HIPERBILIRUBINEMIA
Oleh:
Pembimbing :
dr. Yunika Nurtyas, Sp.A
2021
LAPORAN KASUS
ILMU KESEHATAN ANAK
HIPERBILIRUBINEMIA
Oleh:
Pembimbing :
dr. Yunika Nurtyas, Sp.A
ii
Daftar Isi
Halaman
Judul …...…………………………………………………………........ i
Halaman Persetujuan...............................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................iii
BAB I
LAPORAN KASUS
1.1 Identitas Pasien .....................................................................1
1.2 Anamnesa..............................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik.................................................................2
1.4 Hasil Pemeriksaan Penunjang...............................................3
1.5 Diagnosis...............................................................................3
1.6 Planning.................................................................................3
1.7 Follow Up..............................................................................3
1.10 Diagnosa akhir......................................................................5
1.11Prognosa................................................................................6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................7
BAB III
KESIMPULAN ......................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................23
iii
BAB I
DATA PASIEN
Nama : By Ny. S
Umur : 7 hari
Agama : Islam
Suku : Jawa
Senin 04 Januari 2021 dengan keluhan kuning sejak usia 3 hari. Kuning
Sudiro Husodo, umur kehamilan cukup bulan (38/39 minggu), berat badan
1
1.3 Pemeriksaan Fisik
Panjang Badan : 55 cm
Lingkar Kepala : 37 cm
Vital Sign :
HR : 145 x/menit
Suhu : 36,7 °C
RR : 48 x/menit
a/i/c/d : -/+/-/-
Palpasi : Supel
Perkusi : Timpani
2
1.4 Pemeriksaan Penunjang
Kimia Darah
Hematologi
Golongan darah O
Rhesus Positif
3
1.6 Pedoman Fototerapi
1.7 Diagnosis
4
Diagnosis Kerja : Neonatus Aterm/Besar Masa Kehamilan +
Hiperbilirubinemia
1.6 Planning
1.7 Follow Up
Selasa, 05-01-21
S O A P
- Masih KU: cukup Neonatus - Fototerapi 2×24 jam
tampak kuning Vital Sign: Aterm/Besar Masa - Urdafalk 3×50 mg
di wajah, leher, RR : 45 x/mnt Kehamilan + - ASI ad libitum
sampai perut Nadi : 130x/menit Hiperbilirubinemia
bawah Suhu : 36.7 °C
Kramer III
K/L : A - /I+/C -/D-
Thorax
Cor : S1S2 TR
g (-) m (-)
Pulmo:
ves (+/+)
rho (-/-)
whe (-/-)
Abd : BU
(+),supel (+)
timpani (+)
Ektremitas
Akral hangat (+)
Edem (-)
CRT < 2dtk (+)
5
Rabu, 06-01-21
S O A P
- Kuning KU: cukup Neonatus - Fototerapai 2×24 jam
berkurang, Vital Sign: Aterm/Besar Masa - Oral Urdofak 3×50
hanya tampak di RR : 46x/mnt Kehamilan + mg
wajah dan leher Nadi : 146x/menit Hiperbilirubinemi - ASI ad libidum
Suhu : 36,6 °C a
Kramer I
K/L : A - /I +/C -/D-
Thorax
Cor : S1S2 TR
g(-) m (-)
Pulmo:
ves (+/+)
rho (-/-)
whe (-/-)
Abd : BU
(+),supel(+)
timpani (+)
Ektremitas
Akral hangat (+)
Edem (-)
CRT <2dtk (+)
Lab
Bilirubin Total :
9 mg/dL
1.7 Prognosa
Dubia ad bonam
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERBILIRUBINEMIA
A. DEFINISI
serum total ≥5 mg/dL (86 µmol/L). Ikterus atau jaundice merupakan warna
kuning pada kulit, konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin tak
terkonjugasi pada jaringan. Ikterus pada neonatus akan terlihat bila kadar
B. EPIDEMIOLOGI
33% dengan 21% lelaki dan 12% perempuan. Di Indonesia, insiden ikterus
pada bayi cukup bulan di beberapa Rumah Sakit (RS) Pendidikan, antara lain,
RSCM, RS. Dr Sardjito, RS Dr. Soetomo, RS. Dr. Kariadi bervariasi antara
2014 sampai November 2015, di antara 1093 kasus neonatus yang dirawat,
7
C. ETIOLOGI
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat
dkk., 2007).
