Judul Percobaan :
Reaksi antara Natrium Tiosulfat Asam Klorida.
B. Hari/Tanggal Percobaan :
Mulai Percobaan : Rabu, 04 Maret 2020 pukul 07.00 WIB
Selesai Percobaan: Rabu, 04 Maret 2020 pukul 09.30 WIB
C. Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
2. Menentukan orde reaksi
D. Kajian Pustaka
1. Laju Reaksi
Laju reaksi merupakan pristiwa perubahan konsentrasi reaktan
atau produk dalam satuan waktu. Laju reaksi juga dapat dinyatakan
sebagai suatu laju terhadap berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi.
Konstanta laju reaksi merupakan laju reaksi bila konstanta dari
masing-masing jenis larutan (Keenan, dkk, 1984).
Kecepatan laju reaksi yang berbanding lurus terhadap
konsentrasi dengan satu atau dua pengikut berpangkat dua akan
disebutkan sesuai jumlah pangkat. Reaksi disebut bertingkat tiga bila
kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan konsentrasi tiga
pengikut. Biasanya laju reaksi tidak bergantung pada orde reaksi, suatu
reaksi yang merupakan proses satu tahap didefenisikan dengan
bedasarkan reaksinya yaitu reaksi dasar (Bird, 2003 dan Petrucci,
1982)
Menurut hukum aksi massa, laju reaksi kimia pada suhu
tertentu dinyatakan sebagai banyaknya zat yang bereaksi per satuan
waktu, bergantung hanya pada konsentrasi zat yang mempengaruhi
lajunya, biasanya adalah zat pereaksi atau lebih. Ketergantungan laju
pada konsentrasi sebagai keseimbangan langsung, dimana konsentrasi
muncul dalam pangkat nol, satu, dua, dan seterusnya. Pangkat
konsentrasi ini disebut dengan orde reaksi (Labuza dan Riboh,
1982).Setiap reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan umum:
Reaktan → Produk
1
Persamaan ini, memberitahukan bahwa selama
berlangsungnya suatu reaksi, molekul reaktan bereaksi sedangkan
molekul produk terbentuk.
A→B
Menurunnya jumlah molekul A dan meningkanya jumlah
molekul B seiring dengan waktu yang diperlihatkan dalam sebuah
grafik. Secara umum akan lebih mudah apabila dinyatakan laju
dalam perubahan konsentrasi terhadap waktu. Jadi untuk reaksi
diatas dapat dinyatakan lajunya sebagai :
Laju = - Δ[A] atau + Δ[B]
Δt Δt (Chang, 2005)
2
Penambahan tekanan akan memperkecil volume, sehingga
dapat memperbear konsentrasi akibat volume menurun sehingga laju
reaksi akan meningkat.
d. Katalis
Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan cara bereaksi
terhadap larutan, dikarenakan katalis dapat mempercepat reaksi kimia
sehingga laju reaksi yang ditambahkan katalis dapat meningkatkan
laju reaksi.
3. Orde Reaksi
Orde reaksi dapat didefinisikan sebagai jumlah satu
eksponen yang menyatakan hubungan antara konsentrasi dengan
kecepatan reaksi. Orde reaksi dikenal dengan tingkat reaksi. Untuk
reaksi umum A+B C. Maka kecepatan reaksi ditentukan oleh
konsentrasi A dan B. Orde reaksi merupakan bagian dari laju
reaksi. Orde reaksi tidak dapat ditentukan dengan menurunkan
persamaan. Orde reaksi hanya dapat ditentukan dengan melakukan
percobaan (Labuza dan Riboh, 1982). Suatu reaksi yang diturunkan
secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :
r = k[A]α[B]β
Persamaan ini mengandung pengertian reaksi orde α terhadap
zat A dan reaksi orde β terhadap zat B, jadi secara keseluruhan
reaksi tersebut adalah reaksi orde (α+β) dengan keterangan α dan β
adalah suatu nilai orde reaksi. Orde reaksi selalu ditemukan
melalui percobaan, laju reaksi tidak dapat ditentukan dengan hanya
mengamati persamaaan dari suatu reaksi.Persamaan laju reaksi
dengan ordo yang umum ditemui dalam bentuk deferensial dan
integral (Wilkinson, 1936).
3
4. Penentuan orde reaksi Differensial grafik
1. Grafik Orde Nol
4
Gambar 2.Grafik Orde Satu.
