Anda di halaman 1dari 25

Kasus

Seorang Pengusaha dan Istrinya yang Ditemukan Meninggal Didalam


Kamarnya yang Terkunci
Yolanda Phingkasari
102013552
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Email: wieyolanda@ymail.com

Pendahuluan
Di masyarakat, kerap terjadi peristiwa pelanggaran hukum yang menyangkut tubuh dan nyawa
manusia. Untuk pengusutan dan penyidikan serta penyelesaian masalah hukum ini di tingkat lebih
lanjut sampai akhirnya pemutusan perkara di pengadilan, diperlukan bantuan berbagai ahli di bidang
terkait untuk membuat jelas jalannya peristiwa serta keterkaitan antara tindakan yang satu dengan
yang lain dalam rangkaian peristiwa tersebut. Dalam hal terdapat korban baik yang masih hidup
maupun yang meninggal akibat peristiwa tersebut, diperlukan seorang ahli dalam bidang kedokteran
untuk memberikan penjelasan bagi para pihak yang menangani kasus tersebut. Dokter yang
diharapkan membantu dalam proses peradilan ini akan berbekal pengetahuan kedokteran yang
dimilikinya yang terhimpun dalam kazanah ilmu kedokteran forensik.
Dalam perkembangannya lebih lanjut, ternyata ilmu kedokteran forensik tidak semata-mata
bermanfaat dalam urusan penegakan hukum dan keadilan di lingkup pengadilan saja, tetapi juga
bermanfaat dalam segi kehidupan bermasyarakat lain, misalnya dalam membantu penyelesaian klaim
asuransi yang adil bagi pihak yang diasuransi maupun pihak yang mengasuransi, dalam membantu
pemecahan masalah paternitas, membantu upaya keselamatan kerja dalam bidang industri dan
otomotif dengan pengumpulan data korban kecelakaan industri maupun kecelakaan lalu lintas dan
sebagainya. Untuk kesemuanya itu, dalam bidang ilmu kedokteran forensik dipelajari tata laksana
mediko-legal, tanatologi, traumatologi, toksikologi,teknik pemeriksaan dan segala sesuatu yang
terkait, agar semua dokter dalam memenuhi kewajibannya membantu penyidik, dapat benar-benar
memanfaatkan segala pengetahuan kedokteran nya untuk kepentingan peradilan serta kepentingan lain
yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.

Kasus:
Suatu hari anda didatangi penyidik dan diminta untuk membantu mereka dalam memeriksa
suatu tempat kejadian perkara (TKP). Menurut penyidik, TKP adalah sebuah rumah yang cukup besar

1
milik seorang pengusaha dan istrinya ditemukan meninggal dunia di dalam kamarnya yang terkunci di
dalam.
Anaknya yang pertama kali mencurigai hal itu (pukul 08.00) karena si ayah yang biasanya bangun
untuk lari pagi, hari ini belum keluar dari kamarnya. Ia bersama dengan pak Ketua RT melaporkannya
kepada polisi. Penyidik telah membuka kamar tersebut dan menemukan kedua orang tersebut tiduran
di tempat tidurnya dan dalam keadaan mati. Tidak ada tanda-tanda perkelahian di ruang tersebut,
segalanya masih tertata rapi sebagaimana biasa, tutur anaknya. Dari pengamatan sementara, tidak
ditemukan luka-luka pada kedua mayat dan tidak ada barang yang hilang. Salah seorang penyidik
ditelepon oleh petugas asuransi bahwa ia telah dihubungi oleh anak sipengusaha berkaitan dengan
kemungkinan klaim auransi jiwa pengusaha tersebut.

Prosedur Medikolegal1

1. Kewajiban Dokter Membantu Peradilan


Pasal 133 KUHAP
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindakan pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara tertulis,
yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus
diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi
label yang memuat identitas mayat,dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari
kaki atau bagian lain badan mayat.

2. Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli, sedangkan
keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan.
Keputusan Menkeh No.M.01.PW.07-03 tahun 1982 tentang pedoman pelaksanaan KUHAP.
Dari penjelasan pasal 133 ayat (2) menimbulkan beberapa masalah antara lain sebagai berikut :
a. Keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman itu alat bukti sah
atau bukan?
b. Sebab apabila bukan alat bukti yang sah tentunya penyidikan mengusahakan alat bukti lain
yang sah dan ini berarti bagi daerah yang belum ada dokter ahli kedokteran kehakiman akan
mengalami kesulitan dan penyidikan dapat terhambat.

2
c. Hal ini tidak menjadi masalah walaupun keterangan dari dokter bukan ahli kedokteran
kehakiman itu bukan sebagai keterangan ahli, tetapi keterangan itu sendiri dapat merupakan
petunjuk dan petunjuk itu adalah alat bukti yang sah, walaupun nilai ny agak rendah, tetapi
diserahkan saja pada hakim yang menilainya dalam sidang.
d. Dari penjelasan pasal 133 ayat (2) dapat disimpulkan bahwa keterangan ahli itu hanya bila
diberikan oleh dokter ahli kedokteran kehakiman. Bagaimana dengan keterangan yang
diberikan oleh ahli laboratorium, ahli balistik, ahli kardiologi, ahli patologi,ahli
kandungan,psikiater, dan lain-lain apakah keterangan mereka ini bukan keterangan ahli. Atau
apakah agar mempunyai nilai sebagai alat bukti yang sah, keterangan-keterangan ahli tersebut
harus diketahui/disahkan oleh dokter ahli kedokteran kehakiman.

Pasal 134 KUHAP


1. Dalam hal sangat diperlukan dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin
lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.
2. Dalam hal keluarga, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan
perlu dilakukannya pembedahan tersebut.
3. Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang
perlu diberitahu tidak diketemukan, penyidik segera melaksanakan ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.

Pasal 179 KUHAP


1. Setiap orang diminta pendapat nya sebagai ahli kedokteran atau dokter atau ahli lainnya wajib
memberikan keterangan ahli demi keadilan.
2. Semua ketentuan tersebut diatas untuk saksi berlaku juga bagi mereka yang memberikan
keterangan ahli, dengan ketentuan bahwa mereka mengucapkan sumpah atau janji akan
memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan sebenar-benarnya menurut pengetahuan
dalam bidang keahliannya.
3. Hak menolak menjadi saksi /ahli

Pasal 120 KUHAP


1. Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli atau orang yang
memiliki keahlian khusus.
2. Ahli tersebut mengangkat sumpah atau mengucapkan janji di muka penyidik bahwa ia akan
memberi keterangan menurut pengetahuannya yang sebaik-baoiknya kecuali bila disebabkan
karena harkat serta martabat,pekerjaan atau jabatannya yang mewajibkan ia menyimpan
rahasia dapat menolak untuk memberikan keterangan yang diminta.
3. Bentuk bantuan dokter bagi peradilan dan manfaatnya
3
Pasal 183 KUHAP
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurang nya
dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

Pasal 184 KUHAP


1. Alat bukti yang sah adalah :
a. Keterangan saksi
b. Keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa
2. Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu dibuktikan

Pasal 185 KUHAP


1. Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.
2. Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah
terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.
3. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai dengan suatu
alat bukti yang sah lainnya.
4. Keterangan beberapa saksi yang berdiri-sendiri tentang suatu kejadian atau suatu keadaan
dapat digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada
hubungannya satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya
suatu kejadian atau keadaan tertentu.
5. Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan
keterangan saksi.
6. Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-sungguh
memperhatikan :
a. Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain
b. Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti yang lain
c. Alasan yang mungkin di pergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang
tertentu
d. Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat
mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.

