Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada kasus
infertilitas. Tujuan analisis semen adalah untuk mengetahui kondisi sperma, hasilnya dapat
menentukan apakah sperma tersebut fertil atau infertil (Tandara et al., 2013). Perkiraan
kompetensi fungsional sperma dapat dievaluasi melalui analisis semen (Sheikh et al., 2008).
Empat kategori utama cacat sperma mengarah ke diagnosis infertilitas laki-laki adalah jumlah
sperma yang sedikit (oligozoospermia), masalah pada motilitas sperma (asthenozoospermia),
cacat morfologi sperma (teratozoospermia), dan tidak adanya sperma dalam semen
(azoospermia), yang mungkin terjadi karena kurangnya produksi atau obstruksi (Parrot,
2014).
Kurva temperatur basal (suhu tubuh baal) adalah suhu yang diperoleh dalam keadaan
istirahat dan harus diambil segera setelah bangun di pagi hari setelah setidaknya 6 jam tidur.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu
basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat
digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta
waktu yang sama selama 5 menit.
Lendir serviks adalah lendir yang keluar dari leher rahim, dipicu oleh hormon
estrogen. Produksi lendir serviks umumnya meningkat pada masa subur. Mencermati lendir
serviks dapat menolong menentukan kapan waktu yang tepat untuk berhubungan seksual dan
membantu meningkatkan peluang kehamilan.
Lendir serviks pada wanita berfungsi untuk mencegah masuknya benda asing ke
dalam rahim. Selain itu, lendir serviks juga membantu pergerakan sperma yang masuk ke
rahim.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan dari lendir serviks
menggunakan alat swab khusus, lalu kemudian diperiksa lebih lanjut komponen
penyusunnya secara mikroskopik di laboratorium.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Yang Diketahui Pemeriksaan Semen


2. Apa Yang Diketahui Kurva Temperatur Basal
3. Apa Yang Diketahui Tentang Lendir Cervix
4. Apa Yang Diketahui Fern Test dan Uji Pasca Coitus
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui Pemeriksaan Semen
2. Mengetahui Kurva Temperatur Basal
3. Mengetahui Tentang Lendir Cervix
4. Mengtahui Fern Test dan Uji Pasca Coitus

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Semen

Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada kasus
infertilitas. Tujuan analisis semen adalah untuk mengetahui kondisi sperma, hasilnya dapat
menentukan apakah sperma tersebut fertil atau infertil (Tandara et al., 2013). Perkiraan
kompetensi fungsional sperma dapat dievaluasi melalui analisis semen (Sheikh et al., 2008).
Empat kategori utama cacat sperma mengarah ke diagnosis infertilitas laki-laki adalah jumlah
sperma yang sedikit (oligozoospermia), masalah pada motilitas sperma (asthenozoospermia),
cacat morfologi sperma (teratozoospermia), dan tidak adanya sperma dalam semen
(azoospermia), yang mungkin terjadi karena kurangnya produksi atau obstruksi (Parrot,
2014).
Motilitas sperma adalah salah satu faktor yang berperan penting dalam penentuan
sperma normal (Singh dan Agarwal, 2011). Sperma yang normal memiliki lebih dari atau
sama dengan 25% motilitas yang progresif (A) atau lebih dari atau sama dengan 50%
motilitas yang progresif + motilitas non progresif (A+B) (Singh et al., 2010). Beberapa faktor
yang memengaruhi motilitas sperma adalah usia, berat badan, stres, konsumsi alkohol,
pekerjaan, radiasi gelombang elektromagnetik, dan infeksi. Infeksi organ reproduksi laki-laki
akan meningkatkan jumlah leukosit di cairan semen yang nantinya memengaruhi motilitas
sperma (Al-Haija, 2011; Henkel, 2011; Vignera et al., 2012; Carrel, 2013).

Pengukuran leukosit di cairan semen juga telah menjadi standar komponen analisis
semen, tetapi masalah sebenarnya masih belum diketahui apakah leukosit memengaruhi
kesuburan atau tidak. Penelitian yang dilakukan oleh Kaleli et al (2000) menemukan bahwa
leukosit semen pada jumlah antara 1 sampai 3 juta/mL bermanfaat untuk fungsi sperma
dengan memfagositosis sperma yang abnormal. Penelitian lain mendapatkan jika jumlah
leukosit lebih besar dari 1 juta/mL atau 5/LPB (leukositospermia) akan menimbulkan efek
yang merugikan terutama bagi motilitas sperma (Sabanegh et al., 2011; Agarwal et al., 2014).

