Anda di halaman 1dari 32

A.

Judul Percobaan :
Reaksi antara Natrium Tiosulfat Asam Klorida.
B. Hari/Tanggal Percobaan :
Mulai Percobaan : Rabu, 04 Maret 2020 pukul 07.00 WIB
Selesai Percobaan: Rabu, 04 Maret 2020 pukul 09.30 WIB
C. Tujuan Percobaan :
1. Mempelajari pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
2. Menentukan orde reaksi
D. Kajian Pustaka
1. Laju Reaksi
            Laju reaksi merupakan pristiwa perubahan konsentrasi reaktan
atau produk dalam satuan waktu. Laju reaksi juga dapat dinyatakan
sebagai suatu laju terhadap berkurangnya konsentrasi suatu pereaksi.
Konstanta laju reaksi merupakan laju reaksi bila konstanta dari
masing-masing jenis larutan (Keenan, dkk, 1984).
            Kecepatan laju reaksi yang berbanding lurus terhadap
konsentrasi dengan satu atau dua pengikut berpangkat dua akan
disebutkan sesuai jumlah pangkat. Reaksi disebut bertingkat tiga bila
kecepatan reaksinya berbanding lurus dengan konsentrasi tiga
pengikut. Biasanya laju reaksi tidak bergantung pada orde reaksi, suatu
reaksi yang merupakan proses satu tahap didefenisikan dengan
bedasarkan reaksinya yaitu reaksi dasar (Bird, 2003 dan Petrucci,
1982)   
Menurut hukum aksi massa, laju reaksi kimia pada suhu
tertentu dinyatakan sebagai banyaknya zat yang bereaksi per satuan
waktu, bergantung hanya pada konsentrasi zat yang mempengaruhi
lajunya, biasanya adalah zat pereaksi atau lebih. Ketergantungan laju
pada konsentrasi sebagai keseimbangan langsung, dimana konsentrasi
muncul dalam pangkat nol, satu, dua, dan seterusnya. Pangkat
konsentrasi ini disebut dengan orde reaksi (Labuza dan Riboh,
1982).Setiap reaksi dapat dinyatakan dengan persamaan umum:
Reaktan → Produk

1
Persamaan ini, memberitahukan bahwa selama
berlangsungnya suatu reaksi, molekul reaktan bereaksi sedangkan
molekul produk terbentuk.
A→B
Menurunnya jumlah molekul A dan meningkanya jumlah
molekul B seiring dengan waktu yang diperlihatkan dalam sebuah
grafik. Secara umum akan lebih mudah apabila dinyatakan laju
dalam perubahan konsentrasi terhadap waktu. Jadi untuk reaksi
diatas dapat dinyatakan lajunya sebagai :
Laju = - Δ[A] atau + Δ[B]
Δt Δt (Chang, 2005)

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi


               Berdasarkan metode laju reaksi, ada beberapa hal yang sering
digunakan bersama-sama dalam metode isolasi. Laju reaksi diukur
saat pertama reaksi untuk beberapa reakstan dengan konsentrasi
pertama berbeda-beda. Suatu laju reaksi akan dapat dipengaruhui oleh
beberapa faktor, faktor-faktor tersebut yang dapat mempengaruhi
kecepatan laju reaksi (Keenan, dkk, 1984 dan Atkins, 1996).
               Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu laju reksi adalah sebagai
berikut, yaitu (Keenan, dkk, 1984):
a. Konsentrasi pereaksi
             Meningkatnya konsentrasi akan menyebabkan laju reaksi
semakin cepat, hal tersebut dikarenakan tumbukan akan semakin besar
akibat konsentrasi yang besar, sehingga laju reaksi meningkat.
b. Suhu
             Suhu tinggi dapat meningkatkan laju reaksi, hal tersebut
dikarenakan partikel yang semakin aktif bergerak akibat suhu tinggi
dari larutan akibatnya konsentrasi juga meningkat.
c. Tekanan

2
             Penambahan tekanan akan memperkecil volume, sehingga
dapat memperbear konsentrasi akibat volume menurun sehingga laju
reaksi akan meningkat.
d.     Katalis
             Katalis dapat mempercepat laju reaksi dengan cara bereaksi
terhadap larutan, dikarenakan katalis dapat mempercepat reaksi kimia
sehingga laju reaksi yang ditambahkan katalis dapat meningkatkan
laju reaksi.