4
Pasal 186 KUHAP
Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan. Keterangan ahli ini dapat
juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh penyidik atau penuntu umum yang dituangkan
dalam suatu bentuk laporan dan dibuat dengan mengingat sumpah di waktu ia menerima jabatan atau
pekerjaan

Pasal 187 KUHAP


Surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan
dengan sumpah adalah :
a. Berita acara dan surat dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang berwenang atau
yang dibuat dihadapannya yang memuat keterangan tentang kejadian atau keadaan yang
didengar dilihat atau dialaminya sendiri,disertai dengan alasan yang jelas dan tegas tentang
keterangan nya itu.
b. Suart dibuat menurut ketentuan peraturan perundanga-undangan atau surat dibuat oleh pejabat
mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggung jawabnya
c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya mengenai
sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari pada nya
d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian yang
lain

Pasal 65 KUHAP
Tersangka atau terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau seseorang yang
mempunyai keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi dirinya.

Pasal 66 KUHAP
Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian.

Pasal 180 KUHAP


1. Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan
bahan oleh yang berkepntingan.
2. Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terdapat hasil
keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hakim memerintahkan agar hal itu
dilakukan penelitian ulang.
3. Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang sebagaimana
tersebut pada ayat (2).
5
4. Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi semula
dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai wewenang untuk
itu.

4 . Sanksi bagi pelanggar kewajiban dokter


Pasal 216 KUHAP
1. Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan
menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat
berdasarkan tugasnya. Demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa
tindak pidana demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah,menghalang-halangi atau
menggagalkan tindakan guna menjalankan ketentuan,diancam dengan pidana penjara paling
lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
2. Disamakan dengan pejabat tersebut diatas, setiap orang yang menurut ketentuan undang-
undang terus menerus atau untuk sementara watu diserahi tugas menjalankan jabatan umum.
3. Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya pemidanaan yang
menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidana nya dapat ditambah sepertiga.

Pasal 222 KUHP


Barang siapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan pemeriksaan mayat
untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda
paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

Pasal 224 KUHP


Barang siapa yang dipanggil menurut undang-undang untuk menjadi saksi, ahli atau jurus bahasa,
dengan sengaja tidak melakukan suatu kewajiban yang menurut undang-undang ia harus melakukan
nya :
1. Dalam perkara pidana dihukum dengan hukuman penjara selama-lamaya 9 bulan
2. Dalam perkara lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya 6 bulan.

Pasal 522 KUHP


Barang siapa menurut undang-undang dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa, tidak datang
secara melawan hukum, diancam dengan pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

5 . Rahasia jabatan dan pembuatan SKA/ V et R


Peraturan pemerintah no 26 tahun 1960 tentang lafal sumpah dokter
Saya bersumpah/berjanji bahwa :
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan
6
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila, sesuai martabat
pekerjaan saya
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur jabatan kedokteran.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan
saya sebagai dokter.

Peraturan pemerintah no 10 tahun 1996 tentang wajib simpan rahasia kedokteran2


Pasal 1 PP No 10/1966
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh orang-orang
tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya dalam lapangan kedokteran
Pasal 3 PP No 10/1966
Yang diwajibkan menyimoan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah :
a. Tenaga kesehatan menurut pasal 2 UU tentang tenaga kesehatan
b. Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan, pengobatan dan
atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri kesehatan.
Pasal 4 PP No 10 /1966
Terhadap pelanggaran ketentua mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang tidak atau tidak
dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 122 KUHP , menteri kesehatan dapat melakukan
tindakan administratif berdasarkan pasal UU tentang tenaga kesehatan.
6 . Bedah mayat klinis, anatomis dan transplantasi
Peraturan pemerintah no 18 tahun 1981 tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis
serta transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia
Pasal 2 PP No 18/1981
Bedah mayat klinis hanya boleh dilakukan dalam keadaan sebagai berikut :
a. Dengan persetujuan tertulis penderita dan atau keluarganya yang terdekat setelah penderita
meninggal dunia, apabila sebab kematiannya belum dapat ditentukan dengan pasti;
b. Tanpa persetujuan penderita atau keluarganya yang terdekat apabila, dalam jangka waktu 2
x24 (dua kali dua puluh empat) jam tidak ada keluarga terdekat dari yang meninggal dunia
datang ke rumah sakit.
Pasal 10 PP No 18/1981
1. Transplantasi alat dan jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan ketentuan-
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan huruf b
2. Tata cara transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia diatur oleh menteri kesehatan.
Pasal 11 PP No 18/1981
1. Transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 huruf a dan huruf b
2. Tata cara transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia diatur oleh menteri kesehatan.
7
7 . Persetujuan tindakan medik
Peraturan menteri kesehatan No 585/MenKes/Per/IX/1989 tentang persetujuan tindakan medik
a. Persetujuan tindakan medik/informed consent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
pasien tersebut.
b. Tindakan medik adalah suatu tindakan yang dilakukan terhadap pasien berupa diagnostik atau
terapeutik
c. Tindakan invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat memperngaruhi keutuhan jaringan
tubuh
d. Dokter adalah dokter umum/dokter spesialis dan dokter gigi/dokter gigi spesialis yang bekerja di
rumah sakit, puskesmas, klinik atau praktek perorangan/bersama.
Pasal 2 Permenkes No 585/Menkes/Per /IX/1989
1. Semua tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien harus mendapat persetujuan
2. Persetujuan dapat diberikan secara tertulis maupun lisan
3. Persetujuan sebagimana dimaksud ayat (1) diberikan setelah pasien mendapat informasi yang
adekuat tentang perlunya tindakan medik yang bersangkutan serta resiko yang dapat
ditimbulkannya
4. Cara penyampaian dan isi informasi harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan serta kondisi
dan situasi pasien.

8 . Panitia perkembangan dan pembinaaan etik kedokteran


Peraturan pemerintah kesehatan No 554/Men.Kes/Per/XXI/1982 tentang panitia pertimbangan dan
pembinaan etik kedokteran
Pasal 2 permenkes No 554/Men.Kes/Per/XXI/1982
Panitia pertimbangan dan pembinaan etik kedokteran pusat (selanjutnya disebut P3EK Pusat) terdiri
dari unsur-unsur departemen kesehatan, departemen pendidikan dan kebudayaan cq fakultas
kedokteran, fakultas kedokteran gigi, pengurus besar ikatan dokter Indonesia dan persatuan dokter
gigi indonesia.

9 . Praktek dokter
Pasal 512 KUHP
Barang siapa sebagai mata pencaharian baik khusus maupun sebagai sambilan menjalankan pekerjaan
dokter atau dokter gigi, dengan dengan tidak mempunyai surat izin didalam keadaan yang tidak
memaksa, diancam dengan kurungan paling lama dua bulan atau denda setinggi-tinggi nya sepuluh
ribu rupiah.
Pasal 531 KUHP
8
Barang siapa ketika menyaksikan bahwa ada orang yang sedang menghadapi maut, tidak memberi
pertolongan yang dapat diberikan padanya tanpa selayaknya menimbulkan bahaya bagi dirinya atau
orang lain diancam jika kemudian orang itu meninggal dengan kurungan paling lama tiga bulan atau
denda paling banyak tiga ratus rupiah.
10. Keterangan palsu
Pasal 267 KUHP
1. Seorang dokter yang dengan sengaja memberi surat keterangan palsu tentang ada atau
tidaknya penyakit, kelemahan atau cacat, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
2. Jika keterangan diberikan dengan maksud untuk memasukkan seorang ke dalam rumah sakit
gila atau untuk menahnnya disitu, dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan tahun enam
bulan
3. Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat keterangan
palsu itu seolah-olah isinya sesuai dengan kebenaran. 1

