Guru
1. PENGERTIAN
Pasal 28 ayat 3 Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
secara tegas dinyatakan bahwa ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru sebagai agen
pembelajaran. Keempat kompetensi itu adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi professional dan kompetensi sosial.
Dalam Panduan Sertifikasi Guru bagi LPTK Tahun 2006 yang dikeluarkan Direktur Ketenagaan
Dirjen Dikti Depdiknas disebutkan bahwa kompetensi merupakan kebulatan penguasaan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang ditampilkan melalui unjuk kerja.
Majid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan
kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan
pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Diyakini Robotham
(1996:27), kompetensi yang diperlukan oleh seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui
pendidikan formal maupun pengalaman.
Kompetensi guru pada hakikatnya tidak bisa lepas dari konsep hakikat guru dan hakekat tugas
guru(Spencer 1993:7). Kompetensi guru mencerminkan tugas dan kewajiban guru yang harus
dilakukan sehubungan dengan arti jabatan guru yang menuntut suatu kompetensi tertentu
sebagaimana telah disebutkan. Ace Suryadi (1999:298-304) mengemukakan bahwa untuk
mencapai taraf kompetensi seorang guru memerlukan waktu lama dan biaya mahal.
Kompetensi guru adalah salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran
dan pendidikan disekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi latar
belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi guru dapat
dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan sebagai
pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga guru.Sealain itu, penting dalam
hubungannya kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa.
Untuk seorang guru perlu mengetahui dan dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia
dapat menerapkan beberapa prinsip mengajar agar ia dapat melaksanakan tugasnya secara
professional, yaitu sebagai berikut (Dr. H. Hamzah : 16) :
1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi pelajaran yang
diberikan serta dapat mengggunakan berbagai media dan sumber belajar yang bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berfikir serta
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran dan
penyesuaian dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta didik.
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan yang
telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi), agar peserta didik menjadi lebih mudah
dalam memahami pelajaran yang diterimanya.
5. Sesuai dengan prinsip repetisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat
menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik menjadi
jelas.
6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi antara mata pelajaran dan/atau
praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru harus terus menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara memberikan
kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati/meneliti, dan
menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.
8. Guru harus dapat mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan sosial,
baik di dalam kelas maupun diluar kelas.
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual agar dapat
melayani siswa sesuai dengan perbedaan tersebut.
Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal 10 ayat (1)
kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi
pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9)
menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran.”
Kepribadian yang mantap dari sosok seorang guru akan memberikan teladan yang baik terhadap
anak didik maupun masyarakatnya, sehingga guru akan tampil sebagai sosok yang patut
“digugu” (ditaati nasehat/ucapan/perintahnya) dan “ditiru” (di contoh sikap dan
perilakunya).Kepribadian guru merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak didik.
Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa
setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang,
selama hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah
laku positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang.
Sebagai seorang model guru harus memiliki kompetensi yang berhubungan dengan
pengembangan kepribadian (personal competencies), di antaranya: (1) kemampuan yang
berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya;
(2) kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama; (3) kemampuan untuk
berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat; (4)
mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya sopan santun dan tata karma
dan; (5) bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.
Zakiah Darajat dalam Syah (2000:225-226) menegaskan bahwa kepribadian itulah yang akan
menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya, ataukah
akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya terutama bagi anak didik
yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang mengalami kegoncangan jiwa (tingkat
menengah).
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education,
mengemukakan kompetensi pribadi meliputi (1) pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial
maupun agama, (2) pengetahuan tentang budaya dan tradisi, (3) pengetahuan tentang inti
demokrasi, (4) pengetahuan tentang estetika, (5) memiliki apresiasi dan kesadaran sosial, (6)
memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan, (7) setia terhadap harkat dan
martabat manusia.
1. Kompetensi Sosial
Surya (2003:138) mengemukakan kompetensi sosial adalah kemampuan yang diperlukan oleh
seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam kompetensi sosial ini
termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education,
menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk
mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang.
