Pendahuluan
Di masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa
manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum ini di tingkat lebih
lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli di bidang
terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan yang satu dengan
yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut. Dalam hal terdapat korban baik yang masih hidup
maupun yang meninggal akibat peristiwa tersebut, diperlukan seorang ahli dalam bidang kedokteran
untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang menangani kasus tersebut. Dokter yang
diharapkan membantu dalam proses peradilan ini akan berbekal pengetahuan kedokteran yang
dimilikinya yang terhimpun dalam kazanah ilmu kedokteran forensik.
Dalam perkembangannya lebih lanjut, ternyata ilmu kedokteran forensik tidak semata-mata
bermanfaat dalam urusan penegakan hukum dan keadilan di lingkup pengadilan saja, tetapi juga
bermanfaat dalam segi kehidupan bermasyarakat lain, misalnya dalam membantu penyelesaian klaim
asuransi yang adil bagi pihak yang diasuransi maupun pihak yang mengasuransi, dalam membantu
pemecahan masalah paternitas, membantu upaya keselamatan kerja dalam bidang industri dan
otomotif dengan pengumpulan data korban kecelakaan industri maupun kecelakaan lalu lintas dan
sebagainya. Untuk kesemuanya itu, dalam bidang ilmu kedokteran forensik dipelajari tata laksana
mediko-legal, tanatologi, traumatologi, toksikologi,teknik pemeriksaan dan segala sesuatu yang
terkait, agar semua dokter dalam memenuhi kewajibannya membantu penyidik, dapat benar-benar
memanfaatkan segala pengetahuan kedokteran nya untuk kepentingan peradilan serta kepentingan lain
yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.
Kasus:
Suatu hari anda didatangi penyidik dan diminta untuk membantu mereka dalam memeriksa
suatu tempat kejadian perkara (TKP). Menurut penyidik, TKP adalah sebuah rumah yang cukup besar
1
milik seorang pengusaha dan istrinya ditemukan meninggal dunia di dalam kamarnya yang terkunci di
dalam.
Anaknya yang pertama kali mencurigai hal itu (pukul 08.00) karena si ayah yang biasanya bangun
untuk lari pagi, hari ini belum keluar dari kamarnya. Ia bersama dengan pak Ketua RT melaporkannya
kepada polisi. Penyidik telah membuka kamar tersebut dan menemukan kedua orang tersebut tiduran
di tempat tidurnya dan dalam keadaan mati. Tidak ada tanda-tanda perkelahian di ruang tersebut,
segalanya masih tertata rapi sebagaimana biasa, tutur anaknya. Dari pengamatan sementara, tidak
ditemukan luka-luka pada kedua mayat dan tidak ada barang yang hilang. Salah seorang penyidik
ditelepon oleh petugas asuransi bahwa ia telah dihubungi oleh anak sipengusaha berkaitan dengan
kemungkinan klaim auransi jiwa pengusaha tersebut.
Prosedur Medikolegal1
2. Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan
keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan.
Keputusan Menkeh No.M.01.PW.07-03 tahun 1982 tentang pedoman pelaksanaan KUHAP.
Dari penjelasan pasal 133 ayat (2) menimbulkan beberapa masalah antara lain sebagai berikut :
a. Keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman itu alat bukti sah
atau bukan?
b. Sebab apabila bukan alat bukti yang sah tentunya penyidikan mengusahakan alat bukti lain
yang sah dan ini berarti bagi daerah yang belum ada dokter ahli kedokteran kehakiman akan
mengalami kesulitan dan penyidikan dapat terhambat.
2
c. Hal ini tidak menjadi masalah walaupun keterangan dari dokter bukan ahli kedokteran
kehakiman itu bukan sebagai keterangan ahli, tetapi keterangan itu sendiri dapat merupakan
petunjuk dan petunjuk itu adalah alat bukti yang sah, walaupun nilai ny agak rendah, tetapi
diserahkan saja pada hakim yang menilainya dalam sidang.
d. Dari penjelasan pasal 133 ayat (2) dapat disimpulkan bahwa keterangan ahli itu hanya bila
diberikan oleh dokter ahli kedokteran kehakiman. Bagaimana dengan keterangan yang
diberikan oleh ahli laboratorium, ahli balistik, ahli kardiologi, ahli patologi,ahli
kandungan,psikiater, dan lain-lain apakah keterangan mereka ini bukan keterangan ahli. Atau
apakah agar mempunyai nilai sebagai alat bukti yang sah, keterangan-keterangan ahli tersebut
harus diketahui/disahkan oleh dokter ahli kedokteran kehakiman.
4
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. Keterangan ahli ini dapat
juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntu umum yang dituangkan
dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan atau
pekerjaan
Pasal 65 KUHAP
Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau seseorang yang
mempunyai keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya.
Pasal 66 KUHAP
Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian.
9 . Praktek dokter
Pasal 512 KUHP
Barang siapa sebagai mata pencaharian baik khusus maupun sebagai sambilan menjalankan pekerjaan
dokter atau dokter gigi, dengan dengan tidak mempunyai surat izin didalam keadaan yang tidak
memaksa, diancam dengan kurungan paling lama dua bulan atau denda setinggi-tinggi nya sepuluh
ribu rupiah.
