Anda di halaman 1dari 11

DEWAN PENGURUS PUSAT ASESI

Periode 2020-2023

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ASESI

DISAHKAN PADA TANGGAL:

…………………

PERKUMPULAN KOMUNIKASI SEKOLAH SUNNAH INDONESIA


(ASESI)
2021
ANGGARAN RUMAH TANGGA
PERKUMPULAN KOMUNIKASI SEKOLAH SUNNAH INDONESIA
(ASESI)

BAB I
MUSYAWARAH NASIONAL (MUNAS) DAN
MUSYAWARAH NASIONAL LUAR BIASA (MUNASLUB)

HAK ANGGOTA ASESI TERKAIT MUNAS DAN MUNASLUB


Pasal 1
1. Hak anggota ASESI terkait Munas dan Munaslub yang harus dilindungi, antara lain :
a. menghadiri dan menyatakan pendapat dalam suatu Munas dan Munaslub, baik
secara lisan maupun tertulis;
b. memperoleh informasi mengenai ASESI, secara tepat waktu, terukur, dan teratur;
c. hak lainnya berdasarkan Anggaran Dasar.
2. Anggota ASESI yang tercatat dalam Daftar Keanggotaan ASESI dan telah memenuhi
seluruh kewajiban sesuai Anggaran Dasar serta ketentuan yang berlaku, adalah yang
memiliki hak-hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

PELAKSANAAN MUNAS DAN MUNASLUB


Pasal 2
1. Peserta Munas dan Munaslub adalah sebagai berikut :
a. Anggota ASESI sesuai pasal (1) ayat (2) yang diwakili salah satunya harus oleh
Ketua Pembina Yayasan.
b. Seluruh Organ ASESI (Dewan Pembina, Dewan Pakar, Kepengurusan ASESI).
c. Tamu undangan yang direkomendasikan oleh Dewan Pembina dan atau Dewan
Pakar.
2. Dalam hal Ketua Pembina Yayasan berhalangan hadir, dapat diwakilkan kepada organ
yayasan yang lain dan atau kepala sekolah dengan menunjukkan surat kuasa.
3. Setiap peserta Munas dan Munaslub sesuai ayat (1) huruf a dan b, berhak memperoleh
penjelasan lengkap dan informasi akurat berkenaan dengan penyelenggaraan Munas
dan Munaslub, di antaranya:
a. panggilan untuk menghadiri Munas dan Munaslub, yang mencakup informasi
mengenai setiap mata acara dalam agenda Munas dan Munaslub, termasuk usul
yang direncanakan oleh Pengurus Pusat untuk diajukan dalam Munas dan
Munaslub;
b. Khusus Munas, informasi mengenai rincian Rencana Kerja dan Anggaran ASESI dan
hal-hal lain yang direncanakan untuk dilaksanakan oleh ASESI, khususnya tentang
Rencana Jangka Panjang (RJP) dan Rencana Kerja dan Anggaran ASESI (RKA
ASESI);
c. Khusus Munas, informasi keuangan maupun hal-hal lainnya yang menyangkut
ASESI yang dimuat dalam Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan;
d. penjelasan lengkap dan informasi yang akurat mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan agenda Munas dan Munaslub yang diberikan sebelum dan/atau pada saat
Munas dan Munaslub berlangsung.
4. Munas dan Munaslub dalam mata acara lain-lain berhak mengambil keputusan
sepanjang semua peserta Munas dan Munaslub sesuai ayat (1) huruf a dan b hadir dan
menyetujui tambahan mata acara Munas dan Munaslub.
5. Keputusan atas mata acara tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), harus
disetujui dengan suara bulat.
6. Setiap penyelenggaraan Munas dan Munaslub wajib dibuatkan risalah Munas dan
Munaslub yang sekurang-kurangnya memuat waktu, agenda, peserta, pendapat-
pendapat yang berkembang dalam Munas dan Munaslub, dan keputusan Munas dan
Munaslub.
7. Risalah Munas dan Munaslub sebagaimana dimaksud pada ayat (6) wajib
ditandatangani oleh Ketua Dewan Pembina dan paling sedikit 1 (satu) Anggota ASESI
yang ditunjuk dari dan oleh peserta Munas dan Munaslub.
8. Tanda tangan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) tidak disyaratkan apabila risalah
Munas dan Munaslub tersebut dibuat dengan akta Notaris.
9. Setiap Anggota ASESI dan Organ ASESI berhak untuk memperoleh salinan risalah
Munas dan Munaslub.

