Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOCHEMISTRY

Biofisik

Disusun oleh:

Beathrix Finelya

472016030

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Setiap zat memiliki karakteristik yang berbeda – beda baik dari segi fisik maupun. Sifat fisik
yaitu sifat dapat kita amati secara langsung seperti cairan, gas, dan padat. Serta sifatnya yang dapat
diukur seperti massa dan volume, dan warna. Sedangkan sifat kimia yaitu sifat yang tidak dapat
diamati secara langsung seperti kelautan, dan kerapatan. Dalam praktikum ini dilakukan tiga
percobaan yang akan dilakukan oleh praktikan yaitu bobot jenis, kerapatan tegangan permukaan, dan
emulsi.
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat terhadap air dengan volume yang
ditimbang di udara pada suhu yang sama. Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk senyawa
berbentuk cairan, kecuali dinyatakan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah
ditetapkan. Dalam mengukur bobot jenis alat yang digunakan adalah hidrometer. Hidrometer
merupakan alat untuk mengukur berat jenis atau bobot jenis zat cair. Hidrometer sering juga disebut
aerometer. Alat hidrometer ini terdiri dari sebuah tabung berskala yang bagian bawahnya diberi
beban raksa. Supaya dapat mengapung tegak lurus dalam zat cair yang akan diukur berat jenis atau
bobot jenisnya. Pemgukuran berat jenis atau bobot jenis zat cair dengan hidrometer masih harus
dibantu dengan perhiyungan.
Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut satuan massa dan volume. Kerapatan juga
merupakan suhu sifat zat yang berbeda, misalnya air dan minyak ketika dicampur akan terjadi
perbedaan kerapatan. Bila kerapatan benda benda lebih besar dari kerapatn air, maka benda tersebut
akan tengelam dalam air. Namun bila kerapatannya lebih kecil maka benda tersebutakan mengapung.
Dalam kehidupan sehari – hari, terlihat pada permukaan zat cair, seperti terdapat suatu lapisan
yang dapat mempertahankan keadaan benda yang terdapat pada lapisan tersebut pada kondisi
tertentu. Misalnya jarum yang diletakkan mendatar pada permukaan zat cair. Peristiwa ini
merupakan bentuk dari adanya tegangan permukaan zat cair. Perbedaan sifat antara zat cair yang
berbeda jenisnya akan mempengaruhi tegangan permukaan yang ada pada zat cair.
Emulsi adalah gabungan dua atau lebih komponen yang tidak saling melarutkan dengan salah
satu cairan terdispersi di dalam cairan lainnya. Sebagai contoh emulsi adalah minyak dan air yang
akan kita lakukan sebagai percobaan pada praktikum kali ini. Jika minyak merupakan fase terdispersi
dalam larutan maka air merupakan fase pembawa.
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini ada tiga tujuan. Yang pertama adalah agar praktikan dapat
menentukan bobot jenis beberapa larutan alamiah. Yang kedua adalah agar praktikan mengetahui
pengaruh gaya gravitasi terhadap tegangan permukaan cairan. Yang ketiga adalah agar praktikan
dapat mengetahui bentuk – bentuk emulsi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume sama yang ditimbang
di udara pada suhu yang sama (Dirjen POM, 1979). Sedangkan rapat jenis adalah perbandingan yang
dinyatakan dalam desimal,dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama
kedua zat mempunyai temeperatur yang sama atau temeperatur yang telah diketahui. Air digunakan
untuk standar untuk zat cair dan padat, hidrogenatau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan
bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk
digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Ansel, 1989).
Penentuan bobot jenis dan rapat jenis suatu zat ini juga sangat penting dalam menentukan
berbagai zat tambahan yang dapat dikombinasikan dengan zat tersebut.
Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut suatu massa dan volume. Batasannya
adalah massa persatuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu yang dinyatakan dalam sistem
cgs dalam gram per cm3 ( g / cm3 ) ( Mochtar, 1990 ).

ρ = volume ( cm3 ) = gram . cm3 = M . L-3

Bobot jenis merupakan karakteristik bahan yang penting yang digunakan dalam pengujian
identitas kemurnian obat dan bahan pembantu khususnya sifat cairan dan zat berjenis malam. Bobot
jenis dapat digunakan dalam berbagai hal untuk menentukan sesuatu, antara lain menentukan
kemurnian suatu zat, mengenal keadaan zat, menunjukkkan kepekaan larutan dan rumus yang
digunakan.

Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer, arcometer, timbangan


hidrostatik dan cara monometrik. Untuk bobot padat tidak homogen dan serbuk yang memiliki pori
dan ruang rongga, bobot jenis tidak lagi teridentifikasi secara jelas.

Pengujian kerapatan dilakukan untuk menentukan 3 macam kerapatan jenis, yaitu :


1. Kerapatan sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
2. Kerapatan nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang yang terbuka tetapi
termasuk pori yang tertutup.
3. Metode neraca hidrostatik

Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang terbuka dan tertutup.
Metode penentuan untuk cairan, yaitu :
1. Metode Piknometer
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan tuang, yaitu
ditempati cairan ini. Untuk itu dibutukan wadah untuk menimbang yang dinamakan
piknometer. Ketentuan metode piknometer akan bertambah hingga mencapai
keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml, bagian tutup mempunyai lubang
berbentuk saluran kecil. Pengukuran harus dilakukan pada suhu tetap. Volume zat cair
selalu sama dengan volume piknometer.
Dirumuskan :
( Bobot piknometer x )−(Bobot piknometer kosong) g
Bobot jenis x= ×1
( Bobot piknometer+ aquadest )−(bobot piknometer kosong) ml
2. Metode Aerometer
Penentuan kerapatan dengan metode aerometer berskala (timbangan enam sumbu)
didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang sepihak
diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.
3. Metode neraca hidrostatik
Metode ini didasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan kedalam
cairan yang terdesak.
4. Metode neraca Mohr – West Phol
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoleh menjadi 10
bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot larutan.

Adapun faktor faktor yang mempengaruhi bobot jenis :


1. Temperatur
Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang di ukur berat jenisnya dapat menguap
sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang
sangat rendah.
2. Massa zat
Jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga menjadi
lebih besar
3. Volume zat
Jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh, bergantung dari massa zat
itu sendiri.
(Mochtar, 1990)

Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan lain didasarkan
pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan terhadap bobot air dengan
volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25°C zat berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada
suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi dan mengacu pada air pada suhu 25°C.
Bilangan bobot jenis merupakan bilangan perbandingan tanpa dimensi yang mengacu pada bobot
jenis air pada 4°C (=1000 g.m-1). (Dirjen POM, 1995)

Penetapan bobot jenis dilakukan terhadap zat atau senyawa yang berbentuk cair. Adapun sifat
dari zat cair, antara lain :
1. Bentuk mengikuti tempat dan volumenya tetap.
2. Molekulnya dapat bergerak tetapi tidak semudah gerak molekul gas.
3. Jarak partikelnya lebih dekat dari pada gas sehingga lebih sukar dimampatkan.
4. Dapat diuapkan dengan memerlukan energi.
Bobot jenis yang juga dikenal dengan istilah Specific Gravity biasanya dilambangkan
dengan huruf S dan memiliki persamaan rumus
S  =  Bobot jenis
mx = massa suatu zat
mair = massa zat cair
Pada keadaan volume (V) dan suhu (T) yang sama.

Menurut definisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal, dari berat
suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat mempunyai temperatur
yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air digunakan untuk standar untuk zat cair dan
padat, hydrogen atau udara untuk gas. Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut
cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena
mudah didapat dan mudah dimurnikan. (Ansel, 1989)
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul
suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik “pemadatan”
(“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk
cairan) atau gram/cm2 . Kerapatan dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran
pengukuran ini apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan
besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per satuan volume
pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter
kubik (gram/cm3).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi, yang dapat
diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis didefinisikan sebagai
perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada
temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari
definisinya, sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif (Martin,
1990).
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut, misal
terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai atau campuran pelarut yang saling
bercampur. (Anonim, 2004). Larutan merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia
terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling, kecuali dinyatakan lain. (Anief, M, 2005).
Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka zat
padat tadi terbagi secara molekuler dalam cairan tersebut. Pernyataan kelarutan zat dalam
bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu 20º, kecuali dinyatakan lain menunjukan 1
bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut.
Pernyataan kelarutan zat dalam bagian tertentu pelarut adalah kelarutan pada suhu kamar. (Anief,
M., 2005).
Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi secara merata, maka penggunaan larutan
sebagai bentuk sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis dan memiliki
ketelitian yang baik, jika larutan diencerkan atau dicampur. (Anonim, 1995).
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan yang
lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase terdispersi dan larutan air
merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi air dalam minyak. Sebaliknya, jika air atau
larutan air yang merupakan fase terdispersi dan minyak atau bahan seperti minyak merupakan
fase pembawa, sistem ini disebut sistem emulsi air dalam minyak (Anonim,1995).
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang mencegah koalesensi,
yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal
yang memisah. Bahan pengemulsi (Surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antar
permukaan antara tetesan dan fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel
yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan antar fase,
sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran. (Anonim, 1995).
Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi dalam
cairan pembawa, distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi merupakan
sediaan yang mengandung dua zat yang tidak tercampur, biasanya air dan minyak, di mana
cairan yang satu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain.
BAB III

METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Senin, 30 Januari 2017, pukul 10.00 - 12.00 WIB di
Laboratorium Biokimia, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya
Wacana.

3.2. Alat dan Bahan


Peralatan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah hidrometer, gelas ukur, pipet tetes,
gelas arloji, jarum, tabung reaksi, mikroskop, dan preparat. Bahan – bahan yang digunakan antara
lain akuades, larutan NaCl 3 %, larutan NaCl 5 %, larutan NaCl 20 %, air hujan, air kelapa, air
sungai, air sumur , urin, cairan du, larutan detergen, alcohol, minyak tanah, minyak kelapa, dan susu
cair.

3.3. Metode
Ada tiga metode yang digunakan untuk praktikum kali ini. Yang pertama adalah metode
bobot jenis, metode yang digunakan adalah dengan cara alat dan bahan praktikum disiapkan terlebih
dahulu . Selanjutnya, akuades diisi ke dalam gelas ukur kurang lebih 60 – 80 mL (suhu akuades
dicatat) kemudian dimasukkan hydrometer dan angka BJ akan terbaca pada skala BJ (skala merah).
Apabila suhu akuades berbeda dengan yang tercatat pada hydrometer dilakukan koreksi. Selanjutnya,
dilakukan hal yang sama untuk larutan NaCl 3 %, larutan NaCl 5 %, air hujan, air kelapa, air sungai,
air sumur, dan urin masing – masing kelompok. Selanjutnya, dilakukan diskusi dari hasil BJ yang
didapat dari masing – masing cairan.
Yang kedua adalah metode tegangan permukaan cairan, metode yang digunakan adalah
dengan cara alat dan bahan praktikum disiapkan terlebih dahulu. Selanjutnya, satu jarum diletakkan
pada gelas arloji kemudian gelas arloji diisi dengan akuades secara hati – hati sehingga jarum
terapung. Selanjutnya, akuades ditukar dengan cairan empedu, air kelapa, air sungai, dan larutan
detergen. Lalu dilakukan diskusi kelompok dari hasil pengamatan. Penghitungan pertama dilakukan
mengunakan 2 mL akuades dengan memakai pipet. Pada saat melakukan penetesan, pipet tetes
dipegang secara lurus. Selanjutnya, dilakukan hal yang sama untuk NaCl 20 %, alcohol, minyak
tanah, dan air sabun. Pada saat, dilakukan metode ini setiap kali mengganti larutan, harus dibilas
dengan akuades dan diperlakuan terhadap minyak tanah dilakukan paling akhir dan dibilas dengan
eter/akuades.
Yang ketiga adalah metode emulsi, metode yang digunakan adalah dengan cara alat dan
bahan praktikum disiapkan terlebih dahulu. Selanjutnya, mengisi tabung reaksi dengan minyak
kelapa dan air dengan volume yang sama (masing – masing 3 mL). Kemudian, tabung reaksi dikocok
sampai kedua larutan tersebut serba sama. Selanjutnya, percobaan ini diulangi lagi dengan
mencampurkan minyak kelapa dengan sabun.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil Praktikum

4.1.1. Hasil Praktikum tentang Bobot Jenis


No
Larutan Suhu Bobot Jenis (BJ) Koreksi
.
1. Urine 31º - -
2. Air Sumur 27º - -
3. Larutan NaCl 26º - -

4.1.2. Hasil Praktikum tentang Tegangan Permukaan Cairan


No Larutan Jumlah Tetesan Keterangan
.
1. Aquades 32 Mengambang
2. Cairan Empedu 20 Mengambang
3. Air Kelapa 24 Mengambang
4. Larutan Detergen 35 Mengambang
5. Air Sungai 20 Mengapung