Johnson sebagaimana dikutip Anwar (2004:63) mengemukakan kemampuan sosial mencakup
kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu
membawakan tugasnya sebagai guru.
Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator (1) interaksi guru
dengan siswa, (2) interaksi guru dengan kepala sekolah, (3) interaksi guru dengan rekan kerja,
(4) interaksi guru dengan orang tua siswa, dan (5) interaksi guru dengan masyarakat.
Menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional
adalah “kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam”. Maksudnya,
kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan
penyesuaian tugas-tugas keguruan.
Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan guru profesional akan mengubah peran guru
yang semula sebagai orator yang verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam menciptakan
suatu suasana dan lingkungan belajar yang invitation learning environment.
Soewondo, 1972 dalam Arifin 2000, dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, guru memiliki
multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator, informator, komunikator, transformator, change
agent, inovator, konselor, evaluator, dan administrator.
Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education,
mengemukakan kompetensi profesional guru mencakup kemampuan dalam hal:
Tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi sebagai berikut:
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi akan mengubah peran guru yang
tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis. Pengembangan profesionalisme guru
menjadi perhatian secara global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan
informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk sikap dan jiwa
yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi.
Tugas guru adalah membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai
tantangan kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta didik
ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, sosial, emosional, dan
keterampilan.
Guru adalah suatu profesi, dimana sebelum ia bekerja sebagai guru, terlebih dahulu dididik
dalam suatu lembaga pendidikan keguruan, yang didalamnya ia bukan hanya belajar ilmu
pengetahuan bidang studi yang akan diajarkan dan ilmu serta metode mengajar, tapi juga dibina
agar memiliki kepribadian sebagai guru.
Ki Hajar Dewatara telah menggariskan pentingnya peranan guru dalam proses pembelajaran
dengan ungkapan “ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani”, di
mana guru harus dapat menempatkan diri sebagai teladan, penasihat, pembimbing, dan motivator
bagi anak didiknya.
Menurut data Human Devlopment Indek (HDI), guru yang memiliki standar kualifikasi mengajar
adalah berkisar 60% untuk SD, 40% SLTP, 34% SLTA, dan 17,2% atau 69,477 guru mengajar
tidak sesuai dengan bidang studi atau latar belakang pendidikannya ”.
Dalam Jurnal Profesor Sujipto, Rektor UNJ menyebutkan bahwa ”Saat ini baru 50 % dari guru
Indonesia yang memiliki standarisasi dan kompetensi”. Kondisi ini masih sangat jauh dari yang
diharapkan, sehingga sangat wajar mutu pendidikan kita tidak begitu bagus.
Dari data HDI juga terungkap bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia saat ini
menduduki peringkat 105, dimana untuk wilayah Asia Tenggara Singapura menduduki peringkat
25, Brunai peringkat 26, Malaysia peringkat 57, Thailand peingkat 57, dan Philipina menempati
peringkat 77. (Falah Yunus, 2007).
UU No.14 Tahun 2005 tentang, Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 menyebutkan” Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.
Sedangkan pada pasal 7 ayat 1 disebutkan” Profesi guru …… merupakan bidang pekerjaan
khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
(a) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism
(b) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak
mulia;
(c) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas;
(d) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
Dengan demikian, kriteria guru profesional yang diamanatkan oleh undang-undang tersebut
adalah:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak
mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
4. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
Lain lagi dengan tanggapan para siswa tentang bagaimana guru profesional dalam perspektif
mereka. Kriteria guru ideal dalam perspektif siswa, di antaranya:
1. Dapat berperan sebagai orang tua yang senantiasa memperhatikan anak didiknya, dan
menghormati mereka dengan panggilan yang enak, serta hafal nama panggilan setiap anak
didiknya.
2. Dapat berperan sebagai teman belajar yang senantiasa menempatkan diri pada posisi “peserta
belajar” dengan tidak bersikap menggurui, sehingga anak didik akan dapat termotivasi untuk
bersaing dalam menyelesaikan setiap masalahnya dalam proses pembelajaran.
