3 Bab I II Tumor Palpebra
3 Bab I II Tumor Palpebra
PENDAHULUAN
Palpebra adalah modifikasi dari lipatan kulit yang dapat menutup dan
melindungi bola mata bagian anterior. Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan
utama yaitu lapisan kulit, lapisan otot rangka (orbikularis okuli), jaringan
neoplasma.14
berkembang pada kulit periokular mulai dari lapisan epidermis, dermis, atau
struktur adneksa palpebra.1 Tumor ganas palpebra merupakan tumor ganas yang
sering dijumpai dan dilaporkan sekitar 5-10% dari tumor kulit. 8 Tumor ganas
yang paling sering mengenai palpebra adalah karsinoma sel basal, karsinoma sel
ditemukan.11 Sembilan puluh lima persen karsinoma palpebra berjenis sel basal
dan sisa lima persen terdiri atas karsinoma sel skuamosa, karsinoma kelenjar
Meibom, dan tumor – tumor lain yang jarang seperti karsinoma sel Merkel dan
1
13
karsinoma kelenjar sebasea. Melanoma maligna merupakan tumor ganas
palpebra yang paling jarang tetapi paling ganas dan banyak menimbulkan
kematian.8,11
waktu lahir atau segera sesudah lahir sebagai lesi yang berwarna merah terang,
involusi pada usia sekolah.1,2 Molluscum contagiosum adalah infeksi virus pada
epidermis yang sering mengenai kelopak mata dan banyak terjadi pada anak. 8
Nevus dapat terjadi pada bermacam usia dan berasal dari melanosit, yaitu sel
palpebra12,13
dilakukan dengan alasan kosmetik. Meskipun begitu lesi ganas sering kali sulit
dikenali secara klinis dan biopsi harus selalu dilakukan pada kecurigaan
keganasan.13
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan
melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari
dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata sedangkan palpebra inferior menyatu
dengan pipi.13
Gambar 2.1 : Anatomi palpebra superior Gambar 2.2 : Anatomi palpebral inferior
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan
elastis,dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut
tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan
kelenjar Meibom.
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang
melekat erat pada tarsus.
Panjang tepian bebas palpebra adalah 27-30 mm dan lebar 2 mm. Ia dipisahkan oleh
garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri
dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.4
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun teratur. Bulu mata atas lebih
panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan melengkung ke atas; bulu mata bawah
melengkung ke bawah. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat
yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.4
Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat
6. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang disebut
tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan
kelenjar Meibom.
7. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra, yang
melekat erat pada tarsus.
Panjang tepian bebas palpebra adalah 27-30 mm dan lebar 2 mm. Ia dipisahkan oleh
garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri
dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll.4
Bulu mata muncul dari tepian palpebra dan tersusun teratur. Bulu mata atas lebih
panjang dan lebih banyak dari yang di bawah dan melengkung ke atas; bulu mata bawah
melengkung ke bawah. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara
dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat
yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.4
Tepian palpebra posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat
muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau
tarsal).4
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra, berupa
elevasi kecil dengan lubang kecil di pusat yang terlihat pada palpebra superior dan inferior.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus
lakrimalis.4
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini
berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral
orbita dan membentuk sudut tajam.4
Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di
antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. Septum
orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior dan tarsus superior;
septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.4
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot
rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan
dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung
serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retractor
utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus
muskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan orbicularis
okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus
rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.4,13
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik
kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh
cabang kedua nervus V.4,13
Gambar 3. Anatomi septum.
(sumber: American Academy of Ophtalmology, 2012. Orbital Anatomy, In: Orbit, Eyelids, and Lacrimal System.
Chapter 1. Section 7. American Academy of Ophtalmology.)
