Anda di halaman 1dari 2

Beni Candra I

Kelas XII 2
Sejarah Wajib

Ancaman Disintegrasi (Pergolakan berkaitan Ideologi, Kepentingan dan Sistem Pemerintahan)

Disintegrasi bangsa adalah terpecah belahnya suatu bangsa terpecah belahnya suatu bangsa
karena dua faktor, yaitu faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor luar contohnya adalah
Belanda yang ingin menjajah kembali daerah dan bangsa Indonesia, dengan menggunakan jalur
perang seperti Agresi Militer Belanda ke-1 pada tahun 1947 dan Agresi Militer Belanda ke-2
pada 1948 serta melakukan blokade ekonomi.
Selain melewati jalur perang, Belanda dan Indonesia pun pernah menempuh jalan diplomasi
untuk mencegah ancaman disintegrasi, tujuannya yaitu jalan kesepakatan untuk damai, seperti
perjanjian Linggar Jati (1946), perjanjian Renville (1948), perjanjian Roem Royen dan
Konferensi Meja Bundar tahun KMB (1949), dari sekian perjanjian yang terjadi hasil finalnya
ada pada Konferensi Meja Bundara tau KMB.
Hasil dari KMB adalah Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, bentuk negara NKRI
menjadi RIS atau Republik Indonesia Serikat, dibentuknya Uni Indonesia Belanda dengan Ratu
Belanda sebagai ketua, penyelesaian konflik Irian Barat ditangguhkan satu tahun setelah KMB,
hutang Belanda dibayar Indonesia, kapal perang Belanda ditarik dari perairan Indonesia, bekas
anggota KNIL menjadi anggota TNI.
KMB mengubah identitas dan mentidakberlakukan Indonesia dari UUD 1945 dari kesatuan
negara menjadi negara serikat. Sedangkan faktor dalam adalah gerakan-gerakan separatis yang
menyebabkan terpecah belahnya NKRI, dalam separatis pun dibagi menjadi tiga, yaitu ideologi,
kepentingan, dan sistem pemerintahan. Ideologi diantaranya adalah pemberontakan DI TII 1949
karena ketidaksetujuannya Hisbullah terhadap perjanjian Renville dan hijrahnya pasukan divisi
Siliwangi yang harus hijrah ke Yogyakarta.
Hal itu menyebabkan pasukaan Hisbullah yang dipimpin Karto Suwiryo, menempati tempat
yang ditinggali divisi Siliwangi karena tidak setuju juga jika Jabar dikosongkan dari pasukan
divisi, kemudian mereka memberontak dengan maksud bertujuan mendirikan negara berideologi
Islam menjadikan tentara Hisbullah menjadi Tentara Nasional Indonesia menjadi TNI.
Kemudian ada separatis ideologI lainnya yaitu Partai Komunis Indonesia adalah PKI.
PKI di Madiun diawali dari kegagalan Perdana Menteri Indonesia Amir Syarifudin yang
bertanda tangan dalam perjanjian Renville sehingga ia diturunkan dari posisinya di Perdana
Menteri Indonesia, Amir Syarifudin pun marah dan kecewa, dendam lalu setelah itu ia
membentuk front demokrasi rakyat atau FDR berhaluan ideologi komunis, bersama Muso,
seorang komunis mereka membentuk PKI dan melakukan pemberontakan pada pemerintah.
Salah satu contohnya adalah kejadian terbunuhnya Jenderal Indonesia karena PKI dalam
Gerakan 30 September 1965 atau disebut G 30 S/PKI.
Gerakan separatis lainnya adalah separatis kepentingan, yaitu gerakan APRA, RMS, dan
ANDI AZIS pada tahun 1950, serta gerakan separatis yang berkaitan dengan sistem
pemerintahan yaitu PRRI (1958) dan PERMESTA (1957). Hal itu terjadi karena ketidakpuasan
pendudukan daerah terhadap kebijakan pemerintah daerah pusat karena pada masa itu kebijakan
tersebut hanya fokus pada pembangunan di Jawa saja.

Anda mungkin juga menyukai