BAB II
PENGANGKATAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN
ORGAN ASESI

DEWAN PEMBINA
Pasal 3
1. Pendiri ASESI adalah otomatis sebagai Pembina ASESI.
2. Pengangkatan anggota Pembina dari luar unsur pendiri dilakukan dalam Musyawarah
Dewan Pembina dengan mempertimbangkan usulan dari Dewan Pakar dan/atau
Musyawarah Nasional dan ditetapkan dengan Surat Keputusan yang ditandatangani
Ketua Dewan Pembina.
3. Dewan Pembina terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota Pembina.
4. Apabila ASESI karena suatu sebab tidak lagi mempunyai Pembina, selambatnya dalam
waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal kekosongan, Dewan Pengawas dan
Pengurus Pusat mengadakan musyawarah untuk mengangkat Pembina dengan
mempertimbangkan AD/ART dan Kode Etik.
5. Pimpinan musyawarah sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (4) dipilih dari dan
oleh anggota musyawarah yang hadir.
Pasal 4
1. Pelaksanaan tugas dan kewenangan Pembina bersifat kolektif kolegial.
2. Sifat kolektif kolegial pada ayat (1) memiliki makna bahwa setiap pengambilan
keputusan harus disetujui dan diputuskan secara bersama-sama antar Pembina atau
sesuai pembagian tugas yang telah diatur oleh mereka sendiri.
3. Dewan Pembina memilih dua orang anggotanya untuk bertindak sebagai Ketua dan
Wakil Ketua.
Pasal 5
1. Masa jabatan Pembina tidak ditentukan lamanya.
2. Jabatan Pembina berhenti apabila :
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri;
c. Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam
dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;
Pemberhentian anggota Pembina dilakukan dalam Musyawarah Dewan Pembina yang
diadakan khusus untuk itu dan ditetapkan dengan Surat Keputusan yang
ditandatangani Ketua Dewan Pembina.

DEWAN PENGAWAS / PAKAR


Pasal 6
1. Pakar ASESI adalah otomatis sebagai Pengawas ASESI dan berlaku sebaliknya.
2. Dewan Pakar terdiri dari 1 (satu) orang atau lebih anggota Pakar.
3. Pengangkatan anggota Pakar dilakukan oleh Musyawarah Dewan Pembina,
berdasarkan pengajuan dari Musyawarah Dewan Pakar, dan ditetapkan dengan Surat
Keputusan yang ditandatangani Ketua Dewan Pembina.
4. Organ pendukung Dewan Pakar, terdiri dari :
a. Sekretariat Dewan Pengawas / Dewan Pakar, jika diperlukan;
b. Tenaga Ahli ASESI;
c. Pendamping Teknis ASESI, jika diperlukan;
d. Komite-komite, jika diperlukan;
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai Sekretariat, Tenaga Ahli, Pendamping Teknis, dan Komite-
Komite sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan tersendiri.
Pasal 7
1. Pelaksanaan tugas dan kewenangan Pakar bersifat kolektif kolegial.
2. Sifat kolektif kolegial pada ayat (1) memiliki makna bahwa setiap pengambilan
keputusan harus disetujui dan diputuskan secara bersama-sama antar Pakar atau sesuai
pembagian tugas yang telah diatur oleh mereka sendiri
3. Dewan Pakar memilih anggotanya untuk bertindak sebagai Ketua.
Pasal 8
1. Masa jabatan Pakar tidak ditentukan lamanya.
2. Jabatan Anggota Pakar berhenti apabila :
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri;
c. Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam
dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;
d. Diberhentikan berdasarkan putusan Musyawarah Dewan Pembina;
Pemberhentian anggota Pakar dilakukan dalam Musyawarah Dewan Pembina yang
diadakan khusus untuk itu dan ditetapkan dengan Surat Keputusan yang
ditandatangani Ketua Dewan Pembina.

