Gambaran Radiologi Akut Abdomen Akibat Kelainan Pada Pembuluh Darah Mesenterika
Gambaran Radiologi Akut Abdomen Akibat Kelainan Pada Pembuluh Darah Mesenterika
MESENTERIKA
Oleh
NPM : 131521180002
DEPARTEMEN RADIOLOGI
BANDUNG
2020
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Akut abdomen merupakan salah satu kasus yang paling sering ditemukan di unit
gawat darurat (UGD) rumah sakit. Prevalensi akut abdomen berkisar antara 7-10%
dari kunjungan pasien di UGD.1 Salah satu penyebab akut abdomen yang memiliki
AMI memiliki tingkat mortalitas sebesar 50-69 %, dan tingkat mortalitas ini
tidak banyak berubah sejak 10 tahun yang lalu.2 Prevalensi AMI sendiri sebenarnya
tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 1 kasus dari 1000 pasien yang memerlukan rawat
inap di Amerika Serikat dan Eropa, namun kesulitan dalam deteksi dini dan
penanganan yang tertunda menjadi penyebab AMI memiliki mortalitas yang tinggi.
peritonitis, sepsis yang akhirnya menyebabkan kematian.2, 3 Selain itu, AMI juga
Diagnosis AMI sulit ditegakkan karena keluhan yang dirasakan pasien sering
kali tidak spesifik dan menyerupai keluhan akibat penyakit lain. Pasien dengan
nyeri seluruh perut, menetap, atau nyeri pada daerah periumbilikal dapat dicurigai
disebabkan oleh AMI. Namun keluhan tersebut dapat disebabkan oleh penyakit
lain. Saat ini juga belum ditemukan adanya parameter laboratorium yang dapat
adalah serum laktat dan peningkatan d-dimer, namun kedua parameter tersebut
1
2
masih sering memberikan nilai positif palsu ataupun tidak spesifik. Oleh karena itu,
kontras. Peran CT scan dengan kontras saat ini dapat menggantikan kateter
AMI.2
Pada referat ini akan dibahas mengenai anatomi vaskular pada abdomen,
TINJAUAN PUSTAKA
sumber pendarahan dari 3 buah arteri besar, yaitu arteri seliaka, arteri mesenterika
superior (SMA), dan arteri mesenterika inferior (IMA). Ketiga arteri tersebut
berasal dari aorta abdominalis.5 Arteri seliaka, SMA, dan IMA memiliki banyak
vaskularisasi kolateral dan memiliki cadangan kompensasi yang cukup banyak bila
Arteri seliaka merupakan cabang utama pertama dari aorta abdominalis, dan
kurang lebih berada setinggi level corpus vertebra lumbalis 1.6 Arteri seliaka akan
bercabang menjadi 3, yaitu arteri gastrika kiri, arteri lienalis, dan arteri hepatikus
curvature) dan bagian distal esofagus. Arteri lienalis akan memperdarahi limpa,
korpus pankreas, dan lambung (bagian greater curvature dan posterior).5 Arteri
lienalis juga memiliki beberapa cabang yaitu arteri gastrika posterior yang
curvature lambung bagian kiri, dan arteri gastrika pendek yang memperdarahi
bagian fundus dari lambung.5 Arteri hepatikus komunis akan bercabang lagi
membentuk arteri hepatikus propria yang akan membentuk arteri hepatikus kanan,
3
4
kiri, dan tengah yang memperdarahi hati, arteri gastrika kanan yang memperdarahi
lambung (bagian lesser curvature sebelah kanan), arteri sistika yang memperdarahi
pankreas.5, 7
Arteri mesenterika superior (SMA) muncul kurang lebih 2,5 cm setelah arteri
sebagian usus besar.7 Pada beberapa kasus, bagian proksimal SMA bersatu dengan
yang memperdarahi ileum terminalis, sekum, dan kolon asending, arteri kolika
kanan yang memperdarahi kolon asending, dan arteri kolika tengah yang
Gambar 2. 3 Gambaran skematik anatomi SMA (A) dan IMA (B) serta cabang-
cabangnya.