3. Dapat berperan sebagai teman bergaul yang memposisikan diri sebagai sahabat “sebaya” yang
sikap dan gaya bahasanya akrab dengan lingkungan seusia anak didik, serta dapat memberikan
suasana santai yang penuh inovasi dalam lingkungan pembelajaran di kelas.
Hal ini sesuai dengan Asas Utama Quantum Teaching “Bawalah dunia mereka ke dunia kita, dan
antarkan dunia kita ke dunia mereka.”
Selain berbagai pendapat di atas, terdapat beberapa kriteria lainnya yang harus dimiliki seorang
guru dalam kegiatan belajar di kelas, antara lain:
1. Dalam segi penampilan, guru harus berpakaian rapi, sopan, dan enak dipandang, serta tidak
tampil berlebihan. Guru juga harus dapat menampilkan sikap dan menggunakan gaya bahasa
yang sesuai dengan lingkungan kelas tempat ia melakukan proses pembelajaran.
2. Dalam segi administrasi, guru harus menguasai berbagai administrasi kependidikan yang
digunakannya dalam proses belajar. Guru harus menguasai kurikulum serta memiliki
perencanaan dalam setiap kegiatan pembelajarannya. Guru juga harus selalu membekali diri
dengan perangkat administrasi yang digunakan sebagai indikator perkembangan siswa di kelas,
seperti daftar hadir dan daftar nilai, pada setiap pertemuannya.
3. Dalam segi organisasi, guru harus mampu memposisikan diri sebagai leader yang membawa
anak didiknya ke dalam dunia pembelajaran. Guru juga harus mampu berperan sebagai motivator
dan fasilitator bagi anak didiknya.
Menurut Muhibbin Syah (2004), ada sepuluh kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam
upaya peningkatan mutu belajar, yaitu:
1. Menguasai bahan ajar
2. Mengelola program belajar mengajar
3. Mengelola kelas
4. Menggunakan media dan sumber belajar
5. Menguasai landasan-landasan pendidikan
6. Mengelola interaksi belajar mengajar
7. Menilai prestasi siswa
8. Mengenal fungsi dan program layanan bimbingan konseling di sekolah
9. Mengenal dan melaksanakan administrasi sekolah
10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil pendidikan guna keperluan
pengajaran
Bila ditelaah secara seksama, dapat kita temukan bahwa salah satu kemampuan pokok yang
wajib dikuasai oleh seorang guru profesional adalah merencanakan, mengembangkan dan
melaksanakan kurikulum dalam setiap proses pengajarannya. Karena itu, guru harus menjadi
gudang inovasi dalam menciptakan metode dan model-model pembelajaran yang unik, menarik,
dan sesuai dengan perkembangan jaman serta kondisi lingkungan pengajarannya.
Guru harus mampu berpikir kreatif serta bersikap peka terhadap lingkungan sekitarnya dan
lingkungan sekitar anak didiknya.
Kompetensi Profesional Guru
Filed under: Pendidikan by exiaprasetya — Tinggalkan komentar
Mei 15, 2010
Rate This
Pada dasarnya terdapat seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh guru berhubungan
dengan profesinya sebagai pengajar, tugas guru ini sangat berkaitan dengan kompetensi
profesionalnya. Hakikat profesi guru merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan
yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh
sembarang orang di luar bidang pendidikan. Walaupun pada kenyataannya masih terdapat
hal-hal tersebut di luar bidang kependidikan.
Ciri seseorang yang memiliki kompetensi apabila dapat melakukan sesuatu, hal ini
sesuai dengan pendapat Munandar bahwa, kompetensi merupakan daya untuk melakukan
suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Pendapat ini, menginformasikan
dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya kompetensi, yakni ; (a) faktor bawaan, seperti
bakat, dan (b) factor latihan, seperti hasil belajar.
Menurut Soedijarto, Guru yang memiliki kompetensi profesional perlu menguasai antara
lain:
g) pengetahuan terhadap penilaian, dan mampu merencanakan, memimpin, guna kelancaran
proses pendidikan.