Pasal 531 KUHP
8
Barang siapa ketika menyaksikan bahwa ada orang yang sedang menghadapi maut, tidak memberi
pertolongan yang dapat diberikan padanya tanpa selayaknya menimbulkan bahaya bagi dirinya atau
orang lain diancam jika kemudian orang itu meninggal dengan kurungan paling lama tiga bulan atau
denda paling banyak tiga ratus rupiah.
10. Keterangan palsu
Pasal 267 KUHP
1. Seorang dokter yang dengan sengaja memberi surat keterangan palsu tentang ada atau
tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
2. Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seorang ke dalam rumah sakit
gila atau untuk menahnnya disitu, dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan tahun enam
bulan
3. Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat keterangan
palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran. 1
Visum et Repertum3
Pemeriksaan medik untuk tujuan membantu penegakan hukum antara lain adalah pembuatan visum et
Repertum terhadap seseorang yang dikirim oleh polisi (penyidik) karena diduga sebagai korban suatu
tindak pidana, baik dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, penganiayaan,
pembunuhan,perkosaan, maupun korban meninggal yang pada pemeriksaan pertama polisi, terdapat
kecurigaan akan kemungkinan adanya tindak pidana.
Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian
atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk
kepentingan peradilan. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia.
Jenis dan bentuk visum et repertum :
a. Visum et Repertum perlukaan
Berdasarkan ketentuan dalam KUHP, penganiayaan ringan adalah penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan, sebagaimana bunyi
pasal 352 KUHP. Umum nya yang dianggap sebagai hasil dari penganiayaan ringan adalah korban
dengan “tanpa luka” atau dengan luka lecet atau memar kecil di lokasi yang tidak berbahaya/yang
tidak menurunkan fungsi alat tubuh tertentu. Luka-luka tersebut kita masukkan ke dalam kategori luka
ringan atau luka derajat satu.
KUHP pasal 90 telah memberikan batasan tentang luka berat yaitu : jatuh sakit atau mendapat luka
yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut yang
menyebabkan seseorang terus menerus tidak mampu untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
9
pencaharian yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera yang menimbulkan cacat berat
yang mengakibatkan terjadinya keadaan lumpuh, terganggu nya daya pikir selama empat minggu atau
lebih serta terjadinya gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Di dalam bagiaan pemberitaan visum et repertum biasanya disebutkan keadaan umum korban sewaktu
datang, luka-luka atau cedera atau penyakit yang ditemukan pada pemeriksaan fisik berikut uraian
tentang letak,jenis dan sifat luka serta ukurannya, pemeriksaan khusus/penunjang, tindakan medik
yang dilakukannya, riwayat perjalanan penyakit selama perawatan dan keadaan akhir saat
pengobatan/perawat selesai. Gejala/keluhan yang dapat dibuktikan secara obyektif dapat dimasukan
ke dalam bagian pemberitaan misalnya sesak nafas,nyeri tekan,nyeri lepas,nyeri sumbu dan
sebagainya. Sedangkan keluhan subyektif misalnya keluhan sakit kepala,pusing,mual dan sebagainya.
Dalam bagian kesimpulan, dokter harus menuliskan luka-luka atau cedera atau penyakit yang
ditemukan, jenis benda penyebab nya serta derajat perlukaan. Derajat luka dituliskan dalam kalimat
yang mengarah ke rumusan delik dalam KUHP. Pada kasus ini dimana ditemukan mayat dari
pengusaha dan istri nya yang ditemukan meninggal dunia di dalam kamarnya yang terkunci di dalam
tidak ditemukan adanya luka pada kedua mayat tersebut baik luka memar akibat kekerasan benda
tumpul, patah tulang baik terbuka ataupun tertutp ataupun luka terbuka.
Tanatologi
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati yaitu : 4
a. Mati somatis : terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan
saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan, yang menetap. Secara klinis tidak
ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak
ada gerak pernafasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.
b. Mati suri : adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga
sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat
tidur,tersengat listrik dan tenggelam.
c. Mati seluler: adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah
kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga
terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini penting
dalam transplantasi organ.
d. Mati serebral : adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan
serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu pernafasan dan kardiovaskular masih berfungsi
dengan bantuan alat.
e. Mati otak : adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranial yang ireversibel,
termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak maka dapat dikatakan
11
seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi sehingga alat bantu dapat
dihentikan.
12
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis) penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan
panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan
konveksi.
4. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang
terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang
terjadi dalam keadaan steril. Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam
tubuh segera masuk ke jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk
bertumbuh. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada
perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penih dengan bakteri serta
terletak dekat dinding perut. Selanjutnya rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas
wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan kelopak mata membengkak pipi tembem bibir
tebal lidah membengkak dan sering terjulur diantara gigi. Larva lalat akan dijumpai setelah
pembentukan gas pembusukan nyata yaitu kira-kira 36-48 jam pasca mati. Pada kasus kedua
jenasah tersebut yaitu si pengusaha dengan istri nya belum ditemukan ada nya pembusukan
tersebut.
