Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan memegang peranan dalam penanggulangan pasien dengan kondisi gawat darurat. Perawat merupakan tenaga kesehatan yang pertama kali berhadapan dengan pasien sangat menentukan keberhasilan dalam penanganan pasien selanjutnya (Depkes, 2006). Pasien sebagai pengguna jasa pelayanan keperawatan mempunyai keinginan dan harapan akan pelayanan yang bermutu. Upaya untuk memenuhi keinginan dan harapan akan pelayanan kesehatan yang lebih baik, tenaga keperawatan mempunyai peranan penting dengan menunjukkan kinerja yang baik sebagai wujud dari kualitas pelayanan (Nursalam, 2011). [ CITATION Mar13 \l 1033 ]
Kualitas atau mutu pelayanan kesehatan merupakan hal yang
harus menjadi perhatian rumah sakit. Wijono menyatakan bahwa mutu pelayanan yaitu pemberian pelayanan prima kepada masyarakat merupakan perwujudan kewajiban sebagai abdi Negara. Jadi pada dasarnya mutu pelayanan kesehatan merupakan hasil interaksi akhir dari tindakan tenaga kesehatan profesional terhadap pasien berdasarkan interaksi dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen atau unsur organisasi pelayanan kesehatan sebagai suatu sistem. Persepsi akan berpengaruh pada perilaku konsumen yang akhirnya berperngaruh pada keputusan membeli. Persepsi yang positif akan mendorong pasien untuk mempercayakan kesehatannya pada rumah sakit. Presepsi pasien terhadap mutu pelayanan akan menentukan perilaku pasien di dalam keputusan membeli produk jasa layanan kesehatan.[ CITATION Sta15 \l 1033 ] Kegawatdaruratan merupakan layanan keperawatan yang komperhensif diberikan pada pasien dengan injuri akut atau mengancam kehidupan. kegawatdaruratan dapat terjadi pada daerah yang sulit dijangkau petugas kesehatan, maka pada kondisi tersebut peran serta masyarakat untuk membantu korban sebelum ditemukan oleh petugas kesehatan menjadi sangat penting. (Sudiharto & Sartono, 2011)[ CITATION Mar18 \l 1033 ]
Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama
kontak dengan pasien, sehingga di harapkan perawat harus mampu membela hak-hak pasien. Perawat bertanggung jawab meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan kepada upaya pelayanan kesehatan utama sesuai wewenang, tanggung jawab dan etika profesi keperawatan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat dituntut untuk lebih profesional agar kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan semakin meningkat. Perawat dituntut memberikan pelayanan yang cepat, tepat, dan cermat dengan tujuan mendapatkan kesembuhan tanpa kecacatan. Oleh karena itu perawat perlu membekali dirinya dengan pengetahuan dan perlu meningkatkan keterampilan yang spesifik yang berhubungan dengan kasus-kasus kegawatdaruratan utamanya kasus kegawatan pernafasan dan kegawatan jantung. (Maryuani, 2009)[ CITATION Mar18 \l 1033 ]
B. Rumusan Masalah C. Tujuan BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mutu Pelayanan
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
(1994), mengemukakan mutu adalah suatu derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan Kesehatan yang sesuai standar profesi, sumberdaya yang tersedia di rumah sakit secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai norma, etika hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen.
Mutu adalah faktor keputusan mendasar dari pelanggan. Mutu
adalah penentu pelanggan, bukan ketetapan insinyur, pasar atau ketetapan manajemen. Ia berdasarkan pengalaman nyata pelanggan terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya, dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional Teknik atau subyektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam pasar yang kompetitif (Wijono, 2000).