Visum et Repertum3
Pemeriksaan medik untuk tujuan membantu penegakan hukum antara lain adalah pembuatan visum et
Repertum terhadap seseorang yang dikirim oleh polisi (penyidik) karena diduga sebagai korban suatu
tindak pidana, baik dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, penganiayaan,
pembunuhan,perkosaan, maupun korban meninggal yang pada pemeriksaan pertama polisi, terdapat
kecurigaan akan kemungkinan adanya tindak pidana.
Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan penyidik yang
berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati ataupun bagian
atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah, untuk
kepentingan peradilan. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia.
Jenis dan bentuk visum et repertum :
a. Visum et Repertum perlukaan
Berdasarkan ketentuan dalam KUHP, penganiayaan ringan adalah penganiayaan yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan jabatan atau pekerjaan, sebagaimana bunyi
pasal 352 KUHP. Umum nya yang dianggap sebagai hasil dari penganiayaan ringan adalah korban
dengan “tanpa luka” atau dengan luka lecet atau memar kecil di lokasi yang tidak berbahaya/yang
tidak menurunkan fungsi alat tubuh tertentu. Luka-luka tersebut kita masukkan ke dalam kategori luka
ringan atau luka derajat satu.
KUHP pasal 90 telah memberikan batasan tentang luka berat yaitu : jatuh sakit atau mendapat luka
yang tidak memberi harapan akan sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut yang
menyebabkan seseorang terus menerus tidak mampu untuk menjalankan tugas jabatan atau pekerjaan
9
pencaharian yang menyebabkan kehilangan salah satu panca indera yang menimbulkan cacat berat
yang mengakibatkan terjadinya keadaan lumpuh, terganggu nya daya pikir selama empat minggu atau
lebih serta terjadinya gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Di dalam bagiaan pemberitaan visum et repertum biasanya disebutkan keadaan umum korban sewaktu
datang, luka-luka atau cedera atau penyakit yang ditemukan pada pemeriksaan fisik berikut uraian
tentang letak,jenis dan sifat luka serta ukurannya, pemeriksaan khusus/penunjang, tindakan medik
yang dilakukannya, riwayat perjalanan penyakit selama perawatan dan keadaan akhir saat
pengobatan/perawat selesai. Gejala/keluhan yang dapat dibuktikan secara obyektif dapat dimasukan
ke dalam bagian pemberitaan misalnya sesak nafas,nyeri tekan,nyeri lepas,nyeri sumbu dan
sebagainya. Sedangkan keluhan subyektif misalnya keluhan sakit kepala,pusing,mual dan sebagainya.
Dalam bagian kesimpulan, dokter harus menuliskan luka-luka atau cedera atau penyakit yang
ditemukan, jenis benda penyebab nya serta derajat perlukaan. Derajat luka dituliskan dalam kalimat
yang mengarah ke rumusan delik dalam KUHP. Pada kasus ini dimana ditemukan mayat dari
pengusaha dan istri nya yang ditemukan meninggal dunia di dalam kamarnya yang terkunci di dalam
tidak ditemukan adanya luka pada kedua mayat tersebut baik luka memar akibat kekerasan benda
tumpul, patah tulang baik terbuka ataupun tertutp ataupun luka terbuka.

b. Visum et Repertum korban kejahatan susila


Pada umumnya, korban kejahatan susila yang dimintakan visum et repertum nya kepada dokter adalah
kasus dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh KUHP. Persetubuhan yang diancam
pidana oleh KUHP meliputi pemerkosaan, persetubuhan pada wanita yang tidak berdaya,
persetubuhan dengan wanita yang belum cukup umur. Pembuktian adanya persetubuhan dilakukan
dengan pemeriksaan fisik terhadap kemungkinan adanya deflorasi himen, laserasi vulva atau vagina,
serta adanya cairan mani dan sel sperma dalam vagina terutama dalam forniks posterior. Pembuktian
adanya sel sperma dapat dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik sediaan usap vagina, baik
langsung maupun dengan pewarnaan khusus. Adanya penyakit hubungan seksual atau kehamilan
memperkuat adanya persetubuhan, meskipun tidak diketahui saat terjadinya. Jejak kekerasan harus
dicari tidak hanya di daerah perineum, melainkan juga daerah-daerah lain yang lazim, seperti wajah,
leher, payudara, perut dan paha.

c. Visum et Repertum jenasah


Jenasah yang akan dimintakan visum et repertumnya harus diberi label yang memuat identitas mayat,
di-lak dengan diberi cap jabatan, yang diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya. Pada
surat permintaan visum et repertumnya harus jelas tertulis jenis pemeriksaan yang diminta, apakah
hanya pemeriksaan luar jenasah, ataukah pemeriksaan autopsi (bedah mayat). Bila pemeriksaan
autopsi yang diinginkan maka penyidik wajib memberitahu kepada keluarga korban dan menerangkan
maksud dan tujuannya pemeriksaan. Autopsi dilakukan setelah keluarga korban tidak keberatan atau
10
bila dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga korban. Jenasah yang diepriksa dapat
juga berupa jenasah yang didapat dari penggalian kuburan. Jenasah hanya boleh dibawa keluar
institusi kesehatan dan diberi surat keterangan kematian bila seluruh pemeriksaan yang diminta oleh
penyidik telah dilakukan. Apabila jenasah dibawa pulang paksa, maka baginya tidak ada surat
keterangan kematian.

d. Visum et Repertum psikiatrik


Visum et Repertum psikiatrik perlu dibuat oleh karena adanya pasal 44 (1) KUHP yang berbunyi :
barang siapa melakukan perbuatan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan padanya disebabkan
karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggunya karena penyakit tidak dipidana. Jadi yang
dapat dikenakan pasal ini tidak hanya orang yang menderita penyakit jiwa (psikosis) tetapi juga orang
yang retardasi mental. Apabila penyakit jiwa yang ditemukan maka harus dibuktikan apakah penyakit
itu telah ada sewaktu tindak pidana tersebut dilakukan. Tentu saja semakin panjang jarak antara saat
kejadian dengan saat pemeriksaan akan semakin sulit bagi dokter untuk menentukannya. Demikian
pula jenis penyakit jiwa yang bersifat hilang timbul akan mempersulit pembuatan kesimpulan dokter.
Visum et Repertum psikiatrik diperuntukkan bagi tersangka atau terdakwa pelaku tindak pidana,
bukan bagi korban sebagaimana Visum et Repertum lainnya.

Tanatologi
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati yaitu : 4
a. Mati somatis : terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan
saraf pusat, sistem kardiovaskular dan sistem pernafasan, yang menetap. Secara klinis tidak
ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba, denyut jantung tidak terdengar, tidak
ada gerak pernafasan dan suara nafas tidak terdengar pada auskultasi.
b. Mati suri : adalah terhentinya ketiga sistim kehidupan di atas yang ditentukan dengan alat
kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga
sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat
tidur,tersengat listrik dan tenggelam.
c. Mati seluler: adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah
kematian somatis. Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga
terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan. Pengetahuan ini penting
dalam transplantasi organ.
d. Mati serebral : adalah kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan
serebelum, sedangkan kedua sistem lainnya yaitu pernafasan dan kardiovaskular masih berfungsi
dengan bantuan alat.
e. Mati otak : adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neronal intrakranial yang ireversibel,
termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak maka dapat dikatakan
11
seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi sehingga alat bantu dapat
dihentikan.

A. Tanda kematian tidak pasti


1. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit (inspeksi,palpasi,auskultasi)
2. Terhentinya sirkulasi dinilai selama 15 menit, nadi karotis tidak teraba
3. Kulit pucat tetapi bukan tanda yang dapat dipercaya karena mungkin terjadi spasme agonal
sehingga wajah tampak kebiruan
4. Tonus otot menghilang. Relaksasi dari otot-otot wajah menyebabkan kulit menimbul sehingga
kadang-kadang membuat orang menjadi tampak lebih muda.
5. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian.
6. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat
dihilangkan dengan meneteskan air.