5
Natrium tiosulfat merupakan padatan yang dihasilkan
melalaui proses kimia berupa reaksi pengendapan. Natrium
tiosulfat memiliki sifat yang dapat larut dalam akuades, namun tidak
dapat larut dalam pelarut etanol. Natrium tiosulfat pada suhu sekitar
100oC biasanya akan dijumpai Na2S2O3 sebagai pentahidrat yang akan
kehilangan air (Daintith, 1994).
6
E. Alat dan Bahan
Alat-alat:
- Gelas kimia 100 mL 3 buah
- Gelas ukur 10 mL 2 buah
- Gelas ukur 25 mL 1 buah
- Stopwatch 3 buah
- Erlenmeyer 3 buah
- Amplas 1 buah
- Gunting 1 buah
- Penggaris 1 buah
- Pipet tetes 10 buah
Bahan-bahan:
- Pita Mg 14 cm
- Larutan Na2S2O3 0,1 M 37,5 mL
- Larutan H2SO4 37,5 mL
- Larutan HCl 200 mL
- Aquades secukupnya
7
F. Alur Percobaan
Gelas Kimia 1
Hasil Pengamatan
Gelas Kimia 2
10 mL Larutan Na2S2O3 0,1 M
Hasil Pengamatan
Gelas Kimia 3
Hasil Pengamatan
Gelas Kimia 4
Hasil Pengamatan
8
Gelas Kimia 5
Hasil Pengamatan
9
G.Hasil Pengamatan
No Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah
1. Gelas kimia 1 1. larutanNa2S2 1. larutan Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) 1. dari hasil percobaan
O3 0,05 M = Na2S2O3 + 2NaCl (aq) + SO2 (aq) didapatkan orde 1
10 mL larutan Na2S2O3 0,05 M
larutan tidak larutan HCl + S (s) + H2O (l) 2. dari hasil percobaan
berwarna = larutan (svehla, 1985) didapatkan orde 1
1. Dimasukkan gelas kimia diatas
tanda silang 2. larutan HCl tidak melalui metode
2. Ditambahkan 10 mL HCl 0,1 M = larutan berwarna Orde reaksi secara teori 1 grafik
3. Dinyalakan stopwatch ketika tidak 2. t = 396 detik
penambahan asam sampai
diperoleh kekeruhan larutan yang berwarna larutan
konstan Na2S2O3 +
4. Dicatat waktunya larutan HCl
menjadi
larutan keruh
Hasil pengamatan
(++)
10
O3 0,05 M = Na2S2O3 + 2NaCl (aq) + SO2 (aq)
10 mL larutan Na2S2O3 0,1 M
larutan tidak larutan HCl = + S (s) + H2O (l)
berwarna larutan tidak (svehla, 1985)
5. Dimasukkan gelas kimia diatas 2. larutan HCl = berwarna
tanda silang
larutan tidak 2.t = 147 detik
6. Ditambahkan 10 mL HCl 0,1 M
7. Dinyalakan stopwatch ketika berwarna larutan
penambahan asam sampai Na2S2O3 +
diperoleh kekeruhan larutan yang
larutan HCl
konstan
8. Dicatat waktunya menjadi
larutan keruh
1. larutanNa2S2
O3 0,05 M = 1. larutan
larutan tidak Na2S2O3 +
3. Gelas kimia 3 berwarna larutan HCl
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq)
11
2. larutan HCl = = larutan 2NaCl (aq) + SO2 (aq)
10 mL larutan Na2S2O3 0,01 M
larutan tidak tidak + S (s) + H2O (l)
berwarna berwarna (svehla, 1985)
1. Dimasukkan gelas kimia diatas 2.t=2362 detik
tanda silang
larutan
2. Ditambahkan 10 mL HCl 0,1
M Na2S2O3 +
3. Dinyalakan stopwatch ketika larutan HCl
penambahan asam sampai menjadi
diperoleh kekeruhan larutan
larutan keruh
yang konstan
4. Dicatat waktunya (+)
Hasil pengamatan
1. larutanNa2S2
O3 0,05 M =
larutan tidak 1. larutan
berwarna Na2S2O3 +
2. larutan HCl = larutan HCl =
4. Gelas kimia 4 larutan tidak larutan tidak
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq)
12
berwarna berwarna 2NaCl (aq) + SO2 (aq)
10 mL larutan Na2S2O3 0,1 M
2.t=89 detik + S (s) + H2O (l)
larutan (svehla, 1985)
1. Dimasukkan gelas kimia diatas
Na2S2O3 +
tanda silang
2. Ditambahkan 10 mL HCl 0,2 larutan HCl
M menjadi
3. Dinyalakan stopwatch ketika
larutan keruh
penambahan asam sampai
diperoleh kekeruhan larutan (+++)
yang konstan
4. Dicatat waktunya
Hasil pengamatan
1. larutanNa2S2
O3 0,05 M =
1. larutan
larutan tidak
Na2S2O3 +
berwarna
larutan HCl
2. larutan HCl =
= larutan
larutan tidak
tidak
berwarna
5. Gelas kimia 5 berwarna
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq)
13
2. t=1646 detik 2NaCl (aq) + SO2 (aq)
10 mL larutan Na2S2O3 0,1 M
larutan + S (s) + H2O (l)
Na2S2O3 + (svehla, 1985)
1. Dimasukkan gelas kimia diatas
tanda silang larutan HCl
2. Ditambahkan 10 mL HCl 0,3 M menjadi
3. Dinyalakan stopwatch ketika larutan keruh
