Disusun Oleh:
KELOMPOK 3
2021
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan
“PELATIHAN BUDIDAYA JAMUR TIRAM DENGAN SISTEM SUSUN”.
Makalah ini merupakan tugas dari dosen mata kuliah Pengantar Bisnis.
Pada kesempatan ini tidak lupa kami sampaikan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Khususnya kepada dosen mata kuliah Pengantar Bisnis yang telah memberikan
bimbingan kepada kami.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Manfaat Kegiatan
Melalui kegiatan ini akan memberikan manfaat pada peserta pelatihan antara
lain:
1. Peserta dapat memanfaatkan limbah pertanian seperti serbuk gergaji kayu
dan bekatul yang ada di desanya untuk budidaya jamur tiram dengan
modal yang relatif kecil dan dapat menambah pendapatan keluarga. Di
samping itu dapat mengurangi masalah lingkungan karena limbah tersebut
volumenya selalu bertambah jika tidak digunakan.
2. Peserta dapat memanfaatkan tempat yang sempit di halaman atau
rumahnya untuk budidaya jamur tiram sehingga dapat menambah
pendapatan keluarga.
3. Peserta dapat melakukan budidaya jamur tiram dan dapat menularkan
pengetahuan serta ketrampilan secara langsung melalui praktek budidaya
jamur tiram di kelompoknya atau di rumahnya kepada anggota kelompok
yang lain maupun kepada tetangganya.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
busuk dan tidak ditumbuhi oleh jamur atau kapang lain. Serbuk kayu yang baik
adalah serbuk yang berasal dari kayu keras dan tidak banyak mengandung minyak
ataupun getah. Namun demikian serbuk kayu yang banyak mengandung minyak
maupun getah dapat pula digunakan sebagai media dengan cara merendamnya
lebih lama sebelum proses lebih lanjut.
Bahan-bahan lain yang digunakan dalam budidaya jmur pada media
plastik (log) terdiri dari beberapa macam yaitu bekatul (dedak padi), kapur
(CaCO3), gips (CaSO4). Penggunaan kantong plastik (log) bertujuan untuk
mempermudah pengaturan kondisi (jumlah oksigen dan kelembaban media) dan
penanganan media selama pertumbuhan. Kantong plastik yang digunakan adalah
plastik yang kuat dan tahan panas sampai dengan suhu 100 °C, Jenis plastik
biasanya dipilih dari jenis polipropilen (PP). Ukuran dan ketebalan plastik terdiri
dari berbagai macam. Beberapa ukuran plastik yang biasa digunakan dalam
budidaya jamur antara lain 20 x 30 cm, 17 x 35 cm, 14 x 25 cm dengan ketebalan
0,3 mm – 0,7 mm atau dapat lebih tebal lagi.
Adapun bahan tambahan bekatul ditambahkan untuk meningkatkan nutrisi
media tanam sebagai sumber karbohidrat, sumber karbon (C), dan nitrogen.
Bekatul yan digunakan dapat berasal dari berbagai jenis padi, misalnya padi jenis
IR, pandan wangi, rojo lele, ataupun jenis lainnya. Bekatul sebaiknya dipilih yang
masih baru, belum bau (penguk=jawa), dan tidak rusak. Kapur merupakan bahan
yang ditambahkan sebagai sumber kalsium (Ca). Di samping itu, kapur juga
digunakan untuk mengatur pH media. Kapur yang digunakan adalah kapur
pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCO3). Unsur kalsium dan karbon digunakan
untuk meningkatkan mineral yang dibutuhkan jamur bagi pertumbuhannya. Gips
(CaSO4) digunakan sebagai sumber kalsium dan sebagai bahan untuk
memperkokoh media. Dengan kondisi yang kokoh maka diharapkan media tidak
mudah rusak.
2
3. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Tani
Beberapa pengukuran dalam analisa biaya dan pendapatan usaha tani yang
dikenal adalah pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total.
Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan
biaya tunai yang benar-benar dikeluarkan, dan merupakan ukuran kemampuan
usaha untuk menghasilkan uang tunai. Pendapatan atas biaya total diperoleh dari
total penerimaan dikurangi dengan biaya total termasuk didalamnya biaya-biaya
yang diperhitungkan.