Dikutip dari: Ravipati M, Katragadda S, Go B, Zarling EJ8
percabangan arteri iliaka komunis.7 IMA memiliki beberapa cabang yaitu arteri
memperdarahi kolon desending dan kolon sigmoid, dan arteri rektalis superior yang
memperdarahi rektum proksimal. Bagian tengah dan distal rektum serta anus
memperoleh vaskularisasi dari arteri rektalis tengah dan arteri rektalis inferior yang
Aliran darah vena dari organ-organ pencernaan berjalan paralel dengan arterinya
serta mendrainase darah vena dari daerah yang sama dengan daerah yang
diperdarahi oleh arteri yang bersangkutan. Vena gastrika kanan dan kiri akan masuk
ke dalam vena porta hepatis, vena gastrika pendek dan vena gastroepiploik kiri
7
(vena gastro-omental kiri) akan masuk ke vena lienalis, dan vena gastroepiploik
superior. Darah vena dari usus halus, usus besar, dan rektum akan masuk ke dalam
vena mesenterika superior dan inferior. Kemudian, darah dari vena mesenterika
inferior akan masuk ke dalam vena lienalis dan masuk ke dalam vena porta hepatis,
sedangkan darah dari vena mesenterika superior akan masuk langsung ke dalam
vena porta hepatis. Vena porta hepatis juga menerima darah dari vena gastrika yang
membawa darah dari lambung dan vena sistika yang membawa darah dari kandung
empedu. Aliran darah dari vena porta hepatis yang kaya akan sari-sari makanan
Gambar 2. 5 Gambaran drainase vena pada usus halus dan usus besar.
Dikutip dari: Moore KL, Dalley AF5
Sistem porta hepatis terdiri dari vena porta hepatis dan vena hepatika. Sistem
porta hepatis berawal dan berakhir di pembuluh darah kapiler. Pembuluh darah
kapiler dari lambung, usus halus, usus besar, dan limpa akan masuk ke dalam vena
porta hepatis dan berakhir pada pembuluh darah kapiler khusus di dalam hepar yang
disebut sinusoid hepatis. Karena adanya sistem porta hepatis ini, hepar akan
menerima vaskularisasi dari 2 buah sumber, yaitu arteri hepatika dan vena porta
hepatis. Vena porta hepatis muncul pada ketinggian korpus vertebra L2 saat
pertemuan antara vena mesenterika superior dan vena lienalis..7 Darah pada
sinusoid hepatis akan masuk ke dalam vena-vena kecil yang kemudian bergabung
menjadi vena hepatika kanan, kiri, dan tengah yang akan masuk langsung ke dalam
Iskemik mesenterik akut (AMI) merupakan kondisi iskemik dari usus yang
disebabkan oleh berkurangnya perfusi akibat adanya sumbatan pada arteri atau vena
dapat bersifat akut ataupun kronik, walaupun kasus kronis sangat jarang dan
Prevalensi AMI sekitar 1 kasus dari 1000 pasien yang memerlukan rawat inap di
Amerika Serikat dan Eropa. Insiden AMI bervariasi antara 4,5 sampai 44 kasus per
100.000 penduduk per tahun. Pasien biasanya berumur lebih dari 60 tahun dan
10
mayoritas adalah wanita. Pada pasien usia lebih dari 75 tahun, akut abdomen lebih
akan bertambah 10 kali lipat pada pasien yang berusia lebih dari 80 tahun
dibandingkan dengan pasien berusia 60 tahun. Keluhan yang sering dialami adalah
nyeri perut setelah makan (angina abdominalis) dan penurunan berat badan.2, 11, 12
2.2.2. Etiologi
AMI dapat disebabkan oleh emboli arteri mesenterika (MAE), trombosis arteri
non-oklusif (NOMI). Gangguan pada arteri lebih sering terjadi dibandingan dengan
gangguan pada vena.2 Pada beberapa kasus, AMI dapat disebabkan oleh adanya
diseksi pembuluh darah. Diseksi ini biasanya merupakan ekstensi dari diseksi aorta.
Diseksi SMA yang berdiri sendiri sangat jarang ditemui dan biasanya berhubungan
dengan fibrous dysplasia atau segmental arterial mediolysis.10 Sekitar 85% kasus
AMI melibatkan SMA, karena secara anatomi SMA hanya memiliki vaskularisasi
kolateral pada bagian tengah dan bagian perifer tidak memiliki vaskularisasi
kolateral.4
Iskemik mesenterika kronis paling sering disebabkan oleh ateroma, dan biasanya
oklusi terjadi pada bagian proksimal pembuluh darah. Penyebab lainnya adalah
Gambar 2. 7 Etilogi IMA: MAT (a), MAE (b), NOMI (c), MVT (d)
Dikutip dari: Schofield N, Webb ST, Varcada M, Macfie A9
Iskemia pada usus berawal dari proses iskemia revesibel pada mukosa usus yang
usus, perforasi, peritonitis, dan bahkan kematian. Kerusakan pada mukosa akibat
AMI dapat terjadi bila terjadi aterosklerosis atau oklusi pada 2 atau lebih
pembuluh darah besar. Oklusi pada satu pembuluh darah besar biasanya tidak
bertahan dengan kurang lebih 75% pengurangan volume darah mesenterika sampai
Patofisiologi yang terjadi pada lumen usus, dinding usus, pembuluh darah
mesenterika, mesenterium, dan peritoneum pada pasien AMI akan bergantung pada
etiologinya (arteri atau vena), tingkat keparahan iskemia yang terjadi, ada atau
tidaknya infark transmural dan peritonitis, serta ada atau tidaknya reperfusi jaringan
tingkat pengurangan aliran darah, jumlah pembuluh darah yang terkena, durasi
Pada kondisi normal, sirkulasi splanknik akan menerima kurang lebih 25% aliran
darah pada kondisi istirahat dan meningkat menjadi kurnag lebih 35% setelah
makan. Sekitar 70% aliran tersebut akan memperdarahi lapisan mukosa dan
infark mukosa dan infark mural (mukosa dan submukosa), dan iskemik ireversibel
yang meliputi iskemia transmural (mukosa, submukosa, dan serosa) dan perforasi.