3. Orde Reaksi
Orde reaksi dapat didefinisikan sebagai jumlah satu
eksponen yang menyatakan hubungan antara konsentrasi dengan
kecepatan reaksi. Orde reaksi dikenal dengan tingkat reaksi. Untuk
reaksi umum A+B  C. Maka kecepatan reaksi ditentukan oleh
konsentrasi A dan B. Orde reaksi merupakan bagian dari laju
reaksi. Orde reaksi tidak dapat ditentukan dengan menurunkan
persamaan. Orde reaksi hanya dapat ditentukan dengan melakukan
percobaan (Labuza dan Riboh, 1982). Suatu reaksi yang diturunkan
secara eksperimen dinyatakan dengan rumus kecepatan reaksi :
r = k[A]α[B]β
Persamaan ini mengandung pengertian reaksi orde α terhadap
zat A dan reaksi orde β terhadap zat B, jadi secara keseluruhan
reaksi tersebut adalah reaksi orde (α+β) dengan keterangan α dan β
adalah suatu nilai orde reaksi. Orde reaksi selalu ditemukan
melalui percobaan, laju reaksi tidak dapat ditentukan dengan hanya
mengamati persamaaan dari suatu reaksi.Persamaan laju reaksi
dengan ordo yang umum ditemui dalam bentuk deferensial dan
integral (Wilkinson, 1936).

3
4. Penentuan orde reaksi Differensial grafik
1. Grafik Orde Nol

Gambar 1. Grafik Orde Nol.

Laju reaksi tidak dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi


pereaksi. Persamaan laju reaksinya ditulis:
r = k[A]0
Bilangan dipangkatkan nol sama dengan satu sehingga
persamaan laju reaksi menjadi: r » k. Jadi, reaksi dengan laju tetap
mempunyai orde reaksi nol. Grafiknya digambarkan seperti Grafik
diatas.
Reaksi orde nol mempunyai laju yang tidak bergantung pada
konsentrasi reaktan. Sebagai contoh, dekomposisi lebih pada
walform panas bertekanan tinggi mempunyai laju pH 3
terdekomposisi pada laju tetap sampai habis seluruhnya. Hanya
reaksi yang heterogenyang mempunyai hukum laju dengan orde
nol, secara keseluruhan rumus laju reaksi menjadi
V.K(Khopkar,1990).
2. Grafik Orde 1

4
Gambar 2.Grafik Orde Satu.

Untuk orde satu, persamaan laju reaksi adalah:


r = k[A]1
Persamaan reaksi orde satu merupakan persamaan linier
berarti laju reaksi berbanding lurus terhadap konsentrasinya
pereaksinya. Jika konsentrasi pereaksinya dinaikkan misalnya 4
kali, maka laju reaksi akan menjadi 41 atau 4 kali lebih besar.
3. Grafik Orde Dua

Gambar 3. Grafik Orde Dua.

Persamaan laju reaksi untuk reaksi orde dua adalah:


r = k[A]2
Apabila suatu reaksi berorde dua terhadap suatu pereaksi
berarti laju reaksi itu berubah secara kuadrat terhadap perubahan
konsentrasinya. Apabila konsentrasi zat A dinaikkan misalnya 2
kali, maka laju reaksi akan menjadi 22 atau 4 kali lebih besar
(Keenan dkk, 1992)
5. Natrium Tiosulfat (Na2S2O3)

5
             Natrium tiosulfat merupakan padatan yang dihasilkan
melalaui proses kimia berupa reaksi pengendapan. Natrium
tiosulfat memiliki sifat yang dapat larut dalam akuades, namun tidak
dapat larut dalam pelarut etanol. Natrium tiosulfat pada suhu sekitar
100oC biasanya akan dijumpai Na2S2O3 sebagai pentahidrat yang akan
kehilangan air (Daintith, 1994).

