Kelompok 4 Aspek Sosial Keperawatan Kritis
Kelompok 4 Aspek Sosial Keperawatan Kritis
Oleh:
KELOMPOK 4
Nama :
IKA NOVIKA
RIFKA ANNISA
JANNIATI
NURFADILLA
DIAN ALPIONITA
MAGFIRA NASBI
SUMARNI S
JUSNIATI
SYAMSIDAR.R
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-
Shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita, Muhammad SAW
yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk
penulis miliki masih kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kepada para
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTRA ISI..................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.............................................................................
A. Latar belakang....................................................................................
B. Rumusan masalah..............................................................................
BAB II PEMBAHASAAN............................................................................
PEDNDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ruang Intensif Care Unit (ICU) merupakan ruangan khusus untuk merawat
pasien yang dalam keadaan kritis. Ruangan ini digambarkan sebagai ruangan yang
penuh stress tidak hanya bagi pasien dan keluarganya, tetapi juga bagi tenaga
kesehatan yang bekerja di ruangan tersebut (Jastremski, 2000). Karena itu bagi
perawat dan tenaga kesehatan lainnya yang bekerja di ruangan ICU perlu memahami
tentang stressor (penyebab stress) di ruangan ini dan juga tentang bagaimana
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional dirinya maupun pasien dan keluarganya.
pasien, keluarga dan petugas kesehatan Dalam keperawatan, keadaan sehat dan sakit
rentang sehar sakit jiwa karena dalam keadaan mengalami penyakit kritis, seseorang
mengalami stress yang berat dimana pasien mengalami kehilangan kesehatan,
kehilangan kemandirian, kehilangan rasa nyaman dan rasa sakit akibat penyakit yang
Sebagai seorang perawat kritis, perawat harus mampu mengatasi berbagai masalah
Perawat tidak boleh hanya berfokus pada masalah fisik yang dialami pasien.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
5. Untuk mengetahui apa saja masalah yang dapat memicu pasien kritis.
6. Untuk mengetahui apa saja aspek sosial budaya yang mempengaruhi perilaku
kesehatan.
kesehatan.
8. Untuk mengetahui apa saja upaya mengatasi masalah psikologis pasien kritis.
BAB II
PEMBAHASAAN
kesehatan akut dan mengancam jiwa yang memerlukan perawatan secara intensif
yang terjadi pada pasien kritis termasuk melakukan penanganan awal ketika dokter
terdapat interaksi serta keadaan yang sesuai pada hubungan-hubungan antara unsur-
masyarakat tergantung dari sistem nilai sosial dalam masyarakat . Oleh karena itu,
ada beberapa persoalan yang dihadapi oleh masyarakat yang pada umumnya sama
digunakan oleh perawat sebagai landasan berfikir dan memberikan solusi terhadap
Model" yaitu :
atas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat
nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe
d. Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways)
pada penganut budaya terkait. Yang perlu dikaji pada faktor ini adalah:
posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
membersihkan diri.
e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors)
lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995). Yang perlu dikaji pada tahap ini
biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor
terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu
dikaji pada tahap ini adalah : tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan
2. Diagnosa keperawatan
3. Perencanaan dan Pelaksanaan
budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat
b. Cultural careaccomodation/negotiation
standar etik.
c. Cultual care repartening/reconstruction
diberikan dan melaksanakannya
kelompok
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu
yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua
Bila perawat tidak memahami budaya klien maka akan timbul rasa tidakpercaya
4. Evaluasi
ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (sumber seringkali tidak
spesifik atau tidak di ketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi sesuatu
yang disebabkan oleh ansipasi bahaya. Hal ini merupakan sinyal yang menyadarkan
bahwa peringatan tentang bahya yang akan datang dan memperkuat individu dengan
1. Tingkatan Ansietas
a) Ansietas Ringan.
kreativitas.
b) Ansietas Sedang
Tingkat sedang memungkinkan seeorang untuk
c) . Ansietas Berat
lain.
2. Tingkat Panik
pemikiran rasional.
Secara praktis kita dapat membedakan tingkatan ansietas ini dalam kehidupan
1. Tingkat Ringan:
waktu secara mandiri untuk menghadapinya. Dalam kondisi ini individu tida
2. Tingkat Sedang:
3. Tingkat Berat :
walaupun dengan bantuan orang lain yang sudah dipercaya. Dirinya merasa
4. Tingkat Panik:
Masalah ini umumnya muncul akibat stressor tinggi dan kemampuan koping
bervariasi dari individu ke individu, pasien dengan penyakit kritis minimal harus
berhadapan dengan salah satu situasi sebagai berikut (Urden, Stacy, & Lough,2006) :
1. Ancaman kematian
4. Kurang tidur
karena terintubasi
10. Kecemasan
batasan sehat atau sakit yang berbeda dengan konsep sehat dan sakit versi
Sifat fatalistik atau fatalism adalah ajaran atau paham bahwa manusia
khayalaknya.
satu obyek tertentu. Nilai kebudayaan ini memberikan arti dan arah pada
cara hidup, persepsi masyarakat terhadap kebutuhan dan pilihan mereka
untuk bertindak.
wanita sedang sakit, harus diperiksa oleh dokter wanita dan masyarakat
diberas putih.
hidup bersih sehat, bahkan diyakini bahwa perilaku kesehatan yang baik
angka kesakitan yang lebih tinggi, angka kematian bayi dan kekurangan gizi.
3. Jenis pekerjaan yang berpengaruh besar terhadap jenis penyakit yang diderita
pekerja.
4. Self Concept, menurut Merriam-Webster adalah : “the mental image one has
Self concept ditentukan oleh tingkat kepuasan atau ketidakpuasan yang kita
rasakan terhadap diri kita sendiri. Self concept adalah faktor yang penting
petugas kesehatan.
kepuasan dalam pekerjaan mereka. Inovasi akan berhasil bila kebutuhan sosial
masyarakat diperhatikan.
H. Upaya Untuk Mengatasi Masalah Psikososial Pasien Kritis
Setelah perawat mampu mengatasi stressnya sendiri, baru dia bisa berupaya
mengatasi stresspasien dan keluarga. Berikut adalah beberapa tindakan yang bisa
dilakukan oleh perawat untuk menurunkan stress pada pasien di ruang ICU
1. Modifikasi lingkungan
2. Terapi music
menurunkan stress pada pasien yang dirawat di ICU adalah terapi musik.
isolasi.
kritis
karenanya jam besuk harus lebih fleksibel. Selama ini jam bezuk hanya 2 kali
sehari.
4. Komunikasi terapeutik
Perawat dan tenaga kesehatan lainnya sering lupa atau kurang perhatian
Berdasarkan sistematic review yang dilakukan oleh Lenore & Ogle (1999)
PENUTUP
A. KESIMPULAN
dengan ditemukannya berbagai alat canggih dan tindakan medis yang kompleks, telah
membawa dampak semakin cepat dan akuratnya terapi atau intervensi yang diberikan
untuk pemulihan pasien kritis (Hudak & Gallo, 1994). Namun disisi lain, hal ini
berdampak pula pada terkonsentrasinya sebagian besar perhatian perawat pada aspek
utuh sebagai manusia yang multidimensi meliputi fisik, psikologis, sosial, kultural,
B. SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok
bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada
hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang
budiman sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Urden, L.D., Stacy, K.M., & Lough, M.E. (2006). Thelan’s Critical care Nursing,
BANDUNG.
Salemba Medika.