B. Tanda pasti kematian


1. Lebam mayat (livor motis). Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat
terbawah akibat gaya tarik bumi (gravitasi), mengisi vena dan venula membntuk bercak berwarna
merah ungu (livide) pada bagian terbawah tubuh kecuali pada bagian tubuh yang tertekan alas
keras. Lebam mayat biasanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya
bertambah dan menjadi lengkao dan menetap selama 8-12 jam. Lebam mayat dapat digunakan
untuk tanda pasti kematian memperkirakan sebab kematian, misalnya lebam berwarna merah
terang pada keracunan CO atau CN, warna kecoklatan pada keracunan anilin, nitrit, nitrat,
sulfonal mengetahui perubahan posisi mayat yang dilakukan setelah terjadinya lebam mayat yang
menetap dan memperkirakan saat kematian.lebam mayat terdapat pada bagian tubuh yang terletak
rendah. Bila terdapat penekanan, pembukuh darah di daerah tersebut tertutup dan karena nya
tidak dapat terisi darah dan darah tersebut akan bebas dari lebam mayat. Pada kedua jenasah pada
kasus meninggal nya pengusaha dan istri nya ditemukan adanya lebam mayat berwarna merah
terang .
2. Kaku mayat (rigor motis). Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena
metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang
menghasilkan energi. Kaku mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Dimana pada
pemeriksaan pada kedua jenasah pengusahan dan istri nya tersebut ditemukan adanya kaku
mayat. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar
tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal).

12
3. Penurunan suhu tubuh (algor mortis) penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan
panas dari suatu benda ke benda yang lebih dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan
konveksi.
4. Pembusukan (decomposition, putrefaction). Pembusukan adalah proses degradasi jaringan yang
terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri. Autolisis adalah pelunakan dan pencairan jaringan yang
terjadi dalam keadaan steril. Setelah seseorang meninggal, bakteri yang normal hidup dalam
tubuh segera masuk ke jaringan. Darah merupakan media terbaik bagi bakteri tersebut untuk
bertumbuh. Pembusukan baru tampak kira-kira 24 jam pasca mati berupa warna kehijauan pada
perut kanan bawah, yaitu daerah sekum yang isinya lebih cair dan penih dengan bakteri serta
terletak dekat dinding perut. Selanjutnya rambut menjadi mudah dicabut dan kuku mudah terlepas
wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan kelopak mata membengkak pipi tembem bibir
tebal lidah membengkak dan sering terjulur diantara gigi. Larva lalat akan dijumpai setelah
pembentukan gas pembusukan nyata yaitu kira-kira 36-48 jam pasca mati. Pada kasus kedua
jenasah tersebut yaitu si pengusaha dengan istri nya belum ditemukan ada nya pembusukan
tersebut.
5. Adiposera atau lilin mayat dimana terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau
berminyak berbau tengik yang terjadi didalam jaringan lunak tubuh pasca mati. Adiposera dapat
terbentuk di sebarang lemak tubuh, bahkan di dalam hati, tetapi lemak superfisial yang pertama
kali terkena. Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat terlihat di pipi, payudara atau bokong,
bagian tubuh atau ekstremitas. Jarang seluruh lemak tubuh berubah menjadi adiposera.
6. Mummifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga
terjadi pengeringan jaringan yang selanjutnya dapat mengehentikan pembusukan. Jaringan
berubah menjadi keras dan kering, berwarnagelap berkeriput dan tidak membusuk karena kuman
tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering.

Pemeriksaan jenazah
Pada pemeriksaan forensik terhadap jenazah meliputi pemeriksaan luar jenazah tanpa melakukan
tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenazah. Pemeriksaan diakukan dengan teliti dan sistematik
serta kemudian dicatat secara rinci, mulai dari bungkus atau tutup jenazah, pakaian, benda-benda di
sekitar jenazah, perhiasan, ciri-ciri umum identitas, tanda-tanda tanatologik, gigi geligi, dan luka atau
cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh bagian luar. Dimana pada kasus jenazah pengusaha
dan istri nya belum ditemukan adanya bungkus atau tutup jenazah, pakaian kedua jenazah masih
dalam keadaan utuh tidak ada bekas robekan, kemudian barang-barang disekitar kamar tidur kedua
jenazah masih dalam keadaan utuh dan tertata rapi. Tidak ditemukan adanya luka atau cedera pada
kedua mayat tersebut.
Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar saja, maka kesimpulan Visum et Repertum
menyebutkan jenis luka atau kelainan yang ditemukan dan jenis kekerasan penyebabnya, sedangkan
13
sebab matinya tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan bedah jenazah. Apabila
dapat diperkirakan dapat dicantumkan dalam kesimpulan.
Kemudian dilakukan pemeriksaan bedah jenazah menyeluruh dengan membuka rongga tengkorak,
leher, dada, perut dan panggul. Kadang kala dilakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan
seperti pemeriksaan histopatologik, toksikologik,serologik, dsb.
Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis luka atau kelainan, jenis
kekerasan penyebabnya, dan saat kematian seperti tersebut diatas.

Penyebab kematian
A. Traumatologi
Pada pemeriksaan traumatologi pertama dilihat apakah terdapat luka akibat kekerasan benda tumpul
pada kedua jenazah sepasang suami istri tersebut seperti luka memar (kontusio, hematom)m, luka
lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka/robek (vulnus laseratum). Memar adalah suatu perdarahan
dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya kapiler dan vena yang disebabkan oleh kekerasan
benda tumpul. Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada
saat timbul memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam setelah 4-5 hari akan
berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7 sampai 10 hari dan akhirnya
menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Kemudian luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang
bersentuhan dengan benda yang memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian
kecelakaan lalu lintas, tubuh terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan
bersentuhan denga n kulit. Luka lecet bisa merupakan luka lecet gores akibat benda runcing, luka
lecet serut yang merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan
permukaan kulit lebih lebar. Kemudian luka lecet tekan karena penjejakan benda tumpul pada kulit,
luka lecet geser yang disebabkan oleh tekanan linier pada kulit disertai gerakan bergeser misalnya pad
akasus gantung atau jerat serta pada korban pecut. Dan luka robek yang merupakan luka terbuka
akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah. Cedera leher dapat terjadi
pada misalnya penumpang kendaraan yang ditabrak dari belakang karena terjadi hiperekstensi kepala
yang disusul dengan hiperfleksi.5
Yang dimaksud denga kekerasan benda setengah tajam adalah cedera akibat kekerasan benda tumpul
yang mempunyai tepi rata, misalnya meja,lempengan besi, gigi dan sebagainya. Luka yang terjadi
adalah luka dengan ciri-ciri luka akibat kekerasan tumpul namun bentuknya beraturan. Pada luka
akibat kekerasan benda tajam dimana benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka
seperti ini adalah benda yang memiliki sisi tajam, baik berupa garis maupun runcing, yang bervariasi
dari alat-alat seperti pisau, golok dan sebagainya hingga keping kaca, gelas, logam, sembilu, nahkan
tepi kertas atau rumput. Gambaran umum luka yang diakibatkannya adalah tepi dan dinding luka yang
rata, berbentuk garis tidak terdapat jembatan jaringan dan dasar luka berbentuk garis atau titik. Luka
akibat kekerasan benda tajam dapat berupa luka iris, atau sayat, luka tusuk dan luka bacok.
14
Pemeriksaan pada kain (baju) yang terkena pisau bertujuan untuk melihat interaksi antara pisau-kain-
tubuh.
Pada luka akibat tembakan senjata api dimana anak peluru yang menembus kulit akan menyebabkan
terjadinya lubang yang dikelilingi bagian yang kehilangan kulit ari berupa kelim lecet. Selain itu zat
yang melekat pada anak peluru seperti minyak pelumas, jelaga dam elemen mesiu akan terusap pada
tepi lubang sehingga terbentuk kelim kesat. Bisa juga luka yang disebabkan oleh suhu/temperatur
ataupun luka bakar akibat kontak kulit dengan bena bersuhu tinggi.
Pada luka akibat trauma listrik, gambaran makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa
kerusakan lapisan tanduk kulit sebagai luka bakar dengan tepi yang menonjol di sekitarnya terdapat
daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Pada luka akibat petir dapat ditemukan
aborosent mark (kemerahan pada kulit seperti percabangan pohon).
Pada luka akibat trauma bahan kimia misalnya akibat asam kuat dapat menimbulkan korosi yang
kering, keras seperti kertas perkamen sedangkan basa kuat membentuk reaksi penyabunan intra sel
sehingga menimbulkan luka yang basah licin dan kerusakan akan terus berlanjut sampai dalam.
Reaksi vital terhadap luka yang umum adalah : perdarahan, berupa ekimosis, petachiae dan terjadinya
emboli. Adanya jelaga pada saluran nafas dan lambung serta CO-Hb darah (10%) serta cyanida
(kadang-kadang) menunjukkan bahwa orang tersebut masih hidup sewaktu terbakar.