Leukosit merupakan unit sistem pertahanan tubuh yang aktif. Imunitas adalah
kemampuan tubuh menahan dan menyingkirkan benda asing atau sel abnormal yang
berpotensi merugikan. Leukosit dan turunannya, bersama dengan berbagai protein plasma
membentuk sistem imun, suatu sistem pertahanan internal yang mengenali dan
menghancurkan atau menetralkan benda asing dalam tubuh (Sherwood, 2013). Leukosit
merupakan sumber utama dari Reactive oxygen species (ROS), yaitu kelompok radikal bebas
yang dalam konsentrasi rendah bermanfaat untuk hiperaktivasi sperma, sedangkan dalam
konsentrasi tinggi memiliki pengaruh negatif pada fungsi sperma (Shi et al., 2009; Piomboni
et al., 2011; Pereira et al., 2017). Produsen utama ROS yang lebih spesifik adalah leukosit
polimorfonuklear (PMN atau neutrofil) (Feki et al., 2009). Leukosit memroduksi ROS,
berfungsi terutama dalam peradangan dan mekanisme pertahanan seluler (Henkel, 2011).
Salah satu faktor yang telah diidentifikasi sebagai penyebab infertilitas pada laki-

2
laki adalah ROS (Makker et al., 2008). Diperkirakan bahwa hampir 25% dari laki-laki infertil
memiliki konsentrasi ROS yang banyak dalam cairan semen. Produksi ROS yang berlebihan
menyebabkan peroksidasi asam lemak tak jenuh yang diperlukan untuk motilitas sperma dan
peristiwa fusi membran, sehingga menyebabkan hilangnya motilitas sperma, merusak
akrosom reaksi dan atau kemampuan fusioosit-sperma (Lobascio et al., 2015). Penelitian lain
tidak menemukan korelasi antara jumlah leukosit di cairan semen dengan penurunan kualitas
sperma terutama pada motilitas sperma (Lackner et al., 2010).

B. Kurva Temperatur Basal

Kurva temperatur basal (suhu tubuh baal) adalah suhu yang diperoleh dalam keadaan
istirahat dan harus diambil segera setelah bangun di pagi hari setelah setidaknya 6 jam tidur.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu
basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat
digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta
waktu yang sama selama 5 menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi, suhu akan
turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian tidak akan kembali pada suhu
35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa subur/ovulasi. Kondisi kenaikan suhu tubuh
ini akan terjadi sekitar 3-4 hari, kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya
kembali pada suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi
progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu tubuh,
kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi kenaikan suhu tubuh.
Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum yang memproduksi progesteron.
Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa
subur/ovulasi kemungkinan terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi,
maka korpus luteum akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh
tetap tinggi.

3
1. Manfaat
Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun kontrasepsi.
2. Manfaat konsepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan kehamilan.
3. Manfaat kontrasepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang menginginkan menghindari atau
mencegah kehamilan.
4. Efektifitas
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar dan konsisten.
Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa bulan berturut-turut dan dianggap
akurat bila terdeteksi pada saat ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar
80 persen atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka kegagalannya
adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode suhu basal tubuh akan jauh lebih
efektif apabila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida
ataupun metode kalender atau pantang berkala (calender method or periodic abstinence).
5. Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh

a) Penyakit.
b) Gangguan tidur.
c) Merokok dan atau minum alkohol.
d) Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba.
e) Stres.
f) Penggunaan selimut elektrik.

6. Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain:

a) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami istri tentang masa
subur/ovulasi.
b) Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur mendeteksi masa
subur/ovulasi.
c) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan kesempatan untuk hamil.
d) Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat mengalami masa
subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
e) Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu sendiri.

7. Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan sebagai berikut:

a) Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.


b) Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
c) Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan tidur, merokok,
alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun selimut elektrik.
d) Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
e) Tidak mendeteksi awal masa subur.
f) Membutuhkan masa pantang yang lama.

8. Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh


Aturan perubahan suhu/temperatur adalah sebagai berikut:

4
a) Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum bangun dari tempat
tidur).
b) Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
c) Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk
menentukan suhu tertinggi dari suhu yang “normal dan rendah” dalam pola tertentu tanpa
kondisi-kondisi di luar normal atau biasanya.
d) Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau gangguan lain.
e) Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari suhu
10 hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu.
f) Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga berturut-turut suhu tubuh
berada di atas garis pelindung/suhu basal.
g) Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan
secara berurutan suhu basal tubuh (setelah masuk periode masa tak subur).
h) Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh labih panjang dari metode
ovulasi billings.
i) Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.

a. Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover line) selama perhitungan 3
hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum terjadi. Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai
3 hari berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung sebelum memulai senggama.
b. Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan pengukuran suhu tubuh
dan melakukan senggama hingga akhir siklus haid dan kemudian kembali mencatat grafik
suhu basal siklus berikutnya.

Prosedur Mengukur Suhu Basal Tubuh

Checklist :

 Guncang termometer hingga dibawah angka 360C dan siapkan di dekat tempat tidur sebelum
tidur
 Saat terbangun di pagi hari, letakkan termometer di mulut selama 10 menit, tetap berbaring
hingga selesai pengukuran
 Catat suhu di kartu yang telah disediakan
 Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama dari siklus haid untuk
menentukan suhu tertinggi dari suhu yang normal dan rendah dalam pola tertentu tanpa
kondisi – kondisi di luar normal atau biasanya
 Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas suhu tertinggi dari suhu 10
hari tersebut. Garis ini disebut garis pelindung (cover line) atau garis suhu
 Periode tidak subur mulai pada sore hari setelah 3 hari berturut – turut suhu tubuh berada di
atas garis pelindung (suhu basal)
 Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga sore ketiga kenaikan secara
berurutan.

5
C. Lendir Cervix
Lendir serviks adalah lendir yang keluar dari leher rahim, dipicu oleh hormon
estrogen. Produksi lendir serviks umumnya meningkat pada masa subur. Mencermati lendir
serviks dapat menolong menentukan kapan waktu yang tepat untuk berhubungan seksual dan
membantu meningkatkan peluang kehamilan.
Lendir serviks pada wanita berfungsi untuk mencegah masuknya benda asing ke
dalam rahim. Selain itu, lendir serviks juga membantu pergerakan sperma yang masuk ke
rahim.
Kondisi lendir serviks dipengaruhi oleh perubahan hormonal, termasuk selama masa
subur, di mana sel telur dikeluarkan dari indung telur dan siap untuk dibuahi. Inilah alasan
mencermati perubahan yang terjadi pada lendir serviks, dapat membantu meningkatkan
peluang sperma bertemu sel telur.

Ciri-ciri Lendir Serviks di Masa Subur :

Lendir atau cairan serviks diproduksi oleh kelenjar di dalam dan sekitar leher rahim. Jumlah
dan kekentalan lendir serviks dapat berubah-ubah dari waktu ke waktu sesuai perubahan
kadar hormon dalam tubuh.

Di masa subur, lendir serviks akan berwana bening seperti putih telur mentah, atau disebut
juga egg white cervical mucus (EWCM). Lendir ini memiliki tekstur yang lebih elastis dan pH
yang tepat bagi sperma.

Tekstur lendir yang seperti ini membantu melindungi sperma agar selamat hingga mencapai
sel telur. Jadi, dapat dikatakan bahwa ini adalah waktu yang paling baik untuk berhubungan
seksual jika kamu ingin hamil.

Cara Memeriksa Lendir Serviks :

Mengingat pentingnya kondisi cairan serviks yang tepat untuk membantu memperbesar
peluang kehamilan, yuk, periksa dulu konsistensi cairan serviksmu sebelum berhubungan.
Kamu dapat melakukannya dengan langkah-langkah berikut ini:

1. Posisi nyaman
Ambil posisi yang nyaman, baik duduk atau berjongkok di toilet, atau berdiri
dengan mengangkat dan meletakkan salah satu kaki pada dudukan toilet.
2. Ambil lendir serviks
Apabila lendir serviks menempel pada celana dalam, kamu tinggal langsung
mengambilnya. Jika tidak, kamu bisa menggunakan tisu toilet untuk menyeka
vagina. Kamu juga bisa memasukkan jari telunjuk atau jari tengah ke dalam
vagina, sedekat mungkin ke leher rahim, tentunya setelah mencuci dan
mengeringkan tangan hingga bersih
3. Cek konsistensi
Setelah mendapatkan lendir serviks, cek konsistensinya menggunakan jempol dan
telunjuk tangan:

a) Jika kering, tebal, dan terasa lengket, bisa jadi masa suburmu belum tiba.
b) Jika terasa seperti krim, mungkin masa subur akan segera tiba.