Pada AMI tahap awal, adanya oklusi pembuluh darah menyebabkan adanya spasme
pembuluh darah pada bagian usus yang mengalami iskemia. Hal ini menyebabkan
terjadinya hiperperistalsis disertai dengan nyeri abdomen. Pada level sel, terjadi
gangguan yang pada akhirnya menyebabkan adanya kerusakan mukosa yang dapat
dan akan berlanjut menjadi ileus adinamik yang disebabkan oleh infark pada otot
dan saraf. Pada kasus obstruksi pembuluh darah total, iskemia yang ireversibel
dapat terjadi dalam waktu 6 jam. Iskemia usus yang berhubungan dengan reperfusi
13
sitokin inflamasi ke dalam sirkulasi. Kerusakan mukosa ini disebabkan oleh adanya
aktivitas neutrofil yang dipengaruhi oleh pelepasan sitokin, radikal bebas oksigen
Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya sepsis, kegagalan fungsi organ multipel,
syok sepsis, dan akhirnya kematian, bahkan sebelum terjadinya nekrosis usus. AMI
Secara klinis, AMI juga dapat dibedakan menjadi tahap awal dan tahap lanjut.
Pada AMI tahap awal belum terjadi nekrosis usus, tidak ada kegagalan fungsi
organ, laktat serum normal, dan tidak tampak komplikasi lain. Pada AMI tahap
lanjut sudah terjadi berbagai komplikasi dan ditandai dengan kegagalan organ,
hal paling utama dalam diagnosis AMI. Gambaran klinis dan hasil laboratorium
pasien AMI sering kali tidak spesifik. Gambaran klinis yang sering muncul adalah
nyeri perut dan kolik yang berat, mual, muntah, diare, melena, dan hematokezia.
Pada pasien AMI tahap lanjut juga dapat ditemukan tanda-tanda peritonitis seperti
distensi abdomen dan defans muskular. Yang perlu diperhatikan adalah adanya
perbedaan antara tingkat nyeri yang dialami pasien yang biasanya cukup hebat
yang dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis AMI adalah CRP,
14
leukosit, dan laktat, namun sering kali parameter tersebut memberikan hasil yang
enzim seperti kreatinin kinase (CPK), laktat dehidrogenase (LDH), dan alkalin
fosfatase (ALP) mungkin berguna dalam diagnosis infrak transmural, namun tidak
sensitif pada iskemia awal.8 Pada beberapa pasien juga dapat ditemukan adanya
abdomen, namun pemeriksaan ini tidak cukup sensitif ataupun spesifik dalam
banding AMI seperti perforasi. Tanda-tanda AMI akan mulai terlihat pada foto
polos abdomen pada saat AMI sudah masuk tahap yang ireversibel. Gambaran
radiologis oklusi SMA baru muncul sekitar 12 jam setelah onset, sedangkan pada
beberapa hari dari onset. Gambaran yang dapat ditemukan adalah ileus paralitik,
air-fluid levels, udara pada vena porta ataupun pneumatosis intestinalis. Pada
akibat adanya edema mukosa dan perlambatan pasase kontras. Namun pemeriksaan
barium ini merupakan kontraindikasi pada pasien yang dicurigai telah terjadi
menegakkan diagnosis AMI adalah USG. Hal yang perlu dinilai adalah ada atau
diastolic velocity (EDV), dan gambaran morfologi gelombang spektral. Arteri yang
15
biasanya dapat diperiksa dengan USG adalah SMA dan arteri seliaka, sedangkan
untuk IMA biasanya sulit tervisualisasi dengan USG karena ukurannya yang kecil
seliaka dan arteri mesenterika akan memberikan pola aliran yang berbeda. Arteri
seliaka memperdarahi pembuluh darah dengan resisten yang rendah sehingga pada
USG spektral akan menunjukkan pola aliran resisten rendah dengan kecepatan end
diastolic (EDV) yang tinggi. Pola aliran darah resisten rendah ini disebabkan
kebutuhan aliran darah yang kontinu pada sistol dan diastol untuk mencukupi
kebutuhan darah pada hepar dan limpa. Aliran darah pada arteri seliaka ini tidak
pembuluh darah dengan resisten tinggi sehingga USG spektral akan menunjukkan
pola aliran resisten tinggi dengan EDV yang rendah pada kondisi puasa. Hal ini
dikarenakan adanya vasokonstriksi relatif pada arteri splanknik pada saat puasa.
