Anda di halaman 1dari 4

FITRIA HERAWATI

27509216870

TUGAS 2
1. Surat Pemberitahuan atau yang biasa dikenal dengan istilah SPT adalah surat yang
digunakan wajib pajak untuk melaporkan penghitungan pajak, penghasilan, harta, objek
pajak, atau kewajiban lainnya yang disebutkan dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan. Di dalam SPT sendiri memuat informasi tentang jumlah pajak terutang serta
pelunasan pajak yang telah dilakukan dalam periode tertentu. Segala informasi yang
dituliskan dalam SPT harus benar, lengkap dan jelas. Ketentuan mengenai SPT diatur
dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan.

2. Jenis Surat Pemberitahuan:


1) SPT Masa yaitu Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak, terdiri dari :
 SPT Masa PPh Pasal 21/26
 SPT Masa PPh Pasal 22
 SPT Masa PPh Pasal 23/26
 SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2
 SPT Masa PPh Pasal 15
 SPT Masa PPh Pasal 25
 SPT Masa PPN
2) SPT Tahunan yaitu Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun
Pajak, terdiri dari :
 SPT Tahunan PPh Badan
 SPT Tahunan PPh Orang Pribadi

3. Fungsi Surat Pemberitahuan meliputi:


1) Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah:
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:
 Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan/atau melalui
pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian
Tahun Pajak.
 Penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek pajak.
 Harta dan kewajiban.
 Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan
pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu) Masa Pajak sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2) Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) Bagi Pengusaha Kena Pajak adalah:
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang sebenarnya
terutang dan untuk melaporkan tentang:
 Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran.
 Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh Pengusaha
Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa Pajak, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
3) Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) Bagi pemotong atau pemungut pajak adalah:
Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong
atau dipungut dan disetorkannya ke Kantor Pelayanan Pajak dimana Wajib Pajak
tersebut terdaftar.
4) Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT) Bagi Petugas Pajak adalah:
Bagi petugas pajak, SPT memiliki fungsi sebagai suatu sarana untuk menguji
kepatuhan wajib pajak. Hal ini ditujukan dalam rangka melaksanakan serta
menjalankan fungsi pengawasan.

4. Ketentuan tentang pengisian SPT adalah SPT wajib diisi secara benar, lengkap, jelas dan
harus ditandatangani. Dalam hal SPT diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan WP,
harus dilampiri surat kuasa khusus. Untuk Wajib Pajak Badan, SPT harus ditandatangani
oleh pengurus/direksi.