6
c) Jika terasa basah, encer, dan mulai dapat direntangkan, kemungkinan masa
subur sudah dekat.
d) Jika terasa sangat basah, encer, sangat mudah direntangkan, dan bening
menyerupai putih telur mentah, maka itu adalah saat yang tepat untuk
berhubungan seksual, jika ingin hamil.

Hindari memeriksa lendir serviks ketika berhubungan seksual, atau setelahnya. Di waktu ini,
lendir serviks akan sulit dibedakan dari cairan mani. Selain itu, agar lendir serviks menjadi
tipis dan elastis di sekitar masa subur, jangan lupa untuk cukup minum air dan tidak
membersihkan vagina dengan cairan pembersih vagina.
Namun perlu diingat, dibutuhkan waktu untuk bisa mencermati dan mengetahui perubahan
lendir serviks dengan tepat. Sebaiknya, berkonsultasilah ke dokter kandungan untuk
mengetahui masa suburmu, atau jika kamu belum juga mendapatkan keturunan setelah
menikah selama beberapa waktu. Kamu juga perlu waspada jika usiamu sudah di atas 35
tahun tetapi belum juga memperoleh momongan meski sudah merencanakan kehamilan
selama bertahun-tahun. Hal ini dikarenakan peluang terjadinya kehamilan bisa menurun
seiring bertambahnya usia.

D. Pemeriksaan Fern Test dan Uji Paska Coitus

1. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan dari lendir serviks
menggunakan alat swab khusus, lalu kemudian diperiksa lebih lanjut komponen
penyusunnya secara mikroskopik di laboratorium.
2. Fern test (tes pakis) dan postcoital test (uji pasca senggama) termasuk di antara jenis
pemeriksaan ini
3. Ferning, yang diamati dalam fern test, adalah pembentukan struktur menyerupai daun
pakis oleh lendir serviks saat dikeringkan di atas permukaan kaca obyek. Ferning
terjadi karena adanya kadar NaCl dalam lendir serviks. Biasanya kadar NaCl tertinggi
pada lendir serviks didapati saat mendekati ovulasi, karena dipengaruhi oleh aktifitas
hormon estrogen yang tinggi.
4. Uji pasca senggama dilakukan dengan memeriksa kadar sel sperma pada lendir
serviks (tepatnya di forniks posterior vagina, ektoserviks, dan endoserviks) dalam 8
hingga 10 jam setelah pasangan suami istri bersenggama di masa subur. Dari sini,
bisa dievaluasi bagaimana kualitas dan kuantitas sel sperma, serta interaksinya
dengan sel-sel di sekitar serviks.
5. Histerosalfingografi (HSG) adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan
memanfaatkan sinar X untuk mengevaluasi kondisi rahim dan area sekitarnya, seperti
tuba falopii dan ovarium. Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien berbaring
di kursi pemeriksaan khusus dengan lutut ditekuk dan kaki terbuka lebar (posisi
litotomi). Selanjutnya, dokter akan memasukkan spekulum ke dalam vagina Anda,
lantas memberikan anestesi lokal guna meminimalisasi rada tidak nyaman. Lalu,
selang kecil berujung kamera yang fleksibel dimasukkan ke dalam vagina hingga
mencapai rahim. Dengan pemeriksaan ini, bisa dievaluasi kemungkinan adanya
masalah pada rahim (seperti bentuk yang tidak normal, adanya benda asing, miom,
polip), tuba falopii (misalnya radang, sumbatan), dan beragam penyebab infertilitas
lainnya.

7
6. Hidrotubasi adalah suatu prosedur histerosalfingografi yang dilakukan dengan
memasukkan zat warna kontras ke dalam selang fleksibel, sehingga bisa mengalir ke
saluran telur lalu masuk ke rongga perut hingga nantinya akan diserat oleh tubuh.
Dengan metode seperti ini, maka evaluasi organ reproduksi akan bisa dilakukan
dengan lebih jelas, sebab jika terdapat sumbatan, maka zat warna tersebut tentu tidak
akan dapat mengalir, dan hal ini bisa diamati dengan jelas di monitor hasil
pmeriksaan.

