Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH AKUNTANSI MANAJEMEN

“MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN”

Dosen Pengampu :

Drs. Nurdin, M.M., Ak.

Disusun Oleh :

Wanda Norwahidatul Munawaroh (1910313220001)

PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang
berjudul Manajemen Biaya Lingkungan. Makalah ini berisikan tentang Deskripsi
materi dari Manajemen Biaya Lingkungan. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan pengetahuan kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kami. Aamiin.

Banjarmasin, 14 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1. Latar Belakang .......................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3. Tujuan Kepenulisan .................................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
2.1. Mengukur Biaya Lingkungan ................................................................... 6
2.1.1. Manfaat Ekofisiensi ..................................................................... 6
2.1.2. Model Biaya Kualitas .................................................................. 8
2.1.3. Laporan Biaya Lingkungan ........................................................ 11
2.1.4. Mengurangi Biaya Lingkungan ................................................. 11
2.1.5. Laporan Keuangan Lingkungan ................................................. 12
2.2. Membebankan Biaya Lingkungan .......................................................... 13
2.2.1. Biaya Produk Lingkungan ......................................................... 14
2.2.2. Pembebanan Biaya Lingkungan Berbasis Fungsi ...................... 15
2.2.3. Pembebanan Biaya Lingkungan Berbasis Aktivitas .................. 17
2.3. Penilaian Biaya Siklus Hidup ................................................................. 19
2.3.1. Siklus Hidup Produk .................................................................. 19
2.3.2. Tahapan Penilaian ...................................................................... 20
2.4. Akuntansi Pertanggungjawaban Lingkungan Berbasis Strategi ............. 24
2.4.1. Perspektif Lingkungan ............................................................... 25
2.4.2. Peran Manajemen Aktivitas ....................................................... 27
2.4.3. Contoh Kasus ............................................................................. 31
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 34
3.1. Kesimpulan ............................................................................................. 34
3.2. Saran ....................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 35

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Lingkungan menjadi aspek penting yang perlu diperhatikan saat ini.
Banyak perusahaan yang berjuang untuk mencapai ecoefficiency yang
maksimal, dengan arti meningkatkan produksi barang dan jasa, sementara
pada saat yang sama mengurangi efek yang merusak lingkungan. Tapi
sayangnya tidak semua perusahaan mau berusaha keras untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Salah satu komponen dalam mencapai ecoefficiency
yang maksimal adalah dengan adanya pembangunan berkelanjutan
(sustainable development), yang berarti menjalankan kegiatan usaha yang
menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan dimasa kini tanpa membatasi
kemempuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka (Hansen
& Maryanne M. Mowen, 2009)
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan salah satu
upaya tanggung jawab suatu organisasi di bidang sosial. Tanggung jawab di
bidang sosial ini dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR).
Sehubungan dengan gagasan yang terkandung dalam CSR maka setiap
pemisahan yang melakukan kegiatan usaha tidak cukup hanya dihadapkan
pada kebijaan yang menganut sistem single buttom line (keuangan) tetapi
lurus berpijak pada triple buttom line (keuangan, sosial, dan lingkungan).
Dalam rangka tanggung jawab dan upaya perlindungan serta
pengelolaan lingkungan maka suatu organisasi melakukan berbagai aktivitas
yang berkaitan dengan lingkungan misalnya, dengan melakukan pengelolaan
limbah. Dengan adanya aktivitas tersebut maka timbul biaya yang disebut
biaya lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pentingnya pengukuran biaya lingkungan?
2. Bagaimana biaya lingkungan dibebankan pada produk dan proses?

4
3. Bagaiman model penilaian biaya siklus hidup?
4. Bagaimana akuntansi pertanggungjawaban lingkungan berbasis strategi?

1.3. Tujuan Kepenulisan


1. Mengetahui pentingnya pengukuran biaya lingkungan
2. Mengetahui bagaimana biaya lingkungan dibebankan pada produk dan
proses
3. Mengetahui bagaimana model penilaian biaya siklus hidup
4. Mengetahui bagaimana akuntansi pertanggungjawaban lingkungan
berbasis strategi

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.Mengukur Biaya Lingkungan


Kinerja lingkungan dapat berpengaruh signifikan terhadap posisi
keuangan perusahaan. Hal ini juga menunjukkan perlunya informasi biaya
lingkungan yang memadai. Bagi banyak organisasi, pengelolaan biaya
lingkungan menjadi prioritas utama dan minat yang intens.
Ada dua alasan utama atas peningkatan minat, yaitu:
1. Peraturan lingkungan di negara-negara telah meningkat secara signifikan,
bahkan diperkirakan akan semakin ketat
2. Keberhasilan penyelesaian masalah-masalah lingkungan menjadi isu yang
semakin kompetitif

2.1.1. Manfaat Ekofisiensi


Ekoefisiensi mempertahankan bahwa organisasi dapat memproduksi
barang atau jasa yang lebih bermanfaat sambil menggurangi dampak
negatif lingkungan, konsumsi sumber daya, dan biaya secara simultan.
Ekoefesiensi adalah suatu pelengkap dan pendukung pengembangan
yang berkesinambungan (sustainable development). Pengembangan
yang berkesinambungan didefinisikan sebagai pengembangan yang
memenuhi kebutuhan saat ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi
masa depan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Konsep ini
mengandung 3 (tiga) pesan penting, antara lain:
1. Perbaikan kinerja ekologi dan ekonomi dapat dan sudah
seharusnya saling melengkapi
2. Perbaikan kinerja lingkungan seharusnya tidak lagi dipandang
hanya sebagai amal dan derma, tetapi juga sebagai persaingan
(competitiveness)
3. Ekoefisiensi adalah suatu pelengkap dan pendukung
pengembangan yang berkesinambungan (sustainable development)

6
Ekoefisiensi mengimplikasikan peningkatan efisiensi berasal dari
perbaikan kinerja lingkungan. ada beberapa penyebab dan sumber
insentif untuk peningkatan efisiensi, antara lain:
1. Pelanggan menginginkan produk yang lebih bersih, yaitu produk
yang diproduksi tanpa merusak lingkungan serta penggunaan dan
pembuangannya ramah lingkungan
2. Para pegawai lebih suka bekerja di perusahaan yang bertanggung
jawab terhadap lingkungan dan akan menghasilkan produktivitas
yang lebih besar, yaitu kondisi kerja yang bersih dan aman akan
menarik pekerja yang baik dan mendorong produktivitas
3. Perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan
cenderung memperoleh keuntungan eksternal, seperti biaya modal
yang lebih rendah dan tingkat asuransi yang lebih rendah
4. Kinerja lingkungan yang lebih baik dapat menghasilkan
keuntungan sosial yang signifikan, seperti keuntungan bagi
kesehatan manusia
5. Fokus pada perbaikan kinerja lingkungan membangkitkan
keinginan para manajer untuk melakukan inovasi dan mencari
peluang baru
6. Pengurangan biaya lingkungan dapat mempertahankan atau
menciptakan keunggulan bersaing

Contohnya, antara tahun 1998 dan 2004, Baxter Internationa, Inc.


(produsen produk medis) mengurangi limbah beracun yang dibuang
ke udara, air, dan tanah, meningkatkan aktivitas daur ulang sebagai
hasilnya, melaporkan penghematan biaya lingkungan selama periode
tujuh tahun sebesar $81,9 juta.
Manajemen biaya efektif yang mengarah pada pengurangan biaya
seperti yang terjadi pada Baxter dan Interface memerlukan tersedianya
informasi biaya lingkungan bagi pihak manajemen.