No
Larutan Jumlah Tetesan Keterangan
.
1. Aquades 30 2 mL
2. Larutan NaCl 20 % 44 2 mL
3. Alkohol 70 % 83 2 mL
4. Minyak Tanah 88 2 mL
5. Air Sabun 47 2 mL

4.1.3. Hasil Praktikum tentang Emulsi


No
Bahan Hasil Keterangan
.
1. Minyak Kelapa + Sabun Sebelum : Stabil Ada busa, ada
Setelah : tidak stabil endapan sedikit,
tidak terlalu
tercampur.
2. Minyak Kelapa + Aquades Sebelum : stabil Ada sedikit
Setelah : tidak stabil endapan, tidak
terlalu tercampur

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pembahasan Hasil Praktikum


Dari hasil parktikum bobot jenis dapat diambil hasil bahwa urine memiliki suhu 31º C, air
sumur memiliki suhu 27º C, sedangkan larutan NaCl 5 % memiliki suhu 26º. Dan ketika ketiga
larutan tersebut diukur menggunakan hidrometer, bobot jenis larutan tersebut tidak terbaca.
Karena bobot jenis dari urine, air sumur, dan larutan NaCl 5 % tidak terbaca pada hidrometer
maka tidak ada hasil untuk pengukuran bobot jenis.
Selanjutnya untuk hasil praktikum tegangan permukaan cairan pada tabel yang pertama.
Untuk tabel pertama dapat dilihat larutan aquades memiliki jumlah tetesan sebanyak 32 tetes
untuk membuat jarum pada gelas arloji mengambang. Pada cairan empedu memiliki jumlah
tetesan 20 tetes untuk membuat jarum pada gelas arloji mengambang. Pada larutan air kelapa
memiliki jumlah tetesan 24 tetes untuk membuat jarum pada gelas arloji mnengambang. Pada
larutan detergen memiliki jumlah tetesan 35 tetes untuk membuat jarum pada gelas arloji
mengambang. Yang terakhir air sungai memiliki jumlah tetesan 20 tetes untuk membuat jarum
pada gelas arloji mengapung.
Selanjutnya pembahasan hasil praktikum tegangan permukaan cairan pada tabel kedua.
Untuk semua larutan memiliki volume 2 mL. Larutan pertama adalah aquades yang memilki
jumlah tetesan 30 tetes. Larutan selanjutnya adalah NaCl 20 % yang memiki jumalah tetesan 44
mL. Larutan selanjutnya adalah alkohol 70 % yang memiliki jumlah tetesan 83 tetes.
Selanjutnya adalah minyak tanah yang memiliki jumlah tetesan 88 tetes. Yang terkahir adalah
larutan detergen yang memiliki jumlah tetesan 47 tetes.
Selanjutnya pembahasan hasil praktikum emulsi, emulsi minyak kelapa dengan air sabun
sebelum dikocok larutannya stabil tetapi setelah dikocok menjadi tidak stabil. Emulsi minyak
kelapa dengan aquadessebelum dikocok stabil tetapi setelah dikocok tidak stabil.

4.2.2. Bobot Jenis


Penentuan bobot jenis dengan penggunaan hidrometer lebih cepat dari pada penentuan
bobot jenis dengan menggunakan piknometer, tetapi biasanya dapat menunjukkan hasil yang
tidak tepat.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah yang pertama
temperatur, dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap
sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya pada suhu yang sangat
rendah dapat menyebabkan senyawa membeku sehingga sulit untuk menghitung bobot jenisnya.
Oleh karena itu, digunakan suhu dimana biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu 25º C (suhu
kamar). Selanjutnya massa zat, jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot
jenisnya juga menjadi lebih besar. Selanjutnya volume zat, jika volume zat besa maka bobot
jenisnya akan berpengaruh tergantung pula dari massa zat itu sendiri, dimana ukuran partikel
zat, bobot molekulnya serta kekentalan dari suatu zat dapat mempengaruhi bobot jenisnya. Yang
selanjutnya kekentalan / viskositas suatu zat dapat juga mempengaruhi berat jenisnya.
Bobot jenis suatu zat menurut definisi lama adalah bilangan yang menyatakan berapa
gram bobot 1 cm3 suatu zat atau berapa kg bobot 1 dm 3 air pada suhu 4º C. Jadi, bilangan yang
menyatakan berapa kali bobot 1 dm3 suatu zat dengan bobot 1 air pada suhu 4º C disebut juga
bobot jenis (Taba dkk., 2010).
Bobot jenis, dalam praktek, ditentukan dengan cara membandingkan bobot zat pada
volume tertentu dengan bobot air pada volume yang sama pada suhu kamar (tº C) sehingga
bobot jenis menurut definisi lama disebut kerapatan atau densitas (d).

