Anda di halaman 1dari 7

Durabilitas Mortar Polimer Termodifikasi Alami dengan Amylum dan

Bahan Tambah Madu

Nanda Isdian Prasetyo; Gerald Arsa Adhiyaksa Abiyoga;


Rr. M.I. Retno Susilorini dan Budi Santosa
e-mail: nandaisdain@gmail.com

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik


Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang

Abstract
The research aimed to investigate the durability of natural modified polymer mortar with
amylum and honey admixture of aggressive environment that was modeled by 3 curing
media, sea water, brakish water, and tidal flooding water. There were 855 specimens of
mortar cubes with addition of amylum of 0,1%, 0,2%, 1%, 2%, and 5% and also honey of
0%, 0,03%, and 0,03%. All specimenswere cured and distributed into 3 curing medias for 7,
14, and 28 days. The result of this research met conclusion that optimum compressive
strength was achieved by specimen with composition 0,1% amylum and 0,03% honey that
was cured by sea water.

1. Pendahuluan penelitian ini merupakan bagian dari


penelitian payung “Strategi Adaptasi
Beton merupakan material yang paling
Masyarakat Pesisir Semarang dan Demak
banyak digunakan dalam konstruksi.
untuk Mitigasi Pengurangan Resiko
Beberapa konstruksi seperti pondasi, pipa
Bencana Banjir dan Rob Akibat Perubahan
saluran, bahkan bendungan dan jalan raya
Iklim” (Susilorini, et.al, 2017) yang
dapat dibuat dari beton (Nugraha &
memperoleh pendanaan dari INSINAS
Antoni 2007).
RPI (2017-2019) Kemristekdikti, Kontrak
Sifat durabiliras sangat diperlukan No. 35/INS/PPK/E/E4/2017-2019.
dalam beton. Sifat durabilitas yang
dimaksud adalah sifat yang tahan terhadap 2. Tinjauan Pustaka
Beton terdiri dari campuran air, semen,
pengaruh cuaca, zat kimia dan erosi. Beton
agrergat halus dan agregat kasar yang bisa
dengan tingkat kekedapan yang tinggi
juga diberi bahan tambahan. Bahan
merupakan beton yang baik. Yang
campuran tambahan pada beton diberikan
dimaksud dengan kekedapan adalah air
berdasarkan adanya hubugan antara sifat
tidak dapat lewat pada benda tersebut
beton dengan sifat bahan tambahan pada
(A.M. Neville & J.J. Brooks, 1987). Akan
saat beton sudah mengeras, hal ini
tetapi beton tidak dapat kedap air secara
ditujukan agar beton yang dihasilkan
sempurna (L.J. Murdock & K.m. Brook,
meningkat kualitasnya
1991).
Penelitian ini bertujuan untuk 2.1. Durabilitas beton
Dirabilitas beton merupakan
mengetahui durabilitas mortar polimer
kemampuan dari suatu material untuk
termodifikasi alami amylum dan bahan
menahan pengaruh dari luar yang dapat
tambha madu terhadap air laut, air payau,
merusak material tersebut. (ACI 201.2R–
dan air rob. Dalam pelaksanaannya,
01, 2001). Berkurangnya durabilitas beton
G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2018 26
disebabkan oleh beberapa faktor, 2.4. Amylum
diantaranya pengaruh fisik, yaitu Pati atau amilum adalah karbohidrat
pelapukan oleh cuaca, pengaruh kimia kompleks yang tidak larut dalam air,
yang disebabkan oleh campuran unsur berwujud bubuk putih, tawar dan tidak
kimia dalam beton dan pengaruh mekanis berbau. Pati merupakan bahan utama yang
Ciri-ciri beton dengan durabilitas tinggi dihasilkan oleh tumbuhan untuk
adalah (Saepudin, 2011): menyimpan kelebihan glukosa (sebagai
1. Tahan terhadap pengaruh lingkungan produk fotosintesis) dalam jangka panjang
2. Memiliki umur yang panjang (Budianto, 2009).
3. Kepadatan struktur tinggi 2.5. Bahan Tambah
4. Permeabilitas rendah
5. Porositas rendah Bahan tambah merupakan bahan yang
ditambahkan pada campuran beton.
Kuat tekan itu sebanding dengan Tujuan memberikan bahan tambah untuk
ketahanan abrasi dari beton Karena abrasi mengubah sifat beton dalam keadaan
terjadi di permukaan, (ACI 201.2R–01, beton segar maupun sudah mengeras.
2001). Penting agar kekuatan permukaan (Anggraeni Syindi, 2014). Menuurut
dimaksimalkan. Perlawanan Bisa fungsinya, bahan tambah dibedakan
ditambah dengan penggunaan getar dan menjadi beberapa contoh yaitu :
topping, finishing teknik, dan prosedur a. Mengurangi penggunaan air.
perawatan (ACI 201.2R–01, 2001) b. Memperlambat waktu ikat awal pada
beton.
2.2. Mortar Polimer
c. Mempercepat waktu ikat akhir pada
Mortar merupakan material yang
beton.
terdiri dari campuran agregat halus, air,
dan bahan pengikat. (DY Simanullang, 2.6. Kuat Tekan
2014). Parameter yang menunjukkan besarnya
beban persatuan luas yang menyebabkan
Polimer jika dilihat dari konteks senyawa benda uji rusak oleh gaya tekan tertentu
merupakan zat kimia yang terdiri dari disebut kuat tekan. Kuat tekan menjadi
gabungan molekul besar dengan karbon parameter untuk menentukan mutu dan
dan hydrogen sebagai molekul utama. kualitas beton yang ditentukan oleh
Sedangkan jika dilihat dari konteks beton agregat, perbandingan semen dan
merupakan bahan penyusun dari bahan perbandingan jumlah air. Pembuatan
utama material mortar atau beton. beton akan berhasil jika dalam pencapaian
Jadi, mortar polimer adalah material kuat tekan beton telah sesuai dengan yang
bangunan yang dibentuk melalui proses telah direncanakan dalam mix design.
rekayasa komposit beton klasik dan Kuat tekan mortar dan beton dalam
polimer (Arif, dkk, 2015). tugas akhir ini diuji berdasarkan ASTM
2.3. Madu C39 dan dihitung berdasarkan formula
P
sebagai berikut: 𝜎 = A
Definisi madu menurut Food and Drug (2.1)
Administration (FDA) adalah produk alam
Keterangan:
yang dihasilkan oleh lebah dari nektar
𝜎 = Tegangan normal, dalam hal ini kuat
bunga yang dihisap dan dikumpulkan,
kemudian diolah dan disimpan dalam tekan (N/mm2=MPa),
sarang lebah untuk dimatangkan. P = Beban tekan(N),
A = Luas daerah yang tertekan
(mm2)