Pendapatan tunai usaha tani adalah selisih antara penerimaan usaha dengan
pengeluaran tunai usaha dan merupakan ukuran kemampuan usaha tani untuk
menghasilkan uang. Ukuran ini berguna sebagai langkah permulaan untuk menilai
hutang usaha tani yang mungkin terjadi (Soekartawi dkk, 1994:78). Selain itu
untuk menganalisis biaya dan pendapatan usaha tani, umumnya disertai dengan
analisis lain seperti analisis rasio penerimaan atas biaya, analisis rasio keuntungan
atas biaya, dan analisis titik impas (BEP).
3
BAB III
METODOLOGI
4
BAB IV
PEMBAHASAN
1
tepung jagung, sebaiknya pastikan dahulu bahan-bahan tersebut masih baru. Jika
memakai bahan yang sudah lama dikhawatirkan sudah terjadi fermentasi yang
dapat berakibat pada tumbuhnya jenis jamur yang tidak dikehendaki. Berdasarkan
hasil penelitian, penggunaan dedak maupun teung jagung memberikan kualitas
hasil jamur yang sama karena kandungan nutrisi kedua bahan tersebut mirip.
Namun, penggunaan dedak dianggap lebih efisien karena bisa memangkas biaya
dan cenderung mudah dicari karena banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak.
Kapur (CaCo3) berfungsi sebagai sumber mineral dan pengatur pH. Kandungan
Ca dalam kapur dapat menetralisir asam yang dikeluarkan meselium jamur yang
juga bisa menyebabkan pH media menjadi rendah.
Wadah yang digunakan untuk meletakkan campuran media adalah kantong
plastik bening tahan panas (PE 0,002) berukuran 20 cm x 30 cm. Adapun
komposisi media semai adalah serbuk gergaji 100 kg; tepung jagung 10 kg; dedak
halus atau bekatul 10 kg; kompos 0,5 kg; kapur (CaCo3) 0,5 kg; dan air 50-60%.
Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penanaman bibit jamur,
yaitu sterilisasi bahan dan sterilisasi baglog.
2. Sterilisasi Bahan
Sebelum dicampur dengan media lain, serbu kayu dan dedak disterilisasi
terlebih dahulu menggunakan oven selama 6-8 jam pada suhu 100 derajat C.
Dengan sterilisasi tersebut selain mengurangi mikroorganisme penyebab
kontaminsasi juga menguranngi kadar air pada serbuk gergaji kayu. Dengan
demikian, media menjadi lebih kering. Kedua bahan tersebut kemmudian
dicampur dan diberi air sekitar 50—60% hingga adonan menjadi kalis dan bisa
dikepal. Air berfungsi dalam penyerapan nutrisi oleh miselium. Air yang
digunakan harus air bersih untuk mengurangi resiko kontaminasi organisme lain
dalam media. Dalam memasukkan media ke dalam plastik, media harus benar-
benar padar agar jamur yang dihasilkan bisa banyak. Jadi pastikan bahwa bahan-
bahan telah cukup padat di dalam plastik dengan cara menekan—nekan adonan
hingga benar-benar padat, kemudian bagian atas kantong dipasang cincin paralon
dan selanjutnya kantong plastik ditutup dengan sumbat kapas dan diikat dengan
karet.
3. Sterilisasi Baglog
Sterilisasi baglog dilakukan dengan cara memasukkan baglog ke dallam
autoclave atau pemanas/steamer dengan suhu 121 derajat C selama 15 menit.
Untuk mengganti penggunaan autoclave atau streamer, dapat menggunakan drum
dengan kapasitas besar atau mampu menampung sekitar 50 baglog dan dipanasi di
atas kompor minyak atau dapat juga menggunakan oven. Memang, sterilisasi
baglog menggunakan drum memakan waktu lebih lama, yaitu sekitar 8 jam, tetapi
dianggap lebih menghemat biaya.
Setelah proses sterilisasi selesai, baglog kemudian didinginkan, yakni
dengan mematikan alat sterilisasi dan membiarkan suhunya turun sedikit demi
sedikit. Setelah proses pendinginan, baru kemudian dilakukan penanaman bibit
jamur.
2
II. PENANAMAN DAN PEMELIHARAAN JAMUR TIRAM
Salah satu penentu keberhasilan budidaya jamur tiram adalah kebersihan
dalam melakukan proses budidayanya, baik kebersihan tempat, alat, maupun
pekerjanya. Hal ini karena kebersihan adalah hal yang mutlak harus dipenuhi.