7
Permintaan Pelanggan akan Produk
yang Lebih Bersih

Pengurangan Biaya Pegawai yang Lebih


dan Keunggulan Baik dan
Bersaing Produktivitas
Ekofisiensi

Inovasi Biaya Modal yang


dan Lebih Rendah dan
Peluang Asuransi yang
Lebih Rendah
Keuntungan Sosial yang Signifikan
sehingga Citra Perusahaan Menjadi
Lebih Baik

Penyediaan informasi keuangan perlu mendefenisikan, mengukur,


mengklarifiksikan, dan membebankan biaya-biaya lingkungan pada
proses, produk, objek biaya lain. Biaya lingkungan harus dilaporkan
sebagai sebuah klasifikasi terpisah agar menejer dapat menilai
pengaruhnya terhadap profitabilitas perusahaan. Selain itu, dengan
membebankan biaya lingkungan pada produk dan proses, sumber-
sumber dari biaya ini akan tampak dan membantu mengidentifikasi
penyebab-penyebab dasarnya agar dapat dikendaliakan

2.1.2. Model Biaya Kualitas


Dalam model kualitas lingkungan total, keadaan yang ideal adalah
tidak ada kerusakan lingkungan (sama dengan keadaan cacat nol pada
manajemen kualitas total). Kerusakan didefinisikan sebagai degradasi

8
langsung dari lingkungan, seperti emis residu benda pasat, cair, atau
gas ke dalam lingkungan (misalnya: pencemaran air dan polusi udara),
atau degradasi tidak langsung seperti penggunaan bahan baku dan
energi yang tidak perlu.
Dengan demikian, biaya lingkungan dapat disebut biaya kualitas
lingkungan (invironmental quality cost). Sama halnya dengan biaya
kualitas, biaya lingkungan adalah biaya-biaya yang terjadi karena
kualitas lingkungan yang buruk atau kualitas ikan yang buruk
mungkin terjadi. Jadi, biaya lingkungan berhubungan dengan kreasi,
deteksi, perbaikan dan pencegahan degradasi lingkungan. Dengan
definisi ini, biaya lingkungan dapat di klasifikasikan menjadi empat
kategori: biaya pencegahan (prevention cost), biaya deteksi (detection
cost), biaya kegagalan ingternal (internal fairul cost), dan biaya
kegagalan eksternal (external failur costs). Selanjutnya, biaya
kegagalan eksternal dapat di bagi lagi menjadi kategori yang di
realisasi dan tidak direalisasikan.
Biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention cost)
adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah
diproduksinya limbah dan/ atau sampah yang dapat merusak
lingkungan.
Contoh-contoh aktivitas pencegahan: evaluasi dan pemilihan
pemasok, evaluasi dan pemilihan alat untuk mengendalikan polusi,
desain proses dan produk untuk mengurangi atau menghapus limbah,
melatih pegawai, mempelajari dampak lingkungan, audit risiko
lingkungan, pelaksanaan peneliti lingkungan, pengembangan sistem
manajemen lungkungan, daur ulang produk, serta pemerolehan
sertivikat ISO 14001.
Biaya deteksi lingkungan (environmental detection costs) adalah
biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk menentukan bahwa
produk, proses, dan aktivitas lain di perusahaan telah memenuhi
standar lingkungan yang berlaku atau tidak. Standar lingkungan dan
prosedur yang diikuti oleh perusahaan didefinisikan dalam tiga cara:
peraturan pemerintah, standar sukarela (ISO 14001) yang di

9
kembangkan international standards 6 organization, dan kebijakan
lingkungan yang dikembangkan manajemen.
Contoh-contoh aktivitas deteksi adalah audit aktivitas lingkungan,
pemeriksaan produk dan proses (agar rumah lingkungan),
pengembangan ukuran kinerja lingkungan, pelaksanaan pengujian
pencemaran, verifikasi kinerja lingkungan dari pemasok, serta
pengukuran tingkat pencemaran.
Biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal
failure costs) adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan
karena diproduksinya limbah dan sampah, tetapi tidak di buang ke
lingkungan luar. Jadi, biaya kegagalan internal terjadi untuk
menghilangkan dan mengolah limbah dan sampah ketika di produksi.
Aktivitas kegagalan internal memiliki salah satu dari dua tujuan
berikut:
• Memastikan limbah dan sampah yang diproduksi tidak di buang
ke lingkungan luar
• Mengurangi tingkat limbah yang di buang sehingga jumlahnya
tidak melewati standar lingkungan.
Contoh-contoh aktivitas kegagalan internal adalah pengoperasian
peralatan untuk mengurangi atau menghilangkan polusi, pengolahan
dan pembuangan limbah beracun, pemeliharaan peralatan polusi,
lisensi fasilitas untuk memproduksi limbah, serta daur ulang sisa
bahan.
Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental external
failure) adalah biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah
melepas limbah atau sampah ke dalam lingkungan. Biaya kegagalan
eksternal yang direalisasi (realized external failure costs) adalah biaya
yang dialami dan dibayar oleh perusahaan. Biaya kegagalan eksternal
yang tidak direalisasikan (unrealized external failur cost) atau biaya
sosial disebabkan oleh perusahaan, tetapi dialami dan dibayar oleh
pihak-pihak di luar perusahaan. Biaya sosial lebih lanjut dapat
diklasifikan sebagai :
• Biaya yang berasal dari degradasi lingkungan

10
• Biaya yang berhubungan dengan dampak buruk terhadap properti
atau kesejahteraan masyarakat
Pada kasus-kasus tersebut biaya ditanggung oleh pihak lain, bukan
oleh perusahaan, meskipun hal tersebut disebabkan oleh perusahaan.
Dari keempat kategori biaya lingkungan, kategori kegagalan eksternal
paling merusak. Contohnya, laporan dari environmental protection
agency menunjukkan biaya pembersihan swasta, menurut
Comprehensive Enveronmental Response, Compensation, and
Liability Act tahun 1980-an telah mencapai puluhan miliar 7 dolar.
Lebih jauh, biaya pembersihan yang harus di tanggung para pembayar
pajak juga akan mencapai ratusan miliar dolar. Pembersihan limbah
perlindungam saja diperkirakan $500 miliar.
Contoh biaya kegagalan eksternal yang direlisasi adalah pembersihan
danau yang tercemar, pembersihan minyak yang tumpah, pembersihan
tanah yang tercemar, penggunaan bahan baku dan energi yang tidak
efisien, penyelesaian klaim kecelakaan pribadi dari praktik kerja yang
tidak ramah lingkungan, penyelesaian klaim kerusakan properti,
pembaruan tanah keadaan alaminya, dan hilangnya penjualan karena
reputasi lingkungan yang buruk.
Contoh biaya sosial mencakup perawatan medis karena udara yang
terpolusi (kesejahteraan individu), hilangnya kegunaan danau sebagai
tempat rekreasi karena pencemaran (degradasi), hilangnya lapangan
pekerjaan karena pencemaran (kesejahteraan individual), dan rusaknya
ekosistem karena pembuangan sampah padat (degradasi).

