Anda di halaman 1dari 23

PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM

DENGAN SISTEM SUSUN

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

 Miftahus Surur (202422053)


 Erwin Wicaksono (202422054)
 Faisal Abdul Jamal (202422054)
 Farhan W. P ()

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS WIDYA MATARAM YOGYAKARTA

2021
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
“PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM DENGAN SISTEM SUSUN”.
Makalah ini merupakan tugas dari dosen mata kuliah Pengantar Bisnis.

Pada kesempatan ini tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Khususnya kepada dosen mata kuliah Pengantar Bisnis yang telah memberikan
bimbingan kepada kami.

Dalam pembuatan makalah ini kami mengalami berbagai hambatan antara


lain terbatasnya sumber-sumber yang tersedia sebagai bahan pembuatan laporan
ini. Tetapi kami telah berusaha untuk menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Namun kami menyadari makalah ini tidaklah sempurna karena berbagai
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan
dimasa yang akan datang.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kami semua.

Yogyakarta, April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia jamur tiram merupakan komoditi yang mempunyai prospek
sangat baik untuk dikembangkan, baik untuk mencukupi pasaran dalam negeri
yang terus meningkat maupun untuk ekspor, sebab masyarakat sudah mulai
mengerti nilai gizi jamur tiram putih ataupun coklat. Adapun nilai gizi jamur
tiram putih menurut Cahyana dkk (1999) adalah sebagai berikut : protein (27 %),
lemak (1,6 %), karbohidrat (58 %), serat (11,5 %), abu (0,3 %), dan kalori (265)
kalori.
Sementara itu di tengah pandemi Covid-19 ini volume permintaan jamur
meningkat drastis. Khususnya jamur tiram cenderung stabil dan tidak berkurang.
Meningkatnya permintaan pasar itu tentu dapat mendongkrak pendapatan
ekonomi masyarakat. Oleh karena itu peluang budidaya jamur tiram masih cukup
besar dan menjanjikan dikarenakan permintaan terhadap jamur tiram masih tinggi.
Tidak ada salahnya generasi muda ataupun masyarakat untuk melirik usaha jamur
tiram, yang nantinya mampu memberikan tambahan pendapatan keluarga atau
bahkan dapat diusahakan dalam skala besar yang mampu menyerap banyak tenaga
kerja.
Budidaya jamur tiram dengan sistem susun tidak memerlukan tempat yang
luas, karena satu kubung jamur tiram dengan ukuran 21 m2 saja dapat berisi 600
botol plastik jamur (log) yang mampu menghasilkan 300-350 kg jamur tiram
dengan harga jual Rp7000,00 – Rp8 000,00 / kg.
Maka dari itu pelatihan budidaya jamur tiram dengan sistem susun akan
memberikan prospek yang bagus dan dapat meningkatkan pendapatan keluarga,
karena jamur tiram masih banyak diperlukan, sementara petani jamur tiram
jumlahnya masih sedikit dan hasil panennya belum dapat memenuhi permintaan
pasar.

1.2 Tujuan Kegiatan


Adapun tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:
1. Memberikan ketrampilan pada masyarakat yang menguntungkan dengan
memanfaatkan limbah pertanian seperti serbuk gergaji kayu dan bekatul yang
ada di pedesaan untuk budidaya jamur tiram
2. Memanfaatkan tempat yang sempit di halaman atau rumahnya untuk budidaya
jamur tiram dengan sistem susun sebagai usaha keluarga
3. Meningkatkan pendapatan keluarga, yaitu melalui pelatihan budidaya jamur
tiram dengan sistem susun

1
1.3 Manfaat Kegiatan
Melalui kegiatan ini akan memberikan manfaat pada peserta pelatihan antara
lain:
1. Peserta dapat memanfaatkan limbah pertanian seperti serbuk gergaji kayu
dan bekatul yang ada di desanya untuk budidaya jamur tiram dengan
modal yang relatif kecil dan dapat menambah pendapatan keluarga. Di
samping itu dapat mengurangi masalah lingkungan karena limbah tersebut
volumenya selalu bertambah jika tidak digunakan.
2. Peserta dapat memanfaatkan tempat yang sempit di halaman atau
rumahnya untuk budidaya jamur tiram sehingga dapat menambah
pendapatan keluarga.
3. Peserta dapat melakukan budidaya jamur tiram dan dapat menularkan
pengetahuan serta ketrampilan secara langsung melalui praktek budidaya
jamur tiram di kelompoknya atau di rumahnya kepada anggota kelompok
yang lain maupun kepada tetangganya.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Jamur Tiram dan Pertumbuhannya