5. Adiposera atau lilin mayat dimana terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau
berminyak berbau tengik yang terjadi didalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Adiposera dapat
terbentuk di sebarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati, tetapi lemak superfisial yang pertama
kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat terlihat di pipi, payudara atau bokong,
bagian tubuh atau ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi adiposera.
6. Mummifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga
terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat mengehentikan pembusukan. Jaringan
berubah menjadi keras dan kering, berwarnagelap berkeriput dan tidak membusuk karena kuman
tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering.
Pemeriksaan jenazah
Pada pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar jenazah tanpa melakukan
tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah. Pemeriksaan diakukan dengan teliti dan sistematik
serta kemudian dicatat secara rinci, mulai dari bungkus atau tutup jenazah, pakaian, benda-benda di
sekitar jenazah, perhiasan, ciri-ciri umum identitas, tanda-tanda tanatologik, gigi geligi, dan luka atau
cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh bagian luar. Dimana pada kasus jenazah pengusaha
dan istri nya belum ditemukan adanya bungkus atau tutup jenazah, pakaian kedua jenazah masih
dalam keadaan utuh tidak ada bekas robekan, kemudian barang-barang disekitar kamar tidur kedua
jenazah masih dalam keadaan utuh dan tertata rapi. Tidak ditemukan adanya luka atau cedera pada
kedua mayat tersebut.
Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar saja, maka kesimpulan Visum et Repertum
menyebutkan jenis luka atau kelainan yang ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya, sedangkan
13
sebab matinya tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan bedah jenazah. Apabila
dapat diperkirakan dapat dicantumkan dalam kesimpulan.
Kemudian dilakukan pemeriksaan bedah jenazah menyeluruh dengan membuka rongga tengkorak,
leher, dada, perut dan panggul. Kadang kala dilakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan
seperti pemeriksaan histopatologik, toksikologik,serologik, dsb.
Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis luka atau kelainan, jenis
kekerasan penyebabnya, dan saat kematian seperti tersebut diatas.
Penyebab kematian
A. Traumatologi
Pada pemeriksaan traumatologi pertama dilihat apakah terdapat luka akibat kekerasan benda tumpul
pada kedua jenazah sepasang suami istri tersebut seperti luka memar (kontusio, hematom)m, luka
lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum). Memar adalah suatu perdarahan
dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan
benda tumpul. Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada
saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam setelah 4-5 hari akan
berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari dan akhirnya
menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Kemudian luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang
bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian
kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan
bersentuhan denga n kulit. Luka lecet bisa merupakan luka lecet gores akibat benda runcing, luka
lecet serut yang merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit lebih lebar. Kemudian luka lecet tekan karena penjejakan benda tumpul pada kulit,
luka lecet geser yang disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser misalnya pad
akasus gantung atau jerat serta pada korban pecut. Dan luka robek yang merupakan luka terbuka
akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah. Cedera leher dapat terjadi
pada misalnya penumpang kendaraan yang ditabrak dari belakang karena terjadi hiperekstensi kepala
yang disusul dengan hiperfleksi.5
Yang dimaksud denga kekerasan benda setengah tajam adalah cedera akibat kekerasan benda tumpul
yang mempunyai tepi rata, misalnya meja,lempengan besi, gigi dan sebagainya. Luka yang terjadi
adalah luka dengan ciri-ciri luka akibat kekerasan tumpul namun bentuknya beraturan. Pada luka
akibat kekerasan benda tajam dimana benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka
seperti ini adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi
dari alat-alat seperti pisau, golok dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu, nahkan
tepi kertas atau rumput. Gambaran umum luka yang diakibatkannya adalah tepi dan dinding luka yang
rata, berbentuk garis tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka
akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris, atau sayat, luka tusuk dan luka bacok.
14
Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi antara pisau-kain-
tubuh.
Pada luka akibat tembakan senjata api dimana anak peluru yang menembus kulit akan menyebabkan
terjadinya lubang yang dikelilingi bagian yang kehilangan kulit ari berupa kelim lecet. Selain itu zat
yang melekat pada anak peluru seperti minyak pelumas, jelaga dam elemen mesiu akan terusap pada
tepi lubang sehingga terbentuk kelim kesat. Bisa juga luka yang disebabkan oleh suhu/temperatur
ataupun luka bakar akibat kontak kulit dengan bena bersuhu tinggi.
Pada luka akibat trauma listrik, gambaran makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa
kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol di sekitarnya terdapat
daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Pada luka akibat petir dapat ditemukan
aborosent mark (kemerahan pada kulit seperti percabangan pohon).
Pada luka akibat trauma bahan kimia misalnya akibat asam kuat dapat menimbulkan korosi yang
kering, keras seperti kertas perkamen sedangkan basa kuat membentuk reaksi penyabunan intra sel
sehingga menimbulkan luka yang basah licin dan kerusakan akan terus berlanjut sampai dalam.