B. Toksikologi
Berdasarkan tempat dimana racun berada, dapat ibagi menjadi racun yang terdapat di alam bebas,
misalnya gas racun di alam, racun yang terdapat di rumah tangga; misalnya
deterjen,desinfektan,insektisida,pembersih (cleaners). Racun yang digunakan dalam
pertanian,misalnya insektisida,herbisida,pestisida. Racun yang digunakan dalam industri dan
laboratorium,misalnya asam dan basa kuat,logam berat. Racun yang terdapat dalam makanan
misalnya CN dalam singkong,toksin botulinus, bahan pengawet, zat aditif serta racun dalam bentuk
obat,misalnya hipnotik ,sedatif, dll. Ada racun yang bekerja lokal dan menimbulkan beberapa reaksi
misalnya perangsangan,peradangan atau korosif. Keadaan ini dapat menimbulkan rasa nyeri yang
hebat dan dapat menyebabkan kematian akibat syok neurogenik. Contoh racun korosif adalah asam
dan basa kuat : H2SO4, HNO3, NaOH, KOH; golongan halogen seperti fenol, lisol dan senyawa logam.
Racun yang bekerja sistemik dan mempunyai afinitas terhadap salah satu sistem misalnya barbiturat,
alkohol, morfin terhadap susunan saraf pusat, digitalis, oksalat terhadap jantung, CO terhadap
hemoglobi darah. Terdapat pula racun yang mempunyai efek lokal dan sistemik sekaligus misalnya
asam karbol yang menyebabkan erosi lambung dan sebagian yang diasbsorpsi akan menimbulkan
depresi susunan saraf pusat.2

Faktor yang mempengaruhi keracunan :

15
a. Cara masuk : keracunan paling cepat terjadi jika masuknya racun secara inhalasi. Cara masuk
lain,berturut-turut ialah intravena ,intramuskular, intaperitoneal,subkutan peroral dan paling
lambat ialah bila melalui kulit yang sehat.
b. Umur : kecuali untuk beberapa jenis racun tertentu ,orang tua dan anak-anak lebih sensitif
misalnya pada barbiturat.
c. Kondisi tubuh : penderita penyakit ginjal umum nya lebih mudah mengalami keracunan. Pada
penderita demam dan penyakit lambung, absorpsi dapat terjadi dengan lambat. Bentuk fisik dan
kondisi fisik, misalnya lambung berisi atau kosong.
d. Kebiasaan : sangat berpengaruh pada racun golongan alkohol dan morfin,sebab dapat terjadi
toleransi ,tetapi toleransi tidak dapat menetap,jika pada suatu ketika dihentikan, maka toleransi
akan menurun lagi.
e. Idiosinkrasi dan alergi : pada vitamin E, penisilin ,streptomisisn dan prokain. Pengaruh langsung
racun tergantung pada takaran. Makin tinggi takaran akan makin cepat (kuat) keracunan.
f. Waktu pemberian : untuk racun yang ditelan, jika ditelan sebelum makan,absorpsi terjadi lebih
baik sehingga efek akan timbul lebih cepat. Jangka pemberian untuk waktu lama (kronik) atau
waktu singkat/sesaat.

Kriteria diagnostik :
Diagnosa keracunan didasarkan atas adanya tanda dan gejala yang sesuai dengan racun penyebab.
Dengan analisis kimiawi dapat dibuktikan adanya racun pada sisa barang bukti. Yang terpenting pada
penegakan diagnosis keracunan adalah dapat ditemukan racun/sisa racun dalam tubuh/cairan tubuh
korban, jika racun menjalar secara sistemik serta terdapat nya kelainan pada tubuh korban baik
makroskopik maupun mikroskopik yang sesuai dengan racun penyebab. Disamping itu perlu pula
dipastikan bahwa korban tersebut benar-benar kontak dengan racun.
Yang perlu diperhatikan untuk pemeriksaan korban keracunan ialah keterangan tentang racun apa
kira-kira yang merupakan penyebabnya, dengan demikian pemeriksaan dapat dilakukan dengan lebih
terarah dan dapat menghemat waktu, tenaga, dan biaya.

Pemeriksaan kedokteran forensik :


Korban mati akibat keracunan umumnya dapat dibagi menjadi 2 golongan yang sejak semula sudah
dicurigai kematian diakibatkan oleh keracunan dan ada kasus yang sampai saat sebelum autopsi
dilakukan, belum ada kecurigaan terhadap kemungkinan keracunan. Harus dipikirkan kemungkinan
kematian akibat keracunan bila pada pemeriksaan setempat terdapatkecurigaan akan keracunan,bila
pada autopsi ditemukan kelainan yang lazim ditemukan pada keracunan dengan zat tertentu,misalnya
lebam mayat yang tidak biasa (cheery pink colour pada keracunan CO, merah terang pada keracunan
CN; kecoklatan pada keracunan nitrit, nitrat, anilin, fanasetin dan kina) luka bekas suntikan sepanjang
vena dan keluarnya buih dari mulut dan hidung (keracunan morfin); bau amandel (keracunan CN)
16
atau bau kutu busuk (keracunan malation) serta bila pada autopsi tak ditemukan penyebab kematian.
Dalam menangani kasus kematian akibat keracunan perlu dilakukan beberapa pemeriksaan penting
yaitu : pemeriksaan di tempat kejadian,autopsi dan analisis toksikologik.

Pemeriksaan di tempat kejadian :


Pemeriksaan di tempat kejadian penting untuk membantu penentuan penyebab kematian dan
menentukan cara kematian. Pemeriksaan harus ditujukan untuk menjelaskan apakah mungkin orang
itu mati akibat keracunan misalnya dengan memeriksa tempat obat, apakah ada sisa obat atau
pembungkusnya. Jika diduga korban adalah seorang morfinis, cari bubuk heroin, pembungkusnya
atau alat penyuntik. Bila terdapat muntahan, apakah berbau fosfor (bau bawang putih) bagaimana sifat
muntahan misalnya seperti bubuk kopi (zat kaustik), berwarna hitam (H 2SO4 pekat), kuning (HNO3),
biru kehijauan (CuSO4). Apakah terdapat gelas atau alat minum lain, atau ada surat
perpisahan/peninggalan jika merupakan kasus bunuh diri. Mengumpulkan keterangan sebanyak
mungkin tentang saat kematian, kapan terakhir kali ditemukan dalam keadaan sehat, sebelum
kejadian ini apakah si pengusahan dan istri nya sehat-sehat saja. Berapa lama gejala timbul setelah
makan/minum terakhir, dan apa gejala-gejalanya. Bila sebelumnya sudah sakit, apa penyakitnya dan
obat-obat apa yang diberikan serta siapa yang memberi. Harus ditanyakan pada dokter yang memberi
obat, apa penyakitnya,obat-obat apa yang diberikan dan berapa banyak,juga ditanyakan apakah apotik
memberikan obat yang sesuai. Obat yang tersisa dihitung jumlahnya. Dapat pula ditanyakan pada
keluarga atau anak korban bagaimana keadaan emosi kedua korban tersebut sebelumnya dan
pekerjaan korban,sebab mungkin saja racun diambil dari tempat ia bekerja atau mengalami industrial
poisoning.
Mengumpulkan barang bukti : kumpulkan obat-obatan dan pembungkus nya bila ada, muntahan harus
diambil dengan kertas saring dan disimpan dalam toples periksa adanya etiket dari apotik dan jangan
lupa untuk memeriksa tempat sampah.