Jamur tiram merupakan salah satu jenis jamur kayu karena jamur ini
banyak tumbuh pada media kayu yang sudah lapuk. Disebut jamur tiram karena
bentuk tudungnya agak membulat, lonjong dan melengkung seperti cangkang
tiram batang atau tangkai jamur ini tidak tepat berada pada tengah tudung, tetapi
agak ke pinggir. Jamur tiram merupakan salah satu jamur yang enak dimakan dan
mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi sehingga tidak mengherankan bila
jenis jamur ini sekarang banyak dibudidayakan.
Kandungan gizi jamur tiram putih menurut Cahyana (1999) adalah sebagai
berikut : protein (27 %), lemak (1,6 %), karbohidrat (58 %), serat (11,5 %), abu
(0,3 %), dan kalori (265) kalori. Adapun jenis jamur tiram yang banyak
dibudidayakan antara lain jamur tiram putih, jamur tiram abu-abu, jamur tiram
cokelat dan jamur tiram merah. Jamur tiram putih, abu-abu dan cokelat paling
banyak dibudidayakan karena mempunyai sifat adaptasi dengan lingkungan yang
baik dan tingkat produktivitasnya cukup tinggi.
Suhu pertumbuhan jamur tiram pada saat inkubasi lebih tinggi
dibandingkan suhu pada saat pertumbuhan (pembentukan tubuh buah jamur).
Suhu inkubasi jamur tiram berkisar antara 22-28 °C dengan kelembaban 60-80 %,
sedangkan suhu pada pembentukan tubuh buah berkisar antara 16-22 °C dengan
kelembaban 80-90 %. Pengaruh suhu dan kelembaban tersebut di dalam ruangan
dapat dilakukan dengan menyemprotkan air bersih ke dalam ruangan. Pengaturan
kondisi lingkungan sangat penting bagi pertumbuhan tubuh buah. Apabila suhu
terlalu tinggi, sedangkan kelembaban terlalu rendah maka primordia (bakal jamur)
akan kering dan mati. Di samping suhu dan kelembaban, faktor cahaya dan
sirkulasi udara perlu diperhatikan dalam budidaya jamur tiram. Sirkulasi udara
harus cukup, tidak terlalu besar tetapi tidak pula terlalu kecil. Intensitas cahaya
yang diperlukan pada saat pertumbuhan sekitar 10%, maka dari itu dalam
budidaya jamur dibuat kubung (rumah jamur tertutup).

2. Budidaya Jamur Tiram dengan Media Serbuk Kayu


Untuk budidaya jamur tiram dapat menggunakan serbuk kayu (serbuk
gergaji). Kelebihan penggunaan serbuk kayu sebagai media antara lain mudah
diperoleh dalam bentuk limbah sehingga harganya relatif murah, mudah dicampur
dengan bahan-bahan lain pelengkap nutrisi, serta mudah dibentuk dan
dikondisikan. Bahan-bahan untuk budidaya jamur tiram yang perlu dipersiapkan
terdiri dari bahan baku dan bahan pelengkap.
Bahan baku (serbuk kayu/gergaji) yang digunakan sebagai tempat tumbuh
jamur mengandung karbohidrat, serat lignin, dan lain-lain. Dari kandungan kayu
tersebut ada yang berguna dan membantu pertumbuhan jamur, tetapi ada pula
yang menghambat. Kandungan yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jamur antara
lain karbohidrat, lignin, dan serat, sedangkan faktor yang menghambat antara lain
adanya getah dan zat ekstraktif (zat pengawet alami yang terdapat pada kayu).
Oleh karena itu serbuk kayu yang digunakan untuk budidaya jamur sebaiknya
berasal dari jenis kayu yang tidak banyak mengandung zat pengawet alami, tidak

1
busuk dan tidak ditumbuhi oleh jamur atau kapang lain. Serbuk kayu yang baik
adalah serbuk yang berasal dari kayu keras dan tidak banyak mengandung minyak
ataupun getah. Namun demikian serbuk kayu yang banyak mengandung minyak
maupun getah dapat pula digunakan sebagai media dengan cara merendamnya
lebih lama sebelum proses lebih lanjut.
Bahan-bahan lain yang digunakan dalam budidaya jmur pada media
plastik (log) terdiri dari beberapa macam yaitu bekatul (dedak padi), kapur
(CaCO3), gips (CaSO4). Penggunaan kantong plastik (log) bertujuan untuk
mempermudah pengaturan kondisi (jumlah oksigen dan kelembaban media) dan
penanganan media selama pertumbuhan. Kantong plastik yang digunakan adalah
plastik yang kuat dan tahan panas sampai dengan suhu 100 °C, Jenis plastik
biasanya dipilih dari jenis polipropilen (PP). Ukuran dan ketebalan plastik terdiri
dari berbagai macam. Beberapa ukuran plastik yang biasa digunakan dalam
budidaya jamur antara lain 20 x 30 cm, 17 x 35 cm, 14 x 25 cm dengan ketebalan
0,3 mm – 0,7 mm atau dapat lebih tebal lagi.
Adapun bahan tambahan bekatul ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi
media tanam sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan nitrogen.
Bekatul yan digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi, misalnya padi jenis
IR, pandan wangi, rojo lele, ataupun jenis lainnya. Bekatul sebaiknya dipilih yang
masih baru, belum bau (penguk=jawa), dan tidak rusak. Kapur merupakan bahan
yang ditambahkan sebagai sumber kalsium (Ca). Di samping itu, kapur juga
digunakan untuk mengatur pH media. Kapur yang digunakan adalah kapur
pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCO3). Unsur kalsium dan karbon digunakan
untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur bagi pertumbuhannya. Gips
(CaSO4) digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk
memperkokoh media. Dengan kondisi yang kokoh maka diharapkan media tidak
mudah rusak.