2.1.3. Laporan Biaya Lingkungan


Pelaporan biaya lingkungan adalah penting jika sebuah organisasi
serius memperbaiki kinerja lingkungannya dan mengendalikan biaya
lingkungannya. Langkah pertama yang baik adalah laporan yang
memberikan perincian biaya lingkungan menurut kategori. Pelaporan
biaya lingkungan menurut kategori memberikan dua hasil yang
penting, antara lain:

11
1. Dampak biaya lingkunga terhadap profitabilitas perusahaan
2. Jumlah relatif yang dihabiskan untuk setiap kategori

2.1.4. Mengurangi Biaya Lingkungan


Biaya kegagalan lingkungan dapat dikurangi dengan
menginvestasikan lebih banyak aktivitas pencegahan dan deteksi.
Model pengurangan biaya lingkungan mungkin akan berperilaku
serupa dengan model biaya kualitas total. Biaya lingkungan terendah
yang diperoleh pada titik kerusakan-nol mungkin sama seperti titik
cacat-nol pada model biaya kualitas total. Sudut pandang ini sejalan
dengan pemahaman ekoefisiensi. Alasan harus ada peraturan dulu
sebelum perusahaan mencari pendeatan yang lebih efisien disebabkan
oleh pandangan umum bahwa perbaikan kinerja lingkungan
merupakan tindakan untuk amal; selain itu, karena banyaknya
perusahaan yang tidak memiliki informasi biaya lingkungan yang
penting. Pengetahuan biaya lingkungan dan hubungannya dengan
produk, misalnya dapat menjadi sebuah insentif yang kuat untuk
inovasi peningkatan efisiensi.

2.1.5. Laporan Keuangan Lingkungan


Ekoefisiensi menyarankan sebuah kemungkinan modifikasi untuk
pelaporan biaya lingkungan. Secara khusus, selain melaporkan biaya
lingkungan, laporan keuangan lingkungan juga melaporkan
keuntungan lingkungan. pada suatu periode tertentu, ada tiga jenis
keuntungan, antara lain:
1. Pemasukan, mengacu pada pendapatan yang mengalir ke dalam
organisasi karena tindakan lingkungan seperti mendaur ulang
kertas, menemukan aplikasi baru untuk limbah yang tidak
berbahaya (misalnya: menggunakan sisa kayu untuk membuat
pion catur dan papan mainan), dan meningkatkan penjualan
karema penguatan citra lingkungan

12
2. Penghindaran biaya mengacu pada penghematan berjalan yang
dihasilkan di tahun-tahun sebelumnya
3. Penghematan mengacu pada pengurangan biaya lingkungan yang
dicapai tahun ini
Dengan membandingkan keuntungan yang didapat dengan biaya
lingkungan yang terjadi pada periode tertentu, suatu laporan keuangan
lingkungan dapat disusun. Manajer dapat menggunakan laporan
tersebut untuk menilai kemajuan (keuntungan yang dihasilkan) dan
potensi kemajuan (biaya lingkungan). Laporan keuangan lingkungan
juga dapat menjadi bagian dari laporan kemajuan lingkungan yang
disediakan bagi pihak pemegang saham setiap tahunnya.
Pengurangan biaya yang ditunjukkan adalah jumlah penghematan saat
ini ditambah dengan penghindaran biaya lingkungan karena tindakan
lingkungan pada periode sebelumnya. Keuntungan yang dilaporkan
menunjukkan kemajuan yang baik, tetapi biayanya masih hampir tiga
kali lebih besar daripada keuntungannya. Hal tersebut menunjukkan
perbaikan lebih lanjur masih sangat dibutuhkan.

2.2.Membebankan Biaya Lingkungan


Produk dan proses merupakan sumber-sumber biaya lingkungan.
Proses yang memproduksi produk dapat menciptakan residu padat, cair, dan
gas yang selanjutnya dilepas ke lingkungan. Residu ini memiliki potensi
mendegradasi lingkungan. Dengan demikian, residu merupakan penyebab
biaya kegagalan lingkungan internal dan eksternal (misalnya: investasi pada
peralatan untuk mencegah penyebaran residu ke lingkungan dan pembersihan
residu setelah memasuki lingkungan). Proses produksi bukanlah satu-satunyu
sumber biaya lingkungan. Pengemasan juga merupakan sumber biaya
lingkungan. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, 30% dari semua limbah
padat perkotaan merupakan bahan kemasan.\

13
Thamus Corporation
Laporan Keuangan Lingkungan
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2008
Keuntungan lingkungan:
Pengurangan biaya, pencemaran $ 3.000.000
Pengurangan biaya, pembuangan limbah yang berbahaya 4.000.000
Pemasukan daur ulang 2.000.000
Pengurangan biaya pengemasan 1.000.000
Total keuntungan lingkungan $ 11.500.000
Biaya lingkungan:
Biaya pencegahan $ 2.800.000
Biaya deteksi 3.200.000
Biaya kegagalan internal 6.000.000
Biaya kegagalan eksternal 18.000.000
Total biaya lingkungan $ 30.000.000

Produk ini dapat menjadi sumber biaya lingkungan. Setelah


menjual produk, penggunaan dan pembuangan oleh pelanggan dapat
mengakibatkan degradasi lingkungan. Hal ini adalah contoh biaya lingkungan
pascapembelian. Biaya lingkungan pascapembelian sering ditanggung oleh
masyarakat, bukan oleh perusahaan sehingga merupakan biaya sosial. Akan
tetapi, biaya lingkungan pasca pembelian terkadang dikonversi menjadi biaya
eksternal yang direalisasikan.

2.2.1. Biaya Produk Lingkungan


Biaya lingkungan dari proses yang memproduksi, memasarkan, serta
mengirimkan produk dan biaya lingkungan pascapembelian yang
disebabkan oleh penggunaan dan pembuangan produk merupakan
contoh-contoh biaya produk lingkungan (environmental product
costs). Penghitungan biaya lingkungan penuh (full environmental
costing) adalah pembebanan semua biaya lingkungan, baik yang
bersifat privat maupun sosial, pada produk. Penghitungan biaya privat
penuh (full private costing) adalah pembebanan biaya privat pada

14
produk individual. Jadi, penghitungan biaya privat membebankan
biaya lingkungan yang disebabkan oleh proses internal organisasi
pada produk. Penghitungan biaya privat mungkin merupakan titik
awal yang baik bagi banyak perusahaan. Biaya privat dapat
dibebankan dengan menggunakan data yang dihasilkan di dalam
perusahaan. Biaya penuh memerlukan pengumpulan data yang
dihasilkan di luar perusahaan dari pihak ketiga. Ketika perusahaan
mulai berpengalaman dengan penghitungan biaya lingkungan,
pembebanan biaya produk mungkin dapat diperluas dan
mengimplementasikan pendekatan yang disebut penilaian biaya siklus
hidup (life-cycle cost assessment) Hal tersebut akan dijelaskan pada
bagian selanjutnya dari bab ini.
Pembebanan biaya lingkungan pada produk dapat menghasilkan
informasi manajerial yang bermanfaat. Contohnya, mungkin dapat
diketahui bahwa suatu produk tertentu lebih bertanggung jawab atas
limbah beracun daripada produk lainnya. Informasi ini dapat
mengarah pada desain produk dan proses alternatif yang lebih efisien
dan ramah lingkungan. Dengan membebankan biaya lingkungan
secara tepat, dapat diketahui apakah suatu produk menguntungkan
atau tidak. Jika tidak menguntungkan, produk tersebut dapat
dihentikan untuk mencapai perbaikan yang signifikan dalam kinerja
lingkungan dan efisiensi ekonomi. Peluang perbaikan tersedia luas,
tetapi pengetahuan mengenai biaya produk lingkungan merupakan
kuncinya. Oleh sebab itu, biaya lingkungan perlu dibebankan secara
akurat.