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2018 27
2.7. Komposisi Optimum
Komposisi Optimum mortar tidak
selalu dilihat dari kuat tekan mortar yang
mencapai nilai tertinggi (nilai kuat tekan
maksimal). Komposisi optimum dilihat
dari nilai kuat tekan mortar, artinya nilai
kuat tekan mortar pada umur 7, 14 dan 28
hari mengalami peningkatan kekuatan. Hal
inilah yang disebut pula gradasi kuat
tekan.
Komposisi optimum mortar juga
berarti ekonomis, artinya penambahan atau
kadar polimer alami (amylum karbohidrat
dan madu) tidak banyak namun kenaikan
kekuatannya signifikan. (Susilorini, et.al,
2017)

3. Metode Penelitian 3.2. Jalannya Penelitian


3.1. Diagram Alir Tinjauan pustaka dilakukan untuk
menjelaskan beberapa teori penunjang
yang diperlukan dalam menganalisis
penelitian terutama yang berkaitan dengan
durabilitas, mortar, dan bahan tambah
madu maupun amylum.
Langkah awal yang dilakukan dalam
percobaan utama adalah menentukan
komposisi optimum untuk mortar.
Komposisi bahan untuk mortar adalah
semen : pasir : air = 1 : 1 : 0,6 (Susilorini,
2007). Berikut ini adalah tabel komposisi
mix design untuk penelitian ini.

