Anda di halaman 1dari 10

Metode Prediksi Iowa pada Kedua Lengkung Gigi

Metode prediksi lain menggunakan data dari Iowa Facial Growth Study

dikembangkan oleh Staley dkk19 untuk memprediksi lebar mesiodistal gigi

kaninus dan premolar yang belum erupsi pada lengkung gigi atas dan bawah.

Dengan metode ini, hanya pengukuran lebar radiografik dari gigi kaninus dan

premolar yang belum erupsi, yang digunakan sebagai variabel prediktor. Estimasi

kesalahan baku pada lengkung gigi atas adalah sebesar 0,48mm, dan pada

lengkung bawah sebesar 0,47mm. Data yang dibutuhkan untuk analisis lengkap

antara lain bentuk lengkung gigi atas dan bawah, radiografi periapikal dari gigi

kaninus dan premolar atas serta premolar bawah yang diambil dengan

menggunakan teknik long-cone paralleling atau right angle technique.

Prediksi Lengkung Gigi Atas

1. Ukur lebar mesiodistal dari gigi kaninus kanan atas dan premolar kedua pada

gambaran radiograf. 2. Pindahkan jumlah lebar tersebut ke dalam grafik prediksi

(Gambar 12-6) untuk mendapatkan prediksi lebar gigi kaninus kanan atas dan

premolar. 3. Untuk mendapatkan prediksi yang paling akurat, pengukuran harus

diulang pada gigi bagian kiri.

Prediksi Lengkung Gigi Bawah

2. Ukur lebar mesiodistal dari gigi premolar kanan bawah pada gambaran

radiograf. 2. Pindahkan jumlah lebar tersebut ke dalam grafik prediksi (Gambar

12-7) untuk mendapatkan prediksi lebar gigi kaninus kanan bawah dan premolar.

3. Untuk mendapatkan prediksi yang paling akurat, pengukuran harus diulang

pada gigi bagian kiri. CATATAN: Untuk beragam alasan, gambaran radiografik
yang mudah digunakan untuk mengukur kaninus dan premolar yang belum erupsi

sulit didapatkan. Staley dkk19 menemukan bahwa pengukuran dari gambaran

radiograf satu sisi lengkung gigi dapat disubstitusi dengan gigi antimer tanpa

mengubah akurasi prediksi.

Cara Menggunakan Grafik. Jumlah pengukuran lebar gigi secara radiografis

diletakkan pada aksis horizontal yang terdapat di bagian bawah tiap grafik

prediksi dan diproyeksikan secara vertikal agar bersilangan dengan garis prediksi.

Contohnya, jumlah lebar kaninus atas kanan dan premolar kedua pada periapikal

adalah 15mm, diletakkan pada aksis horizontal grafik. Ikuti garis vertikal dari titik

15mm pada bagian bawah grafik hingga bersilangan dengan garis prediksi (lihat

Gambar 12-6). Selanjutnya, ikuti garis horizontal pada titik persilangan ke sisi kiri

grafik untuk mencari prediksi jumlah lebar kaninus dan premolar (21.1mm).

Grafik step-by-step untuk mengukur TSALD yang dikembangkan untuk lengkung

gigi atas bawah dan digunakan oleh klinisi diperlihatkan pada Gambar 12-8 dan

12-9.

Metode prediksi yang bersifat akurat, mudah digunakan, dan tervalidasi

diharapkan dapat diuji ke beberapa kelompok pasien untuk menentukan

keberhasilannya. Metode prediksi Hixon-Oldfather revisi dan metode Iowa6,9 yang

dijelaskan disini memiliki perkiraan kesalahan baku yang rendah, tabel prediksi

yang mudah digunakan, dan sukses tervalidasi pada 53 sampel pasien ortodontik.

Metode Prediksi Perhitungan Proporsional

Jika mayoritas gigi kaninus dan premolar telah erupsi dan jika satu atau dua gigi

permanen belum erupsi, metode prediksi alternatif dapat digunakan untuk


memperkirakan lebar mesiodistal dari gigi permanen yang belum erupsi. Lebar

gigi yang belum erupsi (misal premolar kedua) dan gigi erupsi (misal molar kedua

sulung) diukur pada film periapikal yang sama.

Lebar gigi yang erupsi, yakni molar kedua sulung, diukur pada cetakan plaster.