Pemeriksaan luar :
1. Bau : dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa kiranya yang ditelan oleh
korban. Pemeriksa dapat mencium bau amandel pada penelanan sianida, bau minyak tanah
pada penelanan larutan insektisida, bau kutu busuk pada malation, bau ammonia, fenol (asam
karbolat), lisol, alkohol, eter, kloroform dan lain-lain. Maka pada tiap kasus keracunan
pemeriksa selalu harus memperhatikan bau yang tercium dari pakaian, lubang hidung dan
mulut serta rongga badan. Segera setelah pemeriksa berada di samping mayat ia harus
menekan dada mayat dan menentukan apakah ada suatu bau yang tidak biasa keluar dari
lubang-lubang hidung dan mulut.
2. Pakaian : pada pakaian dapat ditemukan bercak-bercak yang disebabkan oleh tercecernya
racun yang ditelan atau oleh muntahan. Misalnya bercak berwarna berwarna coklat karena
17
asam sulfat atau kuning karena asam nitrat. Penyebaran bercak perlu diperhatikan karena dari
penyebaran itu kadang-kadang dapat diperoleh petunjuk tentang intensi/kemauan korban yaitu
apakah racun itu ditelan atas kemauannya sendiri (bunuh diri) atau dipaksa (pembunuhan).
Dalam hal korban dipegangi dan dicocoki secara paksa, maka bercak-bercak akan tersebar
pada derah yang luas. Selain itu pada pakaian mungkin melekat bau racun.
3. Lebam mayat : warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai makna, karena warna
lebam mayat pada dasarnya adalah manifestasi warna darah yang tampak pada kulit.
Perhatikan adanya kelainan di tempat masuknya racun.
4. Kulit diperiksa untuk mencari luka bekas suntikan yang baru.
5. Perubahan kulit : misalnya hiperpigmentasi atau melanosis dan keratosis telapak tangan dan
kaki pada keracunan arsen kronik. Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan pada keracunan perak
(Ag) kronik (deposisi perak dalam jaringan ikat dan korium kulit). Kulit akan berwarna
kuning pada keracunan tembaga (Cu) dan fosfor akibat hemolisis. Vesikel atau bula pada
tumit, bokong, dan punggung pada keracunan karbon monoksida dan barbiturat akut.
Diperhatikan juga pada kuku korban dimana pada keracunan arsen kronik dapat ditemukan
kuku yang menebal secara tidak teratur. Juga pada keracunan talium kronik ditemukan
kelainan trofik pada kuku. Kebotakan dapat ditemukan pada keracunan talium,arsen, air raksa
dan boraks.ikterik pada keracunan dengan zat hepatotoksik seperti fosfor, karbon tetra
klorida. Perdarahan pada pemakaian dicoumarol atau akibat bisa ular.
6. Pada pemeriksaan in situ perhatikan warna otot-otot dan alat-alat dimana pada pemeriksaan
kedua korban suami istri itu ditemukan warna merah muda cerah. Pada sianida berwarna
merah cerah. Warna coklat pada pada racun dengan ekskresi melalui mukosa usus. Lambung
mungkin tampak hiperemik atau kehitam-hitaman dan terdapat perforasi akibat zat korosif.

Keracunan karbon monoksida :


Karbon monoksida (CO) adalah tracun yang tertua dalam sejarah manusia. Gas CO adalah gas yang
tidak berwarna, tidak berbau dan tidak merangsang selaput lendir. Sumber gas CO dapat ditemukan
pada hasil pembakaran, motor yang menggunakan bensin, gas arang batu, alat pemanas berbahan
bakar gas, lemari es gas, cerobong asap yang tidak bekerja dengan baik.

Farmakokinetik : CO hanya diserap ,melalui paru dan sebagian besar diikat oleh hemoglobin secara
reversibel, membentuk karboksi-hemoglobin. Selebihnya mengikat diri dengan mioglobin dan
beberapa protein heme ekstravaskuler lain. CO bukan merupakan racun yang kumulatif. Absorpsi atau
ekskresi CO ditentukan oleh kadar CO dalam udara lingkungan, kadar COHb sebelum pemaparan ,
lamanya pemaparan dan ventilasi paru.

18
Farmakodinamik : CO bereaksi dengan Fe dari porfirin dan karena itu CO bersaing dengan O2 dalam
mengikat protein heme yaitu hemoglobin, mioglobin, sitokrom oksidase dan sitokrom P-450, Hb dan
sitokrom A3. Dengan diikatnya Hb, menjadi COHb mengakibatkan Hb menjadi inaktif sehingga
darah berkurang kemampuannya untuk mengangkut O2. Konsentrasi CO dalam udara lingkungandan
lama nya inhalasi menentukan kecepatan timbulnya gejala-gejala ataru kematian.

Tanda dan gejala keracunan :


Gejala keracunan CO berkaitan dengan kadar COHb dalam darah. Pada gejala saturasi sampai dengan
10% tidak terdapat gejala-gejala. Pada kondisi ekstrim dimana kadar presentasi saturasi COHb
mencapai 70-80 % gejala-gejala nya nadi lemah, pernafasan lambat, gagal pernafasan dan mati.

Pemeriksaan kedokteran forensik : diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan
anamnesis adanya kontak dan ditemukannnya gejala keracunan CO. Pada korban yang mati tidak
lama setelah keracunan CO, ditemukan lebam mayat berwarna merah muda terang, yang tampak jelas
bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih. Pada analisa toksikologik darah akan ditemukan adanya
COHb. Kelainan yang dapat ditemukan adalah kelainan akibat hipoksemia dan komplikasi yang
timbul selama penderita dirawat.

Pemeriksaan laboratorium : untuk penentuan COHb secara kualitatif dapat dikerjakan uji dilusi
alkali. Perlu diperhatikan bahwa darah yang dapat digunakan sebagai kontrol dalam uji dilusi alkali
ini. Haruslah darah dengan Hb yang normal. Jangan gunakan darah Foetus karena dikatakan bahwa
darah Foetus juga bersifat resisten terhadap alkali. Pemeriksaan adanya COHb dalam darah juga dapat
melalui penentuan secara spektroskopis. Cara spektrofotometrik adalah cara yang terbaik untuk
melakukan analisis CO atas darah segar korban keracunan CO yang masih hidup, karena hanya
dengan cara ini, dapat ditentukan rasio COHb : OxiHb. Darah mayat adalah darah yang tidak segar
sehingga memberikan hasil yang tidak dapat dipercaya. Cara kromatografi gas banyak dipakai untuk
mengukur kadar CO dari sampel darah mayat dan cukup dapat dipercaya.

Keracunan Sianida
Sianida (CN) merupakan racun yang sangat toksik karena garam sianida dalam takaran kecil sudah
cukup untuk menimbulkan kematian pada seseorang dengan cepat seperti bunuh diri yang dilakukan
oleh beberapa tokoh nazi. Sumber sianida : hidrogen sianida merupakan cairan jernih yang bersifat
asam, larut dalam air, alkohol, dan eter. Garam sianida yang dipakai dalam pengerasan besi dan baja,
dalam proses penyepuhan emas dan perak serta dalam fotografi. Sianida juga didapat ari biji tumbuh-
tumbuhan genus prunus , singkong liar, umbi-umbian liar,temu lawak, cherry
liar,plum,aprikot,amigdalin liar,jetberry bush,dll.