PENGURUS
Pasal 9
1. Yang dapat diangkat sebagai Pengurus adalah:
a. Utusan dari anggota ASESI, yang ditunjukkan dengan surat resmi yang
ditandatangani oleh Pembina Yayasan dan atau Ketua Yayasan;
b. Orang perseorangan;
yang memenuhi persyaratan jabatan yang ditentukan.
2. Pengangkatan Pengurus Pusat dilakukan oleh Musyawarah Nasional ASESI atau
mekanisme yang berlaku sesuai Anggaran Dasar, untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun,
dan ditetapkan dengan Surat Keputusan yang ditandatangani Ketua Dewan Pembina.
3. Pengangkatan Kepengurusan Koordinatoriat Wilayah dilakukan oleh Musyawarah
Dewan Pembina, berdasarkan pengajuan dari Musyawarah Pengurus Pusat serta telah
diperiksa oleh Musyawarah Dewan Pakar, untuk jangka waktu sampai dengan
berakhirnya masa jabatan Pengurus Pusat, dan ditetapkan dengan Surat Keputusan
yang ditandatangani Ketua Dewan Pembina.
4. Pengurus dapat berasal dari luar anggota ASESI.
5. Pengurus dapat menerima gaji, upah, atau honorarium.
6. Pengurus dapat mengundurkan diri dari jabatannya, dengan memberitahukan secara
tertulis mengenai maksudnya tersebut ditujukan kepada Dewan Pembina, melalui
pimpinannya, paling lambat 30 (tigapuluh) hari sebelum tanggal pengunduran dirinya.

Pasal 10
1. Jabatan Pengurus berhenti apabila :
a. Meninggal dunia;
b. Mengundurkan diri;
c. Bersalah melakukan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan yang diancam
dengan hukuman penjara paling sedikit 5 (lima) tahun;
d. Diberhentikan berdasarkan putusan Musyawarah Nasional atau Musyawarah
Nasional Luar Biasa atau mekanisme yang berlaku sesuai Anggaran Dasar;
e. Masa jabatan berakhir.
Pemberhentian pengurus ditetapkan dengan Surat Keputusan yang ditandatangani
Ketua Dewan Pembina.
2. Pengurus yang berhenti sebagaimana dimaksud ayat (1), wajib :
a. Membuat laporan tertulis tentang hasil kerja yang menjadi tugasnya sampai dengan
berhentinya Pengurus tersebut, kecuali berhenti karena ayat (1) huruf a, dan
b. Menyerahkan semua inventaris ASESI yang belum diserahterimakan kembali ke
Pengurus ASESI yang diwakili oleh Sekjen ASESI atau pejabat yang ditunjuk oleh
Ketua Umum ASESI.
c. Khusus berhenti karena ayat (1) huruf a, proses pengembalian inventaris ASESI
yang belum diserahterimakan kembali ke Pengurus ASESI, dilakukan secara
proaktif, secara baik, dan tepat waktu oleh Sekjen ASESI.

LAIN-LAIN
Pasal 11
1. Dalam hal pengangkatan, pemberhentian, dan penggantian Organ ASESI dilakukan
tidak sesuai dengan ketentuan AD/ART dan Kode Etik, atas permohonan yang
berkepentingan, Pengadilan Umum dapat membatalkan pengangkatan, pemberhentian,
dan penggantian tersebut.