Untuk itu, tempat untuk penanaman sebaiknya harus dibersihkan dahulu dengan
sapu, lantai dan dindingnya dibersihkan menggunakan disinfektan. Alat yang
digunakan untuk menanam juga harus disterilisasi menggunakan alkohol dan
dipanaskan di atas api lilin. Selain itu, selama melakukan penanaman para pekerja
juga idealnya menggunakan masker. Hal ini bertujuan untuk memperkecil
terjadinya kontaminasi.
Dalam budidaya jamur tiram hal yang juga harus diperhatikan adalah
menjaga suhu dan kelembaban ruang agar tetap pada standar yang dibutuhkan.
Jika cuaca lebih kering, panas, atau berangin, tentu akan mempengaruhi suhu dan
kelembaban dalam kumbung sehingga air cepat menguap. Bila demikian,
sebaiknya frekuensi penyiraman ditingkatkan. Jika suhu terlalu tinggi dan
kelembaban kurang, bisa membuat tubuh jamur sulit tumbuh atau bahkan tidak
tumbuh. Oleh karena itu, atur juga sirkulasi udara di dalam kumbung agar jamur
tidak cepat layu dan mati. Pengaturan sirkulasi dapat dilakukan dengan cara
menutup sebagian lubang sirkulasi ketika angin sedang kencang. Sirkulasi dapat
dibuka semua ketika angin sedang dalam kecepatan normal. Namun, yang
terpenting adalah jangan sampai jamur kekurangan udara segar.
III. PENGENDALIAN HAMA PENYAKIT PADA BUDIDAYA JAMUR
TIRAM
Selain pemeliharaan baglog, dalam budidaya jamur tiram juga perlu
dilakukan perawatan untuk mencegah atau mengendalikan hama dan penyakit
yang mungkin bisa menyerang jamur tiram. Hama dan penyakit yang menyerang
jamur tiram tentu dipengaruhi oleh keadaan lingkungan maupun jamur itu sendiri.
Sehingga antara tempat budidaya yang satu dan yang lain, serangan hama
penyakit kemungkinan dapat berbeda-beda.
1. Ulat
Ulat merupakan hama yang paling banyak ditemui dalam budidaya jamur
tiram. Ada tiga faktor penyebab kemunculan hama ini yaitu faktor kelembaban,
kotoran dari sisa pangkal/bonggol atau tangkai jamur dan jamur yang tidak
terpanen, serta lingkungan yang tida bersih.
Hama ulat muncul ketika kelembaban udara berlebihan. Oleh sebab itu,
hama ulat sering dijumpai ketika musim hujan. Pencegahan menjadi solusi terbaik
untuk mengatasi hama ini adalah dengan mengatur sirkulasi udara. Caranya
dengan membuka lubang sirkulasi dan untuk sementara proses penyiraman
keumbung dihentikan.
Pangkal jamur yang tertinggal di baglog saat pemanenan dapat
menimbulkan binatang kecil seperti kepik. Kepik inilah yang menjadi penyebab
munculnya hama ulat. Sementara jamur yang tidak terpanen kemungkinan terjadi
3
karena jamur tidak muncul keluar sehingga luput saat pemanenan dan menjadi
busuk. Hal ini menyebabkan munculnya ulat. Sebaiknya, ketika melakukan
pemanenan baglog telah dipastikan kebersihannya sehingga tidak ada pangkal
atau batang dan jamur yang tidak terpanen.
Ulat bisa saja muncul karena rumah kumbung ataupun sekitar kumbung
tidak berseih. Misalnya adanya kandang ternak atau tanaman di sekitar rumah
kumbung. Untuk mencegah dan mengatasi serangan hama ulat, lakukan
pembersihan rumah kumbung dan sekitar rumah kumbung dengan melakukan
penyemprotan formalin.
2. Semut, Laba-laba, dan Kleket (sejenis moluska)
Secara mekanis hama semut dan laba-laba dapat diatasi dengan
membongkar sarangnya dan menyiramnya dengan minyak tanah. Sedangkan
secara kemis hama tersebut dapat dikendalikan dengan penyemprotan insektisida.
Cara ini merupakan cara terakhir dan usahakan untuk menghindari penggunaan
insektisida jika serangan tidak parah karena produk jamur merupakan produk
organik. Keuntungan jika pemberantasan hama serangga dilakukan dengan cara
mekanis antara lain, dapat memangkas biaya selama perawatan dan juga ramah
lingkungan. Sementara itu hama kleket kerap dijumpai pada mulut baglog. Untuk
mengendalikannya juga dilakukan dengan cara mekanis, yaitu mengambilnya
dengan tangan.