Setelah makan, akan terjadi peningkatan aliran darah untuk proses pencernaan.,
sehingga akan terjadi peningkatan peak systolic velocities (PSV) dan EDV. Pada
SMA akan terjadi peningkatan EDV sebesar 2 kali lipat. Namun pada kasus AMI,
USG hanya dilakukan pada kondisi puasa. Nilai normal PSV pada SMA akan lebih
Gambar 2. 9 Gambaran color flow dan gelombang spektral normal aorta, arteri
seliaka, SMA, dan IMA.
Dikutip dari: Revzin MV, Pellerito JS18
USG arteri seliaka dapat dilakukan pada potongan sagital dan transversal, pada
jarak kurang lebih 1 cm dari aorta dan harus terlihat percabangan arteri hepatika
komunis, arteri lienalis, dan arteri gastrika kiri. Pada potongan transversal akan
tampak percabangan berbentuk T atau tanda seagull. USG SMA dapat dilakukan di
daerah sekitar 2 cm dari aorta, pada potongan sagital. SMA pada potongan
dengan pankreas. SMA akan tampak di sebelah kanan vena mesenterika superior
(SMV). IMA dapat terlihat pada potongan transversal, muncul pada bagian
Penelitian lain menyebutkan USG sulit digunakan untuk mendiagnosis AMI dan
aterosklerosis vaskular.9, 18
Pemeriksaan USG juga sangat tergantung pada
kemampuan operator.9, 11
memiliki sensitivitas 74-100% dan spesifitas 100%. Dengan angiografi, kita dapat
melihat anatomi pembuluh darah dengan lebih jelas, merencanakan tindakan yang
18
akan diambil saat operasi, dan membedakan etiologi dari AMI. Namun, angiografi
yang relatif lebih lama dibandingkan CT scan, dan memiliki risiko nefrotoksik yang
CT scan dengan kontras merupakan pencitraan lini pertama pada pasien yang
dicurigai AMI. CT scan memiliki sensitivitas sekitar 64-96% dan spesifitas 92-
100%. CT scan juga berguna untuk menyingkirkan diagnosis banding dari nyeri
abdomen akut.2 CT scan harus meliputi puncak dari hepar sampai level perioneum
yang mengelilingi seluruh usus. CT scan dilakukan tanpa dan dengan kontras, serta
meliputi fase arteri dan fase vena. Kontras dapat dimasukkan secara IV sebanyak
100-150 cc dengan kecepatan 2,5-4 cc/detik, waktu delay 30 detik untuk fase arteri
dan delay 60-70 detik untuk fase vena. Ketebalan potongan yang diharapkan adalah
1-2,5 mm, agar dapat memberikan hasil rekonstruksi yang maksimal. Gambar
potongan sagital berguna untuk melihat ujung proksimal dari arteri mesenterika saat
sangat berguna untuk melihat anatomi pembuluh darah dan obstruksi akibat emboli.