penambahan asam sampai
(+)
diperoleh kekeruhan larutan
yang konstan
4. Dicatat waktunya
Hasil pengamatan
14
15
H. Analisis dan Pembahasan
Percobaan yang telah dilakukan berjudul “Reaksi antara natium
tiosulfat dan asam klorida”. Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan
orde reaksi dari proses reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida. Selain
itu tujuan selanjutnya adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap
laju reaksi.
Teori yang mendukung penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi
memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, hal tersebut
dikarenakan semakin besar konsentrasi pereaksi maka tumbukkan yang terjadi
semakin banyak sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu pula
sebaliknya, semakin kecil konsentrasi pereaksi maka semakin kecil
tumbukkan yang terjadi antar partikel sehingga laju reaksi pun semakin kecil
(Purba, 2006).
Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang
mempengaruhi kecepatan reaksi. Orde reaksi pada reaksi keseluruhan disebut
orde reaksi total. Besarnya orde reaksi total adalah jumlah semua orde reaksi
pereaksi. Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi,
tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan (Purba, 2006).
Pada percobaan ini terdapat dua perlakuan yaitu reaksi antara natrium
tiosulfat dan asam klorida. Berdasarkan prosedur percobaan maka didapatkan
data pengamatan yang di analisis serta dilakukan pembahasan sebagai berikut:
Gelas Kimia 1
Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 10 mL larutan Na2S2O3
0,05 M tidak berwarna kedalam gelas kimia, kemudian gelas kimia ditaruh di atas
14
kertas putih yang telah diberi tanda silang. Setelah itu kedalam gelas kimia
ditambahkan 10 mL larutan HCl 0,1 M tidak berwarna. dinyalakan stopwatch
ketika penambahan HCl kemudian dihentikan stopwatch ketika tanda silang
didasar tidak kelihatan. Hal dikarenakan ini dihasilkan belerang diakhir reaksi
yang berwarna kuning keruh (++). Waktu yang didapatkan hingga larutan berubah
menjadi keruh adalah 396 detik. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S (s)
Gelas Kimia 2
Gelas Kimia 3
Gelas Kimia 4
15
Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 10 mL larutan Na2S2O3
0,1 M tidak berwarna kedalam gelas kimia, kemudian gelas kimia ditaruh di atas
kertas putih yang telah diberi tanda silang. Setelah itu kedalam gelas kimia
ditambahkan 10 mL larutan HCl 0,2 M tidak berwarna. dinyalakan stopwatch
ketika penambahan HCl kemudian dihentikan stopwatch ketika tanda silang
didasar tidak kelihatan. Hal dikarenakan ini dihasilkan belerang diakhir reaksi
yang berwarna kuning keruh (+++).Waktu yang didapatkan hingga larutan
berubah menjadi keruh adalah 89 detik. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S (s)
Gelas Kimia 5
In
[Na2S2O3] [HCl] [Na2S2O3]
M M T r M ln r
-
0,0000631 - 9,6703
0,05 0,1 396 3 2,995732274 1
-
- 8,6797
0,1 0,1 147 0,00017 2,302585093 1
-
0,01 0,1 2362 0,0000015 4,605170186 -13,41
0,1 0,2 89 0,00056 - -
2,302585093 7,4875
16
7
-
- 12,591
0,01 0,3 1464 0,0000034 4,605170186 7
Tingkat kekeruhan yang dihasilkan juga berbeda, dimana pada gelas kimia
pertama kekeruhannya lebih kecil dari gelas kimia kedua dan keempat, begitu
juga gelas ketiga dan kelima tingkat kekeruhannya lebih kecil dari gelas kimia
pertama. Hal ini dikarenakan pada gelas kimia pertama larutan mempunyai
konsentrasi yang lebih besar dari pada gelas ketiga dan kelima, sedangkan jika
dibandingkan dengan gelas kimia kedua dan keempat konsentrasi gelas kimia
pertama lebih kecil yang mengakibatkan kekeruhannya berbeda dari gelas kimia
kedua dan ketiga. larutan dengan konsentrasi semakin tinggi maka akan semakin
keruh dengan waktu yang lebih cepat dibandingkan larutan dengan konsentrasi
rendah.