Guru yang rendah tingkat komitmennya, ditandai oleh ciri-ciri sebagai berikut:
Sebaliknya, guru yang mempunyai tingkatan komitmen tinggi, ditandai oleh ciri-ciri sebagai
berikut:
Kompetensi guru berkaitan dengan profesionalisme, yaitu guru yang profesional adalah
guru yang kompeten (berkemampuan). Karena itu, kompetensi profesionalisme guru
dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi
keguruannya dengan kemampuan tinggi. Profesionalisme seorang guru merupakan suatu
keharusan dalam mewujudkan sekolah berbasis pengetahuan, yaitu pemahaman
tentang pembelajaran, kurikulum, dan perkembangan manusia termasuk gaya belajar. Pada
umumnya di sekolah-sekolah yang memiliki guru dengan kompetensi profesional akan
menerapkan “pembelajaran dengan melakukan” untuk menggantikan cara mengajar
dimana guru hanya berbicara dan peserta didik hanya mendengarkan.
Dalam suasana seperti itu, peserta didik secara aktif dilibatkan dalam memecahkan
masalah, mencari sumber informasi, data evaluasi, serta menyajikan dan
mempertahankan pandangan dan hasil kerja mereka kepada teman sejawat dan yang
lainnya. Sedangkan para guru dapat bekerja secara intensif dengan guru lainnya dalam
merencanakan pembelajaran, baik individual maupun tim, membuat keputusan tentang
desain sekolah, kolaborasi tentang pengembangan kurikulum, dan partisipasi dalam proses
penilaian.
Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki
oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil.
Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, terdiri dari 3 (tiga) yaitu ;
kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional mengajar. Keberhasilan
guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan oleh ketiganya dengan
penekanan pada kemampuan mengajar.
Dengan demikian, bahwa untuk menjadi guru profesional yang memiliki akuntabilitas
dalam melaksanakan ketiga kompetensi tersebut, dibutuhkan tekad dan keinginan yang kuat
dalam diri setiap guru atau calon guru untuk mewujudkannya.
Sebagai seorang guru perlu mengetahui dan menerapkan beberapa prinsip mengajar agar
seorang guru dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, yaitu sebagai berikut:
1. Guru harus dapat membangkitkan perhatian peserta didik pada materi mata pelajaran
yang diberikan serta dapat menggunakan berbagai media dan sumber belajar yang
bervariasi.
2. Guru harus dapat membangkitkan minat peserta didik untuk aktif dalam berpikir serta
mencari dan menemukan sendiri pengetahuan.
3. Guru harus dapat membuat urutan (sequence) dalam pemberian pelajaran
dan penyesuaiannya dengan usia dan tahapan tugas perkembangan peserta
didik.
4. Guru perlu menghubungkan pelajaran yang akan diberikan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki peserta didik (kegiatan apersepsi), agar peserta didik menjadi
mudah dalam memahami pelajarannya yang diterimanya.
5. Sesuai dengan prinsip repitisi dalam proses pembelajaran, diharapkan guru dapat
menjelaskan unit pelajaran secara berulang-ulang hingga tanggapan peserta didik
menjadi jelas.
6. Guru wajib memerhatikan dan memikirkan korelasi atau hubungan antara mata pelajaran
dan/atau praktik nyata dalam kehidupan sehari-hari.
7. Guru harus tetap menjaga konsentrasi belajar para peserta didik dengan cara
memberikan kesempatan berupa pengalaman secara langsung, mengamati/meneliti,
dan menyimpulkan pengetahuan yang didapatnya.
8. Guru harus mengembangkan sikap peserta didik dalam membina hubungan
sosial, baik dalam kelas maupun diluar kelas.
9. Guru harus menyelidiki dan mendalami perbedaan peserta secara individual
agar dapat melayani siswa sesuai dengan perbedaannya tersebut.