Penggunaan kontras oral tidak disarankan pada pasien dengan klinis AMI karena
kontras pada lumen usus dapat mengganggu gambaran penyangatan kontras pada
dinding usus dan membuat pembuluh darah lebih sulit terlihat.2, 10, 21, 22 Beberapa
penelitian menyebutkan kontras netral seperti air sebanyak 500-750 cc per oral
pemeriksaan yang lama membuat MRI jarang digunakan dalam diagnosis AMI
Pada foto polos abdomen, hal yang dapat dilihat adalah adanya ileus adinamik
atau ileu paralitik, pneumatosis intestinalis, portal venous gas, dan free-air apabila
20
terjadi perforasi. Namun, gambaran-gambaran ini biasanya muncul saat AMI sudah
masuk tahap ireversibel. Sekitar 25% pasien AMI memiliki foto abdomen polos
yang normal.9, 23
Pada pemeriksaan USG pembuluh darah mesenterika, hal yang pertama dinilai
apakah ada lesi isoekhoik pada lumen pembuluh darah yang menunjukkan adanya
trombus. Kemudian dengan menggunakan USG spektral akan dihitung nilai PSV
dan EDV masing-masing pembuluh darah besar. Nilai PSV yang melebihi nilai
normal menunjukkan adanya stenosis lebih dari 30% sedangkan tidak adanya aliran
menunjukkan telah terjadi oklusi total. Nilai PSV >275 cm/detik pada SMA dan
PSV >200 cm/detik pada arteri seliaka menujukkan adanya stenosis >70%
(Sensitivitas 92% dan 87%, spesifitas 96% dan 80%). Bila nilai PSV normal, maka
kemungkinan besar tidak terjadi oklusi pada arteri, tetapi masih dapat
USG juga dapat melihat komplikasi yang muncul akibat adanya iskemik
mesenterika seperti dilatasi usus ataupun ileus.25 USG juga dapat digunakan untuk
melihat adanya microbubbles udara pada vena cava inferior ataupun bagian kanan
inferior yang kemungkinan berasal dari udara pada vena porta hepatis akibat adanya
Banyak gambaran CT scan yang dapat ditemui pada pasien dengan AMI.
Gambaran tersebut dapat bersifat spesifik ataupun non-spesifik untuk AMI dan
penyebabnya serta dapat juga mengetahui tingkat keparahan dari AMI. Gambaran
spesifitas 61-72%.
Penebalan dinding usus dapat terlihat sebagai gambaran halo atau target
Penebalan dinding usus terlihat lebih jelas pada AMI akibat oklusi vena,
Gambar 2. 17 Gambaran infark berdarah pada dinding usus pada CT scan tanpa
kontras
Dikutip dari: Furukawa A, Kanasaki S, Kono N, et al17
NOMI, atau penyangatan yang berlebih akibat berkurangnya perfusi arteri dan
aliran vena pada strangulasi usus, NOMI, dan shock bowel.2, 10, 17
Terjadi akibat berkurangnya atau tidak adanya aliran darah pada dinding
usus.
5. Gambaran luput isi (filling defects) pada lumen arteri atau vena mesenterika
dan pembuluh darah pada dinding usus serta berkurangnya tonus otot
(ileus adinamik) pada pasien AMI akibat oklusi arteri yang cukup parah
pada dinding usus, dan usus menjadi sulit dibedakan dengan usus-usus di
sebelahnya.
Penipisan dinding usus ini memiliki tingkat sensitivitas 40% dan spesifitas
88%.2, 10
27
7. Dilatasi usus
spesifitas 29-81%.
peristalsis atau akibat adanya eksudasi pada dinding usus yang mengalami
iskemik ireversibel.
Bila pada pasien tidak terdapat tanda-tanda kongesti atau reperfusi, maka
Mesenteric fat stranding biasanya terjadi pada pasien yang telah terjadi
infark transmural.
peritoneum
perforasi.
10. Gambaran diseksi pembuluh darah berupa defek linear seperti katup yang
Gambar 2. 22 Gambaran pneumatosis intestinalis dan portal venous gas pada kasus
AMI.
Dikutip dari: Serpa BS, Tachibana A, Baroni RH, et al13
29
Emboli arteri mesenterika merupakan penyebab AMI yang paling sering, dengan
prevalensi sekitar 40-50% kasus. MAE disebabkan oleh emboli akibat adanya
penyakit jantung yang mendasarinya seperti adanya trombus pada atrium akibat
atrial fibrilasi, trombus mural akibat infark miokard akut, dan emboli akibat plak
aterosklerosis pada aorta.2, 9 Pada penelitian terbaru juga ditemukan adanya pasien
dengan corona virus disease 2019 (COVID-19) yang mengalami AMI akibat
30
terkena emboli adalah SMA, akibat sudut percabangan dengan aorta yang lancip.
Emboli sering terjadi pada jarak 6-8 cm dari percabangan dengan aorta, dekat
Gejala klinis yang muncul adalah nyeri perut yang hebat yang menetap dan
muncul secara tiba-tiba. Hal ini dikarenakan adanya penyumbatan tiba-tiba dari
MAE dan tidak adanya pembuluh darah kolateral. Nyeri yang terjadi lebih hebat
dibandingkan dengan MAT. Adanya emboli pada berbagai organ seperti otak,
ginjal, limpa, dan ektremitas bawah akan memperkuat kemungkinan adanya MAE.