Dalam perhitungan laju reaksi, data yang digunakan adalah konsentrasi dari
belerang yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan hal yang diamati dari percobaan ini
adalah terbentuknya lau kekeruhan belerang per satuan waktu.
17
f(x) = 0
R² = 0 grafik orde reaksi Na2S2O3
12
10
6
ln r
Linear ()
4
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
[M]
Dari grafik diatas didapatkan nilai regresi mendekati 1. Sehingga didapatkan nilai
orde reaksi untuk Na2S2O3 adalah 1. Atau dapat juga menggunakan rumus
perhitunga sebagai berikut:
r1
= K ¿¿
r2
6,313 x 10−5
= K ¿¿
1,7 x 10−4
0,37 = [0,5¿a
log 0,37
a=
log 0,5
−0,4317
=
−0,3010
= 1,43
Dalam percobaan ini juga dapat mencari orde reaksi dari HCl, dimana kita bisa
menentukan orde reaksi HCl berdasarkan data yang kita dapat melalui metode
grafik dan metode non grafik sebagaimana:
[Na2S2O3] [HCl]
M M t r In Hcl ln r
0,05 0,1 396 0,0000631 - -
3 2,302585093 9,6703
18
1
-
- 8,6797
0,1 0,1 147 0,00017 2,302585093 1
-
0,01 0,1 2362 0,0000015 2,302585093 -13,41
-
- 7,4875
0,1 0,2 89 0,00056 1,609437912 7
-
- 12,591
0,01 0,3 1464 0,0000034 1,203972804 7
Didapatkan grafik:
f(x) = 0
R² = 0 ln r HCl
12
10
6
lnr
Linear ()
4
0
0 2 4 6 8 10 12
[HCl]
Dari grafik diatas didapatkan nilai regresi mendekati 1. Sehingga didapatkan nilai
orde reaksi untuk HCl adalah 1. Atau dapat juga menggunakan rumus perhitunga
sebagai berikut:
r2
= K ¿¿
r4
19
1,7 x 10−4
= K ¿¿
5,6 x 10−4
0,3035 = [0,5¿b
log 0,3035
b=
log 0,5
−0,5178
=
−0,3010
= 1,72 = 1
Didapatkan nilai β= 1 yang hampir sama dengan nilai regresi yang didapat yaitu
0.9784. Sehingga orde total dari reaksi antara Na2S2O3 dengan HCl adalah berorde
α +β = 2
J. Kesimpulan
20
k. Daftar Pustaka
Atkins, P.W. 1996. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta:Rineka Cipta.
Bird, T. 2003. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia Oxport. Jakarta:Erlangga.
Keenan, C.W, D.C, Kleinfelter dan J.H Wood. 1984. Kimia Untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Labuza, T.P. dan Riboh, D. 1982. Theory and Application of Kinetics to The
Prediction of Nutrient Losses in Foods. Food Technology, 36:66.
Petrucci. 1987. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:Erlangga.
Wilkinson, F. 1936. Chemical Kinetics and Reaction Mechanisms. New York:
Van Nostrand Reinhold Company.
21
L. Lampiran
1. Dokumentasi
No. Keterarangan Dokumentasi
22
4. Larutan Na2S2O3 0,05 M dimasukkan kedalam gelas
kimia
23
7. pada waktu ke 2 menit 27 detik larutan berubah
menjadi keruh. Ini merupakan percobaan ketiga yang
menggunakan 0,1 M Na2S2O3 dengan 0,1 M HCl.