3. Pemasaran Jamur Tiram


Keberhasilan budidaya jamur tiram tidak akan berarti banyak jika produk
yang dihasilkan tidak dapat dijual dengan harga yang sesuai. Seperti dengan jenis
usaha lainnya, pasar merupakan ujung tombak dalam suatu usaha. Budidaya jamur
tiram relatif tidak terlalu sulit dilakukan dengan bahan baku yang cukup tersedia
dengan jumlah melimpah di pedesaan. Rasa dan aroma jamur yang lezat serta
khasiat lain yang menguntungkan bagi kesehatan tubuh merupakan prospek pasar
yang besar jika jamur tiram tersebut telah dikenal luas di semua lapisan
masyarakat, mengingat sekarang ini masyarakat di pedesaan belum begitu tahu
tentang jamur tiram. Untuk meningkatkan nilai jual maka dituntut kualitas jamur
yang bagus dan penampilan yang lebih baik sehingga perlu diperhatikan
penanganan khusus seperti seleksi dan kemasan, penanganan selama
pengangkutan sebelum jamur tiram dipasarkan sehingga produknya tetap segar
sampai konsumen.
Harga di tingkat produsen sekarang ini berkisar Rp7.000,00 sampai
dengan Rp8.000,00/kg sedangkan harga di pasar berkisar antara Rp9.000,00
sampai dengan Rp10.000,00/kg.

2
3. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Tani
Beberapa pengukuran dalam analisa biaya dan pendapatan usaha tani yang
dikenal adalah pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.
Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan
biaya tunai yang benar-benar dikeluarkan, dan merupakan ukuran kemampuan
usaha untuk menghasilkan uang tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari
total penerimaan dikurangi dengan biaya total termasuk didalamnya biaya-biaya
yang diperhitungkan.
Pendapatan tunai usaha tani adalah selisih antara penerimaan usaha dengan
pengeluaran tunai usaha dan merupakan ukuran kemampuan usaha tani untuk
menghasilkan uang. Ukuran ini berguna sebagai langkah permulaan untuk menilai
hutang usaha tani yang mungkin terjadi (Soekartawi dkk, 1994:78). Selain itu
untuk menganalisis biaya dan pendapatan usaha tani, umumnya disertai dengan
analisis lain seperti analisis rasio penerimaan atas biaya, analisis rasio keuntungan
atas biaya, dan analisis titik impas (BEP).

C. Identifikasi dan Rumusan Masalah


Berdasarkan kenyataan yang ada:
 banyak dijumpai limbah pertanian yang berupa serbuk gergaji kayu dari
pengusaha gergaji kayu dan meubeler serta bekatul dari usaha
penggilingan,
 cara budidaya jamur tiram dengan sistem susun tidak membutuhkan
banyak tempat
 cara budidaya jamur mudah dilakukan oleh siapapun, di samping itu waktu
yang diperlukan relatif singkat dan modal relative kecil sehingga bisa
untuk usaha keluarga
 pasar masih membutuhkan dengan harga yang cukup tinggi yaitu
Rp7.000,00 – Rp8.000,00/kg
Berdasarkan kenyataan yang ada di atas maka dapat dirumuskan masalah sbb:
1) Apakah dengan budidaya jamur tiram dapat memanfaatkan limbah pertanian
seperti serbuk gergaji kayu dan bekatul yang ada di desanya untuk budidaya jamur
tiram ?
2) Apakah dengan budidaya jamur tiram dapat memanfaatkan tempat yang sempit
di halaman atau rumahnya untuk budidaya jamur tiram sehingga dapat menambah
pendapatan keluarga?
3) Apakah budidaya jamur tiram dengan modal yang relatif kecil dan mudah
dilakukan dapat menambah pendapatan keluarga. Di samping itu budidaya jamur
tiram dapat mengurangi masalah lingkungan karena limbah tersebut volumenya
selalu bertambah jika tidak digunakan.

3
BAB III
METODOLOGI

3.1 Metode Pengambilan Data


Metode pengumpulan data yang penulis gunakan untuk mencari informasi
di Pelatihan Budidaya Jamur Tiram adalah membaca literatur dari internet.
Selain itu, data yang diperoleh mengenai Pelatihan budidaya, Perawatan,
Panen hingga Pemasaran dilakukan melalui studi literatur, dengan mencari data-
data dan membaca literatur dari internet.

4
BAB IV
PEMBAHASAN

I. Teknologi Budidaya Jamur


1. Persiapan Penanaman Jamur Tiram
Sebelum melakukan penanaman, hal-hal yang menunjang budidaya jamur
tiram harus sudah tersedia, diantaranya rumah kumbung baglog, rak baglog, bibit
jamur tiram, dan peralatan budidaya. (Bisa Anda lihat di artikel Persiapan Usaha
Budidaya Jamur Tiram). Usahakan budidaya jamur tiram menggunakan bibit
bersertifikat yang dapat dibeli dari petani lain atau dinas pertanian setempat.
Peralatan budidaya jamur tiram cukup sederhana, harga terjangkau, bahkan kita
bisa memanfaat peralatan dapur.
mengoptimalkan hasil dalam usaha budidaya jamur tiram di dataran
rendah dapat dilakukan dengan modifikasi terhadap bahan media dan takarannya,
yakni dengan menambah atau mengurangi takaran tiap-tiap bahan dari standar
umumnya. Dalam usaha skala kecil, eksperimen dalam menentukan takaran bahan
media merupakan hal yang sangat penting guna memperoleh takaran yang pas.
Hal ini mengingat jamur yang dibudidayakan di lingkungan tumbuh berbeda tentu
membutuhkan nutrisi dan media yang berbeda pula tergantung pada kondisi
lingkungan setempat. Hingga saat ini belum ada standar komposisi media untuk
budidaya jamur tiram di dataran rendah, sehingga petani memodifikasi media dan
lingkungan berdasarkan pengalaman dan kondisi masing-masing.
Sebagai media tumbuh jamur tiram, serbuk gergaji berfungsi sebagai
penyedia nutrisi bagi jamur. Kayu yang digunakan sebaiknya kayu keras karena
serbuk gergaji kayu jenis tersebut sangat berpotensi dalam meningkatkan hasil
panen jamur tiram.  Hal ini karena kayu keras banyak mengandung selulosa yang
dibutuhkan oleh jamur. Jenis-jenis kayu keras yang bisa digunakan sebagai media
tanam jamur tiram antara lain sengon, kayu kampung, dan kayu mahoni. Untuk
mendapatkan serbuk kayu pembudidaya harus memperolehnya ditempat
penggergajian kayu.
Sebelum digunakan sebagai media biasanya sebuk kayu harus dikompos
terlebih dahulu agar bisa terurai menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga
mudah dicerna oleh jamur. Proses pengomposan serbuk kayu dilakukan dengan
cara menutupnya menggunakan plastik atau terpal selama 1-2 hari. Pengomposan
berlangsung dengan baik jika terjadi kenaikan suhu sekitar 50 derajat C.
Alternatif bahan yang bisa digunakan untuk mengganti serbuk kayu adalah
berbagai macam ampas, misal ampas kopi, ampas kertas, ampas tebu, dan ampas
teh. Namun, berdasarkan pengalaman petani jamur tiram di dataran rendah, media
yang baik untuk digunakan tetap serbuk gergaji kayu.
Media berupa dedak/bekatul dan tepung jagung berfungsi sebagai substrat
dan penghasil kalori untuk pertumbuhan jamur. Sebelum membeli dedak dan