19
Farmakokinetik : garam sianida cepat diabsorpsi melalui saluran pencernaan cyanogen dan uap HCN
diabsorpsi melalui pernafasan. HCN cair akan cepat diabsorpsi melalui kulit tetapi gas HCN lambat.
Sianida dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut,inhalasi dan kulit. Setelah diabsorbsi, masuk ke
dalam sirkulasi darah sebagai CN bebas dan tidak berikatan dengan hemoglobin,kecuali dalam bentuk
methemoglobin akan terbentuk methemoglobin.

Tanda dan gejala keracunan : cepat menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian dapat timbul
dalam beberapa menit. Korban mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan lidah, sesak
nafas,hipersalivasi, mual,muntah , sakit kepala, vertigo, fotofobi, tinitus, pusing dan kelelahan. Dapat
pula ditemukan sianosis pada muka, busa keluar dari mulut, nadi cepat dan lemah, pernafasan cepat
dan kadang-kadang tidak teratur,pupil dilatasi dan refleks melambat. Kemudian mayat berwarna
merah terang dan bau amandel .

Pemeriksaan kedokteran forensik : pada pemeriksaan luar jenazah dapat tercium bau amandel yang
patognomonik untuk keracunan CN, dapat tercium dengan cara menekan dada mayat sehingga akan
keluar gas dari mulut dan hidung. Sianosis pada wajah dan bibir,busa keluar dari mulut, dan lebam
mayat berwarna merah terang.

Pemeriksaan laboratorium : uji kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, yang
diteteskan satu tetes isi lambung atau darah korban. Reaksi Schonbein-Pagenstecher dimana isi
lambung 50 mg/jaringan ke dalam botol erlenmeyer.kertas saring kemudian dicelupkan ke dalam
larutan guajacol dalam alkohol,keringkan

Keracunan Arsen
Arsen dahulu sering digunakan sebagai racun untuk membunuh orang lain, dan tidaklah mustahil
dapat ditemukan kasus peracunan dengan arsen di masa sekarang ini. Disamping itu keracunan arsen
kadang-kadang dapat terjadi karena kecelakaan dalam industri dan pertanian akibat
memakan/meminum makanan/minuman yang terkontaminasi dengan arsen. Sumber : industri dan
pertanian terdapat dalam bahan yang digunakan untuk penyemprotan buah-
buahan,insektisida,fungisida,rodentisida,pembasmi tanaman liar dan pembunuhan lalat.juga kadang-
kadang didapatkan dalam cat dan kosmetika. Arsen juga terdapat dalam tanah, air minum yang
terkontaminasi, bir, kerang,tembakau dan obat-obatan.
Farmakokinetik : arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui mulut,inhalasi dan melalui kulit. Setelah
diabsorpsi melalui mukosa usus, arsen kemudian ditimbun dalam hati,ginjal , kulit dan tulang.

Farmakodinamik : arsen menghambat sistim enzim sulfhidiril dalam sel sehingga metabolisme sel
dihambat.pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100 ug/L.
20
Tanda dan gejala keracunan : Timbul gejala gastro-intestinal hebat. Mula-mula rasa terbakar di
daerah tenggorok dengan rasa logam pada mulut.

Pemeriksaan kedokteran forensik : pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Pada
pembedahan jenazah ditemukan tanda-tandairitasi lambung, mukosa berwarna merah,kadang-kadang
dengan perdarahan. Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard pada septum. Bila korban cepat
meninggal setelah menghirup arsen, akan terlihat tanda-tanda kegagalan kardio-respirasi akut. Bila
meninggal nya lambat dapat ditemukan ikterus dengan anemi hemolitik,tanda-tanda kerusakan ginjal
berupa degenerasi lemak dengan nekrosis lokal serta nekrosis tubuli. Pada korban mati akibat
keracunan kronik tampak keadaan gizi buruk, pada kulit terdapat pigmentasi coklat,keratosis telapak
tangan dan kaki. Kuku memperlihatkan garis-garis putih pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar
kuku.

Pemeriksaan laboratorium : curiga keracunan akut= 0,5 mg/kg, keracunan akut = 30 mg/kg (pada
rambut kepala normal) dan curiga keracunan = 1 mg/kg dan keracunan akut : 80 ug/kg (kuku normal).
Dapat dilakukan uji reinsch

Keracunan Timbel
Sumber : terdapat dimana-mana,dalam jumlah besar dalam badan accu/baterrai, pipa air, bahan dasar
cat, benda-benda keramik dan gelas.
Farmakokinetik : Timah hitam dapat diasorbsi melalui berbagai cara. Saluran cerna terutama usus
halus mengasorbsi Pb sebanyak 5-10%. Dapat juga melalui kulit yang utuh dan diikat oleh sel darah
merah.
Farmakodinamik : keracunan akan mengakibatkan spasme arteriol, spasme otot polos usus, ureter,
uterus, hambatan pembentukan heme, gangguan fungsi tubuli ginjal .
Tanda dan gejala keracunan : pada keracunan akut korban akan merasa sepat (rasa logam), muntah-
muntah berwarna putih karena adanya Pb klorida. Diare dengan feses yang hitam, nyeri perut, syok,
hemolisis akut, globinuri,oligouri,parestesi. Keracunan kronik korban tampak pucat yang tak sesuai
dengan derajat anemi,rasa logam pada mulut,anoreksia,obstipasi,kadang-kadang diare.
Pemeriksaan kedokteran forensik : pada keracunan akut yang meninggal ditemukan tanda-tanda
dehidrasi,lambung mengerut ,hiperemi,isi lambung berwarna putih.usus spastis dan feses berwarna
hitam. Jika keracunan kronik maka didapatkan tubuh sangat kurus, pucat,terdapat garis
Pb,ikterik,gastritis kronik, dan pada usus ditemukan bercak-bercak hitam.
Pemeriksaan laboratorium : normal kadar Pb dalam darah kurang dari 60 ug/100 ml. Bila lebih dari
70 ug/100 ml berarti ada pemaparan abnormal. Bila lebih dari 100 ug/100 ml berarti telah terjadi
keracunan.
21
Keracunan alkohol
Sumber : terdapat dala berbagai minuman seperti whisky,brandy,rum,vodka,gin (mengandung 45%
alkohol) , wines (10-20%), beer dan ale (48%). Alkohol sintetik seperti air tape, tuak, dan brem.
Farmakokinetik : alkohol diabsorpsi dalam jumlah sedikit melalui mukosa mulut dan lambung.
Sebagian besar diabsorpsi di usus halus dan sisanya di kolon.
Farmakodinamik : alkohol menyebabkan presipitasi dan dehidrasi sitoplasma sel sehingga bersifat
sebagai astringent. Pada kulit alkohol menyebabkan penurunan temperatur akibat penguapan,
sedangkan pada mukosa akan menimbulkan iritasi dan lebih hebat lagi mengakibatkan inflamasi.
Tanda dan gejala keracunan : pada kadar yang rendah sudah menimbulkan gangguan berupa
penurunan keapikan ketrampilan tangan dan perubahan tulisan tangan. Pada kadar 30-40 mg% telah
timbul penciutan lapang pandangan,penurunan ketajaman penglihatan dan pemanjangan waktu reaksi.
Alkohol dengan kadar dalam darah 200 mg menimbulkan gejala banyak bicara, ramai,refleks
menurun.
Pemeriksaan kedokteran forensik : kelainan yang ditemukan pada korban mati tidak khas. Mungkin
ditemukan gejala-gejala yang sesuai dengan asfiksia. Seluruh organ menunjukkan tanda
perbendungan, darah lebih encer, berwarna merah gelap. Organ-organ termasuk otak dan darah
berbau alkohol.
Laboratorium : untuk pemeriksaan toksikologik diambil darah dari pembuluh darah vena perifer
(kubiti atau femoralis).3