24
10. pada waktu ke 1 menit 29 detik larutan berubah
menjadi keruh. Ini merupakan percobaan keempat
yang menggunakan 0,01 M Na2S2O3 dengan 0,2 M
HCl.
25
13. pada waktu ke 27 menit 26 detik larutan berubah
menjadi keruh. Ini merupakan percobaan kelima
yang menggunakan 0,001 M Na2S2O3 dengan 0,3 M
HCl.
2. Perhitungan
Gelas Kimia 1
M Na2S2O3 = 0,05 M
V Na2S2O3 = 10 mL
M HCl = 0,1 M
V HCl = 10 mL
n Na2S2O3 = MxV = 0,05 M x 10 mL = 0,5 mmol
n HCl = MxV = 0,1 x 10 mL = 1 mmol
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S(s) + H2O(l)
M 0,5 mmol 2mmol - - - -
R 0,5 mmol 1mmol 1mmol 0,5mmol 0,5mmol 0,5mmol
S - 1mmol 1mmol 0,5mmol 0,5mmol 0,5mmol
Gelas Kimia 2
M Na2S2O3 = 0,1 M
V Na2S2O3 = 10 mL
M HCl = 0,1 M
V HCl = 10 mL
26
n Na2S2O3 = MxV = 0,1 M x 10 mL = 1 mmol
n HCl = MxV = 0,1 x 10 mL = 1 mmol
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S(s) + H2O(l)
M 0,1 mmol 1mmol - - - -
R 0,5 mmol 1mmol 1mmol 0,5mmol 0,5mmol 0,5mmol
S 0,5 mmol - 1mmol 0,5mmol 0,5mmol 0,5mmol
Gelas Kimia 3
M Na2S2O3 = 0,01 M
V Na2S2O3 = 10 mL
M HCl = 0,1 M
V HCl = 10 mL
n Na2S2O3 = MxV = 0,01 M x 10 mL = 0,1 mmol
n HCl = MxV = 0,1 x 10 mL = 1 mmol
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S(s) + H2O(l)
M 0,1 mmol 1mmol - - - -
R 0,1 mmol 0,2mmol 0,2mmol 0,1mmol 0,1mmol 0,1mmol
S - 0,8mmol 0,2mmol 0,1mmol 0,1mmol 0,1mmol
Gelas Kimia 4
M Na2S2O3 = 0,1 M
27
V Na2S2O3 = 10 mL
M HCl = 0,2 M
V HCl = 10 mL
n Na2S2O3 = MxV = 0,1 M x 10 mL = 1 mmol
n HCl = MxV = 0,2 x 10 mL = 2 mmol
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S(s) + H2O(l)
M 1 mmol 2mmol - - - -
R 1 mmol 2mmol 2mmol 1mmol 1mmol 1mmol
S - - 2mmol 1mmol 1mmol 1mmol
mmol s 1mmol
[s] = = = 0,05M
v total 20 mL
[s ] 0,05 M
r= = = 5,6x10-4
t 89
Gelas Kimia 5
M Na2S2O3 = 0,01 M
V Na2S2O3 = 10 mL
M HCl = 0,3 M
V HCl = 10 mL
n Na2S2O3 = MxV = 0,01 M x 10 mL = 0,1 mmol
n HCl = MxV = 0,3x 10 mL = 3 mmol
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S(s) + H2O(l)
M 0,1 mmol 3mmol - - - -
R 0,1 mmol 0,2mmol 0,2mmol 0,1mmol 0,1mmol 0,1mmol
S - 2,8mmol 0,2mmol 0,1mmol 0,1mmol 0,1mmol
28
4 0,1 0,2 89 (+++) 5,6x10-4
5 0,01 0,3 1464 (+) 3,41x10-6
3. Grafik
In [Na2S2O3]
[Na2S2O3] M [HCl] M t r M ln r
-
0,05 0,1 396 0,00006313 -2,995732274 9,67031
-
0,1 0,1 147 0,00017 -2,302585093 8,67971
0,01 0,1 2362 0,0000015 -4,605170186 -13,41
-
0,1 0,2 89 0,00056 -2,302585093 7,48757
-
0,01 0,3 1464 0,0000034 -4,605170186 12,5917
29
f(x) = 0
R² = 0 grafik Na2S2O3
12
10
6
ln r
Linear ()
4
0
0 2 4 6 8 10 12
[M]
10
6
ln r
Linear ()
4
0
0 2 4 6 8 10 12
[M]
30