Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ajie Dhohan

NPM : 19041010136
Prodi : Administrasi Publik
Kelas : C

UJIAN AKHIR SEMESTER MANAJEMEN PUBLIK

Soal:
1. Jelaskan tentang teori New Intitutional dan beri contoh pelaksanaannya !
2. Jelaskan yang dimaksud model Jaringan kerja dalam Akuntabilitas ! Beri contoh dalam
prakteknya !
3. Mengapa muncul New Public Management dalam perkembangan Ilmu Administrasi
Publik ? Jelaskan !

Jawaban:
1. Neoinstitutional Theory menurut Scott (2008), adalah tentang bagaimana
menggunakan pendekatan kelembagaan baru dalam mempelajari sosiologi organisasi.
Akar teoritisnya berasal dari teori kognitif, teori kultural, serta fenomenologi dan
etnometodologi. Ada 3 elemen analisis yang membangun kelembagaan walau terkadang
ada yang dominan, tapi elemen-elemen tersebut saling mengkombinasi. Ketiganya datang
dari perbedaan cara pandang terhadap sifat realitas sosial dan keteraturan sosial dalam
tradisi sosiologi sebelumnya . Lebih jauh Scott (2008) menjelaskan tentang adanya 3 pilar
dalam perspektif pelaksanaan kelembagaan baru:
a) Pertama, pilar regulatif (regulative pillar) yang bekerja pada konteks aturan (rule
setting), monitoring, dan sanksi. Hal ini berkaitan dengan kapasitas untuk menegakkan
aturan, serta memberikan reward dan pusnishment.
Cara penegakkannya melalui mekanisme informal (folkways) dan formal (kebijakan
dan pengadilan). Meskipun pilar tersebut bekerja melalui represi dan pembatasan
(constraint), namun disadari bahwa kelembagaan dapat memberikan batasan sekaligus
kesempatan (empower) terhadap individu di dalamnya. Individu tersebut yang berada
dalam konteks ini dipandang akan memaksimalkan keuntungan. Karena itulah
kelembagaan ini disebut pula dengan kelembagaan regulatif (regulative institution) dan
kelembagaan pilihan rasional (rational choice institution).
b) Kedua, pilar normatif (normative pillar). Dalam pandangan ini, norma menghasilkan
preskripsi, bersifat evaluatif, dan menegaskan tanggung jawab dalam kehidupan sosial.
Dalam pilar ini dicakup nilai (value) dan norma. Norma berguna untuk memberi
pedoman pada individu apa tujuan yang ingin dicapai (goal and objectives), serta
bagaimana cara mencapainya. Karena itu, bagian ini seringkali disebut dengan
kelembagaan normatif (normative institution) dan kelembagaan historis (historical
institutionalism). Inilah yang sering disebut sebagai teori “ kelembagaan yang asli”.
c) Ketiga, pilar kultural-kognitif (cultural-cognitive pillar). Inti dari pilar ini adalah bahwa
manusia berperilaku sangat ditentukan oleh bagaimana ia memaknai (meaning) dunia
dan lingkungannya. Menurut Scott dan Meyer (1994), elemen teori institusional adalah
institusi, organisasi dan pelaku. Institusi memberikan aturan-aturan yang harus diikuti
oleh organisasi dalam melakukan aktivitas-aktivitasnya dan dalam keterlibatannya
dalam persaingan. Institusi juga akan mempengaruhi perilaku dan pandangan yang
dimiliki oleh para pelaku dalam organisasi secara individual. Namun para pelaku juga
mempengaruhi institusi dengan cara membuat atau melakukan transformasi pada
institusi yang telah ada menjadi bentuk institusi baru. Dengan demikian institusi
memberikan pilihan-pilihan tindakan yang merupakan batasan yang harus dihadapi
pelaku dalam pengambilan keputusan.