2.2.2. Pembebanan Biaya Lingkungan Berbasis Fungsi


Pada sebagian besar sistem akuntansi biaya, biaya lingkungan
disembunyikan di dalam overhead. Dengan menggunakan definisi
biaya lingkungan dan kerangka kerja klasifikasi yang baru
dikembangkan, pertama-tama, biaya lingkungan harus dipisahkan
dalam kelompok biaya lingkungan. Setelah dipisahkan dalam
kelompoknya sendiri, penghitungan biaya berbasis fungsi akan
15
membebankan biaya-biaya tersebut pada produk individual dengan
menggunakan penggerak tingkat-unit seperti jumlah jam tenaga kerja
dan jam mesin. Pendekatan ini dapat berjalan baik untuk produk yang
homogen. Namun, dalam perusahaan yang memiliki banyak produk
bervariasi, pembebanan berbasis fungsi dapat mengakibatkan distorsi
biaya.

Produk yang diproduksi oleh Thamus di antaranya: Jenis A dan Jenis


B. Sebanyak 50.000 lembar diproduksi untuk setiap jenis, setiap jenis
kaca memerlukan setengah jam mesin. Anggaplah jam mesin akan
digunakan untuk membebankan biaya lingkungan ke produk. Dalam
produksi kaca, terdapat emisi kadmium. Untuk memproduksi emisi
kadmium, harus ada izin pemerintah tertentu yang biayanya $300.000.
Izin tersebut harus diperbarui setiap tiga tahun sekali. Jadi, biaya
perizinan adalah $100.000 per tahun. Izin tersebut memperbolehkan
tingkat emisi kadmium tertentu. Jika emisi melebihi tingkat yang
diizinkan, perusahaan akan didenda. Inspeksi mendadak dilaksanakan
setiap tiga bulan sekali. Denda yang dibayarkan perusahaan rata-rata
$50.000 per tahun. Jadi, biaya tahunan emisi kadmium adalah
$150.000 ($100.000 + $50000). Biaya lingkungan per jam mesin
adalah $3 ($150.000/50.000 iam mesin). Penggunaan tarif ini
menghasilkan biaya lingkungan per unit sebesar $1,50 untuk setiap
produk ($3 x l/2 jam mesin).

Keakuratan pembebanan merupakan hal yang penting. Sebagai


contoh, bagaimana jika kaca Jenis A merupakan penyebab dari semua
atau sebagian besar emisi kadmium? Jika Jenis A yang menyebabkan
semua emisi, maka biaya lingkungan seharusnya $3 per unit untuk
Jenis A dan $0 per unit untuk Jenis B. Dalam hal ini, pembebanan
biaya Jenis A terlalu rendah dan pembebanan biaya Jenis B tcrlalu
tinggi. Kemungkinan itu bukanlah suatu hal mustahil. Hal yang sangat
mirip terjadi pada Spectrum Glass, produsen kaca khusus.
Perusahaan tersebut menemukan bahwa hanya satu produk, yaitu
“Ruby Red”, yang menyebabkan semua emisi kadmiumnya. “ Namun
16
demikian, sistem akuntansi biayanya membebankan sebagian biaya ini
pada setiap produk yang dihasilkan. Setelah membaca pengalaman
Spektrum, Thamus memperbaiki sistem biaya lingkungannya dengan
menggunakan perhitungan biaya berdasarkan aktivitas.

2.2.3. Pembebanan Biaya Lingkungan Berbasis Aktivitas


Munculnya penghitungan biaya berbasis aktivitas memfasilitasi
penghitungan biaya lingkungan. Penelusuran biaya lingkungan ke
produk-produk yang menyebabkan biaya-biaya tersebut merupakan
syarat utama dari sistem akuntansi lingkungan yang baik. Dalam hal
ini, diperlukan pembebanan biaya dengan menggunakan hubungan
sebab-akihat. Pendekatan ini tentu sama persis dengan ABC.

Lihat Kembali Contoh Kadmium Di Thamus Emisi kadmium.


Emisi kadmium adalah aktivitas lingkungan (dalam hal ini, aktivitas
kegagalan eksternal). Biaya aktivitas ini adalah biaya denda dan biaya
perizinan $150.000. Sekarang, anggaplah jumlah emisi kadmium
adalah ukuran output aktivitas dan anggaplah jumlahnya 20.000 unit.
Tarif aktivitas adalah $7,50 per unit ($150.000/20000 unit). Jika jenis
A memproduksi 20.000 unit emisi dan Jenis B memproduksi 0 unit.
maka pembebanan buaya seharusnya: $150000 untuk Jenis A ($7.50 x
20.000) dan $0 untuk Jenis B. Pembebanan ABC ini menghasilkan
unit hiaya lingkungan sebesar $3 untuk jenis A ($150.000/50.000) dan
$0 untuk jenis B.

Aktivitas Pembersih A Pembersih B


Mengevaluasi dan memilih produk 0,20 0,05
Mendesain proses (untuk mengurangi polusi) 0,10 0,10
Memeriksa proses (untuk masalah polusi) 0,25 0,15
Menangkap dan menghilangkan racun 0,05 1,00
kloroflorokarbon
Memelihara peralatan lingkungan 0,00 0,50

17
Membuang limbah beracun 0,10 1,75
Menggunakan bahan baku secara berlebihan 0,08 0,25
Biaya lingkungan per unit $0,78 $3,80
Biaya manufaktur lainnya (non lingkungan) 9,02 16,20
Biaya unit $9,80 $20,00
Unit yang diproduksi 100.000 100.000
Tampilan 17-5. Penghitungan Biaya Lingkungan ABC

Semua biaya yang dibebankan pada contoh ini merupakan biaya


privat. Biaya sosial juga dimungkinkan. Jika demikian dan jika dapat
diperkirakan, maka pendekatan penghitungan biaya yang lebih
menyeluruh dapat digunakan. Sebagai contoh, emisi kadmium
menyebabkan $ 150.000 per tahun untuk pengeluaran medis bagi
mereka yang tinggal di komunitas yang dipengaruhi oleh emisi
tersebut. Dalam hal ini, biaya per unit untuk Jenis A akan berlipat
ganda.