Ketiga pengukuran ini terdiri dari unsur-unsur proporsi untuk mendapatkan lebar

dari gigi yang belum erupsi pada cetakan:

METODE PREDIKSI NONRADIOGRAFIK

Keuntungan utama dari metode prediksi nonradiografik adalah metode ini dapat

dilakukan dengan mengukur insisivus permanen bawah yang erupsi atau gigi

sulung tanpa memerlukan pemeriksaan tambahan dari radiografik.8,10,11 Di sisi lain,

metode ini kurang akurat, karena perkiraan kesalahan bakunya besar

dibandingkan metode radiografik. Moyers8 dan Tanaka & Johnston10 pada sampel

yang berbeda, menghubungkan jumlah lebar mesiodistal dari empat insisivus

permanen bawah dengan jumlah lebar kaninus permanen, premolar pertama, dan

premolar kedua pada satu sisi lengkung gigi di maksila dan mandibula. Tabel

prediksi Moyers tersedia dan sering digunakan oleh klinisi karena pengukurannya

mudah dilakukan dan hasil didapatkan dalam waktu singkat. Tidak ada informasi

mengenai koefisien korelasi dan error pada metode ini. Tanaka dan Johnston 10

mengembangkan tabel prediksi yang pada dasarnya mirip dengan tabel prediksi

Moyers.8 Koefisien korelasi r=0.63 untuk gigi maksilla dan r=0.65 untuk gigi

mandibular. Perkiraan kesalahan baku sebesar 0.86mm untuk gigi maksilla dan

0.85mm untuk gigi mandibular. Tidak seperti Moyers yang membedakan jenis
kelamin, Tanaka dan Johnston menggabungkan hasil untuk kedua jenis kelamin

pada studi mereka. Tabel prediksi Tanaka dan Johnston pada Box 12-2 memiliki

nilai persentil ke 50. Mereka merekomendarikan untuk menggunakan persentil 75

(lebih besar) untuk menghindari ukuran gigi di bawah prediksi. Namun, bukti dari

studi lain menunjukkan bahwa pada persentil ke 50 terjadi overprediksi ukuran

kaninus dan premolar yang sebenarnya sebesar 0.6mm pada lengkung gigi atas 3

dan 0.4mm pada lengkung gigi bawah4, dan pada studi ketiga, 1.1mm di lengkung

gigi bawah. Dengan demikian, prediksi pada persentil ke 50 lebih dipercaya untuk

menghindari ukuran gigi di bawah prediksi. Metode nonradiografik lain

menggunakan gigi sulung tersedia namun kurang akurat dibandingkan metode

radiografik yang didiskusikan sebelumnya.

PENGGUNAAN METODE PREDIKSI PADA KELOMPOK RAS

BERBEDA

Metode radiografik dan nonradiografik yang memprediksi lebar mesiodistal

kaninus dan premolar permanen yang belum erupsi pada pasien dari berbagai ras

yang dijelaskan dalam bab ini dikembangkan dari subyek ras kulit putih Amerika

dari keturunan Eropa. Bukti menunjukkan bahwa metode ini dapat digunakan

pada pasien Egyptian dan Meksiko utara.12 Lee-Chan dkk13 menemukan bahwa

metode nonradiografik Tanaka dan Johnston10 tidak dapat memprediksi ukuran

gigi pasien Amerika dari keturunan Asia. Sehingga mereka mengkalkulasikan

tabel prediksi lain yang lebih akurat berdasarkan hubungan lebar insisivus bawah

dengan lebar kaninus dan premolar pada sampel pasien Asian Amerikan.
Ferguson dkk14 mengembangkan metode prediksi nonradiografik untuk sampel ras

kulit hitam Amerika dengan menghubungkan lebar insisivus bawah dengan lebar

kaninus dan premolar. Rata-rata nilai prediksi jumlah lebar kaninus dan premolar

untuk tiap jumlah lebar insisivus lebih besar pada ras kulit hitam sebesar 0.2mm

pada maksila dan 0.6mm pada mandibular ketika dibandingkan dengan nilai ras

kulit putih Amerika.10 Untuk alasan inilah klinisi direkomendasikan untuk

menggunakan metode prediksi Asian-Amerika dan pasien ras kulit hitam yang

dikembangkan berdasarkan sampel dari populasi tersebut.

FAKTOR LAIN YANG MEMENGARUHI ANALISIS PERKIRAAN

UKURAN GIGI-PANJANG LENGKUNG GIGI

Analisis ukuran gigi-panjang lengkung gigi yang paling utama dan penting adalah

perbandingan ukuran gigi terhadap ukuran lengkung gigi. Hal ini merupakan

dasar TSALD. Klinisi juga perlu mempertimbangkan pengaruh faktor lain

terhadap TSALD ketika menegakkan diagnosis pasien. Faktor lain juga mungkin

tidak bersifat kuantitatif, sehingga klinisi harus memberikan penilaian kualitatif

terhadap faktor tertentu yang dapat meningkatkan atau menurunkan TSALD.