2. Model akuntabilitas ini sesuai dengan konsep birokrasi yang diterapkan oleh Weber
sehingga disebut juga sebagai administrative accountabilityGaris pertanggungjawaban
akuntabilitas dari bawah ke atas (hierakhi)Setiap individu memberikan
pertanggungjawaban kepada atasannya secara hirarkisSebagai bentuk kontrol atasan
terhadap kinerja bawahanTop-down & tak bisa melihat kinerja.
Tidak hanya dari bawah ke atas, tetapi juga bersifat kedalam (perorangan) dan keluar
(masyarakat)UpwardInwardOutwardPerlu diciptakannya berbagai mekanisme dan sistem
akuntabilitas sepertiPengembangan jaminan kebebasan mendapatkan
informasiPembentukan berbagai lembaga independen yang bertujuan untuk mengontrol
kinerja sektor publik seperti ombudsman dan lembaga peradilan yang kuat. Para pihak
terkait satu dengan yang lain membentuk suatu jaringan kerja dan saling memberikan
kontribusi dan informasi.Model ini menekankan pada pola hubungan yang terjalin dalam
suatu kerjasama.Dalam suatu sistem kerjasama, semua pihak yang terkait saling melakukan
komunikasi, pemberian informasi dan hubungan kerja yang saling melengkapi untuk
mencapai tujuan dari jaringan kerja yang dibuat.
Mekanisme akuntabilitas juga meliputi aspek yaitu siapa yang harus melakukan
akuntabilitas, kepada siapa akuntabilitas ini dilakukan, untuk apa akuntabilitas dilakukan,
bagaimana dan prosesnya.Mekanisme akuntablitas ini sangat bervariasi dan sangat
ditentukan oleh apakah keputusan atau aktivitas yang dilakukan suatu organisasi mengikat
organisasi secara internal atau eksternal. Pengembangan Mekanisme akuntabilitas
diarahkan untuk:Kejelasan tugas dan peranHasil akhir yang spesifikProses yang
transparanUkuran keberhasilan kinerjaKonsultasi dan inspeksi publik.

3. Munculnya kritik yang keras yang ditujukan kepada organisasi-organisasi sektor publik
menimbulkan gerakan untuk melakukan reformasi manajemen sektor publik. Salah satu
gerakan reformasi sektor publik itu adalah munculnya konsep New PublicManagement.
New Public Management telah mempengaruhi proses perubahan organisasi sektor publik
secara komprehensif di hampir seluruh dunia. Penekanan gerakan New Public
Management tersebut adalah pada pelaksanaan desentralisasi, devolusi, dan modernisasi
pemberian pelayanan publik.
Istilah New Public Management pada awalnya dikenalkan oleh Christopher Hood tahun
1991, ia kemudian menyingkat istilah tersebut menjadi NPM. Ditinjau dari perspektif
historis, pendekatan manajemen modern di sektor publik tersebut pada awalnya muncul di
Eropa tahun 1980-an dan 1990-an sebagai reaksi dari tidak memadainya model
administrasi publik tradisional.
Pendekatan manajemen modern di sektor publik tersebut pada dasarnya bermuara pada
pandangan umum yang sama:
1) Perubahan model manajemen publik tersebut menunjukkan adanya pergeseran besar
dari model administrasi public tradisional menuju sistem manajemen publik modern
yang memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pencapaian kinerja dan
akuntabilitas manajer publik.
2) Perubahan itu menunjukkan adanya keinginan untuk bergerak meninggalkan model
birokrasi klasik menuju model organisasi modern yang lebih fleksibel.
3) Perlunya dibuat tujuan organisasi yang jelas dan tujuan personal. Hal itu berdampak
pada perlunya dilakukan pengukuran atas prestasi yang mereka capai melalui indikator
kinerja. Terdapat evaluasi program secara sistematik.
4) Staf senior tampaknya secara politis lebih commit terhadap pemerintah saat itu daripada
bersikap netral atau nonpartisan.
5) Fungsi pemerintah tampaknya akan lebih banyak berhadapan dengan pasar, misalnya
tender, yang oleh Osborne dan Gaebler (1992) disebut “catalytic government: steering
rather than rowing.” Keterlibatan pemerintah tidak selalu berarti pemfasilitasan
pemerintah melalui sarana birokrasi.
6) Terdapat kecenderungan untuk mengurangi fungsi pemerintah melalui privatisasi dan
bentuk lain dari marketisasi sektor publik (Hughes, 1998, pp. 52-53). NPM merupakan
teori manajemen publik yang beranggapan bahwa praktik manajemen sektor swasta
adalah lebih baik dibandingkan dengan praktik manajemen pada sektor publik. Oleh
karena itu, untuk memperbaiki kinerja sektor publik perlu diadopsi beberapa praktik
dan teknik manajemen yang diterapkan di sektor swasta ke dalam organisasi sektor
publik, seperti pengadopsian mekanisme pasar, kompetisi tender (Compulsory
Competitive Tendering- CCT), dan privatisasi perusahaan-perusahaan publik (Hughes,
1998; Jackson, 1995; Broadbent & Guthrie, 1992).

Anda mungkin juga menyukai