Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Ns. Aulia Insani Latif, S.Kep., M.Kep.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN


PERSEPSI SENSORI HALUSINASI

DISUSUN OLEH:

AKPER II A

KELOMPOK IV

1. SYAMSUL (219044)

2. HELEN MANGALLA EMBATAU (219013)

3. HIKMAHWATI RAHMAN (219014)

4. INDAH PERMATA ASRI (219015)

5. INDRI ANGGRIANI (219016)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN PELAMONIA
MAKASSAR 2021
KATA  PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas


limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Persepsi
Sensori Halusinasi” dapat terselesaikan. Penyusun berterima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing Ns. Aulia Insani Latif,
S.Kep.,M.Kep. karena telah membimbing penyusun dalam mengerjakan
makalah ini sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
penulis.

Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak


yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan
penyusun. Tidak sedikit kesulitan yang penyusun hadapi baik dari segi
waktu maupun tenaga, tetapi penyusun menyadari juga bahwa setiap
ikhtiar yang baik harus diiringi dengan doa yang tulus sehingga kesulitan
dapat teratasi. Kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini tetap penyusun harapkan.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang setimpal atas
segala keikhlasan hati dan bantuan dari semua pihak  yang telah
diberikan kepada penulis, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Makassar,  Maret 2021

                                Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA  PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................................4
A. Konsep Dasar Halusinasi.....................................................................4
1. Pengertian Halusinasi........................................................................4
2. Proses Terjadi Halusinasi..................................................................5
3. Tahapan Terjadi Halusinasi...............................................................6
4. Jenis Halusinasi.................................................................................8
5. Tanda Dan Gejala Halusinasi..........................................................10
B. Proses Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Persepsi Sensori Halusinasi...................................................................11

1. Pengkajian.......................................................................................11
2. Merumuskan Masalah.....................................................................12
3. Strategi Pelaksanaan......................................................................13
4. Implementasi...................................................................................14
5. Evaluasi...........................................................................................15
BAB III PENUTUP.....................................................................................16
A. Kesimpulan.........................................................................................16
B. Saran..................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kecemasan merupakan salah satu hal yang sering dikeluhkan oleh
pasien yang tidak menjalani hemodialisis maupun pasien yang
menjalani hemodialisis. Rasa cemas yang dialami pasien bisa timbul
karena masa penderitaan yang sangat panjang (seumur hidup). Sering
terdapat bayangan tentang berbagai macam pikiran yang menakutkan
terhadap proses penderitaan yang akan terjadi padanya, walaupun hal
yang dibayangkan belum tentu terjadi. Situasi ini menimbulkan
perubahan drastis, bukan hanya fisik tetapi juga psikologis (Jangkup &
Elim, 2015).
Ansietas merupakan perasaan kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar dan berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya
(Stuart, 2005). Beberapa tanda fisik yang muncul adalah palpitasi
jantung, nyeri dada, sesak napas. Stuart (2005) menyebutkan bahwa
stresor pencetus dari ansietas adalah ancaman terhadap integritas fisik
seperti disabilitas fisiologis yang terjadi atau penurunan kemampuan
untuk melakukan aktivitas sehari – hari. Hal ini tentunya berkaitan
dengan munculnya gejala atau tanda klinis dari pasien gagal jantung
kongestif yang sering mengalami hambatan dalam beraktivitas dan
merasakan gejala fisik yang memicu munculnya ansietas (Khaerunnisa
& Putri, 2016).
Rasa khawatir, gelisah, waswas, tidak tentram merupakan gejala
umum akibat ansietas. Namun sebatas mana situasi jiwa berupa
ansietas itu dapat ditoleransi oleh seorang individu sebagai kesatuan
utuh.Karena sering kali ansietas menimbulkan keluahan fisik berupa
berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan gangguan fungsi
seksual dan beragam lainnya. Globalisasi telah membuat perubahan
diberbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Persaingan