Pada pemeriksaan angiografi, emboli pada SMA dapat terlihat sebagai tanda
mercury meniscus pada 3-8 cm bagian proksimal SMA. Tanda ini terlihat pada
potongan koronal.8
Emboli pada SMA dapat terlihat sebagai lesi hiperdens intralumen pembuluh
kontras akan tampak luput isi pada daerah muara arteri kolika tengah dan cabang-
cabang distalnya, serta mungkin ditemukan adanya pelebaran lumen SMA. Pada
saat bersamaan, diameter SMV akan tampak mengecil, karena berkurangnya aliran
darah vena. Hal ini akan menyebabkan diameter SMA akan terlihat lebih besar
dibandingkan SMV, sedangkan pada pasien normal, diameter SMA akan lebih kecil
dibandingkan SMV.2 Tanda lain adanya emboli adalah cut-off sign, yaitu pembuluh
Penyangatan kontras pada dinding usus akan berkurang atau tidak tervisualisasi
sama sekali karena berkurangnya aliran darah atau bahkan berhenti sama sekali.
Kadang-kadang akan tampak juga penebalan dinding usus. Seiring dengan iskemia
yang progresif, otot pada dinding usus akan kehilangan tonusnya dan akan mulai
tampak tanda-tanda ileus paralitik. Iskemia dinding usus akan berubah menjadi
infark transmural dan menyebabkan penipisan dinding usus (paper-thin wall) dan
vena porta. Bila terjadi perforasi, maka akan tampak free-air. Asites dan mesenteric
Pada kasus MAE yang disertai dengan reperfusi atau adanya pembuluh darah
kolateral, segmen usus yang terkena akan menebal dan akan terlihat sebagai tanda
halo atau target pada CT scan dengan kontras. Pada kondisi ini fat mesenteric
ireversibel pada MAE adalah adanya penipisan dinding usus (paper-thin wall)
disertai dengan ileus paralitik, udara pada dinding usus (pneumatosis intestinalis),
mesenterika, atau vena porta, adanya free-air, mesenteric fat stranding dan asites
(terutama pada CT yang dilakukan >6-12 jam setelah onset). Sedangkan bila terjadi
reperfusi maka akan tampak penebalan dinding usus dengan ditemukannya tanda
Gambar 2. 25 Emboli SMA disertai dengan reperfusi dan infark ginjal kiri.
CT scan abdomen dengan kontras potongan aksial pada (a)
menunjukkan adanya emboli pada SMA (tanda panah) dan
infark ginjal kiri (kepala panah), serta pada (b) tampak
penebalan dinding usus halus dengan gambaran tanda halo atau
target.
Dikutip dari: Kanasaki S, Furukawa A, Fumoto K, et al2
33
Gambar 2. 27 Emboli SMA disertai dengan ileus, asites, dan mesenteric stranding.
CT scan abdomen dengan kontras potongan aksial menunjukkan
dilatasi usus disertai air fluid level (kepala panah), dinding usus
menipis (paper thin wall) dan penyangatan kontras berkurang,
asites, dan mesenteric stranding (*).
Dikutip dari: Kanasaki S, Furukawa A, Fumoto K, et al2
34
merupakan penyebab paling sering pada pasien berusia di atas 70 tahun. MAT
aterosklerosis.2, 9, 10
Iskemia usus akan muncul bila 2 dari 3 arteri yang
stenosis yang berat atau oklusi. Thrombosis SMA biasanya terjadi pada bagian yang
lebih proksimal dibanding dengan lokasi emboli.2, 10 Faktor risiko terjadinya MAT
MAT biasanya ditandai dengan adanya angina abdominalis, penurunan berat badan,
dan rasa mudah kenyang yang menandakan adanya iskemik mesenterika kronis.2, 8,
9
MAT biasanya mencakup segmen usus yang luas dan perburukan dapat terjadi
36
dengan drastis apabila terjadi oklusi arteri total. Pada pasien dengan stenosis
vaskular yang berat, dapat ditemui adanya hipotensi generalisata atau curah jantung
yang rendah yang dapat menyebabkan terjadinya infark miokard akut ataupun gagal
jantung kongestif.2
aterosklerosis pada daerah proksimal SMA, arteri seliaka, dan IMA. Pada
pemeriksaan CT scan dengan kontras akan tampak lupus isi pada lumen pembuluh
darah yang terjadi stenosis. Adanya sirkulasi kolateral juga dapat dilihat pada
MAT akan sama dengan gambaran CT pasien MAE, namun bila ditemukan adanya
besar.2
Tanda utama yang dapat ditemui pada kasus MAT ireversibel adalah adanya
penipisan dinding usus (paper-thin wall) disertai dengan ileus paralitik, udara pada
dinding usus (pneumatosis intestinalis), mesenterika, atau vena porta, adanya free-
air, mesenteric fat stranding dan asites tanpa reperfusi, tidak tampak adanya