Contoh dengan Aktivitas Ganda


Contoh kadmium hanya memiliki satu aktivitas. Pada kenyataannya,
terdapat aktivitas-aktivitas lingkungan ganda. Setiap aktivitas akan
dibebankan biaya dan tingkat aktivitas akan dihitung. Kemudian,
tingkat ini digunakan untuk membebankan biaya lingkungan pada
produk berdasarkan penggunaan aktivitas. Sebagai contoh, Thamus
memproduksi dua jenis pembersih industri di pabriknya yang terletak
di Orlando. Tampilan 17-5 menunjukkan pembebanan biaya
lingkungan pada dua produk yang memiliki berbagai aktivitas.
Pembebanan biaya ini memungkinkan manajer untuk melihat dampak
ekonomi lingkungan relatif dari kedua produk. Di samping itu, jika
biaya lingkungan tersebut mencerminkan kerusakan lingkungan, unit
biaya lingkungan juga dapat bertindak sebagai indeks atau ukuran
kebersihan produk. Produk yang “lebih kotor” akan dapat menjadi
fokus usaha untuk memperbaiki kinerja lingkungan dan efisiensi
ekonomi. Tampilan 17-5 menunjukkan Pembersih B memiliki
masalah lingkungan yang lebih besar daripada Pembersih A. Total
18
biaya lingkungan Pembersih B adalah 5380000 (33,80 x 100.000) dan
merupakan 19% dari total biaya manufaktur. Lebih lanjut, biaya
kegagalan lingkungannya adalah $350000, besarnya 92,1 % dari total
biaya lingkungan. Pembersih A menunjukkan gambaran yang lebih
baik. Total biaya lingkungannya adalah $78.000 atau 8% dari total
biaya manufaktur, dan biaya kegagalannya adalah 29,5% dari tétal
biaya lingkungan. Hal ini membuktikan Pembersih B memerlukan
perbaikan lingkungan dan ekonomi yang terbesar.

2.3.Penilaian Biaya Siklus Hidup


Biaya produk lingkungan dapat menunjukkan kebutuhan untuk
meningkatkan pembenahan produk (product stewardship) perusahaan.
Pembenahan produk adalah praktik mendesain, membuat, mengolah, dan
mendaur ulang produk untuk meminimalkan dampak buruknya terhadap
lingkungan. Penilai siklus hidup (life-cycle assessment) adalah sarana
meningkatkan pembenahan produk. Penilaian siklus hidup mengidentifikasi
pengaruh lingkungan dari suatu produk di sepanjang siklus hidupnya,
kemudian mencari peluang untuk memperoleh perbaikan lingkungan.
Penilaian biaya siklus hidup (life-cycle cost assessment) membebankan biaya
dan keuntungan pada pengaruh lingkungan dan perbaikan.

2.3.1. Siklus Hidup Produk


Siklus hidup suatu produk meliputi: (1) ekstraksi sumber daya, (2)
pembuatan produk, (3) penggunaan produk, serta (4) daur ulang dan
pembuangan. Pengemasan produk merupakan bagian siklus hidup
produk yang sering tidak disebutkan. Sudut pandang siklus hidup
semacam ini menggabungkan sudut pandang pemasok, produsen dan
pelanggan. Penilaian biaya siklus hidup merupakan bagian mendasar
dari penilaian siklus hidup. Penilaian biaya siklus hidup
membebankan biaya ke dampak lingkungan dari beberapa desain
produk. Biaya ini adalah fungsi dari penggunaan bahan baku, energi

19
yang dikonsumsi, dan pelepasan ke lingkungan yang berasal dari
manufaktur produk.
Penilaian siklus hidup didefinisikan oleh tiga tahapan formal :
1. Analisis persediaan (inventory analysis): memberikan perincian
bahan baku, energi, dan pelepasan ke lingkungan dari suatu
produk.
2. Analisis dampak (impact analysis): menilai pengaruh lingkungan
dari beberapa desain dan memberikan peringkat relatif/penilaian
biaya dari pengaruh-pengaruh tersebut.
3. Analisis perbaikan (improvement analysis): bertujuan untuk
mengurangi dampak lingkungan yang ditunjukkan oleh analisis
persediaan dan dampak.

2.3.2. Tahap Penilaian


Penilaian siklus hidup didefinisikan oleh tiga tahapan formal: analisis
persediaan, analisis dampak, dan analisis perbaikan. Analisis
persediaan menyebutkan jenis dan jumlah input bahan baku dan
energi yang dibutuhkan serta pelepasan ke lingkungan yang dihasilkan
dalam bentuk residu padat, cair, dan gas. Analisis persediaan
mencakup seluruh siklus hidup produk. Analisis dampak menilai
20
pengaruh lingkungan dari beberapa desain bersaing dan menyediakan
peringkat relatif dari pengaruh-pengaruh tersebut. Analisis perbaikan
bertujuan mengurangi dampak lingkungan yang ditunjukkan oleh
tahap persediaan dan dampak.
Analisis Persediaan. Untuk mengilustrasikan analisis persediaan,
perhatikan contoh cangkir air panas sekali pakai untuk restoran siap
saji. Produsen dapat memilih membuat cangkir dengan menggunakan
kertas atau polystyrene foam (polyfoam). Setiap tahap dalam siklus
Hidup cangkir menghasilkan pertanyaan kunci tertentu.
1. Bahan baku apa yang dibutuhkan untuk setiap jenis cangkir?
2. Berapa kebutuhan energi untuk memproduksi setiap produk?
3. Jenis pembuangan cairan atau emisi apa yang dihasilkan setiap
produk?
4. Apa potensi daur ulangnya?
5. Sumber daya apa yang dibutuhkan untuk pembuangan akhir?
Jawaban atas pertanyaan tersebut mendefinisikan analisis persediaan.
Tampilan 17-7 menjawab pertanyaan tersebut berdasarkan data yang
dilaporkan pada studi Martin Hocking.
Analisis Dampak. Selanjutnya, analisis dampak menilai makna
dari nilai yang disediakan oleh tahap analisis persediaan. Contohnya,
salah satu keunggulan cangkir kertas adalah kertas dibuat dari sumber
daya yang dapat diperbarui (kayu dan ranting), sedangkan cangkir
polyfoam bergantung pada minyak, sumber daya yang tidak dapat
diperbarui. Akan tetapi, pemeriksaan lebih teliti menunjukkan cangkir
kertas sebenarnya menggunakan lebih banyak bahan bakar minyak
dibanding cangkir polyfoam! Alasannya? Konversi ranting kayu
menjadi pulp, kemudian menjadi cangkir kertas dengan menggunakan
energi. Pembuangan cairan dan emisi yang dihasilkan selama siklus
hidup produk juga terdapat pada daftar di Tampilan 17-7. Menariknya,
satu-satunya hasil lepasan yang signifikan dari cangkir polyfoam ke
lingkungan adalah pentana, sejenis zat peledak. Di sisi lain, produksi
kertas memerlukan penggunaan kimia nonorganik secara ekstensi dan
pembuangan cairan dalam jumlah besar. Selain itu, daur ulang lebih
dimungkinkan oleh cangkir polyfoam. Akhirnya, pembuangan akhir-
21
paling tidak di tanah lebih dimungkinkan nich cangkir kertas karena
kemampuannya untuk lapuk dalam tanah. Namun, kemampuan ini
banyak dipertanyakan dalam studi-studi terkini yang menunjukkan
bahan yang dapat lapuk dalam tanah tetap dalam keadaan tidak lapuk
selama periode yang cukup paniang. Dari sudut pandang berbagai
dampak lingkungan, cangkir polyfoam mungkin lebih baik daripada
cangkir kertas!
Cangkir Cangkir
Kertas Polyfoam
Penggunaan bahan baku per cangkir :
Kayu dan bantang (g) 33,0 0,0
Minyak bahan bakar (g) 4,1 3,2
Berat akhir (g) 10,0 11,5
Utilitas per mg bahan baku :
Uap (kg) 9.000 – 12.000 5.000
Listrik (GJ) 3,5 0,4 – 0,6
Air pendingin (m3) 50 154
Pembuangan cairan per mg bahan :
Volume (m3) 50 – 190 0,5 – 2,0
Bahan padat penahan (kg) 35 – 60 Trace
Kebutuhan oksigen (kg) 30 – 50 0,07
Organoklorida (kg) 5–7 0
Garam besi (kg) 1 – 20 20
Emisi udara per mg bahan baku :
Klorin (kg) 0,5 0
Sulfida (kg) 2,0 0
Partikel (kg) 5 – 15 0,1
Pentana (kg) 0 35 – 50
Potensi daur ulang :
Penggunaan utama Sulit Mudah
Setelah penggunaan Rendah Tinggi
Pembuangan akhir : 20 40
Perbaikan panas (Mj / kg)