6
E. Alat dan Bahan
Alat-alat:
- Gelas kimia 100 mL 3 buah
- Gelas ukur 10 mL 2 buah
- Gelas ukur 25 mL 1 buah
- Stopwatch 3 buah
- Erlenmeyer 3 buah
- Amplas 1 buah
- Gunting 1 buah
- Penggaris 1 buah
- Pipet tetes 10 buah
Bahan-bahan:
- Pita Mg 14 cm
- Larutan Na2S2O3 0,1 M 37,5 mL
- Larutan H2SO4 37,5 mL
- Larutan HCl 200 mL
- Aquades secukupnya

7
F. Alur Percobaan
Gelas Kimia 1

10 mL Larutan Na2S2O3 0,05 M


1. Dimasukkan ke dalam gelas kimia diatas tanda silang
2. Ditambahkan 10 mL HCl 0,1 M
3. Dinyalakan stopwatch ketika penambahan asam sampai
diperoleh kekeruhan larutan yang konstan
4. Dicatat waktunya

Hasil Pengamatan

Gelas Kimia 2
10 mL Larutan Na2S2O3 0,1 M

1. Dimasukkan ke dalam gelas kimia diatas tanda silang


2. Ditambahkan 10 mL HCl 0,1 M
3. Dinyalakan stopwatch ketika penambahan asam sampai
diperoleh kekeruhan larutan yang konstan
4. Dicatat waktunya

Hasil Pengamatan

Gelas Kimia 3

10 mL Larutan Na2S2O3 0,01 M


1. Diletakkan gelas kimia diatas tanda silang
2. Ditambahkan 10mL HCl 0,1 M
3. Dinyalakan stopwatch ketika penambahan asam sampai
diperoleh kekeruhan larutan yang konstan
4. Dicatat waktu yang diperoleh

Hasil Pengamatan

Gelas Kimia 4

10 mL Larutan Na2S2O3 0,1 M


1. Diletakkan gelas kimia diatas tanda silang
2. Ditambahkan 10 mL HCl 0,2 M
3. Dinyalakan stopwatch ketika penambahan asam sampai
diperoleh kekeruhan larutan yang konstan
4. Dicatat waktu yang diperoleh

Hasil Pengamatan

8
Gelas Kimia 5

10 mL Larutan Na2S2O3 0,01 M


1. Diletakkan gelas kimia diatas tanda silang
2. Ditambahkan 10 mL HCl 0,3 M
3. Dinyalakan stopwatch ketika penambahan asam sampai
diperoleh kekeruhan larutan yang konstan
4. Dicatat waktu yang diperoleh

Hasil Pengamatan

9
G.Hasil Pengamatan

No Hasil Pengamatan
Prosedur Percobaan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Perc Sebelum Sesudah
1. Gelas kimia 1 1. larutanNa2S2 1. larutan Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) 1. dari hasil percobaan
O3 0,05 M = Na2S2O3 + 2NaCl (aq) + SO2 (aq) didapatkan orde 1
10 mL larutan Na2S2O3 0,05 M
larutan tidak larutan HCl + S (s) + H2O (l) 2. dari hasil percobaan
berwarna = larutan (svehla, 1985) didapatkan orde 1
1. Dimasukkan gelas kimia diatas
tanda silang 2. larutan HCl tidak melalui metode
2. Ditambahkan 10 mL HCl 0,1 M = larutan berwarna Orde reaksi secara teori 1 grafik
3. Dinyalakan stopwatch ketika tidak 2. t = 396 detik
penambahan asam sampai
diperoleh kekeruhan larutan yang berwarna larutan
konstan Na2S2O3 +
4. Dicatat waktunya larutan HCl
menjadi
larutan keruh
Hasil pengamatan
(++)

2. Gelas kimia 2 1. larutanNa2S2 1.larutan Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq)

10
O3 0,05 M = Na2S2O3 + 2NaCl (aq) + SO2 (aq)
10 mL larutan Na2S2O3 0,1 M
larutan tidak larutan HCl = + S (s) + H2O (l)
berwarna larutan tidak (svehla, 1985)
5. Dimasukkan gelas kimia diatas 2. larutan HCl = berwarna
tanda silang
larutan tidak 2.t = 147 detik
6. Ditambahkan 10 mL HCl 0,1 M
7. Dinyalakan stopwatch ketika berwarna larutan
penambahan asam sampai Na2S2O3 +
diperoleh kekeruhan larutan yang
larutan HCl
konstan
8. Dicatat waktunya menjadi
larutan keruh

Hasil pengamatan (+++)

1. larutanNa2S2
O3 0,05 M = 1. larutan
larutan tidak Na2S2O3 +
3. Gelas kimia 3 berwarna larutan HCl
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq)