3. Tumbuhnya cendawan atau jamur lain
Jamur lain yang kerap mengganggu jamur tiram adalah Mucor sp.,
Rhizopus sp., Penicillium sp., dan Aspergillus sp. pada substrat atau baglog.
Serangan jamur-jamur tersebut bersifat patogen yang ditandai dengan timbulnya
miselium berwarna hitam, kuning, hijau, dan timbulnya lendir pada substrat.
Miselium-miselium tersebut mengakibatkan pertumbuhan jamur tiram terhambat
atau bahkan tidak tumbuh sama sekali. Penyakit ini dapat disebabkan karena
lingkungan dan peralatan saat pembuatan media penanaman kurang bersih atau
karena lingkungan kumbung yang terlalu lembab.
Untuk mengatasi penyakit ini, lingkungan dan peralatan ketika pembuatan
media dan penanaman perlu dijaga kebersihannya. Kelembaban di dalam
kumbung juga diatur agar tidak berlebihan. Penyakit ini dapat menyerang baglog
yang sudah dibuka ataupun masih tertutup. Jika baglog sudah terserang maka
harus segera dilakukan pemusnahan dengan cara dikeluarkan dari kumbung
kemudian dibakar.
4. Tangkai Memanjang
4
IV. PANEN DAN PASCA PANEN
Pemanenan merupakan kegiatan budidaya yang selalu dinantikan oleh
pelaku usaha. Untuk mendapatkan hasil yang optimal maka penanaman selama
panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik.
1. Waktu dan Cara Panen Jamur Tiram
Jamur tiram termasuk jenis tanaman budidaya yang memiliki masa panen cukup
cepat. Panen jamur tiram dapat dilakukan dalam jangka waktu 4o hari setelah
pembibitan atau setelah tubuh buah berkembang maksimal, yaitu sekitar 2-3
minggu setelah tubuh buah terbentuk. Perkembangan tubuh buah jamur tiram
yang maksimal ditandai pula dengan meruncngnya bagian tepi jamur. Kriteria
jamur yang layak untuk dipanen adalah jamur yang berukuran cukup besar dan
bertepi runcing tetapi belum mekar penuh atau belum pecah. Jamur dengan
kondisi demikian tidak mudah rusak jika dipanen. Ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi ketika produk dipasarkan, misalnya keseragaman berat dan ukuran
jamur tiram.
2. Penanganan Pasca Panen Jamur Tiram
Penanganan yang dilakukan usai pemanenan jamur tiram bertujuan untuk
menciptakan hasil akhir yang berkualitas sehingga sesuai dengan permintaan
pasar. Berikut beberapa tahapan agar produk jamur tiram yang dihasilkan
berkualitas baik.
3. Penyortiran
Jamur yang telah dipanen harus segera dicuci dengan air bersih, kemudian bagian
tubuh buahnya dipisahkan deri pangkalnya. Proses pencucian dan pemisahan ini
penting untuk dilakukan karena bila selama proses budidaya petani menggunakan
pestisida, biasaya racun pestisida akan mengendap pada bagian pangkal dan masih
memungkinkan terdapat residu yang tertinggal pada tubuh buah. Setelah diyakini
kebersihannya, proses sortasi dilakukan untuk mengelompokkan jamur tiram
berdasarkan bentuk dan ukurannya. Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil
yang seragam sehingga akan menarik minat konsumen saat dipasarkan.
4. Pengemasan dan Transportasi Hasil Panen Jamur Tiram
Pengemasan jamur tiram segar biasanya menggunakan plastik kedap udara.
Semakin sedikit udara yang ada di dalam plastik, jamur tiram semakin tahan lama
untuk disimpan. Namun, idealnya penyimpanan dengan plastik kedap udara hanya
dapat mempertahankan kesegaran jamur tiram selama 2-4 hari. Oleh karena itu,
agar jamur tiram segar yang dijual tetap dalam kondisi baik, proses
pengangkutan/transportasi tidak boleh terlalu lama dari proses pengemasannya.
Seandainya jarak pengangkutan cukup jauh, sebaiknya alat transportasi dilengkapi
dengan ruangan berpendingin.