Reaksi vital terhadap luka yang umum adalah : perdarahan, berupa ekimosis, petachiae dan terjadinya
emboli. Adanya jelaga pada saluran nafas dan lambung serta CO-Hb darah (10%) serta cyanida
(kadang-kadang) menunjukkan bahwa orang tersebut masih hidup sewaktu terbakar.
B. Toksikologi
Berdasarkan tempat dimana racun berada, dapat ibagi menjadi racun yang terdapat di alam bebas,
misalnya gas racun di alam, racun yang terdapat di rumah tangga; misalnya
deterjen,desinfektan,insektisida,pembersih (cleaners). Racun yang digunakan dalam
pertanian,misalnya insektisida,herbisida,pestisida. Racun yang digunakan dalam industri dan
laboratorium,misalnya asam dan basa kuat,logam berat. Racun yang terdapat dalam makanan
misalnya CN dalam singkong,toksin botulinus, bahan pengawet, zat aditif serta racun dalam bentuk
obat,misalnya hipnotik ,sedatif, dll. Ada racun yang bekerja lokal dan menimbulkan beberapa reaksi
misalnya perangsangan,peradangan atau korosif. Keadaan ini dapat menimbulkan rasa nyeri yang
hebat dan dapat menyebabkan kematian akibat syok neurogenik. Contoh racun korosif adalah asam
dan basa kuat : H2SO4, HNO3, NaOH, KOH; golongan halogen seperti fenol, lisol dan senyawa logam.
Racun yang bekerja sistemik dan mempunyai afinitas terhadap salah satu sistem misalnya barbiturat,
alkohol, morfin terhadap susunan saraf pusat, digitalis, oksalat terhadap jantung, CO terhadap
hemoglobi darah. Terdapat pula racun yang mempunyai efek lokal dan sistemik sekaligus misalnya
asam karbol yang menyebabkan erosi lambung dan sebagian yang diasbsorpsi akan menimbulkan
depresi susunan saraf pusat.2
15
a. Cara masuk : keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara masuk
lain,berturut-turut ialah intravena ,intramuskular, intaperitoneal,subkutan peroral dan paling
lambat ialah bila melalui kulit yang sehat.
b. Umur : kecuali untuk beberapa jenis racun tertentu ,orang tua dan anak-anak lebih sensitif
misalnya pada barbiturat.
c. Kondisi tubuh : penderita penyakit ginjal umum nya lebih mudah mengalami keracunan. Pada
penderita demam dan penyakit lambung, absorpsi dapat terjadi dengan lambat. Bentuk fisik dan
kondisi fisik, misalnya lambung berisi atau kosong.
d. Kebiasaan : sangat berpengaruh pada racun golongan alkohol dan morfin,sebab dapat terjadi
toleransi ,tetapi toleransi tidak dapat menetap,jika pada suatu ketika dihentikan, maka toleransi
akan menurun lagi.
e. Idiosinkrasi dan alergi : pada vitamin E, penisilin ,streptomisisn dan prokain. Pengaruh langsung
racun tergantung pada takaran. Makin tinggi takaran akan makin cepat (kuat) keracunan.
f. Waktu pemberian : untuk racun yang ditelan, jika ditelan sebelum makan,absorpsi terjadi lebih
baik sehingga efek akan timbul lebih cepat. Jangka pemberian untuk waktu lama (kronik) atau
waktu singkat/sesaat.
Kriteria diagnostik :
Diagnosa keracunan didasarkan atas adanya tanda dan gejala yang sesuai dengan racun penyebab.
Dengan analisis kimiawi dapat dibuktikan adanya racun pada sisa barang bukti. Yang terpenting pada
penegakan diagnosis keracunan adalah dapat ditemukan racun/sisa racun dalam tubuh/cairan tubuh
korban, jika racun menjalar secara sistemik serta terdapat nya kelainan pada tubuh korban baik
makroskopik maupun mikroskopik yang sesuai dengan racun penyebab. Disamping itu perlu pula
dipastikan bahwa korban tersebut benar-benar kontak dengan racun.
Yang perlu diperhatikan untuk pemeriksaan korban keracunan ialah keterangan tentang racun apa
kira-kira yang merupakan penyebabnya, dengan demikian pemeriksaan dapat dilakukan dengan lebih
terarah dan dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
Pemeriksaan luar :
1. Bau : dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa kiranya yang ditelan oleh
korban. Pemeriksa dapat mencium bau amandel pada penelanan sianida, bau minyak tanah
pada penelanan larutan insektisida, bau kutu busuk pada malation, bau ammonia, fenol (asam
karbolat), lisol, alkohol, eter, kloroform dan lain-lain. Maka pada tiap kasus keracunan
pemeriksa selalu harus memperhatikan bau yang tercium dari pakaian, lubang hidung dan
mulut serta rongga badan. Segera setelah pemeriksa berada di samping mayat ia harus
menekan dada mayat dan menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa keluar dari
lubang-lubang hidung dan mulut.