2.2.1 Hemangioma
Hemangioma kapiler merupakan tumor palpebra yang paling sering ditemukan pada
anak. Hemangioma kapiler atau hemangioma strawberry dapat mengenai kulit pada 10% bayi
dan tampaknya lebih sering pada bayi prematur dan anak kembar. Tumor ini biasanya muncul
pada waktu lahir atau segera sesudah lahir sebagai lesi yang berwarna merah terang,
bertambah besar dalam beberapa minggu hingga bulanan, dan mengalami involusi pada usia
sekolah.1
endotel kapiler yang berproliferasi. Hemangioma ditemukan pada fase awal pertumbuhan
aktif pada bayi dengan periode selanjutnya berupa regresi dan involusi.2
2.2.1.1 Klasifikasi
1. Hemangioma kapiler
2. Hemangioma kavernosum
hemangioma keratotik
hamartoma vaskular
3. Telangiektasis
nevus flameus
angiokeratoma
spider angioma
1. Hemangioma kapiler
2. Hemangioma kavernosum
3. Hemangioma campuran
Perkembangan dalam karakteristik biologi dari lesi vaskuler telah merevisi klasifikasi
dari hemangioma. Klasifikasi lesi vaskuler yang digunakan saat ini mampu membedakan
dengan jelas gambaran klinis, histopatologi, dan prognosis antara hemangioma dan
malformasi vaskuler. Istilah lama hemangioma kapiler dan hemangioma strawberry diubah
menjadi satu istilah saja yaitu hemangioma. Sebaliknya, hemangioma kavernosa, port-wine
stains, dan limfangioma merupakan bagian dari malformasi vaskuler. Penamaan ini telah
dimasukkan ke dalam literatur kedokteran tetapi belum digunakan secara konsisten pada
literatur mata.2
2.2.1.2 Etiologi4
Meskipun growth factor, hormonal, dan pengaruh mekanik di perkirakan menjadi penyebab
proliferasi abnormal pada jaringan hemangioma, tapi penyebab utama yang menimbulkan
defek pada hemangiogenesis masih belum jelas. Dan belum terbukti sampai saat ini tentang
pengaruh genetik.
Vaskularisasi kulit mulai terbentuk pada hari ke-35 gestasi, berlanjut sampai beberapa
bulan setelah lahir. Maturasi sistem vaskular terjadi pada bulan ke-4 setelah lahir. Faktor
angiogenik kemungkinan mempunyai peranan penting pada fase proliferasi dan involusi
dengan proliferasi kapiler pada tumor. Proliferasi endotel dipengaruhi oleh agen angiogenik.
Angiogenik bekerja melalui dua cara, yaitu secara langsung dengan mempengaruhi mitosis
endotel pembuluh darah, dan secara tidak langsung dengan mempengaruhi makrofag, sel
Heparin yang dilepaskan makrofag menstimuli migrasi sel endotel dan pertumbuhan
kapiler, di samping heparin sendiri berperan sebagai agen angiogenesis. Efek angiogenesis ini
dihambat oleh adanya protamin, kartilago, dan beberapa kortikosteroid. Konsep inhibisi
kortikosteroid ini diterapkan untuk terapi pada beberapa jenis hemangioma pada fase
involusi.
Angioplastin, salah satu fragmen internal dari plasminogen merupakan inhibitor poten
dan spesifik untuk proliferasi endotel. Makrofag meghasilkan stimulator ataupun inhibitor
angiogenesis. Pada fase proliferasi, jaringan hemangioma di infiltrasi oleh makrofag dan
Protein-1 (MCP-1), suatu glikoprotein yang berperan sebagai kemotaksis mediator. Zat ini
dihasilkan oleh sel otot polos pembuluh darah pada fase proliferasi, tetapi tidak dihasilkan
oleh hemangioma pada fase involusi ataupun malformasi vaskuler. Keberadaan MCP-1 dapat
di-down-regulasi oleh deksametason dan interferon alfa. Interferon alfa terbukti menghambat
migrasi endotel yang disebabkan oleh stimulus kemotaksis. Hal ini memberikan efek
tambahan interferon alfa dalam menurunkan jumlah dan aktifitas makrofag. Bukti-bukti di
atas menjelaskan efek deksametason dan interferon alfa pada hemangioma pada fase
proliferasi.
2.2.1.3 Epidemiologi 4
Prevalensi hemangioma infantil ± 1- 3% pada neonatus dan ± 10% pada bayi sampai
dengan umur 1 tahun. Lokasi tersering yaitu pada kepala dan leher (60%), dan faktor resiko
yang telah teridentifikasi, terutama neonatus dengan berat badan lahir di bawah 1500 gram.