5. Batas waktu Surat Pemberitahuan:


SPT Masa:
 PPh Pasal 21: batas waktu penyetoran/pembayaran adalah tanggal 10 bulan takwim
berikutnya. Batas waktu penyampaian SPT terakhir adalah tanggal 20 bulan takwim
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
 PPh Pasal 22 – Bendaharawan: batas waktu penyetoran/pembayaran adalah pada hari
yang sama dengan pembayaran atas penyerahan barang yang dibiayai dari belanja
Negara, dengan SSP yang diisi oleh dan atas nama rekanan serta ditandatangani oleh
Bendaharawan. Batas waktu penyampaian SPT terakhir adalah 14 hari setalah akhir
Masa Pajak.
 PPh Pasal 22 – Bea Cukai: batas waktu penyetoran/pembayaran adalah harus disetor
dalam jangka waktu sehari setelah pemungutan dilakukan. Batas waktu penyampaian
SPT terakhir adalah 7 hari setelah pembayaran.
 PPh pasal 22 – yang dipungut Pertamina: batas waktu penyetoran/pembayaran adalah
harus dilunasi sendiri oleh Wajib Pajak sebelum penebusan Delivery Order (DO). Batas
waktu penyampaian SPT terakhir adalah tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah
Masa Pajak berakhir.
 PPh Pasal 22 – Badan tertentu: batas waktu penyetoran/pembayaran adalah paling
lambat tanggal 10 bulan takwim berikutnya. Batas waktu penyampaian SPT terakhir
adalah tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
 PPh Pasal 23/26: batas waktu penyetoran/pembayaran adalah tanggal 10 bulan takwim
beikutnya. Batas waktu penyampaian SPT terakhir adalah tanggal 20 bulan takwim
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
 PPh Pasal 25: batas waktu penyetoran/pembayaran adalah tanggal 15 bulan takwim
berikutnya. Batas waktu penyampaian SPT terakhir adalah tanggal 20 bulan takwim
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
 PPN/PPn BM #PKP / Pemungutan PPN selain bendaharawan: batas waktu
penyetoran/pembayaran adalah tanggal 15 bulan takwim berikutnya. Batas waktu
penyampaian SPT terakhir adalah tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.
 PPN/PPn BM – Bendaharawan: batas waktu penyetoran/pembayaran adalah selambat-
lambatnya tanggal 7 bulan takwim berikutnya. Batas waktu penyampaian SPT terakhir
adalah 14 hari setelah akhir Masa Pajak.
 PPN/PPn BM – Yang dipungut Bea Cukai: batas waktu penyetoran/pembayaran
adalah harus disetor dalam jangka waktu sehari setelah pemungut dilakukan. Batas
waktu penyampaian SPT terakhir adalah 7 hari setelah pembayaran.
SPT Tahunan:
 SPT PPh Tahunan yang menyampaikan SPT adalah Wajib Pajak yang mempunyai
NPWP. Batas waktu pembayaran adalah tanggal 25 bulan ketiga setelah tahun pajak
sebelum SPT disampaikan. Batas waktu penyampaian SPT terakhir adalah Tanggal 31
bulan ketiga setelah Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.
 SPT PPh Pasal 21 Tahunan yang menyampaikan SPT pemotong PPh Pasal 21. Batas
waktu pembayaran adalah Tanggal 25 Maret Tahun Takwim berikutnya sebelum SPT
disampaikan. Batas waktu penyampaian SPT terakhir adalah Tanggal 31 bulan ketiga
setelah tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

6. Sanksi keterlambatan Surat Pemberitahuan:


Berdasarkan ketentuan UU No 28/2007 perubahan ketiga atas UU No 6/1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, maka ditetapkan bahwa sanksi yang
terlambat atau tidak melaporkan SPT Tahunan Pajak Penghasilannya adalah sebagai
berikut:
 Seorang wajib pajak yang terlambat atau tidak melaporkan SPT Tahunan PPh 21 akan
dikenakan denda sebesar Rp100.000
 Bila wajib pajak Badan/Perusahaan terlambat atau tidak melaporkan SPT Tahunan PPh
22 akan dikenakan denda sebesar Rp1.000.000
 Sanksi administrasi untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai sebesar
Rp500.000
 Denda untuk Surat Pemberitahuan Masa Lainnya sebesar Rp100.000.

7. Pengecualian pengenaan sanksi administrasi berupa denda keterlambatan menyampaikan


Surat Pemberitahuan diberikan kepada: (Pasal 7 ayat (2) UU KUP No. 28 Tahun 2007)
 Wajib pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia
 Wajib pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas
 Wajib pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga Negara asing yang tidak
tinggal lagi di Indonesia
 Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia
 Wajib pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum dibubarkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
 Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi
 Wajib pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan; atau
 Wajib pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Wajib Pajak lain (ditetapkan dengan keputusan Dirjen Pajak) adalah wajib pajak yang
tidak dapat menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan karena keadaan, antara lain: (Pasal 17 ayat (3) PMK-242/PMK.03/2014)
- Kerusuhan massal
- Kebakaran
- Ledakan bom atau aksi terorisme
- Perang antar suku; atau
- Kegagalan system computer administrasi penerimaan Negara atau perpajakan; atau
- Keadaan lain berdasarkan pertimbangan Direktur Jendral Pajak
8. Menurut UU No. 6 Tahun 1983 Pasal 8 ayat 1. Iya, Wajib Pajak dapat membetulkan
sendiri Surat Pemberitahuan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, sepanjang
Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan pemeriksaan.

Anda mungkin juga menyukai