2. Pakaian : pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan oleh tercecernya
racun yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak berwarna berwarna coklat karena
17
asam sulfat atau kuning karena asam nitrat. Penyebaran bercak perlu diperhatikan karena dari
penyebaran itu kadang-kadang dapat diperoleh petunjuk tentang intensi/kemauan korban yaitu
apakah racun itu ditelan atas kemauannya sendiri (bunuh diri) atau dipaksa (pembunuhan).
Dalam hal korban dipegangi dan dicocoki secara paksa, maka bercak-bercak akan tersebar
pada derah yang luas. Selain itu pada pakaian mungkin melekat bau racun.
3. Lebam mayat : warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai makna, karena warna
lebam mayat pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit.
Perhatikan adanya kelainan di tempat masuknya racun.
4. Kulit diperiksa untuk mencari luka bekas suntikan yang baru.
5. Perubahan kulit : misalnya hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis telapak tangan dan
kaki pada keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan pada keracunan perak
(Ag) kronik (deposisi perak dalam jaringan ikat dan korium kulit). Kulit akan berwarna
kuning pada keracunan tembaga (Cu) dan fosfor akibat hemolisis. Vesikel atau bula pada
tumit, bokong, dan punggung pada keracunan karbon monoksida dan barbiturat akut.
Diperhatikan juga pada kuku korban dimana pada keracunan arsen kronik dapat ditemukan
kuku yang menebal secara tidak teratur. Juga pada keracunan talium kronik ditemukan
kelainan trofik pada kuku. Kebotakan dapat ditemukan pada keracunan talium,arsen, air raksa
dan boraks.ikterik pada keracunan dengan zat hepatotoksik seperti fosfor, karbon tetra
klorida. Perdarahan pada pemakaian dicoumarol atau akibat bisa ular.
6. Pada pemeriksaan in situ perhatikan warna otot-otot dan alat-alat dimana pada pemeriksaan
kedua korban suami istri itu ditemukan warna merah muda cerah. Pada sianida berwarna
merah cerah. Warna coklat pada pada racun dengan ekskresi melalui mukosa usus. Lambung
mungkin tampak hiperemik atau kehitam-hitaman dan terdapat perforasi akibat zat korosif.
Farmakokinetik : CO hanya diserap ,melalui paru dan sebagian besar diikat oleh hemoglobin secara
reversibel, membentuk karboksi-hemoglobin. Selebihnya mengikat diri dengan mioglobin dan
beberapa protein heme ekstravaskuler lain. CO bukan merupakan racun yang kumulatif. Absorpsi atau
ekskresi CO ditentukan oleh kadar CO dalam udara lingkungan, kadar COHb sebelum pemaparan ,
lamanya pemaparan dan ventilasi paru.
18
Farmakodinamik : CO bereaksi dengan Fe dari porfirin dan karena itu CO bersaing dengan O2 dalam
mengikat protein heme yaitu hemoglobin, mioglobin, sitokrom oksidase dan sitokrom P-450, Hb dan
sitokrom A3. Dengan diikatnya Hb, menjadi COHb mengakibatkan Hb menjadi inaktif sehingga
darah berkurang kemampuannya untuk mengangkut O2. Konsentrasi CO dalam udara lingkungandan
lama nya inhalasi menentukan kecepatan timbulnya gejala-gejala ataru kematian.
Pemeriksaan kedokteran forensik : diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan
anamnesis adanya kontak dan ditemukannnya gejala keracunan CO. Pada korban yang mati tidak
lama setelah keracunan CO, ditemukan lebam mayat berwarna merah muda terang, yang tampak jelas
bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih. Pada analisa toksikologik darah akan ditemukan adanya
COHb. Kelainan yang dapat ditemukan adalah kelainan akibat hipoksemia dan komplikasi yang
timbul selama penderita dirawat.
Pemeriksaan laboratorium : untuk penentuan COHb secara kualitatif dapat dikerjakan uji dilusi
alkali. Perlu diperhatikan bahwa darah yang dapat digunakan sebagai kontrol dalam uji dilusi alkali
ini. Haruslah darah dengan Hb yang normal. Jangan gunakan darah Foetus karena dikatakan bahwa
darah Foetus juga bersifat resisten terhadap alkali. Pemeriksaan adanya COHb dalam darah juga dapat
melalui penentuan secara spektroskopis. Cara spektrofotometrik adalah cara yang terbaik untuk
melakukan analisis CO atas darah segar korban keracunan CO yang masih hidup, karena hanya
dengan cara ini, dapat ditentukan rasio COHb : OxiHb. Darah mayat adalah darah yang tidak segar
sehingga memberikan hasil yang tidak dapat dipercaya. Cara kromatografi gas banyak dipakai untuk
mengukur kadar CO dari sampel darah mayat dan cukup dapat dipercaya.
Keracunan Sianida
Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik karena garam sianida dalam takaran kecil sudah
cukup untuk menimbulkan kematian pada seseorang dengan cepat seperti bunuh diri yang dilakukan
oleh beberapa tokoh nazi. Sumber sianida : hidrogen sianida merupakan cairan jernih yang bersifat
asam, larut dalam air, alkohol, dan eter. Garam sianida yang dipakai dalam pengerasan besi dan baja,
dalam proses penyepuhan emas dan perak serta dalam fotografi. Sianida juga didapat ari biji tumbuh-
tumbuhan genus prunus , singkong liar, umbi-umbian liar,temu lawak, cherry
liar,plum,aprikot,amigdalin liar,jetberry bush,dll.