8
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Analisis semen merupakan salah satu pemeriksaan awal yang dilakukan pada kasus
infertilitas. Tujuan analisis semen adalah untuk mengetahui kondisi sperma, hasilnya dapat
menentukan apakah sperma tersebut fertil atau infertil (Tandara et al., 2013). Perkiraan
kompetensi fungsional sperma dapat dievaluasi melalui analisis semen (Sheikh et al., 2008).
Empat kategori utama cacat sperma mengarah ke diagnosis infertilitas laki-laki adalah jumlah
sperma yang sedikit (oligozoospermia), masalah pada motilitas sperma (asthenozoospermia),
cacat morfologi sperma (teratozoospermia), dan tidak adanya sperma dalam semen
(azoospermia), yang mungkin terjadi karena kurangnya produksi atau obstruksi (Parrot,
2014).
Kurva temperatur basal (suhu tubuh baal) adalah suhu yang diperoleh dalam keadaan
istirahat dan harus diambil segera setelah bangun di pagi hari setelah setidaknya 6 jam tidur.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa subur/ovulasi. Suhu
basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer basal. Termometer basal ini dapat
digunakan secara oral, per vagina, atau melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta
waktu yang sama selama 5 menit.
Lendir serviks adalah lendir yang keluar dari leher rahim, dipicu oleh hormon
estrogen. Produksi lendir serviks umumnya meningkat pada masa subur. Mencermati lendir
serviks dapat menolong menentukan kapan waktu yang tepat untuk berhubungan seksual dan
membantu meningkatkan peluang kehamilan.
Lendir serviks pada wanita berfungsi untuk mencegah masuknya benda asing ke
dalam rahim. Selain itu, lendir serviks juga membantu pergerakan sperma yang masuk ke
rahim.
Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengambil sampel jaringan dari lendir serviks
menggunakan alat swab khusus, lalu kemudian diperiksa lebih lanjut komponen
penyusunnya secara mikroskopik di laboratorium.

B. Saran
Makalah ini masih memiliki kekurangan, oleh karena itu saya kritik dan saran kami
harapkan yang sifatnya untuk membangun perbaikan makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Endru S. 2013. Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas di Desa Kandangtepus Kecamatan
Senduro Kabupaten Lumajang. Skripsi tidak dipublikasikan. Jember : FE UNEJ.

Asaduzzaman dan Hasinur Rahaman Khan. 2008. Factors Related to Childbearing in


Bangladesh: A Generalized Linear Modeling Approach. BRAC University Journal, 5
(2) : 15-21.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2018. Jenis Alat Kontrasepsi.
Surabaya : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Hanifah, et al. 2014. Pengaruh Pendidikan, Pekerjaan, Usia Kawin Pertama, Penggunaan Alat
Kontrasepsi Terhadap Jumlah Anak. Vol 2, No 8. Jurnal Pendidikan Geografi.

Mirah, Suvita C. 2013. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas Pekerja Wanita di
Kelurahan Tegal Besar Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Skripsi tidak
dipublikasikan. Jember : FE UNEJ

Muchtar dan Purnomo. 2009. Proximate Determinant Fertilitas Di Indonesia.

Penerbit KB dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN.

Munir, M. 1984. Geogarfi, Perkembangan dan Penyebaran tanah di Indonesia .

Fakultas Pasca sarjana. IPB: Bogor.

Palamuleni, M. E. 2013. Socio-Economic And Demographic Factors Affecting Contraceptive.


African Journal Of Reproductive Health. Vol.17 No.3, 91- 104.

Rakhmatullah.A. 2015. Makalah Fertilitas. https://ml.scribd.com/doc/246027969/ makalah-


fertilitas. Diunduh pada tanggal 17 Mei 2019. Pukul 14.39 WIB.

Saladi dan Sumanto. 1990. Pengantar Ilmu Kependudukan. Yogyakarta : Lembaga


Kependudukan UGM.