11
2. larutan HCl = = larutan 2NaCl (aq) + SO2 (aq)
10 mL larutan Na2S2O3 0,01 M
larutan tidak tidak + S (s) + H2O (l)
berwarna berwarna (svehla, 1985)
1. Dimasukkan gelas kimia diatas 2.t=2362 detik
tanda silang
larutan
2. Ditambahkan 10 mL HCl 0,1
M Na2S2O3 +
3. Dinyalakan stopwatch ketika larutan HCl
penambahan asam sampai menjadi
diperoleh kekeruhan larutan
larutan keruh
yang konstan
4. Dicatat waktunya (+)

Hasil pengamatan

1. larutanNa2S2
O3 0,05 M =
larutan tidak 1. larutan
berwarna Na2S2O3 +
2. larutan HCl = larutan HCl =
4. Gelas kimia 4 larutan tidak larutan tidak
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq)

12
berwarna berwarna 2NaCl (aq) + SO2 (aq)
10 mL larutan Na2S2O3 0,1 M
2.t=89 detik + S (s) + H2O (l)
larutan (svehla, 1985)
1. Dimasukkan gelas kimia diatas
Na2S2O3 +
tanda silang
2. Ditambahkan 10 mL HCl 0,2 larutan HCl
M menjadi
3. Dinyalakan stopwatch ketika
larutan keruh
penambahan asam sampai
diperoleh kekeruhan larutan (+++)
yang konstan
4. Dicatat waktunya

Hasil pengamatan
1. larutanNa2S2
O3 0,05 M =
1. larutan
larutan tidak
Na2S2O3 +
berwarna
larutan HCl
2. larutan HCl =
= larutan
larutan tidak
tidak
berwarna
5. Gelas kimia 5 berwarna
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq)

13
2. t=1646 detik 2NaCl (aq) + SO2 (aq)
10 mL larutan Na2S2O3 0,1 M
larutan + S (s) + H2O (l)
Na2S2O3 + (svehla, 1985)
1. Dimasukkan gelas kimia diatas
tanda silang larutan HCl
2. Ditambahkan 10 mL HCl 0,3 M menjadi
3. Dinyalakan stopwatch ketika larutan keruh
penambahan asam sampai
(+)
diperoleh kekeruhan larutan
yang konstan
4. Dicatat waktunya

Hasil pengamatan

14
15
H. Analisis dan Pembahasan
Percobaan yang telah dilakukan berjudul “Reaksi antara natium
tiosulfat dan asam klorida”. Pada percobaan ini bertujuan untuk menentukan
orde reaksi dari proses reaksi antara natrium tiosulfat dan asam klorida. Selain
itu tujuan selanjutnya adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi terhadap
laju reaksi.
Teori yang mendukung penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi
memiliki peranan yang sangat penting dalam laju reaksi, hal tersebut
dikarenakan semakin besar konsentrasi pereaksi maka tumbukkan yang terjadi
semakin banyak sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu pula
sebaliknya, semakin kecil konsentrasi pereaksi maka semakin kecil
tumbukkan yang terjadi antar partikel sehingga laju reaksi pun semakin kecil
(Purba, 2006).
Orde reaksi adalah banyaknya faktor konsentrasi zat reaktan yang
mempengaruhi kecepatan reaksi. Orde reaksi pada reaksi keseluruhan disebut
orde reaksi total. Besarnya orde reaksi total adalah jumlah semua orde reaksi
pereaksi. Penentuan orde reaksi tidak dapat diturunkan dari persamaan reaksi,
tetapi hanya dapat ditentukan berdasarkan percobaan (Purba, 2006).
Pada percobaan ini terdapat dua perlakuan yaitu reaksi antara natrium
tiosulfat dan asam klorida. Berdasarkan prosedur percobaan maka didapatkan
data pengamatan yang di analisis serta dilakukan pembahasan sebagai berikut:

Reaksi antara Natrium Tiosulfat dan Asam klorida


Pada percobaan ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi natrium tiosulfat
yang direaksikan dengan HCl dalam berbagai konsentrasi tiap satuan waktu dan
orde reaskinya. Pada percobaan ini variabel manipulasinya adalah larutan
Na2S2O3, variabel kontrolnya adalah larutan HCl dan variabel responsnya adalah
belerang.