8
3. Gangguan pada transportasi
hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat
D. PATOFISIOLOGI
akhir dari katabolisme heme dan terbentuk melalui reaksi oksidasi reduksi.
Pada langkah pertama oksidasi, biliverdin terbentuk dari heme melalui kerja
heme oksigenase, dan terjadi pelepasan besi dan karbon monoksida. Besi
paru-paru. Biliverdin yang larut dalam air direduksi menjadi bilirubin yang
hampir tidak larut dalam air dalam bentuk isomerik (oleh karena ikatan
dalam plasma, terikat erat pada albumin. Bila terjadi gangguan pada ikatan
bilirubin tak terkonjugasi dengan albumin baik oleh faktor endogen maupun
9
yang mengandung lemak (double lipid layer), termasuk penghalang darah
Konsentrasi ligandin ditemukan rendah pada saat lahir namun akan meningkat
tidak larut air menjadi molekul yang larut air. Setelah diekskresikan kedalam
empedu dan masuk ke usus, bilirubin direduksi dan menjadi tetrapirol yang
10
dalam usus kecil proksimal melalui kerja B-glukuronidase. Bilirubin tak
Proses ini berlangsung sangat panjang pada neonatus, oleh karena asupan gizi
E. KLASIFIKASI
Terdapat dua jenis hiperbilirubinemia, yaitu hiperbilirubinemia fisiologis dan
hiperbilirubinemia patologis :
1. Hiperbilirubinemia Fisiologis
pada neonatus cukup bulan dapat mencapai 6-8 mg/dL pada usia 3 hari,
setelah itu berangsur turun. Pada bayi prematur, awitan ikterus terjadi
lebih dini, kadar bilirubin naik perlahan tetapi dengan kadar puncak lebih
mg/dL pada hari ke-5 dan masih dapat naik menjadi >15 mg/dL tanpa
usia 1 bulan, baik pada bayi cukup bulan maupun premature (Naomi &
Rizalya, 2011).
2. Hiperbilirubinemia Patologis
pada bayi baru lahir akan muncul dalam 24 jam pertama setelah bayi
11
akan meningkat lebih dari 5 mg/dL per hari. Pada bayi cukup bulan, kadar
pada bayi cukup bulan dan lebih dari dua minggu pada bayi kurang bulan.
Keadaan klinis bayi tidak baik seperti muntah, letargis, malas menetek,
penurunan berat badan yang cepat, suhu tubuh yang tidak stabil, apnea
F. FAKTOR RESIKO
Hiperbilirubinemia tak terkonjugasi dapat disebabkan atau
hati (anemia hemolitik, waktu hidup sel darah menjadi pendek akibat
12
kenaikan sekunder kadar asam lemak bebas akibat hipoglikemia, kelaparan
sawar darah otak atau membran sel saraf terhadap bilirubin atau
kimia yang dalam ruang perawatan seperti detergen fenol dapat juga
G. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
jaundice.
13
mengakibatkan hemolisis pada bayi dengan defisiensi G6PD
jaundice.
kekurangan asupan ASI. Biasanya timbul pada hari ke-2 atau ke-3
pada waktu produksi ASI belum banyak. Untuk neonatus cukup bulan
sesuai masa kehamilan (bukan bayi berat lahir rendah), hal ini tidak
enterohepatik akibat kurangnya asupan ASI. Ikterus pada bayi ini tidak
14
2) Breast-milk jaundice adalah ikterus yang disebabkan oleh air susu ibu
(ASI). Insidens pada bayi cukup bulan berkisar 2-4%. Pada sebagian
besar bayi, kadar bilirubin turun pada hari ke-4, tetapi pada breast-milk
pada usia 14 hari. Bila ASI dihentikan, bilirubin akan turun secara
drastis dalam 48 jam. Bila ASI diberikan kembali, maka bilirubin akan
2. Pemeriksaan Fisik
matahari. Bayi baru lahir (BBL) tampak kuning apabila kadar bilirubin
mikro mol/L). Salah satu cara pemeriksaan derajat kuning pada BBL
15
(Sukadi, 2010). Penilaian kadar bilirubin pada masing-masing tempat
r
I Kepala-Leher 5,0
II Badan atas (diatas umbilicus) 9,0
III Perut (dibawah umbilicus)-lutut 11,4
IV Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah 12,4
V Telapak tangan dan telapak kaki 16,0
Tabel 2.1 Metode Kramer
3. Pemeriksaan Penunjang
16
b. Darah perifer lengkap dan gambaran apusan darah tepi untuk
c. Golongan darah, Rhesus, dan direct Coombs’ test dari ibu dan bayi
H. PENATALAKSANAAN
1. Fototerapi dan Transfusi Tukar
apabila kadar bilirubin total berada di atas garis kelompok risiko sesuai
of Pediatrics, 2004).