Rasio kejadian pada perempuan dibandingkan laki-laki yaitu 3:1. Hemangioma infantil lebih
Lesi hemangioma infantil tidak ada pada saat kelahiran. Seiring dengan bertambahnya
usia, resiko hemangioma infantil, pada usia 5 tahun meningkat 50%, pada usia 7
meningkatkan 70%, dan 90% pada usia 9 tahun. Mereka bermanifestasi pada bulan pertama
kehidupan, menunjukkan fase proliferasi yang cepat dan perlahan-lahan berinvolusi menuju
kapiler tampak beberapa hari sesudah lahir. Strawberry nevus terlihat sebagai bercak merah
yang makin lama makin besar. Warnanya menjadi merah menyala, tegang dan berbentuk
lobular, berbatas tegas, dan keras pada perabaan. Ukuran dan dalamnya sangat bervariasi, ada
yang superfisial berwarna merah terang, dan ada yang subkutan berwarna kebiru-biruan.
Involusi spontan ditandai oleh memucatnya warna di daerah sentral, lesi menjadi kurang
Hemangioma kavernosa tidak berbatas tegas, dapat berupa makula eritematosa atau
nodus yang berwarna merah sampai ungu. Biasanya merupakan tonjolan yang timbul dari
permukaan, bila ditekan mengempis dan pucat lalu akan cepat menggembung lagi apabila
dilepas dan kembali berwarna merah keunguan. Lesi terdiri atas elemen vaskular yang
matang. Lesi ini jarang mengadakan involusi spontan, kadang-kadang bersifat permanen.5
Gambaran klinis hemangioma campuran merupakan gabungan dari jenis kapiler dan
jenis kavernosum. Lesi berupa tumor yang lunak, berwarna merah kebiruan yang pada
2.2.2.1 Definisi
Molluscum contagiosum adalah infeksi virus pada epidermis yang sering mengenai
kelopak mata. Dahulunya molluscum contagiosum paling sering mengenai anak – anak tapi
baru – baru ini telah diketahui bahwa penyakit ini lebih sering terdapat pada orang dewasa
dengan sindrom defisiensi imun (AIDS). Pada anak – anak, penularan penyakit ini adalah
melalui kontak langsung dengan individu yang terinfeksi dan autoinokulasi sedangkan pada
merupakan infeksi pox virus pada kulit yang juga bisa menyebabkan lesi pada wajah, batang
Molluskum contagiosum lebih sering terlihat pada anak dibawah usia 15 tahun,
sekitar 80 % kasus dilaporkan bahwa anak – anak yang terkena pada usia 1 – 4 tahun yang
2.2.2.3 Etiologi
Penyebab molluskum contagiosum adalah Poxvirus. Virus ini bereplikasi di dalam sel
epitel host. Masa inkubasi dari virus ini adalah sekitar 2 minggu.10
Infeksi molluskum contagiosum biasanya muncul sebagai satu atau lebih lesi yang
terpisah satu dengan yang lain, lesi berupa papul yang berukuran 1 – 5 mm. Setiap lesi
biasanya memiliki umbilisasi di tengahnya dimana dari bagian tengah lesi tersebut dapat
muncul detritus. Sebagai akibat dari penyebaran partikel virus ke dalam konjungtiva forniks
dapat mengakibatkan konjungtivitis follicular kronik yang jika tidak diobati maka hal ini
akan dapat menyebabkan pannus kornea dan dapat menimbulkan trachoma. Molluscum
contagiosum juga dapat menyebabkan dermatitis eksematosa di periorbita. Pada pasien yang
terinfeksi HIV, lesi cenderung lebih besar dan lebih agresif. Keterlibatan kelopak mata
bilateral dapat terjadi pada anak – anak dengan immunosupresan. Infeksi molluscum
2.2.3.1 Definisi
Sel nevus berpigmen adalah pigmentasi tahi lalat yang umum terjadi pada kebanyakan
orang. Nevus berasal dari melanosit,yaitu sel yang memproduksi pigmen. Permukaan dari
nevus bisa halus ataupun berbenjol – benjol tergantung pada jumlah keratin yang
dikandungnya. Pada tahi lalat bisa terdapat beberapa rambut dengan ukuran panjangnya yang
bervariasi. Warna dari nevus bervariasi mulai dari sewarna kulit hingga coklat dan hitam
tergantung pada jumlah dan lokasi dari melanin dan pigmen di dalam tumor. Nevus dengan
warna yang lebih gelap memiliki pigmen yang lebih dekat ke permukaan.11
Gambar 2.5 : Nevus
2.2.3.2 Klasifikasi
1. Junctional nevus
Junctional nevus biasanya datar dan berbatas tegas dengan warna coklat yang
seragam. Dinamakan junctional nevus karena sel – sel nevus ini terletak pada perbatasan
antara epidermis dan dermis. Nevus ini memiliki potensi yang rendah untuk berubah
2. Intradermal nevus
Intradermal nevus umumnya meninggi di atas kulit dan merupakan jenis nevus
yang paling umum. Nevus ini biasanya berwarna coklat hingga hitam. Nevus intradermal
sering terdapat pada pinggir kelopak mata dan bulu mata pada kelopak mata yang
ditumbuhi nevus tersebut dapat tumbuh normal diatas nevus. Nevus ini juga bisa tumbuh
pada alis mata dan bulu – bulu alis mata juga dapat tumbuh baik pada nevus. Oleh karena
itu sebagian besar ahli berpendapat bahwa nevus ini tidak memiliki potensi keganasan.
