Anda di halaman 1dari 5

JOURNAL READING MATA

Refractive Errors in State Junior High School Students in


Bandung

Oleh:

Mira Mei Sudarwati 19710139

Pembimbing:

dr. Rini Kusumawardhani,. Sp.M

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MATA RSU Dr


WAHIDIN SUDIRO HUSODO FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA
KUSUMA SURABAYA
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penyusun dapat
menyelesaikan jurnal reading dengan judul ”Refractive Errors in State Junior High School
Students in Bandung”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Rini Kusumawardhani,. Sp.M, selaku pembimbing yang telah
membantu dalam penyelesaian journal reading ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan telah ilmiah ini masih banyak

terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat penulis harapkan.

Mojokerto, 12 Maret 2020

Penulis
Kritisi Jurnal

Kelainan Refraksi

Pada Siswa SMP Negeri Di Bandung

Judul Jurnal Refractive Errors in State Junior High School Students in Bandung.
Penulis :Sabila Tasyakur Nikmah, Raden Maula Rifada, Putri Teesa
Radhiyanti Santoso.
Penerbit : Althea Medical Journal (AMJ).
Tahun Jurnal: 2016
Pendahuluan Kelainan refraksi didefinisikan sebagai suatu kondisi di mana mata gagal
membawa sinar paralel untuk fokus pada retina yang selanjutnya
menyebabkan penurunan ketajaman visual (VA) . Menurut data dari
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih lanjut lebih dari 464 juta
orang di dunia mengalami kehilangan penglihatan; dengan sekitar 153
juta orang memilikinya karena kelianan refraksi yang tidak dikoreksi.
Kelainan refraksi yang tidak terkoreksi adalah salah satu penyebab
hilangnya penglihatan pada anak-anak dan orang dewasa.
Metode Penelitian cross-sectional dilakukan pada bulan September November
Penelitian 2015 di sekolah menengah pertama negeri di Bandung, Jawa Barat,
Indonesia. Sampel dipilih menggunakan teknik multistage random
sampling. Anak-anak diperiksa menggunakan pemeriksaan Tumbling E
Eye Chart, kemudian siswa dengan ketajaman visual lebih buruk dari 6/12
menjalani tes Snellen Chart, refraktometri tanpa dilatasi pupil, koreksi
dengan lensa percobaan, kemudian diikuti oleh ophthalmoscopy direct.
Hasil Hasil: Dari total 435 anak yang menyelesaikan semua pemeriksaan, 80
anak (18,39%) memiliki kelainan refraksi; terdiri dari 151 anak (94,38%)
dengan miopia dan 9 anak (5,62%) dengan astigmatisme. Kelainan
refraksi ditemukan lebih umum pada anak-anak perempuan (73,7%)
daripada anak-anak laki-laki (26,3%). Di antara mereka yang mengalami
kelainan refraksi, 45 anak-anak (56,3%) tidak menggunakan kacamata
korektif sebelum pemeriksaan.
Pembahasan Dalam penelitian ini, ditemukan 80 subjek dengan kelainan
refraksi (18,39%). Sebagian besar anak-anak dengan kelainan refraksi
adalah perempuan (73,7%) daripada laki-laki (26,3%) .Hasil ini
mencerminkan yang diperoleh dari penelitian di Ethiopia, Cina, Thailand
dan Kamboja di mana kelainan refraksi lebih banyak diamati pada anak-
anak perempuan. Oleh karena itu, anak perempuan lebih rentan terhadap
kelinan refraksi daripada anak-anak laki-laki. Kemungkinan, kondisi ini
dikaitkan dengan pubertas dan pematangan lebih awal pada wanita.
Sebuah penelitian di Jordan melaporkan bahwa jenis kelainan
refraksi pada anak-anak adalah miopia, kemudian diikuti oleh hiperopia
dan astigmatisme. Sebagai perbandingan, penelitian ini menunjukkan
bahwa jenis kesalahan refraksi pada anak-anak adalah miopia (94,38%)
diikuti oleh astigmatisme (5,62%), tetapi tidak ada kasus hiperopia. Ini
bisa disebabkan oleh jenis pemeriksaan dan juga usia sampel yang terlibat
dalam penelitian ini; hiperopia lebih sering terjadi pada anak-anak muda
yang berusia kurang dari 10 tahun.
Lebih lanjut mengungkapkan bahwa kelainan refraksi pada siswa
SMP negeri yang ditemukan dalam penelitian ini adalah miopia simpleks
(50,6%), astigmatisme miopia simpleks (5,6%), dan astigmatisme miopia
compositus (43,8%).
Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa :
1. Anak perempuan lebih rentan terhadap kelainan refraksi daripada
anak-anak laki-laki .
2. Anak-anak tidak sepenuhnya menyadari kelainan refraksi mereka dan
bahwa mereka belum menjalani pemeriksaan mata rutin.
3. Tes kelainan refraksi rutin dalam pemeriksaan skrining visus
diperlukan untuk siswa. Sama pentingnya untuk meningkatkan
kesadaran terhadap penyakit mata di masyarakat.
Kekurangan  Sampel dalam penelitian ini terbatas pada siswa kelas 7 dari enam
sekolah di Bandung.
jurnal
Kelebihan jurnal  Judul dan abstrak memberikan ringkasan isi jurnal.
 Prosedur penelitian dijabarkan dengan jelas.
 Pemeriksan visus mata cukup lengkap (pemeriksaan Tumbling E
Eye Chart, tes Snellen Chart, refraktometri tanpa dilatasi pupil,
koreksi dengan lensa percobaan, ophthalmoscopy direct.
 Mengetahui dari penelitian bahwa jenis kelamin berhubungan
dengan kelainan refraksi.

Anda mungkin juga menyukai