IV. STRATEGI PEMASARAN JAMUR
1. Seimbangkan antara jumlah pedagang dengan ketersediaan produk.
Untuk langkah awalnya kita dapat menentukan target pasar dan jumlah
pedagang. Hitung dan seimbangkan jumlah pedagang yang bersedia kitav suplai
5
dengan ketersediaan produk.. Misalnya, kita berhasil menawarkan kepada
minimal 5 orang pedagang, masing-masing pedagang menyanggupi untuk
mengambil 2kg – 5kg, maka kita harus mampu mengatur jumlah panen jamur
dalam kumbung yaitu 10kg – 25kg jamur perhari. Inilah jumlah wajib yang harus
kita sediakan untuk bisa menyuplai produk ke pedagang-pedagang tersebut,
sekaligus untuk membangun kredibilitas kita.
6
stabil, kita bisa melakukan kerjasama dengan petani lain. Jagalah hubungan baik
dengan mereka, sehingga pada saat kita kekurangan jumlah jamur untuk di pasok,
kita bisa mengambil dari petani lain. Inilah beberapa strategi bisnis untuk
mengoptimalkan proses pemasaran bagi kita yang berencana atau baru mulai
menggeluti bisnis jamur. Semoga pembahasan kali ini dapat menjadi wacana
sehingga mampu memberikan pandangan serta keyakinan untuk melangkah
meraih kesuksesan.
V. ANALISIS BIAYA
1). Biaya Investasi Biaya invetasi adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk
membeli segala keperluan yang dibutuhkan sebelum memulai suatu usaha.
Biaya investasi yang dikeluarkan untuk budidaya jamur tiram putih dapat
dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 1. Biaya investasi atas tanah dan bangunan budidaya jamur tiram putih
No Komponen Biaya Investasi Luas Biaya (Rp)
1 Ruang budidaya 35 m 69.000.000
2 Ruang inokulasi 6m 5.000.000
3 Ruang pengomposan 8m 15.000.000
4 Ruang sterilisasi 16 m 10.000.000
5 Tanah 65 m 3.250.000
TOTAL 102.250.000
7
Dari Tabel 1 dan Tabel 2 diatas dapat diketahui bahwa, Total biaya
investasi untuk budidaya jamur tiram putih adalah sebesar Rp. 116.845.500,-.
2). Biaya Budidaya Jamur Tiram Putih Menurut Widyatama (2013), Biaya adalah
nilai pengorbanan sumber ekonomi yang dapat diukur dalam satuan uang
untuk memperoleh barang atau jasa yang telah terjadi dan berguna untuk masa
yang akan datang untuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba.
Biaya dibedakan menjadi 2, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.
a. Biaya Tetap (Fixed Cost) Menurut Patarianto dan Lartik (2012), Biaya tetap
adalah biaya yang sebagai keseluruhan tidak berubah dengan perubahan
volume produksi. Komponen biaya tetap dalam usaha budidaya jamur tiram
putih adalah penyusutan aktiva tetap terjadi karena berkurangnya nilai
keuangan dari aktiva tetap yang disebabkan karena adanya pemakaian
aktiva tetap tersebut, biaya tenaga kerja dan sewa tanah.
1. Biaya penyusutan Berikut adalah biaya penyusutan yang dikeluarkan
untuk budidaya jamur tiram putih sebanyak 5000 baglog selama satu
periode (4 bulan) :
8
15 Hand sprayer 112.500 5 5.625 21.375 7.125
16 Lampu busen 60.000 5 0 12.000 4.000
Mesin vacum 160.00
10 144.000
17 1.600.000 0 48.000
Rak budidaya 600.00
10 540.000
18 6.000.000 0 180.000
Total Penyusutan Peralatan 533.544
Keterangan : *) alat dengan harga beli lebih dari Rp 100.000 diasumsikan memiliki nilai sisa
5% dari harga beli, sedangkan alat dengan harga beli lebih dari Rp 1.000.000 diasumsikan
memiliki nilai sisa 10 % dari harga beli.
a. Biaya Variabel (Variable Cost) Menurut Patarianto dan Lartik (2012), biaya
variabel adalah biaya yang jumlah totalnya selalu berubah secara sebanding
dengan perubahan volume kegiatan perusahaan. Sesuai dengan penjelasan
tersebut, yang termasuk kedalam biaya tidak tetap dalam usaha budidaya
jamur tiram putih ini antara lain biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan
biaya overhead pabrik untuk budidaya jamur tiram putih sebanyak 5000
baglog selama satu periode (4 bulan).