3. Compound nevus
Compound nevus adalah nevus yang berasal dari gabungan dari komponen
jaringan pembatas antara epidermis dan dermis dengan komponen jaringan dermis kulit.
Nevus biru biasanya datar tetapi dapat pula berupa nodul yang berbatas tegas.
Nevus ini dapat berwarna biru, abu – abu hingga hitam. Warna biru-hitam dari nevus ini
dikarenakan karena letaknya yang jauh lebih dalam dari kulit yang di atasnya.
Adalah jenis dari nevus biru dari kulit di sekitar bola mata yang berhubungan
dengan nevus biru dari konjungtiva dan perluasan dari nevus di uvea. Nevus ini biasa
mengenai ras kulit hitam dan oriental dan jarang mengenai ras kaukasia. Nevus ini
2.2.4 Xanthelasma
2.2.4.1 Definisi
Xanthelasma adalah salah satu bentuk xantoma planum, merupakan jenis yang paling
sering dijumpai dari beberapa tipe klinik xantoma yang dikenal. Selain itu xanthelasma
diartikan pula sebagai kumpulan kolesterol di bawah kulit dengan batas tegas berwarna
palpebra. 12,13
2.2.4.2 Epidemiologi
merupakan kasus jarang di populasi umum. Pada studi kasus pasien dengan xanthomatosis,
xanthelasma lebih sering dijumpai pada wanita dengan persentase 32% dan 17,4% pada laki-
laki. Onset timbulnya xanthelasma berkisar antara 15 – 73 tahun dengan puncak pada usia 40
2.2.4.3 Patofisiologi
Setengah pasien xanthelasma mempunyai kelainan lipid. Erupsi xanthomas dapat
ditemui pada hiperlipidemia primer dan sekunder. Kelainan genetik primer termasuk
Xanthelasma juga bisa terjadi padapasien dengan lipid normal dalam darah yang mempunyai
Timbul plak irregular di kulit, warna kekuningan sering kali disekitar mata. Ukuran
xanthelasma bervariasi berkisar antara 2 – 30 mm, ada kalanya simetris dan cenderung
bersifat permanen. Pasien tidak mengeluh gatal, biasanya mengeluh untuk alasan estetika.
Xanthelasma atau xanthelasma palpebra biasanya terdapat di sisi medial kelopak mata atas.
Lesi berwarna kekuningan dan lembut berupa plaque berisi deposit lemak dengan batas tegas.
Lesi akan bertambah besar danbertambah jumlahnya. Biasanya lesi-lesi ini tidak
mempengaruhi fungsi kelopak mata, tetapi ptosis harus diperiksa bila ditemukan. 12
Gambar 2.6 : Xanthelasma
1. Karsinoma
2. Sarkoma
3. Melanoma
Karsinoma sel basal berasal dari lapisan basal epitel kulit atau dari lapis luar sel
folikel rambut. Berupa benjolan yang transparan, kadang dengan pinggir yang seperti
mutiara. Bagian sentral benjolan tersebut lalu mencekung dan halus, seakan-akan
menyembuh. Tumbuhnya lambat dengan ulserasi. Jenis ulkus rodiens tumbuh lebih cepat dan
frekuensi 90 – 95 % dari seluruh tumor ganas di kelopak mata. Karsinoma sel basal banyak
berlokasi di kelopak mata bawah bagian pinggir atau palpebra inferior (50 – 60 %) dan di
daerah kantus medial (25 – 30%). Selebihnya juga bisa tumbuh di kelopak mata atas atau
Pasien yang memiliki faktor resiko tinggi untuk terjadinya karsinoma sel basal adalah
yang memiliki corak kulit putih, mata biru, rambut pirang, usia pertengahan dan usia tua pada
keturunan Inggris, Irlandia, Skotlandia, dan Skandinavia. Pasien biasanya juga memiliki
riwayat terpapar sinar matahari dalam jangka waktu lama pada usia dekade dua kehidupan.