19
Farmakokinetik : garam sianida cepat diabsorpsi melalui saluran pencernaan cyanogen dan uap HCN
diabsorpsi melalui pernafasan. HCN cair akan cepat diabsorpsi melalui kulit tetapi gas HCN lambat.
Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut,inhalasi dan kulit. Setelah diabsorbsi, masuk ke
dalam sirkulasi darah sebagai CN bebas dan tidak berikatan dengan hemoglobin,kecuali dalam bentuk
methemoglobin akan terbentuk methemoglobin.
Tanda dan gejala keracunan : cepat menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian dapat timbul
dalam beberapa menit. Korban mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan lidah, sesak
nafas,hipersalivasi, mual,muntah , sakit kepala, vertigo, fotofobi, tinitus, pusing dan kelelahan. Dapat
pula ditemukan sianosis pada muka, busa keluar dari mulut, nadi cepat dan lemah, pernafasan cepat
dan kadang-kadang tidak teratur,pupil dilatasi dan refleks melambat. Kemudian mayat berwarna
merah terang dan bau amandel .
Pemeriksaan kedokteran forensik : pada pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang
patognomonik untuk keracunan CN, dapat tercium dengan cara menekan dada mayat sehingga akan
keluar gas dari mulut dan hidung. Sianosis pada wajah dan bibir,busa keluar dari mulut, dan lebam
mayat berwarna merah terang.
Pemeriksaan laboratorium : uji kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, yang
diteteskan satu tetes isi lambung atau darah korban. Reaksi Schonbein-Pagenstecher dimana isi
lambung 50 mg/jaringan ke dalam botol erlenmeyer.kertas saring kemudian dicelupkan ke dalam
larutan guajacol dalam alkohol,keringkan
Keracunan Arsen
Arsen dahulu sering digunakan sebagai racun untuk membunuh orang lain, dan tidaklah mustahil
dapat ditemukan kasus peracunan dengan arsen di masa sekarang ini. Disamping itu keracunan arsen
kadang-kadang dapat terjadi karena kecelakaan dalam industri dan pertanian akibat
memakan/meminum makanan/minuman yang terkontaminasi dengan arsen. Sumber : industri dan
pertanian terdapat dalam bahan yang digunakan untuk penyemprotan buah-
buahan,insektisida,fungisida,rodentisida,pembasmi tanaman liar dan pembunuhan lalat.juga kadang-
kadang didapatkan dalam cat dan kosmetika. Arsen juga terdapat dalam tanah, air minum yang
terkontaminasi, bir, kerang,tembakau dan obat-obatan.
Farmakokinetik : arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut,inhalasi dan melalui kulit. Setelah
diabsorpsi melalui mukosa usus, arsen kemudian ditimbun dalam hati,ginjal , kulit dan tulang.
Farmakodinamik : arsen menghambat sistim enzim sulfhidiril dalam sel sehingga metabolisme sel
dihambat.pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100 ug/L.
20
Tanda dan gejala keracunan : Timbul gejala gastro-intestinal hebat. Mula-mula rasa terbakar di
daerah tenggorok dengan rasa logam pada mulut.
Pemeriksaan kedokteran forensik : pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Pada
pembedahan jenazah ditemukan tanda-tandairitasi lambung, mukosa berwarna merah,kadang-kadang
dengan perdarahan. Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard pada septum. Bila korban cepat
meninggal setelah menghirup arsen, akan terlihat tanda-tanda kegagalan kardio-respirasi akut. Bila
meninggal nya lambat dapat ditemukan ikterus dengan anemi hemolitik,tanda-tanda kerusakan ginjal
berupa degenerasi lemak dengan nekrosis lokal serta nekrosis tubuli. Pada korban mati akibat
keracunan kronik tampak keadaan gizi buruk, pada kulit terdapat pigmentasi coklat,keratosis telapak
tangan dan kaki. Kuku memperlihatkan garis-garis putih pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar
kuku.
Pemeriksaan laboratorium : curiga keracunan akut= 0,5 mg/kg, keracunan akut = 30 mg/kg (pada
rambut kepala normal) dan curiga keracunan = 1 mg/kg dan keracunan akut : 80 ug/kg (kuku normal).
Dapat dilakukan uji reinsch
Keracunan Timbel
Sumber : terdapat dimana-mana,dalam jumlah besar dalam badan accu/baterrai, pipa air, bahan dasar
cat, benda-benda keramik dan gelas.
Farmakokinetik : Timah hitam dapat diasorbsi melalui berbagai cara. Saluran cerna terutama usus
halus mengasorbsi Pb sebanyak 5-10%. Dapat juga melalui kulit yang utuh dan diikat oleh sel darah
merah.
Farmakodinamik : keracunan akan mengakibatkan spasme arteriol, spasme otot polos usus, ureter,
uterus, hambatan pembentukan heme, gangguan fungsi tubuli ginjal .