1
tepung jagung, sebaiknya pastikan dahulu bahan-bahan tersebut masih baru. Jika
memakai bahan yang sudah lama dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang
dapat berakibat pada tumbuhnya jenis jamur yang tidak dikehendaki. Berdasarkan
hasil penelitian, penggunaan dedak maupun teung jagung memberikan kualitas
hasil jamur yang sama karena kandungan nutrisi kedua bahan tersebut mirip.
Namun, penggunaan dedak dianggap lebih efisien karena bisa memangkas biaya
dan cenderung mudah dicari karena banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH. Kandungan
Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan meselium jamur yang
juga bisa menyebabkan pH media menjadi rendah.
Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong
plastik bening tahan panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun
komposisi media semai adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak
halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur (CaCo3) 0,5 kg; dan air 50-60%.
Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman bibit jamur,
yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog.
2. Sterilisasi Bahan
Sebelum dicampur dengan media lain, serbu kayu dan dedak disterilisasi
terlebih dahulu menggunakan oven selama 6-8 jam pada suhu 100 derajat C.
Dengan sterilisasi tersebut selain mengurangi mikroorganisme penyebab
kontaminsasi juga menguranngi kadar air pada serbuk gergaji kayu. Dengan
demikian, media menjadi lebih kering. Kedua bahan tersebut kemmudian
dicampur dan diberi air sekitar 50—60% hingga adonan menjadi kalis dan bisa
dikepal. Air berfungsi dalam penyerapan nutrisi oleh miselium. Air yang
digunakan harus air bersih untuk mengurangi resiko kontaminasi organisme lain
dalam media. Dalam memasukkan media ke dalam plastik, media harus benar-
benar padar agar jamur yang dihasilkan bisa banyak. Jadi pastikan bahwa bahan-
bahan telah cukup padat di dalam plastik dengan cara menekan—nekan adonan
hingga benar-benar padat, kemudian bagian atas kantong dipasang cincin paralon
dan selanjutnya kantong plastik ditutup dengan sumbat kapas dan diikat dengan
karet.
3. Sterilisasi Baglog
Sterilisasi baglog dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dallam
autoclave atau pemanas/steamer dengan suhu 121 derajat C selama 15 menit.
Untuk mengganti penggunaan autoclave atau streamer, dapat menggunakan drum
dengan kapasitas besar atau mampu menampung sekitar 50 baglog dan dipanasi di
atas kompor minyak atau dapat juga menggunakan oven. Memang, sterilisasi
baglog menggunakan drum memakan waktu lebih lama, yaitu sekitar 8 jam, tetapi
dianggap lebih menghemat biaya.
Setelah proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan, yakni
dengan mematikan alat sterilisasi dan membiarkan suhunya turun sedikit demi
sedikit. Setelah proses pendinginan, baru kemudian dilakukan penanaman bibit
jamur.

2
II. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN JAMUR TIRAM
Salah satu penentu keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kebersihan
dalam melakukan proses budidayanya, baik kebersihan tempat, alat, maupun
pekerjanya. Hal ini karena kebersihan adalah hal yang mutlak harus dipenuhi.
Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu dengan
sapu, lantai dan dindingnya dibersihkan menggunakan disinfektan. Alat yang
digunakan untuk menanam juga harus disterilisasi menggunakan alkohol dan
dipanaskan di atas api lilin. Selain itu, selama melakukan penanaman para pekerja
juga idealnya menggunakan masker. Hal ini bertujuan untuk memperkecil
terjadinya kontaminasi.
Dalam budidaya jamur tiram hal yang juga harus diperhatikan adalah
menjaga suhu dan kelembaban ruang agar tetap pada standar yang dibutuhkan.
Jika cuaca lebih kering, panas, atau berangin, tentu akan mempengaruhi suhu dan
kelembaban dalam kumbung sehingga air cepat menguap. Bila demikian,
sebaiknya frekuensi penyiraman ditingkatkan. Jika suhu terlalu tinggi dan
kelembaban kurang, bisa membuat tubuh jamur sulit tumbuh atau bahkan tidak
tumbuh. Oleh karena itu, atur juga sirkulasi udara di dalam kumbung agar jamur
tidak cepat layu dan mati. Pengaturan sirkulasi dapat dilakukan dengan cara
menutup sebagian lubang sirkulasi ketika angin sedang kencang. Sirkulasi dapat
dibuka semua ketika angin sedang dalam kecepatan normal. Namun, yang
terpenting adalah jangan sampai jamur kekurangan udara segar.
III. PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA BUDIDAYA JAMUR
TIRAM
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu
dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit
yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang
jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri.
Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama
penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda.
1. Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur
tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban,
kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak
terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu,
hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik
untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya
dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman
keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat
menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab
munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi

3
karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan menjadi
busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan
pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal
atau batang dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul karena rumah kumbung ataupun sekitar kumbung
tidak berseih. Misalnya adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar rumah
kumbung. Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan
pembersihan rumah kumbung dan sekitar rumah kumbung dengan melakukan
penyemprotan formalin.
2. Semut, Laba-laba, dan Kleket (sejenis moluska)
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan
membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan
secara kemis hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida.
Cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan
insektisida jika serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk
organik. Keuntungan jika pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara
mekanis antara lain, dapat memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah
lingkungan. Sementara itu hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk
mengendalikannya juga dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya
dengan tangan.
3. Tumbuhnya cendawan atau jamur lain
Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram adalah Mucor sp.,
Rhizopus sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau baglog.
Serangan jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai dengan timbulnya
miselium berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat.
Miselium-miselium tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram terhambat
atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Penyakit ini dapat disebabkan karena
lingkungan dan peralatan saat pembuatan media penanaman kurang bersih atau
karena lingkungan kumbung yang terlalu lembab.
Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan dan peralatan ketika pembuatan
media dan penanaman perlu dijaga kebersihannya. Kelembaban di dalam
kumbung juga diatur agar tidak berlebihan. Penyakit ini dapat menyerang baglog
yang sudah dibuka ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah terserang maka
harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari kumbung
kemudian dibakar.

4. Tangkai Memanjang

Penyakit ini merupakan penyakit fisiologis yang ditandai dengan tangkai


jamur memanjang dengan tubuh jamur kecil tidak dapat berkembang maksimal.
Penyakit tangkai memanjang disebabkan karena kelebihan CO2 akibat ventilasi
udara yang kurang sempurna. Agar tidak terserang penyakit ini harus dilakukan
pengaturan ventilasi dalam kumbung seoptimal mungkin.

4
IV. PANEN DAN PASCA PANEN
Pemanenan merupakan kegiatan budidaya yang selalu dinantikan oleh
pelaku usaha. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka penanaman selama
panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik.
1. Waktu dan Cara Panen Jamur Tiram
Jamur tiram termasuk jenis tanaman budidaya yang memiliki masa panen cukup
cepat. Panen jamur tiram dapat dilakukan dalam jangka waktu 4o hari setelah
pembibitan atau setelah tubuh buah berkembang maksimal, yaitu sekitar 2-3
minggu setelah tubuh buah terbentuk. Perkembangan tubuh buah jamur tiram
yang maksimal ditandai pula dengan meruncngnya bagian tepi jamur. Kriteria
jamur yang layak untuk dipanen adalah jamur yang berukuran cukup besar dan
bertepi runcing tetapi belum mekar penuh atau belum pecah. Jamur dengan
kondisi demikian tidak mudah rusak jika dipanen. Ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi ketika produk dipasarkan, misalnya keseragaman berat dan ukuran
jamur tiram.
2. Penanganan Pasca Panen Jamur Tiram
Penanganan yang dilakukan usai pemanenan jamur tiram bertujuan untuk
menciptakan hasil akhir yang berkualitas sehingga sesuai dengan permintaan
pasar. Berikut beberapa tahapan agar produk jamur tiram yang dihasilkan
berkualitas baik.
3. Penyortiran
Jamur yang telah dipanen harus segera dicuci dengan air bersih, kemudian bagian
tubuh buahnya dipisahkan deri pangkalnya. Proses pencucian dan pemisahan ini
penting untuk dilakukan karena bila selama proses budidaya petani menggunakan
pestisida, biasaya racun pestisida akan mengendap pada bagian pangkal dan masih
memungkinkan terdapat residu yang tertinggal pada tubuh buah. Setelah diyakini
kebersihannya, proses sortasi dilakukan untuk mengelompokkan jamur tiram
berdasarkan bentuk dan ukurannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil
yang seragam sehingga akan menarik minat konsumen saat dipasarkan.
4. Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara.
Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan lama
untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya
dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh karena itu,
agar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses
pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses pengemasannya.
Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi dilengkapi
dengan ruangan berpendingin. 
IV. STRATEGI PEMASARAN JAMUR
1. Seimbangkan antara jumlah pedagang dengan ketersediaan produk.
Untuk langkah awalnya kita dapat menentukan target pasar dan jumlah
pedagang. Hitung dan seimbangkan jumlah pedagang yang bersedia kitav suplai

5
dengan ketersediaan produk.. Misalnya, kita berhasil menawarkan kepada
minimal 5 orang pedagang, masing-masing pedagang menyanggupi untuk
mengambil 2kg – 5kg, maka kita harus mampu mengatur jumlah panen jamur
dalam kumbung yaitu 10kg – 25kg jamur perhari. Inilah jumlah wajib yang harus
kita sediakan untuk bisa menyuplai produk ke pedagang-pedagang tersebut,
sekaligus untuk membangun kredibilitas kita.