Riwayat merokok cerutu juga merupakan resiko unruk terjadinya karsinoma sel basal. Pasien
dengan karsinoma sel basal sebelumnya, memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk
Karsinoma sel basal terlihat meningkat frekuensinya pada pasien yang lebih muda dan
ditemukan lesi ganas di kelopak mata pada pasien ini atau mereka yang memiliki riwayat
keluarga dengan kelainan sistemik lain seperti basal cell nevus syndrome atau xeroderma
pigmentosum. Basal cell nevus syndrome (Gorlin syndrome) adalah kelainan autosomal
dominan, kerusakan multisitem yang ditandai dengan karsinoma sel basal nevoid yang
multipel yang muncul lebih awal dalam kehidupan yang diikuti dengan anomali skeletal
kelainan resesif autosomal yang ditandai dengan sangat sensitif terhadap paparan sinar
matahari dan kerusakan mekanisme repair terhadap sinar matahari sehingga merangsang
mempunyai anak sebar atau bermetastasis. Dapat merusak jaringan di sekitarnya terumata
bagian permukaan bahkan dapat sampai ke tulang (bersifat lokal destruktif), serta cenderung
untuk residif lebih bila pengobatannya tidak adekuat. Ulserasi dapat terjadi yang menjalar
dari samping maupun dari arah dasar, sehingga dapat merusak bola mata sampai orbita.15
Karsinoma sel basal merupakan tumor yang bersifat radiosensitif dengan diagnosis
pasti dilihat dengan biopsi. Angka kematian untuk karsinoma sel basal adalah 2 – 3 % karena
2.3.2.4 Klasifikasi
Secara klinis dan secara patologi, karsinoma sel basal di bagi menjadi empat tipe, yaitu :
Merupakan manifestasi klinis terbanyak dari karsinoma sel basal, keras, berbatas
tegas, nodul seperti mutiara dan disertai dengan telangiectasia and sentral ulkus. Secara
histologi, tumor ini terbentuk dari sekumpulan sel basal yang asalnya dari lapisan sel basal
Pada tahap permulaan, sangat sulit ditentukan malah dapat berwarna seperti kulit
normal atau menyerupai kutil.Kumpulan sel atipik merusak permukaan epitel, nekrosis di
tengah karena lebih cekung dan timbul ulkus bila sudah berdiameter ± 0,5 cm yang pada
pinggir tumor awalnya berbentuk papular, meninggi, anular. Bila telah berkembang lebih
lanjut, dapat melekat di dasarnya. Dengan trauma ringan atau bila krustanya diangkat mudah
terjadi perdarahan.15
Merupakan jenis yang paling sedikit ditemukan, tetapi tumor ini bersifat lebih agresif
karena dapat berkembang lebih cepat daripada karsinoma sel basal tipe nodular. Lesi tipe
morphea bersifat keras, lebih datar dengan pinggir yang secara klinis susah ditentukan.