 Gelas Kimia 1
Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 10 mL larutan Na2S2O3
0,05 M tidak berwarna kedalam gelas kimia, kemudian gelas kimia ditaruh di atas

14
kertas putih yang telah diberi tanda silang. Setelah itu kedalam gelas kimia
ditambahkan 10 mL larutan HCl 0,1 M tidak berwarna. dinyalakan stopwatch
ketika penambahan HCl kemudian dihentikan stopwatch ketika tanda silang
didasar tidak kelihatan. Hal dikarenakan ini dihasilkan belerang diakhir reaksi
yang berwarna kuning keruh (++). Waktu yang didapatkan hingga larutan berubah
menjadi keruh adalah 396 detik. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S (s)

 Gelas Kimia 2

Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 10 mL larutan Na2S2O3


0,1 M tidak berwarna kedalam gelas kimia, kemudian gelas kimia ditaruh di atas
kertas putih yang telah diberi tanda silang. Setelah itu kedalam gelas kimia
ditambahkan 10 mL larutan HCl 0,1 M tidak berwarna. dinyalakan stopwatch
ketika penambahan HCl kemudian dihentikan stopwatch ketika tanda silang
didasar tidak kelihatan. Hal dikarenakan ini dihasilkan belerang diakhir reaksi
yang berwarna kuning keruh (+++).Waktu yang didapatkan hingga larutan
berubah menjadi keruh adalah 147 detik. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S (s)

 Gelas Kimia 3

Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 10 mL larutan Na2S2O3


0,01 M tidak berwarna kedalam gelas kimia, kemudian gelas kimia ditaruh di atas
kertas putih yang telah diberi tanda silang. Setelah itu kedalam gelas kimia
ditambahkan 10 mL larutan HCl 0,1 M tidak berwarna. dinyalakan stopwatch
ketika penambahan HCl kemudian dihentikan stopwatch ketika tanda silang
didasar tidak kelihatan. Hal dikarenakan ini dihasilkan belerang diakhir reaksi
yang berwarna kuning keruh (+).Waktu yang didapatkan hingga larutan berubah
menjadi keruh adalah 2.362 detik. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S (s)

 Gelas Kimia 4

15
Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 10 mL larutan Na2S2O3
0,1 M tidak berwarna kedalam gelas kimia, kemudian gelas kimia ditaruh di atas
kertas putih yang telah diberi tanda silang. Setelah itu kedalam gelas kimia
ditambahkan 10 mL larutan HCl 0,2 M tidak berwarna. dinyalakan stopwatch
ketika penambahan HCl kemudian dihentikan stopwatch ketika tanda silang
didasar tidak kelihatan. Hal dikarenakan ini dihasilkan belerang diakhir reaksi
yang berwarna kuning keruh (+++).Waktu yang didapatkan hingga larutan
berubah menjadi keruh adalah 89 detik. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S (s)

 Gelas Kimia 5

Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan 10 mL larutan Na2S2O3


0,01 M tidak berwarna kedalam gelas kimia, kemudian gelas kimia ditaruh di atas
kertas putih yang telah diberi tanda silang. Setelah itu kedalam gelas kimia
ditambahkan 10 mL larutan HCl 0,3 M tidak berwarna. dinyalakan stopwatch
ketika penambahan HCl kemudian dihentikan stopwatch ketika tanda silang
didasar tidak kelihatan. Hal dikarenakan ini dihasilkan belerang diakhir reaksi
yang berwarna kuning keruh (+).Waktu yang didapatkan hingga larutan berubah
menjadi keruh adalah 1.646 detik. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S (s)

In
[Na2S2O3] [HCl] [Na2S2O3]
M M T r M ln r
-
0,0000631 - 9,6703
0,05 0,1 396 3 2,995732274 1
-
- 8,6797
0,1 0,1 147 0,00017 2,302585093 1
-
0,01 0,1 2362 0,0000015 4,605170186 -13,41
0,1 0,2 89 0,00056 - -
2,302585093 7,4875

16
7
-
- 12,591
0,01 0,3 1464 0,0000034 4,605170186 7

Dari hasil percobaan didpatkan bahwa semakin besar konsentrasi suatu


reaktan maka dalam hal ini Na2S2O3 laju reaksinya akan semakin besar. Hal ini
dikarenakan kemungkinan terjadinya tumbukan semakin besar sehingga laju
reaksi semakin cepat ditandai dengan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan
belerang juga semakin cepat.