Asuransi Jiwa
Klaim Asuransi Jiwa merupakan tuntutan dari Pemegang Polis / Penerima pengalihan hak kepada
Penanggung atas pembayaran Jumlah Uang Pertanggungan (UP) atau Saldo Tunai yang timbul karena
syarat-syarat dalam perjanjian asuransinya telah terpenuhi. Penerima Klaim yaitu Pemegang Polis
atau yang ditunjuk sebagai ahli waris yang tercantum dalam polis.
Dasar – Dasar Klaim :4
1. Kematian dari penerima
2. Pemegang polis menghentikan pembayaran premi dan mengakhiri perjanjian asuransi ketika polis
telah menghasilkan saldo tunai.
3. Pemegang polis menghentikan pembayaran premi dan mengakhiri perjanjian asuransi ketika polis
telah menghasilkan saldo tunai.
4. Penerima mengalami kecelakaan.
5. Penerima karena sakit memerlukan rawat inap atau rawat jalan.
Klaim Meninggal :
Klaim Meninggal terjadi apabila penerima manfaat atau pemohon yang disebutkan dalam polis telah
meninggal dunia sementara polis masih berlaku. 4
22
Persyaratan Klaim Meninggal :
1. Polis asli atau duplikat jika polis asli hilang atau surat keterangan pengganti polis/ pengakuan
hutang jika polis asli dijadikan sebagai jaminan pinjaman.
2. Tanda terima pembayaran asli dari premi terakhir.
3. Surat keterangan kematian dari Lurah/ Kepala Desa yang dilegalisir oleh Camat, atau Sertifikat
Kematian.
4. Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat meninggal dunia
karena kecelakaan.
5. Pengajuan klaim atas kematian.
6. Kuesioner klaim.
7. Surat keterangan kesehatan dari Dokter/ Rumah Sakit jika penerima manfaat meninggal dunia
ketika dalam perawatan oleh Dokter/Rumah Sakit.
8. Fotokopi kartu keluarga (jika berlaku).
9. Surat kuasa dari penerima pengalihan hak jika terdapat beberapa penerima pengalihan hak dan
untuk sementara terdapat hambatan.
10. Surat keputusan mengenai perwalian dari Pengadilan Negeri jika penerima pengalihan ha usianya
belum memenuhi syarat menurut hukum, sementara orang tuanya meninggal dunia.
11. Surat keputusan mengenai ahli waris dari Pengadilan Negeri jika Pemegang Polis yang ditunjuk
untuk menerima manfaat telah meninggal dunia.
12. Polis asli atau duplikat jika polis asli hilang atau surat keterangan pengganti polis/ pengakuan
hutang jika polis asli dijadikan sebagai jaminan pinjaman .
13. Tanda terima pembayaran asli dari premi terakhir.
14. Surat keterangan kematian dari Lurah/ Kepala Desa yang dilegalisir oleh Camat, atau Sertifikat
Kematian.
15. Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang jika penerima manfaat meninggal dunia
karena kecelakaan.
16. Pengajuan klaim atas kematian.
17. Kuesioner klaim.
18. Surat keterangan kesehatan dari Dokter/ Rumah Sakit jika penerima manfaat meninggal dunia
ketika dalam perawatan oleh Dokter/Rumah Sakit.
19. Fotokopi kartu keluarga (jika berlaku).
20. Surat kuasa dari penerima pengalihan hak jika terdapat beberapa penerima pengalihan hak dan
untuk sementara terdapat hambatan.
21. Surat keputusan mengenai perwalian dari Pengadilan Negeri jika penerima pengalihan hak
usianya belum memenuhi syarat menurut hukum, sementara orang tuanya meninggal dunia.
22. Surat keputusan mengenai ahli waris dari Pengadilan Negeri jika Pemegang Polis yang ditunjuk
untuk menerima manfaat telah meninggal dunia.5
23
Analisis Kasus:
Fakta-fakta keadaan mayat di TKP, terdapat beberapa hal yang patut dicermati antara lain:
1. Tidak ada tanda-tanda perkelahian;
2. Segalanya masih tertata rapi;
3. Tidak ditemukan luka-luka pada kedua mayat,
4. Tidak ada barang yang hilang, dan
5. Si anak pengusaha telah menghubungi petugas asuransi berkaitan dengan kemungkinan klaim
asuransi jiwa pengusaha tersebut.
Berdasarkan fakta-fakta nomor 1-4 tersebut di atas, patut diduga bahwa si pengusaha dan istrinya
telah mengalami keracunan. Namun berdasarkan fakta nomor 5 tersebut di atas, dimana sebelum
kamar dibuka oleh penyidik dan belum diketahui keadaan si pengusaha dan istrinya apakah sudah
meninggal atau belum, si anak pengusaha telah mengetahui bahwa kedua orang tuanya tersebut sudah
meninggal dunia, karena sudah menghubungi petugas asuransi untuk klaim asuransi jiwa kedua orang
tuanya (pengusaha ) tersebut.
Untuk itu, perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut di TKP untuk mengetahui penyebab kematian
yaitu: Pemeriksaan luar, Pemeriksaan kedokteran forensik, dan Pemeriksaan laboratorium.
Dalam pemeriksaan luar di TKP, perlu diselidiki/dicermati apakah ada tanda-tanda seperti lebam
mayat yang tidak biasa (cherry pink colour pada keracunan CO; merah terang pada keracunan CN;
kecoklatan pada keracunan nitrit, nitrat, anilin, fanacetin dan kina); luka bekas suntikan sepanjang
vena dan keluarnya buih dari mulut dan hidung (keracunan morfin); bau amandel (keracunan CN)
atau bau kutu busuk (keracunan malation). Kemudian dalam pemeriksaan luar di TKP, perlu juga
dicermati ada tidaknya sumber-sumber zat-zat toxic seperti tabung gas, mesin pemanas ruangan dan
sebagainya.
Selanjutnya perlu dilakukan pemeriksaan forensik atas mayat korban maupun pemeriksaan
laboratorium seperti kromatografi gas untuk mengukur kadar CO dari sampel darah mayat karena
metode ini cukup dapat dipercaya.
Hasil pemeriksaan yang lengkap atas kematian pengusaha tersebut kemungkinan akan dapat
mengkonfirmasi zat toxic yang digunakan untuk meracuni pengusaha tersebut yang mengakibatkan
kematian mereka.
Berkaitan dengan klaim asuransi jiwa, harus merujuk kepada persyaratan klaim meninggal. Salah satu
syarat penting yang harus dipenuhi adalah Surat Keterangan dari Kepolisian atau pihak berwenang
jika penerima manfaat meninggal dunia karena kecelakaan. Akan tetapi dalam kasus ini, si pengusaha
meninggal dunia bukan karena kecelakaan, melainkan karena tindak pidana (diracun), sehingga klaim
asuransi jiwa tidak dapat dilakukan.

Penutup :
24
Kesimpulannya adalah untuk mengetahui penyebab kematian dari si pengusaha dan istri nya maka
perlu dilakukan pemeriksaan yaitu: Pemeriksaan luar, Pemeriksaan kedokteran forensik, dan
Pemeriksaan laboratorium. Hasil pemeriksaan yang lengkap atas kematian pengusaha tersebut
kemungkinan akan dapat mengkonfirmasi zat toxic yang digunakan untuk meracuni pengusaha
tersebut yang mengakibatkan kematian mereka.

Daftar Pustaka

1. Bagian Kedokteran Forensik. Peraturan Perundang-Undangan Bidang Kedokteran. Jakarta:


Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 1994.
2. Hanafiah Jusuf, Amir Amri. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan,edisi 4. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.
3. Budiyanto Arif, Widiatmaka Wibisana, Sudiono Siswandi, Winardi T, Mun’im, Sidhi,dkk.
Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
4. Diunduh dari : asuransi jiwa. www.anneahira.com/klaim-asuransi-jiwa.html, pada tanggal 13
Desember 2017.
5. Diunduh dari : klaim asuransi jiwa www.krl.co.id/prosedur-klaim-asuransi.html, pada tanggal
13 Desember 2017.

25

Anda mungkin juga menyukai