Secara histologi, lesi tidak terlihat seperti pagar di pinggirnya tetapi berbentuk seperti kawat
tipis yang menyebar di daerah pinggir. Di sekitar stroma terlihat proliferasi dari jaringan
Karsinoma sel basal mulai menstimulasi inflamasi kronis dari bagian pinggir kelopak
Invasi dari karsinoma sel basal ke orbita bisa terjadi karena pengobatan yang tidak
adekuat, klinis yang terlambat ditemukan serta karsinoma sel basal dengan tipe morphea.14
Terjadi akibat blefaritis kronis dan bisa menyebar ke bagian pinggir kelopak mata
tanpa di sadari.14 Ukurannya dapat berupa plakat dengan eritema, skuamasi halus dengan
pinggir yang agak keras seperti kawat dan agak meninggi. Warnanya dapat hitam berbintik-
2.3.3.1 Definisi
Karsinoma sel skuamosa adalah suatu jenis tumor ganas intra epitelial yang
bermanifestasi pada mata di saerah limbus dan margo palpebra, yaitu didaerah peralihan
epitel18. Margo palpebra merupakan daerah peralihan epitel dari susunan sel gepeng berlapis
epidermis menjadi sel silindris konjungtiva tarsal,sedangkan pada daerah limbus terdapat
peralihan berupa sel mukosa konjungtiva bulbi menjadi epitel skuamosa kornea. Lesi-lesi
yang berada di daerah peralihan ini perlu di perhatikan karena cendrung dapat bersifat
18,20,21
ganas.
Karsinoma sel skuamosa relatif jarang dijumpai pada kelopak mata dan konjungtiva,
frekuensinya kurang lebih 9,2% dari seluruh keganasan pada kelopak mata19. Meskipun
demikian kejadian karsinoma sel skuamosa yang telah menyerang orbita, tercatat sebanyak
36 pasien diantara 486 pasien tumor orbita di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Karsinoma sel skuamosa lebih banyak mengenai pria daripada wanita. Tumor ini
sering terjadi pada usia lanjut, walaupuin bdapat juga dijumpai pada dewasa muda. Tumor
terutama didapat pada daerah tropis dan sifat karsinoma sel skuamosa cendrung lebih
18,21,22
invasif.
2.3.3.3 Etiologi
Penyebab karsinoma sel skuamosa ataupun tumor intraepitel belum diketahui, tetapi
diduga sebagai akibat terpapar oleh zat aktinik atau kimia, terapi radiasi, iritasi yang
berlebihan, serta virus yang akhir-akhir ini juga diduga sebagai penyebabnya, yaitu Virus
Papiloma Humanum.
2.3.3.4 Patofisiologi
Kelainan patologi karsinoma sel skuamosa dapat dijumpai dalam berbagai derajat
keganansan dimulai dari stadium awal pralesi displasia, karsinoma in situ sampai dengan
stadium lanjut invasif.18,20,22 Karsinoma sel skuamosa dapat didahului oleh berbagai macam
tumor jinak seperti lesi papiloma skuamosa atai diskeratosis sebelum berubah menjadi
displasi. Pada displasia stadium awal gambaran patologi belum menunjukan terjadi
perubahan sel, yang terjadi hanya perubahan sel menjadi atipik, dimana secara histologis
pada ketebalan perubahan sel epitel. Karsinoma in situ sering dimasukan dalam kategori
kelainan displasia berat oleh banyak peneliti. Apabila sel yang telah berubahs sifat tersebut,
menembus membrana basalis maka lesi tersebut merupakan karsinoma invasif. Karsinoma sel
2.3.3.5 Diagnosis
1. Anamnesis
Ada riwayat perkembangan dari luka akibat paparan sinar matahari dan actinic
keratosis
Perubahan kontur, ukuran, atau warna lesi seperti adanya ulserasi, luka, bintik merah,
dan trikiasis.