22
Massa ke tanah (g) 10,1 11,5
Lapuk secara alami Ya tidak
Tampilan 17-7. Analisis Persediaan

Penilaian Biaya Sampai saat ini, analisis hanya menggunakan


ukuran-ukuran nonkeuangan dan faktor-faktor kualitatif. Contoh
cangkir air panas memang telah memungkinkan penggunaan biaya
dan membahas nilainya dalam penilaian siklus hidup. Penilaian biaya
siklus hidup menentukan pengaruh keuangan dari dampak lingkungan
yang diidentifikasi pada tahap persediaan dan tahap perbaikan dari
penilaian siklus hidup. Penilaian biaya lingkungan untuk tahap
persediaan dapat memfasilitasi analisis dampak. Pada contoh cangkir
kertas versus cangkir polyfoam, perbandingan data operasional cukup
jelas dalam arti bahwa dampak lingkungan satu produk hampir selalu
lebih sedikit dari produk lainnya. Namun, meskipun demikian,
beberapa pertanyaan masih bisa muncul. Misalnya, berapa biaya untuk
memproduksi emisi pentana dibandingkan dengan biaya partikel dan
pembuangan cairan? Apa keuntungan ekonomi dari daur ulang,
cangkir polyfoam? Keunggulan pembebanan biaya adalah total lainya
lingkungan menyediakan indeks yang dapat digunakan untuk
membuat ranking beberapa alternatif. Bagaimana biaya dibebankan?
Jawaban atas pertanyaan pembebanan biaya telah diberikan. Biaya
bahan baku dibebankan melalui penelusuran langsung. Jumlah bahan
baku yang dikonsumsi per unit dapat diidentifikasi, lalu dikalikan
dengan harga bahan baku. Biaya energi dan biaya memproduksi emisi
ke lingkungan dibebankan melalui penelusuran penggerak (driver
tracing). Jadi, untuk produk yang ada (atau proses, iika merupakan
objek biaya), aktivitas lingkungan terkait dan biayanya diidentifikasi,
tingkat aktivitasnya dihitung, dan biaya-biaya tersebut dibebankan
pada produk bersangkutan. Jika beberapa konsumsi energi dan emisi
ke lingkungan berhubungan dengan penggunaan produk setelah
pembelian, maka menurut analisis penghitungan biaya lingkungan
penuh perlu dimasukkan. Hal tersebut mungkin juga untuk
membebankan biaya privatnya saja. Daur ulang dan pembuangan

23
merupakan hal terpisah meskipun tetap menjadi isu penting. Sebagian
besar biaya adalah biaya sosial dan pengukurannya menjadi lebih
sulit. Penggunaan pendekatan perhitungan biaya privat juga
dimungkinkan untuk daur ulang dan pembuangan.
Sebagai contoh, anggaplah biaya lingkungan per unit berikut ini telah
ditentukan untuk kedua cangkir tersebut.

Cangkir Kertas Cangkir Polyfoam


Penggunaan bahan baku $ 0,010 $ 0,004
Utilitas $ 0,012 $ 0,003
Sumber daya yang berhubungan dengan limbah 0,008 0,005
Total biaya privat $ 0,030 $ 0,012
Keuntungan daur ulang (sosial) ( 0,001) ( 0,004)
Biaya lingkungan per unit $ 0,029 $ 0,008

Biaya siklus hidup per unit menyediakan ukuran ringkasan dari


dampak lingkungan relatif dari kedua produk dan disediakan untuk
mendukung interpretasi kualitatif dari data lingkungan operasional
dan subjektif yang ditemukan pada Tampilan 17.7.
Analisis Lingkungan. Penilaian dampak lingkungan dalam istilah
operasional dan keuangan menetapkan tahap untuk langkah terakhir,
yaitu mencari cara mengurangi dampak lingkungan dari alternatif-
alternatif yang dipertimbangkan atau dianalisis. Langkah inilah yang
berhubungan dengan sistem pengendalian organisasi. Perbaikan
kinerja lingkungan dari produk dan poses yang ada merupakan tujuan
keseluruhan dari sistem pengendalian lingkungan.

2.4.Akuntansi Pertanggungjawaban Lingkungan Berbasis


Strategi
Tujuan keseluruhan dari perbaikan kinerja lingkungan mengusulkan
kinerja perbaikan berkelanjutan untuk pengendalian lingkungan adalah paling
sesuai. Pada kenyataannya, sebuah perspektif lingkungan kemungkinan

24
adalah perspektif kelima dari dari kerangka kerja Balanced
Scorecard.Pencetus Balanced Scorecard menyebutkan contoh khusus di
mana perusahaan menambahkan perspektif lingkungan ke dalam Balanced
Scorecard mereka. “ Jika suatu pihak menerima paradigma ekoefisiensi,
maka perspektif lingkungan dapat diterima karena perbaikan kinerja
lingkungan dapat menjadi sumber dari keunggulan bersaing (kriteria untuk
sebuah perspektif akan dimasukkan). Sistem manajemen lingkungan berbasis
strategi (strategic-based environmental system) menyediakan kerangka kerja
operasional untuk memperbaiki kinerja lingkungan. Sebagai contohnya,
perspektif lingkungan perlu dihubungkan dengan perspektif prosesuntuk
memperbaiki kinerja lingkungan. Pengetahuan mengenai akar penyebab dari
aktivitas lingkungan merupakan dasar untuk setiap perubahan desain proses
yang dibutuhkan untuk memperbaiki kinerja lingkungan. Jadi, kerangka kerja
Balanced Scorecard menyediakan tujuan dan ukuran terpadu untuk mencapai
keseluruhan tujuan dari perbaikan kinerja lingkungan.

2.4.1. Perspektif Lingkungan


Kita dapat mengidentifikasi sekurang-kurangnya lima tujuan inti dari
perspektif lingkungan:
1. Meminimalkan penggunaan bahan baku atau bahan yang masih
asli
2. Meminimalkan penggunaan bahan yang berbahaya
3. Meminimalkan kebutuhan energi untuk produksi dan penggunaan
produk
4. Meminimalkan pelepasan residu padat, cair, dan gas
5. Memaksimalkan peluang untuk daur ulang.