1. Biaya Bahan Baku Dalam budidaya jamur tiram putih yang dilakukan
pada ini, biaya pembelian bahan yang digunakan untuk budidaya jamur
tiram putih sebanyak 5000 baglog selama satu periode (4 bulan) adalah
sebagai berikut :
9
(Rp)
1 Plastik PP ukuran 20 x 35 x 0,05 cm Lbr 5.000 183 915.000
2 Karet Buah 5.000 46 230.000
3 Tali rafia M 500 60 30.000
4 Kertas koran 7 x 12 cm Lbr 5.000 3.5 17.500
5 Bahan bakar (gas) tabung 40 20.000 800.000
6 Alkohol 70 % L 5 25.000 125.000
7 Spritus L 2.5 22.000 55.000
8 Plastik kemasan PP 45 X 65 Lbr 150 563 84.450
9 Plastik Vacum Lbr 2.000 800 1.600.000
10 Listrik dan Air 400.000
11 Transportasi 15.000
12 Obat pengendalian hama dan penyakit 5.000
Total Biaya 4.276.950
3. Total Biaya (Total Cost) Total biaya adalah hasil penjumlahan dari total
biaya tidak tetap (variable cost) ditambah dengan total biaya tetap (fixed
cost). Gambaran mengenai total biaya usaha budidaya jamur tiram putih
dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini:
3). Pendapatan Pendapatan diperoleh dari hasil perkalian panen jamur tiram putih
dengan harga jual per kg. Satu baglog jamur tiram akan menghasilkan rata-rata
0,5 kg jamur tiram selama satu periode atau selama 4 bulan. Sehingga dalam
satu periode 5000 baglog akan menghasilkan 2500 kg jamur tiram putih.
Namun tidak semua baglog menghasilkan jamur tiram putih dalam satu hari.
Rata-rata jamur tiram putih yang dipanen setiap hari adalah 5 -7 kg.
Jamur tiram putih hasil panen dijual secara langsung dan melalui pedagang
pengumpul. Harga penjualan jamur tiram putih secara langsung yaitu Rp.
15.000,- / kg. Sedangkan jamur tiram putih yang dijual pada pedagang
pengumpul harganya yaitu Rp 10.000,- / kg. Harga yang ditawarkan pedagang
pengumpul tetap, meskipun harga dipasar berubah. Perbandingan penjualan
jamur tiram putih secara langsung dan melalui pedagang pengumpul adalah 60
% banding 40 %. Sehingga jamur tiram putih yang dipasarkan secara tidak
langsung adalah : 60% x 2.500 kg = 1.500 kg. Dan jamur tiram putih yang
dipasarkan secara langsung adalah : 40 % x 2.500 kg = 1.000 kg.
10
Tabel 9. Pendapatan untuk budidaya jamur tiram putih
No Keterangan Penjualan Jumlah Produksi Harga per Pendapatan (Rp)
per periode (Kg) Kg (Rp)
1. Langsung 1.000 15.000 15.000.000
2. Pedangang pengumpul 1.500 10.000 15.000.000
Jumlah 2.500 30.000.000
11
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan Laporan Tugas Akhir yang dibuat, maka dapat diambil
kesimpulan yaitu:
1. Proses budidaya jamur tiram putih yang dilakukan di P4S Cijulang Asri
terdiri dari beberapa tahap mulai dari persiapan bibit, persiapan media
tanam, inokulasi, inkubasi, pemeliharaan, panen dan pasca
panen.
2. Biaya yang dikeluarkan dari usaha budidaya jamur tiram putih sebanyak
5000 baglog selama periode tanam (4 bulan) di P4S Cijulang Asri adalah
sebesar Rp. 22.450.994,- sedangkan pendapatan yang diperoleh adalah Rp.
30.000.000,- sehingga keuntungan yang diterima yaitu sebesar Rp.
7.549.006,-
1
DAFTAR PUSTAKA
Hendritomo, H. I. 2010. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Lily Publisher.
Yogyakarta.
Piryadi. T. U. 2013. Bisnis Jamur Tiram. Agromedia Pustaka, Jakarta. 122 hal.
1
Daftar Pustaka
https://dispertan.bantenprov.go.id/lama/read/artikel/941/TEKNIK-DAN-CARA-
BUDIDAYA-JAMUR-TIRAM.html
https://pertaniansehat.com/read/2011/10/06/strategi-pemasaran-jamur-tiram.html