Gambar 3. 1 Diagram Alir

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2018 28
Tabel 3. 1 Tabel Komposisi Amylum Karbohidrat
dan Bahan Tambah Madu
Bekisting kubus mortar dibuat dengan
ukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm sebanyak 15
buah tiap komposisi. Setelah alat dan
bahan siap, dilakukan pembuatan benda
uji kubus mortar polimer Amylum
Karbohidratdan bahan tambah madu,
selain itu juga dibuat benda uji kubus
mortar kontrol (normal).
Benda uji berupa kubus mortar
(Gambar 3.2) dengan dimensi panjang 5
cm, lebar 5 cm, dan tinggi 5 cm sesuai
ASTM C109. Kuat tekan rencana (f’c) =
20 MPa dan komposisi semen : pasir : air
= 1 : 1 : 0,6 (Susilorini, 2007). Gambar 3. 2 Compression Machine
tipe CO-325.4 dengan kapasitas tekan 2000 KN
Cara pembuatan benda uji kubus mortar:
a. Siapkan bekisting kubus mortar yang
terbuat dari kayu dengan ukuran 5cm x 3.3. Metode perawatan
5cm x 5cm,
b. Siapkan semen, pasir, dan air dengan Perawatan benda uji dilakukan dengan
komposisi yang telah ditentukan. cara merawat benda uji dalam 3 media
Siapkan tepung kanji dan madu, perawatan yang berbeda, yaitu:air laut, air
payau dan air rob. Tujuan perawatan
c. Dosis tepung kanji dan madu diambil
benda uji untuk mengetahui pengaruh
sekian persen dari kebutuhan semen,
perawatan yang akan diuji dengan kuat
d. Semen dan pasir diaduk dahulu sambil
tekan benda uji untuk mendapat fungsi
dituang air sedikit demi sedikit,
lama waktu perawatan dengan kekuatan
e. Setelah adukan mortar terlihat cukup
tekan benda uji. Benda uji dirawat selama
homogen, masukkan tepung dan madu
3 hari, 10 hari, dan 24 hari untuk umur
atau hanya madu yang telah dicampur
masing-masing 7 hari, 14 hari, dan 28
dalam air, lalu aduk kembali sampai
hari. Setelah dirawat, benda uji diangin–
benar–benar homogen,
anginkan 2 hari kemudian di uji kuat
f. Tuang adukan mortar tersebut ke dalam
tekan.
bekisting dengan ukuran yang telah
ditentukan. 3.4. Pengujian benda uji
Dalam penelitian ini menggunakan
metode pengujian uji kuat tekan sesuai
ASTM C39. mortar yang telah dirawat
dalam waktu tertentu dan telah diberi
bahan tambah juga termodifikasi polimer.
Uji kuat tekan dilakukan dengan alat
Gambar 3. 1 Benda Uji Kubus Mortar
compression machine seperti disajikan
pada Gambar 3.2.

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2018 29
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Polimer Alami dan Bahan Tambah
yang digunakan
a. Pengujian Amylum
Hasil pengujian amylum disajikan
pada Tabel 4.1 sebagai berikut.

Tabel 4. 1 Hasil Pengujian Laboratorium Amylum

Gambar 4. 1 Gradasi Agregat Halus

4.4. Hasil Uji Kuat Tekan


b. Pengujian Madu Berikut ini merupakan perbandingan
Pengujian madu yang digunakan kuat tekan rata–rata dari semua campuran
sebagai bahan tambah pada campuran yang dibuat dengan 3 jenis media
mortar disajikan pada Tabel 4.2 sebagai perawatan menggunakan air laut, air
berikut. payau, maupun air Rob
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Laboratorium Madu