Tingkat kekeruhan yang dihasilkan juga berbeda, dimana pada gelas kimia
pertama kekeruhannya lebih kecil dari gelas kimia kedua dan keempat, begitu
juga gelas ketiga dan kelima tingkat kekeruhannya lebih kecil dari gelas kimia
pertama. Hal ini dikarenakan pada gelas kimia pertama larutan mempunyai
konsentrasi yang lebih besar dari pada gelas ketiga dan kelima, sedangkan jika
dibandingkan dengan gelas kimia kedua dan keempat konsentrasi gelas kimia
pertama lebih kecil yang mengakibatkan kekeruhannya berbeda dari gelas kimia
kedua dan ketiga. larutan dengan konsentrasi semakin tinggi maka akan semakin
keruh dengan waktu yang lebih cepat dibandingkan larutan dengan konsentrasi
rendah.

Dalam perhitungan laju reaksi, data yang digunakan adalah konsentrasi dari
belerang yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan hal yang diamati dari percobaan ini
adalah terbentuknya lau kekeruhan belerang per satuan waktu.

17
f(x) = 0
R² = 0 grafik orde reaksi Na2S2O3
12

10

6
ln r

Linear ()
4

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4
[M]

Gambar 1. Grafik hubungan antara [M] vs ln r untuk menentukan orde Na2S2O3

Dari grafik diatas didapatkan nilai regresi mendekati 1. Sehingga didapatkan nilai
orde reaksi untuk Na2S2O3 adalah 1. Atau dapat juga menggunakan rumus
perhitunga sebagai berikut:

r1
= K ¿¿
r2
6,313 x 10−5
= K ¿¿
1,7 x 10−4
0,37 = [0,5¿a
log 0,37
a=
log 0,5
−0,4317
=
−0,3010
= 1,43

Dalam percobaan ini juga dapat mencari orde reaksi dari HCl, dimana kita bisa
menentukan orde reaksi HCl berdasarkan data yang kita dapat melalui metode
grafik dan metode non grafik sebagaimana:

[Na2S2O3] [HCl]
M M t r In Hcl ln r
0,05 0,1 396 0,0000631 - -
3 2,302585093 9,6703

18
1
-
- 8,6797
0,1 0,1 147 0,00017 2,302585093 1
-
0,01 0,1 2362 0,0000015 2,302585093 -13,41
-
- 7,4875
0,1 0,2 89 0,00056 1,609437912 7
-
- 12,591
0,01 0,3 1464 0,0000034 1,203972804 7
Didapatkan grafik:

f(x) = 0
R² = 0 ln r HCl
12

10

6
lnr

Linear ()
4

0
0 2 4 6 8 10 12
[HCl]

Dari grafik diatas didapatkan nilai regresi mendekati 1. Sehingga didapatkan nilai
orde reaksi untuk HCl adalah 1. Atau dapat juga menggunakan rumus perhitunga
sebagai berikut:

r2
= K ¿¿
r4

19
1,7 x 10−4
= K ¿¿
5,6 x 10−4
0,3035 = [0,5¿b
log 0,3035
b=
log 0,5
−0,5178
=
−0,3010
= 1,72 = 1

Didapatkan nilai β= 1 yang hampir sama dengan nilai regresi yang didapat yaitu
0.9784. Sehingga orde total dari reaksi antara Na2S2O3 dengan HCl adalah berorde
α +β = 2

J. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil pengamatan dan analisis dapat disimpulkan bahwa:

1. Konsentrasi mempengaruhi laju pembentukkan produk, hal tersebut


dikarenakan semakin besar konsentrasi pereaksi maka tumbukkan yang terjadi
semakin banyak sehingga menyebabkan laju reaksi semakin cepat. Begitu pula
sebaliknya, semakin kecil konsentrasi pereaksi maka semakin kecil tumbukkan
yang terjadi antar partikel sehingga laju reaksi pun semakin kecil.

2. Orde reaksi pada variabel manipulasnya konsentrasi Natrium tiosulfat, yaitu 1.


Kemudian orde reaksi pada variabel manipulasnya konsentrasi HCl, yaitu 1
sehingga nilai total orde reaksi adalah 2.

20
k. Daftar Pustaka
Atkins, P.W. 1996. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta:Rineka Cipta.
Bird, T. 2003. Kimia Fisika Untuk Universitas. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Daintith, J. 1994. Kamus Lengkap Kimia Oxport. Jakarta:Erlangga.
Keenan, C.W, D.C, Kleinfelter dan J.H Wood. 1984. Kimia Untuk Universitas.
Jakarta: Erlangga.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press.
Labuza, T.P. dan Riboh, D. 1982. Theory and Application of Kinetics to The
Prediction of Nutrient Losses in Foods. Food Technology, 36:66.
Petrucci. 1987. Kimia Dasar: Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:Erlangga.
Wilkinson, F. 1936. Chemical Kinetics and Reaction Mechanisms. New York:
Van Nostrand Reinhold Company.