Agar layanan dapat memuaskan kepada orang atau sekelompok
orang yang dilayani, maka si pelaku dalam hal ini petugas, harus dapat memenuhi 4 persyaratan pokok, yaitu: (Moenir, 2006)
1. Tingkah laku yang sopan
2. Cara menyampaikan sesuatu yang berkaitan dengan apa yang
seharusnya diterima oleh yang bersangkutan
3. Waktu menyampaikan yang tepat
4. Keramatamahan.
Berbagai alasan mengapa perlu memperhatikan mutu pelayanan
kepada pelanggan adalah sebagai berikut (Usaid Indonesia, 2014)
1. Pelayanan yang bermutu adalah pelayanan yang professional
2. Pelayanan yang bermutu adalah hak pelanggan
3. Memberikan pelayanan yang bermutu berarti memberikan yang
terbaik bagi pelanggann
4. Pelayanan yang bermutu memberi peluang untuk memenangkan
persaingan
5. Pelayanan yang diberikan melibatkan berbagai pihak (lintas
fungsi)
6. Hidup mati organisasi bergantung pada pelanggan perlu
dipuaskan
Banyak anggapan yang keliru tentang mutu, mutu dianggap sebagai
suatu yang mewah dan wah, dikatakan bermutu jika mahal, mutu adalah suatu yang abstrak dan untuk meningkatkan mutu dalam suatu organisasi Kesehatan harus dilakukan pengorganisasian dahulu (Usaid Indonesia, 2014). [ CITATION IMA \l 1033 ]
B. Dimensi Mutu
Pelanggan baik eksternal maupun internal mempunyai keinginan-
keinginan ataupun harapan terhadap produk yang disediakan oleh rumah sakit/organisasi penyedia pelayanan Kesehatan. Mereka mempunyai persyaratan-persyaratan yang diharapkan dapat dipenuhi oleh rumah sakit/organisasi penyedia pelayanan Kesehatan terhadap produk pelayanan yang disediakan. Pelanggan eksternal sebagai pengguna jasa pelayanan mengharapkan apa yang diinginkan dapat dipuaskan (costumer statisfaction), sedangkan tenaga profesi mengajukan persyaratan agar pelayanan yang disediakan memenuhi standar profesi dan pihak manajemen menghendaki pelayanan yang efektif dan efisien. Jadi mutu dapat dipandang dari berbagai sudut pandang. Menurut Pohan (2007), barang atau jasa itu bersifat multidimensi, demikian juga dengan mutu layanan Kesehatan. Dimensi mutu pelayanan Kesehatan itu antara lain:
1. Dimensi kompetensi teknis, meliputi keterampilan, kemampuan
dan penampilan atau kinerja pemberi layanan Kesehatan. Dimensi ini berhubungan dengan bagaimana layanan Kesehatan mengikuti standar layanan Kesehatan yang telah disepakati, yang meliputi kepatuhan, ketepatan, kebenaran, dan konsistensi.
2. Dimensi keterjangkauan atau akses, artinya layanan Kesehatan
itu harus dapat dijangkau oleh masyarakat, tidak terhalang oleh keadaan geografis, ekonomi, sosial, organisasi dan Bahasa.
3. Dimensi efektifitas, artinya harus mampu mengobati atau
mengurangi keluhan yang ada, mencegah terjadinya penyakit sera berkembangnya dan atau meluasnya penyakit yang ada.
4. Dimensi efisiensi, layanan Kesehatan yang efisiendapat
melayani lebih banyak pasien dan atau masyarakat. Layanan Kesehatan yang tidak memenuhi standar layanan Kesehatan umumnya terbiaya mahal, kurang nyaman bagi pasien, memerlukan waktu lama, serta menimbulkan resiko yang lebih besar kepada pasien.
5. Dimensi kesinambungan, artinya pasien harus dapat dilayani
sesuai kebutuhannya, termasuk rujukan jika diperlukan tanpa mengulangi prosedur diagonosis dan terapi yang tidak perlu. 6. Dimensi keamanan, maksudnya layanan Kesehatan itu harus aman bagi pasien, bagi pemberi layanan, maupun bagi masyarakat sekitarnya.