Inklinasi dan Posisi Insisivus

Inklinasi dan posisi anteroposterior dari insisivus memengaruhi analisis lengkung

gigi. Pergerakan ortodontik pada insisivus yang condong ke lingual, ke arah labial

akan meningkatkan lengkung gigi, dan pergerakan insisivus ke arah lingual

menurunkan lengkung gigi. Menurut Tweed15, kemiringan insisivus bawah 1

derajat ke arah labial meningkatkan lengkung gigi sebanyak 0.8mm. Sebaliknya,


kemiringan insisivus bawah 1 derajat ke arah lingual menurunkan lengkung gigi

sebanyak 0.8mm. Ortodontis menilai inklinasi insisivus bawah dengan

pengukuran sudut yang terbentuk oleh aksis panjang insisivus mandibular dengan

kedua mandibula dan bidang horizontal Frankfort pada sefalogram. Posisi

anteroposterior didapatkan dengan mengukur jarak tegak lurus dari ujung insisal

insisivus mandibular ke garis nasion-B. Informasi lebih lanjut mengenai nilai

normatif dari pengukuran ini dijelaskan pada Bab 10 dan 11.

Kurva Spee

Kurva Spee merupakan faktor penting dalam keseluruhan analisis karena kurva ini

biasanya meningkat selama terapi ortodontik. Selama prosedur peningkatan kurva,

ujung insisivus labial (Gambar 12-10). Jika insisivus bawah terletak pada posisi

anterposterior atau condong terlalu jauh ke arah labial sebelum terapi, peningkatan

kurva Spee menyebabkan pergerakan labial dari insisivus yang tidak diinginkan

kecuali terdapat lengkung gigi yang besar. Pada kasus selanjutnya, lengkung gigi

berlebih (spacing) meminimalisir pergerakan insisivus selama leveling.

Baldridge16 melakukan penelitian terhadap 30 pasien yang memiliki kurva Spee

besar pada lengkung mandibular dan semua gigi permanen telah erupsi, kecuali

molar ketiga. Dia menemukan bahwa rata-rata penambahan panjang lengkung

dibutuhkan untuk penambahan kurva Spee tanpa ujung labial insisivus sebesar

3.5mm ± 0.1mm, dengan minimum 2.3mm dan maksimum 5.2mm tergantung

pada derajat kurva. Selama peningkatan kurva Spee terdapat kemungkinan bahwa

penurunan panjang lengkung meningkat.


Untuk memperkirakan besar penambahan panjang lengkung yang dibutuhkan

untuk peningkatan kurva Spee pada tiap individu pasien, Balridge 16 menyarankan

pengukuran kedalaman terbesar kurva pada kedua sisi lengkung, jumlah

kedalaman kedua sisi dibagi 2, dan ditambah 0.5mm.

Posisi Gigi Molar Pertama Permanen

Jika gigi molar kedua sulung masih intak dan sehat sebelum terjadinya eksfoliasi

fisiologis, gigi molar pertama permanen dapat tumbuh sesuai posisi di antara

premolar di arah mesial dan molar kedua ketiga di arah distalnya. Pergerakan

distal dari molar pertama permanen yang posisinya baik untuk menambah panjang

lengkung pada pertumbuhan gigi dapat memengaruhi molar kedua permanen.

Pergerakan distal dari molar permanen maksilla dalam maloklusi klas II

merupakan tatalaksana sesuai yang meningkatkan panjang lengkung; namun,

pergerakan ini biasanya dimulai sejak awal pertumbuhan gigi permanen. Setelah

pasien kehilangan molar kedua sulung secara prematur, molar pertama permanen

akan bergerak terlalu jauh ke arah mesial kecuali jika panjang lengkung dapat

dipertahankan dengan space maintainer. Jika pasien kehilangan panjang lengkung

gigi, molar permanen pada pasien muda harus dikembalikan di posisi aslinya

dengan pendekatan ortodontik. Setelah molar dikembalikan ke lokasi yang sesuai,

space maintainer digunakan untuk mengembalikan panjang lengkung gigi.

Informasi mengenai ujung molar yang mengarah mesial harus dimasukkan ke

dalam analisis panjang lengkung gigi.

Evaluasi Molar Kedua dan Ketiga


Posisi molar yang belum erupsi di dalam alveolus merupakan hal yang penting.