Tanda dan gejala keracunan : pada keracunan akut korban akan merasa sepat (rasa logam), muntah-
muntah berwarna putih karena adanya Pb klorida. Diare dengan feses yang hitam, nyeri perut, syok,
hemolisis akut, globinuri,oligouri,parestesi. Keracunan kronik korban tampak pucat yang tak sesuai
dengan derajat anemi,rasa logam pada mulut,anoreksia,obstipasi,kadang-kadang diare.
Pemeriksaan kedokteran forensik : pada keracunan akut yang meninggal ditemukan tanda-tanda
dehidrasi,lambung mengerut ,hiperemi,isi lambung berwarna putih.usus spastis dan feses berwarna
hitam. Jika keracunan kronik maka didapatkan tubuh sangat kurus, pucat,terdapat garis
Pb,ikterik,gastritis kronik, dan pada usus ditemukan bercak-bercak hitam.
Pemeriksaan laboratorium : normal kadar Pb dalam darah kurang dari 60 ug/100 ml. Bila lebih dari
70 ug/100 ml berarti ada pemaparan abnormal. Bila lebih dari 100 ug/100 ml berarti telah terjadi
keracunan.
21
Keracunan alkohol
Sumber : terdapat dala berbagai minuman seperti whisky,brandy,rum,vodka,gin (mengandung 45%
alkohol) , wines (10-20%), beer dan ale (48%). Alkohol sintetik seperti air tape, tuak, dan brem.
Farmakokinetik : alkohol diabsorpsi dalam jumlah sedikit melalui mukosa mulut dan lambung.
Sebagian besar diabsorpsi di usus halus dan sisanya di kolon.
Farmakodinamik : alkohol menyebabkan presipitasi dan dehidrasi sitoplasma sel sehingga bersifat
sebagai astringent. Pada kulit alkohol menyebabkan penurunan temperatur akibat penguapan,
sedangkan pada mukosa akan menimbulkan iritasi dan lebih hebat lagi mengakibatkan inflamasi.
Tanda dan gejala keracunan : pada kadar yang rendah sudah menimbulkan gangguan berupa
penurunan keapikan ketrampilan tangan dan perubahan tulisan tangan. Pada kadar 30-40 mg% telah
timbul penciutan lapang pandangan,penurunan ketajaman penglihatan dan pemanjangan waktu reaksi.
Alkohol dengan kadar dalam darah 200 mg menimbulkan gejala banyak bicara, ramai,refleks
menurun.
Pemeriksaan kedokteran forensik : kelainan yang ditemukan pada korban mati tidak khas. Mungkin
ditemukan gejala-gejala yang sesuai dengan asfiksia. Seluruh organ menunjukkan tanda
perbendungan, darah lebih encer, berwarna merah gelap. Organ-organ termasuk otak dan darah
berbau alkohol.
Laboratorium : untuk pemeriksaan toksikologik diambil darah dari pembuluh darah vena perifer
(kubiti atau femoralis).3
Asuransi Jiwa
Klaim Asuransi Jiwa merupakan tuntutan dari Pemegang Polis / Penerima pengalihan hak kepada
Penanggung atas pembayaran Jumlah Uang Pertanggungan (UP) atau Saldo Tunai yang timbul karena
syarat-syarat dalam perjanjian asuransinya telah terpenuhi. Penerima Klaim yaitu Pemegang Polis
atau yang ditunjuk sebagai ahli waris yang tercantum dalam polis.
Dasar – Dasar Klaim :4
1. Kematian dari penerima
2. Pemegang polis menghentikan pembayaran premi dan mengakhiri perjanjian asuransi ketika polis
telah menghasilkan saldo tunai.
3. Pemegang polis menghentikan pembayaran premi dan mengakhiri perjanjian asuransi ketika polis
telah menghasilkan saldo tunai.
4. Penerima mengalami kecelakaan.
5. Penerima karena sakit memerlukan rawat inap atau rawat jalan.
Klaim Meninggal :
Klaim Meninggal terjadi apabila penerima manfaat atau pemohon yang disebutkan dalam polis telah
meninggal dunia sementara polis masih berlaku. 4
22
Persyaratan Klaim Meninggal :
1. Polis asli atau duplikat jika polis asli hilang atau surat keterangan pengganti polis/ pengakuan
hutang jika polis asli dijadikan sebagai jaminan pinjaman.
2. Tanda terima pembayaran asli dari premi terakhir.
3. Surat keterangan kematian dari Lurah/ Kepala Desa yang dilegalisir oleh Camat, atau Sertifikat
Kematian.
4. Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat meninggal dunia
karena kecelakaan.
5. Pengajuan klaim atas kematian.
6. Kuesioner klaim.
7. Surat keterangan kesehatan dari Dokter/ Rumah Sakit jika penerima manfaat meninggal dunia
ketika dalam perawatan oleh Dokter/Rumah Sakit.
8. Fotokopi kartu keluarga (jika berlaku).
9. Surat kuasa dari penerima pengalihan hak jika terdapat beberapa penerima pengalihan hak dan
untuk sementara terdapat hambatan.