1
kelompok dan individu semakin ketat, dampak dari perubahan tersebut
merupakan salah satu stressor bagi individu, apabila seseorang tidak
bisa bertahan dengan perubahan yang terjadi. Hal tersebut akan
dirasakan sebagai stressor yang berkepanjangan, koping individu yang
tidak efektif menjadikan seseorang mengalami gangguan secara
psikologis. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO), bahwa 10%
dari populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan
dari hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang
melaporkan bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah
kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang merupakan angka tertinggi
dibanding prosentase penyakit lain (Depkes RI, 2012).
Data 0,48% populasi mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis.
Gangguan ansietas lebih sering di alami oleh wanita individu berusia
kurang dari 45 tahun, bercerai atau berpisah, dan individu yang berasal
dari status sosial ekonomi rendah (Depkes RI, 2012).
Terlihat jelas bahwa ansietas ini mempunyai dampak terhadap
kehidupan seseorang,baik dampak positif maupun dampak negatif.
Apalagi bila ansietas ini dialami oleh klien di rumah sakit. Berbagai
situasi dan kondisi akan membuatnya semakin cemas. Oleh karenanya
perawat sebagai tenaga kesehatan professional tidak boleh
mengabaikan aspek emosi ini dalam memberikas asuhan keperawatan
(Erita, Hununwidiastuti, & Leniwita, 2019).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian halusinasi?
2. Bagaimana proses terjadi halusinasi?
3. Bagaimana tahapan terjadinya halusinasi?
4. Apa saja jenis halusinasi?
5. Bagaimana tanda dan gejala halusinasi?
6. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi?

2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian halusinasi.
2. Untuk mengetahui proses terjadinya halusinasi.
3. Untuk mengetahui tahapan terjadinya halusinasi.
4. Untuk mengetahui jenis halusinasi.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala halusinasi.
6. Untuk mengetahui proses asuhan keperawatan pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Halusinasi
1. Pengertian Halusinasi
Menurut Nurhalimah (2016) mendefinisikan halusinasi sebagai
suatu tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal Halusinasi merupakan gangguan persepsi
dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi.
Menurut Nurarif & Kusuma, (2015) Halusinasi adalah suatu
gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai dengan perubahan
sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan. Pasien seakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada.
Menurut Heather, (2015) perasaan tidak nyaman atau
kekhawatiran yang samar disertai respon autonomy (sumber sering
kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut
yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya
bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman.
Menurut Nanda 2015 ansiestas merupakan bentuk respon
terhadap stimulus tertentu yang tidak diinginkan oleh siapapun yang
dapat terjadi dimanapun dan kapanpun karena dalam hal ini
ansiestas tidak mengenal jenis kelamin, suku atau ras dan batas
usiabegitu juga menurut Nursalam (2012) cemas merupakan emosi
dan pengalaman subjektif individu yang sulit untuk diobservasi
secara langsung akan tetapi dapat diidentifikasi ansiestas ini melalu
perubahan tingkah laku. Ansiestas yang dialami akan menentukan
bagaimana mekanisme koping seseorang dalam mengatasi masalah
tersebut baik mekanisme koping adaptif atau maladaptif, individu