BAB III
TUGAS, WEWENANG, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN
ORGAN ASESI

DEWAN PEMBINA
Pasal 12
1. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Pembina harus mematuhi AD/ART dan Kode
Etik.
2. Dewan Pembina adalah organ ASESI yang bertugas melakukan pembinaan dan
pemberian nasihat agar:
a. Program dan kegiatan ASESI tetap sesuai dengan AD/ART dan Kode Etik;
b. Perkumpulan mempunyai wawasan unggul kedepan sesuai dengan kebutuhan dan
tantangan untuk tercapai tujuan serta fungsi ASESI yang lebih baik.
3. Pembinaan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan
untuk kepentingan ASESI dan sesuai dengan maksud dan tujuan ASESI, dan tidak
dimaksudkan untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu.
4. Dewan Pembina mempunyai kewenangan yang meliputi:
a. Pengambilan keputusan yang menjadi tugas dan wewenang Musyawarah Nasional
dan Musyawarah Nasional Luar Biasa, apabila tidak tercapai mufakat, antara lain:
i. Menerima atau menolak dan mengesahkan pertanggungjawaban Pengurus
Pusat;
ii. Menetapkan dan mengubah AD/ART dan Kode Etik;
iii. Menetapkan kebijakan umum ASESI;
iv. Memilih dan menetapkan Ketua Umum dan anggota Pengurus Pusat;
v. Menetapkan program-program kerja umum.
b. Pengesahan Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahunan ASESI.
c. Penetapan keputusan mengenai kerjasama strategis dengan lembaga lain.
d. Pengangkatan dan pemberhentian Pakar / Pengawas.
e. Permintaan dilaksanakannya Musyawarah Nasional Luar Biasa.
f. Persetujuan akhir atas berakhirnya keanggotaan ASESI.
g. Persetujuan akhir atas keputusan penggabungan, ASESI dengan lembaga lain,
dan/atau pembubaran ASESI.
Pasal 13
1. Dewan Pembina mengadakan Musyawarah Dewan Pembina sekurang-kurangnya sekali
dalam 1 (satu) tahun, dan dalam rapat tersebut Dewan Pembina dapat mengundang
Dewan Pakar dan Pengurus.
2. Dewan Pembina membuat pembagian tugas yang diatur oleh mereka sendiri.

Pasal 14
1. Pembina dilarang :
a. Rangkap jabatan sebagai Pengurus dan/atau Pakar/Pengawas.

DEWAN PENGAWAS / PAKAR


Pasal 15
1. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Pakar harus mematuhi AD/ART dan Kode Etik.
2. Dewan Pakar adalah organ ASESI yang bertanggung jawab dan berwenang melakukan
pengawasan dan pemberian nasihat atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan
pada umumnya, baik mengenai: Layanan Program ASESI, Penguatan Kelembagaan
ASESI, dan Pengelolaan Dana, serta memberikan nasihat kepada Pengurus ASESI.
3. Pengawasan dan pemberian nasihat sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan
untuk kepentingan ASESI dan sesuai dengan maksud dan tujuan ASESI, dan tidak
dimaksudkan untuk kepentingan pihak atau golongan tertentu.
4. Dewan Pakar mempunyai kewenangan yang meliputi:
a. Pengawasan terhadap kinerja pengurus dalam melaksanakan tugas kepengurusan
perkumpulan.
b. Usulan pemberhentian sementara pengurus kepada Dewan Pembina.
c. Keputusan terhadap pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian organ
pendukung Dewan Pakar sebagaimana dimaksud pada pasal (6).
d. Usulan mengenai kerjasama strategis dengan lembaga lain kepada Dewan Pembina.
e. Usulan penambahan anggota Pembina dari luar unsur pendiri kepada Dewan
Pembina.

Pasal 16

1. Dewan Pakar mengadakan Musyawarah Dewan Pakar sekurang-kurangnya sekali


dalam 1 (satu) tahun, dan dalam rapat tersebut Dewan Pakar dapat mengundang
Pengurus.
2. Dewan Pakar membuat pembagian tugas yang diatur oleh mereka sendiri.
Pasal 17
1. Pakar dilarang :
a. Rangkap jabatan sebagai Pengurus dan/atau Pembina.
b. Lalai dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya yang mengakibatkan
perkumpulan menjadi pailit, yakni tidak mampu lagi membayar utang-utangnya.