7. Dimensi kenyamanan, hal ini mempengaruhi kepuasan pasien/
pelanggan sehingga mendorong pasien untuk beronbat Kembali ketempat tersebut.[ CITATION IMA \l 1033 ]
C. Strategi perbaikan mutu
1. Quality Assurance (Jaminan Mutu)
Secara singkat Quality Assurance berarti menjamin (mutu)
suatu produk sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat membelinya dengan penuh keyakinan dan mempergunakan untuk waktu yang lama dengan keyakinan dan kepuasan (Adikoesoemo, 2012). Jaminan mutu adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menetapkan melaksanakan dan memonitor pelaksanaan standar, dan rangkaian peningkatan kinerja melalui upaya perbaikan (proses) secara berkesinambungan sehingga pelayanan yang diberikan memenuhi bahkan melebihi harapan pelanggan dan dilakukan dengan efektif dan seaman mungkin.
Dalam upaya perbaikan mutu pelayanan Kesehatan yang
berkesinambungan, perlu diperhatikan empat kaidah jaminan mutu sebagai berikut:
a) Jaminan mutu berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan
harapan pasien dan masyarakat
b) Jaminan mutu berfokus pada system dan proses
c) Jaminan mutu menggunakan data untuk menganalisis
proses penyadiaan pelayanan d) Jaminan mutu mendorong pendekatan tim untuk memecahkan masalah dan memperbaiki mutu secara berkesinambungan (Usaid Indonesia, t.th) [ CITATION IMA \l 1033 ]
Kesehatan merupakan perkembangan dari Quality Assurance yang dimulai sejak tahun 1980-an. Continuous Quality Improvement (peningkatan mutu berkelanjutan) sering diartikan sama dengan Total Quality Management karena semuanya mengacu pada kepuasan pasien dan perbaikan mutu menyeluruh. Namun menurut Loughlin dan Kaluzny (1994, dalam Wijono 2000) bahwa ada perbedaan sedikit yaitu Total Quality Management dimaksudkan pada program industri sedangkan Continuous Quality Improvement mengacu pada klinis. Wijono (2000) mengatakan bahwa Continuous Quality Improvement itu merupakan upaya peningkatan mutu secara terus menerus yang dimotivasi oleh keinginan pasien. Tujuannya adalah untuk meningkatkan mutu yang tinggi dalam pelayanan keperawatan yang komprehensif dan baik, tidak hanya memenuhi harapan aturan yang ditetapkan standar yang berlaku.[ CITATION IMA \l 1033 ]
3. Total Quality Management (TQM)
Total Quality Management (manajemen kualitas
menyeluruh) adalah suatu cara meningkatkan performansi secara terus menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia dan berfokus pada kepuasan pasien dan perbaikan mutu menyeluruh. Stewart dan deming mengemukakan langka-langkah perrbaikan mutu sebagai siklus pemecahan masalah yang meliputi :Plan, Do, Check dan Action (PDCA) sebagai berikut (Usaid Indonesia, 2014):
a) Plan adalah Langkah perbaikan proses yang dapat dicapai
pada tiap organisasi. Perbaikan berfokus pada persyaratan yang diajukan oleh pelanggan maupun input dari rekanan pelanggan internal. Seluruh jajaran karyawan dalam organisasi harus mampu mengatasi masalah yang ada dalam system, oleh karena itu perlu Bersama-sama Menyusun rencana perbaikan.
b) Do adalah Ketika innisiatif untuk melakukan telah
direncanakan, maka inilah saatnya unuk melakukan uji coba dalam skala kecil, segala perubahan yang terjadi diamati, dicatat, dan dianalisis dengan alat-alat perbaikan mutu seperti flow chart, fishbone, pareto analisis trend, histogram, diagram pencar, diagram kendali dan sebagainya.
c) Check/Study adalah hasil uji coba dianalisis dan
didiskusikan Bersama, sehingga dapat dipahami keterkaitan antara masalah yang satu dengan yang lain dan dapat memberikan rekomendasi yang perlu dilakukan untuk perbaikan.
d) Act:berdasarkan hasil uji coba dapat diambil keputusan
untuk melakukan adopsi perubahan, melakukan penyesuaian, atau mengembangkan alternative lain untuk diuji coba lagi jika ternyata hasil uji coba tidak menunjukkan adanya perbaikan.[ CITATION IMA \l 1033 ]