4
yang memiliki mekanisme koping adaptif akan lebih efektif untuk
mengurangi atau meredam ansiestas sebaliknya jika individu
menggunakan mekanisme koping maladaptif bisa memperburuk
keadaan atau individu tersebut mempunyai potensi untuk terjadinya
sakit. (Lau, Agustina, & Setiawan, 2019)
Menurut Stuard & Laraia (2013) yang mendefinisikan halusinasi
ada lima jenis halusinasi yaitu pendengaran, penglihatan, penghindu,
pengecapan, dan perabaan. Halusinasi pendengaran merupakan
jenis halusinasi yang paling banyak di temukan. Halusinasi jenis ini
terjdi pada 70% pasien, kemudian halusiansi penglihatan 20%, dan
sisanya 10% adalah halusinasi penghindu, pengecapan dan
perabaan. Pasien halusinasi merasakan andanya stimulus yang
sebetulnya tidak ada. Perilaku yang teramati dari pasien yang
sedang mengalami halusiansi pendengaran adalah pasien 136
mengatakan mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus suara
atau tidak ada orang lain di sekeliling pasien yang sedang di ajak
bicara. Sedangkan pada halusinasi penglihatan pasien mengatakan
melihat orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada
apapu di sekitar pasien. Pada halusinasi penghindu pasien
mangatakan membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak
merasakan sensasi serupa. Sedangkan pada halusinasi
pengecapan, pasien mengatakan makan atau minum sesuatu yang
menjijikan. Pada halusinasi perabaan pasien merasakan adanya
binatang atau sesuatu yang merayap di tubuhnya atau di permukaan
kulit. (Erita, Hununwidiastuti, & Leniwita, 2019)

2. Proses Terjadi Halusinasi


Proses terjadinya halusinasi dijelaskan dengan menggunakan
konsep stress adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor
predisposisi dan presipitasi. (Nurhalimah, 2016)
a. Faktor Predisposisi

5
Faktor predisposisi halusinasi terdiri dari :
a. Faktor Biologis
Adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa (herediter), riwayat penyakit atau trauma kepala, dan
riwayat penggunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain
(NAPZA).
b. Faktor Psikologis
Memiliki riwayat kegagalan yang berulang. Menjadi korban,
pelaku maupun saksi dari perilaku kekerasan serta kurangnya
kasih sayang dari orang-orang disekitar atau overprotektif.
c. Sosial budaya dan lingkungan
Sebagian besar pasien halusinasi berasal dari keluarga
dengan sosial ekonomi rendah, selain itu pasien memiliki
riwayat penolakan dari lingkungan pada usia perkembangan
anak, pasien halusinasi seringkali memiliki tingkat pendidikan
yang rendah serta pernahmmengalami kegagalan dalam
hubungan sosial (perceraian, hidup sendiri), serta tidak
bekerja.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi pasien gangguan persepsi sensori
halusinasi ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit
kronis atau kelainan struktur otak, adanya riwayat kekerasan
dalam keluarga, atau adanya kegagalan-kegagalan dalam hidup,
kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dikeluarga atau
masyarakat yang sering tidak sesuai dengan pasien serta konflik
antar masyarakat.

3. Tahapan Terjadi Halusinasi


Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai
berikut : (Nurhalimah, 2016)

6
a. Tahap I : Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien
sedang. Pada tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan.
Karakteristik : Karakteristik tahap ini ditandai dengan adanya
perasaan bersalah dalam diri pasien dan timbul perasaan takut.
Pada tahap ini pasien mencoba menenangkan pikiran untuk
mengurangi ansietas. Individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori
yang dialaminya dapat dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang Teramati:
1) Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
2) Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3) Respon verbal yang lambat
4) Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
b. Tahap II : Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami
ansietas tingkat berat dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk
pasien.
Karakteristik : Pengalaman sensori yang dialmi pasien bersifat
menjijikkan dan menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi
mulai merasa kehilangan kendali, pasien berusaha untuk
menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, pasien merasa
malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain
(non psikotik).
Perilaku yang teramati :
1) Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang menunjukkan
timbulnya ansietas seperti peningkatan nadi, TD dan pernafasan.
2) Kemampuan kosentrasi menyempit.
3) Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita.
c. Tahap III : Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku
pasien, pasien berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman
sensori menjadi menguasai pasien.