PENGURUS
Pasal 18
1. Dalam melaksanakan tugasnya, Pengurus harus mematuhi AD/ART dan Kode Etik.
2. Pengurus harus melaksanakan tugasnya dengan itikad baik untuk kepentingan ASESI
dan sesuai dengan maksud dan tujuan ASESI dan tidak dimaksudkan untuk
kepentingan pihak atau golongan tertentu, serta memastikan agar ASESI melaksanakan
tanggung jawab sosialnya serta memperhatikan kepentingan dari berbagai Pemangku
Kepentingan sesuai dengan AD/ART dan Kode Etik.
3. Pengurus wajib melaporkan kepada ASESI mengenai jabatan di lembaga lain di luar
ASESI untuk dimuat dalam Laporan Tahunan ASESI.

Pasal 19
1. Pengurus wajib menyiapkan Rencana Jangka Panjang (RJP) yang merupakan rencana
strategis yang memuat sasaran dan tujuan yang hendak dicapai dalam jangka waktu 3
(tiga) tahun.
2. RJP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:
a. evaluasi pelaksanaan RJP sebelumnya;
b. posisi ASESI saat ini;
c. asumsi-asumsi yang dipakai dalam penyusunan RJP;
d. penetapan visi, misi, sasaran, strategi, kebijakan, dan program kerja jangka panjang.
3. Dewan Pakar dan Dewan Pembina mengkaji dan memberikan pendapat mengenai RJP
yang disiapkan Pengurus sebelum ditetapkan dan ditandatangani bersama saat Munas.

Pasal 20
1. Pengurus wajib menyiapkan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) ASESI sebagai
penjabaran tahunan dari RJP.
2. RKA ASESI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya memuat:
a. misi, sasaran, strategi, kebijakan ASESI dan program kerja/kegiatan tahunan;
b. anggaran ASESI yang dirinci atas setiap anggaran program kerja/kegiatan;
c. proyeksi keuangan ASESI; dan
d. hal-hal lain yang memerlukan keputusan Dewan Pembina.
3. Dewan Pakar mengkaji dan memberikan pendapat mengenai RKA yang disiapkan
Pengurus sebelum disetujui Dewan Pembina dan kemudian ditandatangani bersama.
Pasal 21
1. Pengurus mempunyai kewenangan yang meliputi:
a. Melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan pencapaian maksud dan tujuan
ASESI.
b. Mengangkat dan menghentikan pelaksana kegiatan.
c. Mewakili dan bertindak atas nama ASESI, kecuali terhadap hal-hal sebagai berikut:
i. meminjam atau meminjamkan uang atas nama ASESI (tidak termasuk
mengambil uang ASESI di Bank);
ii. mendirikan suatu usaha baru atau melakukan penyertaan dalam berbagai bentuk
usaha baik didalam maupun diluar negeri;
iii. memberi atau menerima pengalihan atas harta tetap;
iv. membeli atau dengan cara lain mendapatkan atau memperoleh harta tetap atas
nama ASESI;
v. menjual atau dengan cara lain melepaskan kekayaan ASESI serta
mengagunkan/membebani kekayaan ASESI;
vi. mengadakan perjanjian dengan organisasi yang terafiliasi dengan ASESI, Dewan
Pembina, Dewan Pakar, dan ataun Pengurus atau seorang yang bekerja pada
ASESI, yang perjanjian tersebut bermanfaat bagi tercapainya maksud dan tujuan
ASESI.
d. Melakukan kerjasama tingkat operasional dengan lembaga lain.
e. Melakukan kerjasama tingkat taktis dengan lembaga lain serta berkoordinasi dengan
Dewan Pakar untuk mendapatkan persetujuan.
f. Melakukan kerjasama tingkat strategis dengan lembaga lain serta berkoordinasi
dengan Dewan Pakar untuk mendapatkan pertimbangan dan berkoordinasi dengan
Dewan Pembina untuk mendapatkan persetujuan
2. Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b, Pengurus
mengeluarkan Surat Keputusan.
3. Perbuatan Pengurus sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c poin i s.d. vi harus
mendapat persetujuan dari Dewan Pakar dan atau Dewan Pembina dan atau Munas
sesuai ketentuan yang diatur dalam AD/ART, Kode Etik, serta aturan kebijakan ASESI
lainnya.
4. Pengurus membuat struktur organisasi serta pembagian tugas, kewenangan, dan
persyaratan jabatan dalam dokumen tersendiri.