4.2. Media Perawatan Benda Uji


Media perawatan benda uji
menggunakan 3 jenis air yaitu air laut, air
payau dan air rob. Pengujian ketiga media
perawatan disajikan pada Tabel 4.3. Gambar 4. 2 Perbandingan Kuat Tekan Rata-
Tabel 4.3. Hasil Pengujian Laboratorium Media Rata Benda Uji Umur 7 Hari
Perawatan
Pada umur 7 hari, benda uji yang
memiliki kuat tekan paling tinggi ada pada
benda uji KT-M-0-G yang dirawat dengan
air payau dengan bahan madu 0,03% dari
berat semen dan amylum 0,1% dari berat
semen pada umur 7 hari, mortar belum
mengalami pengerasan yang sempurna.
Kadar garam yang ada dalam 3 jenis air
yang digunakan sebagai media perawatan
4.3. Hasil uji bahan dapat menyebabkan larutnya senyawa-
Dengan berat volume pasir adalah 1,02 kg, senyawa yang ada didalam mortar tersebut
hasil pengujian agregat halus (bleaching). Dalam waktu yang singkat,
mendapat hasil : proses ini dapat membantu mortar untuk
menjadi lebih padat, akan tetapi mungkin
a. Kadar lumpur = 3,84 akan merusak struktur dari mortar tersebut
b. Berat jenis kondisi kering= 2,68 jika terjadi pada proses yang lama.
c. Berat jenis kondisi SSD = 2,78
d. Prosentase penyerapan Air = 3,76 %
G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2018 30
lain. Akan tetapi, pada umur 28 hari,
benda uji yang dirawat dengan air laut
nilai kuat tekan rata-ratanya lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lain.

Gambar 4. 3 Perbandingan Kuat Tekan Rata-


Rata Benda Uji Umur 14 Hari

Pada umur 14 hari, benda uji yang


dirawat dengan air payau memiliki kuat
tekan yang paling tinggi yaitu pada benda Gambar 4. 5 kuat tekan optimum dari masing
uji KT-M-0-G dengan bahan madu 0,03% masing jenis media perawatan
dari berat semen dan amylum 0,1% dari Jika dilihat dari Gambar 4.5 diatas
berat semen. akan terlihat bahwa benda uji yang
memiliki kuat tekan optimum dari
keseluruhan adalah benda uji yang
memiliki kuat tekan optimum pada benda
uji yang dirawat menggunakan air laut
yaitu KT-M-0-G