Ketika benih molar kedua dan ketiga yang belum erupsi terpisahkan oleh jarak

dan molar kedua yang sedang berkembang terpisah oleh jarak dari molar pertama

yang telah erupsi, kemungkinan terbentuk panjang lengkung posterior yang

cukup. Ketika benih molar kedua dan ketiga yang belum erupsi terletak rapat pada

permukaan distal molar pertama, panjang lengkung posterior kemungkinan tidak

cukup besar. Impaksi molar kedua membutuhkan terapi. Ortodontis biasanya

dapat memperbaiki impaksi molar kedua. Ketika benih molar ketiga mandibular

terletak dekat pada sisi belakang dan atas molar kedua yang impaksi, dokter bedah

mulut dapat mengangkat molar ketiga sehingga molar kedua dapat erupsi dengan

bebas. Molar ketiga yang impaksi biasanya diekstraksi, namun ekstraksi biasanya

ditunda hingga molar tersebut memiliki struktur akar.

INTERPRETASI DARI ANALISIS PANJANG LENGKUNG PADA

PERTUMBUHAN GIGI PERMANEN

Faktor-faktor yang telah dibahas sebelumnya memiliki pengaruh penting dalam

interpretasi analisis panjang lengkung gigi. Dengan demikian, tidak ada nilai

ambang defisiensi panjang lengkung dimana ekstraksi gigi diperlukan. Jika

defisiensi panjang lengkung melebihi 6 atau 7mm, pertimbangan yang cermat

mengenai faktor untuk dilakukannya ekstraksi harus diberikan. Defisiensi panjang

lengkung yang melebihi 10mm memiliki kemungkinan tinggi untuk memerlukan

ekstraksi. Ketika dipertimbangkan untuk dilakukan ekstraksi, perlu dipikirkan

juga efek ekstraksi pada oklusi. Jika dua premolar harus diekstraksi pada
lengkung mandibular pasien yang memiliki maloklusi klas I atau klas II akibat

defisiensi panjang lengkung, dua premolar dari sisi maksilla harus diangkat untuk

mendapatkan hubungan kaninus klas I dan molar serta overbite dan overjet yang

normal. Pengangkatan dua premolar bawah tanpa disertai pengangkatan dua

premolar atas dapat menyebabkan molar klas III dimana molar kedua atas

beroklusi dengan molar ketiga bawah. Jika molar ketiga bawah belum erupsi atau

tida ada, maka molar kedua atas tidak bersinggungan dengan gigi bawah sehingga

dapat overerupsi dan perlu diekstraksi. Ekstraksi pada dua premolar bawah saja

masih bisa dilakukan pada beberapa pasien yang memiliki maloklusi klas III dan

pada pasien dewasa dengan maloklusi klas II yang akan menjalani mandibular

advancement surgery. Ekstraksi pada dua premolar maksila saja dapat dilakukan

pada beberapa pasien yang tidak memiliki defisiensi panjang lengkung di

mandibula namun memiliki defisiensi panjang lengkung di maksila atau maloklusi

klas II. Terapi ini menyebabkan hubungan molar klas II dan kaninus klas I,

dengan overbite dan overjet normal.

INTERPRETASI DARI ANALISIS PANJANG LENGKUNG PADA

PERTUMBUHAN GIGI CAMPURAN

1. Jika analisis memprediksi bahwa seorang anak tidak akan memiliki masalah

crowding, maka lakukan perawatan rutin dan observasi periodik pada pasien. 2.

Jika analisis memprediksi crowding borderline (1mm hingga 4mm), pertahankan

panjang lengkung dengan menggunakan alat dan periksa pasien secara periodik.

Jika molar pertama permanen bergerak ke arah mesial akibat hilangnya molar
sulung secara prematur, gunakan alat untuk mengembalikan panjang lengkung

yang hilang sebelum membuat space maintainer. Siapkan pasien dengan

borderline crowding untuk dilakukan terapi ortodontik. 3. Jika analisis

mempredikasi crowding lebih dari 4mm, kemungkinan besar pasien akan

mengalami crowding pada gigi permanen dan membutuhkan terapi ortodontik

diikuti dengan evaluasi komprehensif terjadinya maloklusi. 4. Jika diprediksi

crowding lebih dari 6mm pada lengkung bawah, terapi ekstraksi serial dapat

menguntungkan bagi pasien (lihat Bab 18). Monitor semua pertumbuhan gigi

campuran pasien dalam interval yang reguler untuk melihat erupsi gigi dan

perkembangan fasial.

Anda mungkin juga menyukai