7
Karakteristik : Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah
untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi
menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu
mungkin mengalami kesepian jika pengalaman tersebut berakhir
(Psikotik).
Perilaku yang teramati:
1) Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya dari pada menolak.
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
3) Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik
dari ansietas berat seperti : berkeringat, tremor, ketidakmampuan
mengikuti petunjuk.
d. Tahap IV : Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan
tingkat ansietas berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi
menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak
mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam
beberapa jam atau hari apabila tidak diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati :
1) Perilaku menyerang- teror seperti panik.
2) Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang
lain.
3) Amuk, agitasi dan menarik diri.
4) Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
5) Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

4. Jenis Halusinasi
Menurut Nurarif & Kusuma, (2015) jenis halusinasi :
a. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.
Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata

8
yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada
percakapan lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi.
Pikiran yang terdengar dimana klien mendengar perkataan bahwa
klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang dapat
membahayakan.
b. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris,
gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan
biasa yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat
monster. Kejadian tersebut mengakibatkan ketakutan dan selalu
menunjuk-nunjuk kearah tertentu.
c. Penghidung
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses
umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.
d. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin, atau feses
sehingga sering meludah dan muntah.
e. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas.
Rasa tersetrum listrik yang dating dari tanah, benda mati atau
orang lain, dan merasa ada serangga dipermukaan kulit.

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subyektif


Halunasi 1. Bicara atau tertawa 1. Mendengar suara-
Pendengaran sendiri. suara atau
2. Marah-marah kegaduhan.
tanpa sebab. 2. Mendengar suara
3. Menyedengkan yang mengajak
telinga kearah bercakap-cakap.
tertentu. 3. Mendengar suara
4. Menutup telinga. menyuruh
melakukan
sesuatu yang

9
berbahaya.
Halusinasi 1. Menunjuk-nunjuk 1. Melihat bayangan,
Penglihatan ke arah Tertentu. sinar, bentuk
2. Ketakutan pada geometris, bentuk
sesuatu yang tidak kartoon, melihat
jelas. hantu atau
monster.
Halusinasi Penghidu 1. Mengisap-isap 1. Membaui bau-
seperti sedang bauan seperti bau
membaui bau- darah, urin, feses,
bauan tertentu. kadang-kadang
2. Menutup hidung. bau itu
menyenangkan.
Halusinasi 1. Sering meludah 1. Merasakan rasa
Pengecapan 2. Muntah seperti darah, urin
atau feses
Halusinasi Perabaan 1. Menggaruk-garuk 1. Mengatakan ada
permukaan kulit serangga di
permukaan kulit.
2. Merasa seperti
tersengat listrik
(Nurhalimah, 2016)

5. Tanda Dan Gejala Halusinasi


Menurut Nurhalimah, (2016) Tanda dan gejala halusinasi dinilai
dari hasil observasi terhadap pasien serta ungkapan pasien. Adapun
tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Data Subyektif: Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun,
melihat hantu atau monster.
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-
kadang bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses.
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya.
b. Data Obyektif

10
1) Bicara atau tertawa sendiri.
2) Marah-marah tanpa sebab.
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu.
4) Menutup telinga.
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan
tertentu.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah.
10) Muntah.
11) Menggaruk-garuk permukaan kulit

B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Persepsi


Sensori Halusinasi

1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal didalam pelaksanaan
asuhan keperawatan. Pengkajian dilakukan dengan cara wawancara
dan observasi pada pasien dan keluarga (Nurhalimah, Keperawatan
Jiwa Kompherensif, 2016).
Menurut Nurhalimah (2016) tanda dan gejala gangguan sensori
persepsi halusinasi dapat ditemukan dengan wawancara, melalui
pertanyaan sebagai berikut:
a. Dari pengamatan saya sejak tadi, bapak/ibu tampakseperti
bercakap-cakap sendiri apa yang sedang bapak/ibu dengar/lihat?
b. Apakah bapak/ibu melihat bayangan-bayangan yang
menakutkan?
c. Apakah ibu/bapak mencium bau tertentu yang menjijikkan?
d. Apakah ibu/bapak meraskan sesuatu yang menjalar ditubuhnya?
e. Apakah ibu/bapak merasakan sesuatu yang menjijikkan dan tidak
mengenakkan?