4.2.3. Tegangan Permukaan Cairan

Tegangan permukaan zat cair adalah kecenderungan permukaan zat cair untuk
menegang sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh seatu lapisan elastis. Lapisan ini
cenderung menyusut sekuat mungkin. Oleh karena itu, sejumlah tertentu cairan mengambil
bentuk dengan permukaan sesempit mungkin.

Tegangan permukaan zat cair ini tejadi karena adanya tarikan antara molekul
molekul zat cair oleh gaya kohesi (gaya tarik menarik antara partikel/molekul sejenis). Molekul-
molekul cairan memberikan gaya tarik satu dengan lainnya. Pada daerah sekitar permukaan
zat cair, gaya tariknya ke bawah akan semakin besar karena banyak molekul-molukul yang
menariknya jika dibandingkan dengan tempat-tempat lain, misalnya dibagian dasar. Karena
itu, tarikan molekul-molekul inilah yang menyebabkan tegangan permukaan itu terjadi. Di dalam
volume cairan terdapat gaya total = nol. Tetapi molekul pada permukaan di tarik ke dalam
volume, sehingga cairan cenderung memperkecil luas permukaannya, hanya dengan meregang
lapisan. Oleh sebab itu, air hujan jatuh bebas berbentuk bola kecil.

Tegangan permukaan juga berhubungan dengan gaya antarmolekul dalam cairan.


Molekul – molekul dalam cairan menarik satu sama lain. Sebuah molekul dalam sebagian besar
zat cair tertarik sama dala semua sisi sehingga tarik menarik pada molekul adalah nol. Namun,
gaya tarik menarik molekul di permukaan hanya ke bawah. Oleh karena itu, molekul permukaan
mengalami gaya tarik resultan ke bawah dari dalam cairan sekecil mungkin. Hal ini
menyebabkan molekul di permukaan yang akan ditarik ke dalam dan sehingga selalu ada
beberapa kekuatan ketidakseimbangan yang bekerja pada permukaan cairan. Inilah disebut
tegangan permukaan. Adanya kotoran dalam cairan akan mempengaruhi tegangan permukaan
cairan. Kotoran yang cenderung berkumpul pada permukaan cairan dapat menurunkan tegangan
permukaan. Zat seperti deterjen, sabun, alkohol menurunkan tegangan permukaan air, sementara
kotoran anorganik ada di sebagian besar cairan seperti NaCl cenderung meningkatkan tegangan
permukaan air.

Peningkatan tekanan pada permukaan cair meningkatkan tegangan permukaan. Efek


tersebut tidak besar terhadap tegangan permukaan. Dua fenomena penting adalah karena adanya
tegangan permukaan. Yang pertama bentuk tetesan adalah bulat. Tetes cairan memiliki bentuk
hampir bulat. Karena tegangan permukaan, permukaan bebas dari cairan cenderung untuk
mencapai luas permukaan minimum. Karena bola memilki luas permukaan minimum untuk
volume tertentu cairan, cairan mencoba untuk mengadopsi bentuk bola. Contohnya adalah
tetesan air atau tetesan merkuri. Yang kedua adalah kapilaritas, ketika salah satu ujung tabung
kapiler yang dimasukkan ke dalam cairan yang membasahi kaca, cairan naik ke dalam pipa
kapiler pada ketinggian tertentu dan kemudian berhenti.

4.2.4. Emulsi
Emulsi adalah suatu sistem yang secara termodinamika tidak stabil, terdiri dari paling sedikit
dua fasa sebagai globul-globul dalam fasa cair lainnya. Sistem ini biasanya distabilkan dengan
emuulgator.

Emulsi yang digunakan dalam bidang farmasi adalah sediaan yang mengandung dua cairan
immiscible yang satu terdispersi secara seragam sebagai tetesan dalam cairan lainnya. Sediaan
emulsi merupakan golongan penting dalam sediaan farmasetik karena memberikan pengaturan yang
dapat diterima dan bentuk yang cocok untuk beberapa bahan berminyak yang tidak diinginkan oleh
pasien.

Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air. Berdasarkan fasa
terdispersinya dikenal dua jenis emulsi, yaitu :

1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdispersi di dalam fasa air (o/w).

2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdispersi di dalam fasa minyak (w/o).