2. Pemeriksaan fisik
Tumor ditemukan tumbuh lambat tanpa rasa sakit, berawal dari nodul hiperkeratotik
yang dapat berulkus dapat mengikis jaringan sekitar dan juga menyebar ke limfonodus
3. Pemeriksaan laboratorium
2.3.4.1 Epidemiologi
Insiden karsinoma sel sebasea adalah 3,2% diantara tumor ganas dan 0,8% dari
seluruh tumor palpebra. Angka kematiannya berkisar sekitar 22%. Karsinoma sel sebasea
paling sering terjadi pada perempuan dibandingkan lelaki, terutama pada usia 70 tahun
keatas.23
Biasanya, berbentuk nodul yang kecil, keras seperti khalazion. Sering terlihat seperti
khalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan konsistensi yang kenyal. Beberapa
pasien dengan karsinoma kelenjar Meibom mempunyai penebalan berbentuk plak yang difus
dari tarsus atau sebuah pertumbuhan berbentuk jamur atau papilloma menyerupai papilloma
Tempat predileksinya terdapat pada palpebra superior dan terlihat massa bewarna
kuning yang berisi lemak, massa ini juga dapat berupa papil-papil. 23,24 Tumor pada pinggir
palpebra bisanya menyebabkan hilangnya bulu mata. Biasanya, lesi tidak nyeri, berindurasi
atau berulkus diikuti dengan hilangnya silia pada daerah khalazion berulang.24
2.3.5.1 Epidemiologi
Sarkoma Kaposi merupakan salah satu manifestasi yang sering dijumpai pada
penderita AIDS (24%) dan 20% dari sarkoma dapat mengenai mata, yaitu palpebra atas atau
bawah menyerupai hordeolum atau hemangioma dan pada konjungtiva forniks, dan bulbi
idiopatik. Sarkoma Kaposi endemik lazim di Afrika Tengah, terutama mempengaruhi laki-
2.3.5.2 Etiologi
Penyebabnya belum diketahui pasti, tetapi beberapa faktor terlibat yang ditemui pada
Human herpesvirus-8 (HHV-8) DNA atau sarkoma Kaposi terkait virus herpes
Laki-laki homoseksual dengan HIV mempunyai risiko yang tinggi. Risiko ini
Pasien yang sudah pernah transplantasi organ, dan menggunakan agen imunosupresif
2.3.5.3 Patofisiologi
ekspresi deregulasi dari onkogen dan gen oncosuppressor oleh KSHV/ HHV-8
dikombinasikan dengan penurunan kekebalan tubuh dan pelepasan sitokin (interleukin [IL]-
6) dan faktor pertumbuhan dari HIV bertindak ke atas terjadinya infeksi sel. IL-6
menyebabkan ekspresi onkogen. Meskipun mekanisme yang tepat tentang KSHV/ HHV-8
bertindak sebagai perantara onkogenesis belum sepenuhnya diketahui, banyak KSHV/ HHV-
Sakit
Fotofobia
Epiphora
Kering mata
Keluarnya mukopurulen
Penglihatan kabur
2.3.6.1 Epidemiologi
Melanoma adalah tumor palpebra berpigmen yang jarang yang harus dibedakan dari
Nevi dan karsinoma sel basal.26 Terdapat peningkatan 4% kejadian melanoma maligna yang
didiagnosis setiap tahun. Ada 51.400 kasus baru melanoma didiagnosis pada tahun 2002
dengan 7.800 kematian. Dua puluh lima persen pasien melanoma maligna dijumpai pada
walaupun hanya 3% dari semua kanker kulit melanoma, ini sangat penting karena lebih dari
dua pertiga dari semua kematian akibat kanker kulit yang disebabkan melanoma maligna.
Oleh karena itu, penting untuk mengenali lesi jinak dan ganas kelopak mata, terutama ketika
berpigmen.28
Gambar 2.11 : Melanoma Maligna Palpebra
2.3.6.2 Faktor Risiko
Mereka yang paling berisiko untuk berkembangnya melanoma adalah kelompok yang
mempunyai riwayat melanoma dalam keluarga dan pasien dengan nevus displastik.
Kelompok berisiko tinggi adalah pasien dengan xeroderma pigmentosa, pasien dengan
limfoma non- Hodgkin, dan pasien dengan transplantasi organ atau AIDS. Pasien melanoma
memiliki risiko tinggi lima kali lipat untuk mengidap melanoma kedua.27
2.3.6.3 Diagnosis
Ciri khas dari melanoma maligna adalah pigmentasi variabel (yaitu sebuah lesi
dengan tingkat warna coklat, merah, putih, biru atau hitam gelap) batas tidak tegas, ulserasi
dan perdarahan. Melanoma palpebra yang melibatkan konjungtiva biasanya lebih agresif
Perubahan tampilan pada lesi berpigmen memerlukan biopsi eksisi pada lesi. Evaluasi
sistemik untuk metastasis regional atau jauh diperlukan bila didiagnosis melanoma.26
BAB 3
KESIMPULAN
Tumor palpebra adalah benjolan massa abnormal pada daerah sekitar mata
dan kelopak mata. Tumor palpebra bisa berasal dari kulit, jaringan ikat, jaringan
kelenjar, pembuluh darah, saraf, maupun dari otot sekitar palpebra.1,2
Tumor ganas yang paling sering mengenai palpebra adalah karsinoma sel
basal, karsinoma sel squamous, karsinoma sel sebasea, melanoma, dan sarkoma
kaposi. Sedangkan tumor jinak palpebra seperti hemangioma dan xanthalesma.3
Karsinoma sel basal berasal dari lapisan basal epitel kulit atau dari lapis
luar sel folikel rambut. Berupa benjolan yang transparan, kadang dengan pinggir
yang seperti mutiara. Tumor ini umumnya ditemukan di daerah berambut, bersifat
invasif, jarang mempunyai anak sebar atau bermetastasis. Dapat merusak jaringan
di sekitarnya terutama bagian permukaan bahkan dapat sampai ke tulang (bersifat
lokal destruktif), serta cenderung untuk residif lebih bila pengobatannya tidak
adekuat. Untuk menatalaksana karsinoma sel basal dapat ada beberapa pilihan
terapi, diantaranya adalah bedah eksisi dengan potong beku (frozen section),
bedah mikrografi Mohs, bedah dengan laser CO2, dan eksisi tanpa potong beku.