11
f. Seberapa sering bapak//ibu mendengar suara-suara atau melihat
bayangan tersebut?.
g. Kapan bapak/ ibu mendengar suara atau melihat bayang-bayang?
h. Pada situasi apa bapak/ibu mendengar suara atau melihat
bayang-bayang?
i. Bagaimana perasaaan bapak/ibu mendengar suara atau melihat
bayangan tersebut?
j. Apa yang sudah bapak/ibu lakukan, ketika mendengar suara dan
melihat bayangan tersebut?

Menurut Nurhalimah (2016) tanda dan gejala halusinasi yang


dapat ditemukan melalui observasi sebagai berikut:
a. Pasien tampak bicara atau tertawa sendiri.
b. Marah-marah tanpa sebab .
c. Memiringkan atau mengarahkan telinga ke arah tertentu atau
menutup telinga.
d. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
e. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
f. Menghidu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu.
g. Menutup hidung.
h. Sering meludah.
i. Muntah.
j. Menggaruk permukaan kulit.

2. Merumuskan Masalah
Menurut Nurhalimah (2018) contoh analisa aata dan rumusan
masalah :

MASALAH
NO DATA
KEPERAWATAN
1. Data Objektif : Halusinasi

12
a. Bicara atau tertawa sendiri
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Mengarahkan telinga ke posisi
tertentu
d. Menutup telinga

Data Subjektif :
a. Mendengar suara-suara atau
kegaduhan
b. Mendengar suara yang
mengajak bercakap-cakap
c. Mendengar suara menyeluruh
Berdasarkan hasil pengkajian pasien menunjukkan tanda dan gejala
gangguan sensori persepsi: halusinasi, maka diagnosis keperawatan
yang ditegakkan adalah:
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

3. Strategi Pelaksanaan
Menurut Azizah, (2011) SP halusinasi :
Diagnosa
Pasien Keluarga
Keperawatan
Halusinasi SP 1 SP 1
a. Mengenal halusinasi: a. Mengidentifikasi masalah
1) Isi. keluarga dalam merawat
2) Frekuensi. pasien.
3) Waktu terjadinya. b. Menjelaskan proses
4) Situasi pencetus. terjadinya halusinasi.
5) Perasaan saat terjadi c. Menjelaskan cara
halusinasi. merawat pasien.
b. Latih mengeontrol d. Bermain peran cara
halusinasi dengan cara: merawat.
1) Menghardik e. RTL keluarga/jadwak
c. Memasukkan dalam jadwal keluarga untuk merawat
kegiatan pasien. pasien.

13
SP 2 SP 2
a. Evaluasi kegiatan yang a. Evaluasi kemampuan
lalu (SP1) keluarga (SP 1)
b. Melatih berbicara yang b. Latih keluarga merawat
orang lain saat halusinasi pasien.
muncul. c. RTL keluarga/jadwal
c. Masukkan jadwal. keluarga untuk merawat
pasien.

SP 3 SP 3
a. Evaluasi kegiatan yang a. Evaluasi kemampuan
lalu. (SP 1&2) keluarga. (SP 2)
b. Melatih kegiatan agar b. Latih keluarga merawat
halusinasi tidak muncul. pasien.
c. Masukkan jadwal. c. RTL keluarga/jadwal
keluarga untuk merawat
pasien.

SP 4 SP 4
a. Evaluasi jadwal pasien a. Evaluasi kemampuan
yang lalu (SP 1, 2, 3) keluarga.
b. Menanyakan pengobatan b. Evaluasi kemampuan
sebelumnya. pasien.
c. Menjelaskan tentang c. RTL keluarga:
pengobatan. (5 benar) 1) Follow up
d. Melatih pasien minum 2) Rujukan
obat.
e. Memasukkan jadwal.