2. Buatlah Jadwal Pengisian Baglog dalam Kumbung


Berapapun jumlah baglog jamur dalam kumbung yang kita kelola. Kita
harus melakukan penjadwalan yang jelas. Misalnya kita memiliki 10.000 baglog
dalam kumbung, itu artinya pada masa produksi optimal, jamur bisa menghasilkan
hingga 100 kg per harinya. Jika kita tidak memiliki pasar sebesar itu, maka jumlah
10.000 baglog itu harus di jadwal dengan baik, misalnya di isi per 2000 log
dengan jarak pengisian kumbung 2 minggu, maka panen akan stabil di angka 30
kg per hari. Ini akan lebih memudahkan kita dalam mendistribusikan hasil panen
sesuai dengan target pasar yang telah kita tentukan.

3. Selalu menjaga kualitas hasil panen


Untuk bisa memaksimalkan hasil penjualan, Kita harus mampu menjaga
kualitas produk agar tetap bagus dan segar, sehingga konsumen pun akan setia
mengkonsumsi produk kita. Untuk itu sebaiknya jamur tiram di panen sekitar 3 –
4 jam sebelum dipasarkan dan kemudian dikemas menggunakan plastik kedap
udara agar jamur bisa bertahan lebih dari 24 jam.

4. Berikan label pada kemasan


Mulai dikenalnya jamur oleh masyarakat, otomatis membuat angka
permintaan produk semakin meningkat. Dengan begitu tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa akan semakin banyak pula persaingan antar pedagang jamur segar. Untuk
itulah diperlukan label pada kemasan produk jamur tiram kita sebagai identitas
usaha. Hal ini sangat penting untuk membangun brand, kepercayaan dan
kredibilitas. Sekaligus mudah bagi kita untuk menerima kritik serta saran sebagai
evaluasi produk selanjutnya.

5. Periksa terus terhadap hama penyakit


Secara umum apabila jamur tiram telah berproduksi, tidak ada hama
berupa jamur liar. Akan tetapi, dikarenakan jamur mengandung protein, maka
apabila baglog telah berumur lebih dari 60 hari, biasanya terdapat hama ulat. Ulat
ini sebenarnya bukan berasal dari baglog atau dari jamurnya, tetapi berasal dari
lingkungan. Untuk kasus pada jamur tiram seperti ini, apabila pada jamur telah
terdapat ulat, hentikan sementara proses pemanenan, petik seluruh jamur hingga
menyisakan jamur yang kecil-kecil saja. Lalu kompres (beri obat) hama ulat.
Biarkan kumbung dan jangan diberi proses raising (penyiraman) selama 2 hari.
Setelah itu lakukan perawatan seperti biasanya.

6. Buat kerja sama dengan petani jamur lain


Segala sesuatu bisa saja terjadi, termasuk pada budidaya jamur ada
kalanya cuaca dan kelembaban yang tidak seimbang menyebabkan panen tidak
bisa optimal. Dan untuk menyiasati pasokan kepada para pedagang agar tetap

6
stabil, kita bisa melakukan kerjasama dengan petani lain. Jagalah hubungan baik
dengan mereka, sehingga pada saat kita kekurangan jumlah jamur untuk di pasok,
kita bisa mengambil dari petani lain. Inilah beberapa strategi bisnis untuk
mengoptimalkan proses pemasaran bagi kita yang berencana atau baru mulai
menggeluti bisnis jamur. Semoga pembahasan kali ini dapat menjadi wacana
sehingga mampu memberikan pandangan serta keyakinan untuk melangkah
meraih kesuksesan.

V. ANALISIS BIAYA

1). Biaya Investasi Biaya invetasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk
membeli segala keperluan yang dibutuhkan sebelum memulai suatu usaha.
Biaya investasi yang dikeluarkan untuk budidaya jamur tiram putih dapat
dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 1. Biaya investasi atas tanah dan bangunan budidaya jamur tiram putih
No Komponen Biaya Investasi Luas Biaya (Rp)
1 Ruang budidaya 35 m 69.000.000
2 Ruang inokulasi 6m 5.000.000
3 Ruang pengomposan 8m 15.000.000
4 Ruang sterilisasi 16 m 10.000.000
5 Tanah 65 m 3.250.000
TOTAL 102.250.000

Tabel 2. Biaya investasi alat budidaya jamur tiram putih


No Jenis Alat Satuan Jumlah Alat Harga (Rp) Pembelian Alat
1 Sekop unit 1 50.000 50.000
2 Terpal M 30 9.000 270.000
3 Pengayak unit 1 50.000 50.000
4 Ember unit 3 20.000 60.000
5 Selang air M 6 10.000 60.000
6 Timbangan 50 kg unit 1 225.000 225.000
7 Timbangan 10 kg unit 1 90.000 90.000
8 Pisau unit 3 1.000 3.000
9 Box plastik unit 1 125.000 125.000
10 Steamer unit 1 3.500.000 3.500.000
11 Tabung gas 3 kg unit 4 150.000 600.000
12 Keranjang unit 4 300.000 1.200.000
13 Cincin bambu unit 5.000 100 500.000
14 Spatula unit 3 30.000 90.000
15 Hand sprayer unit 1 112.500 112.500
16 Lampu busen unit 2 30.000 60.000
17 Mesin vacum unit 1 1.600.000 1.600.000
18 Rak budidaya M 120 50.000 6.000.000
Jumlah 14.595. 500