17
a) Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan
e) Kenaikan suhu akibat sinar lampu, jika hal ini terjadi sebagian lampu
dimatikan, tetapi diteruskan dan jika suhu terus naik, lampu semua
18
Darah bayi dikeluarkan (biasanya dua kali volume, yaitu 2x80
ml/kg) dan diganti dengan darah yang ditranfusikan. Tranfusi tukar dapat
tidak dapat diatasi dengan tindakan fototerapi selama 2x24 jam. Indikasi
anemia berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung, dan hasil
19
Kadar Bilirubin Total Serum (mg/dl)
Sehat Sakit
Berat Badan Fototerapi Transfusi Fototerapi Transfusi
tukar tukar
Kurang bulan
<1000 gr 5-7 Bervariasi 4-6 Bervariasi
1001-1500 gr 7-10 Bervariasi 6-8 Bervariasi
1501-2000 gr 10-12 Bervariasi 8-10 Bervariasi
2001-2500 gr 12-15 Bervariasi 10-12 Bervariasi
Cukup bulan
>2500 gr 15-18 20-25 12-15 18-20
2. Terapi Medikamentosa
20
I. KOMPLIKASI
otak dan sel-sel otak, hal ini dapat menyebabkan terjadinya disfungsi saraf
adalah manifestasi klinis yang timbul akibat efek toksik bilirubin pada
sistem saraf pusat yaitu basal ganglia dan pada beberapa nuklei batang
yang ditandai oleh deposisi pigmen bilirubin pada beberapa daerah di otak
kejang.
21
upward gaze dan displasia dentalenamel (American Academy of
Pediatrics, 2004).
J. PENCEGAHAN
1) Setiap bayi baru lahir harus dievaluasi terhadap kemungkinan
nomogram, kita dapat mengetahui apakah bayi berada pada zona risiko
Hasil yang didapat akan berbeda dari kadar bilirubin serum total,
tersendiri.
22
3) Setiap ibu hamil harus menjalani pemeriksaan golongan darah dan
BAB III
KESIMPULAN
Pasien datang ke poliklinik anak pada hari Senin 04 Januari 2021 dengan
keluhan kuning sejak usia 3 hari. Kuning terlihat dari wajah sampai perut. Pasien
pernah dirawat di ruang perinatal RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo dengan
umum cukup, Berat Badan Lahir 5000gram, Berat Badan Sekarang 5100gram,
Panjang badan 55cm dan Lingkar kepala 37cm. Vital sign Nadi, Suhu dan HR
dalam batas normal. Terdapat ikterus dengan kuning terlihat sampai perut atau
Kramer III. Didapatkan Bilirubin Total dan Bilirubin Direk meningkat (BT: 15.60
Bilirubin yang menunjukkan peningkatan maka diagnosis kerja yang dapat dibuat
Selama pasien di rawat diruang perinatal RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo
dilakukan penatalaksanaan dengan fototerapi 2×24 jam, Urdafalk oral dan ASI ad
bonam.
23
DAFTAR PUSTAKA
Martin CR, Cloherty JP. 2007. Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty JP,
Eichenwald EC, Stark AR (eds). Manual of neonatal care. Edisi ke 6.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins.
Naomi, E., Rizalya, D. 2011. Pedoman Pelayanan Medis. Edisi II. Hal: 114-115.
Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
24
Sukadi, A. 2010. Buku Ajar Neonatologi. Jakarta. Edisi I. Ikatan Dokter Anak
Indonesia.
25