penyangatan dinding usus (terutama pada CT yang dilakukan >6-12 jam setelah
onset).2
37
MVT dapat menyebabkan iskemia usus, dan merupakan penyabab 5-10% kasus
AMI. MVT biasanya muncul pada pasien dengan usia lebih muda (dekade ke-4)
dibandingkan dengan pasien MAE dan MAT, dan lebih sering terjadi pada wanita.2,
10
MVT menyebabkan obstruksi aliran vena sehingga terjadi edema dinding usus
dan distensi lumen yang kemudian menurunkan aliran darah arteri yang akhirnya
menyebabkan iskemia usus. MVT biasanya terjadi akibat adanya oklusi cabang-
cabang vena bagian distal yang menyebabkan gangguan pada aliran sirkulasi
kolateral. MVT sering bersifat sekunder (50-75% kasus) akibat adanya hipertensi
sering berhubungan dengan trombosis vena dalam (DVT) dan emboli paru. Faktor
risiko terjadinya MVT pada wanita usia muda adalah kehamilan, penggunaan
Gejala yang muncul pada MVT adalah nyeri subakut pada abdomen, yang
mungkin menetap selama lebih dari 2-4 minggu, mual, dan muntah.2
mesenterika dan vena porta, yang ditandai dengan luput isi pada lumen vena disertai
penyangatan pada bagian tepi dinding vena (pada 90% kasus). Tanda lain yang
disertai tanda halo atau target, mesenteric fat stranding, dan asites. Pada kasus
iskemia yang berat, tidak akan tampak penyangatan pada dinding usus.2
Tanda utama bila terjadi iskemia ireversibel pada MVT adalah tidak tampak
NOMI adalah iskemia dari usus akibat adanya kontraksi dan vasospasme
pembuluh darah mesenterika, tanpa disertai adanya oklusi arteri atau vena. NOMI
terjadi pada pasien usia tua, merupakan penyebab sekitar 20% kasus AMI, dan
akibat kombinasi antara curah jantung yang rendah dan vasokonstriksi. Pada
segmen-segmen dan tidak bersifat kontinu. Faktor risiko terjadinya NOMI adalah
BMI yang tinggi, bertambahnya usia, syok, hemodialisa, kelainan jantung, stres
olahraga yang berat, dan intra-aortic balloon pump (IABP). Pasien dengan
mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Gejala NOMI dapat tetap ada
walaupun faktor risiko tersebut telah dihilangkan.2, 9, 10, 27 Faktor risiko dan kondisi-
kondisi tersebut menyebabkan curah jantung dan aliran darah berkurang yang akan
NOMI lebih sulit didiagnosis dibandingkan dengan etilogi AMI yang lain
sehingga prognosisnya lebih buruk. Gejala klinis yang muncul biasanya tidak
spesifik, dan biasanya tertutup oleh efek obat bius, obat analgetik, atau pernafasan
buatan.2
43
penyempitan lumen arteri secara bergantian (tanda string of sausages), spasme dari
yang sama dapat ditemukan pada AMI, arteri seliaka, dan arteri renalis.29
Vasokonstriksi pembuluh darah tersebut tidak disertai dengan oklusi arteri ataupun
vena. Pada gambaran CT scan, usus yang mengalami iskemia akan memberikan
penyangatan yang lebih sedikit dibandingkan dengan usus yang normal, area yang
terkena biasanya cukup luas mencakup usus halus dan kolon. Pada NOMI, akan
terlihat usus dengan penyangatan normal diselingi dengan usus yang tidak atau
kurang memberikan penyangatan, terutama pada ileum terminal dan kolon bagian
kanan. Dinding usus pada NOMI tahap awal akan terlihat normal, tetapi bila
iskemia berlanjut maka akan terjadi penipisan dinding usus. Bila terjadi reperfusi,
maka dinding usus akan menebal disertai penyangatan membentuk gambaran halo
atau target. Gambaran mesenteric fat stranding dan asites mungkin terlihat apabila
Tanda utama bila terjadi iskemia ireversibel pada NOMI adalah penipisan
dinding usus disertai ileus paralitik, pneumatosis interstinalis atau udara pada
mesenterika atau vena porta, adanya free air, mesenteric fat stranding, dan asites
44
tanpa disertai reperfusi, tidak tampak penyangatan dinding usus terutama bila >6-
kolesistitis akut, kolik bilier, hernia inkarserata, aneurisma aorta, diseksi aorta,
vaskulitis, kolik renal, torsio testis, retensi urin, trauma tumpul abdomen, kehamilan
perikarditis, dan infark miokard akut. Diagnosis banding ini membuat diagnosis
AMI sulit ditegakkan. Diagnosis banding ini dapat disingkirkan melalui anamnesa,
Prognosis AMI akan bergantung pada kecepatan diagnosis dan inisiasi terapi.