5. Kesimpulan dan Saran


5.1. Kesimpulan
a. Penggunaan madu dan amylum sebagai
bahan tambah mortar polimer dengan
Gambar 4. 4 Perbandingan Kuat Tekan Rata-Rata kadar tertentu mengahsilkan kuat tekan
Benda Uji Umur 28 Hari yang lebih tinggi dibanding mortar
normal, dengan persentase kuat tekan
mortar normal 39,53% dan persentase
Pada umur 28 hari, benda uji yang
kuat tekan mortar dengan bahan tambah
dirawat dan dirawat dengan media
sebesar 60,47%.
perawatan air laut memiliki kuat tekan
b. Komposisi dengan madu 0,03% dan
yang paling tinggi yaitu pada benda uji
amylum 0,1% dari berat semen yang
KT-M-0-G dengan bahan madu 0,03%
dirawat dengan air laut merupakan
dari berat semen dan amylum 0,1% dari
komposisi yang memiliki kuat tekan
berat semen.
paling tinggi yaitu 37,36 MPa.
sampai dengan umur 28 hari, terjadi c. Nilai kuat tekan optimum terdapat pada
perubahan yang cukup terlihat dimana saat benda uji dengan madu 0,03% dan
umur 7 hari dan 14 hari, benda uji yang amylum 0,1% yang dirawat dan dirawat
dirawat dan dirawat dengan air laut nilai air laut karena peningkatan kuat tekan
kuat tekannya lebih rendah jika dari umur 7 hari sampai 28 hari paling
dibandingkan dengan benda uji yang signifikan dibandingkan dengan benda
dirawat dengan 2 jenis media perawatan uji lain yang memakai media perawatan
lain. Persentase umur 7 hari 19,25%,
G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2018 31
umur 14 hari 33,67, dan umur 28 hari dengan Bahan Tambah Fly Ash dan
sebesar 47,08%. Conplast dengan Perawatan
d. Campuran bahan tambah madu 0,3% (Curing), Skripsi, Fakultas Teknik,
dari berat semen bukan merupakan Universitas Sriwijaya. Sumatera
campuran yang baik dikarenakan Selatan.
keseluruhan dari benda uji dengan Hudallah Muhammad F. (2011).
campuran tersebut memiliki nilai kuat Durabilitas Beton Yang
tekan yang sangat rendah, bahkan Mengandung Fly Ash Untuk
sebelum usia 20 hari, benda uji masih perkerasan kaku Yang Tahan
sangat rentan hancur. Terhadap Air Laut.Fakultas Teknik
e. Menambahkan madu dan amylum Sipil. Universitas Sebelas Maret.
terlalu banyak pada campuran mortar Surakarta.
akan menghasilkan hasil yang kurang Murdock dan K.M Brook (Alih bahasa
baik. Sebaliknya jika terlalu sedikit Stepanus Hendarko). (1991). Bahan
tidak akan berpengaruh terlalu besar dan Praktek Beton. Jakarta;
pada hasil kuat tekan mortar tersebut. Erlangga
5.2. Saran Neville, A.M. dan Brooks, J.J. (1987).
a. Penggunaan bahan tambah madu dan Concrete Technology. New York:
amylum sangat prospektif untuk Longman Scientific & Technical.
dikembangkan sebagai bahan tambah Nugraha & Antoni. (2007). Teknologi
karena sudah terbukti meningkatkan beton. Surabaya: Andi
kuat tekan.
b. Perlu dilakukan riset lain terkait Saepudin, UU. (2011). Desain Bahan
komposisi optimum lain ataupun Perkuatan Perkerasan Kaku Dengan
pengujian lebih lanjut untuk komposisi Over Slabbing. Magister Teknik
madu 0,3%. Sipil. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Daftar Pustaka Susilorini, Rr. M. I. Retno. (2007). Model
Masalah Cabut-Serat Nylon 600
ACI 201.2R – 01, “Guide to Durable Tertanam dalam Matriks Sementitis
Concrete,” ACI Committee 201 on yang Mengalami Fraktur, Disertasi,
Durability of Concrete Unika Parahyangan, Bandung.
Anggraeni Syindi Salmani. (2014). Susilorini, Rr. M. I. Retno. (2007). Model
Pengaruh Kadar Zat Additive Masalah Cabut-Serat Nylon 600
Terhadap Kuat Tekan pada Beton Tertanam dalam Matriks Sementitis
mutu Tinggi. Fakultas Teknik. yang Mengalami Fraktur, Disertasi,
Universitas Lampung. Lampung. Unika Parahyangan, Bandung.
http://digilib.unila.ac.id/2137/
diakses 2014. Susilorini, Rr. M.I. R, Suwarno, DJ.,
Santosa, B. (2017). Strategi
Arif. dkk (2015), “Pengaruh Resin Epoksi Adaptasi Masyarakat Pesisir
Terhadap Mortar polimer Ditinjau Semarang dan Demak untuk
dari Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, Mitigasi Pengurangan Resiko
Daya Serap Air dan Scanning Bencana Banjir dan Rob Akibat
Electron Microscope. Perubahan Iklim, Semarang,
Budianto, A.K., (2009). Dasar – Dasar Laporan Akhir, INSINAS RPI,
Ilmu Gizi. UMM Press. Malang. Tahun Pertama, DPTI,
Dian Yunita Simanullang. (2014).Kajian Kemenristekdikti.
Kuat Tekan Mortar Menggunakan
Pasir Sungai dan Pasir Apung

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 2 | Nomor 1 | Juni 2018 32

Anda mungkin juga menyukai