Pilihan terapi non bedah yaitu : Radioterapi, Kemoterapi, dan Interferon.
Karsinoma sel skuamosa merupakan tumor ganas kelopak mata tersering
kedua. Insidensinya hanya 5% jauh lebih kecil dari insidensi karsinoma sel basal.
Umumnya sering muncul dari batas kelopak mata (gabungan kulit dengan
mukosa) pada pasien yang tua. Dapat mengenai kelopak mata atas dan bawah. 2
Gejala klinis dapat muncul dalam 2 bentuk yaitu sebuah luka dengan batas tinggi
dan keras yang paling sering. Kedua adalah bentuk seperti jamur atau polip
verukosa tanpa ada luka, tetapi jarang muncul.
Karsinoma kelenjar sebasea adalah karsinoma yang tumbuh dari kelenjar
meibom pada kelopak mata. Etiologinya adalah idiopatik. Jarang muncul pada
anak-anak, dengan frekuensi tertinggi muncul pada orang dengan umur 60-79
tahun. Karsinoma kelenjar sebasea bisa menunjukkan gambaran klinis
berspektrum luas. Biasanya, berbentuk nodul yang kecil, keras seperti khalazion.
Sering terlihat seperti khalazion yang tidak khas atau berulang, menunjukkan
konsistensi yang kenyal. Pada penatalaksanaan karsinoma sel sebasea dilakukan
terapi bedah. Pengobatan bertujuan untuk mengangkat lesi yang ganas untuk
mencegah penyebaran local ataupun sistemik. Pengobatan dari karsinoma kelenjar
sebasea adalah operasi eksisi yang adekuat, dengan batasan operasi yang luas
dengan control potongan beku segar untuk menggambarkan pinggiran tumor.
Evaluasi nodul limfatik diperlukan untuk menilai metastase.6,
Melanoma adalah tumor palpebra berpigmen yang jarang yang harus
dibedakan dari Nevi dan karsinoma sel basal. Ciri khas dari melanoma maligna
adalah pigmentasi variabel (yaitu sebuah lesi dengan tingkat warna coklat, merah,
putih, biru atau hitam gelap) batas tidak tegas, ulserasi dan perdarahan.
Penatalaksanaan pada melanoma adalah terapi bedah untuk alasan kosmetik atau
kecurigaan keganasan pada lesi jinak berpigmen. Sedangkan terapi laser dapat
digunakan untuk lesi berpigmen kelopak mata tertentu.
Sarkoma Kaposi merupakan salah satu manifestasi yang sering dijumpai
pada penderita AIDS (24%) dan 20% dari sarkoma dapat mengenai mata, yaitu
palpebra atas/bawah menyerupai hordeolum atau hemangioma dan pada
konjuntiva forniks, dan bulbi bagian inferior. Gejala klinis sarkoma kaposi pada
mata biasanya asimptomatik, kadang-kadang disertai iritasi ringan. Tumor
sarkoma Kaposi berwarna kemerah-merahan, padat, dengan gambaran proliferasi
vaskuler, sel-sel spindle dan serat-serat retikulin, diduga berasal dari endotel.
Tidak ada pengobatan spesifik untuk sakoma kaposi, hanya bersifat paliatif.
Radioterapi memberikan respon yang baik pada 93-100% penderita dengan
sarkoma Kaposi.
DAFTAR PUSTAKA