Saleh, M. 2003. Pengaruh Jenis Pekerjaan dan Waktu Kerja Wanita Tehadap Struktur Sosial
Ekonomi Keluarga Serta Fertilitas di Kabupaten Jember Jawa Timur. Disertasi Tidak
di publikasikan. Surabaya : Pasca Sarjana Airlangga

Sendy,Anis Yulita, I Wayan Subagiarta dan Sunlip Wibisono. 2015. Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Fertilitas Pada Wanita Usia Subur Di Desa Kemiri Kecamatan
Panti Kabupaten Jember. Jurnal Fakultas Ekonomi: Universitas Jember

Sri Wahyuningsih, et al. 2015. Faktor yang Mempengaruhi Fertilitas Buruh Tani di Desa
Sidorejo Kecamatan Umbulsari Kabupaten Jember. Artikel Ilmiah Mahasiswa. Fakultas
Ekonomi UNEJ: Jember.

https://www.alodokter.com/komunitas/topic/analisis-pemeriksaan-tambahan-untuk-fertilitas

10

Anda mungkin juga menyukai

  • Tupoksi
    Tupoksi
    Dokumen6 halaman
    Tupoksi
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Pap Smear 1
    Pap Smear 1
    Dokumen6 halaman
    Pap Smear 1
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • PISIOLOGI4
    PISIOLOGI4
    Dokumen3 halaman
    PISIOLOGI4
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • SOAP Kanker Serviksindo
    SOAP Kanker Serviksindo
    Dokumen7 halaman
    SOAP Kanker Serviksindo
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Zum
    Zum
    Dokumen7 halaman
    Zum
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • PAP SMEAR
    PAP SMEAR
    Dokumen3 halaman
    PAP SMEAR
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Pap Smear 3
    Pap Smear 3
    Dokumen3 halaman
    Pap Smear 3
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Halodoc 02
    Halodoc 02
    Dokumen2 halaman
    Halodoc 02
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • ANATOMI4
    ANATOMI4
    Dokumen14 halaman
    ANATOMI4
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • ANATOMI1
    ANATOMI1
    Dokumen13 halaman
    ANATOMI1
    Desi Natalia
    100% (1)
  • ANATOMI FISIOLOGI
    ANATOMI FISIOLOGI
    Dokumen14 halaman
    ANATOMI FISIOLOGI
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Anatomi Fisiologi
    Anatomi Fisiologi
    Dokumen12 halaman
    Anatomi Fisiologi
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Pap Smear
    Pap Smear
    Dokumen2 halaman
    Pap Smear
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Halodoc 02
    Halodoc 02
    Dokumen2 halaman
    Halodoc 02
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Penerapan 1
    Penerapan 1
    Dokumen14 halaman
    Penerapan 1
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • ANATOMIFISIOLOGI
    ANATOMIFISIOLOGI
    Dokumen8 halaman
    ANATOMIFISIOLOGI
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Halodoc 03
    Halodoc 03
    Dokumen1 halaman
    Halodoc 03
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Penerapan 2
    Penerapan 2
    Dokumen12 halaman
    Penerapan 2
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Penerapan 5
    Penerapan 5
    Dokumen5 halaman
    Penerapan 5
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Penerapan 4
    Penerapan 4
    Dokumen11 halaman
    Penerapan 4
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Penerapan 3
    Penerapan 3
    Dokumen10 halaman
    Penerapan 3
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Pap Smear 1
    Pap Smear 1
    Dokumen6 halaman
    Pap Smear 1
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Pap Smear 1
    Pap Smear 1
    Dokumen6 halaman
    Pap Smear 1
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Cara Merawat Sampel Pap Smear
    Cara Merawat Sampel Pap Smear
    Dokumen2 halaman
    Cara Merawat Sampel Pap Smear
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Pengambilan Keputusan 3pdf
    Pengambilan Keputusan 3pdf
    Dokumen7 halaman
    Pengambilan Keputusan 3pdf
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Pap Smear 3
    Pap Smear 3
    Dokumen3 halaman
    Pap Smear 3
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • PAP SMEAR
    PAP SMEAR
    Dokumen3 halaman
    PAP SMEAR
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Pengambilan Keputusan 4pdf
    Pengambilan Keputusan 4pdf
    Dokumen4 halaman
    Pengambilan Keputusan 4pdf
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Pengambialn Keputusan 5
    Pengambialn Keputusan 5
    Dokumen4 halaman
    Pengambialn Keputusan 5
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat
  • Pengambilan Keputusan 1
    Pengambilan Keputusan 1
    Dokumen8 halaman
    Pengambilan Keputusan 1
    Desi Natalia
    Belum ada peringkat