4. Implementasi
Menurut Tarwoto & Wartonah, (2015) Implementasi
merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri
(independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada
kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk
atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi
adalah tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama, seperti
dokter dan petugas kesehatan lain.

14
5. Evaluasi
Menurut Tarwoto & Wartonah, (2015) Evalusi merupakan
tahap akhir dalam proses keperawatan untuk dapat menentukan
keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya
adalah membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengan
tujuan atau kriteria hasil yang telah diterapkan.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang
ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau penghiduan.
Pasien seakan stimulus yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi ada lima jenis halusinasi yaitu pendengaran,
penglihatan, penghindu, pengecapan, dan perabaan. Halusinasi
pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak di
temukan. Halusinasi jenis ini terjdi pada 70% pasien, kemudian
halusiansi penglihatan 20%, dan sisanya 10% adalah halusinasi
penghindu, pengecapan dan perabaan. Pasien halusinasi merasakan
andanya stimulus yang sebetulnya tidak ada. Perilaku yang teramati
dari pasien yang sedang mengalami halusiansi pendengaran adalah
pasien mengatakan mendengarkan suara padahal tidak ada stimulus
suara atau tidak ada orang lain di sekeliling pasien yang sedang di ajak
bicara. Sedangkan pada halusinasi penglihatan pasien mengatakan
melihat orang atau sesuatu yang menakutkan padahal tidak ada
apapun di sekitar pasien. Pada halusinasi penghindu pasien
mangatakan membaui bau-bauan tertentu padahal orang lain tidak
merasakan sensasi serupa. Sedangkan pada halusinasi pengecapan,
pasien mengatakan makan atau minum sesuatu yang menjijikan. Pada
halusinasi perabaan pasien merasakan adanya binatang atau sesuatu
yang merayap di tubuhnya atau di permukaan kulit.

B. Saran
Dengan adanya penulisan ini diharapkan bagi pembaca khususnya
mahasiwa Institusi Ilmu Kesehatan Pelamonia lebih mengetahui lagi
manfaat dan nilai-nilai yang terkandung dalam makalah ini dan dapat
mengetahui lebih dalam tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien

16
Dengan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi dan penerapananya
dalam keperawatan sehingga dapat meningkatkan motivasi yang positif
untuk terus belajar dengan giat agar dapat meneruskan dan
mengembangakan ilmu-ilmu dari para ilmuan terlebih dahulu kepada
generasi berikutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Depkes RI. (2012). Kesehatan Jiwa Secara Global Departemen


Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: depkes.go.id.

Erita, Hununwidiastuti, S., & Leniwita, H. (2019). BUKU MATERI


PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA. Jakarta: Universitas
Kristen Indonesia.

Heather, A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta:
Medication Publishing.

Jangkup, J., & Elim, C. (2015). Tingkat Kecemasan Pada Pasien Penyakit
Ginjal Kronik (PGK) Yang Menjalani Hemodialisis di Bulu RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic, Vol. IV No.3.

Khaerunnisa, T., & Putri, Y. S. (2016). Penerapan Asuhan Keperawatan


Ansietas Pada Pasien Gagal Jantung Kongestif. Jurnal
Keperawatan Jiwa.

Lau, D. K., Agustina, V., & Setiawan, H. (2019). Gambaran Tingkat


Ansietas dan Mekanisme Koping Pada Mahasiswa Keperawatan
Dalam Menghadapi Ujian Praktek Laboratorium. Jurnal
Keperawatan Jiwa.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda NIC-NOC. Jogjakarta:
Mediaction Jogja.

Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa Kompherensif. Jakarta Selatan:


Pusdik SDM Kesehatan.

18
Nurhalimah. (2018). Modul Ajar Konsep Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Asosiasi Institusi Pendidikan Vokasi Keperawatan Indonesia.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dalam Proses


Keperawatan. Jakarta Selatan: Salemba Medika.

19

Anda mungkin juga menyukai