7
Dari Tabel 1 dan Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa, Total biaya
investasi untuk budidaya jamur tiram putih adalah sebesar Rp. 116.845.500,-.
2). Biaya Budidaya Jamur Tiram Putih Menurut Widyatama (2013), Biaya adalah
nilai pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang
untuk memperoleh barang atau jasa yang telah terjadi dan berguna untuk masa
yang akan datang untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba.
Biaya dibedakan menjadi 2, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.
a. Biaya Tetap (Fixed Cost) Menurut Patarianto dan Lartik (2012), Biaya tetap
adalah biaya yang sebagai keseluruhan tidak berubah dengan perubahan
volume produksi. Komponen biaya tetap dalam usaha budidaya jamur tiram
putih adalah penyusutan aktiva tetap terjadi karena berkurangnya nilai
keuangan dari aktiva tetap yang disebabkan karena adanya pemakaian
aktiva tetap tersebut, biaya tenaga kerja dan sewa tanah.
1. Biaya penyusutan Berikut adalah biaya penyusutan yang dikeluarkan
untuk budidaya jamur tiram putih sebanyak 5000 baglog selama satu
periode (4 bulan) :

Tabel 3. Biaya penyusutan bangunan


Umur
No Biaya Nilai Sisa Penyusutan / Penyusutan /
Komponen Biaya ekonomis
Investasi (10%) Tahun Periode
(Tahun)
1. Ruang budidaya 69.000.000 30 6.900.000 2.070.000 690.000
2. Ruang inokulasi 5.000.000 30 500.000 150.000 50.000
Ruang
3. 15.000.000 30 1.500.000 45.000 150.000
pengomposan
4. Ruang sterilisasi 10.000.000 30 1.000.000 300.000 100.000
Total Penyusutan Bangunan 990.000

Tabel 4. Biaya penyusutan alat


No Biaya Umur Ekonomis Nilai Penyusutan Penyusutan /
Komponen Biaya
Investasi (Tahun) Sisa / Tahun Periode
1. Sekop 50.000 5 0 10.000 3.333
2. Terpal 270.000 5 13.500 51.300 17.100
3. Pengayak 50.000 5 0 10.000 3.333
4. Ember 60.000 5 0 12.000 4.000
5. Selang air 60.000 5 0 12.000 4.000
6. Timbangan 50 kg 225.000 10 11.250 21.375 7.125
7. Timbangan 10 kg 90.000 10 0 9.000 3.000
8. Pisau 3.000 2 0 1.500 500
9. Box plastik 125.000 5 6.250 23.750 7.917
Steamer 350.00
3.500.000 15 210.000
10 0 70.000
11 Tabung gas 3 kg 600.000 10 30.000 57.000 19.000
12 Keranjang 1.200.000 10 60.000 114.000 38.000
13 Cincin bambu 500.000 1.5 0 333.333 111.111
14 Spatula 90.000 5 0 18.000 6.000

8
15 Hand sprayer 112.500 5 5.625 21.375 7.125
16 Lampu busen 60.000 5 0 12.000 4.000
Mesin vacum 160.00
10 144.000
17 1.600.000 0 48.000
Rak budidaya 600.00
10 540.000
18 6.000.000 0 180.000
Total Penyusutan Peralatan 533.544
Keterangan : *) alat dengan harga beli lebih dari Rp 100.000 diasumsikan memiliki nilai sisa
5% dari harga beli, sedangkan alat dengan harga beli lebih dari Rp 1.000.000 diasumsikan
memiliki nilai sisa 10 % dari harga beli.

2. Biaya Tenaga Kerja

Tabel 5. Biaya tenaga kerja


No Tenaga kerja (TK) Total (Rp)
1. TK pria tetap 852.000
2. TK wanita tetap 1.425.000
3. TK wanita tidak tetap 150.0000
Total 2.427.000

a. Biaya Variabel (Variable Cost) Menurut Patarianto dan Lartik (2012), biaya
variabel adalah biaya yang jumlah totalnya selalu berubah secara sebanding
dengan perubahan volume kegiatan perusahaan. Sesuai dengan penjelasan
tersebut, yang termasuk kedalam biaya tidak tetap dalam usaha budidaya
jamur tiram putih ini antara lain biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik untuk budidaya jamur tiram putih sebanyak 5000
baglog selama satu periode (4 bulan).

1. Biaya Bahan Baku Dalam budidaya jamur tiram putih yang dilakukan
pada ini, biaya pembelian bahan yang digunakan untuk budidaya jamur
tiram putih sebanyak 5000 baglog selama satu periode (4 bulan) adalah
sebagai berikut :

Tabel 6. Biaya bahan baku


No Nama Bahan Satuan Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp)
1 Serbuk gergaji Kg 3.000 4.000 12.000.000
2 Dedak Kg 250 3.000 750.000
3 Tepung jagung Kg 30 6.000 180.000
4 Kapur (CaCo3) Kg 30 200 6.000
5 Gypsum (CaSo4) Kg 30 1.250 37.500
6 Bibit Botol 500 2.500 1.250.000
Total Biaya 14.223.500

2. Biaya overhead pabrik


Tabel 7. Biaya overhead pabrik
No Jenis Pembiayaan Satuan Jumlah Harga Biaya (Rp)