Ada dua tema lingkungan yang terkait dengan bahan baku dan energi
(tiga tujuan inti yang pertama). Pertama, energi atau bahan baku yang
digunakan tidak melebihi energ atau bahan baku yang dibutuhkan (isu
konservasi). Kedua, harus dicari sarana untuk menghilangkan
penggunaan bahan baku atau energi yang merusak lingkungan (isu zat
berbahaya). Ukuran kinerja harus mencerminkan kedua tema ini. Jadi,
ukuran-ukuran yang memungkinkan adalah berapa jumlah kuantitas
25
total dan per unit dari berbagai bahan baku dan energi (misalnya: berat
bahan kimia beracun yang digunakan), ukuran produktivitas
(output/bahan baku, output/energi), dan biaya bahan (energi)
berbahaya yang dinyatakan sebagai persentase total biaya bahan baku.
Tujuan inti yang keempat dapat direalisasikan dalam salah satu dari
dua cara berikut: (1) menggunakan teknologi dan metode untuk
mencegah pelepasan residu ketika diproduksi, dan (2) menghindari
produksi residu dengan mengientifikasi penyebab dasar serta
mendesain ulang produk dan proses untuk menghilangkan penyebab-
penyebabnya. Dari kedua metode tersebut, metode yang kedua lebih
disukai. Metode pertama mirip dengan pemerolehan kualitas produk
melalui pemeriksaan dan pengerjaan ulang (memeriksa kualitas).
Pengalaman dalam manajemen kualitas telah menunjukkan
pendekatan ini lebih mahal daripada melakukan dengan benar pada
saat pertama. Hasil ini sama dengan pengendalian residu saat
diproduksi. Lebih asuk akal untuk menghindari residu daripada
melakukannya ketika residu telah diproduksi. Ukuran kinerja untuk
tujuan ini mencakup berat limbah beracun yang diproduksi, volume
pembuangan cairan, jumlah gas rumah kaca yang diproduksi, dan
persentase pengurangan bahan baku pengemasan.
Tujuan kelima menekankan konservasi sumber daya yang tidak dapat
diperbaharui melalui penggunaan kembali. Daur ulang mengurangi
permintaan untuk ekstraksi tambahan bahan baku. Daur ulang juga
mnegurangi degradasi lingkungan degan megurangi pembuangan
sampah oleh pemakai akhir. Ukurannya mencakup berat bahan bbaku
yang didaur ulang, jumlah bahan baku yang berbeda-beda (semakin
sedikit, semakin baik), jumlah komponen yang berbeda-beda (semakin
sedikit, semakin baik untuk daur ulang), persentase unit yang dibuat
ulang, dan energi yang diproduksi dari pembakaran.

26
Tujuan Ukuran
Meminimalkan penggunaan bahan Jenis dan jumlah (total dan per unit)
berbahaya Persentase total biaya bahan baku
Ukuran produktivitas (output/input)
Meminimalkan penggunaan bahan baku Jenis dan jumlah (total dan per unit)
atau bahan yang masih asli Ukuran produktivitas (output/input)
Meminimalkan kebutuhan energi Jenis dan jumlah (total dan per unit)
Ukuran produktivitas (output/input)
Meminimalkan pelepasan residu Berat limbah beracun yang diproduksi
Volume pembuangan cairan
Jumlah gas rumah kaca yang diproduksi
Persentase pengurangan bahan baku
pengemasan
Memaksimalkan peluang untuk daur Berat bahan baku yang didaur ulang
ulang Jumlah komponen yang berbeda-beda
Persentase unit yang dibuat ulang
Energi yang diproduksi dari pembakaran
Tampilan 17-8 Tujuan dan Ukuran Perspektif Lingkungan

2.4.2. Peran Manajemen Aktivitas


Analisis aktivitas lingkungan penting untuk sistem pengendalian
lingkungan yang baik. Identifikasi aktivitas lingkungan dan penilaian
biayanya merupakan persyaratan untuk perhitungan biaya lingkungan
berbasis aktivitas. Pengetahuan mengenai biaya lingkungan dan
produk atau proses apa yang menyebabkannya merupakan hal yang
sangat penting sebagai langkah pertama untuk pengendalian.
Selanjutnya, aktivitas lingkungan harus diklasifikasikan sebagai
bernilai tambah dan tidak bernilai tambah.
Aktivitas tidak bernilai tambah adalah aktivitas yang tidak perlu ada
jika perusahaan broperasi secara optimal dan efisien. Menariknya,
Porter dan van der Linde menyatakan polusi lingkungan ekuivalen
dengan ketidakefisienan ekonomi.” Jika produksi limbah ekuivalen
dengan ketidakefisienan ekonomi seperti yang mereka nyatakan, maka

27
semua aktivitas yang gagal harus ditandai sebagai kegiatan tidak
bernilai tambah. Penggunaan paradigma ekoefisiensi
mengimplikasikan selalu ada aktivitas yang dapat menghindari
degradasi lingkungan secara secara simultan dan menghasilkan
keadaan efisiensi ekonomi yang lebih baik daripada keadaan sekarang.
Aktivitas yang gagal bukanlah satu-satunya aktivitas yang tidak
bernilai tambah. Aktivitas deteksi seperti pemeriksaan juga
merupakan aktivitas tidak bernilai tambah.
Biaya lingkungan tidak bernilai tambah adalah biaya dari aktivitas
tidak bernilai tambah. Biaya ini mewakili keuntungan yang dapat
ditangkap dengan cara memperbaiki kinerja lingkungan. Kunci uuntuk
menangkap keuntungan ini adalah mengidentifikasi akar penyebab
aktivitas yang tidak bernilai tambah, kemudian mendesain ulang
produk dan proses untuk meminimalkan dan akhirnya menghilangkan
aktivitas yang tidak bernilai tambah tersebut.
Desain untuk Lingkungan. Pendekatan desain khusus ini disebut
desain untuk lingkungan (design for the environment). Desain ini
menyentuh produk, proses, bahan baku, energi, dan daur ulang.
Dengan kata lain, keseluruhan daur hidup produk dan pengaruhnya
terhadap lingkungan harus dipertimbangkan. Sebagai contoh, proses
manufaktur adalah sumber langsung dari berbagai residu padat, cair,
dan gas. Residu ini banyak dilepaskan ke lingkungan. Desain ulang
suatu proses dapat menghilangkan produksi residu tersebut. Desain
produk juga dapat mengurangi degradasi lingkungan. Contohnya,
Eastman Kodak telah mendesain kamera khususnya untuk
memfasilitasi duar ulang. Kamera tersebut memiliki komponen yang
diberi kode dengan warna. Komponen tersebut dapat dipisahkan dan
digunakan untuk membuat kamera baru. Sekitar 86% dari setiap
kamera baru dibuat dari bahan daur ulang. Sebanyak 5.000.000 unit
diperkirakan telah didaur ulang sejak produk tersebut dipasarkan
dengan total sekitar 700.000 ton bahan baku.
Ukuran Keuangan. Perbaikan lingkungan harus menghasilkan
keuntungan keuangan yang signifikan. Hal ini berarti perusahaan telah
mencapai trade-off yang menguntungkan antara aktivitas yang gagal
28
dan aktivitas pencegahan. Jika keputusan ekoefisien dibaut, maka total
biaya lingkungan harus terhapus bersamaan dengan perbaikan kinerja
lingkungan. Jadi, tren biaya lingkungan merupakan ukuran kinerja
yang penting. Satu kemungkinan adalah mempersiapkan laporan biaya
lingkungan yang tidak bernilai tambah dari periode berjalan dan
membandingkannya dengan periode sebelumnya. Contoh laporan
seperti ini ditunjukkan pada Tampilan 17-9. Kita perlu berhati-hati
dalam mengukur biaya dan tren. Pengurangan biaya harus terkait
dengan perbaikan lingkungan da bukan sekedar menghilangkan
kewajiban terhadap ingkungan. Jadi, biaya kegagalan eksternal harus
mencerminkan kewajiban tahunan rata-rata yang berasal dari efisiensi
lingkungan saat ini. Oleh sebab itu, biaya pembersihan polusi air pada
tahun 2005 merupakan biaya tahunan yang diharapkan dengan
menganggap kinerja lingkungan saat ini tetap sama. Biaya
pembersihan sebesar $900.000, misalnya, dapat menjadi jumlah
tahunan yang harus disisihkan untuk mendapatkan dana total yang
dibutuhkan untuk melakukan pembersihan lima tahun dari sekarang.
Karena tindakan diambil untuk memperbaiki kinerja lingkungan,
jumlah pembersihan di masa depan dapat terhapus sehingga
mengurangi jumlah tahunan menjadi $700.000. Dengan demikian, tren
perbaikan sebesar $200.000 berhubungan dengan perbaikan kinerja
lingkungan.
Kemungkinan lainnya adalah menghitung biaya ingkungan total
sebagai persentase penjualan dan menelusuri nilai ini selama beberapa
periode. Tampilan 17-10 mengilustrasikan grafik tren semacam ini.
Grafik ini mennarik karena menelusuri semua biaya lingkungan dan
bukan hanya biaya lingkungan yang tidak berniali tambah. Jika
keputusan ekoefisien dibuat, kita perlu mengamati pengurangan total
biaya lingkungan. Hal ini berarti terdapat trade-off yang
menguntungkan antara investasi untuk aktivitas pencegahan yang
berhubungan dengan lingkungan dan pengurangan biaya kegagalan
lingkungan. Trennya harus mengarah ke bawah, sejalan dengan
dibuatnya investasi ekoefisien.

