik, kimia dan mikrobiologi. Titik kendali kritis
(TKK) atau Critical Control Point (CCP) dari bola-bola tahu bumbu merah
terdapat pada penyimpanan dan pemasakan karena tahap selanjutnya tidak
dapat mengendalikan bahaya mikrobiologi. Tahapan ini dapat dipantau
melalui pencapaian suhu 70°C selama 15 menit sedangkan pada tahap
penyimpanan dipastikan chiller memiliki suhu 1-10°C untuk menjaga tahu
dari tumbuhnya mikroba.
Pemantauan dapat dilakukan melalui suhu dan waktu di tempat
pengolahan menggunakan thermometer dan stopwatch ketika proses
pengolahan oleh tenaga pengolah. Tindakan koreksi dapat berupa pemrosesan
ulang oleh tenaga pengolah. Verifikasi dapat dilakukan melalui kalibrasi
thermometer oleh tim peralatan dan didokumentasikan dalam form
pengecekan suhu dan waktu pemasakan.
B. Saran
Menurut penulis, untuk mengantisipasi adanya risiko bahaya pada titik
kritis maka pada saat proses penerimaan bahan dan pendistribusian bola-bola
tahu bumbu merah diharapkan memakai seluruh petugas menggunakan APD
lengkap untuk mencegah terjadinya foodborne disease. Selanjutnya untuk
Holding Time (waktu tunggu) sebaiknya tidak terlalu lama sehingga suhu
penyajian makanan tidak banyak menurun yang akan mempercepat kerusakan
makanan.
DAFTAR PUSTAKA
Puspita, W.L., Yeni, P., Fatma, Z.N. 2010. Penerapan Hazard Analysis
Critical Points (HACCP) terhadap Penurunan Bahaya Mikrobilogis pada Makanan
Khusus Anak Berbasis Hewani di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Soedarso
Pontianak. Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol 7 (1) Juli, p. 8-16.
Zulfana, I., Sudarmaji. 2008. Hazard Analysis and Critical Control Points
(HACCP) pada Pengelolaan Makanan Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Islam
Lumajang. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol 4 (2) Januari, p.57-68.