10. Surat keputusan mengenai perwalian dari Pengadilan Negeri jika penerima pengalihan ha usianya
belum memenuhi syarat menurut hukum, sementara orang tuanya meninggal dunia.
11. Surat keputusan mengenai ahli waris dari Pengadilan Negeri jika Pemegang Polis yang ditunjuk
untuk menerima manfaat telah meninggal dunia.
12. Polis asli atau duplikat jika polis asli hilang atau surat keterangan pengganti polis/ pengakuan
hutang jika polis asli dijadikan sebagai jaminan pinjaman .
13. Tanda terima pembayaran asli dari premi terakhir.
14. Surat keterangan kematian dari Lurah/ Kepala Desa yang dilegalisir oleh Camat, atau Sertifikat
Kematian.
15. Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat meninggal dunia
karena kecelakaan.
16. Pengajuan klaim atas kematian.
17. Kuesioner klaim.
18. Surat keterangan kesehatan dari Dokter/ Rumah Sakit jika penerima manfaat meninggal dunia
ketika dalam perawatan oleh Dokter/Rumah Sakit.
19. Fotokopi kartu keluarga (jika berlaku).
20. Surat kuasa dari penerima pengalihan hak jika terdapat beberapa penerima pengalihan hak dan
untuk sementara terdapat hambatan.
21. Surat keputusan mengenai perwalian dari Pengadilan Negeri jika penerima pengalihan hak
usianya belum memenuhi syarat menurut hukum, sementara orang tuanya meninggal dunia.
22. Surat keputusan mengenai ahli waris dari Pengadilan Negeri jika Pemegang Polis yang ditunjuk
untuk menerima manfaat telah meninggal dunia.5
23
Analisis Kasus:
Fakta-fakta keadaan mayat di TKP, terdapat beberapa hal yang patut dicermati antara lain:
1. Tidak ada tanda-tanda perkelahian;
2. Segalanya masih tertata rapi;
3. Tidak ditemukan luka-luka pada kedua mayat,
4. Tidak ada barang yang hilang, dan
5. Si anak pengusaha telah menghubungi petugas asuransi berkaitan dengan kemungkinan klaim
asuransi jiwa pengusaha tersebut.
Berdasarkan fakta-fakta nomor 1-4 tersebut di atas, patut diduga bahwa si pengusaha dan istrinya
telah mengalami keracunan. Namun berdasarkan fakta nomor 5 tersebut di atas, dimana sebelum
kamar dibuka oleh penyidik dan belum diketahui keadaan si pengusaha dan istrinya apakah sudah
meninggal atau belum, si anak pengusaha telah mengetahui bahwa kedua orang tuanya tersebut sudah
meninggal dunia, karena sudah menghubungi petugas asuransi untuk klaim asuransi jiwa kedua orang
tuanya (pengusaha ) tersebut.
Untuk itu, perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut di TKP untuk mengetahui penyebab kematian
yaitu: Pemeriksaan luar, Pemeriksaan kedokteran forensik, dan Pemeriksaan laboratorium.
Dalam pemeriksaan luar di TKP, perlu diselidiki/dicermati apakah ada tanda-tanda seperti lebam
mayat yang tidak biasa (cherry pink colour pada keracunan CO; merah terang pada keracunan CN;
kecoklatan pada keracunan nitrit, nitrat, anilin, fanacetin dan kina); luka bekas suntikan sepanjang
vena dan keluarnya buih dari mulut dan hidung (keracunan morfin); bau amandel (keracunan CN)
atau bau kutu busuk (keracunan malation). Kemudian dalam pemeriksaan luar di TKP, perlu juga
dicermati ada tidaknya sumber-sumber zat-zat toxic seperti tabung gas, mesin pemanas ruangan dan
sebagainya.
Selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan forensik atas mayat korban maupun pemeriksaan
laboratorium seperti kromatografi gas untuk mengukur kadar CO dari sampel darah mayat karena
metode ini cukup dapat dipercaya.
Hasil pemeriksaan yang lengkap atas kematian pengusaha tersebut kemungkinan akan dapat
mengkonfirmasi zat toxic yang digunakan untuk meracuni pengusaha tersebut yang mengakibatkan
kematian mereka.
Berkaitan dengan klaim asuransi jiwa, harus merujuk kepada persyaratan klaim meninggal. Salah satu
syarat penting yang harus dipenuhi adalah Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang
jika penerima manfaat meninggal dunia karena kecelakaan. Akan tetapi dalam kasus ini, si pengusaha
meninggal dunia bukan karena kecelakaan, melainkan karena tindak pidana (diracun), sehingga klaim
asuransi jiwa tidak dapat dilakukan.
Penutup :
24
Kesimpulannya adalah untuk mengetahui penyebab kematian dari si pengusaha dan istri nya maka
perlu dilakukan pemeriksaan yaitu: Pemeriksaan luar, Pemeriksaan kedokteran forensik, dan
Pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan yang lengkap atas kematian pengusaha tersebut
kemungkinan akan dapat mengkonfirmasi zat toxic yang digunakan untuk meracuni pengusaha
tersebut yang mengakibatkan kematian mereka.
Daftar Pustaka
25