21
L. Lampiran
1. Dokumentasi
No. Keterarangan Dokumentasi

1. Larutan Na2S2O3 0,1 M berbentuk larutan tak


berwarna. Larutan Larutan Na2S2O3 0,1 M dilakukan
pengenceran untuk mendapatkan Larutan Na2S2O3
0,05 M dan 0,001 M

2. Larutan HCl 1 N berbentuk larutan tak berwarna.


Larutan HCl 1 N dilakukan pengenceran untuk
mendapatkan larutan HCl 0,1 M, 0,2 M, dan 0,3 M

3. Larutan Na2S2O3 0,05 M hasil dari pengenceran

22
4. Larutan Na2S2O3 0,05 M dimasukkan kedalam gelas
kimia

5. Lalu ditambahkan HCl 0,1 M

6. pada waktu ke 39 menit 22 detik larutan berubah


menjadi keruh. Ini merupakan percobaan pertama
yang menggunakan 0,05 M Na2S2O3 dengan 0,1 M
HCl.

23
7. pada waktu ke 2 menit 27 detik larutan berubah
menjadi keruh. Ini merupakan percobaan ketiga yang
menggunakan 0,1 M Na2S2O3 dengan 0,1 M HCl.

8. Larutan Na2S2O3 0,01 M yang digunakan untuk


percobaan ke 3 dan ke 5

9. Larutan HCl 0,1 M yang digunakan untuk percobaan


ke 1,2, dan 3

24
10. pada waktu ke 1 menit 29 detik larutan berubah
menjadi keruh. Ini merupakan percobaan keempat
yang menggunakan 0,01 M Na2S2O3 dengan 0,2 M
HCl.

11. Pada percobaan kelima menggunakan larutan HCl


0,3 M ynag berbentuk larutan tak berwarna

12. pada waktu ke 39 menit 22 detik larutan berubah


menjadi keruh. Ini merupakan percobaan ketiga yang
menggunakan 0,001 M Na2S2O3 dengan 0,1 M HCl.

25
13. pada waktu ke 27 menit 26 detik larutan berubah
menjadi keruh. Ini merupakan percobaan kelima
yang menggunakan 0,001 M Na2S2O3 dengan 0,3 M
HCl.

2. Perhitungan
 Gelas Kimia 1
M Na2S2O3 = 0,05 M
V Na2S2O3 = 10 mL
M HCl = 0,1 M
V HCl = 10 mL
n Na2S2O3 = MxV = 0,05 M x 10 mL = 0,5 mmol
n HCl = MxV = 0,1 x 10 mL = 1 mmol

Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S(s) + H2O(l)
M 0,5 mmol 2mmol - - - -
R 0,5 mmol 1mmol 1mmol 0,5mmol 0,5mmol 0,5mmol
S - 1mmol 1mmol 0,5mmol 0,5mmol 0,5mmol

mmol s 0,5 mmol


[s] = = = 0,025M
v total 20 mL
[s ] 0,025 M
r= = = 6,313x10-5
t 396

 Gelas Kimia 2
M Na2S2O3 = 0,1 M
V Na2S2O3 = 10 mL
M HCl = 0,1 M
V HCl = 10 mL

26
n Na2S2O3 = MxV = 0,1 M x 10 mL = 1 mmol
n HCl = MxV = 0,1 x 10 mL = 1 mmol

Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S(s) + H2O(l)
M 0,1 mmol 1mmol - - - -
R 0,5 mmol 1mmol 1mmol 0,5mmol 0,5mmol 0,5mmol
S 0,5 mmol - 1mmol 0,5mmol 0,5mmol 0,5mmol

mmol s 0,5 mmol


[s] = = = 0,025M
v total 20 mL
[s ] 0,025 M
r= = = 1,7x10-4
t 174

 Gelas Kimia 3
M Na2S2O3 = 0,01 M
V Na2S2O3 = 10 mL
M HCl = 0,1 M
V HCl = 10 mL
n Na2S2O3 = MxV = 0,01 M x 10 mL = 0,1 mmol
n HCl = MxV = 0,1 x 10 mL = 1 mmol

Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S(s) + H2O(l)
M 0,1 mmol 1mmol - - - -
R 0,1 mmol 0,2mmol 0,2mmol 0,1mmol 0,1mmol 0,1mmol
S - 0,8mmol 0,2mmol 0,1mmol 0,1mmol 0,1mmol

mmol s 0,1 mmol


[s] = = = 0,005M
v total 20 mL
[s ] 0,005 M
r= = = 1,5x10-6
t 2.162

 Gelas Kimia 4
M Na2S2O3 = 0,1 M

27
V Na2S2O3 = 10 mL
M HCl = 0,2 M
V HCl = 10 mL
n Na2S2O3 = MxV = 0,1 M x 10 mL = 1 mmol
n HCl = MxV = 0,2 x 10 mL = 2 mmol
Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S(s) + H2O(l)
M 1 mmol 2mmol - - - -
R 1 mmol 2mmol 2mmol 1mmol 1mmol 1mmol
S - - 2mmol 1mmol 1mmol 1mmol

mmol s 1mmol
[s] = = = 0,05M
v total 20 mL
[s ] 0,05 M
r= = = 5,6x10-4
t 89

 Gelas Kimia 5
M Na2S2O3 = 0,01 M
V Na2S2O3 = 10 mL
M HCl = 0,3 M
V HCl = 10 mL
n Na2S2O3 = MxV = 0,01 M x 10 mL = 0,1 mmol
n HCl = MxV = 0,3x 10 mL = 3 mmol

Na2S2O3 (aq) + 2HCl (aq) → 2NaCl (aq) + SO2 (aq) + S(s) + H2O(l)
M 0,1 mmol 3mmol - - - -
R 0,1 mmol 0,2mmol 0,2mmol 0,1mmol 0,1mmol 0,1mmol
S - 2,8mmol 0,2mmol 0,1mmol 0,1mmol 0,1mmol

mmol s 0,1 mmol


[s] = = = 0,005M
v total 20 mL
[s ] 0,005 M
r= = = 3,41x10-6
t 1.464

No [Na2S2O3]M [HCl] M t (sekon) kekeruhan R


1 0,005 0,1 396 (++) 6,313x10-5
2 0,1 0,1 147 (+++) 1,7x10-4
3 0,01 0,1 2362 (+) 1,5x10-6

28
4 0,1 0,2 89 (+++) 5,6x10-4
5 0,01 0,3 1464 (+) 3,41x10-6

 Orde reaksi Na2S2O3


r1
= K ¿¿
r2
6,313 x 10−5
= K ¿¿
1,7 x 10−4
0,37 = [0,5¿a
log 0,37
a=
log 0,5
−0,4317
=
−0,3010
= 1,43 = 1
 Orde reaksi HCl
r2
= K ¿¿
r4
1,7 x 10−4
= K ¿¿
5,6 x 10−4
0,3035 = [0,5¿b
log 0,3035
b=
log 0,5
−0,5178
=
−0,3010
= 1,72 =1

3. Grafik
In [Na2S2O3]
[Na2S2O3] M [HCl] M t r M ln r
-
0,05 0,1 396 0,00006313 -2,995732274 9,67031
-
0,1 0,1 147 0,00017 -2,302585093 8,67971
0,01 0,1 2362 0,0000015 -4,605170186 -13,41
-
0,1 0,2 89 0,00056 -2,302585093 7,48757
-
0,01 0,3 1464 0,0000034 -4,605170186 12,5917

29
f(x) = 0
R² = 0 grafik Na2S2O3
12

10

6
ln r

Linear ()
4

0
0 2 4 6 8 10 12
[M]

[Na2S2O3] M [HCl] M t r In Hcl ln r


-
0,05 0,1 396 0,00006313 -2,302585093 9,67031
-
0,1 0,1 147 0,00017 -2,302585093 8,67971
0,01 0,1 2362 0,0000015 -2,302585093 -13,41
-
0,1 0,2 89 0,00056 -1,609437912 7,48757
-
0,01 0,3 1464 0,0000034 -1,203972804 12,5917
f(x) = 0
R² = 0 Grafik HCl
12

10

6
ln r

Linear ()
4

0
0 2 4 6 8 10 12
[M]

30

Anda mungkin juga menyukai