Tingkat mortalitas bervariasi, mulai 0-10% pada kasus dengan terapi yang cepat,
50-60% pada pasien dengan penundaan terapi 6-12 jam, sampai 80-100% pada
pasien dengan penundaan terapi >24 jam setelah gejala muncul. Prognosis pada
dengan kasus infark vena (mortalitas 41,7%).2 Pasien yang berhasil sembuh dari
AMI sering kali mengalami gangguan pencernaan fungsional akibat adanya short
RINGKASAN
AMI merupakan kondisi iskemik dari usus yang disebabkan oleh berkurangnya
perfusi akibat adanya sumbatan pada arteri atau vena yang memperdarahi usus-
usus.9, 10 Kondisi iskemik ini menyebabkan munculnya reaksi inflamasi dan dapat
mortalitas ini tidak banyak berubah sejak 10 tahun yang lalu.2 Prevalensi AMI
sendiri sebenarnya tidak terlalu tinggi, hanya sekitar 1 kasus dari 1000 pasien yang
memerlukan rawat inap di Amerika Serikat dan Eropa, namun kesulitan dalam
deteksi dini dan penanganan yang tertunda menjadi penyebab AMI memiliki
mortalitas yang tinggi.2, 3 Selain itu, AMI juga jarang dipertimbangkan sebagai
AMI dapat disebabkan oleh emboli pada arteri (MAE), trombosis arteri (MAT),
ditemukan pada pasien AMI, tergantung pada metode pencitraan yang digunakan.
47
48
Pada pemeriksaan foto polos abdomen gambaran yang dapat ditemukan adalah
ileus paralitik, air-fluid levels, udara pada vena porta ataupun pneumatosis
intestinalis.8, 14, 17 Pada pemeriksaan USG akan tampak adanya penyempitan atau
oklusi lumen pembuluh darah, perubahan nilai PSV dan EDV, perubahan morfologi
gelombang spektral, dilatasi usus ataupun ileus, dan adanya tanda akuarium. 9, 11, 18-
20, 25, 26
Pada CT scan gambaran yang terlihat adalah penebalan dinding usus,
berlebih atau tidak adanya penyangatan pada dinding usus pada pemeriksaan CT
scan dengan kontras, gambaran luput isi pada lumen arteri atau vena mesenterika,
dinding usus tampak menipis (paper-thin bowel wall), dilatasi usus, mesenteric fat
5. Moore KL, Dalley AF. Clinically Oriented Anatomy. 7th Edition ed:
Lippincott Williams & Wilkins; 2013.
6. Stallard DJ, Tu RK, Gould MJ, Pozniak MA, Pettersen JC. Minor vascular
anatomy of the abdomen and pelvis: a CT atlas. RadioGraphics.
1994;14(3):493-513.
49
50
13. Serpa BS, Tachibana A, Baroni RH, Aun R, Funari MBG. Acute and
chronic mesenteric ischemia: MDCT findings. Jornal Vascular Brasileiro.
2010;9:156-63.
15. Oldenburg WA, Lau LL, Rodenberg TJ, Edmonds HJ, Burger CD. Acute
mesenteric ischemia: a clinical review. Archives of internal medicine.
2004;164(10):1054-62.
16. Bala M, Kashuk J, Moore EE, Kluger Y, Biffl W, Gomes CA, et al. Acute
mesenteric ischemia: guidelines of the World Society of Emergency
Surgery. World journal of emergency surgery : WJES. 2017;12:38.
20. Perko MJ. Duplex ultrasound for assessment of superior mesenteric artery
blood flow. European journal of vascular and endovascular surgery : the
official journal of the European Society for Vascular Surgery.
2001;21(2):106-17.
23. Upponi S, Harvey JJ, Uberoi R, Ganeshan A. The role of radiology in the
diagnosis and treatment of mesenteric ischaemia. Postgraduate Medical
Journal. 2013;89(1049):165.
27. Parry AH, Wani AH, Yaseen M. Acute Mesenteric Ischemia in Severe
Coronavirus-19 (COVID-19): Possible Mechanisms and Diagnostic
Pathway. Acad Radiol. 2020:S1076-6332(20)30292-0.