Pasal 22
1. Untuk memenuhi syarat akuntabilitas, keterbukaan, dan tertib administrasi, Pengurus
wajib:
a. membuat Daftar Keanggotaan ASESI, Risalah Munas dan Risalah Musyawah
Pengurus;
b. membuat Laporan Tahunan dan Dokumen Keuangan ASESI;
c. memelihara seluruh Daftar, Risalah, dan Dokumen Keuangan ASESI dan dokumen
lainnya,
d. menyimpan di tempat kedudukan ASESI, seluruh daftar, risalah, dokumen
keuangan ASESI, dan dokumen lainnya.
2. Atas permohonan tertulis dari Anggota ASESI, Pengurus memberi izin kepada Anggota
ASESI untuk memeriksa Daftar Keanggotaan ASESI, Risalah Munas dan Laporan
Tahunan serta mendapatkan salinan Risalah Munas dan salinan Laporan Tahunan.

Pasal 23
1. Pengurus mengadakan Musyawarah Pengurus yang diadakan secara berkala, sekurang-
kurangnya sekali dalam setiap bulan, dan dalam rapat tersebut Pengurus dapat
mengundang Dewan Pakar dan atau Dewan Pembina.
2. Pengurus harus menetapkan tata tertib Musyawarah Pengurus.
3. Risalah Musyawarah Pengurus harus dibuat untuk setiap Musyawarah Pengurus yang
memuat segala sesuatu yang dibicarakan dan diputuskan dalam Musyawarah, termasuk
tetapi tidak terbatas pada pendapat-pendapat yang berkembang dalam Musyawarah,
baik pendapat yang mendukung maupun yang tidak mendukung atau pendapat
berbeda (dissenting opinion), serta alasan ketidakhadiran Pengurus, apabila ada.
4. Setiap Pengurus berhak menerima salinan risalah Musyawarah Pengurus, baik yang
bersangkutan hadir maupun tidak hadir dalam Musyawarah Pengurus tersebut.
5. Risalah asli dari setiap Musyawarah Pengurus harus disimpan oleh ASESI.
6. Pengurus dapat pula mengambil keputusan yang sah dan mengikat tanpa
menyelenggarakan Musyawarah Pengurus, dengan ketentuan semua Pengurus telah
diberitahu secara tertulis dan semua Pengurus memberikan persetujuan mengenai usul
yang diajukan secara tertulis atau tidak memberikan komentar sampai batas waktu yang
ditentukan setelah diberi pengingat sebanyak minimal 3 (tiga) kali.
7. Keputusan yang diambil sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) mempunyai kekuatan
yang sama dengan keputusan yang diambil dengan sah dalam Musyawarah Pengurus.
8. Laporan Tahunan ASESI harus memuat jumlah Musyawarah Pengurus dan jumlah
kehadiran masing-masing anggota Pengurus.

Pasal 24
1. Pengurus dilarang :
a. Rangkap jabatan sebagai Pakar dan/atau Pembina.
b. Para Pengurus dilarang melakukan kegiatan yang secara nyata dapat merugikan
ASESI.
c. Lalai dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya yang mengakibatkan
perkumpulan menjadi pailit, yakni tidak mampu lagi membayar utang-utangnya.
d. ParaPengurusdilarangmelakukantindakanyangmempunyaibenturan
kepentingan, dan mengambil keuntungan pribadi, baik secara langsung maupun
tidak langsung dari pengambilan keputusan dan kegiatan ASESI yang bersangkutan
selain penghasilan yang sah.
BAB IV
PENUTUP

Pasal 25

Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan oleh Musyawarah Nasional ASESI di ……., hari
……. ............H, bertepatan dengan tanggal ………..M untuk waktu yang tidak di tentukan.

Ditetapkan di: …….

Pada tanggal: ………

Oleh:

Rapat Musyawarah Nasional ASESI ……

Anda mungkin juga menyukai