10. Guru juga dapat melaksanakan evaluasi yang efektif serta menggunakan hasilnya
untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta menggunakan hasilnya
untuk mengetahui prestasi dan kemajuan siswa serta dapat melakukan perbaikan dan
pengembangan.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang berkembang pesat, guru tidak lagi
hanya bertindak sebagai penyaji informasi, tetapi juga harus mampu bertindak sebagai
fasilitator, motivator, dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri informasi. Dengan demikian
keahlian guru harus terus dikembangkan dan tidak hanya terbatas pada penguasaan
prinsip mengajar seperti yang telah diuraikan di atas. Bertitik tolak dari pendapat para
ahli tersebut diatas, maka yang dimaksud “Kompetensi Profesionalisme Guru” adalah orang
yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidangnya sehingga ia mampu
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai seorang guru dengan hasil yang baik.
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2007
A. 4 Kompetensi Dasar
Setiap guru profesional harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung
jawab dalam bidang pendidikan, tetapi dipihak lain dia juga mengemban sejumlah
tanggung jawab dalam bidang pendidikan.Guru selaku pendidik bertanggung jawab
mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi proses
konservasi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya nilai-nilai
baru.Dalam konteks ini pendidik berfungsi mencipta, memodifikasi, dan mengkonstruksi
nilai-nilai baru.
3.Guru mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instrusional)
sekolah.
4.Guru mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar dalam
kelas.
2. Keterampilan Bertanya
Tujuan :
-Untuk meningkatkan perhatian dan rasa ingin tahu siswa terhadap satu topik
-Memfokuskan perhatian pada suatu konsep masalah tertentu
-Mengembangkan belajar secara aktif
-Menstimulasi siswa untuk bertanya pada diri sendiri ataupun pada orang lain
-Menstruktur suatu tugas sedemikian rupa,sehingga siswa akan belajar secara maksimal
-Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
-Mengembangkan kemampuan berfikir siswa
-Memberi kesempatan siswa untuk mengasimilasi dan merefleksi informasi
-Memberi kesempatan siswa untuk belajar sendiri melalui diskusi
-Mengembangkan refleksi dan komentar siswa terhadap respon siwa lain maupun guru
3.Keterampilan Variasi
Tujuan :
-Meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar
mengajar
-Memberi kesempatan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu melalui eksplorasi dan
penyelidikan terhadap situasi yang baru
-Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah melalui penyajian gaya mengajar
yang bersemangat dan antusias, sehingga meningkatkan iklim belajar siswa
-Memberi pilihan dan fasilitas dalam belajar individual
-Mendorong anak didik untuk belajar dengan melibatkannya dalam berbagai pengalaman
yang menarik pada berbagai tingkat kognitif
4.Keterampilan Menjelaskan
Tujuan :
-Membimbing anak didik untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi,
dan prinsip secara objektif, dan benar
-Melibatkan anak didik untuk berfikir memecahkan masalah-masalah atau pertanyaan
-Untuk mendapatkan balikan dari anak didik mengenai tingkat pemahamannya dan untuk
mengatasi kesalahpahaman mereka
-Membimbing anak didik untuk menghayati dan mendapat ptoses penalaran dan
menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah
5.Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran
Tujuan :
-Mendorong anak didik agar siap menghadapi tugas yang segera akan diterima, dengan
cara menarik perhatian anak didik dan menimbulkan motivasi anak didik
-Menunjukan pada anak didik batas-batas tugasnya dan tetap terus mengerjakan tugasnya
bila diperlukan
-Menyarankan anak didik agar dapat menggunakan pendekatan dalam mempelajari bahan
– bahan pelajaran
-Menunjukan padaa anak didik hubungan antara aspek-aspek dalam topic yang sedang
dipelajari
-Menghasilkan pengetahuan sehingga anak didik mengetahui hubungan antara yang telah
diketahui atau dialami dengan yang dipelajari
-Anak didik mengetahui tingkat keberhasilannya dalam pelajaran yang sedang
berlangsung
C. Tugas Guru
Kompetisi Pedagogik
Selain itu, juga meliputi kemampuan dalam pengembangan kurikulum dan silabus. Termasuk
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi akhir belajar dan pengembangan peserta
didik di dalamnya. Ini semua dimaksudkan demi mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki guru, sekali lagi untuk kepentingan pencapaian tujuan pembelajaran.
Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian mencakup kepribadian yang baik, stabil, dewasa, arif dan bijaksana.
Tentu saja berakhlak mulia, serta menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Secara
objektif mampu mengevaluasi kinerja sendiri dan mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan.
Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yaitu kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat yang sekurang-
kurangnya meliputi kompetensi agar mampu berkomunikasi lisan, tulisan atau secara isyarat.
Mampu pula memilih, memilah dan memanfaatkan alat telekomunikasi yang sesuai secara
fungsional dan bergaul ecara efektif dengan berbagai kalangan serta lapisan.
Pergaulan itu bisa dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan wali peserta
didik. Ini berarti bahwa guru dalam konteks kompetensi sosial harus kompoten bergaul secara
santun dengan masyarakat di sekitar tempat kerja dan di lingkungan tempat tinggalnya.
Kompetensi Profesional
Keempat standar kompetensi tersebut mencerminkan empat standar kompetensi guru yang masih
bersifat umum. Jadi, perlu dijabarkan dalam perangkat kompetensi dan subkompetensi yang
dikemas secara koheren dan sistematis dengan menempatkan manusia sebagai makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa dan bertkwa. Tentusaja selain sebagai warga negara Indonesia yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Selain poin-pon diatas, diperlukan juga manajemen pengembangan kompetensi guru yang dapat
diartikan sebagai usaha yang dikerjakan untuk memajukan dan meningkatkan mutu, keahlian,
kemampuan, dan keterampilan guru demi kesempurnaan tugas pekerjaannya. Pengembangan
kompetensi guru didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan: perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, khususnya arus globalisasi dan informasi, menutupi kelemahan-kelemahan yang
tak tampak pada waktu seleksi, mengembangkan sikap profesional, mengembangkan kompetensi
profesional, dan menumbuhkan ikatan batin antara guru dan kepala sekolah.
Secara teknis, kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kompetensi guru adalah:
bimbingan dan tugas, pendidikan dan pelatihan, kursus-kursus, studi lanjut, latihan jabatan, rotasi
jabatan, konferensi, penataran, lokakarya, seminar, dan pembinaan profesional guru (supervisi
pengajaran). Tentang supervisi pendidikan akan dibahas kemudian.
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan keterampilan dan perilaku tugas yang harus
dimiliki. Seteah dimiliki, tentu harus dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan di dalam kelas yang disebut sebagai pengajaran.
Kompetisi Pedagogik
Merupakan kemampuan guru dalam pengolahan pembelajaran untuk kepentingan peserta didik.
Paling tidak harus meliputi pemahaman wawasan atau landasan kepemimpinan dan pemahaman
terhadap peserta didik.
Selain itu, juga meliputi kemampuan dalam pengembangan kurikulum dan silabus. Termasuk
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi akhir belajar dan pengembangan peserta
didik di dalamnya. Ini semua dimaksudkan demi mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki guru, sekali lagi untuk kepentingan pencapaian tujuan pembelajaran.
Kompetensi Kepribadian
Mencakup kepribadian yang baik, stabil, dewasa, arif dan bijaksana. Tentu saja berakhlak mulia,
serta menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat. Secara objektif mampu mengevaluasi
kinerja sendiri dan mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Kompetensi Sosial
Pergaulan itu bisa dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, dan wali peserta
didik. Ini berarti bahwa guru dalam konteks kompetensi sosial harus kompoten bergaul secara
santun dengan masyarakat di sekitar tempat kerja dan di lingkungan tempat tinggalnya.
Kompetensi Profesional
Merupakan wujud nyata kemampuan penguasaan atas materi pelajaran secra luas dan mendalam.
Mengerti tujuan diajarkanya materi dan acuan hasil yang akan didapat setelah proses pengajaran.
Mampu mempresentasikan dan memperkaya dengan bacaan-bacaan bermutu.