Anda di halaman 1dari 2

Kamis, 22 Agustus 2013

Pertanyaan:
Apakah Yayasan Keagamaan Dapat Mempunyai Hak Milik Atas Tanah?
Apakah sebuah yayasan keagamaan berhak memiliki sebidang tanah dengan status
kepemilikan Hak Milik? Apa dasar hukumnya? Apabila diperbolehkan, bagaimana
prosesnya? Terima kasih.
Agustinus_Christian
Jawaban:
Tri Jata Ayu Pramesti, S.H.

Untuk mengetahui apakah sebuah yayasan keagamaan berhak memiliki sebidang tanah
dengan status kepemilikan hak milik atau tidak, terlebih dahulu kita perlu mengetahui
status kedudukan yayasan keagamaan itu sendiri.
Yayasan merupakan badan hukum sebagaimana diatur dalam UU No. 28 Tahun 2004
tentang Perubahan Atas UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan (“UU 28/2004”).
Di dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
(“UU Yayasan”) disebutkan:
 
“Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang
dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di
bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai
anggota.”
 
Dari bunyi pasal tersebut dapat kita ketahui bahwa yayasan keagamaan merupakan
badan hukum yang kekayaannya dipisahkan dan diperuntukkan untuk tujuan
keagamaan. Kita ambil contoh gereja, M. Yasin, S.H., M.H. dalam tulisannya yang
berjudul Gereja sebagai Pemohon Informasi Publik mengatakan bahwa dilihat dari
sifatnya, badan hukum dapat dibagi dua, yaitu badan hukum publik dan badan hukum
privat. Dalam lingkup badan hukum privat inilah gereja (kerkgenootschappen) dapat
dikategorikan sebagai badan hukum.
Masih bersumber dari tulisannya, Yasin mengatakan bahwa menurut Victorius MH
Randa Puang (2012), kedudukan gereja atau perkumpulan gereja sebagai badan hukum
sering tidak diketahui atau dipahami, termasuk kalangan Kristen dan Katholik. Status
gereja sebagai badan hukum sudah melekat sejak zaman Belanda, yakni Pasal 1
Staatblad Tahun 1927 No. 156. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963
tentang Penunjukan Badan-Badan Hukum yang Dapat Mempunyai Hak Milik atas
Tanah (“PP 38/1963”) menetapkan antara lain badan-badan keagamaan sebagai pihak
yang berhak mendapat hak milik atas tanah. Berangkat dari pijakan hukum itu, Randa
Puang menyimpulkan bahwa gereja mempunyai hak milik atas tanah. Hak gereja itu
diperkuat pula dengan Keputusan Dirjen Agraria dan Transmigrasi No. 1/Dd-
AT/Agr/67 untuk badan-badan gereja Katholik, dan Keputusan Dirjen Agraria dan
Transmigrasi No. 22/HK/1969 untuk badan-badan gereja Protestan.
Berikut adalah badan-badan hukum yang dapat mempunyai hak milik atas tanah yang
dimaksud dalam Pasal 1 PP 38/1963:
a. Bank-bank yang didirikan oleh Negara (selanjutnya disebut Bank Negara);
b. Perkumpulan-perkumpulan Koperasi Pertanian yang didirikan berdasar atas
Undang-Undang No. 79 Tahun 1958 (Lembaran-Negara tahun 1958 No. 139);
c. Badan-badan keagamaan, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria, setelah
mendengar Menteri Agama;
d. Badan-badan sosial, yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian/Agraria, setelah
mendengar Menteri Kesejahteraan Sosial
 
Dari pengaturan pasal tersebut, jelas kiranya bahwa yayasan keagamaan seperti yang
Anda tanyakan adalah badan hukum yang berhak memiliki sebidang tanah dengan status
kepemilikan hak milik. Lebih lanjut, Pasal 4 PP 38/1963 menyatakan:
“Badan-badan keagamaan dan sosial dapat mempunyai hak milik
atas tanah yang dipergunakan untuk keperluan-keperluan yang
langsung berhubungan dengan usaha keagamaan dan sosial.”
 
Untuk menjawab pertanyaan Anda berikutnya mengenai proses penerbitan sertipikat hak
milik atas nama yayasan keagamaan, kami berasumsi bahwa tanah yang mau dimiliki
oleh yayasan keagamaan tersebut sebelumnya belum bersertipikat sehingga untuk
memperoleh hak miliknya adalah melalui permohonan hak dengan melakukan
pendaftaran tanah untuk pertama kali.
 
Sepanjang penelusuran kami, kami tidak menemukan prosedur khusus penerbitan
sertipikat hak milik atas tanah bagi yayasan keagamaan. Akan tetapi, pada umumnya
pensertipikatan tanah (pendaftaran tanah untuk pertama kali) itu merujuk pada
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah (“PP
Pendaftaran tanah”).Mengenai hal ini Anda dapat simak artikel Pengurusan
Sertifikat Tanah dan Bagan/Proses/Prosedur Pembuatan Sertipikat Tanah.
 
Demikian jawaban dari kami, semoga bermanfaat.
 
Dasar hukum:
1.    Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
2.    Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan
3.    Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 1963 tentang Penunjukan Badan-Badan
Hukum yang Dapat Mempunyai Hak Milik atas Tanah
4.    Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
5.    Keputusan Direktur Jenderal Agraria dan Transmigrasi No. 1/Dd-AT/Agr/67
6.    Keputusan Direktur Jenderal Agraria dan Transmigrasi No. 22/HK/1969
 
Referensi:
M. Yasin, S.H., M.H.Gereja sebagai Pemohon Informasi Publik.
Setiap artikel jawaban Klinik Hukum dapat Anda simak juga melalui twitter
@klinikhukum, atau facebook Klinik Hukumonline.

+62-21-83701827
layanan@hukumonline.com

Anda mungkin juga menyukai