9
(Rp)
1 Plastik PP ukuran 20 x 35 x 0,05 cm Lbr 5.000 183 915.000
2 Karet Buah 5.000 46 230.000
3 Tali rafia M 500 60 30.000
4 Kertas koran 7 x 12 cm Lbr 5.000 3.5 17.500
5 Bahan bakar (gas) tabung 40 20.000 800.000
6 Alkohol 70 % L 5 25.000 125.000
7 Spritus L 2.5 22.000 55.000
8 Plastik kemasan PP 45 X 65 Lbr 150 563 84.450
9 Plastik Vacum Lbr 2.000 800 1.600.000
10 Listrik dan Air 400.000
11 Transportasi 15.000
12 Obat pengendalian hama dan penyakit 5.000
Total Biaya 4.276.950

3. Total Biaya (Total Cost) Total biaya adalah hasil penjumlahan dari total
biaya tidak tetap (variable cost) ditambah dengan total biaya tetap (fixed
cost). Gambaran mengenai total biaya usaha budidaya jamur tiram putih
dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini:

Tabel 8. Total Biaya


No Jenis Biaya Total (Rp)
1 Biaya Tetap
- Biaya Penyusutan Alat 1.523.544
- Biaya Tenaga Kerja 2.427.000
2 Biaya Variabel
- Biaya Bahan
- Biaya Overhead 14.223.500
Pabrik 4.276.950
Jumlah 22.450.994

3). Pendapatan Pendapatan diperoleh dari hasil perkalian panen jamur tiram putih
dengan harga jual per kg. Satu baglog jamur tiram akan menghasilkan rata-rata
0,5 kg jamur tiram selama satu periode atau selama 4 bulan. Sehingga dalam
satu periode 5000 baglog akan menghasilkan 2500 kg jamur tiram putih.
Namun tidak semua baglog menghasilkan jamur tiram putih dalam satu hari.
Rata-rata jamur tiram putih yang dipanen setiap hari adalah 5 -7 kg.
Jamur tiram putih hasil panen dijual secara langsung dan melalui pedagang
pengumpul. Harga penjualan jamur tiram putih secara langsung yaitu Rp.
15.000,- / kg. Sedangkan jamur tiram putih yang dijual pada pedagang
pengumpul harganya yaitu Rp 10.000,- / kg. Harga yang ditawarkan pedagang
pengumpul tetap, meskipun harga dipasar berubah. Perbandingan penjualan
jamur tiram putih secara langsung dan melalui pedagang pengumpul adalah 60
% banding 40 %. Sehingga jamur tiram putih yang dipasarkan secara tidak
langsung adalah : 60% x 2.500 kg = 1.500 kg. Dan jamur tiram putih yang
dipasarkan secara langsung adalah : 40 % x 2.500 kg = 1.000 kg.

10
Tabel 9. Pendapatan untuk budidaya jamur tiram putih
No Keterangan Penjualan Jumlah Produksi Harga per Pendapatan (Rp)
per periode (Kg) Kg (Rp)
1. Langsung 1.000 15.000 15.000.000
2. Pedangang pengumpul 1.500 10.000 15.000.000
Jumlah 2.500 30.000.000

11
BAB V

PENUTUP
Berdasarkan Laporan Tugas Akhir yang dibuat, maka dapat diambil
kesimpulan yaitu:
1. Proses budidaya jamur tiram putih yang dilakukan di P4S Cijulang Asri
terdiri dari beberapa tahap mulai dari persiapan bibit, persiapan media
tanam, inokulasi, inkubasi, pemeliharaan, panen dan pasca
panen.
2. Biaya yang dikeluarkan dari usaha budidaya jamur tiram putih sebanyak
5000 baglog selama periode tanam (4 bulan) di P4S Cijulang Asri adalah
sebesar Rp. 22.450.994,- sedangkan pendapatan yang diperoleh adalah Rp.
30.000.000,- sehingga keuntungan yang diterima yaitu sebesar Rp.
7.549.006,-

1
DAFTAR PUSTAKA
Hendritomo, H. I. 2010. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Lily Publisher.
Yogyakarta.

Patarianto. P. dan Lartik. 2012. Penggunaan Analisis Biaya Variabel Dalam


Pengambilan Keputusan Produksi Pada Pt. Ptj Kantor Wilayah Sidoarjo.

http://www.stiemahardhika.ac.id/w p-content/uploads/2013/05 /vol10no3-2012-


Pierre.pdf. Diakses pada tanggal 19 Juni 2016.

Piryadi. T. U. 2013. Bisnis Jamur Tiram. Agromedia Pustaka, Jakarta. 122 hal.

Widyatama.2014. http://repository. widyatama. ac.id / xmlui/


bitstream/handle/123456789/3041/ Bab%202.pdf?sequence=7Diakses pada
tanggal 21 Juli 2016.

1
Daftar Pustaka

Herjanto, Eddy. 2008. Manajemen Operasi (Edisi Ketiga). Penerbit: Grasindo.

Assauri, S. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta: Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Handoko, T. 2000. Dasar-dasarManajemen Produksi dan Operasi. Yogyakarta:


BPFE.

https://dispertan.bantenprov.go.id/lama/read/artikel/941/TEKNIK-DAN-CARA-
BUDIDAYA-JAMUR-TIRAM.html

https://pertaniansehat.com/read/2011/10/06/strategi-pemasaran-jamur-tiram.html

Anda mungkin juga menyukai