Emulsi yang dipakai untuk obat luar bertipe o/w atau w/o, untuk tipe o/w menggunakan zat
pengemulsi yakni natrium lauril sulfat, trietanolamin stearat.Dalam pembuatan suatu emulsi,
pemilihan emulgator merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena mutu dan
kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang digunakan. Salah satu
emulgator yang aktif permukaan atau lebih dikenal dengan surfaktan. Mekanisme kerjanya
adalah menurunkan tegangan antarmuka permukaan air dan minyak serta membentuk lapisan
film pada permukaan globul-globul fasa terdispersinya.

Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu :

1. membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi bekerja


dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau ion pada permukaan antara
minyak/air. Menurut hukum Gibbs kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan
permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan sejumlah energi bebas
permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren
yang mencegah penggabungan tetesan yang mendekat.

2. Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid liofolik membentuk lapisan multimolekuler


disekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid hidrofilik diabsorbsi pada pertemuan,
mereka tidak menyebabkan penurunan tegangan permukaan. Keefektivitasnya tergantung pada
kemampuan membentuk lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang koheren.

3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat ; mereka menunjukkan pembiasan ganda yang


kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat optis yang sesuai dengan kristal
mengarahkan kepada penandaan ‘Kristal Cair”. Jika lebih banyak dikenal melalui struktur spesialnya
mesifase yang khas, yang banyak dibentuk dalam ketergantungannya dari struktur kimia tensid/air,
suhu dan seni dan cara penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang berbeda dapat karena
pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.

4. Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri dari dua cairan tidak
bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya sebagai globula-globula terhadap yang lain.
Walaupun umumnya kita berpikir bahwa emulsi merupakan bahan cair, emulsi dapat dapat
diguanakan untuk pemakaian dalam dan luar serta dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan yang
berbeda.

Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah koslesensi, yaitu
penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi
(surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati daerah antar muka antar tetesan dan fase eksternal
dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan brekoalesensi. Surfaktan juga
mengurangi tegangan antar permukaan dari fase dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel
yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase, hingga
meninggalkan proses emulsifikasi selama pencampuran.

Emulsi adalah sediaan berupa campuran yang terdiri dari dua fase cairan dalam sistem
dispersi dimana fase cairan yang s atu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan
lainnya, umumnya dimantapkan oleh z at pengemulsi (emulgator). Fase cairan terdi spersi
disebut fase dalam, sedngkan fase cairan pembawanya disebut fase luar. Contoh emulsi alamiah
adalah emulsi buah merah.

Susu merupakan suatu emulsi lemak dalam air yang mengandung beberapa senyawa terlarut.
Agar lemak dan air dalam susu tidak mudah terpisah, maka protein susu bertindak sebagai emulsifier
(zat pengemulsi). Kandungan air di dalam susu sangat tinggi, yaitu sekitar 87,5%, dengan kandungan
gula susu (laktosa) sekitar 5%, protein sekitar 3,5%, dan lemak sekitar 3-4%. Susu juga merupakan
sumber kalsium, fosfor, dan vitamin A yang sangat baik. Mutu protein susu sepadan nilainya dengan
protein daging dan telur, dan terutama angat kaya akan lisin, yaitu salah satu asam amino esensial
yang sangat dibutuhkan tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Beonebb. 2016. https://www.scribd.com/mobile/doc/178661645/bobot-jenis-docx. Diakses


pada tanggal 4 Februari 2017.

Ansel, C Howard. 1989. Kalkulasi Farmasetik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta.

Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika 1. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.

Mochtar. 1990. Fisika Farmasi. Jogjakarta : UGM Press

Anief M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. UGM Press.Yogyakarta.

Anief M. 1987. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. UGM Press.Yogyakarta

Anonim. 1979. Farmakope Indonesia. III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.


Jakarta.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.


Jakarta

Taba, P., Zakir, M., dan Fauziah, S., 2010, Penuntun Praktikum Kimian Fisika, Universitas
Hasanuddin, Makasar

Ilmu Kimia. 2012. https://www.ilmukimia.org/2012/12/tegangan-permukaan-zat-cair-.html.


Diakses pada tanggal 6 Februari 2017

N Andry, AP Yoga. 2011. https://eprints.undip.ac.id/36749/. Diakses tanggal 6 Februari 2017


Lampiran Praktikum

Bobot Jenis

Larutan NaCl 5 % Urine Air Sumur

Tegangan Permukaan
Emulsi

Anda mungkin juga menyukai