29
Tahun
Aktivitas Lingkungan Tidak Bernilai Tambah
2008 2007
$
Proses pemeriksaan 200.000 $ 240.000
Pengoperasian peralatan polusi 350.000 400.000
Pemeliharaan peralatan polusi 200.000 200.000
Pembersihan polusi air 700.000 900.000
Klaim kerusakan properti 300.000 400.000
Total $1.750.000 $2.140.000
Tampilan 17-9 Tren Biaya Tidak Berniali Tambah: Biaya Lingkungan

Ilustrasi grafik lain untuk area tertentu juga dapat menunjukkan


kemajuan yang dibuat. Sebagai contoh, grafik batang dapat digunakan
untuk menunjukkan jumlah total polutan yang dilepaskan setiap
tahuun. Tren ke arah bawah merupakan indikasi yang diharapkan.
Bagan lingkaran juga dapat berguna. Sebagai contoh, bagan lingkaran
akan menampilkan pengelolaan limbah berbahaya secara nyata
menurut katergorinya: persentase pembakaran sampah, persentase
daur ulang sampah, persentase sampah yang dibuang ke tanah terbuka,
persentase sampah yang diolah, dan persentase sampah yang dikubur.
Tampilan 17-11 mengilustrasikan analisis grafik batanguntuk CFC
(kloroflorokarbon) yang dilepaskan selama periode empat tahun, dan
Tampilan 17-12 menunjukkan bagan lingkungan untuk peneglolaan
limbah berbahaya.

Tampilan 17-10 grafik Tren Biaya Lingkungan

30
Emisi CFC
100

80

60
Jumlah yang dilepaskan
40 (dalam pon)

20

0
2005 2006 2007 2008

Tampilan 17-11 Grafik Batang untuk Analisis Tren

Dibakar 35,0 %

Dikubur 20,0%

Dibuang ke tanah terbuka


25,0%
Didaur ulang 5,0%

Diolah 15,0%

Tampilan 17-12 Bagan Lingkaran Limbah Berbahaya

2.4.3. Contoh kasus


Pada awal tahun 2008, Kleaner Company memulai sebuah program
untuk memperbaiki kinerja lingkungannya. Berbagai usaha dilakukan
untuk mengurangi produksi dan emisi residu gas, padat, dan cair yang
mencemari lingkungan. Dalam rapat eksekutif pada akhir tahun,
manajer lingkungan menyatakan perusahaan rapat eksekutif pada akhi
tahun, manajer lingkungan menyatakan perusahaan telah membuat
perbaikan yang signifikan dalam kinerja lingkungannya dengan

31
mengurangi emisi semua jenis residu yang mencemari lingkungan.
Presiden direktur perusahaan senang mendengar laporan kesuksesan
tersebut, tetapi menginginkan suatu penilaian konsekuensi keuangan
dari perbaikan lingkungan tersebut. Untuk memenuhi permintaan ini,
data keuangan untuk tahun 2007 dan 2008 diikumpulkan dan disajikan
sebagai berikut (semua perubahan biaya merupakan hasil dari
perbaikan lingkungan).

2007 2008
Penjualan $ 20.000.000 $ 20.000.000
Mengevaluasi dan memilih produk 0 600.000
Mengolah dan membuang bahan beracun 1.200.000 800.000
Proses pemeriksaan (tujuan lingkungan) 200.000 300.000
Restorasi tanah (kontribusi dana tahunan) 1.600.000 1.200.000
Memelihara peralatan polusi 400.000 300.000
Meguji pencemar lingkungan 150.000 100.000

Diminta
1. Klasifikasikan biaya-biaya tersebut sebagai biaya pencegahan,
deteksi, kegagalan internal, ataupun kegagalan eksternal !
2. Buatlah laporan biaya lingkungan untuk tahun terakhir! Nyatakan
biaya-biaya sebagai persentase penjualan (bukan biaya
operasional).

Solusi
1. Biaya pencegahan : evaluasi dan pemilihan pemasok,
Biaya deteksi : pengujian pencemar lingkungan dan proses
pemeriksaan,
Kegagalan internal : pemeliharaan peralatan polusi serta
pengolahan dan pembuangan bahan beracun,
Kegagalan eksternal : restorasi tanah.

32
2.

Biaya Persentase dari


Lingkungan Penjualan
Biaya pencegahan :
Mengevaluasi dan memilih pemasok $ 600.000 3,00 %

Biaya deteksi :
Proses pemeriksaan $ 300.000
Menguji pencemar lingkungan 100.000
$ 400.000 2,00
Biaya kegagalan internal :
Mengolah dan membuang bahan beracun $ 800.000
Memelihara peralatan polusi 300.000
$ 1.100.000 5,50
Biaya kegagalan eksternal :
Restorasi tanah $ 1.200.000 6,00
Total biaya lingkungan $ 3.300.000 16,50 %

33
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Manajemen biaya sangatlah penting perannya dalam perusahaan,
organisasi maupun pemerintahan non laba berupa informasi keungan tentang
biaya dan pendapatan maupun informasi non keuangan yang relevan yaitu
produktivitas, kualitasdan faktor kunci sukses lainnya untuk perusahaan.
Fokus utama informasi manajemen biaya adalah kemanfaatan dan ketepatan
waktu.

3.2.Saran
Pada saat pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih
banyak kekurangan/ kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah
dalam kesimpulan diatas.

34
DAFTAR PUSTAKA

Hansen, D., & Maryanne M. Mowen. (2009). Akuntansi Manajerial, Buku 2.


Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat.
Indrayati. (2017). Akuntansi Manajemen. Malang: Media Nusa Creative.

35

Anda mungkin juga menyukai